Anda di halaman 1dari 37

BAKTERI

OLEH
Tutorial D-1

Desi Megafini
Masagus Moh. Edsel
Qaswara
M. Denny Arnoviandry
Dondy Juliansyah
Fatia Ayu Ramadhana
Esqy Ghea Askara

TUTOR : Winna Ekaputri


Lubis
Lidya Aprilia Sari
Afria Beny Safitri
An-nisaa Islam
Gemala

1010211
136
1010211
142
1010211
145
1010211
148
1010211
155
1010211
156
1010211
157
1010211
159
1010211
160
1010211
162
1010211
163

dr. Irfan

UPN VETERAN JAKARTA


2010/2011
Case
Senjata Prokariyote
Robert Stevens merasa sakit dan sakit, hingga ia pergi ke ruang gawat
darurat di rumah sakit dekat rumahnya di Boca Raton, Florida. Staff rumah sakit
mencatat ia deman, muntah-muntah dan sakit kepala diuji cairan tulang
belakang untuk agen menular. Mereka (staff R.S) melihat beberapa spora bakteri
Bacillus, mereka mengasingkan bakteri tersebut agar tidak terkontaminasi jika
para staff medis tidak mengidentifikasi bakteri di U.S Center for Disease Control
and Prevention.
Spora dimasukkan dalam wadah dengan media pertumbuhan, dan koloni
bakter muncul. Mereka diidentifikasi sebagai Bacillus anthracis bakteri anthrax.
Steven telah antraks pernafasan, suatu bentuk penyakit yang jarang ketika dia
menghidup spora dari amplop yang ia kirim di tempat ia bekerja. Dokter
memberinya antibiotik untuk menghambat pertumbuhan infeksi, tapi sudah
terlambat. Bakteri lebih cepat membelah menghasilkan racun yang
menyebabkan pertahanan tubuhnya kewalahan. Tiga hari kemudian, pada
tanggal 5 Oktober 2001, Robert Steven meninggal dunia.
Ketika penyusunan genom, bakteri pembunuh ditemukan strain
B.anthracis yang telah digunakan dalam senjata biologi pemerintah AS program
penelitian sampai dibubarkan oleh perjanjian internasional pada tahun 1969.

Terminologi
1. Spora: unsure reproduktif yang dihasilkan secara aseksual atau seksual
pada organisme tingkat rendah.
2. B. bacteria: bakteri yang berbentuk basil
3. B. antharcis
4. Respiratory antharax: penyakit antharax disebabkan melalui
pernapasan
5. Genom: informasi genetic lengkap yang dikode oleh rangkaian
nukleotida organisme, sel, organel atau virus.
6. Strain of B. antharcis: organisme dalam organisme spesies B. antharcis
ditandai dengan sifat-sifat yang khas

Problem
1. Apa yang menyebabkan Stevens deman, muntah dan sakit kepala?
2. Dari mana spora berasal?
2

3. Apa itu spora bakteri?


4. Bagaimana spora berkembang menjadi bakteri?
5. Apa itu bakteri?
6. Bagaimana struktur, sifat, klasifikasi, morfologi, taksonomi bakteri?
7. Bagaimana bakteri berreproduksi?
8. Bagaimana metabolisme bakteri?
9. Bagaimana pathogenesis bakteri?
10.Bagaimana isolasi, identifikasi dan kultur bakteri?
11.Bagaimana resistensi
12.Bagaimana tes sensitivitas bakteri?
13.Apa saja factor pertumbuhan pada bakteri?
14.Bakteri apa saja yang menguntukan bagi organisme?

Hipotesis
1.
2.
3.
4.

Terinfeksi bakteri
Dari lingkungan
Bentuk tidak aktif dari bakteri
Dengan adanya lingkungan yang ekstrim terjadi perubahan struktur dari
nonaktif menjadi aktif
5. Bakteri: mikroorganisme dalam golongan prokariotik uniseluler
6. Struktur: membrane, kapsul, dinding sel, plasmid, flagel, ribosom,
sitoplasma, pili, asam nukleotida
Sifat:
bisa hidup diluar sel inang, memiliki ribosom, dapat
menguntungkan atau merugikan hospesnya,
Klasifikasi: bentuk pewarnaan
Morfologi: bentuk bakteri coccus, spiral dan basil
Taksonomi: nomenklatur sesuai aturan Linneaus
7. Secara seksual dan aseksual
8. Anabolisme dan katabolisme
9. Pathogenesis: infeksi dengan kontak langsung, dengan alat, dengan
udara, dengan vector
10.Isolasi: pemeriksaan dari agent terinfeksi bakteri
Kultur: pembiakaan bakteri melalui media
Identifikasi: penepatan bakteri-bakteri
11.a) Mempertahankan konsentrasi obat
b) Memberikan resistensi silang
12. Proses bakteri terhadap antigen yang menimbulkan pathogenesis dalam
badan
13. Faktor-faktor nutrient, pH, temperature, aerasi,kekuatan ionic
14. E. colli dikolon, Phylococcus epidermis di mulut, Streptococcus di
duodenum

I dont know
1.
2.
3.
4.
5.

Klasifikasi bakteri
Taksonomi bakteri
Struktur bakteri
Morfologi bakteri
Reproduksi bakteri
3

6.
7.
8.
9.

Metebolisme bakteri
Isolasi, kultur dan identifikasi
Resistensi dan tes sensitivitas
Bakteri normal

Learning issues
1. Tingkat genom, tingkat sel, sifat biokim
2. Penamaan sesuai Linneaus
3. Struktur dan fungsi
4. Unkuran dan bentuk
5. Aseksual dan seksual
6. Factor yang mempengaruhi kimia dan fisik
7. Tujuan kultur: penilaian hasil kultur dan pewarnaan
8. Mekanisme resistensi, penyebab, tes sensitivitas
9. Bakteri di pencernaan, pernapasan, kulit, urogenital
10.Definisi bakteri normal

Struktur Bakteri
Bakteri merupakan mikroorganisme
prokariot
multiseluler.
Berikut
adalah
struktur yang dimiliki oleh bakteri.

Nukleoid
Nukleoid prokariot merupakan nukleus pada prokariot. Prokariot dapat
memiliki DNA atau tidak, pada yang tidak
ada DNA fungsi membawa informasi
digantikan oleh protein mirip histon. Ukuran
nukleoid 3x10^9 dengan molekul sirkuler
tunggal. Terdapat istilah mesosom pada nukleoid bakteri. Istilah tersebut
merupakan saat dimana DNA berhubungan dengan invaginasi membran
sitoplasmik untuk memisahkan 2 kromosom kembar setelah replikasi kromosom.

Struktur Sitoplasmik
Sel tidak memiliki plastid otonom (mitokondria dan kloroplas), enzim
pengangkut eletron terletak dalam membran sitoplasmik, namun enzim bekerja
pada lemellae yang berada dibawah membran sel. Pigmen fotosintetik
(karotenoid, bakterioklorofil) pada bakteri fotosintetik menyatu dalam sistem
membran internal yang terbentuk oleh invaginasi membran sitoplasmik,
membran sitoplasmik itu sendiri, atau struktur nonunit khusus yang dilingkup
membran dengan sebutan klorosom.
Bakteri menyimpan cadangan makanan dalam bentuk granula sitoplasma.
Granula bekerja sebagai sumber karbon, tetapi ketika sumber protein berkurang
karbon daam granula dapat dikonversi menjadi sumber nitrogen.
Pada beberapa jenis bakteri granula dipakai untuk menyimpan sulfur,
fosfat inorganik, dan granula metakromik pada korinobakteria. Tidak terdapat
mikrotubulus pada sitoplasmanya.

Membran sitoplasma
Merupakan membran sel pada bakteri. Komposisinya terdiri dari fosfolipid
dan protein. Semua membran sel prokariot, kecuali genus Mycoplasma, tidak
mengandung sterol. Yang disebut membran sitoplasma adalah membran yang
secara langsung berhubungan dengan sitoplasma. Ditempat tertentu pada
membran sitoplasma terdapat cekungan ke dalam (convulated invagination)
yang disebut mesosom. Ada 2 jenis mesosom :
1. Septal mesosom : berfungsi dalam pembelahan sel. Kromosom bakteri
(DNA) melekat pada septal mesosom
2. Lateral mesosom
Membran sitoplasma memilki beberapa fungsi utama, antara lain :

1. Tempat transport bahan makanan dan permeabilitas selektif


a. Membran membentuk sawar hidrofobik yang bersifat tidak
permeabel terhadap sebagian besar molekul hidrofilik
b. Sistem transport pada membran sel bekerja melawan gradien
konsentrasi (transport aktif)
c. 4 macam mekanisme transport :
i. Difusi terfasilitasi, contohnya transport gliserol
ii.

Bergantung protein pengikat, pada bakteri gram negatif.


Protein terletak pada ruang periplasma (antara membran
plasma dan dinding sel), protein pengikat bersifat spesifik.
Berkerja dengan cara menghantarkan substrat yang
terikat ke kompleks protein transpor-terikat membran
yang sesuai.
iii. Diarahkan
kemiosmotik,
bekerja
dengan
cara
menggerakkan sebuah molekul melewati membran
sitoplasma dengan memanfaatkan gradien ion yang sudah
ada. Contoh ion : daya penggerak proton, daya penggerak
natrium. 3 bentuk dasar transport : uniport (transport
substrat yang tidak berbentuk pasangan ion), simport
(transport dua substrat secara bersamaan ke arah sama
oleh pembawa tunggal), dan antiport (transport dua
substrat
secara
berurutan
ke
arah
berlawanan,
menggunakan pembawa umum.
iv. Translokasi kelompok, memindahkan zat terlarut elalui
membran
tanpa
mengalami
perubahan
struktur.
Memanfaatkan proses metabolisme vektorial. Proses ini
memungkinkan bakteri memakai sumber energi secara
efisien dengan merangkaikan proses transport dengan
metabolisme.
2. Tempat transport elektron dan fosforilasi oksidatif (pada bakteri aerob)
a. Terdapat sitokrom, enzim-enzim, dan komponen yang berperan
dalam siklus respirasi. Untuk membuat ATP
3. Ekskresi eksoenzim hidrolitik dan patogenisitas protein
a. Enzim hidrolitik terdapat di bakteri gram positif maupun negatif
b. Bakteri menyekresikan enzim ke ruang periplasma atau medium
eksternal
c. 5 cara sekresi enzim
i. Tipe I :
4. Fungsi biosintetik, membran sitoplasma merupakan tempat lipid
pembawa (carrier lipid), yang merupakan subunit dinding sel,
dikumpulkan. Juga sebagai tempat enzim biosintesis dinding sel.
6

Membran plasma juga memiliki protein pembentuk kompleks replikasi


DNA (pada mesosom septal)
5. Sistem kemotaktik, merupakan tanggapan sel terhadap senyawa kimia.
Membran sel memiliki zat penarik dan penolak yang berikatan dengan
reseptor spesifik
Pada membran sel, ada beberapa agen
mempengaruhi membran. Agen tersebut antara lain :

antibakteri

yang

dapat

1. Deterjen : mengandung gugus lipofilik dan hidrofilik yang merusak


membran sitoplasma dan membunuh sel.
2. Antibiotik yang spesifik mempengaruhi fungsi biosintetik membran
sitoplasma.

