Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bakteri, berasal dari kata Latin, bacterium (jamak, bacteria); merupakan kelompok raksasa dari
organisme hidup. Bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil (mikroskopis) dan kebanyakan uniselular
(bersel tunggal), dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus / inti sel, sitoskeleton, dan
organel lain seperti mitokondria dan kloroplas.
Bakteri adalah organisme yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Bakteri tersebar
(berada di mana-mana) di tanah, air, dan sebagai simbiosis dari organisme lain. Banyak bakteri yang
bersifat patogen. Bakteri biasanya hanya berukuran 0,5-5 m. Bakteri umumnya memiliki dinding sel,
seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan komposisi sangat berbeda. Banyak yang bergerak
menggunakan flagella, yang berbeda dalam strukturnya dari flagella kelompok lain.
1.2.Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik morfologi bakteri?
2. Bagaimana struktur dari bakteri?
3. Bagaimana reproduksi bakteri?
4. Bagaimana kultur bakteri?
5. Bagaimana karakteristik fisiologi bakteri?
6. Bagaimana klasifikasi bakteri?
7. Bagaimana identifikasi bakteri?
1.3. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan makalah ini ialah untuk :
1. Untuk mengetahui karakteristik morfologi bakteri
2. Untuk mengetahui struktur dari bakteri
3. Untuk mengetahui reproduksi bakteri
4. Untuk mengetahui kultur bakteri
5. Untuk mengetahui karakteristik fisiologi bakteri
6. Untuk mengetahui klasifikasi bakteri
7. Untuk mengetahui identifikasi bakteri

BAB II
ISI
2.1. Pengenalan Bakteri
Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu,
berkembang biak dengan membelah diri dan bahan-bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran
inti. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa spesies tertentu yang mempunyai
pigmen fotosintesis. Oleh karena itu, ada bakteri yang hidupnya heterotrof dan ada juga bakteri yang
hidup autotrof. Bakteri heterotrof dapat dibedakan menjadi bakteri yang hidup sebagai parsit dan saprofit,
Sedangkan bakteri autotrof dapat dibedakan berdasarkan atas sumber energi yang digunakan untuk
mensentetis makanannya menjadi bakteri fotoautotrof dan kemoautotrof. Bakteri dapat hidup dimana saja,
ada yang merugikan manusia, hewan maupun tumbuhan. Namun demikian ada juga bakteri yang
menguntungkan bagi umat manusia.
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksidan penyakit, sedangkan
kelompok lainnya dapat memberikan manfaat dibidang pangan, pengobatan, dan industri. Struktur sel
bakteri relatif sederhana: tanpa nukleus / inti sel, kerangka sel, dan organel-organel lain
seperti mitokondria dan kloroplas. Hal inilah yang menjadi dasar perbedaan antara sel prokariot dengan
sel eukariot yang lebih kompleks.
Bakteri dapat ditemukan di hampir semua tempat: di tanah, air, udara, dalam simbiosis dengan
organisme lain maupun sebagai agen parasit (patogen), bahkan dalam tubuh manusia.

2.2. Sifat Umum


Sifat Umum Bakteri merupakan organisme bersel-tunggal yang bereproduksi dengan cara
sederhana, yaitu dengan pembelahan biner. Sebagian besar hidup bebas dan mengandung informasi
genetik dan memiliki sistem biosintetik dan penghasil energi yang penting untuk pertumbuhan dan
reproduksinya. Sejumlah bakteri, bersifat parasit intraseluler obligat contohnya Chlamydiae dan
Rickettsiae. Dalam beberapa hal bakteri berbeda dari eukariot. Bakteri tidak memiliki ribosom 80S
maupun organel bermembran, seperti nukleus, mitokondria, lisosom, retikulum endoplasma maupun
badan golgi, bakteri tidak memiliki flagela fibril 9+2 atau struktur silia seperti pada sel eukariot. Bakteri
memiliki ribosom 70S dan kromosom sirkuler tunggal (nukleoid) tanpa sampul yang disusun oleh asam
deoksiribonukleat untai-ganda (DNA) yang bereplikasi secara amitosis. Jika terjadi pergerakan sering
disebabkan adanya struktur flagela filamen-tunggal. Sejumlah bakteri memiliki mikrofibril eksternal (pili
atau fimbria) yang berfungsi untuk menempel. Mycoplasma tidak memiliki dinding sel, sedangkan
eubakteria lainnya menghasilkan struktur sampul dengan susunan senyawa kimianya mirip peptidoglikan
dinding sel. Eubakteria yang berdinding sel dan archaebakteria dapat berbentuk kokus (bola), basil
(batang), batang melengkung atau spiral. Struktur kimia sampul eubakteria sering digunakan untuk
membedakannya ke dalam kelompok bakteri Gram-positif, Gram-negatif, dan acid-fast (tahan-asam).
2.3. Karakteristik Morfologi
Bakteri merupakan sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokaryote, sel tubuh bakteri berukuran
sangat kecil, kebanyakan diameternya berukuran kira-kira 0,5-0,1m. Kebanyakan bakteria merupakan
jasad yang transparan (tembus cahaya) dengan indeks bisa yang sama dengan indeks bisa cairan suspensi
di mana bakteri tersebut hidup (Taringan, 1988).
Pada umumnya dikenal tiga bentuk bakteri, yaitu kokus, Basil, dan spiral.
1. Kokus
Kokus (Coccus: seperti buah beri) berbentuk menyerupai buah beri kecil apabila dilihat dari bawah
mikroskop. Bakteri ini terdapat dalam beberapa pola atau kelompok yang berbeda. Beberapa kokus yang
secara khas hidup sendiri-sendiri, sedangkan yang lain dijumpai dalam bentuk berpasangan , kubus, atau
rantai panjang, tergantung pada caranya membelah diri yang diikuti dengan perekatan satu dengan yang
lainnya setelah pembelahan.
Kokus yang senantiasa membelah dalam satu bidang, namun tidak memisahkan diri, sering membentuk
rantai kokus, yag merupakan ciri khas dari marga Streptococcus. Kokus yang membelah dalam tiga
bidang yang tegak lurus satu dengan yang lainnya membentuk suatu kubus. Cara pembelahan ini dijumpai
pada marga Sarcina. Kokus yang membelah dalam dua bidang untuk membentuk empat sel terdeapat
pada marga pediacoccus. Kokus yang membelah dalam dua bidang untuk membentuk gugusan yang tidak
teratur diklasifikasikan dalam marga Staphylococcus (Volk dan Weeler, 1973).
Bakteri yang berbentuk kokus bisaanya bulat, ataupun berbentuk oval, memanjang atau mendatar pada
satu sisinya. Apabila bakteri yang berbentuk kokus ini berkembang biak dengan membelah diri, sel-selnya
akan berhimpitan dan tidak kan memisah. Bakteri yang berbentuk kokus ini masih bisa dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu:

a. Monokokus (mono = satu),


b. Diplokokus (diplo = dua, sepasang), yaitu bakteri bentuk kokus yang berpasang-pasangan, contohnya
Streptococcus pneumoniaedahulu disebut Dipococcus pneumoniae,
c.Streptococcus, yaitu coccus yang bergandengan satu dengan yang lainnya,
d. Tetracoccus, yaitu bentuk bakteri coccus yang mengelaompok empat buah,
e. Stapilococcus, yaitu bentuk bakteri coccus yang membnetuk untaian,
f. Sarcina, yaitu bentuk bakteri coccus hang mengelomok menyerupai kubus
(Taringan, 1988).

