Anda di halaman 1dari 37

PENGENDALIAN MIKROORGANISME

OLEH :
KELOMPOK 5

Andi Nur Asmi Raihan Nurdin Muthiah Alimuddin


(PO713203221005) (PO713203221038) (PO713203221075)
Bernika Musu’ Sukriani Nurkhasanah
(PO713203221009) (PO713203221046) (PO713203221085)
Flanilatri Lummi Andi Windari Raihanah Nur Rasyidah
(PO713203221017) (PO713203221055) (PO713203221088)
Isliawati Bohari Sul Amelia
(PO713203221020) (PO713203221059) (PO713203221096)
Musfira Galachya Zahratuaeny Jamaluddin
(PO713203221025) (PO713203221067) (PO713203221100)
Nurjannah Alwi Kaila Ramadhani
(PO713203221035) (PO713203221070)

D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas kehadirat dan hidayahnya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengendalian
Mikroorganisme” dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bakteriologi I, dimana
materi yang akan di bahas yaitu, dasar-dasar pengendalian mikroorganisme baik itu
dengan sarana fisik maupun kimia. Dan menjelaskan secara keseluruhan antibiotik
dan zat kemotrapiotik dalam pengendalian mikroorganisme tersebut.
Tak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Terutama penulis
mengucapkan rasa terima kasih kepada dosen pengampu yaitu bapak Mursalim,
S.Pd., M.Kes. selaku dosen mata kuliah Bakteriologi I.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis menerima semua kritik dan saran
yang membangun untuk memperbaiki makalah ini.

Makassar, 30 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MIKROORGANISME ..................................................... 3
B. DASAR – DASAR PENGENDALIAN MIKROORGANISME ............... 4
C. PENGENDALIAN MIKROORGANISME DENGAN
SARANA FISIK ......................................................................................... 6
D. PENGENDALIAN MIKROORGANISME DENGAN
BAHAN KIMIA ......................................................................................... 16
E. ANTIBIOTIK DAN ZAT KEMOTERAPEUTIK LAIN ........................... 23

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN ........................................................................................... 31
B. SARAN ....................................................................................................... 33

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat dilihat
dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk dapat
melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia mikroorganisme
sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu
cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Hal itu Nampak dari kemampuannya
menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit yang berkisar
dari infeksi ringan sampai pada kematian. Pengendalian mikroorganisme sangat
esensial dan penting di dalam industry dan produksi pangan, obat-obatan,
kosmetika, dan lainnya.
Makhluk hidup memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran tersebut dalam
kehidupannya dapat dilihat oleh mata telanjang dan ada yang tidak dapat langsung
dilihat oleh mata telanjang. Oleh karena itu, untuk melihat makhluk tesebut
disebut sebagai mikroorganisme dikarenakan ukurannya yang terlalu kecil. Tetapi
biarpun ukurannya kecil, mikroorganisme juga memiliki kebutuhan layaknya
makhluk hidup yang lain. Kebutuhan tersebut dapat berupa fisik maupun kimia.
Selain itu, mikroorganisme juga melakukan proses perkembangbiakan. Proses
perkembangbiakan dilakukan oleh mikroorganisme agar mereka tidak punah.
Dalam pertumbuhan mikroorganisme, mereka memiliki beberapa fase
pertumbuhan sel dan pertumbuhan mikroorganisme yang dapat dikendalikan oleh
beberapa cara. Mikroba tidak secara instan dapat terbunuh ketika diberi agen letal.
Namun, penurunan populasi sedikit konstan dengan interval konstan (kematian
eksponensial). Mikroba biasanya benar-benar mati ketika mereka tidak dapat
tumbuh pada kondisi yang secara normal biasanya mendukung pertumbuhan dan
reproduksi.

4
Peranan mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting, teknologi
mikrobiologis telah memecahkan sekelumit permasalahan manusia. Pengadaan
energi, pangan , obat-obatan merupakan hasil dari peranan mikroorganisme.
Pengadaan nutrisi untuk pakan ternak merupakan salah satu terobosan pemecahan
masalah dalam pengadaan pakan ternak. Namun mikroorganisme dapat
meneyebabkan permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi
manusia, hewan, serta tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu
aktifitas negatif menimbulkan rusaknya bahan makanan hingga berakibat tidak
dapat di konsumsi bahkan beracun.
Karena itu perlu adanya suatu usaha untuk mengendalikan aktifitas dari
mikroba. Yang di maksud pengendalian di sini adalah upaya pemberantasan,
penghambatan dan pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel vegetatif. Telah
banyak di temukan teknik-teknik dalam pengendalian mikroorganisme seperti
desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi, antiseptik, germisida, bakteoristatik, bakterisid
yang tentu saja tiap-tiap teknik harus melewati serangkaian prosedur yang benar
sehingga upaya pengendalian dapat memberikan hasil yang maksimal. Perlu di
garis bawahi bahwa tiap-tiap teknik memiliki suatu tujuan dalam pengendalian
seperti teknik sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh segala macam sel
mikroba dan bentuk vegetatifnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dasar-dasar pengendalian mikrooragnise?
2. Bagaimana pengendalian mikroorganisme dengan sarana fisika?
3. Bagaimana pengendalian mikroorganisme dengan bahan kimia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dasar-dasar pengendalian mikroorganisme,
2. Untuk mengetahui cara pengendalian mikroorganisme dengan sarana fisika, dan
3. Untuk mengetahui cara pengendalian mikroorganisme dengan bahan kimia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran tenik (kecil). Karena
sifatnya yang kecil, organisme ini sulit untuk dilihat dengan mata telanjang
Namun, walaupun sulit dilihat, organisme ini terdapat dimana-mana.
Mikroorganisme banyak yang membahayakan. Selain merugikan, mikroorganisme
juga ada yang menguntungkan, misalnya bakteri yang dapat diolah menjadi
antibiotik Mikroorganisme tidak dapat dibasmi/dimusnahkan, tetapi dapat
dikendalikan Dengan upaya tersebut. peluang mikroorganisme, terutama bakteri,
untuk menginfeksi manusia pun akan berkurang.
Mikroba, yang juga disebut mikroorganisme, adalah makhluk hidup sesaat yang
secara individu biasanya terlalu kecil untuk dilihat dengan mata tanpa bantuan.
Kelompok ini mencakup bakteri, jamur (ragi dan jamur), protozoa, dan ganggang
mikroskopik. Ini juga mencakup virus, entitas non-seluler kadang- kadang
dianggap mengangkangi perbatasan antara kehidupan dan bukan kehidupan.
Mikroorganisme cenderung diasosiasikan sebagai organisme kecil yang hanya
dapat menimbulkan infeksi, mengkontaminasi makanan, atau menyebabkan
penyakit utama seperti AIDS. Namun, sebagian besar mikroorganisme justru
membantu menjaga keseimbangan lingkungan kehidupan. Arkeologi air laut dan
air tawar membentuk dasar rantai makanan di lautan, danau, dan sungai. Mikroba
tanah membantu memecah limbah dan memasukkan gas nitrogen dari udara ke
dalam senyawa organik, sehingga mendaurulang unsure kimia di antara tanah, air,
organisme hidup, dan udara. Mikroba tertentu memainkan peran penting dalam
fotosintesis, proses menghasilkan makanan dan oksigen yang sangat penting bagi
kehidupan di Bumi. Manusia dan banyak hewan lainnya bergantung pada mikroba
di usus mereka untuk pencernaan dan sintesis beberapa vitamin yang dibutuhkan.

