Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN (IDK)

“Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

Nikmah (2214201127)
Shela Alisa Dewi (2214201130)

DOSEN : IBU Ns. Silvia, M. Biomed

KELAS NON REGULER SEMESTER 1

PRODI KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya kita
semua kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Pengontrolan
Pertumbuhan Mikroorganisme”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar. Kelompok menyadari masih banyak kekurangan dan
hal-hal yang belum sempurna, oleh karena itu penyusun mohon maaf serta kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat penyusun harapkan.

Kami dari kelompok 1 mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyusun makalah ini, semoga makalah ini memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan tentang Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme.

Bukittinggi, 24 Mei 2023

KELOMPOK 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Makalah.......................................................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN ....................................................................................................2

A. Dasar-Dasar Pengendalian.......................................................................................2
B. Pengendalian Mikroba Secara Fisik........................................................................3
C. Pengendalian Mikroba Secara Kimia......................................................................6
D. Obat-Obatan Antimikroba dan Antibiotik...............................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk
dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia
mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga
diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian. Hal itu nampak dari
kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit
yang berkisar dari infeksi ringan sampai pada kematian. Pengendalian
mikroorganisme sangat asensial dan penting di dalam industri dan produksi pangan,
obat-obatan, kosmetik dan lainnya.
Peranan mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting, teknologi
mikrobiologis telah memecahkan sekelumit permasalahan manusia. Pengadaan
energi, pangan, obat-obatan merupakan hasil dari peranan mikroorganisme.
Pengadaan nutrisi untuk pakan ternak merupakan salah satu terobosan pemecahan
masalah dalam pengadaan pakan ternak. Namun mikroorganisme dapat menyebabkan
permasalahan, hal itu nampak dari kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta
tanaman yang menimbulkan penyakit. Bukan hanya itu aktifitas negatif menimbulkan
rusaknya bahan makanan hingga berakibat tidak dapat di konsumsi bahkan beracun.
Karena itu perlu adanya suatu usaha untuk mengendalikan aktifitas dari
mikroba. Yang di maksud pengendalian di sini adalah upaya pemberantasan,
penghambatan dan pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel vegetatif. Telah
banyak di temukan teknik-teknik dalam pengendalian mikroorganisme seperti
desinfektan, sterilisasi, pasteurisasi, antiseptik, germisida, bakteoristatik, bakterisid
yang tentu saja tiap-tiap teknik harus melewati serangkaian prosedur yang benar
sehingga upaya pengendalian dapat memberikan hasil yang maksimal. Perlu di garis
bawahi bahwa tiap-tiap teknik memiliki suatu tujuan dalam pengendalian seperti
teknik sterilisasi yang bertujuan untuk membunuh segala macam sel mikroba dan
bentuk vegetatifnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa dasar dari pengendalian mikroba?
2. Bagaiamana cara pengendalian mikroba secara fisik?
3. Bagaimana cara pengendalian mikroba secara kimia?
4. Apa saja obat-obatan antimikroba dan antibiotic?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui dasar dari pengendalian mikroba
2. Mengetahui cara pengendalian mikroba secara fisik
3. Mengetahui cara pengendalian mikroba secara kimia
4. Mengetahui obat-obatan dari antimikroba dan antibiotic

1
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar-Dasar Pengendalian
Mikroorganisme terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka
terdapat hampir dimana-mana di alam ini. Mereka merupakan bentuk kehidupan yang
tersebar paling luas dan terdapat paling banyak di planet ini. Sesungguhnya telah
dihitung bahwa massa mikroorganisme di bumi melebihi massa organisme lain.
Didalam setiap gram tanah subur terdapat berjuta-juta mikroorgansime (Pelczar,
2005). Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau
mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Pengendalian mikroorganisme berdasarkan
dua hal :
1. Dengan membunuh mikroorganisme
2. Dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme biasanya secara fisika dan secara


kimia baik membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Agen yang
membunuh sel-sel yang diistilahkan sidal, agen yang menghambat pertumbuhan sel-
sel (tanpa membunuh mereka) yang disebut sebagai statis. Dengan demikian,
bakterisida berarti membunuh bakteri, dan bakteriostatik berarti menghambat
pertumbuhan sel-sel bakteri. Bakterisida berarti membunuh bakteri, fungisida berarti
membunuh jamur, dan sebagainya.
Pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk menekan reproduksi mikroba.
Sehingga dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan
mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan cara
membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi yang membuat mikroorgenisme
tidak dapat tumbuh. Membunuh dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme
khususnya sangat penting dalam penyediaan dan pemeliharaan untuk keamanan
makanan. Pengendalian mikroorganisme juga merupakan praktek medis modern dan
antimikroba untuk mencegah dari infeksi dan menurunkan penyebaran
mikroorganisme.