2. Basil
Basil (artinya batang kecil) adalah bakteri yang bentuknya menyerupai batang atrau silinder. Basil-basil
ini sangat beraneka ragam ukurannya. Tidak seperti kokus, basil membelah dalam satu bidang. Oleh
sebab itu, bakteri ini mungkin teramati sebagai sel tunggal, berpasangan, atau dalam rantai pendek
maupun rantai panjang (Volk dan Weeler, 1973).
Bakteri berbentuk basil ini menyerupai bentuk batang yang pendek, silindris, yang mempunyai bentuk
dan ukuran yang bermacam-macam. Basil dapat bergandengan dua-dua yang disebut dipolobasil, dan
yang bergandengan panjang disebut streptobasil. Basil yang terlepas satu dengan yang lain mempunyai
ujung yang tumpul, sedangkan yanmg bergandengan satu dengan yang lainnya mempunyai ujung yang
runcing (Taringan, 1988).

3. Spiral
Ada bakteri yang berbentuk helikoidal, yang berpilin-pilin seperti spiral dan ada juga yang berbentuk
sperti koma, misalnyaVibrio cholerae (Taringan, 1988). Spirochaeta juga merupakian bakteri berbentuk
spiral tetapi bedanya dengan spiril dalam hal kemampuannya untuk melenturkan dan melekuk-lekukkan
tubuhnya sambil bergerak. Gerakan ini dimungkinkan timbul karena kontraksi benang aksial atau
flagelata yang membelit sekitar organisme antara membran plasma dengan dinding sel (Volk dan Weeler,
1973).
Selain morfologi tubuh bakteri seperti di atas, bakteri juga dapat dibedakan berdasarkan tipe-tipe
koloninya. Setiap jenis bakteri berkoloni dan membentuk morfologi koloni yang berbeda-beda.
Klasifikasi bentuk morfologi koloni ini dapat dibedakan berdasarkan warna, bentuk, tepian dan elevasi
koloni bakteri tersebut, serta ciri-ciri morfologi yang lainnya.

Dalam Hedi Utomo (1985:66) dalam Utami (2008) disebutkan beberapa ciri-ciri morfologi koloni bakteri
sebagai dasar klasifikasi bakteri berdasarkan morfologi koloninya, yaitu:
1. Bentuk, bentuk-bentuk koloni bakteri antara lain:
Bundar, Bundar dengan tepian kerang, Bundar dengan tepian timbul, Keriput, Konsentris, Tak beraturan
dan menyebar, Berbenang-benang, Bentuk L, Bundar, (tepian menyebar), Rizoid, kompleks

2. Tepian, antara lain:


Licin, Berumbai, Berlekuk, Tak berarturan,Silliut, Bercabang, Seperti wo, Seperti benang, Seperti ikal
rambut
3. Elevasi, antara lain:
Datar, Timbul, Cembung, Seperti tetaran, Seperti tombol, Berbukit-bukit, Tumbuh kedalam medium,
Seperti kawah

2.4. Struktur Bakteri

1.

2.

3.
a.

1.)
2.)
3.)
4.)

Susunan sel bakteri terdiri dari :


Inti
Adanya inti pada bakteri dapat dibuktikan dengan mikroskop electron. Pada mikrograf electron, inti
merupakan daerah yang tidak tembus cahaya electron. Ternyata bagian yang tidak tertembus electron ini
mnegandung asam deoksiribonukleat (ADN). Inti bakteri tidak memiliki membran sehingga termasuk
organisme prokarion.
Sitoplasma
Merupakan isi sel yang disebut juga protoplasma. Protoplasma merupakan koloid yang
mengandung karbohidrat, protein, enzim, kalsium karbonat dan volutin. Bakteri sering menyimpan bahan
cadangan makanan dalam bentuk granula-granula dalam sitoplasma.
Volutin adalah suatu zat yang banyak mengandung asam ribonukleat (ARN) dan yang mudah
menghisap zat warna tertentu., yaitu zat warna yang bersifat basa. Volutin terdapat pada basil difteri, dan
tampak sebagai titik-titik berwarna-warni disebut granila metakromatik.
Lapisan Permukaan
Lapisan permukaan dapat berupa :
Membrane sel
Membrane sel adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid
dan protein. Selubung sel bakteri ini mengandung daerah transpor untuk menutrisi daerah reseptor untuk
virus bakteri dan baktreiosin., mempermudah interaksi inang-parasit, di samping sebagai tempat reaksi
komponen dan antibodi, dan sering mengandung komponen toksik untuk inang. Membran Sel ini
mempunyai sifat yang semipermeabel.
Fungsi membrane sel:
Transpor bahan makanan secara selektif.
Pada spesies aerob merupakan tempat transport electron dan oksidasi-fosforlasi.
Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik.
Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada biosintesa DNA.
6

5.)
b.

Mengandung reseptor protein untuk sistem kemotaktik


Dinding Sel
Kebanyakan dari bakteri mempunyai dinding sel, dinding sel tersebut terdiri dari berbagai bentuk
dan ukuran. Dinding sel ini berfungsi sebagai pertahanan bakteri agar dapat bertahan hidup dalam
lingkungannya serta mempertahankan tekanan osmotik bakteri. Tekanan osmotik di dalam bakteri
berkisar antara 5-20 atmosfir. Dinding bakteri tersebut terdiri dari lapisan peptidoglikan yaitu susunan
yang terdiri dari polimer besar dan terbuat dari Nasetil glukosamin dan asam Nasetil muramat yang
saling berikatan silang (cross linking) dengan ikatan kovalen. Dinding sel ditemukan pada semua bakteri
hidup bebas kecuali pada Mycoplasma.