6
tubuh mereka, termasuk beberapa vitamin B untuk metabolisme dan vitamin K
untuk pembekuan darah.

B. Dasar – Dasar Pengendalian Mikroorganisme


Mikroorganisme dapat menyebabkan berbagai bahaya dan kerusakan.
Mikroorganisme juga dapat mencemari makanan; dengan menimbulkan berbagai
perubahan kimiawi di dalamnya, bakteri membuat makanan tidak dapat dimakan
atau bahkan beracun. Oleh sebab itu, adanya prosedur untuk mengendalikan
pertumbuhan dan kontaminasi oleh mikroba merupakan suatu keharusan. Maksud
pengendalian disini adalah segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi,
atau menyingkirkan mikroorganisme.
Alasan utama untuk mengendalikan mikroorganisme dapat dirangkum sebagai
berikut:
1. Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,
2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan
3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme dapat disingkarkan, dihambat, atau dibunuh melalui suatu
sarana yang bekerja dengan berbagai cara dan masing-masing mempunyai
keterbatasan dalam penerapan praktisnya.
Beberapa istilah khusus sering digunakan untuk menggambarkan sarana serta
proses pengendalian mikroorganisme. Penggunaan istilah ini penting dalam
pemberian etiket pada obat-obatan serta bahan kimia yang digunakan terhadap
mikroorganisme. Baik pabrikan maupun konsumen harus memahami maka yang
tepat dari istilah-istilah tersebut. Istilah yang digunakan tersebut sebaiknya
didefinisikan dalam bahasa sehari-hari yang dapat dijumpai di dalam kamus
umum.
1. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua bentuk kehidupan
mikroorganisme. Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi,

7
artinya bebas dari mikroorganisme hidup. Sterilisasi komersial adalah
merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk membunuh semua jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya kebusukan pada makanan
dengan menyimpannya pada suhu tertentu yang telah ditetapkan. Setelah
mengalami sterilisasi komersial, makanan tersebut dimungkinkan masih
memiliki kandungan sejumlah mikroorganisme yang mampu bertahan, tetapi
kondisinya sudah tidak dapat berkembang biak lagi pada suhu penyimpanan
normal yang telah ditetapkan untuk makanan tersebut.
2. Desinfektan adalah suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel
vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora mikroorganisme
penyebab penyakit.
3. Antiseptik adalah substansi yang melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan
atau kerja mikroorganisme dengan cara menghancurkan atau menghambat
pertumbuhan serta aktivitasnya.
4. Bahan sanitasi adalah suatu bahan yang mengurangi populasi mikroba sampai
pada batas yang dianggap aman menurut standar kesehatan masyarakat.
Biasanya, bahan ini merupakan bahan kimia yang mematikan 99.9% bakteri
yang sedang tumbuh.
5. Germisida (mikrobisida) adalah suatu bahan yang mematikan sel-sel vegetatif
tetapi tidak selalu mematikan bentuk spora resistan kuman. Di dalam
praktiknya, germisida hampir sama dengan desinfektan. Akan tetapi, germisida
biasanya digunakan untuk semua jenis kuman (mikroorganisme) untuk
penerapan yang mana saja.
6. Bakterisida adalah suatu bahan yang mematikan bentuk-bentuk vegetatif
bakteri.
7. Bakteriostatis adalah suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri.
Bahan-bahan yang mempunyai kesamaan dalam hal kemampuan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme secara kolektif dinamakan mikrobistatik.

8
8. Bahan antimikrobial adalah bahan yang mengganggu pertumbuhan dan
metabolisme mikroba. Beberapa bahan antimikrobial digunakan secara khusus
untuk mengatasi infeksi. Bahan ini disebut bahan terapeutik.
9. Degerming adalah mekanisme yang digunakan yaitu untuk mengurangi jumlah
mikrobah di suatu daerah tertentu. Contohnya yaitu dibagian khusus kulit.
10. Preservasi adalah proses yang digunakan untuk menunda terjadinya kebusukan
pada bahan yang tidak terlalu tahan lama.
11. Dekontaminasi adalah proses perlakuan untuk mengurangi patogen sampai
level aman.
12. Pasteurisasi adalah proses perlakuan panas secara singkat yang digunakan
untuk mengurangi organisme yang menyebabkan busuknya makanan.
13. Disinfeksi adalah membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora
kuman) dengan cara fisik dan kimia; dilakukan terhadap benda mati.
C. Pengendalian Mikroorganisme Dengan Sarana Fisik
Berbagai sarana atau proses fisik telah tersedia untuk mengendalikan populasi
mikroba. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan cara mematikan
mikroorganisme, menghambat pertumbuhan dan metabolismenya, atau secara fisik
menyingkirkannya. Cara pengendalian mana yang akan digunakan bergantung
pada kondisi yang dihadapi pada situasi tertentu. Penerapan sarana fisik untuk
mengendalikan mikroorganisme dilakukan melalui beberapa metode, di antaranya
sebagai berikut :
1. Metode Membunuh Kuman Dengan Panas (thermal Kill) adalah panas dapat
membunuh kuman karena dapat mendenaturasi protein, terutama enzim-enzim
dan membran sel. Daya bunuh panas basah ini juga meliputi perubahan kondisi
fisik daripada lemak sel. Panas kering membunuh kuman terutama karena
oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas

