PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bakteri, berasal dari kata Latin, bacterium (jamak, bacteria); merupakan kelompok raksasa dari
organisme hidup. Bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil (mikroskopis) dan kebanyakan uniselular
(bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus / inti sel, sitoskeleton, dan
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.
Bakteri adalah organisme yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Bakteri tersebar
(berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak bakteri yang
bersifat patogen. Bakteri biasanya hanya berukuran 0,5-5 m. Bakteri umumnya memiliki dinding sel,
seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda. Banyak yang bergerak
menggunakan flagella, yang berbeda dalam strukturnya dari flagella kelompok lain.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik morfologi bakteri?
2. Bagaimana struktur dari bakteri?
3. Bagaimana reproduksi bakteri?
4. Bagaimana kultur bakteri?
5. Bagaimana karakteristik fisiologi bakteri?
6. Bagaimana klasifikasi bakteri?
7. Bagaimana identifikasi bakteri?
1.3. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini ialah untuk :
1. Untuk mengetahui karakteristik morfologi bakteri
2. Untuk mengetahui struktur dari bakteri
3. Untuk mengetahui reproduksi bakteri
4. Untuk mengetahui kultur bakteri
5. Untuk mengetahui karakteristik fisiologi bakteri
6. Untuk mengetahui klasifikasi bakteri
7. Untuk mengetahui identifikasi bakteri
BAB II
ISI
2.1. Pengenalan Bakteri
Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu,
berkembang biak dengan membelah diri dan bahan-bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran
inti. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa spesies tertentu yang mempunyai
pigmen fotosintesis. Oleh karena itu, ada bakteri yang hidupnya heterotrof dan ada juga bakteri yang
hidup autotrof. Bakteri heterotrof dapat dibedakan menjadi bakteri yang hidup sebagai parsit dan saprofit,
Sedangkan bakteri autotrof dapat dibedakan berdasarkan atas sumber energi yang digunakan untuk
mensentetis makanannya menjadi bakteri fotoautotrof dan kemoautotrof. Bakteri dapat hidup dimana saja,
ada yang merugikan manusia, hewan maupun tumbuhan. Namun demikian ada juga bakteri yang
menguntungkan bagi umat manusia.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksidan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel
bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus / inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan
sel eukariot yang lebih kompleks.
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan
organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.
2. Basil
Basil (artinya batang kecil) adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang atrau silinder. Basil-basil
ini sangat beraneka ragam ukurannya. Tidak seperti kokus, basil membelah dalam satu bidang. Oleh
sebab itu, bakteri ini mungkin teramati sebagai sel tunggal, berpasangan, atau dalam rantai pendek
maupun rantai panjang (Volk dan Weeler, 1973).
Bakteri berbentuk basil ini menyerupai bentuk batang yang pendek, silindris, yang mempunyai bentuk
dan ukuran yang bermacam-macam. Basil dapat bergandengan dua-dua yang disebut dipolobasil, dan
yang bergandengan panjang disebut streptobasil. Basil yang terlepas satu dengan yang lain mempunyai
ujung yang tumpul, sedangkan yanmg bergandengan satu dengan yang lainnya mempunyai ujung yang
runcing (Taringan, 1988).
3. Spiral
Ada bakteri yang berbentuk helikoidal, yang berpilin-pilin seperti spiral dan ada juga yang berbentuk
sperti koma, misalnyaVibrio cholerae (Taringan, 1988). Spirochaeta juga merupakian bakteri berbentuk
spiral tetapi bedanya dengan spiril dalam hal kemampuannya untuk melenturkan dan melekuk-lekukkan
tubuhnya sambil bergerak. Gerakan ini dimungkinkan timbul karena kontraksi benang aksial atau
flagelata yang membelit sekitar organisme antara membran plasma dengan dinding sel (Volk dan Weeler,
1973).
Selain morfologi tubuh bakteri seperti di atas, bakteri juga dapat dibedakan berdasarkan tipe-tipe
koloninya. Setiap jenis bakteri berkoloni dan membentuk morfologi koloni yang berbeda-beda.