Dinding Sel
Tekanan osmotik dalam bakteri berkisar 5-20 atm karena adanya transport
aktif yang menyebabkan tingginya konsentrasi larutan dalam sel. Sel tidak pecah
karena dindingnya yang relatif sangat kuat. Dinding sel terdiri dari lapisan
peptidoglikan, yang disebut juga sebagai lapisan murein atau mukopeptida.
Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri gram positif dan gram negatif
tergantung responnya ketika diwarnai pewarna GRAM. Bakteri gram positif
memiliki dinding peptidoglikan yang tebal, sedangkan gram negatif tipis.
Pewarnaan ini dilakukan dengan cara mewarna sel kuman dengan zat kristal
warna ungu dan iodium lalu dicuci dengan alkohol atau aseton. Pada bakteri
negatif gram zat ungu akan hilang setelah dicuci dengan alkohol, sedangkan
pada positif gram warna ungu tetap bertahan setelah dicuci alkohol.
Berikut adalah perbedaan komponen khusus antara bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif :
1. Gram positif, memiliki asam teikoat dan teikuronat pada dinding
selnya, serta polisakarida
a. Asam teikoat dan asam teikuronat. Asam teikoat membentuk
antigen permukaan utama, mudah dicapai oleh antibodi. Fungsi
asam teikoat antara lain dapat menyediakan ion magnesium ke
dalam sel dengan mengikatnya, berperan dalam fungsi normal
selubung sel sehingga sel tahan terhadapt sel autolisis. Asam
teikuronat merupakan polimer serupa dengan asam teikoat,
namun unit pengulangan pada teikuronat terdiri dari asam gula,
sedangkan teikoat memiliki asam fosfat.
b. Polisakarida. Apabila dinding sel bakteri gram positif dihidrolisis,
maka akan dihasilkan gula nterla seperti manosa, galaktosa,
arabinosa. Gula tersebut kemungkinan adalah subunit
polisakarida dalam dinding sel.
2. Gram negatif, mengandung tiga komponen yang letaknya di luar
lapisan peptidoglikan, yaitu lipoprotein, membran luar, dan
lipopolisakarida.

a. Lipoprotein, mengikat silang membran luar dan lapisan


peptidoglikan. Fungsinya untuk menstabilkan membran luar dan
merekatkan membran luar ke peptidoglikan.
b. Membran luar. Struktur bilayer, lapisan sebelah dalam memiliki
komposisi serupa dengan membran sitoplasma, pada lapisan
sebelah luar terdapat lipopolisakarida yang menggantikan
fosfolipid. Beda komposisi antar sisi dari membran luar
menyebabkan kedua lapisan tidak simetris sehingga sifat
membran luar sangat berbeda dengan membran sitoplasma.
Membran luar memiliki kemampuan mengeluarkan molekul
hidrofobik yang melndungi sel dari garam empedu.
Membran luar memiliki jalur khusus terdiri dari molekul protein
yang disebut porin. Jalur ini berfungsi untuk difusi pasif
komponen hidrofilik dengan molekul berat rendah seperti gula,
asam amino.
c. Lipopolisakarida (LPS). Tersusun atas lipid kompleks yang disebut
lipid A. LPS disintesis di membran sitoplasma dan ditransport ke
bagian luar dinding sel. LPS melekat pada membran luar melalui
ikatan hidrofobik. Fungsi LPS adalah sebagai senyawa yang
dibutuhkan banyak protein membran luar agar dapat melakukan
fungsinya.
d. Ruang periplasmik. Merupakan ruang antara membran bagian
dalam dan luar. Berisi lapisan murein (laruttan protein mirip gel).
Protein yang terdapat pada ruang ini antara lain protein pengikat
substrat spesifik, enzim hidrolitik, dan enzim detoksifikasi untuk
menonaktifkan antibiotik tertentu.

Fungsi lain dinding sel selain menjaga tekanan osmotik antara lain :
1. Berperan penting dalam pembelahan sel
8

2. Melaksanakan biosintesa mandiri untuk membentuk dinding sel


3. Determinan dari antigen permukaan kuman, terdapat pada beberapa
lapisan dinding sel
4. Pada kuman negatif gram, salah satu lapisan dinding sel mempunyai
aktivitas endotoksin yang tidak spesifik, yaitu lipopolisakarida (LPS).
LPS pada beberapa binatang bersifat toksik
Apabila bakteri diberi enzim lisosim atau obat yang mengganggu
biosintesis peptidoglikan, dinding sel akan hilang. Setelah kehilangan dinding sel,
apabila cairan disekitar bakteri memproteksi tekanan osmotik dalam sel maka
terjadi sel tanpa dinding yang disebut protoplas (pada positif gram) dan sferoplas
(pada negatif gram). Apabila kedua jenis bakteri ini masih mampu berkembang
biak, maka mereka disebut kuman L form.

Kapsul
Bakteri saat tumbuh dapat mensintesa polimer ekstrasel (umumnya
polisakarida) yang berkondensasi dan membentuk lapisan berbentuk selubung
padat disekeliling sel yang disebut kapsid.
Pada medium agar, koloni bakteri berkapsul tampak sebagai koloni
berlendir. Bakteri dengan kapsul lebih tahan terhadap efek fagositosis dari daya
pertahanan badan.

Glikokaliks
Polimer ekstrasel yang disintesis oleh bakteri saat tumbuh, membentuk
jaringan longgar berupa fibril yang meluas ke arah luar sel.

Flagel
Merupakan bagian kuman yang berbentuk seperti benang. Terdiri dari
protein dengan diameter 12-30 nanometer yang disebut flagellin. Flagel
digunakan sebagai alat gerak. Bakteri memiliki beberapa jenis flagel, antara
lain :
1. Monotrich : flagel tunggal dan
terdapat pada bagian ujung
2. Lopotrich : lebih dari satu flagel di
satu bagian polar
3. Amfitrich : flagel terdapat satu atau
lebih di kedua polar
4. Peritrich : flagel tersebar merata di
sekeliling badan kuman
Bagian protein dari flagel disebut
flagellin. Pada bakteri, flagel dapat rontok, tetapi akan tumbuh lagi dengan
sempurna dalam 3-6 menit.

Pili/Fimbriae
Pada beberapa kuman negatif gram, terdapat
rambut pendek dan keras yang disebut pili. Pili
terdiri dari subunit-subunit protein yang disebut pilin.
Pada ujung pili terdapat protein minor yang berfungsi
untuk melekat pada sel lain. Terdapat 2 jenis pili :
1. Pili yang memegang peranan dalam adhesi kuman dengan sel tubuh
hospes
2. Seks pili yang berfungsi dalam konjugasi dua kuman antara sel donor
ke resipien
Pili juga berpengaruh terhadap virulensi bakteri patogen selain toksin,
contohnya pada colonization antigen yang merupakan pili biasa.
Endospora
Beberapa genus bakteri dapat membentuk endospora. Yang paling sering
membentuk spora adalah kuman batang postif gram Bacillus genus dan
Clostridum. Kuman tersebut akan mengadakan diferensiasi membentuk spora
apabila keadaan lingkungan tidak baik, misalnya medium sekitar kekurangan
nutrisi. Masing-masing sel akan membentuk spora, sedangkan sel induk
mengalami otolisis.
Spora adalah bakteri dalam bentuk
istirahat. Sifat dari spora adalah
sangat resisten terhadap panas,
kekeringan,
dan
zat
kimiawi.
Apabila kondisi lingkungan telah
membaik spora dapat melakukan
germinasi dan memproduksi sel
vegetatif.
Secara
morfologis,
proses sporulasi terjadi dengan
cara isolasi badan inti yang diikuti
dengan invaginasi membran sel ke arah dalam.
Spora terdiri dari :
1. Core
a. Merupakan sitplasma dari spora
b. Mengandung semua unsur untuk kehidupan bakteri, seperti
kromosom komplit, komponen untuk sintesis protein
2. Dinding spora
a. Lapisan paling dalam dari spora
b. Terdiri dari dinding peptidoglikan dan akan menjadi dinding sel
saat spora kembali ke bentuk vegetatif
3. Korteks
a. Lapisan tebal dari spora envelope
b. Terdiri dari lapisan peptidoglikan dalam bentuk istimewa
4. Coat
10

a. Terdiri dari zat semacam keratin. Keratin menyebabkan spora


relatif tahan terhadap pengaruh luar
5. Eksosporium
a. Lipoprotein membran yang terdapat pada bagian paling luar
Pada saat terjadi germinasi (spora menjadi sel vegetatif), terjadi beberapa
peristiwa :
1. Aktivasi
:
germinasi
hanya terjadi apabila
dilakukan aktivasi yang
diawali oleh adanya zat
yang merusak coat dari
spora
seperti
panas,
asam
komponen
sulfhidril, dll. Inisiasi :
setelah teraktivasi, spora
akan
melakukan
germinasi
dengan
menggunakan
sumber
makanan dari media /
lingkungannya.
2. Outgrowth
:
terjadi
degradasi korteks dan sel
vegetatif
keluar,
melakukan hidup seperti semula.