9
basah. Percobaan menunjukkan bahwa, apabila biakan kuman dalam bentuk
liofil dipanasi secara kering, akan diperlukan waktu yang lama untuk
membunuhnya. Akan tetapi apabila biakan tersebut dimasukkan ke dalam air
mendidih, ia akan cepat mati.
a. Terminalogi thermal kill yaitu:
1) Thermal death point adalah suhu dimana suatu suspense organisme telah
disterilkan setelah pemaparan selama 10 menit.
2) Thermal death time adalah waktu yang diperlukan bagi suatu suhu
tertentu untuk mensterilkan suatu suspense organisme.
3) D value adalah waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% dari
organisme dalam suatu suspense pada suatu suhu tertentu. Suhu biasanya
dinyatakan sebagai D100˚C atau D59˚F.
4) Z value adalah jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk
menurunkan D value sampai menjadi sepersepuluh nilai semula. Contoh
Spora Basillus megaterium.
b. Sterilisasi basah adalah metode yang menggunakan metode tekanan uap air
pada ukuran tertentu dengan mellibatkan alat berupa aotoklaf elektrik.
Proses sterilisasi basah yaitu umumnya mensterilkan bahan-bahan yang
dapat tembus uap air dan tidak mengalami kerusakan jika dipanaskan
dikisaran suhu 110 derajat celcius hingga 121 derajat celcius.
c. Sterilisasi kering adalah metode yang menggunakan udara panas dengan
melibatkan alat oven. Umumnya metode sterilisasi ini yaitu mensterilkan
peralatan gelas, misalnya cawan petri, tabung reaksi, dll. Suhu panas di-
setting pada angka 160-180 derajat celcius selama kurang 1 sampai 2 jam.
2. Metode Panas Lembab
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode panas lembab
adalah sebagai berikut.
1. Uap bertekanan. Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana
paling praktis serta dapat diandalkan untuk sterilisasi. Uap bertekanan

10
memberikan suhu jauh di atas titik didih. Uap bertekanan mempunyai
beberapa keuntungan, diantaranya pemanasan dapat berlangsung cepat dan

mempunyai daya tembus serta menghasilkan kelembapan yang tinggi.


Kesemuanya tentu akan mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba.
Alat yang digunakan untuk sterilisasi dengan uap panas bertekanan adalah
autoclave. Autoclave merupakan alat yang sangat dibutuhkan di setiap
laboratorium mikrobiologi, ruang sterilisasi rumah sakit, serta tempat lain
yang memproduksi produk steril. Waktu yang diperlukan untuk sterilisa
bergantung pada sifat bahan yang disterilkan, tipe wadah, dan volume bahan
Autoclave tidak efektif terhadap organisme yang terdapat dalam bahan yang
kedap uap dan tidak dapat digunakan untuk benda-benda yang peka terhadap
panas.

(Gambar 1.1 Mekanisme Kerja Autoklaf)

2. Air mendidih. Sel-sel vegetatif mikroorganisme akan terbunuh dalam wakt


10 menit di dalam air mendidih. Namun, beberapa spora bakteri dapat
bertahan dalam kondisi seperti ini selama berjam-jam karena air mendidih
hanya menghancurkan patogen yang tidak membentuk spora. Air mendidih

11
tidak dapat diandalkan untuk sterilisasi karena tidak menjamin tercapainya
keadaan steril apabila perlakuan hanya diberikan satu kali.

3. Metode Panas Kering


Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode panas kering
adalah sebagai berikut.
a. Sterilisasi dengan udara panas (hot air sterilization) Sterilisasi dengan
udara panas dianjurkan apabila penggunaan uap bertekanan tidak
dikehendaki atau bila tidak dapat terjadi kontak antara uap bertekanan
dengan benda yang akan disterilkan. Untuk tujuan ini, digunakan alat yang
disebut oven. Alat ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti
erlenmeyer, tabung reaksi, cawan petri, dan alat gelas lainnya. Temperatur
yang sering dipakai adalah 170-180°C selama kurang lebih 1-2 jam. Perlu
diperhatikan bahwa lamanya sterilisasi bergantung pada jumlah alat-alat
yang disterilkan dan ketahanan alat terhadap panas. Sterilisasi dengan udara
panas baik digunakan untuk mensterilkan alat-alat gelas seperti piring,
cawan petri, pipet, tabung reaksi, labu ukur, erlenmeyer, dan gelas ukur.
b. Sterilisasi dengan pemijaran. Cara ini terutama dipakai untuk sterilisasi
jarum platina, ose, dan alat lainnya yang terbuat dari platina atau nikrom.
Caranya adalah dengan membakar alat-alat tersebut di atas api lampu spirtus
sampai berpijar.

12
(Gambar 1.2 Tahap Sterilisasi Dengan Memijarkan)

c. Sterilisasi dengan pembakaran (incineration). Pembakaran bahan yang


mengandung mikroorganisme berarti juga membasmi mikroorganismenya.

Sterilisasi dengan cara ini digunakan untuk memusnahkan benda-benda


tercemar yang tidak dapat digunakan kembali. Contoh sengkelit atau ose
yaitu dengan membakarnya hingga pijar. Dengan cara ini semua bentuk
hidup akan dimatikan. Pembakaran juga dilakukan terhadap bangkai
binatang percobaan mati.
3. Metode Pengeringan
Pengeringan sel mikroba serta lingkungannya dapat sangat mengurangi atau
menghentikan aktivitas metabolic diikuti dengan matinya sejumlah sel.
Lamanya suatu mikroorganisme bertahan hidup setelah proses pengeringan
bervariasi, bergantung pada faktor-faktor berikut:
a. Jenis mikroorganisme
b. Bahan pembawa yang dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme
c. Kesempurnaan proses pengeringan
d. Kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembapan) yang dikenakan pada organisme
yang dikeringkan
Spesies kokus gram negatif, seperti Neisseria gonorrhoeae dan Neisseria
meningitides sangat peka terhadap kekeringan sehingga akan mati dalam waktu
beberapa jam. Strepkokus jauh lebih resistan, beberapa strainnya dapat bertahan
hidup berminggu-minggu setelah dikeringkan. Basil tuberculosis yang
dikeringkan bersama dahak dapat tetap hidup selama jangka waktu yang lebih
lama. Spora mikroorganisme yang kering diketahui dapat tetap hidup sampai
waktu tak-terbatas. Keadaan-keadaan umum seperti yang telah dijelaskan di
atas berlaku bagi pengeringan dengan udara.
4. Metode Suhu Rendah
a. Pasteurisasi

13
Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasarkan
waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk dibasmi.
Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri patogen dan
bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya. Pasteurisasi
biasanya dilakukan untuk susu, rum, anggur dan makanan asam lainnya.
Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit. Contoh: Mycobacterium
Tuberculosis (mati pada suhu 60⁰C). Clostridium Botulinum mati pada
120OC dalam waktu 4 – 20 menit (suhu lembab).
b. Tindalisasi (Tyndalisasi)
Tindalisasi dimana
Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman kaleng.
Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba tanpa
merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang
diproses. Suhu pemanasan adalah 65oC selama 30 menit dalam waktu tiga
hari berturut-turut.
c. Boiling
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu
100oC selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri
yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih
dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik,
pipet, dll.
d. Red Heating
Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus) sampai
berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang sederhana
seperti jarum ose.
e. Flaming
Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen dengan
alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran. Pengandalian tergantung

14
dengan kondisi yang dihadapi tapi masih banyak lagi tindakan tetapi secara
spesifiknya yaitu ada 5 tindakan