Dengan adanya peptidoglikan, bakteri terbagi dua yaitu bakteri:


a. Gram positip yaitu bakteri yang bila diwarnai dengan kristal ungu atau jodium lalu dicuci dengan
alcohol akan tetap mempertahankan warna ungu setelah pewarnaan. Hal ini terjadi karena bakteri gram
positip mempunyai lapisan peptidoglikan yang lebih tebal.
b. Gram negatip yaitu kebalikan gram positip di mana bakteri tersebut akan kehilangan warna ungunya
setelah dicuci dikarenakan peptidoglikan gram negatip lebih tipis.
Tabel perbedaan bakteri Gram positif dengan bakteri Gram negative :
NO
1

GRAM (+)

GRAM (-)

struktur dinding sel tebal, 15-80 nm


dinding sel berlapis tunggal,
monolayer
dinding sel mengandung lipid lebih
normal (1-4 %)

mengandung asam teikoat

dinding sel berlapis tiga, multilayer


dinding sel mengandung lemak lebih
banyak (11-22 %)
mengandung lemak
(lipopolisakarida)

5
6

lebih rentan terhadap penisilin


pertumbuhan dihambat oleh cat kristal
violet

kurang rentan terhadap penisilin


pertumbuhan tidak dihambat oleh cat
kristal violet

komposisi nutrisi lebih rumit

lebih resisten terhadap gangguan fisik


resisten terhadap alkali (KOH 1%)
larut

kompisisi nutrisi lebih sederhana


tidak resisten terhadap gangguan
fisik
resisten terhadap alkali (KOH 1%)
lebih pekat

struktur dindng sel tipis, 10-15 nm

10
11

tidak peka terhadap streptomisin


toksin yang dibentuk endotoksin
eksotoksin

Tabel perbedaan bakteri BTA (+) dengan bakteri BTA (-) :


NO
BTA (+)
memiliki lapisan lilin dan asam
1
lemak mikolat
lipid mencapai 60 % dari berat
2
dinding sel
3

1.
2.
3.
4.

tahan terhadap asam

peka terhadap streptomisin


toksin yang dibentuk endotoksin

BTA (-)
tidak memiliki lapisan lilin dan asam mikolat
(-)
tidak tahan terhadap panas

Fungsi dinding sel :


Berperan dalam pembelahan sel.
Pelaksana biosintesa dinding sel itu sendiri.
Determinan antigen permukaan bakteri.
Pada gram(-) dinding sel mempunyai aktivitas endotoksin.

Struktur Tambahan
1. Kapsul
Kebannyakan bakteri mempunyai lapisan lendir yang menyelubungi dinding sel seluruhnya.
Jika lapisan lendir ini cukup tebal, maka bungkus ini disebut kapsul. Lendir tidak mudah menghisap zat
warna, hanya dengan pewarnaan yang khusus, lendir dapat terlihat. Kapsul berbeda dengan bahan lendir
hasil metabolisme yang merupakan hasil sekresi.
Beberapa bakteri ada yang membentuk lendir sebgai hasil sekresi, apabila ditumbuhkan pada
media yang mengandung gula tertentu. Kapsul dan lendir dapat dibedakan dari segi morfologi dan
biokimianya. Kapsul adalah bagian dari sel sedangkan lendir merupakan hasil sekresi.
Fungsi kapsula pada bakteri selain untuk melindungi sel terhadap faktor-faktor lingkungan
(misal terhdap kekeringan) juga bekerja sebagai pengikat antar sel. Kapsul mempunyai arti penting,
karena erat hubungannya dengan sifat virulensi bakteri-bakteri patogen, apabila kehilangan kapsulnya
maka akan turun
2. Flagel
Flagel merupakan cambuk getar yang berfungsi untuk bergerak, flagel melekat pada membran
luar di dinding sel. Berdasarkan letak dan jumlah flagel yang dimiliki maka bakteri dibedakan menjadi:
a. Monotrik, yaitu bakteri yang memiliki sebuah flagel pada satu ujungnya.
b. Lopotrik, yaitu bakteri yang pada satu ujungnya memiliki lebih dari satu flagel.
c. Amfiktrik, yaitu bakteri yang pada kedua ujungnya hanya terdapat satu buah flagel.
d. Periktirk, yaitu bakteri yang memiliki flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.

Gambar Jenis-jenis bakteri berdasarkan jumlah flagel yang dimiliki

3.

Pili
Pili adalah benang-benang halus yang menonjol keluar dari dinding sel. Kebanyakan terdapat
pada bakteri gram negative. Panjang pili berkisar antara 0,5 20 mikron. Pili tersusun melingkari sel,
mempunyai jumlah kurang lebih 150 buah tiap sel.
Pili mengandung suatu protein yang disebut pilin. Dalam garis besarnya dapat dikatakan, bahwa
pili merupakan alat untuk melekat, misalnya dengan adanya pili sel-sel beberapa bakteri dapat melekat
dekat permukaan medium cair di mana kadar oksigennya lebih baik.
Pili juga dapat melekatkan sel satu dengan sel lainnya. Fungsi perlekatan ini penting pada
peristiwa konjugasi. Konjugasi adalah peristiwa penggabungan sel-sel jantan dengan sel-sel betina. Selsel bakteri jantan dilengkapi dengan pili khusus yang disebut pili kelamin (sex pilus). Pada waktu
konjugasi sel ini melekat pada dinding sel betina.

4.

Endospora
Endospora yaitu suatu benda berbentuk bulat atau bulat lonjong, bersifat sangat membias
cahaya, sukar dicat dan sangat resisten terhadap faktor-faktor luar yang jelek. Fungsi spora pada bakteri
bukan sebagai alat reproduksi seperti halnya pada fungi. Spora bakteri mempunyai arti lain, yaitu bentuk
bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Bakteri yang
membentuk spora adalah dari genusBacillus dan Clostridium, selain itu juga beberapa spesies
dari Sarcina sp.

Menurut KNAYSI, terjadinya spora atau sporulasi itu dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu :
Tahap permulaan, mula-mula koloni menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat.
Setelah beberapa jam, terlihat adanya bahan-bahan lipoprotein yang menggumpal ke salah satu ujung
sel, sehingga ujung itu tampak padat.
3.) Maka timbullah bungkus yang menyerupai calon spora. Selubung terdiri dari 2 lapis, yaitu kulit luar
disebut eksin dan kulit dalam disebut intin. Pada beberapa spesies, intin itu menjadi dinding sel, apabila
sel melanjutkan pertumbuhannya menjadi bakteri biasa.
4.) Pada tahap yang terakhir, spora tampak berubah bentuk dan berubah volume. Endospora dapat tetap
tinggal di salah satu ujung atau ditengah-tengah sel.
1.)
2.)

Kedudukan spora bermacam-macam, ada yang terminal (jika kedudukannya di ujung), sentral
(jika kedudukannya di tengah), dan sub terminal (jika kedudukannya diantara ujung dan tengah).