Klasifikasi bentuk morfologi koloni ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, tepian dan elevasi
koloni bakteri tersebut, serta ciri-ciri morfologi yang lainnya.
Dalam Hedi Utomo (1985:66) dalam Utami (2008) disebutkan beberapa ciri-ciri morfologi koloni bakteri
sebagai dasar klasifikasi bakteri berdasarkan morfologi koloninya, yaitu:
1. Bentuk, bentuk-bentuk koloni bakteri antara lain:
Bundar, Bundar dengan tepian kerang, Bundar dengan tepian timbul, Keriput, Konsentris, Tak beraturan
dan menyebar, Berbenang-benang, Bentuk L, Bundar, (tepian menyebar), Rizoid, kompleks
1.
2.
3.
a.
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
b.
GRAM (+)
GRAM (-)
5
6
10
11
1.
2.
3.
4.
BTA (-)
tidak memiliki lapisan lilin dan asam mikolat
(-)
tidak tahan terhadap panas
Struktur Tambahan
1. Kapsul
Kebannyakan bakteri mempunyai lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel seluruhnya.
Jika lapisan lendir ini cukup tebal, maka bungkus ini disebut kapsul. Lendir tidak mudah menghisap zat
warna, hanya dengan pewarnaan yang khusus, lendir dapat terlihat. Kapsul berbeda dengan bahan lendir
hasil metabolisme yang merupakan hasil sekresi.
Beberapa bakteri ada yang membentuk lendir sebgai hasil sekresi, apabila ditumbuhkan pada
media yang mengandung gula tertentu. Kapsul dan lendir dapat dibedakan dari segi morfologi dan
biokimianya. Kapsul adalah bagian dari sel sedangkan lendir merupakan hasil sekresi.
Fungsi kapsula pada bakteri selain untuk melindungi sel terhadap faktor-faktor lingkungan
(misal terhdap kekeringan) juga bekerja sebagai pengikat antar sel. Kapsul mempunyai arti penting,
karena erat hubungannya dengan sifat virulensi bakteri-bakteri patogen, apabila kehilangan kapsulnya
maka akan turun
2. Flagel
Flagel merupakan cambuk getar yang berfungsi untuk bergerak, flagel melekat pada membran
luar di dinding sel. Berdasarkan letak dan jumlah flagel yang dimiliki maka bakteri dibedakan menjadi:
a. Monotrik, yaitu bakteri yang memiliki sebuah flagel pada satu ujungnya.
b. Lopotrik, yaitu bakteri yang pada satu ujungnya memiliki lebih dari satu flagel.
c. Amfiktrik, yaitu bakteri yang pada kedua ujungnya hanya terdapat satu buah flagel.
d. Periktirk, yaitu bakteri yang memiliki flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
3.
Pili
Pili adalah benang-benang halus yang menonjol keluar dari dinding sel. Kebanyakan terdapat
pada bakteri gram negative. Panjang pili berkisar antara 0,5 20 mikron. Pili tersusun melingkari sel,
mempunyai jumlah kurang lebih 150 buah tiap sel.
Pili mengandung suatu protein yang disebut pilin. Dalam garis besarnya dapat dikatakan, bahwa
pili merupakan alat untuk melekat, misalnya dengan adanya pili sel-sel beberapa bakteri dapat melekat
dekat permukaan medium cair di mana kadar oksigennya lebih baik.
Pili juga dapat melekatkan sel satu dengan sel lainnya. Fungsi perlekatan ini penting pada
peristiwa konjugasi. Konjugasi adalah peristiwa penggabungan sel-sel jantan dengan sel-sel betina. Selsel bakteri jantan dilengkapi dengan pili khusus yang disebut pili kelamin (sex pilus). Pada waktu
konjugasi sel ini melekat pada dinding sel betina.
4.