Morfologi bakteri
Bakteri dapat dibagi menjadi 3 bentuk, antara lain :
1. Coccus : kuman berbentuk
bulat, variasi susunannya:
a. Micrococcus
:
tersendiri (single)
b. Diplococcus
:
berpasangan dua-dua
c. Pneumococcus
:
diplokokus
yang
berbentuk
lanset.
Gonokokus
adalah
diplokokus
yang
berbentuk biji kopi
d. Tetrade : tersusun
rapi dalam kelompok empat sel
e. Sarcina : kelompok delapan sel yang tersusun rapi dalam bentuk
kubus
f. Streptococcus : tersusun seperti rantai
11

g. Staphylococcus : bergerombol tak teratur seperti untai buah


anggur
2. Bacillus : berbentuk batang dengan panjang bervariasi dari 2-10 kali
diameter kuman tersebut
a. Cocobacillus : batang sangat pendek menyerupai kokus
b. Fusiformis : kedua ujung batang meruncing
c. Streptobacillus : sel bergandengan membentuk suatu filamen
3. Spiral : berbentuk spiral
a. Vibrio : berbentuk batang bengkok
b. Spirillum : bentuk spiral kasar dan kaku, tidak fleksibel dan dapat
bergerak dengan flagel
c. Spirochaeta : bentuk spiral halus, elastik, dan fleksibel. Dapat
bergeak dengan aksial filamen. Contoh bakteri :
i. Borrelia : bentuk gelombang
ii. Treponema : bentuk spiral halus dan teratur
iii. Leptospira : berbentuk spiral dengan kaitan pada satu
atau kedua ujungnya

Reproduksi Bakteri
Bakteri tidak mengalami mitosis dan meiosis. Hal ini merupakan perbedaan
penting antara bakteri (prokariot) dengan sel eukariot. Bakteri mengadakan
pembiakan dengan dua cara, yaitu secara aseksual dan seksual. Namun, proses
pembiakan cara seksual berbeda dengan eukariota lainnya. Sebab, dalam proses
pembiakan tersebut tidak ada penyatuan inti sel sebagaimana biasanya pada
eukarion, yang terjadi hanya berupa pertukaran materi genetika (rekombinasi
genetik). Berikut ini beberapa cara pembiakan bakteri dengan cara seksual
(rekombinasi genetic dan ditinjau dari jumlahnya) dan aseksual (pembelahan
biner, pembentukan tunas/cabang, dan pembentukan filament), yaitu:
Seksual
Ditinjau dari jumlahnya
Bila bakteri ditanam pada perbenihan yang sesuai dan pada waktu-waktu
tertentu ditinjau jumlah bakteri yang hidup, maka dapat dilihat suatu grafik yang
dapat dibagi dalam 4 fase, yaitu:
1. Fase penyesuaian diri (lag phase)
Waktu penyesuaian ini umumnya berlangsung selama 2 jam. Bakteri
belum berkembang biak dalam fase ini, tetapi aktivitas metabolismenya
sangat tinggi. Fase ini merupakan persiapan untuk fase berikutnya.
2. Fase pembelahan (logharhytmik phase/exponential phase)
12

Bakteri berkembang biak dengen berlipat 2, jumlah bakteri meningkat


secara eksponensial. Untuk kebanyakan bakteri fase ini berlangsung 18-24
jam. Pada pertengahan fase ini pertumbuhan kuman sangta ideal,
pembelahan terjadi secara teratur, semua bahan dalam sel berada dalam
keadaan seimbang (balanced growth).
3. Fase stationer (stationary phase)
Dengen meningkatnya jumlah bakteri, meningkat juga jumlah hasil
metabolism yang toksik. Bakteri mulai ada yang mati, pembelahan
terhambat. Pada suatu saat terjadi jumlah bakteri yang hidup tetap sama.
4. Fase kemunduran/penurunan (period of decline)
Jumlah bakteri hidup berkurang dan menurun. Keadaan lingkungan
menjadi sangat buruk. Pada beberapa jenis bakteri timbul bentuk-bentuk
abnormal (bentuk involusi).
Reproduksi seksual ini memiliki kurva dan hanya ada di laboratorium hanya
pada medium yang tidak diremajakan.

Aseksual
a. Pembelahan Biner
Pada pembelahan ini, sifat sel anak
dihasilkan sama dengan sifat sel induknya.

yang

Pembelahan biner mirip mitosis pada sel eukariot.


Bedanya, pembelahan biner pada sel bakteri
tidak melibatkan serabut spindle dan kromosom.
Pembelahan Biner dapat dibagi atas tiga fase,
yaitu sebagai berikut:
1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh
sekat yang tumbuh tegak lurus.

2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.

13

3. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik. Ada bakteri
yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada
pula bakteri yang tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri
demikian merupakan bentuk koloni.

Pada keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20


menit sekali. Jika pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan
delapan anakan sel. Tetapi pembelahan bakteri mempunyai faktor
pembatas misalnya kekurangan makanan, suhu tidak sesuai, hasil eksresi
yang meracuni bakteri, dan adanya organisme pemangsa bakteri. Jika hal
ini tidak terjadi, maka bumi akan dipenuhi bakteri.

b. Pembentukan tunas / cabang


Bakteri membentuk tunas, tunas akan melepaskan diri dan mebentuk
bakteri baru. Reproduksi pembentukan cabang didahului dengan
pembentukan tunas yang tumbuh menjadi cabang dan akhirnya
melepaskan
diri.
Dapat
dijumpai
pada
kuman
dari
family
Streptomycetaceae.
c. Pembentukan filamen
Pada pembentukan filament, sel mengeluarkan serabut panjang, filament
yang tidak bercabang. Bahan kromosom kemudian masuk ke dalam
filament. Filament terputus-putus menjadi beberapa bagian. Tiap bagian
membentuk bakteri baru, dijumpai terutama dalam keadaan abnormal,
misalkan bila bakteri Heamophilus influenza dibiakkan dalam perbenihan
yang basah.
Sebenarnya bakteri secara alami berkembang biak secara aseksual, tapi
bakteri juga dapat berkembang biak secara seksual, namun hanaya bakteri
yang mempunyai pili saja dan pada saat pupulasi bakterinya itu terancam.

METABOLISME BAKTERI
Sel bakteri mengadakan kegiatan di dalam sel untuk pertumbuhan,pembelahan
sel,pembaharuan komponen sel.Seluruh proses pengolahan setelah bahan
makanan masuk ke dalam sel disebut metabolisme.
1.Metabolisme karbohidrat : Karbohidrat dipecah menjadi triosa dalam
bentuk fosfat dan piruvat (CH3COCOOH).Enzim yang berperan dari golongan
glikosidasa dan fosforilasa.Metabolisme glukosa menjadi piruvat menurut
Embden-Meyerhof :
Glukosa ---- glukosa 6 fosfat
----fosfoenolpiruvat ---- piruvat

----

fosfogliseratdehide

----

fosfogliserat

14

Melalui pentosa fosfat : cara ini dipakai untuk bakteri yang tidak mempunyai
enzim aldolosa
dan triosa PO4 isomerase yang diperlukan pada Embden
meyerhof
Glukosa ---- glukosa 6 fosfat ---- 6 fosfoglukonat ---- pentosafosfat
Melalui Entner Doudorrof :
Glukosa ---- 6 fosfoglukonat ---- ketodeoksiglukonat ---- piruvat + gliseraldehid
2.Metabolisme lemak : Permulaan reaksi diperlukan pengaktifan asam lemak
dengan CoA dan sebagai hasil akhir adalah gliserol dan asetil CoA.
3.Metabolisme protein : Sintesa protein memerlukan nitrosa yang biasanya
diambil dari medium dalam bentuk NH3 atau NO3.Sintesa protein mengikuti pola
yang ditentukan oleh DNA.DNA gen menberikan pola yang menentukan pada
sintesa DNA sendiri dn RNA.RNA sebagai pembawa berita dari DNA yang
menentukan sintesa protein.Dalam RNA terdapat semua informasi yang
diperlukan dalam penyusunan DNA,RNA,protein.
Faktor yang mempengaruhi bakteri :
1.Fisik

Temperatur (suhu),Tiap-tiap kuman mempunyai temperatur optimum


yaitu di mana bakteri tersebut tumbuh baik,dan batas-batas temperatur di
mana pertumbuhan dapat terjadi.Pembelahan sel terutama sangat peka
terhadap pengaruh merusak dari temperatur tinggi.Jika temperatur terlalu
tinggi maka bakteri akan mengalami kematian,begitu juga juga jika
temperatur terlalu rendah bakteri akan mengalami kematian (cold
shock).Bentuk-bentuk besar dan ganjil (bizzare=aneh) sering dijumpai
pada biakan-biakan pada suhu yang lebih tinggi daripada suhu optimum.
Berdasarkan batas-batas suhu pertumbuhan,bakteri dibagi atas golongangolongan:
Psikhrofilik : 15-20 0C
Mesofilik : 30-37 0C (temperatur optimal untuk bakteri yang patogen
bagi manusia)
Thermofilik : 50-60 0 C
pH,pH juga mempengaruhi pertumbuhan bakteri,bakteri mempunyai
kisaran pH yang sempit.Kebanyakan kuman yang patogen mempunyai Ph
optimum 7,2-7,6.
Tekanan Osmotik,Pada tingkatan yang lebih kecil,faktor-faktor seperti
tekanan osmotik dan konsentrasi garam harus dapat dikontrol.Untuk
kebanyakan
bakteri,sifat
media
yang
umum
sudah
cukup
memuaskan,tetapi untuk bakteri yang ada pada lingkungan ekstrim
(laut),faktor-faktor ini harus diperhitungkan.Baktero yang membutuhkan
konsentrasi garam tinggi disebut halofilik dan yang membutuhkan tekanan
osmotik tinggi disebut osmofilik.Osmolaritas diatur oleh transpor aktif ion
K+.