5.

Klorosom
Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen
klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang
melakukan fotosintesis. Contoh bakteri yang memiliki klorosam yaitu Rhodobacter sphaeroides.

10

2.5. Reproduksi Bakteri


Bakteri dapat melakukan reproduksi dengan dua cara yakni reproduksi secara aseksual dan
reproduksi secara seksual. Reproduksi bakteri secara seksual dibagi menjadi tiga jenis yaitu, reproduksi
dengan transformasi, reproduksi dengan transduksi, dan reproduksi dengan konjugasi. Berikut uraian
lengkap mengenai macam-macam reproduksi bakteri.
A.
Reproduksi aseksual
Yang termasuk di dalam reproduksi secara aseksual ini adalah pembelahan, pembentukan tunas/ cabang,
dan pembentukan filamen.
a.
Pembelahan
Pada umumnya bakteri berkembang biak dengan pembelahan biner, artinya pembelahan terjadi secara
langsung, dari satu sel membelah menjadi dua sel anakan. Masing-masing sel anakan akan membentuk
dua sel anakan lagi, demikian seterusnya.
Proses pembelahan biner diawali dengan proses replikasi DNA menjadi dua DNA identik, diikuti
pembelahan sitoplasma dan akhirnya terbentuk dinding pemisah di antara kedua sel anak bakteri.
Perhatikan gambar skematik pembelahan biner sel bakteri dibawah!

Skema pembelahan biner pada Streptococcusfaecalis


b.

c.

Pembentukan tunas atau cabang


Bakteri membentuk tunas yang akan melepaskan diri dan membentuk bakteri baru. Reproduksi dengan
pembentukan cabang didahului dengan pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan akhirnya
melepaskan diri. Dapat dijumpai pada bakteri familyStreptomycetaceae.
Pembentukan Filamen
Pada pembentukan filament, sel mengeluarkan serabut panjang sebagai filament yang tidak bercabang.
Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam filament, kemudian filament terputus-putus menjadi
beberapa bagian. Tiap bagian membentuk bakteri baru. Dijumpai terutama dalam keadaan abnormal,
misalnya bila bakteri Haemophilus influenzadibiakan pada pembenihan yang basah

11

B.

Reproduksi
seksual
Bakteri berbeda dengan eukariota dalam hal cara penggabungan DNA yang datang dari dua individu ke
dalam satu sel. Pada eukariota, proses seksual secara meiosis dan fertilisasi mengkombinasi DNA dari
dua individu ke dalam satu zigot. Akan tetapi, jenis kelamin yang ada pada ekuariota tidak terdapat pada
prokariota. Meiosis dan fertilisasi tidak terjadi, sebaliknya ada proses lain yang akan mengumpulkan
DNA bakteri yang datang dari individu-individu yang berbeda.
Proses-proses ini adalah pembelahan transformasi, transduksi dan konjugasi.

a.

Transformasi
Dalam konteks genetika bakteri, transformasi merupakan perubahan suatu genotipe sel bakteri dengan
cara mengambil DNA asing dari lingkungan sekitarnya. Misalnya, pada bakteri Streptococcus
pneumoniae yang tidak berbahaya dapat ditransformasi menjadi sel-sel penyebab pneumonia dengan cara
mengambil DNA dari medium yang mengandung sel-sel strain patogenik yang mati. Transformasi ini
terjadi ketika sel nonpatogenik hidup mengambil potongan DNA yang kebetulan mengandung alel untuk
patogenisitas (gen untuk suatu lapisan sel yang melindungi bakteri dari sistem imun inang) alel asing
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kromosom bakteri menggantikan alel aslinya untuk kondisi
tanpa pelapis. Proses ini merupakan rekombinasi genetik perputaran segmen DNA dengan cara pindah
silang (crossing over). Sel yang ditransformasi ini sekarang memiliki satu kromosom yang mengandung
DNA, yang berasal dari dua sel yang berbeda.

Reproduksi bakteri dengan jalan transformasi


Bertahun-tahun setelah transformasi ditemukan pada kultur laboratorium, sebagian besar ahli biologi
percaya bahwa proses tersebut terlalu jarang dan terlalu kebetulan, sehingga tidak mungkin memainkan
peranan penting pada populasi bakteri di alam. Tetapi, para saintis sejak saat itu telah mempelajari bahwa
banyak spesies bakteri dipermukaannya memiliki protein yang terspesialisasi untuk mengambil DNA dari
larutan sekitarnya. Protein-protein ini secara spesifik hanya mengenali dan mentransfer DNA dari spesies
bakteri yang masih dekat kekerabatannya. Tidak semua bakteri memiliki protein membran seperti ini.
Seperti contohnya, E. Coli sepertinya sama sekali tidak memiliki mekanisme yang tersepesialisasi untuk
menelan DNA asing. Walaupun demikian, menempatkan E. Coli di dalam medium kultur yang
mengandung konsentrasi ion kalsium yang relatif tinggi secara artifisial akan merangsang sel-sel untuk
menelan sebagian kecil DNA. Dalam bioteknologi, teknik ini diaplikasikan untuk memasukkan gen gen
asing ke dalam E. Coli, gen-gen yang mengkode protein yang bermanfaat, seperti insulin manusia dan
hormon pertumbuhan.
b.

Transduksi
Pada proses transfer DNA yang disebut transduksi, faga membawa gen bakteri dari satu sel inang ke sel
inang lainnya. Ada dua bentuk transduksi yaitu transduksi umum dan transduksi khusus. Keduanya
dihasilkan dari penyimpangan pada siklus reproduktif faga.
12

Reproduksi bakteri dengan jalan transduksi


Diakhir siklus litik faga, molekul asam nukleat virus dibungkus di dalam kapsid, dan faga lengkapnya
dilepaskan ketika sel inang lisis. Kadangkala sebagian kecil dari DNA sel inang yang terdegradasi
menggantikan genom faga. Virus seperti ini cacat karena tidak memiliki materi genetik sendiri. Walaupun
demikian, setelah pelepasannya dari inang yang lisis, faga dapat menempel pada bakteri lain dan
menginjeksikan bagian DNA bakteri yang didapatkan dari sel pertama. Beberapa DNA ini kemudian
dapat menggantikan daerah homolog dari kromosom sel kedua. Kromosom sel ini sekarang memiliki
kombinasi DNA yang berasal dari dua sel sehingga rekombinasi genetik telah terjadi. Jenis transduksi ini
disebut dengan transduksi umum karena gen-gen bakteri ditransfer secara acak. Untuk transduksi
khusus memerlukan infeksi oleh faga temperat, dalam siklus lisogenik genom faga temperat terintegrasi
sebagai profaga ke dalam kromosom bakteri inang, di suatu tempat yang spesifik. Kemudian ketika
genom faga dipisahkan dari kromosom, genom faga ini membawa serta bagian kecil dari DNA bakteri
yang berdampingan dengan profaga. Ketika suatu virus yang membawa DNA bakteri seperti ini
menginfeksi sel inang lain, gen-gen bakteri ikut terinjeksi bersama-sama dengan genom faga.Transduksi
khusus hanya mentransfer gen-gen tertentu saja, yaitu gen-gen yang berada di dekat tempat profaga pada
kromosom tersebut.
c.