5. Metode Radiasi
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode radiasi adalah
sebagai berikut.
a. Cahaya ultraviolet. Cahaya ultraviolet digunakan untuk mengendalikan
infeksi-asal udara dan mendesinfeksi permukaan bahan yang disinar.
Namun, cahaya ini tidak dapat menembus kaca transparan atau benda-benda
tembus cahaya karena daya tembusnya rendah. Dalam praktiknya, pengguna
harus berhati-hati karena cahaya UV dapat menyebabkan iritasi pada mata
dan kulit. Mikroorganisme di udara dapat dibunuh dengan penyinaran
memakai sinar ultraviolet. Panjang gelombang yang membunuh
mikroorganisme adalah antara 220-290 nm radiasi paling efektif adalah
253,7 nm. Faktor penghambat dari sinar ultraviolet adalah daya penetrasinya
yang lemah. Untuk memperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang
akan disterilkan, baik yang berupa cairan, gas atau aerosol harus dilewatkan
(dialirkan) atau ditempatkan langsung dibawah sinar ultraviolet dalam
lapisan-lapisan yang tipis. Absorpsi radiasi ultraviolet menyebabkan
modifikasi-modifikasi kimiawi dari nukleoprotein serta menimbulkan
hubungan silang (cross linglages) antara pasangan-pasangan molekul timin.
Hubungan ini dapat menyebabkan salah baca dari genetik code, yang akan
menghasilkan mutasi yang selanjutnya akan merusak atau memperlemah
fungsi-fungsi vital organisme dan kemudian akan mematikannya.
b. Sinar X. Sinar X merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang
memiliki panjang gelombang sangat pendek yaitu berkisar antara 0,01
hingga 10 nanometer dan memiliki frekuensi antara 1016 hingga 1021 Hz.
Hal inilah yang menyebabkan Sinar X mampu menembus tubuh manusia.

15
c. Sinar Alfa. Sinar alfa merupakan radiasi partikel bermuatan positif. Partikel
ini merupakan inti atom helium yang terdiri atas 2 proton dan 2 neutron.
d. Sinar Gamma. Sinar gamma adalah bentuk energi tertinggi di semesta.
Radiasi elektromagnetik ditransmisikan dalam gelombang atau partikel
gelombang dan frekuensi yang berbeda. Rentang panjang gelombang yang
luas tersebut diartikan sebegai spektrum elektromagnetik.
e. Sinar Beta. Sinar beta adalah: bermuatan listrik negatif, sehingga dalam
medan listrik dibelokkan ke arah kutub positif, memiliki daya tembus yang
jauh lebih besar dapida sinar alfa (dapat menembus lempeng timbal setebal 1
mm), dan daya ionisasinya lebih lemah dari sinar alfa.
Perbedaan karakteristik beberapa jenis sinar dalam proses sterilisasi sebagai
berikut.

Jenis Sinar Karakteristik Penyinaran


Daya penetrasi baik, tetapi perlu energi
Sinar X
besar.
Memiliki sifat bakterisidal, tetapi tidak
Sinar alfa
memiliki daya penetrasi.
Daya penetrasinya sedikit lebih besar
Sinar beta
daripada sinar X.
Kekuatan radiasinya besar dan efektif
Sinar gamma
untuk sterilisasi bahan makanan.
Sinar X merupakan suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang memiliki
panjang gelombang sangat pendek yaitu berkisar antara 0,01 hingga 10
nanometer dan memiliki frekuensi antara 1016 hingga 1021 Hz. Hal inilah
yang menyebabkan Sinar X mampu menembus tubuh manusia. Sinar alfa
merupakan radiasi partikel bermuatan positif. Partikel ini merupakan inti
atom helium yang terdiri atas 2 proton dan 2 neutron. Sinar gamma adalah
bentuk energi tertinggi di semesta. Radiasi elektromagnetik ditransmisikan

16
dalam gelombang atau partikel gelombang dan frekuensi yang berbeda.
Rentang panjang gelombang yang luas tersebut diartikan sebegai spektrum
elektromagnetik. Sifat-sifat sinar beta adalah: bermuatan listrik negatif,
sehingga dalam medan listrik dibelokkan ke arah kutub positif, memiliki
daya tembus yang jauh lebih besar dapida sinar alfa (dapat menembus
lempeng timbal setebal 1 mm), dan daya ionisasinya lebih lemah dari sinar
alfa.
5. Metode Filtrasi
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode filtrasi adalah
sebagai berikut.
a. Filter bakteriologis (filtrasi membran). Selama bertahun-tahun, tersedia
berbagai macam filter bakteriologis yang dapat dimanfaatkan oleh para ahli
mikrobiologi. Bahan filter tersebut merupakan suatu lapisan yang relatif
tebal yang terbuat dari abses (Seitz filter), tanah diatome (Barkefeld filter),
porselen (Chamberland filter), atau kaca berpori (sintered glass).
Tertahannya mikroorganisme pada lapisan filter bukan hanya disebabkan
oleh ukuran pori filter, melainkan oleh kombinasi ukuran pori, sifat jaringan
bahan berserat atau partikulat penyusun lapisan saringan, dan muatan listrik
bahan-bahan tersebut. Filtrasi membran berguna untuk mensterilkan zat alir
mikroorganisme yang peka terhadap panas.

17
(Gambar 1.3 Tahap Filtrasi)
b. Filter udara. Dengan dikembangkannya filter berefisiensi tinggi untuk
menyaring udara berisikan partikel (high efficiency particulate air filter,
HEPA) telah memungkinkan dialirkannya udara bersih (bebas debu) ke
dalam ruang tertutup. Tipe filtrasi udara semacam ini berikut sistem aliran
udara laminar (laminar airflow) kini banyak digunakan untuk menghasilkan
udara yang bebas dari debu dan bakteri. Filter udara digunakan di dalam
ruang transfer mikroorganisme untuk mencegah terjadinya kontaminasi di
area isolasi guna mencegah penyebaran infeksi. Selain itu, filter ini juga
digunakan di dalam ruang yang difungsikan untuk merakit peralatan
elektronik miniatur karena kontaminasi oleh partikel-partikel bahkan sekecil
bakteri dapat merusak daya guna komponen peralatan tersebut.
6. Metode Pembersihan Fisik
Beberapa cara pengendalian mikroorganisme melalui metode pembersihan
fisik adalah sebagai berikut.
1. Ultrasonik. Gelombang suara berfrekuensi tinggi digunakan untuk
memecahkan sel-sel mikroba serta membersihkan (menghilangkan) mikroba
dari peralatan. Selain itu, gelombang ini juga digunakan pada teknik khusus

18
diagnosis serta pembedahan. Pembersih ultrasonik lebih efisien untuk
membersihkan bahan organik dari peralatan dibandingkan dengan
penyikatan secara mekanis.
2. Pencucian. Mencuci atau menggosok dengan sabun merupakan cara fisik
lain untuk menghilangkan mikroorganisme dari permukaan. Menggosok
akan melepaskan kotoran dari benda-benda dan dari kulit serta tangan karena
mekanisme pergeseran sabun menghilangkan lapisan berminyak yang
mengikat bakteri pada permukaan, termasuk kulit. Begitu lapisan tersebut
lepas, mikroorganisme pun akan terbilas oleh air mengalir. Selain itu, flora
mikroba di kulit juga akan berkurang.