15

2.Kimia

Air, bakteri memerlukan air dalam konsentrasi tinggi (cukup) disekitarnya


karena diperlukan bagi petumbuhan dan oerkembangbiakan. Air
merupakan pengantar semua bahan gizi yang diperlukan sel untuk
membunag semua zat-zat yang tidak diperlukan sel. Selain untuk
melancarkan reaksi-reaksi metabolic, air juga merupakn bagian terbesar
dari protoplasma.
Sumber karbon,C diperlukan dalam proses-proses sintesa pada
bakteri.Berdasarkan jenis sumber C yang diperlukan,kuman dibagi dalam
2 golongan:
Kuman Autotrof :adalah kuman yang hanya memerlukan air,garam
inorganik dan CO2 sebagai sumber C bagi pertumbuhannya,mensintesa
sebagian besar metabolik organiknya dari CO 2.Energi yang diperlukan
diperoleh dari cahaya atau oksidasi bahan-bahan kimia.Kuman autotrof
fotosintetik(fotolitotrof),memperoleh energi dari cahaya.Kuman autotrof
kemosintetik (kemolitotrof),memperoleh energi dari oksidasi substrat
inorganik,seperti Fe,S,NH 3,NO2.
Kuman
Heterotrof
:memerlukan
karbon
organik
untuk
pertumbuhannya,karbohidrat,untuk pertumbuhannya.Dalam golongan
initermasuk semua jenis kuman yang patogen bagi manusia.Dalam
laboratorium biasanya dipakai glukosa sebagai sumber C.Energi yang
diperoleh dari cahaya atau oksidasi senyawa organik.Kuman heterotrof
fotosintetik(fotoorganototrof) memperoleh energi dari cahaya.Kuman
heterotrof kemosintetik(kemoorganototrof) memperoleh energi dari
oksidasi senyawa organik.
Nirogen,merupakan komponen utama protein dan asam nukleat,yaitu
sebesar 10% berat kering sel kuman.Nitrogen yang dipakai oleh
kuman,diambil
dalam
bentuk
NO3,NO2,NH3,N2
dan
Rradikal
organik.Kebanyakan mikroorganisme dapat menggunakan NH3 sebagai
satu satunya sumber nitrogen.
Mineral :Selain karbon dan nitrogen,sel-sel hidup memerlukan sejumlah
mineral-mineral lainnya untuk pertumbuhan,yaitu
Belerang (sulfur) : seperti halnya dengan nitorgen,sulfur merupakan
komponen substansi sel.Sebagian besar sulfur sebagai H 2S,tetapi
kebanyakn mengambilnya dalam bentuk SO4 (sulfat).
Fosfor fosfat (PO4) : diperlukan sebagai komponen asam-asam
nukleat dan berupa koenzim.
Aktivtor enzim : sejumlah mineral diperlukan sebagai aktivator
enzim seperti Mg,Fe,juga K dan Ca.
Oksigen : berdasarkan keperluannya akan oksigen,kuman dibagi dalam 5
golongan yaitu
Kuman anaerobobligat,hidup tanpa O2,O2 toksis terhadap golongan
kuman ini
Kuman anaerob aerotoleran,tidak mati dengan adanya O2,O2 bukan
substansi primer.
Kuman anaerob fakultatif,mampu tumbuh baik dalam suasana
dengan atau tanpa O2.
16

Kuman aerob obligat,harus hidup dengan adanya O2.tumbuh subur


bila ada oksigen dalam jumlah besar.
Kuman mikroaerofilik,hanya tumbuh baik dalam tekanan O2 yang
rendah.
Faktor pertumbuhan,adalah senyawa anorganik dimana setiap sel harus
memilikinya yaitu purin,pirimidin,asam amino,pentosa,vitamin.Masing
masing
senyawa
disintesis
melalui
urutan
terpisah
reaksi
enzimatik,masing-masing enzim diproduksi dibawah pengawasan gen
khusus.Ketika
suatu
organisme
mengalami
mutasi
gen
yang
mengakibatkan kegagalan satu dari fungsi enzim- enzim ini,rantai terputus
danproduk akhir tidakdihasilkan lagi.

Isolasi , kultur dan identifikasi


Isolasi bakteri itu sendiri adalah salah satu tujuan dari kultur bakteri. cara yang
dilakukan untuk memepelajari sifat sifat suatu jasad renik ( kuman/ bakteri )
tertentu , haruslah diperoleh biakan murni jasad renik tertentu. Cara kerja
untuk mendapatkan biakan murni tersebut itulah yang dinamakan isolasi jasad
renik ( kuman / bakteri ). Cara isolasi sendiri umumnya menurut Robert Koch ada
dua tahap yaitu :
a. Penipisan bahan pemeriksa pada penanaman perbenihan padat untuk
pendapatkan biakan murni yang terpisah. Kriteria minimum untuk tahap
pemurnian adalah
tampaknya dalam mikrosof elektron mikograf
homogen.
b. Pemindahan biakan murni secara steril pada perbenihan baru.
Cara melakukan penipisan itu ada beberapa cara diantaranya:
1. Cara penipisan dengan lempeng agar tuangan
Telah terjadi penipisan secara bertingkat dari bahan pemeriksa.
2. Cara penipisan pada lempeng agar
Dilakukan dengan hanya satu lempeng agar untuk satu bahan pemeriksa.
Identifikasi, setelah mendapat biakan murni malah dilakukan lah identifikasi .
dengan menyelidiki sifat sifat kuman . sifat sifat tersebut antara lain :
a. Sifat morfoligi nya dan hasil perwarnaan
Dalam bagian ini ditentukalah bentuk sel dari kuman tersebut ( basil,
kokous. Dan spiral ), susunan khasnya, ukurannya, ada atau tidaknya
spora, simpai, flagel, dsb. Juga ditentukan apakah kuman tersebut dapat
bergerak atau tidak. Dan hasil pewarnaan gram tahan asam banyak
memebantu dalam mengidentifikasi kuman. Sifat morfologi dan hasil
pewarnaan tidak cukup untuk menentukan dengan pasti identifikasi
kuman.
b. Sifat sifat biakan
Dari pertumbuhan kuman pada perbenihan cair dan padat dapat diperoleh
keterangan2 tambahan untuk identifikasi kuman tersebut.
Pada perbenihan cair dapat dilihat

17

Pertumbuhan pada
permukaan dsb.
Kekeruhannya
Endapan
Bau

permukaan.

Ada

tidaknya

selaput

pada

Pada perbenihan lempeng agar dapat dilihat berbagai bentuk koloni


kuman. Koloni2 ini dapat dibedakan satu dengan yang lainnya
berdasarkan sifatnya, permukaan, pinggirannya, warnanya, dsb.
Pada perbenihan agar miring dapat dilihat berbagai macam pertumbuhan
kuman. Ada yang hanya tumbuh pada tempat penanaman , ada yang
tumbuhnya menebar dan sebagainya.
Pada perbenihan tabung agar tegak, dapat dilihat sifat sifat pertumbuhan
terbaik, apakah di permukaan perbenihan atau jauh didalam perbenihan.
c. Sifat fisiologi dsn biokimia
Pada penentuan sifat ini dilakukan pemeriksaan terhadap :
Suhu yg terbaik pada pertumbuhan kuman
Kebutuhan akan makanan tersebut
Hubungan oksigen dan CO2
Hubunga kuman dengan pH perbenihan
Dll
Dengan mengumpulkan sifat sifat morfoligik, jasil pewarnaan, sifat
biakan, sifat fisiologi dan biokim, dapatlah sekurang2nya ditentukan
golongan kuman yang diperiksa, kadang2 sudah dapat dipastika
spesies kuman tersebut.

UJI KULTUR
Uji kultur adalah perkembangbiakan mikroorganisme atau sel jaringan hidup
dalam media khusus yang kondusif bagi pertumbuhan.
A. Tujuan Uji Kultur
1.
2.
3.
4.
5.

Isolasi bakteri
Memperbanyak bakteri
Menghitung jumlah bakteri
Menyimpan bakteri
Melihat gerak bakteri

B. Metode Uji Kultur


1. Dengan medium
a) Membiakan sel dari spesies tertentu
b) Pemerikasaan bahan mikro bahan kimia
c) Isolasi mikroorganisme tertentu
2. Isolasi mikroorganisme pada pembiakan murni
a) Penanaman pada lempeng buatan
b) Pengenceran
18

Pada uji kultur digunakan beberapa media yang disebur media kultur. Media
kultur adalah suatu substansi yang menunjang pertumbuha mikroorganisme.
C. Media kultur dibedakan berdasarkan :
1. Bahan Bakunya
a) Medium alam
: Sari buah, nasi dan jagung
b) Medium alamiah dan kimia
: PDA (Potato Dextrase Agar)
c) Medium buatan
: CDA (Czapeks Dox Agar)
2. Kosistensinya
a) Medium padat
: Media yang mengandung agar 15 % sehingga
setelah dingin media tersebut akan memadat.
b) Medium semi padat : Media yang mengandung agar 0,3 0,4 %
sehingga bentuknya kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair.
c) Medium cair
: Tidak mengandung agar. Misalnya, NB (Nutrient
Broth)
3. Komposisinya
a) Medium sintesis
: Zat kimianya diketahui jenis dan
takaranya. Misanlya; glukosa agar, MCA (Mac Conkey Agar)
b) Medium semi sintesis : Komposisinya diketahui secara pasti. Misalnya;
PDA (Potato Dextrase Agar) mengandung agar dekstrase dan ekstrak
kentang.
c) Medium non sintesis : Komposisinya tidak diketahui secara pasti dan
biasanya diekstrak dari bahan dasarnya. Misalnya; Tomato Juice Agar,
Brain Heart Infusion Agar.
4. Fungsi
a) Medium umum : Media universal. Misalnya; NA (Nutrien Agar), MHA
(Mueller Hinton Agar).
b) Media selektif : Hanya media tertentu yang dapat hidup untuk
menyeleksi. Misalnya; SSA (salmonella Shigala Agar)
c) Medium Differensial : Untuk membedakan jenis mikroorganisme satu
dengan yang lain. Misalnya; Blood Agar, MCA (Mac Conkey Agar).
d) Medium diperkaya
: Untuk
mengaktifkan mikroorganisme yang
terhambat pertumbuhan. Misalnya; Thioglikalat Broth pertumbuhan
Salmonella
dan
Shigella,
Agar
Coklat

pertumbuhan
Corynebacterium Diphteriae.
e) Meduim Penguji : Untuk melihat kemampuan mikroorganisme dala
reaksi biokimia. Misalnya; pada reaksi fermantasinya (dengan glukosa,
laktosa, maltosa, sukrosa, mannitol) untuk menguji fermentasi bakteri,
MIO (Motility Indol Ornithin) untuk mengetahui kemampuan
mikroorganisme memecah asam amino triptofan menjadi idol.
D. Macam-macam Uji Kultur
1.