Konjugasi
dan
Plasmid
Konjugasi merupakan transfer langsung materi genetik antara dua sel bakteri yang berhubungan
sementara. Proses ini, telah diteliti secara tuntas pada E. Coli. Transfer DNA adalah transfer satu arah,
yaitu satu sel mendonasi (menyumbang) DNA, dan pasangannya menerima gen. Donor DNA, disebut
sebagai jantan, menggunakan alat yang disebutpili seks untuk menempel pada resipien (penerima)
DNA dan disebut sebagai betina. Kemudian sebuah jembatan sitoplasmik sementara akan terbentuk
diantara kedua sel tersebut, menyediakan jalan untuk transfer DNA.
Plasmid adalah molekul DNA kecil, sirkular dan dapat bereplikasi sendiri, yang terpisah dari kromosom
bakteri. Plasmid-plasmid tertentu, seperti plasmid f, dapat melakukan penggabungan reversibel ke dalam
kromosom sel. Genom faga bereplikasi secara terpisah di dalam sitoplasma selama siklus litik, dan
sebagai bagian integral dari kromosom inang selama siklus lisogenik. Plasmid hanya memiliki sedikit
gen, dan gen-gen ini tidak diperlukan untuk pertahanan hidup dan reproduksi bakteri pada kondisi
normal. Walaupun demikian, gen gen dari plasmid ini dapat memberikan keuntungan bagi bakteri yang
hidup di lingkungan yang banyak tekanan. Contohnya, plasmid f mempermudah rekombinasi genetik,
13

yang mungkin akan menguntungkan bila perubahan lingkungan tidak lagi mendukung strain yang ada di
dalam populasi bakteri. Plasmid f , terdiri dari sekitar 25 gen, sebagian besar diperlukan untuk
memproduksi piliseks. Ahli-ahli genetika menggunakan simbol f+ (dapat diwariskan). Plasmid f
bereplikasi secara sinkron dengan DNA kromosom, dan pembelahan satu sel f+ biasanya menghasilkan
dua keturunan yang semuanya merupakan f+. Sel-sel yang tidak memiliki faktor f diberi simbol f-, dan
mereka berfungsi sebagai recipien DNA (betina) selama konjugasi. Kondisi f+ adalah kondisi yang
menular dalam artian sel f+ dapat memindah sel f- menjadi sel f+ ketika kedua sel tersebut
berkonjugasi. Plasmid f bereplikasi di dalam sel jantan, dan sebuah salinannya ditransfer ke sel betina
melalui saluran konjugasi yang menghubungkan sel-sel tersebut. Pada perkawinan f+ dengan f- seperti
ini, hanya sebuah plasmid f yang ditransfer. Gen-gen dari kromosom bakteri tersebut ditransfer selama
konjugasi ketika faktor f dari donor sel tersebut terintegrasi ke dalam kromosomnya. Sel yang dilengkapi
dengan faktor f dalam kromosomnya disebut sel Hfr ( high frequency of recombination atau rekombinasi
frekuensi tinggi). Sel Hfr tetap berfungsi sebagai jantan selama konjugasi, mereplikasi DNA faktor f dan
mentransfer salinannya ke f- pasangannya. Tetapi sekarang, faktor f ini mengambil salinan dari beberapa
DNA kromosom bersamanya.
Gerakan acak bakteri biasanya mengganggu konjugasi sebelum salinan dari kromosom Hfr dapat
seluruhnya dipindahkan ke sel f-. Untuk sementara waktu sel resipien menjadi diploid parsial atau
sebagian, mengandung kromosomnya sendiri ditambah dengan DNA yang disalin dari sebagian
kromosom donor. Rekombinasi dapat terjadi jika sebagian DNA yang baru diperoleh ini terletak
berdampingan dengan daerah homolog dari kromosom F-, segmen DNA dapat dipertukarkan.
Pembelahan biner pada sel ini dapat menghasilkan sebuah koloni bakteri rekombinan dengan gen-gen
yang berasal dari dua sel yang berbeda, dimana satu dari strain-strain bakteri tersebut sebenarnya
merupakan Hfr dan yang lainnya adalah F.

Reproduksi bakteri dengan jalan konjugasi

14

Pada tahun 1950-an, pakar-pakar kesehatan jepang mulai memperhatikan bahwa beberapa pasien rumah
sakit yang menderita akibat disentri bakteri, yang menyebabkan diare parah, tidak memberikan respons
terhadap antibiotik yang biasanya efektif untuk pengobatan infeksi jenis ini. Tampaknya, resistensi
terhadap antibiotik ini perlahan-lahan telah berkembang pada strain-strain Shigella sp. tertentu, suatu
bakteri patogen. Akhirnya, peneliti mulai mengidentifikasi gen-gen spesifik yang menimbulkan resistensi
antibiotik pada Shigell\a dan bakteri patogenik lainnya. Beberapa gen gen tersebut, mengkode enzim yang
secara spesifik menghancurkan beberapa antibiotik tertentu, seperti tetrasiklin atau ampisilin. Gen gen
yang memberikan resistensi ternyata di bawa oleh plasmid.
Sekarang dikenal sebagai plasmid R (R untuk resistensi). Pemaparan suatu populasi bakteri dengan suatu
antibiotik spesifik baik di dalam kultur laboratorium maupun di dalam organisme inang akan membunuh
bakteri yang sensitif terhadap antibiotik, tetapi hal itu tidak terjadi pada bakteri yang memiliki plasmid R
yang dapat mengatasi antibiotik. Teori seleksi alam memprediksi bahwa, pada keadaan-keadaan seperti
ini, akan semakin banyak bakteri yang akan mewarisi gen-gen yang menyebabkan resistensi antibiotik.
Konsekuensi medisnya pun terbaca, yaitu strain patogen yang resisten semakin lama semakin banyak,
membuat pengobatan infeksi bakteri tertentu menjadi semakin sulit. Permasalahan tersebut diperparah
oleh kenyataan bahwa plasmid R, seperti plasmid F, dapat berpindah dari satu sel bakteri ke sel bakteri
lainnya melalui konjugasi.
2.6. Kultur Bakteri
Mikroorganisme apabila ditumbuhkan pada bermacam-macam jenis media, akan mengembangkan
perbedaan dalam penampakan makroskopis pada pertumbuhannya. Perbedaan-perbedaan ini disebut
karakteristik kultural, dan digunakan sebagai dasar untuk memisahkan mikroorganisme ke dalam
kelompok-kelompok taksonomi. Karakteristik kultural untuk semua mikroorganisme yang sudah dikenali
terdapat dalam Bergeys Manual of Determinative Bacteriology. Mikroorganisme tersebut dideterminasi
dengan menumbuhkannya pada pada media nutrien agar miring di tabung reaksi dan media nutrient agar
datar di cawan petri, nutrient broth, dan nutrient gelatin. Pola pertumbuhan yang ditunjukkan pada
masing-masing media diuraikan di bawah ini.