7. Metode Tekanan Osmotik


Tekanan osmosis merupakan suatu tekanan difusi yang melintasi membran
semipermiabel atau pemisahan antara dua macam larutan jenis tertentu dengan
konsenterasi zat terlarut yang jenisnya berbeda. Proses pengendalian
mikroorganisme dengan menggunakan tekanan osmotik dilakukan dengan
menyamakan konsenterasi beberapa jenis zat terlarut terdapat pada kedua sisi
membran, sehingga sel mikrooganisme akan terhidrasi dan berefek pada
terjadinya pengeringan sel atau plasmolisis.

19
(Gambar 1.4 Grafik Pengaruh Suhu Terhadap Petrtumbuhan Mikroba)

D. Pengendalian Mikroorganisme Dengan Bahan Kimia


Terdapat banyak zat kimia yang dipakai untuk mengendalikan mikroorganisme.
Penting sekali untuk memahami ciri pembeda masing-masing zat terkait
mikroorganisme apa saja yang dapat dikendalikannya serta bagaimana zat tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan. Setiap zat kimia mempunyai keterbatasan dan
keefektifan bila digunakan dalam kondisi praktis. Keterbatasan-keterbatasan ini
perlu diamati. Selain itu, tujuan yang dikehendaki dalam pengendalian
mikroorganisme tidak selalu sama. Pada beberapa kasus, kita mungkin perlu
mematikan seluruh mikroorganisme (sterilisasi), sedangkan pada kasus lain
mungkin cukup mematikan sebagian besar mikroorganisme tetapi tidak semua
(sanitasi). Dengan demikian, pemilihan sesuatu bahan kimia untuk penggunaan
praktek dipengaruhi juga oleh hasil akhir yang diharapkan.

20
Ciri-ciri desinfektan yang ideal :
1. Disinfektan harus dapat mematikan berbagai jenis mikroba pada konsentrasi
rendah.
2. Desinfektan harus dapat larut dalam air atau pelarut lain sampai pada
konsentrasi yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
3. Perubahan yang terjadi pada desinfektan ketika didiamkan beberapa saat
harus seminimal mungkin dan tidak boleh mengakibatkan hilangnya sifat
antimikrobial atau harus bersifat stabil.
4. Tidak bersifat racun bagi manusia maupun hewan lain.
5. Aktivitas antimikrobial harus pada suhu kamar atau suhu tubuh.
6. Tidak menimbulkan karat dan warna.
7. Memiliki kemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap.
8. Desinfektan juga harus berfungsi sebagai detergen (pembersih).
9. Desinfektan harus tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang wajar.

Istilah Pengendalian Mikroorganisme secara Kimia Yaitu:


1.Sterilisasi
Suatu kegiatan untuk membebaskan suatu benda atau subtansi dari segala
bentuk kehidupan mikrobabaik vegetatif maupun generatif.
2.Disinfeksi
Suatu usaha untuk mematikan,menyingkirkan atau menghapuskan
mikroorganisme penyebab infeksi.
3. Disinfektan
Adalah bahan kimia yang digunakan untuk melaksanakan disinfeksi.
Disinfektan ditujukan terhadap benda-benda mati,lantai,piring.pakaian dll.
Adapun Tipe-tipe disinfektan yaitu:
a. Garam Logam Berat
Disinfektan berjenis garam logam berat disebut juga oligidinamik yang
disusun oleh sejumlah kandungan garam yang berasal dari logam berat

21
dan berkemampuan untuk membunuh mikroorganisme, misalnya
meuklorida (sublimat)
b. Zat Pewarna
Disinfektan yang berasal dari zat pewarna tertentu yang digunakan
dalam proses pewarnaan bakteri dan memiliki daya bakteriostatis. Daya
kerjanya cenderung selektif terhadap jenis bakteri gram positif dan
berkombinasi dengan senyawa protein untuk mengaggu mekanisme
dalam proses reproduksi sel.
c. Klor Dan Senyawa Klor
Klor digunakan dalam proses sterilisasi untuk produksi air minum.
Persenyawaan klor dan zat kapur atau dengan sejumlah kandungan
natrium menghasilkan disinfektan yan bermamfaat dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya untuk mencuci alat-alat makanan dan minuman.
d. Fenol Dan Senyawa Lain yang Sejenis
Larutan fenol atau karbon sejumlah 2-4% dapat digunakan sebagai
disinfektan, dan biasanya dicampurkan dengan aroma tertentu, sehingga
menjadi menarik.
e. Kresol
Destilasi destruktif yang terjadi pada batu bara menghasilkan senyawa,
salah satunya adalah kresol yang efektif untuk digunakan sebgai
bakterisida dengan kinerja yang tidak rusak oleh keberadaaan bahan
organik.
f. Alkohol
Umumnya larutan alkohol yang sering digunakan sebagai disinfektan
adalah etil alkohol, isoprofil, dan benzyl alkohol.
g. Fomaldehida
Formaldehida merupakan disinfektan yang efektif jika digunakan dalam
bentuk gas. Formaldehida memiliki daya bakterisida dan fungsida jika

22
digunakan di daerah tertutup dan dapat digunakan debagai formalin jika
berada dalam larutan cair sejumlah 37 %.
h. Etilen Oksida
Pemamfaatan etilen oksida dalam wujud gas dan cairan, akan sangat
efektif sebagai agen pembunuhan bagi jamur, virus, bakteri, dan spora.
Senyawa etilen oksida bersifat germisida, sehingga mampu menembus
substansi yang tidak tertutup secara rapat hingga ke dasar yang
terdalam.
4.Antiseptik
Adalah bahan kimia yang digunakan untuk mematikan, menyingkirkan atau
menghambat mikroba, khusus digunakan untuk makhluk hidup, seperti
manusia atau hewan
5.Bakteriostatika
Menghambat multiplikasi, akan tetapibila zat penghambat itu dihilangkan,
maka multiplikasi mikroba berjalan kembali.
6.Bakterisida
Adalah bahan kimia yang berfungsi untuk membunuh atau memusnahkan
khusus bakteri, seperti antibiotika, antiseptika, disinfektan maupun bahan
pengawet.
7. Bakterin
Vaksin yang dibuat dari bakteri yang mati, dandapat menimbulkan
kekebalan puda tubuh terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh baktri jenis
itu.