Endospora
Endospora yaitu suatu benda berbentuk bulat atau bulat lonjong, bersifat sangat membias
cahaya, sukar dicat dan sangat resisten terhadap faktor-faktor luar yang jelek. Fungsi spora pada bakteri
bukan sebagai alat reproduksi seperti halnya pada fungi. Spora bakteri mempunyai arti lain, yaitu bentuk
bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Bakteri yang
membentuk spora adalah dari genusBacillus dan Clostridium, selain itu juga beberapa spesies
dari Sarcina sp.
Menurut KNAYSI, terjadinya spora atau sporulasi itu dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
Tahap permulaan, mula-mula koloni menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat.
Setelah beberapa jam, terlihat adanya bahan-bahan lipoprotein yang menggumpal ke salah satu ujung
sel, sehingga ujung itu tampak padat.
3.) Maka timbullah bungkus yang menyerupai calon spora. Selubung terdiri dari 2 lapis, yaitu kulit luar
disebut eksin dan kulit dalam disebut intin. Pada beberapa spesies, intin itu menjadi dinding sel, apabila
sel melanjutkan pertumbuhannya menjadi bakteri biasa.
4.) Pada tahap yang terakhir, spora tampak berubah bentuk dan berubah volume. Endospora dapat tetap
tinggal di salah satu ujung atau ditengah-tengah sel.
1.)
2.)
Kedudukan spora bermacam-macam, ada yang terminal (jika kedudukannya di ujung), sentral
(jika kedudukannya di tengah), dan sub terminal (jika kedudukannya diantara ujung dan tengah).
5.
Klorosom
Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen
klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang
melakukan fotosintesis. Contoh bakteri yang memiliki klorosam yaitu Rhodobacter sphaeroides.
10
c.
11
B.
Reproduksi
seksual
Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara penggabungan DNA yang datang dari dua individu ke
dalam satu sel. Pada eukariota, proses seksual secara meiosis dan fertilisasi mengkombinasi DNA dari
dua individu ke dalam satu zigot. Akan tetapi, jenis kelamin yang ada pada ekuariota tidak terdapat pada
prokariota. Meiosis dan fertilisasi tidak terjadi, sebaliknya ada proses lain yang akan mengumpulkan
DNA bakteri yang datang dari individu-individu yang berbeda.
Proses-proses ini adalah pembelahan transformasi, transduksi dan konjugasi.
a.
Transformasi
Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu genotipe sel bakteri dengan
cara mengambil DNA asing dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada bakteri Streptococcus
pneumoniae yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia dengan cara
mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik yang mati. Transformasi ini
terjadi ketika sel nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang kebetulan mengandung alel untuk
patogenisitas (gen untuk suatu lapisan sel yang melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya untuk kondisi
tanpa pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik perputaran segmen DNA dengan cara pindah
silang (crossing over). Sel yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang mengandung
DNA, yang berasal dari dua sel yang berbeda.
Transduksi
Pada proses transfer DNA yang disebut transduksi, faga membawa gen bakteri dari satu sel inang ke sel
inang lainnya. Ada dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi khusus. Keduanya
dihasilkan dari penyimpangan pada siklus reproduktif faga.
12
Konjugasi
dan
Plasmid
Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik antara dua sel bakteri yang berhubungan
sementara. Proses ini, telah diteliti secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA adalah transfer satu arah,
yaitu satu sel mendonasi (menyumbang) DNA, dan pasangannya menerima gen. Donor DNA, disebut
sebagai jantan, menggunakan alat yang disebutpili seks untuk menempel pada resipien (penerima)
DNA dan disebut sebagai betina. Kemudian sebuah jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk
diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk transfer DNA.
Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri, yang terpisah dari kromosom
bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti plasmid f, dapat melakukan penggabungan reversibel ke dalam
kromosom sel. Genom faga bereplikasi secara terpisah di dalam sitoplasma selama siklus litik, dan
sebagai bagian integral dari kromosom inang selama siklus lisogenik. Plasmid hanya memiliki sedikit
gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan untuk pertahanan hidup dan reproduksi bakteri pada kondisi
normal. Walaupun demikian, gen gen dari plasmid ini dapat memberikan keuntungan bagi bakteri yang
hidup di lingkungan yang banyak tekanan. Contohnya, plasmid f mempermudah rekombinasi genetik,
13
yang mungkin akan menguntungkan bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada di
dalam populasi bakteri. Plasmid f , terdiri dari sekitar 25 gen, sebagian besar diperlukan untuk
memproduksi piliseks. Ahli-ahli genetika menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan). Plasmid f
bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom, dan pembelahan satu sel f+ biasanya menghasilkan
dua keturunan yang semuanya merupakan f+. Sel-sel yang tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan
mereka berfungsi sebagai recipien DNA (betina) selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang
menular dalam artian sel f+ dapat memindah sel f- menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut
berkonjugasi. Plasmid f bereplikasi di dalam sel jantan, dan sebuah salinannya ditransfer ke sel betina
melalui saluran konjugasi yang menghubungkan sel-sel tersebut. Pada perkawinan f+ dengan f- seperti
ini, hanya sebuah plasmid f yang ditransfer. Gen-gen dari kromosom bakteri tersebut ditransfer selama
konjugasi ketika faktor f dari donor sel tersebut terintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang dilengkapi
dengan faktor f dalam kromosomnya disebut sel Hfr ( high frequency of recombination atau rekombinasi
frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi sebagai jantan selama konjugasi, mereplikasi DNA faktor f dan
mentransfer salinannya ke f- pasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil salinan dari beberapa
DNA kromosom bersamanya.
Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu konjugasi sebelum salinan dari kromosom Hfr dapat
seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara waktu sel resipien menjadi diploid parsial atau
sebagian, mengandung kromosomnya sendiri ditambah dengan DNA yang disalin dari sebagian
kromosom donor. Rekombinasi dapat terjadi jika sebagian DNA yang baru diperoleh ini terletak
berdampingan dengan daerah homolog dari kromosom F-, segmen DNA dapat dipertukarkan.
Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan sebuah koloni bakteri rekombinan dengan gen-gen
yang berasal dari dua sel yang berbeda, dimana satu dari strain-strain bakteri tersebut sebenarnya
merupakan Hfr dan yang lainnya adalah F.
14
Pada tahun 1950-an, pakar-pakar kesehatan jepang mulai memperhatikan bahwa beberapa pasien rumah
sakit yang menderita akibat disentri bakteri, yang menyebabkan diare parah, tidak memberikan respons
terhadap antibiotik yang biasanya efektif untuk pengobatan infeksi jenis ini. Tampaknya, resistensi
terhadap antibiotik ini perlahan-lahan telah berkembang pada strain-strain Shigella sp. tertentu, suatu
bakteri patogen. Akhirnya, peneliti mulai mengidentifikasi gen-gen spesifik yang menimbulkan resistensi
antibiotik pada Shigell\a dan bakteri patogenik lainnya. Beberapa gen gen tersebut, mengkode enzim yang
secara spesifik menghancurkan beberapa antibiotik tertentu, seperti tetrasiklin atau ampisilin. Gen gen
yang memberikan resistensi ternyata di bawa oleh plasmid.
Sekarang dikenal sebagai plasmid R (R untuk resistensi). Pemaparan suatu populasi bakteri dengan suatu
antibiotik spesifik baik di dalam kultur laboratorium maupun di dalam organisme inang akan membunuh
bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, tetapi hal itu tidak terjadi pada bakteri yang memiliki plasmid R
yang dapat mengatasi antibiotik. Teori seleksi alam memprediksi bahwa, pada keadaan-keadaan seperti
ini, akan semakin banyak bakteri yang akan mewarisi gen-gen yang menyebabkan resistensi antibiotik.
Konsekuensi medisnya pun terbaca, yaitu strain patogen yang resisten semakin lama semakin banyak,
membuat pengobatan infeksi bakteri tertentu menjadi semakin sulit. Permasalahan tersebut diperparah
oleh kenyataan bahwa plasmid R, seperti plasmid F, dapat berpindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri
lainnya melalui konjugasi.