NUTRIENT AGAR MIRING


Pertumbuhan ditunjukkan pada satu garis lurus inokulasi pada permukaan agar, dan evaluasi hasil
pertumbuhannya dengan cara di bawah ini

1. Kelimpahan pertumbuhan: Banyaknya pertumbuhan dinyatakan sebagai none (tidak), slight (lemah),
moderate (sedang), large (lebar).
2. Letak pertumbuhan: Pertumbuhan koloni di permukaan agar, pertumbuhan di bawah permukaan
(dalam) agar.
3. Pigmentasi: Mikroorganisme kromogenik dapat menghasilkan pigmen intraseluler yang bertanggung
jawab dalam pembentukan warna organisme yang terlihat pada permukaan koloni.Mikroorganisme
lainnya juga ada yang dapat menghasilkan pigmen ekstraseluler (bersifat larut) yang diekresikan ke dalam
15

medium dan juga menghasilkan warna. Pada umumnya mikroorganisme bersifat non kromogenik, yang
akan nampak berwarna putih hingga abu-abu.
4. Konsistensi. Dapat dievaluasi berdasarkan banyaknya cahaya yang dilewatkan pada koloni yang
tumbuh. Karakter termasuk sebagai opaque (buram/tidak tembus cahaya), translucent (tembus cahaya
sebagian/partial), atau transparent (transparan/tembus cahay penuh).
5. Bentuk: Penampakkan koloni yang tumbuh pada satu goresan lurus pada permukaan agar dinyatakan
sebagai berikut:
a. Filiform: Sinambung/continues, pertumbuhan seperti benang dengan tepian yang rata.
b. Echinulate: Sinambung, pertumbuhan seperti benang, dengan tepian tidak rata (irregular)
c. Beaded: Nonconfluent (tidak sinambung) hingga semiconfluent.
d. Effuse: Tipis, pertumbuhan menyebar.
e. Arborescent: Pertumbuhan seperti pohon.
f. Rhizoid: Pertumbuhan seperti akar.
NUTRIENT AGAR PLATE (AGAR CAWAN)
Karakteristik koloni yang tumbuh terpisah dengan baik dapat dievaluasi dengan cirri-ciri sebagai berikut:
1. Ukuran: Pinpoint (titik sangat kecil), small (kecil), moderate (sedang), large (lebar).
2. Pigmentasi: warna koloni
3. Bentuk: Bentuk koloni yang digambarkan sebagai berikut:
a. Circular: tepian yang teratur, tidak patah.
b. Irregular: tepian yang berlekuk
c. Rhizoid: pertumbuhan menyebar seperti akar.
4. Tepi: penampakan tepian terluar koloni yang digambarkan sebagai berikut:
a. Entire: sangat rata
b. Lobate: lekukan yang jelas
c. Undulate: lekukan seperti gelombang
d. Serrate: bergerigi
e. Filamentous: seperti benang, tepian menyebar

16

5. Elevasi: sudut penonjolan pertumbuhan koloni pada permukaan agar yang digambarkan sebagai
berikut:
a. Flat: datar, elevasi tidak nyata
b. Raised: Sedikit menonjol
c. Convex: elevasi berbentuk kubah
d. Umbonate: menonjol dengan elevasi konveks di bagian tengah

KULTUR NUTRIENT BROTH


Evaluasi berdasarkan penyebaran dan penampakan pertumbuhan sebagai berikut:
1. Seragam dengan penyebaran yang rata: pertumbuhan yang tersebar rata dengan baik dalam seluruh
medium.
2. Flocculant: agregat yang mudah terbelah yang tersebar di seluruh medium
3. Pellicle: tebal, pertumbuhan yang membentuk blok di permukaan medium
4. Sediment: pertumbuhan terkonsentrasi pada bagian bawah kultur broth, bisa bergranular, serpihan atau
flocculant

NUTRIENT GELATIN
Medium padat ini dapat dicairkan oleh aktivitas enzimatik dan gelatinase. Pencairan yang terjadi
mempunyai bermacam-macam pola
1. Crateriform: Daerah permukaan yanng mencair bentuknya seperti mangkuk.
2. Napiform: Pencairan bentuk seperti bulbus pada permukaan
3. Infundibuliform: bentuk seperti corong
4. Saccate: memanjang, seperti tabung
5. Startiform: Pencairan penuh dari setengah bagian atas medium

2.7. Karakteristik Fisiologi


Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri menurut Gamar dan Sherrington (1994) ada dua
yaitu :

17

a. Faktor Intrinsik yaitu sifat-sifat dari bahan itu sendiri. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor
sebagai berikut :
1) Waktu Laju
perbanyakan bakteri bervariasi menurut spesies dan kondisi pertumbuhannya. Pada kondisi optimal
hampir semua bakteri memperbanyak diri dengan pembelahan biner sekali setiap 20 menit.

2) Makanan
Semua mikroorganisme memerlukan nutrient yang akan menyediakan: a) Energi, biasanya diperoleh dari
substansi mengandung karbon. b) Nitrogen untuk sintesa protein. c) Vitamin dan yang berkaitan denagn
factor pertumbuhan.
3) Kelembaban Mikroorganisme, seperti halnya semua organisme memerlukan air untuk mempertahankan
hidupnya. Banyaknya air dalam pangan yang tersedia untuk digunakan dapat di diskripsikan dengan
istilah aktivitas air (Aw)
4) Suhu
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang
diperlukannya.
a) Psikrofil (organisme yang suka dingin) dapat tumbuh baik pada suhu dibawah 20C, kisaran suhu
optimal adalah 10C sampai 20C.
b) Mesofil (organisme yang suka pada suhu sedang) memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 20C
sampai 45C.
c) Termofil (organisme yang suka pada suhu tinggi) dapat tumbuh baik pada suhu diatas 45C, kisaran
pertumbuhan optimalnya adalah 50C sampai 60C. 3
5) Oksigen
Tersedianya oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, bakteri diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok menurut keperluan oksigennya.
a) Aerob Obligat (hanya dapat tumbuh jika terdapat oksigen yang banyak)
b) Aerob Fakultatif (tumbuh dengan baik jika oksigen cukup, tetapi juga dapat tumbuh sacara anaerob) c)
Anaerob Fakultatif (tumbuh dengan baik jika tidak ada oksigen, tetapi juga dapat tumbuh secara aerob)