Plate Culture : Biakan pada medium,biasanya agar atau gelatin pada


cawan peti.
2.
Pure Culture : Biakan dari sel tunggal, tanpa kehadiran kontaminan
apapun.
3. Primary Culture : Biakan sel atau jaringan yang dimulai dari bahan yang
diambil dari organisme.
19

4. Hanging-drop Culture : Biakan dimana materi yang akan dikembangkan


diinokulasi ke dalam setetes cairan yang yang menempel pada kaca
penutup yang kemudian dibalikan kaca mikroskop yang berongga.
5. Continousflow Culture : Biakan bakteri dalam suatu aliran medium segar
yang terus-menerus untuk mempertahankan pertumbuhan bakteri dalam
fase logaritma.
6. Cell Culture : Pertmbuhan sel In Vitro
7. Stab Culture : Biakan diman medium diinokulasi dengan suatu jarum yang
ditusukan dalam-dalam pada substansinya.
8. Slant Culture : Biakan yang dilakukan pada permukaan medium padat
yang miring dalma suatu tabung untuk memperoleh permukaan yang lebih
luas untuk pertumbuhan.
9. Type Culture : Biakan spesies mikroorganisme yang biasanya
dipertahankan dalam koleksi pusat biakan jenisnya.
10. Streak Culture : Biakan diman medium diinokulasi dengan menggoreskan
kawat nyang terinfeksi pada medium tersebut
11. Suspension Culture : Biakan diman sel-sel memperbanyak diri bila
disuspensikan dalma medium yang sesuai.

PEWARNAAN
1. Bertujuan mempelajari morfologi, struktur dan sifat-sifat kuman
identifikasi kuman
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pewarnaan :
a)
Gelas alas bersih dan bebas lemak
b) Umur biakan 18 24 jam [Mycobacterium tuberculosa , 1 bulan]
c) Kualitas zat warna
d) Tebal tipisnya sediaan, suspensi kuman disebar setipis mungkin sehingga
membentuk lingkaran, dengan ditambahkan garam faal
e)
Fiksasi, bertujuan untuk mematikan mikroba dan memudahkan
pengikatan zat warna. Fiksasi dilakukan dengan melewatkan di atas api
minimal 3 kali
Jenis-jenis pewarnaan bakteri yang dikenal adalah
a.
b.
c.
d.

Pewarnaan negative
Pewarnaa sederhana
Pewarnaan diferensial
Pewarnaan khusus

Pewarnaan negative
Suspense kuman dibuat dalam zat warna negrosin/tinta bak dan disebarratakan dengan gelas alas lain (sediaan hapus). Disini bakteri tidak diwarnai
dan tampak sebagai benda-benda terang dengn latar belakang hitam.
Pewarnaan ini dipakai untuk jenis bakteri yang sukar diwarnai, misalkan
Spirochaeta (Treponema, Leptospira, dan Borrelia)
20

Pewarnaan sederhana
Pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna. Misalkan biru
metilen, air fukhsin atau ungu Kristal selama 1-2 menit. Zat warna aniline
mudah diserap oleh bakteri.
Pewarnaan diferensial
Pewarnaan diferensial menggunakan lebih dari satu macam zat warna
a. Pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangant penting.
Ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884.
b. Pewarnaan tahan asam, misalken pewarnaan Ziehl Neelsen dan Kinyoung
Gabbett, untuk membedakan kuman yang tahan asam dan tidak tahan
asam.

Proses Pewarnaan Gram


1. Fiksasi : untuk mematikan mikroba dan memudahkan pengikatan
zat warna
2. Menambahkan Cristal Violet, diamkan 5 menit setelah itu lakukan
penyucian.
Untuk gram positive (Staphylococcus aureus) bewarna Ungu,
Untuk gram negative (Escherichia coli) berwarna Ungu.
3. Menambahkan Lugol atau Yodium + Yodida, diamkan selama 5
menit setelah itu lakukan penyucian
Untuk gram positive (Staphylococcus aureus) bewarna Ungu
dan ikatannya lebih kencang
Untuk gram negative (Escherichia coli) berwarna Ungu.
4. Lakukan penyucian kembali dengan Alkohol 96%
Untuk gram positif (Staphylococcus aureus), denaturasi protein
saat pencucian alkohol protein keras, pori-pori mengeras
terbentuk kompleks ungu kristal-yodium.
Untuk gram negatif (Escherichia coli),
lipid larut pada saat
pencucian alkohol pori-pori membesar zat warna larut
kuman tidak berwarna.
5. Menambahkan Safarin Red
Untuk gram positive (Staphylococcus aureus) bewarna Ungu.
Untuk gram negative (Escherichia coli) berwarna Merah.
6. Proses akhir perhatikan posisi agar
Untuk gram positif (Staphylococcus aureus) Terdapat sampai
pada dasar media agar.
Untuk gram negative (Escherichia coli) Terdapat pada setengah
media agar.

Kesimpulan
Bakteri Staphylococcus aureus dapat menebus sampai ke dasar
media agar,itu berarti tanpa udara pun dia dapattumbuh,sedangkan
Escherichia coli membutuhkan udara untuk dapat tumbuh.Itu berarti
21

bakteriS.Aureus memiliki tingkat hidup yang lebih tinggi dibandingkan


dengan bakteri E.Coli.

Penilaian Hasil Kultur


1. Gram Positive dan Gram negative
Prinsip : Kuman Gram positip akan mengikat zat warna primer [gentian
violet] yang tidak akan dilepas pada saat pencucian alkohol, sehingga kuman
akan berwarna UNGU, sedangkan kuman Gram negatif akan melepaskan zat
warna gentian violet pada saat pencucian alkohol, dan akan mengikat zat
warna sekunder [fuksin] sehingga kuman akan berwarna MERAH
Perbedaan sifat antara kuman Gram Positif dan Negatif
Karakteristik

Gram Positif

Dinding sel

Lap
Tebal

Kadar lipid

1-4 %

11 22%

Resistensi thd
thd alkali [1%
KOH

tdk larut

larut

Kepekaan th
thd Jodium

lebih peka

Kurang peka

Toksin yang dibentuk

Gram Negatip
Peptidoglikan

Tipis

Eksotoksin

Endotoksin

Resistensi terhadap tellurit

Lebih tahan

Lebih peka

Sifat tahan asam

ada yang tahan asam

tdk ada yg tahan


asam

Kepekaan tdd
tdd penisilim

Lebih peka

Kurang peka

Kepekaan thd
thd streptomisin

Tidak peka

Peka

Patogen

Semua bentuk
kecuali
Neisseriaceae

kokus,
kokus,
Fam

Semua bentuk basil,


basil,
kecuali
Mycobacterium,
Corynebacterium,
Listeria,Bacillus,
Clostridium

Dasar perbedaan :
TEORI SALTON : Kadar lipid yang tinggi (20%) di dalam dinding sel kuman
Gram negatif
[lipid larut
pada saat pencucian alkohol] pori-pori
membesar zat warna larut kuman tidak berwarna
22

Kuman Gram positif, denaturasi protein saat pencucian alkohol protein


keras, pori-pori mengeras terbentuk kompleks ungu kristal-yodium
TEORI PERMEABILITAS DINDING SEL : Berdasarkan tebal tipisnya
lapisan peptidoglikan. Kuman Gram positip : dinding peptidoglikan tebal
permeabilitas kurang
komplek ungu kristal yodium tidak dapat
keluar
Kuman Gram Negatif: dinding peptidoglikan tipis permeabilitias sel lebih
besar memungkinkan untuk terlepasnya komplek ungu kristal yod

Pewarnaan tahan asam

Pewarnaa Ziehl Neelsen


Cara pewarnaan:
1. Sediaan kuman diwarnai dengan larutan fukhsin karbol dan
dipanasakan dengan api kecil sehingga keluar asap, biarkan selama 5
menit.
2. Sediaan dicuci dengan air dan dimasukkan dalam larutan H 2SO4 5%
selama 2 detik. Untuk kuman M. leprae digunakan larutan H2SO4 1%
3. Kemudian dicuci dengen alcohol 60% sehingga tidak ada warna merah
mengalir.
4. Sediaan dicuci dengan air dan diwarnai dengan larutan biru metilen
selama 1-2 menit, dicuci dengan air dan dikeringkan.

Hasil dapat dibaca sebagai berikut:


Kuman tahan asam berwarna merah
Bukan kuman tahan asam berwarna biru
Sesudah pencucian dengan asam-alkohol bakteri tahan asam
mempertahankan warna merahnya, sedangkan bakteri tidak tahan asam
melepaskan warna ini dan menjadi tidak berwarna.
Sifat asam ini disebabkan karena adanya asam mikolat yang terkait dalam
dinding sel. Dinding sel bakteri tahan asam terdiri dari dinding
peptidoglikan, arabinogalaktan, dan lipid, sedangkan 50% dari lipid ini
adalah asam mikolat.

Pewarnaan Kinyoun-Gabbett atau Tan Thiam Hok


Cara pewarnaan:
1. Sediaan kuman diwarnai dengan larutan Kinyoun selama 3 menit dan
dicuci dengan air.
2. Sediaan diwarnai dengan larutan Gabbett selama 1 menit, dicuci
dengan air dan dikeringkan.

23

Ditemukan bakteri taha asam dalam sputum penderita sering sekali


dihubungkan dengna penyakit tuberkolosis. Sebenarnya hasil ini hanya
menunjukan adanya bakteri tahan asam dan bakteri yang ditemukan
ini mungkin juga bukan bakteri tuberkolosis.
Pewarnaan Khusus (Special Staining)
Pewarnaan ini dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel bakteri atau bakteri
tertentu yang sukar diwarnai dengan pewarnaan biasa.
Misalkan:
Flagel dengan,
Pewarnaan Gray. Disini diperlukan pemantek (mordant) yang
meningkatkan afinitas flagel terhadap zat warna dan memperbesar
diameter flagel. Suspense koloidal garam asam tanat menyebabkan
terjadinya presipitat pada dinding sel dan flagel. Badan bakteri dan flagel
membesar sehingga mudah terlihat dengan mikroskop biasa setelah
diwarnai dengan karbol fukhsin.
Pewarnaan Novel
Pewarnaa Zettnow
Pewarnaa Fontana-Tribondeau
Ketiga pewarnaan diatas menggunakan impregnasi dengan Ag.
Simpai,
Pewarnaan Muir; simpai berwarna biru dan bakteri berwarna merah
Pewarnaan Hiss; simpai berwarna ungu muda dan bakteri berwarna
ungu tua
Pewarnaan Gins Burri; suatu kombinasi pewarnaan negative dan
pewarnaan sederhana, misalkan karbol fukhsin. Simpai tidak diwarnai dan
terlihat sebagai bulatan-bulatan terang dengan latar belakang gelap,
sedangkan badan bakteri berwarna merah. Simpai bakteri mudah
ditembus warna, tetapi sukar mengikat warna.