8.Bakteriosilin
Anti bodi yang terbentuk dalam darah dan dapat menghancurkan bakteri.
9.Bakteriolisis
Suatu proses pembasmian bakteri dengan memecahkannya sel-sel bakteri.

23
10.Bakteriostasis
Pencegahan atau penghentian pertumbuhanbakteri.
I1.Bakteriostat
Adalah substansi atau agen atau bahan yang menghambat pertumbuhan atau
perkembangbiakan bakteri,misal golongan sulfonamida.
12.Bakterisidal
Berkemampuan untuk membunuh atau memusnahkan bakteri.
13.Bakteriuria
Terdapatnya bakteri dalam urin

(Gambar 1.5 Level Disinfektan Pada Organisme)

24
(Gambar 1.6 Tahap Pengenceran Disinfektan)

1. Pemilihan Bahan Kimia Antimikrobial Kimiawi


Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan ketika memilih bahan
antimikrobial kimiawi untuk tujuan praktis adalah sebagai berikut.
a. Sifat bahan yang akan diberi antimikrobial kimiawi. Suatu zat kimia yang
digunakan untuk mendesinfeksi perabotan yang terkontaminasi mungkin
tidak baik apabila digunakan pada kulit karena dapat merusak jaringan kulit.
Dengan demikian, harus dipilih zat yang serasi (compatible) dengan bahan
yang akan didesinfeksi.
b. Tipe mikroorganisme. Tidak semua mikroorganisme rentan terhadap sifat
mematikan suatu zat kimia tertentu. Oleh sebab itu, haru dipilih zat yang
telah diketahui efektif terhadap suatu tipe mikroorganisme yang akan
dibasmi. Sebagai contoh, spora bersifat lebih resistan daripada sel-sel
vegetatif. Bakteri gram positif dan gram negatif memiliki kerentanan yang
berbeda. Misalnya, Escherichia coli (gram negatif) jauh lebih resistan
terhadap desinfektan kationik daripada Staphylococcus aureus (gram postif).
Galur-galur yang berbeda dari spesies yang sama juga memiliki kerentanan
berbeda terhadap suatu zat antimikrobial tertentu.
c. Keadaan lingkungan. Faktor-faktor, seperti suhu, pH, waktu, konsentrasi,
dan adanya bahan organik asing, kesemuanya turut memengaruhi laju dan
efisiensi penghancuran mikroba. Keberhasilan penggunaan bahan

25
antimikrobial salah satunya dipengaruhi oleh pemahaman akan pengaruh
faktor-faktor di atas terhadap bahan antimikrobial tertentu sehingga bahan
tersebut dapat dipergunakan dalam keadaan yang paling menguntungkan.
2. Kelompok Utama Bahan Antimikrobial Kimiawi
Beberapa kelompok utama bahan antimikrobial kimiawi adalah sebagai
berikut.
a.Fenol dan persenyawaan fenolat
1) Mekanisme kerja : mendenaturasi protein, merusak membran sel
2)Ciri tambahan : turunannya (heksilresorsinol) dapat menurunkan
tegangan permukaan
3)Kegunaan : desinfektan umum
4)Keterbatasan : keefektifan mikrobial terbatas, mengakibatkan
iritasi dan karat

b.Alkohol
1)Mekanisme kerja : mendenaturasi protein, merusak membran sel,
sarana dehidrasi, aksi deterjen
2)Ciri tambahan : semakin tinggi kandungan karbon di dalam
alkohol menyebabkan semakin germisidal
3)Kegunaan : antiseptik kulit, pada konsentrasi 60% mematikan
virus bila tidak ada bahan organik asing
4) Keterbatasan : antiseptik

c.Halogen iodium
1)Mekanisme kerja : halogenasi tirosin, menginaktifkan enzim dan
protein
2) Ciri tambahan : efektif terhadap bakteri dan spora
3) Kegunaan : desinfeksi kulit
4) Keterbatasan : mengiritasi selaput lendir

26
d.Deterjen kationik (senyawa amonium kuaterner)
1) Mekanisme kerja : mendenaturasi protein, merusak membran sel
2)Ciri tambahan : lebih germisidal daripada deterjen lain,
kebanyakan bakterisidal terhadap bakteri gram
positif, fungisidal
3) Kegunaan : desinfeksi kulit, sanitizer
4) Keterbatasan : tidak sporisidal

e.Aldehida
1)Mekanisme kerja : memecah ikatan hidrogen, mendenaturasikan
protein
2)Ciri tambahan : efektif terhadap semua mikroorganisme kecuali
spora bakteri
3) Kegunaan : mensterilkan perkakas fumigasi
4) Keterbatasan : kestabilan terbatas, tidak sporisidal

f.Kemosterilisator gas
A.Mekanisme kerja : etilenoksida mengalkilasi senyawa organik,
menginaktifkan enzim
B. Ciri tambahan : mematikan semua bentuk kehidupan
C. Kegunaan : mensterilkan benda peka-panas, perkakas, perlatan
besar, dan kasur
D.Keterbatasan : mudah terbakar, dapat meledak dalam bentuk
murni, bekerja lambat

E. Antibiotik dan Zat Kemoterapeutik Lain


Antibiotika yang pertama kali ditemukan secara kebetulan oleh Alexander
Flemming, yaitu penicillin-G. Flemming berhasil mengisolasi senyawa tersebut
dari Penicillium chrysogenum pada tahun 1928, tetapi baru dikembangkan dan
digunakan pada permulaan Perang Dunia II pada tahun 1941 ketika obat-obatan

27
antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi (Radji, 2016).
Antibiotika adalah agen yang digunakan untuk mencegah dan mengobati suatu
infeksi karena bakteri. Dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat antibakteri
yang diproduksi oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur,
actinomycota) yang dapat menekan pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme
lainnya (Yusuf, 2018).
Antibiotika merupakan obat yang banyak diresepkan pada pasien, namun
penggunaannya sering kali tidak tepat, akibatnya terjadi peningkatan resistensi
kuman terhadap antibiotik. Hal ini terjadi karena kurangnya informasi yang benar
sehingga dapat mengakibatkan tingginya tingkat penggunaan antibiotika yang
tidak tepat. Penggunaan antibiotika yang berlebihan dan tidak tepat dapat
mengakibatkan masalah kekebalan bakteri terhadap antibiotika. Kemunculan
resistensi menjadi masalah global bagi dunia kesehatan (Ardhany dkk, 2016).
Anti bakteri terdiri atas antibiotika dan kemoterapi. Antibiotika adalah zat yang
dihasilkan oleh mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat pertumbuhan
atau membasmi mikroba jenis lain. Antibiotika juga dapat dibuat secara sintetis.
Kemoterapi ialah zat kimia yang mampu menghambat pertumbuhan atau
membasmi mikroba tetapi tidak berasal dari suatu mikroba atau fungi. Antibiotika
merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh
bakteri (Badan POM RI, n.d.).
Prinsip penggunaan antibiotika didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu:
1. Penyebab infeksi
Pemberian antibiotika yang paling ideal adalah berdasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan kuman.
2. Faktor pasien
Di antara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotika
antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi
(status imunologis), daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, etnis, usia,
penggunaan pengobatan konkomitan, dan untuk wanita apakah sedang hamil