18

6) pH
Daging dan pangan hasil laut lebih mudah mengalami kerusakan oleh bakteri, karena pH pangan tersebut
mendekati 7,0. Bakteri yang terdapat di permukaan ikan ( lapisan lender) adalah dari jenis Pseudomonas,
Acinobacter, Moraxella, Alcaligenes, Micrococcus, Flavobacterium, Corynebacterium, Serratia, Vibrio,
Bacillus, Clostridium dan Eschericia. Bakteri Pseudomonas dan Acromabacter merupakan bakteri
Psikrofil yang paling menyebabkan kebusukan ikan (Nurwantoro dan Abbas,1997)

2.8. Klasifikasi Bakteri


Singkatan Klasifikasi Bakteri Menurut Bergey (Edisi ke 7):
Dunia tumbuhan dibagi atas 5 divisi (phylum)yaitu:
Divisi I-Protophyta
Divisi II-Thalophyta
Divisi III-Bryophyta
Divisi IV-Pteridophyta
Divisi V-Spermatophyta
-Divisi I-Protophyta dibagi atas dibagi atas klas,yaitu :
Klas I Schizophyceae(Ganggang Biru)
Klas I ISchizomycetes (Bakteri dan Bentuk-bentuk yang serupa)
Klas III Microtatobiotes (Rickettsia dan Virus )
Selanjutnya klas Schizomycetes dibagi atas 10 ordo,yaitu :
Ordo I Pseudomonadales
Ordo II Chlamydobcteriales
Ordo III Hypomicrobiales
Ordo IV Eubacterterials
19

Ordo V Actinomycetes
Ordo VI Caryophanales
Ordo VII Beggiatoales
Ordo VIII Myxobacteriales
Ordo IX Spirochaetales
Ordo X Mycoplasmatales
Klas Microtatobiotes dibagi atas 2 ordo yaitu :
Ordo I Rickettsiales
Ordo II Virales
Selanjutnya ordo-ordo diatas dibagi lagi menjadi sub-ordo family sebagai berikut :
Ordo I Pseudomonadales
Sub-ordo I.Rhodobacteriianeae
Famili I Thiorhodaceae 13 genus 34 spesies
Famili II Athiorhodaceae 2 genus 8 spesies
Famili III Chlorocacteriaceae 6 genus 9 spesies
Sub-ordo II. Pseudomonadineae
Famili I Nitrobacteriaceae 7 genus 13 spesies
Famili II Methanomonadaceae 3 genus 6 spesies
Famili III Thiobacteriaceae 5 genus 17 spesies
Famili IV Pseudomonadaceae 12 genus 258 spesies
Famili V Caulobacteraceae 4 genus 8 spesies

20

Famili VI Siderocapsaceae 10 genus 28 spesies


Famili VII Spirillaceace 10 genus 30 spesies

Ordo II.Chlamydobacteriales
Famili I Chlamydobacteriaceae 3 genus 17 spesies
Famili II Peloplocaceae 2 genus 6 spesies
Famili III Crenotrichaceae 3 genus 3 spesies
Ordo III.Hyphomicrobiales
Famili I Hyphomicrobiaceae 2 genus 2 spesies
Famili II Pasteuriaceae 2 genus 2 spesies
Ordo IV.Eubacteriales
Famili I Azotobacteraceae 1 genus 3 spesies
Famili II Rhizobiaceae 3 genus 17 Spesies
Famili III Achromobacteraceae 5 genus 65 spesies
Famili IV Enterobacteriaceae 10 genus 59 spesies
Famili V Brucellaceae 8 genus 42 spesies
Famili VI Bacteroidaceae 5 genus 56 spesies
Famili VII Neisseriaceae 6 genus 43 spesies
Famili VIII Brevibacteriaceae 2 genus 16 spesies
Famili IX Lactobacillaceace 2 genus 26 spesies
Famili X Neisseriaceae 10 genus 92 spesies

21

Famili XI Propionbacteriaceae 3 genus 13 spesies


Famili XII Corynebacteriaceae 2 genus 55 spesies
Famili XIII bacillaceae 2 genus 118 spesies
Ordo V.Actinomycetales
Famili I Mycobacteriaea 2 genus 20 spesies
Famili II Actinomycetaceae 2 genus 48 Spesies
Famili III Streptomycetaceae 3 genus 158 spesies
Famili IV Actinoplanaceae 2 genus 2 spesies
Ordo VI.Caryophanales
Famili I Caryophanaceae 3 genus 7 spesies
Famili II Oscillosporaceae 1 genus 1 Spesies
Famili III Arthromitaceae 2 genus 5 spesies
Ordo VII.Beggiatoales
Famili I Beggiatoaceae 4 genus 18 spesies
Famili II Vitreoscillaceae 3 genus 13 Spesies
Famili III leucotrichaceae 1 genus 5 spesies
Famili IV Achromatiaceae 1 genus 1 spesies
Ordo VIII.Myxobacteriales
Famili I Cytophagaceae 1 genus 11 spesies
Famili II archangiaceae 2 genus 6 Spesies
Famili III sorangiaceae 1 genus 8 spesies

22

Famili IV polysaniaceae 4 genus 28 spesies


Famili V myxococcaceae 4 genus 18 spesies
Ordo IX.Spirochaetaceae
Famili I Spirochaetacae 3 genus 11 spesies
Famili II treponemataceae 3 genus 38 Spesies
Ordo X.Mycoplasmataceae
Famili I Plasmataceae 1 genus 15 spesies
Sedangkan Menurut Adit (2010),Klasifikasi Bakteri yaitu :
1. Klasifikasi atas dasar bentuk kuman
a. coccus
bentuk coccus seperti bola-bola kecil dengan ukuran rata-rata 1 mikron.
-seperti rantai panjang: disebut streptococcus. contohnya: streptococcus alpha, beta, indifferens.
-bentuk dua-dua: disebut diplococcus. Contohnya: Gonococcus
-bentuk empat-empat: disebut tetracoccus
-bergerombol seperti anggur: disebut staphyllococcus. COntohnya: staphyllococcus albus, citreus, aureus
-bentuk seperti kubus: disebut sarcina
b. bacillus (basil)
Bentuk bacillus seperti tongkat pendek agak silindris(seperti batang). Pengelompokan basil sama dengan
pengelompokan coccus, yaitu streptobasil dan diplobasil.
Ukuran basil: -lebar = 0,3 1 mikron.
-panjang= 1,5 8 mikron