Spora,
Pewarnaan Klien; spora kuman berwarna merah dan badan bakteri
berwarna biru. Dinding spora yang tebal memerlukan pemanasan, agar
pori-pori membesar dan zat warna dapat masuk.

Inti dengan pewarnaa Fuelgen

Difteri dengan pewarnaan Neisser untuk melihat granula Babes-Ernst

Spirokhaeta dengan pewarnaan Becker-Krantz dan pewarnaan


Fontana Tribondeau.

Resistensi
kuman
antimikroba/antibiotika

terhadap

obat

24

Mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman menjadi resisten


terhadap antibiotika yaitu:
1. Mikroorganisme memproduksi enzim yang merusak daya kerja obat.
Contohnya pada staphylococcus yang memproduksi enzim beta laktamase
yang memecah cincin beta laktam dari penisilin, sehingga penisilin tidak
aktif.
2. Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat.
Contohnya pada streptococcus yang memiliki pertahanan alami terhadap
obat golongan aminoglikosida.
3. Mikroorganisme menyebabkan perubahan target struktural untuk obat.
Contohnya pada obat golongan aminoglikosida yang membunuh kuman
karena merusak sistem ribosom subunit 30S. Bila target kerja obat ini
pada ribosom 30S berubah, maka kuman tidak akan sensitif terhadap obat
ini.
4. Mikroorganisme menyebabkan perubahan jalur metabolik yang menjadi
target obat.
Contohnya pada bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak
memerlukan PABA ekstraseluler, tetapi dapat menggunakan asam folat,
sehingga sulfonamid yang berkompetisi dengan PABA tidak akan
mempengaruhi metabolisme sel bakteri.
5. Mikroorganisme menyebabkan perubahan enzimatik sehingga kuman
meskipun masih dapat hidup dengan baik tapi kurang sensitif terhadap
antibiotik.
Contohnya pada bakteri yang resisten terhadap trimetoprim, asam
dihidrofolat reduktase dihambat kurang efisien daripada pada bakteri yang
rentan terhadap trimetoprim.
Asal resistensi obat
1. Asal nongenetik resistensi obat
Hampir semua obat antibiotik bekerja optimal pada masa aktif
pembelahan kuman, sehingga populasi kuman yang tidak berada
dalam fase pembelahan umumnya relatif resisten terhadap obat.
Contohnya kuman TBC yang tinggal dalam jaringan dan tidak
membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, yang
berarti akan resisten terhadap obat.
Mikroorganisme dapat kehilangan struktur target spesifik suatu obat
sehingga menjadi resisten terhadap obat tersebut. Contohnya suatu
organisme yang sifat aslinya rentan terhadap penisilin dapat berubah
menjadi bentuk L yang tidak memiliki dinding sel, sehingga tidak
rentan terhadap penisilin, karena penisilin hanya akan bekerja
merusak dinding sel bakteri.
Mikroorganisme dapat menginfeksi tubuh di tempat kerja obat tidak
aktif atau ditiadakan. Contohnya gentasimin tidak efektif untuk

25

mengobati demam enterik salmonella karena salmonella terdapat di


intraseluler, dimana gentasimin tidak dapat masuk ke dalam sel.
2. Asal genetik resistensi obat
a) Resistensi kromosom
Resistensi ini terjadi sebagai akibat mutasi spontan pada gen yang
mengontrol kerentanan terhadap obat tertentu. Mutasi ini paling sering
melalui perubahan reseptor struktural untuk suatu obat. Contohnya
pada protein P12 pada subunit 30S ribosom bakteri, yang merupakan
reseptor dari antibiotik streptomisin. Mutasi pada gen yang mengontrol
struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan bakteri menjadi
resisten terhadap streptomisin.
b) Resistensi ekstrakromosom
Bakteri sering mengandung unsur genetik ekstrakromosom yang
disebut plasmid. Beberapa plasmid membawa gen untuk resistensi
terhadap obat-obatan antimikroba. Gen plasmid untuk resistensi
antimikroba sering mengontrol enzim yang mampu merusak daya
kerja obat.
Resistensi Silang
Mikroorganisme yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula
resisten terhadap obat lain yang memiliki mekanisme kerja yang sama.
Hubungan tersebut terdapat di agen-agen yang secara kimia terkait (misalnya
pada obat-obat yang termasuk golongan aminoglikosida) atau yang memiliki
cara kerja yang sama (misalnya makrolid dan linkomisin). Pada golongan obat
tertentu, inti aktif senyawa kimia memiliki kesamaan di antara banyak congener
(misalnya tetrasiklin) sehingga memungkinkan terjadi resistensi silang yang luas.

Pembatasan resistensi obat


Timbulnya resistensi obat dapat diminimalisasi dengan cara-cara berikut:

Dengan mempertahankan kadar obat yang cukup tinggi dalam jaringan


untuk menghambat populasi asli maupun mutan yang pertama.
Dengan memberikan sekaligus dua obat yang tidak memberikan resistensi
silang, dan masing-masing saling menghambat timbulnya mutan yang
resistan terhadap obat lain.
Dengan mencegah pajanan mikroorganisme ke obat tertentu yang sangat
berguna dengan membatasi penggunaannya, terutama di rumah sakit.

Resistensi kuman terhadap obat antimikroba/antibiotika

Mekanisme yang menyebabkan suatu populasi kuman menjadi resisten terhadap


antibiotika yaitu:
26

6. Mikroorganisme memproduksi enzim yang merusak daya kerja obat.


Contohnya pada staphylococcus yang memproduksi enzim beta laktamase
yang memecah cincin beta laktam dari penisilin, sehingga penisilin tidak
aktif.
7. Mikroorganisme mengubah permeabilitasnya terhadap obat.
Contohnya pada streptococcus yang memiliki pertahanan alami terhadap
obat golongan aminoglikosida.
8. Mikroorganisme menyebabkan perubahan target struktural untuk obat.
Contohnya pada obat golongan aminoglikosida yang membunuh kuman
karena merusak sistem ribosom subunit 30S. Bila target kerja obat ini
pada ribosom 30S berubah, maka kuman tidak akan sensitif terhadap obat
ini.
9. Mikroorganisme menyebabkan perubahan jalur metabolik yang menjadi
target obat.
Contohnya pada bakteri yang resisten terhadap sulfonamid tidak
memerlukan PABA ekstraseluler, tetapi dapat menggunakan asam folat,
sehingga sulfonamid yang berkompetisi dengan PABA tidak akan
mempengaruhi metabolisme sel bakteri.
10.Mikroorganisme menyebabkan perubahan enzimatik sehingga kuman
meskipun masih dapat hidup dengan baik tapi kurang sensitif terhadap
antibiotik.
Contohnya pada bakteri yang resisten terhadap trimetoprim, asam
dihidrofolat reduktase dihambat kurang efisien daripada pada bakteri yang
rentan terhadap trimetoprim.

Asal resistensi obat


3. Asal nongenetik resistensi obat
Hampir semua obat antibiotik bekerja optimal pada masa aktif
pembelahan kuman, sehingga populasi kuman yang tidak berada
dalam fase pembelahan umumnya relatif resisten terhadap obat.
Contohnya kuman TBC yang tinggal dalam jaringan dan tidak
membelah aktif karena adanya mekanisme pertahanan badan, yang
berarti akan resisten terhadap obat.
Mikroorganisme dapat kehilangan struktur target spesifik suatu obat
sehingga menjadi resisten terhadap obat tersebut. Contohnya suatu
organisme yang sifat aslinya rentan terhadap penisilin dapat berubah
menjadi bentuk L yang tidak memiliki dinding sel, sehingga tidak
rentan terhadap penisilin, karena penisilin hanya akan bekerja
merusak dinding sel bakteri.
Mikroorganisme dapat menginfeksi tubuh di tempat kerja obat tidak
aktif atau ditiadakan. Contohnya gentasimin tidak efektif untuk
mengobati demam enterik salmonella karena salmonella terdapat di
intraseluler, dimana gentasimin tidak dapat masuk ke dalam sel.
4. Asal genetik resistensi obat
c) Resistensi kromosom
Resistensi ini terjadi sebagai akibat mutasi spontan pada gen yang
mengontrol kerentanan terhadap obat tertentu. Mutasi ini paling sering
27

melalui perubahan reseptor struktural untuk suatu obat. Contohnya


pada protein P12 pada subunit 30S ribosom bakteri, yang merupakan
reseptor dari antibiotik streptomisin. Mutasi pada gen yang mengontrol
struktur protein P12 tersebut akan menyebabkan bakteri menjadi
resisten terhadap streptomisin.
d) Resistensi ekstrakromosom
Bakteri sering mengandung unsur genetik ekstrakromosom yang
disebut plasmid. Beberapa plasmid membawa gen untuk resistensi
terhadap obat-obatan antimikroba. Gen plasmid untuk resistensi
antimikroba sering mengontrol enzim yang mampu merusak daya
kerja obat.
Resistensi Silang
Mikroorganisme yang resisten terhadap suatu obat tertentu dapat pula resisten
terhadap obat lain yang memiliki mekanisme kerja yang sama. Hubungan
tersebut terdapat di agen-agen yang secara kimia terkait (misalnya pada obatobat yang termasuk golongan aminoglikosida) atau yang memiliki cara kerja
yang sama (misalnya makrolid dan linkomisin). Pada golongan obat tertentu, inti
aktif senyawa kimia memiliki kesamaan di antara banyak congener (misalnya
tetrasiklin) sehingga memungkinkan terjadi resistensi silang yang luas.