2.6. Kultur Bakteri
Mikroorganisme apabila ditumbuhkan pada bermacam-macam jenis media, akan mengembangkan
perbedaan dalam penampakan makroskopis pada pertumbuhannya. Perbedaan-perbedaan ini disebut
karakteristik kultural, dan digunakan sebagai dasar untuk memisahkan mikroorganisme ke dalam
kelompok-kelompok taksonomi. Karakteristik kultural untuk semua mikroorganisme yang sudah dikenali
terdapat dalam Bergeys Manual of Determinative Bacteriology. Mikroorganisme tersebut dideterminasi
dengan menumbuhkannya pada pada media nutrien agar miring di tabung reaksi dan media nutrient agar
datar di cawan petri, nutrient broth, dan nutrient gelatin. Pola pertumbuhan yang ditunjukkan pada
masing-masing media diuraikan di bawah ini.
1. Kelimpahan pertumbuhan: Banyaknya pertumbuhan dinyatakan sebagai none (tidak), slight (lemah),
moderate (sedang), large (lebar).
2. Letak pertumbuhan: Pertumbuhan koloni di permukaan agar, pertumbuhan di bawah permukaan
(dalam) agar.
3. Pigmentasi: Mikroorganisme kromogenik dapat menghasilkan pigmen intraseluler yang bertanggung
jawab dalam pembentukan warna organisme yang terlihat pada permukaan koloni.Mikroorganisme
lainnya juga ada yang dapat menghasilkan pigmen ekstraseluler (bersifat larut) yang diekresikan ke dalam
15
medium dan juga menghasilkan warna. Pada umumnya mikroorganisme bersifat non kromogenik, yang
akan nampak berwarna putih hingga abu-abu.
4. Konsistensi. Dapat dievaluasi berdasarkan banyaknya cahaya yang dilewatkan pada koloni yang
tumbuh. Karakter termasuk sebagai opaque (buram/tidak tembus cahaya), translucent (tembus cahaya
sebagian/partial), atau transparent (transparan/tembus cahay penuh).
5. Bentuk: Penampakkan koloni yang tumbuh pada satu goresan lurus pada permukaan agar dinyatakan
sebagai berikut:
a. Filiform: Sinambung/continues, pertumbuhan seperti benang dengan tepian yang rata.
b. Echinulate: Sinambung, pertumbuhan seperti benang, dengan tepian tidak rata (irregular)
c. Beaded: Nonconfluent (tidak sinambung) hingga semiconfluent.
d. Effuse: Tipis, pertumbuhan menyebar.
e. Arborescent: Pertumbuhan seperti pohon.
f. Rhizoid: Pertumbuhan seperti akar.
NUTRIENT AGAR PLATE (AGAR CAWAN)
Karakteristik koloni yang tumbuh terpisah dengan baik dapat dievaluasi dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1. Ukuran: Pinpoint (titik sangat kecil), small (kecil), moderate (sedang), large (lebar).
2. Pigmentasi: warna koloni
3. Bentuk: Bentuk koloni yang digambarkan sebagai berikut:
a. Circular: tepian yang teratur, tidak patah.
b. Irregular: tepian yang berlekuk
c. Rhizoid: pertumbuhan menyebar seperti akar.
4. Tepi: penampakan tepian terluar koloni yang digambarkan sebagai berikut:
a. Entire: sangat rata
b. Lobate: lekukan yang jelas
c. Undulate: lekukan seperti gelombang
d. Serrate: bergerigi
e. Filamentous: seperti benang, tepian menyebar
16
5. Elevasi: sudut penonjolan pertumbuhan koloni pada permukaan agar yang digambarkan sebagai
berikut:
a. Flat: datar, elevasi tidak nyata
b. Raised: Sedikit menonjol
c. Convex: elevasi berbentuk kubah
d. Umbonate: menonjol dengan elevasi konveks di bagian tengah
NUTRIENT GELATIN
Medium padat ini dapat dicairkan oleh aktivitas enzimatik dan gelatinase. Pencairan yang terjadi
mempunyai bermacam-macam pola
1. Crateriform: Daerah permukaan yanng mencair bentuknya seperti mangkuk.
2. Napiform: Pencairan bentuk seperti bulbus pada permukaan
3. Infundibuliform: bentuk seperti corong
4. Saccate: memanjang, seperti tabung
5. Startiform: Pencairan penuh dari setengah bagian atas medium
17
a. Faktor Intrinsik yaitu sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor
sebagai berikut :
1) Waktu Laju
perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya. Pada kondisi optimal
hampir semua bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan biner sekali setiap 20 menit.