23

Contohnya: Bacillus antrhacis, mycobakterium tuberculosa


c. Vibrio
Bentuk vibrio seperti tongkat membengkok atau seperti koma.
Ukuran vibrio: -lebar: 0,5 mikron
panjang : mencapai 3 mikron
Contohnya: vibrio cholera
d. Spirillium
Bentuk spirrilium seperti spiral. Golongan ini tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan golongan
basil atau coccus.
Ukuran: -lebar: 0,5 1 mikron
-panjang: 2- 10 mikron
Contohnya: leptispiral (penyebab gingivitis)
e. Spirochaeta
Bentuk spirochaeta seperti batang berbelit-belit panjang dan banyak belitannya.
Ukuran spirochaeta: -lebar: 0,2 0,7 mikron
-panjang: 5-10 mikron
Contohnya: triponema palidum (penyebab sifilis)
2. Klasifikasi atas dasar kemempuan menimbulkan penyakit
a.patogen
Ialah kuman yang dapat menimbulkan penyakit baik melalui invasi langsung atau mencemari makanan.
Tingkat keganasan disebut dengan virulensi.

24

b.apatogen
Kuman ini tidak berpotensi menimbulkan penyakit, bahkan ada yang menguntungkan bagi manusia.
3. Klasifikasi atas dasar pewarnaan
a. Pewarnaan gram
1.Gram Negatif
Kuman Berwarna MERAH
Contohnya:
-gonococcus
-neiseria catarpilus
-haemophilus influenza
-vibriocholera
-Polithypoid
-Dysentry grup
-Proteus vulgaris
2.Gram Positif
Kuman berwarna UNGU
Contohnya:
-Streptococcus
-Staphylococcus
-Pneumococcus
-Bacillus Antrhaces

25

-Diptheria bacill
-Tubercel bacill
-Actinomyces
b. Pewarnaan Ziehl Neelsen
1. Kuman Tahan Asam (berwarna MERAH)
Contohnya : Mycobacterium
Spora kuman
2. Kuman tidak tahan Asam (berwarna BIRU)
Contohnya: Neisseria (penyebab penyakit gonorho
4. Klasifikasi atas dasar kebutuhan terhadap oksigen
a. aerob
Ialah mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk hidup dan berkembang biak.
Contohnya: Bacillus Antrhaces
b. anaerob
Ialah mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen untuk hidup dan berkembangbiak.
Contohnya: Clostridium tetani
c. fakultatif anaerob
Ialah mikroorganisme yang dapat hidup baik dalam keadaan terdapat oksigen maupun tidak
Contohnya: Bacteriae subtilis (pembuat kompos)
5. Klasifikasi atas dasar kemampuan untuk tumbuh dalam jaringan hidup
a. saprofit

26

ialah mikroorganisme yang hidup dalam bahan organuk yang mati.


contohnya: lactobacillus vaginalis
b. parasit
ialah mikroorganisme yang mengambil makanan dari organisme hidup
2.9. Identifikasi Bakteri
Setelah isolasi, bakteri yang tumbuh pada media perbenihan dilakukan identifikasi dengan tahapan
sebagai berikut:
1) Evaluasi morfologi koloni
Evaluasi morfologi koloni dengan memperhatikan warna koloni, bentuk koloni (seperti titik, bundar,
berfilamen,atau tidak beraturan), elevasi koloni (cembung, cekung, datar), serta batas koloni (halus
atau tidak beraturan)
2) Pemeriksaan mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dengan cara pewarnaan gram dengan melihat diferensiasi (termasuk bakteri
gram positif atau negatif), bentuk (coccus, batang, koma, atau pleimorf), susunan (sendiri-sendiri,
diplo, berantai, atau seperti anggur)
3) Uji biokimia
Uji biokimia dilakukan untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia, yang biasa
dilakukan diantaranya:
1. TSIA (Tripel Sugar Iron Agar)
Digunakan untuk identifikasi bakteri gram negatif batang, untuk melihat kemampuan meragi glukosa dan
sukrosa
atau
laktosa.
Contohnya
hasil
untuk Escherichia
coli (acid/acid), Salmonella
thypii (alkali/acid+H2S) sedangkanPseudomonas aerugenosa (alkali/alkali)
2. Fermentasi karbohidrat/gula-gula
3. MR/VP (methyl red /voges proskauer)
Uji ini dilakukan untuk menentukan organisme yang memproduksi dan mengelola asam dan produkproduknya dari hasil fermentasi glukosa, memperlihatkan kemampuan sistem buffer dan menentukan
organism yang menghasilkan prosuk netral (asetil metal karbinol atau aseton) dari hasil fermentasi
glukosa
4. SIM(sulfur, indol, motility)
Uji ini untuk mengetahui pergerakkan bakteri, produksi indol dan pembentukkan gas H 2S

27

5. Simon citrate
Uji ini dilakukan untuk menentukkan bakteri yang menggunakan sitrat sebagai sumber karbon

28

BAB III
KESIMPULAN
1. Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu,
berkembang biak dengan membelah diri dan bahan-bahan genetiknya tidak terbungkus dalam
membran inti
2. Bakteri merupakan sekelompok mikroorganisme yang termasuk prokaryote, sel tubuh bakteri
berukuran sangat kecil, kebanyakan diameternya berukuran kira-kira 0,5-0,1m. Kebanyakan
bakteria merupakan jasad yang transparan (tembus cahaya) dengan indeks bisa yang sama dengan
indeks bisa cairan suspensi di mana bakteri tersebut hidup (Taringan, 1988).
3. Susunan sel bakteri terdiri dari : inti, sitoplasma, lapisan permukaan
4. Bakteri dapat melakukan reproduksi dengan dua cara yakni reproduksi secara aseksual dan
reproduksi secara seksual. Reproduksi bakteri secara seksual dibagi menjadi tiga jenis yaitu,
reproduksi dengan transformasi, reproduksi dengan transduksi, dan reproduksi dengan konjugasi.
Berikut uraian lengkap mengenai macam-macam reproduksi bakteri.
5. Faktor fisiologis yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri yaitu waktu laju, makanan,
kebutuhan MO, suhu, oksigendan pH
6. Singkatan Klasifikasi Bakteri Menurut Bergey (Edisi ke 7):
Dunia tumbuhan dibagi atas 5 divisi (phylum)yaitu:
Divisi I-Protophyta
Divisi II-Thalophyta
Divisi III-Bryophyta
Divisi IV-Pteridophyta
Divisi V-Spermatophyta

29

Anda mungkin juga menyukai