Pembatasan resistensi obat


Timbulnya resistensi obat dapat diminimalisasi dengan cara-cara berikut:
Dengan mempertahankan kadar obat yang cukup tinggi dalam jaringan untuk
menghambat populasi asli maupun mutan yang pertama.
Dengan memberikan sekaligus dua obat yang tidak memberikan resistensi
silang, dan masing-masing saling menghambat timbulnya mutan yang resistan
terhadap obat lain.Dengan mencegah pajanan mikroorganisme ke obat tertentu
yang sangat berguna dengan membatasi penggunaannya, terutama di rumah
sakit.

RESISTENSI dan TES SENSITIVITAS


Bakteri merupakan organisme hidup bersel satu. Bakteri dapat
ditemukan di mana saja & sebagian besar tidak menimbulkan bahaya atau
malah menguntungkan seperti misalnya Lactobacillus, yaitu bakteri yang hidup
di usus halus & membantu untuk mencerna makanan. Tetapi ada juga bakteri
yang berbahaya & menimbulkan penyakit karena menyerang tubuh,
berkembang biak & mengganggu fungsi normal tubuh. Antibiotika efektif untuk
melawan bakteri karena dapat membunuh organisme tersebut serta
menghambat pertumbuhan ataupun reproduksi bakteri.
28

Resistensi muncul jika organisme yang sebelumnya rentan tidak lagi


terhambat oleh antibiotic pada kadar yang dapat dicapai dengan aman secara
klinis. Hal ini terjadi karena pool gen bakteri mengalami perubahan, difasilitasi
oleh pembelahan selnya yang cepat dan genom haploid. Penggunaan antibiotic
memungkinkan kelangsungan hidup dan replikasi organisme yang secara tidak
sengaja telah mengembangkan mekanisme untuk menghindari destruksi.
Resistensi antibiotika sendiri adalah kemampuan dari bakteri atau
mikroorganisme lain untuk menahan efek antibiotika. Resistensi antibiotika
terjadi ketika bakteri dapat merubah diri sedemikian rupa hingga dapat
mengurangi efektifitas dari suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang
sebelumnya dimaksudkan untuk menyembuhkan atau mencegah penyakit
infeksi. Akibatnya bakeri tersebut tetap dapat bertahan hidup & bereproduksi
sehingga makin membahayakan.
Bakteri tersebut dapat membentuk ketahanan khusus terhadap suatu jenis
antibiotika tertentu, sehingga membahayakan orang yang terkena penyakit
tersebut. Kesalahpahaman yang sering terjadi di masyarakat adanya anggapan
bahwa yang resisten terhadap obat tertentu adalah tubuh orang, padahal
sebenarnya bakteri yang ada di dalam tubuh tersebutlah yang menjadi resisten
terhadap
pengobatan,
bukan
tubuhnya.
Bahaya resistensi antibiotika merupakan salah satu masalah yang dapat
mengancam kesehatan masyarakat. Hampir semua jenis bakteri saat ini menjadi
lebih kuat & kurang responsif terhadap pengobatan antibiotika. Bakteri yang
telah mengalami resistensi terhadap antibiotika ini dapat menyebar ke anggota
keluarga, teman ataupun tetangga lain sehingga mengancam masyarakat akan
hadirnya jenis penyakit infeksi baru yang lebih sulit untuk diobati & lebih mahal
juga biaya pengobatannya.
Penggunaan antibiotika mendorong perkembangan bakteri yang
resistensi. Setiap seseorang menggunakan antibiotika, maka bakteri yang
sensitif akan terbunuh tetapi bakteri yang resisten akan tetap ada, tumbuh &
bereproduksi. Penyebab utama meningkatnya bakteri yang resisten
adalah penggunaan antibiotika secara berulang & tidak sesuai range
terapi. Kunci untuk mengontrol penyebaran bakteri yang resisten ini adalah
penggunaan antibiotika secara tepat & sesuai range terapi (takaran, frekuensi
dan lama penggunaan obat).
MEKANISME RESISTENSI
1. Modifikasi antibiotic
a. Inaktivasi Enzim: salah satu resistensi yang paling umum terjadi pada
saat organisme
secara spontan
memproduksi
enzim yang
mendegradasi antibiotic.
b. Penambahan Enzim: bakteri dapat mengekspresikan enzim yang dapat
menambahkan suatu gugus kimia ke dalam antibiotic, sehingga
menghambat aktivitas antibiotic tersebut.
2. Impermeabilitas
29

Beberapa bakteri secara alami resisten terhadap antibiotic karena


envelope selnya impermeable terhadap antibiotic tertentu. Contohnya,
organisme gram negative terutama Pseudomonas spp., bersifat
impermeable terhadap beberapa antibiotic

-laktam.

3. Mekanisme efluks
Bakteri contohnya E. colli, dapat menjadi resisten terhadap tetrasiklin
dengan adanya protein membrane dalam yang secara aktif memompa
antibiotic keluar dari sel.
4. Jalur alternative
Mekanisme lainnya yang sering ditemukan adalah bakteri membuat suatu
jalur alternative untuk menghindari blockade metabolisme akibat
antibiotic.
5. Perubahan lokasi target
Rifampisin

bekerja

dengan

menghambat

subunit

dari

RNA

polymerase. Resistensi terjadi saat gen RNA polymerase mengalami


perubahan akibat mutasi titik, insersi, atau delesi. RNA polymerase yang
baru tidak dihambat oleh rifampisin sehingga muncul resisten.
TES SENSITIVITAS
Test Sensitivitas bertujuan untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok
(paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus
penyakit yang kronis. Dan mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai
macam antibiotik.
Pada pemeriksaan Sensitivitas dapat dikerjakan antara lain :
A. Dilusi cair / Dilusi Padat
Prinsipnya : antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi
Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman
dalam media.
Pada Dilusi padat pada tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu
ditanami kuman.
B. Difusi
Media : Agar Mueller Hinton. Pada metode ini ada beberapa cara :
1. Cara Kirby Bauer

Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar.


Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam
pada 37 C.

Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai


dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml.

Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan


pada dinding tabung hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian
dioleskan pada permukaan media hingga merata.

30

Diletakkan Disk (cakram kertas saring) yang mengandung antibiotik


diatasnya inkubasi 37 C selama 19-24 jam.

Pembacaan Hasil :
1. Zone Radikal : suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak
diketemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan
mengukur diameter dari zone radikal.
2. Zone Irradikal : suatu daerah disekitar disk menunjukkan pertumbuhan bakteri
dihambat oleh antibiotik tersebut, tetapi tidak dimatikan. Disini terlihat adanya
pertumbuhan yang kurang subur dibandingkan dengan daerah luar pengaruh
antibiotik tersebut.
2. Cara Sumuran

Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar.


Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam
pada 37 C.

Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai


dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml.

Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi kuman, lalu ditekan-tekan


pada dinding tabung hingga kapas tidak terlalu basah. Kemudian
dioleskan pada permukaan media hingga merata.

Pada agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu sesuai
dengan kebutuhan. Kedalam sumuran diteteskan larutan antibiotik yang
digunakan, inkubasi 37O C selama 18-24 jam. Pembacaan sama seperti
diatas.

3. Cara Pour Plate

Diambil beberapa koloni kuman dari pertumbuhan 24 jam pada agar.


Disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair kemudian diinkubasi selama 5-8 jam
pada 37 C.

Suspensi diatas ditambah aquades steril hingga kekeruhan tertentu sesuai


dengan standar konsentrasi kuman 108 CFU per ml.

Dengan menggunakan ose khusus, ambillah satu mata ose dan masukkan
dalam 4 ml agar Base 1,5 % yang mempunyai temperatur 50 C.

Setelah suspensi kuman dibuat homogen, tuang pada media Mueller


Hinton agar.

Tunggulah sementara sampai agar membeku, letakkan disk antibiotik.

Inkubasi 15-20 jam pada temperatur 37 C.


31

Dibaca sesuai standart masing-masing antibiotik.

Catatan :
1. Perbenihan Agar Mueller Hinton tanpa suplemen atau Agar DST Oxoid.
2. Untuk Streptococcus / kuman lain yang memerlukan darah dapat
ditambahkan 5 % darah kambing, kuda, sapi, atau kelinci tanpa fibrin.
3. Ketebalan agar 4 mm dipergunakan dalam 4 hari.
4. Biakan kuman yang akan diperiksa dibuat dengan menanamkan 5 koloni
kuman dalam 4 ml perbenihan cair (mis : TSB).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan :
1. Kekeruhan suspensi bakteri : kurang keruh : diameter zone lebih lebar dan
jika lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan S
atau sebaliknya.
2. Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar. Tidak
boleh melebihi batas waktu karena dapat mempersempit diameter zone
hambatan sehingga S jadi R.
3. Temperatur inkubasi -> Pertumbuhan optimal : 35 C bila <> 35O C ada
bakteri yang kurang subur pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya
kurang baik. yaitu :
4. Waktu inkubasi, Waktu : 16 18 jam, Bila <>. Lebih 18 jam maka
pertumbuhan lebih sempurna sehingga zone makin sempit.
5. Ketebalan agar : Ketebalan 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat
dan bila lebih maka difusi obat lambat.
6. Jarak antar disk obat : Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish
dengan diameter 9-10 cm paling banyak 7 disk obat. Petridish dengan
diameter 15 cm untuk 9 disk.
7. Potensi disk obat : Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama
tetapi potensinya berbeda. Yang harus diperhatikan : Cara penyimpanan :
obat yang labil seperti penisillin dll disimpan pada suhu 4O C. ED nya dan
setiap disk obat baru diterima harus dicek dengan kontrol strain.
8. Komposisi media : Sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
bakteri, difusi obat, kativitas obat tersebut.