2) Makanan
Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang akan menyediakan: a) Energi, biasanya diperoleh dari
substansi mengandung karbon. b) Nitrogen untuk sintesa protein. c) Vitamin dan yang berkaitan denagn
factor pertumbuhan.
3) Kelembaban Mikroorganisme, seperti halnya semua organisme memerlukan air untuk mempertahankan
hidupnya. Banyaknya air dalam pangan yang tersedia untuk digunakan dapat di diskripsikan dengan
istilah aktivitas air (Aw)
4) Suhu
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang
diperlukannya.
a) Psikrofil (organisme yang suka dingin) dapat tumbuh baik pada suhu dibawah 20C, kisaran suhu
optimal adalah 10C sampai 20C.
b) Mesofil (organisme yang suka pada suhu sedang) memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 20C
sampai 45C.
c) Termofil (organisme yang suka pada suhu tinggi) dapat tumbuh baik pada suhu diatas 45C, kisaran
pertumbuhan optimalnya adalah 50C sampai 60C. 3
5) Oksigen
Tersedianya oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, bakteri diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok menurut keperluan oksigennya.
a) Aerob Obligat (hanya dapat tumbuh jika terdapat oksigen yang banyak)
b) Aerob Fakultatif (tumbuh dengan baik jika oksigen cukup, tetapi juga dapat tumbuh sacara anaerob) c)
Anaerob Fakultatif (tumbuh dengan baik jika tidak ada oksigen, tetapi juga dapat tumbuh secara aerob)
18
6) pH
Daging dan pangan hasil laut lebih mudah mengalami kerusakan oleh bakteri, karena pH pangan tersebut
mendekati 7,0. Bakteri yang terdapat di permukaan ikan ( lapisan lender) adalah dari jenis Pseudomonas,
Acinobacter, Moraxella, Alcaligenes, Micrococcus, Flavobacterium, Corynebacterium, Serratia, Vibrio,
Bacillus, Clostridium dan Eschericia. Bakteri Pseudomonas dan Acromabacter merupakan bakteri
Psikrofil yang paling menyebabkan kebusukan ikan (Nurwantoro dan Abbas,1997)
Ordo V Actinomycetes
Ordo VI Caryophanales
Ordo VII Beggiatoales
Ordo VIII Myxobacteriales
Ordo IX Spirochaetales
Ordo X Mycoplasmatales
Klas Microtatobiotes dibagi atas 2 ordo yaitu :
Ordo I Rickettsiales
Ordo II Virales
Selanjutnya ordo-ordo diatas dibagi lagi menjadi sub-ordo family sebagai berikut :
Ordo I Pseudomonadales
Sub-ordo I.Rhodobacteriianeae
Famili I Thiorhodaceae 13 genus 34 spesies
Famili II Athiorhodaceae 2 genus 8 spesies
Famili III Chlorocacteriaceae 6 genus 9 spesies
Sub-ordo II. Pseudomonadineae
Famili I Nitrobacteriaceae 7 genus 13 spesies
Famili II Methanomonadaceae 3 genus 6 spesies
Famili III Thiobacteriaceae 5 genus 17 spesies
Famili IV Pseudomonadaceae 12 genus 258 spesies
Famili V Caulobacteraceae 4 genus 8 spesies
20
Ordo II.Chlamydobacteriales
Famili I Chlamydobacteriaceae 3 genus 17 spesies
Famili II Peloplocaceae 2 genus 6 spesies
Famili III Crenotrichaceae 3 genus 3 spesies
Ordo III.Hyphomicrobiales
Famili I Hyphomicrobiaceae 2 genus 2 spesies
Famili II Pasteuriaceae 2 genus 2 spesies
Ordo IV.Eubacteriales
Famili I Azotobacteraceae 1 genus 3 spesies
Famili II Rhizobiaceae 3 genus 17 Spesies
Famili III Achromobacteraceae 5 genus 65 spesies
Famili IV Enterobacteriaceae 10 genus 59 spesies
Famili V Brucellaceae 8 genus 42 spesies
Famili VI Bacteroidaceae 5 genus 56 spesies
Famili VII Neisseriaceae 6 genus 43 spesies
Famili VIII Brevibacteriaceae 2 genus 16 spesies
Famili IX Lactobacillaceace 2 genus 26 spesies
Famili X Neisseriaceae 10 genus 92 spesies
21
22
23
24
b.apatogen
Kuman ini tidak berpotensi menimbulkan penyakit, bahkan ada yang menguntungkan bagi manusia.