28
atau menyusui, atau sedang mengkonsumsi kontrasepsi oral (Badan POM RI,
n.d.).
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan pada penggunaan antibiotika,
yaitu:
1. Resistensi mikroorganisme terhadap antibiotika.
2. Faktor farmakokinetika dan farmakodinamika.
3. Faktor interaksi dan efek samping obat.
4. Faktor biaya (Menteri Kesehatan RI, 2011)
Zat kemoterapeotik adalah zat kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit
menular (kemoterapi) atau mencegah penyakit (kemoprofilaksis). Zat ini diperoleh
dari mikroorganisme atau tumbuhan atau disintesis di dalam laboratorium kimia.
Secara umum, zat kimia yang terdapat di alam dapat dibedakan dari senyawa
sintetik dengan penggunaan nama antibiotik.
Suatu zat kimia harus memiliki toksisitas yang selektif agar dapat digunakan
sebagai zat kemoterapeutik. Artinya, zat tersebut harus dapat menghambat atau
mematikan parasit (atau sel ganas), namun hanya menimbulkan sedikit kerusakan
atau tidak menimbulkan kerusakan sama sekali terhadap sel inang. Persyaratan
lain untuk zat kemoterapeutik yang praktis adalah zat tersebut harus mampu
menembus sel dan jaringan inang serta tidak mengubah mekanisme pertahanan
alamiah sel inang tersebut.
1. Riwayat Kemoterapi
Secara garis besar perkembangan zat kemoterapeutik dapat dirunut sebagai
berikut.
a. Kina. Dahulu, kina (diambil dari kulit pohon kina di Amerika Selatan)
digunakan oleh orang Eropa untuk mengobati malaria (suatu penyakit yang
disebabkan oleh protozoa genus plasmodium). Namun, sekarang senyawa-
senyawa sintetik baru seperti kuinakrin, klorokuin, paludrin, dan primakuin
telah menggantikan kina untuk mengobati penyakit malaria.

29
b. Salvarsan. Penyakit sifilis yang disebabkan bakteri Treponema pallidum
merupakan salah satu penyakit yang pertama kali diobati dengan zat
kemoterapeutik. Merkuri telah digunakan untuk mengobati sifilis pada tahun
1495. Namun, baru sekitar tahun 1910 ketika Paul Ehrlich mensintesis
senyawa arsen yang dikenal dengan nama salvarsan, dikembangkan suatu
obat khusus yang mampu mengobati penyakit tanpa terlampau
membahayakan si penderita. Lambat laun, dalam terapi sifilis, senyawa
Ehrlich kini telah digantikan oleh arsefenamin, neorsfenamin, senyawa arsen
lain, dan antibiotik.
c. Salfonamida. Pada tahun 1935, salah satu tim penelitian di Jerman yang
dipimpin oleh Gerhard Domagk menemukan bahwa suatu zat warna tertentu
(Protonsil) dapat menyembuhkan mencit yang telah diberi dosis letal bakteri
Streptococcus hemolitik, yaitu bakteri yang menghancurkan sel darah merah
serta menyebabkan “radang tenggorokan”, penyakit jengkerik, serta infeksi
lain pada manusia. Ahli kimia berkebangsaan Perancis di Institut Pasteur yang
mempelajari pengaruh prontosil pada bakteri serta berusaha untuk
meningkatkan mutunya menemukan bahwa aktivitas antibakterial protonsil
disebabkan oleh komponen sulfonamida yang terkandung dalam zat warna
tersebut.
d. Antibiotik. Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan
suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau
menghambat mikroorganisme lain. Dengan kata lain, antibiotik merupakan zat
kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang menghambat
mikroorganisme lain.
2. Zat Antibiotik Kemoterapeutik
Suatu zat antibiotik kemoterapiotik yang ideal hendaknya memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :
a.Harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat
mikroorganisme patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam

30
mikroorganisme yang dipengaruhi, makin baik. Antibiotik berspektrum luas
efektif terhadap banyak spesies.
b.Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resistan parasit.
c.Tidak menimbulkan efek samping yang tidak dikehendaki pada inang, seperti
reaksi alergi, kerusakan saraf, iritasi pada ginjal atau saluran gastrointestinal.
d.Tidak melenyapkan flora normal pada inang. Penggunaan antibiotik
berspektrum luas untuk waktu lama dapat melenyapkan flora bakteri normal,
tetapi tidak melenyapkan Monilia (cendawan) dari saluran pencernaan.
Dalam keadaan demikian Monilia dapat menimbulkan infeksi.
e.Harus dapat diberikan melalui mulut tanpa diinaktifkan oleh asam lambung,
atau melalui injeksi (parenteral) tanpa terjadi pengikatan dengan protein
darah.
f.Memiliki tingkat kelarutan yang tinggi dalam zat alir tubuh.
g.Konsentrasi antibiotik di dalam jaringan atau darah harus dapat mencapai
derajat yang cukup tinggi sehingga mampu menghambat atau mematikan
penyebab infeksi.

Produk metabolik bakteri dan cendawan yang berguna sebagai antibiotik


dirangkum dalam tabel berikut ini.
Mekanisme
Antibiotik Dihasilkan oleh Aktif terhadap
kerja
Penisilin Menghambat
 Penisilin G Penicillium Bakteri gram positif sintesis
Chrysogenum dinding sel
 Ampisilin P. chrysogenum Bakteri gram negatif
yang menyebabkan
infeksi pada saluran
napas, cerna, dan
kemih

31
 Metisilin Penicillium sp. Bakteri penghasil
penisilinase
Sefalosporin Cephalosporium Bakteri gram negatif Menghambat
Sefalotin sp. dan positif sintesis
Sefaloridin dinding sel

Sefaloglisin
Aminoglikosida Menginduksi
 Streptomisin Streptomyces Infeksi tuberkulosis sintesis
griseus protein
Spektinomisin Streptomyces sp. Neisseria abnormal
gonorrhoeae yang
resistan terhadap
penisilin
Neomisin S. fradiae Menghambat bakteri
usus
Kanamisin S. kanomyceticus Kebanyakan bakteri
Gram negatif kecuali
Pseudomonas
Micromonospora
Gentamisin Aktif terhadap
purpurea
berbagai macam
bakteri Gram positif
dan Gram negatif
termasuk
Pseudomonas
Tetrasiklin Berspektrum luas; Mengganggu
 Klortetrasiklin Streptomyces banyak bakteri Gram sintesis
aureofaciens positif dan gram protein
 Tetrasiklin S. aureofaciens negatif, juga