Quality Control :
32

Yang dimaksud : Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktor


yang berpengaruh terhadap diameter zone hambatan. Mengecek mutu media,
disk obat dengan menggunakan bakteri standard :
* Staphylococcus aureus ATCC 25923
* E. Coli ATCC 25922
* Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853

Flora mikroba normal tubuh manusia


Istilah flora mikroba normal menunjukan populasi mikroorganisme yang
hidup dikulit dan membrane mukosa orang normal yang sehat. Kulit dan
membrane mukosa orang selalu mengandung mikroorganisme yang dapat
tersusun menjadi dua kelompok:
1. Flora residen yaitu jenis mikroorganisme yang relative tetap dan secara
teratur ditemukan di daerah tertentu pada usia tertentu, jika terganggu,
flora tersebut secara akan hidup kembali dengan sendirinya.
2. Flora transien yaitu jenis mikroorganisme yang non pathogen atau secara
potensial bersifat pathogen yang menempati kulit atau membrane mukosa
selama beberapa jam, hari, atau minggu berasal dari lingkungan, tidak
menyebabkan penyakit dan tidak menghidupkan dirinya sendiri secara
permanen dipermukaan.
Anggota flora transien secara umum memiliki makna yang kecil selama flora
residen normal tetap utuh. Namun, apabila flora residen terganggu,
mikroorganisme transien dapat berkoloni, berproliferasi, dan menyebabkan
penyakit.
Mikroorganisme yang secara konstan ada dipermukaan tubuh bersifat
komensal. Pertumbuhannya didaerah tertentu tergantung pada faktor-faktor
fisiologi yaitu

Temperature

Kelembaban

Adanya zat gizi

Inhibitor tertentu

Tetapi sebenarnya mikroorganisme yang terdapat pada tubuh manusia tak dapat
digolongkan dengan tegas apakah dia komensal atau pathogen bagi manusia
tersebut. Flora dalam tubuh manusia dapat menetap atau transient. Mikroba
normal yang menetap tersebut dapat dikatakan tidak menyebabkan penyakit
dan mungkin menguntungkan bila ia berada dilokasi yang semestinya dan tanpa
adanya keadaan abnormal. Mereka dapat menyebabkan penyakit karena
33

keadaan tertentu berada ditempat yang tidak semestinya atau bila ada factor
predisposisi. Sebagai contoh adalah streptococcus viridians, bakteri yang
tersering ditemukan didalam saluran nafas atas, bila masuk ke aliran darah
ekstraksi gigi atau tonsilektomi ( pencabutan gigi ) dapat sampai ke katup
jantung yang abnormal dan mengakibatkan subacute bacterial endocarditis.
Bila daya tahan tubuh hospes menurun , organisme yang dalam keadaan biasa
tidak pathogen dapat menimbulkan penyakit. Keadaan ini dinamakan
oportunisme dan organismenya disebut oportunis.
Flora residen didaerah tertentu memainkan peran yang nyata dalam
mempertahankan kesehatan dan fungsi normal. Sebagai contoh anggota flora
residen dalam saluran cerna berperan dalam sintesis vit. K dan membantu
absorpsi zat makanan. Pada mukosa dan kulit flora residen mencegah kolonisasi
bakteri pathogen melalui interferensi bakteri. Mekanisme gangguan
(interferensi) bakteri tidak jelas. Mekanisme tersebut meliputi kompetisi
terhadap reseptor atau tempat pengikatan pada sel pejamu, kompetisi
mendapatkan zat makanan, saling menghambat oleh hasil metabolic atau toksik,
saling menghambat oleh bahan antibiotic atau bakteriosin, atau mekanisme lain.
Supresi flora normal secara jelas menyebabkan kekosongan local parsial yang
cenderung diisi oleh organisme dari lingkungan atau dari bagian tubuh lain.
Organisme tersebut dapat besifat oportunistik dan dapat menjadi pathogen.
Flora bakteri normal
Flora normal kulit
Karena pajanan yang terus menerus dan adanya kontak dengan
lingkungan, kulit sangat mudah mengandung mikroorganisme transien.
Namun demikian, terdapat flora residen yang konstan dan jelas yang
mengalami modifikasi di area anatomi berbeda oleh sekresi, kebiasaan
mengenakan pakaian, atau jaraknya yang dekat dari membrane mukosa
(mulut,hidung, area perineal).
Mikroorganisme residen terbanyak dikulit adalah

bacilus difteroid aerob dan anaerob yaitu corynebacterium,


propionibacterium
staphylococcus
aerob
dan
anaerob
yaitu
staphylococcus
epidermidis
,
kadang-kadang
S
aureus
dan
species
peptostreptococcus)
streptococcus alfa hemolitik ( streptococcus viridians )
enterococcus (species enterococcus)
Bacillus coliformis gram negative dan asinetobacter.

Diantara
factor-faktor
yang
mungkin
penting
dalam
mengeliminasi
mikroorganisme nonresident dari kulit adalah PH rendah, asam lemak dalam
sekresi sebasea, adanya lisozim. Berkeringat banyak, mencuci maupun mandi
34

tidak dapat mengeliminasi atau memodifikasi flora residen normal secara


signifikan. Jumlah mikroorganisme superficial dapat berkurang dengan
menggosok secara kuat setiap hari menggunakan sabun yang mengandung
heksaklorofen atau disinfektan lain tetapi flora secara cepat dapat timbul lagi
dari kelenjar sebasea dan keringat bahkan ketika kontak dengan area kulit lain
atau lingkungan benar-benar ditiadakan. Bakteri anaerob dan aerob sering
bergabung membentuk infeksi sinergetik (gangrene, fasiitis, nekrotikans,
selulitis) pada kulit dan jaringan lunak.
Flora normal saluran pernapasan dan mulut
Flora hidung terdiri dari

Corynebacterium

Staphylococcus

Yaitu staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus

Streptococcus yang menonjol

Membrane mukosa mulut dan faring sering steril saat lahir tetapi dapat
terkontaminasi saat melewati jalan lahir. Dalam 4-12 jam setelah lahir,
streptococcus viridans dapat ditemukan sebagai anggota flora residen yang
paling menonjol dan tetap demikian seumur hidup. Organisme tersebut
kemungkinan berasal dari saluran pernapasan ibu dan orang yang hadir pada
saat persalinan. Pada awal kehidupan, staphylococcus aerob dan anaerob,
diplococcus gram negative (neisseria, moraxella catarrhalis), difteroid, dan
kadang-kadang lactobacillus juga ditambahkan. Mulut kaya mikroorganisme,
staphylococcus epidermidis, staphylococcus aureus, beberapa mikroba
berpigmen dan staphylococcus yang bersifat anaerob ditemukan dipermukaan
gigi dan saliva. Ketika gigi mulai erupsi, spiroketa anaerob , species provotella
(terutama P melaninogenica), species fusobacterium, species rothia gtumbuh
dengan sendirinya bersama dengan vibrio anaerob dan Lactobacilus. Species
aktinomices secara normal terdapat dalam jaringan tonsilar dan gingival orang
dewasa. Difaring dan trakea , flora serupa tumbuh sendiri. Sedangkan beberapa
bakteri ditemukan dalam bronkus normal. Organisme yang dominan dalam
saluran pernapasan atas, terutama faring adalah neisseria dan streptococcus
alfa hemolitik, dan non hemolitik. Staphylococcus, difteroid, pneumococcus juga
ditemukan. Pemusnahan flora normal faring dengan penicillin dosis tinggi dapat
menyebabkan over growth pada bakteri gram negative seperti Escherichia coli,
Klebsiella,proteus,pseudomonas atau jamur.
Bakteri yang mengandung mikroorganisme adalah mulut, nasofaring, tonsil.
Sedangkan laring, bronkus, bronkiolus, alveolus dan sinus hidung biasanya steril.
Flora normal saluran cerna
35

Saat lahir usus steril, tetapi organisme segera masuk bersama makanan. Pada
anak yang mendapat ASI, usus mengandung banyak streptococcus asam laktat
dan Lactobacillus. Organisme aerob dan anaerob gram positif , nonmotil ini
(misalnya species bifidobakterium) menghasilkan asam dari karbohidrat dan
menoleransi PH 5. Pada anak yang minum susu formula, lebih banyak flora
campuran terdapat dalam usus dan lactobacillus lebih sedikit. Seiring
berkembangnya pola makan menuju pola dewasa, flora usus berubah. Diet
mempunyai pengaruh yang nyata dalam komposisi relative flora usus dan feces.
Pada orang dewasa normal, esophagus mengandung mikroorganisme yang
masuk bersama saliva dan makanan. Keasaman dilambung menjaga jumlah
mikroorganisme pada angka minimum kecuali jika terjadi obstruksi dipilorus
yang menyebabkan proliferasi coccus dan bacillus gram positif. Seiring pH isi
usus menjadi basa, flora residen secara bertahap meningkat. Dalam usus bagian
atas, lactobacillus dan enterococcus yang menonjol, tetapi di ileum bawah dan
sekum , flora seperti yang ada di feces. Bakteri usus penting dalam sisntesis vit.
K, konversi pigmen empedu, absorpsi nutrient dan pemecahan produk, serta
antagonis mikroba pathogen. Mikroorganisme Yang terdapat dikolon adalah
clostridium, bacteroids, streptococcus, lactobacillus. flora feces adalah bakteri
anaerob obligat.
Flora normal urogenital
Mikroorganisme dapat ditemukan digenitalia eksterna, uretra anterior dan
vagina, sedang dibagian lain umumnya tidak terdapat mikroorganisme yang
menetap. Di orifisium uretra wanita dan pria yang tidak disirkumsisi sering
dijumpai Mycobacterium smegmatis. Dijumpai pula difteroid, streptococcus non
hemolitik dan staphylococcus epidermidis. Khususnya pada wanita terdapat
bacteria doderlein, suatu Lactobacillus anaerob. Flora normal pada vulva wanita
amat dipengaruhi oleh kondisi normalnya. Vulva neonatus steril sampai 24 jam
kehidupan. Setelah itu berkembang organism nono pathogen seperti difteroid,
micrococcus dan streptococcus non hemolitik. Setelah 2-3 hari, estrogen ibu
mmenginduksi deposit glikogen diepitel vagina dan meningkat pertumbuhan
lactobacillus. Setelah estrogen menurun, lactobacillus menghilang dan pH
menjadi basa. Pada pubertas Lactobacillus muncul kembali, dan terdapat flora
yang terdiri atas difteroid, Lactobacillus, Micrococcus, Staphylococcus
epidermidis,
Streptococcus,Faecalis,
Streptococcus
mikroaerofilik
dan
anaerob,Ureaplasma dan yeast.
Haemophilus Vaginalis dan Chlmydia biasanya berhubungan dengan vaginitis
simtomatis. Pada wanita hamil 15 20 % dijumpai streptoccus group B
( Streptoccus agalactica ) ,Flora pada massa postmenoupouse menyerupai masa
prepuberitas.

36

37

Anda mungkin juga menyukai