3. Klasifikasi atas dasar pewarnaan
a. Pewarnaan gram
1.Gram Negatif
Kuman Berwarna MERAH
Contohnya:
-gonococcus
-neiseria catarpilus
-haemophilus influenza
-vibriocholera
-Polithypoid
-Dysentry grup
-Proteus vulgaris
2.Gram Positif
Kuman berwarna UNGU
Contohnya:
-Streptococcus
-Staphylococcus
-Pneumococcus
-Bacillus Antrhaces
25
-Diptheria bacill
-Tubercel bacill
-Actinomyces
b. Pewarnaan Ziehl Neelsen
1. Kuman Tahan Asam (berwarna MERAH)
Contohnya : Mycobacterium
Spora kuman
2. Kuman tidak tahan Asam (berwarna BIRU)
Contohnya: Neisseria (penyebab penyakit gonorho
4. Klasifikasi atas dasar kebutuhan terhadap oksigen
a. aerob
Ialah mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk hidup dan berkembang biak.
Contohnya: Bacillus Antrhaces
b. anaerob
Ialah mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup dan berkembangbiak.
Contohnya: Clostridium tetani
c. fakultatif anaerob
Ialah mikroorganisme yang dapat hidup baik dalam keadaan terdapat oksigen maupun tidak
Contohnya: Bacteriae subtilis (pembuat kompos)
5. Klasifikasi atas dasar kemampuan untuk tumbuh dalam jaringan hidup
a. saprofit
26
27
5. Simon citrate
Uji ini dilakukan untuk menentukkan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon
28
BAB III
KESIMPULAN
1. Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu,
berkembang biak dengan membelah diri dan bahan-bahan genetiknya tidak terbungkus dalam
membran inti
2. Bakteri merupakan sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokaryote, sel tubuh bakteri
berukuran sangat kecil, kebanyakan diameternya berukuran kira-kira 0,5-0,1m. Kebanyakan
bakteria merupakan jasad yang transparan (tembus cahaya) dengan indeks bisa yang sama dengan
indeks bisa cairan suspensi di mana bakteri tersebut hidup (Taringan, 1988).
3. Susunan sel bakteri terdiri dari : inti, sitoplasma, lapisan permukaan
4. Bakteri dapat melakukan reproduksi dengan dua cara yakni reproduksi secara aseksual dan
reproduksi secara seksual. Reproduksi bakteri secara seksual dibagi menjadi tiga jenis yaitu,
reproduksi dengan transformasi, reproduksi dengan transduksi, dan reproduksi dengan konjugasi.
Berikut uraian lengkap mengenai macam-macam reproduksi bakteri.
5. Faktor fisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu waktu laju, makanan,
kebutuhan MO, suhu, oksigendan pH
6. Singkatan Klasifikasi Bakteri Menurut Bergey (Edisi ke 7):
Dunia tumbuhan dibagi atas 5 divisi (phylum)yaitu:
Divisi I-Protophyta
Divisi II-Thalophyta
Divisi III-Bryophyta
Divisi IV-Pteridophyta
Divisi V-Spermatophyta
29