32
 Oksitetrasiklin S. rimosus organisme seperti
Mycoplasma,
Rickettsia dan
Chlamydia
Eritromisin Streptomyces Bakteri Gram positif Mengganggu
erythreus yang umum sintesis
dijumpai protein
Kloramfenikol Streptomyces Berspektrum luas; Mengganggu
(Kloromisetin) venezuelae infeksi parah oleh sintesis
bakteri Gram negatif protein
Polipeptide
 Kolistin Bacillus colistinus Sebagian besar Merusak
(Polimiksin E) bakteri gram negatif membran sel
termasuk
Pseudomonas
aeruginosa
 Polimiksin B B. polymyxa Merusak
Bakteri Gram
negatif; membran sel

keefektifannya lebih
rendah dari kolistin
B. subtilis Menghambat
 Basitrasin Bakteri Gram positif,
pembentukan
namun tidak Gram
dinding sel
negatif
Linkomisin Streptomyces Bakteri Gram positif Mengganggu
lincolnensis yang umum sintesis
dijumpai protein
Vankomisin Streptomyces Bakteri Gram positif, Mengganggu
orientalis termasuk sintesis

33
stafilokokus dan protein
enterokoki penghasil
penisilinase
Vitamisin Streptomyces Infeksi tuberkulosis Mengganggu
griseus var. sintesis
purpureus protein
Rifamisin Streptomyces Infeksi tuberkulosis Mengganggu
mediterranei sintesis
protein
Antibiotik
Antifugal
 Nistatin Streptomyces Infeksi fungi, Merusak
noursei khususnya infeksi membran sel
pada mulut, kulit,
usus, dan vagina
yang disebabkan
oleh Candida
 Griseofulvin Penicillium Merusak
Infeksi oleh
griseofulvin membran sel
cendawan
 Amfoterisin B Streptomyces Mengganggu
Infeksi mikotik yang
nodosus fungsi
dalam
membran

6.

34
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme
adalah suatu organisme yang kecil dan sangat membahayakan. Selain merugikan,
mikroorganisme juga ada yang menguntungkan contoh bakteri yang diolah
menjadi antibiotik. Pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk menekan
reproduksi mikroba. Sehingga dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat
mencegah penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada
inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh
mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi
yang membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh.
1. Dalam Pengendalian Mikroorganisme berdasarkan dua hal yaitu dengan
membunuh mikroorganisme dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme
tersebut.
2. Dalam Pengendalian mikroorganisme beberapa istilah yang dapat
mengambarkan sarana serta proses pengendalian mikroorganisme yaitu
sterilisasi, disinfektan, antiseptik, sanitasi, germisida, bakterisida, bakteriostatis,
antimikrobisl, dekontaminasi, pasteurisasi, degerming, Preservasi dan asepsis.
3. Pengendalian mikroorganisme secara fisik yaitu melakukan pembunuhan
mikroba dengan metode diantaranya metode panas lembab, metode panas
kering, metode pengeringan, metode radiasi, metode filtrasi, dan pembersihan
fisik
4. Pengendalian mikroorganisme secara kimia dimana pengendalian
mikroorganisme tidak selalu sama. Pada beberapa kasus, kita mungkin perlu
mematikan seluruh mikroorganisme d ngan cara sterilisasi, sedangkan pada
kasus lain mungkin cukup mematikan sebagian besar mikroorganisme tetapi

31
tidak semua (sanitasi). Disinfektan dapat mematikan mikroba dengan
konsentrasi rendah. Dimana disinfektan berfungsi sebagai deterjen (pembersih).
5. Antimikrobial adalah agen yang membunuh mikroorganisme atau menghentikan
pertumbuhannya. Obat-obatan antimikroba dapat dikelompokkan menurut
mikroorganisme yang terutama mereka lawan. Misalnya, antibiotik digunakan
untuk melawan bakteri, dan antijamur digunakan untuk melawan jamur.
6. Antibiotik golongan senyawa antimikroba yang mempunyai efek menekan atau
menghentikan suatu proses biokimia pada organisme, khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotik khususnya berkaitan dengan
pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi, termasuk bahan antibakteri paling
penting.
7. Zat Kemoterapeutik adalah zat kimia yang digunakan untuk mengobati penyakit
menular (kemoterapi) atau Mencegah penyakit (kemoprofilaksis). Dimana zat
ini diperoleh dari mikroorganisme atau tumbuhan atau disintesis didalam
laboratorium secara kimia.

B. Saran
Meskipun banyak cara dalam mengendalikan atau Mengatasi berbagai aktifitas
mikroba (bakteri) yang dapat merugikan, kita sebagai Mahasiswa melakukan
tindakan yang tepat. Tindakan tersebut dapat berupa tindakan pencegahan
(preventif) maupun tindakan pengobatan. Tindakan pencegahan dapat dilakukan
dengan vaksinasi, sterilisasi, dan pasteurisasi, dan pengawetan bahan makanan.
Tidak sampai disitu juga beberapa faktor yang harus diketahui dalam menurunkan
jumlah mikroorganisme kontaminan dan mencegah transmisi yaitu dengan
melakukan cuci tangan. Mencuci tangan merupakan metode terbaik mencegah
transmisi mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara
signifikan menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi pada tubuh.

31
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Rahmawati. 2019. Mikrobiologi Farmasi : Dasar-dasar Mikrobiologi Untuk


Mahasiswa Farmasi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press, hlm 272. ISBN.

Hadietoni, R,S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur
Laboratorium. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Harti, Agnes Sri. 2012. Dasar-Dasar Mikrobiologi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Hasanah Kurniatul. 2020. Tren Penggunaan Antibiotik Lini 3 di RS X Bekasi Peiode


Triwulan 1 Tahun 2020 Dibandingkan dengan Triwulan Tahun 2019. Jurnal
Riset Kefarmasian Indonesia. Vol 4. No 1.

Hidayat, Nur. 2018. Mikroorganisme & Pemanfaatannya. Malang: UB Press.

Kuswiyanto. 2015. Bakteriologi 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Muhlis Muhammad. 2014. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik dan Hubungan


dengan Kesembuhan Pasien Rawat Inap Usia 0 – 18 Tahun pada Kasus
Demam tiroid Di Rumah Islam Pati Tahun 2019. Jurnal Farmasi. Vol 1. No 2

Syahrurachman, Agus, et.al. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Jakarta: Binarupa Aksara Publisher.

Zuhriyah ainun, et.al. 2018. Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik Jenis


Amoxilin pada Masyarakat Desa Pilanggede Kecematan Belen Kabupaten
Bojonegoro. Hoapitality.Vol.7 No.2

33

Anda mungkin juga menyukai