Alasan utama pengendalian mikroorganisme adalah :


1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi
Mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur memiliki dampak berbahaya apabila
tidak dikontrol, seperti TBC yang disebabkan oleh bakteri, Influenza yang
disebabkan oleh virus, dan masih banyak penyakit lain yang apabila dibiarkan
dapat menimbulkan kematian.
2) Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
Tidak hanya manusia, hewan, bahkan tanaman pun dapat terinfeksi oleh
mikroorganisme, untuk itu perlu dilakukan pencegahan agar tidak menyebar
ketanaman lain.

3) Mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme


Adakalanya pembusukan dan perusakan oleh mikroorganisme sangat dibutuhkan
dalam hal pembuatan pupuk kompos, tapi adakalanya juga tidak diinginkan,
misalnya perusakan atau pembusukan salah satu jaringan tubuh yang dapat
menimbulkan kecacatan, untuk itu perlu dicegah.

Pengendalian mikroorganisme adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk:


a. Menghambat/mengurangi jumlah atau aktivitas mikroorganisme.
b. Membasmi atau mematikan mikroorganisme (terutama untuk yang terinfeksi
mikroorganisme).

Kondisi yang mempengaruhi pengendalian mikroba adalah:


a. Temperature
b. Jenis mikroba
c. Struktur fisiologis, dan
d. Lingkungan.

B. Pengendalian Mikroba Secara Fisik


a. Cara membunuh dengan panas
Panas dapat membunuh kuman karena dapat mendenaturasi protein, terutama
enzim-enzim dan membran sel. Daya bunuh panas basah ini juga meliputi
perubahan kondisi fisik daripada lemak sel. Panas kering membunuh kuman
terutama karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering
tidak sebaik panas basah. Percobaan menunjukkan bahwa, apabila biakan kuman
dalam bentuk liofil dipanasi secara kering, akan diperlukan waktu yang lama
untuk membunuhnya. Akan tetapi apabila biakan tersebut dimasukkan ke dalam
air mendidih, ia akan cepat mati.
a) Terminologi Thermal Kill
- Thermal death point: suhu dimana suatu suspense organisme telah
disterilkan setelah pemaparan selama 10 menit.
- Thermal death time: waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu untuk
mensterilkan suatu suspense organisme.
- D value : waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% dari organisme
dalam suatu suspense pada suatu suhu tertentu. Suhu biasanya dinyatakan
sebagai D100˚C atau D59˚F .
- Z value : jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk
menurunkan D value sampai menjadi sepersepuluh nilai semula.

4
Contoh: spora Bacillus megaterium mempunyai D100˚C = 1 menit, dan D59˚F =
10 menit, maka Z valuenya adalah 5, oleh karena menjadi sepersepuluh (dari 10
menit menjadi 1 menit), diperlukan kenaikan suhu sebanyak 5˚C (dari 95˚C -
100˚C).

b) Sterilisasi/suci hama
Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga
menjadi steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara
panas. Ada dua metode yang sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas
lembab :
- Panas kering, biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat
laboratorium. Suhu efektifnya adalah 160˚C selama 2 jam. Alat yang
digunakan pada umumnya adalah oven.
- Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi
karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus
kuat dan kelem-baban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi
protein sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya
adalah 121˚C pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat
yang digunakan : pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.

c) Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya :


- Tyndalisasi : Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan
minuman kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora
mikroba tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan
minuman yang diproses. Suhu pemanasan adalah 65˚C selama 30 menit
dalam waktu tiga hari berturut-turut.
- Pasteurisasi : Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali
berdasarkan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten
untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri
patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya.
Pasteurisasi biasanya dilakukan untuk susu, anggur dan makanan asam
lainnya. Suhu pemanasan adalah 65˚C selama 30 menit.
- Boiling : Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan
pada suhu 100˚C selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel
vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan
beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat
kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
- Red heating : Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar
spiritus) sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan
alat yang sederhana seperti jarum ose.
- Flaming : Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar
bunsen dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran

5
b. Radiasi
1. Radiasi Ungu Ultra (ultraviolet)
Mikroorganisme di udara dapat di bunuh dengan penyinaran memakai sinar
ungu ultra. Panjang gelombang yang membunuh mikroorganisme adalah di
antara 220-290 nm; radiasi paling efektif adalah 253,7 nm. Faktor penghambat
dari sinar ungu ultra adalah daya penetrasinya yang lemah. Untuk memperoleh
hasil yang baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik berupa cairan,
gas, atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau di tempatkan langsung di
bawah sinar ungu ultra dalam lapisan-lapisan yang tipis. Absorpsi radiasi ungu
ultra menyebabkan modifikasi-modfikasi kimiawi dari nucleoprotein serta
menimbulkan hubungan silang (cross linkages) antara pasangan-pasangan
molekul thymin. Hubungan ini dapat menyebabkan salah baca dari genetic
code, yang akan menghasilkan mutasi yang selanjutnya akan merusak atau
memperlemah fungsi-fungsi vital organisme dan kemudian akan
mematikannya. Orang-orang yang bekerja dengan atau dekat sumber sinar
ungu ultra harus memakai peralatan guna melindungi kornea mereka terhadap
iritasi atau kerusakan yang mungkin bersifat permanen.

2. Sinar X
Sinar x bersifat letal bagi mikroba juga bagi bentuk kehidupan yang lebih
tinggi. Sinar x memiliki daya dan energi yang tinggi namun sinar x tidak
banyak digunakan dalam pengendalian populasi mikroba karena daya tembus
yang besar itu menyulitkan usaha perlindungan terhadap pemakai dan sulit
menggunakannya secara efisien.

3. Sinar gamma
Sinar gamma dipancarkan dari radio isotop tertentu seperti 60CO, mempunyai
panjang gelombang pendek sehingga energinya tinggi. Daya tembusnya besar
dan bersifat letal terhadap semua bentuk kehidupan termasuk mikroba. Karena
daya tembus serta efek mikrobiosidanya tinggi serta efisiensinya lebih tinggi
dibandingkan dengan sinar x maka sinar gamma lebih disukai untuk digunakan
dalam sterilisasi bahan-bahan yang tebal serta besar seperti kemasan peralatan
media atau bahan makanan.

c. Penyaringan
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan
penyaringan yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme
dengan ukuran tertentu. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus.
Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka terhadap panas
seperti serum, solusi enzim, toksin kuman, ekstrak sel, dan sebagainya.

6
d. Pendinginan
Biakan beberapa bakteri, khamir dan kapang yang ditumbuhkan pada media agar
dalam tabung reaksi dapat hidup selama berbulan-bulan pada suhu lemari es
sekitar 4 derajat C sampai 7 derajat C.

e. Suhu dibawah titik nol


Bakteri dan virus dapat bertahan pada suhu - 20 derajat, -70 derajat C, -195
derajat C. Pada pendinginan tersebut mula-mula dapat mematikan sebagian dari
sel-sel tersebut, namun jumlah yang bertahan cukup besar dan tetap bertahan
hidup untuk waktu lama. Jadi penggunaan suhu rendah tidak dapat diandalkan
untuk disinfeksi. Mikroba yang dipelihara pada suhu beku dianggap dorman
karena tidak memperlihatkan aktivitas metabolik.

f. Pengeringan
Pengeringan sel mikroba serta lingkungannya dapat mengurangi atau
menghentikan aktivitas metabolik. Pada umumnya mikroba yang bertahan hidup
setelah pengeringan bervariasi tergantung pada: macam mikroba, bahan yang
dipakai, kesempurnaan proses pengeringan, kondisi fisik (cahaya, suhu,
kelembaban) yang dikenakan pada mikroba tersebut.

C. Pengendalian Mikroba Secara Kimia


Banyak bahan kimia yang menghambat metabolisme sel atau merusak
komponen sel sehingga dapat menghambat atau mematikan mikroba. Bahan kimia
yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan ini banyak digunakan dirumah
sakit dan laboratorium untuk membersihkan peralatan bedah dan ruangan penyiapan
media. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan bahan kimiawi
adalah :
Sifat bahan yang akan diberikan perlakuan. Harus dipilih zat kimia yang
sesuai dengan bahan yang diberi perlakuan. Sebagai contoh, zat kimia untuk
disinfeksi alat-alat laboratorium tidak baik digunakan untuk kulit. Tipe mikroba.
Harus dipilih zat kimia yang telah diketahui efektif terhadap jenis mikroba yang akan
dibunuh karena tidak semua mikroba sama rentannya terhadap sifat menghambat atau
mematikan zat kimia tertentu. Keadaan lingkungan. Faktor-faktor seperti suhu, PH,
waktu, konsentrasi dan adanya bahan organik asing turut mempengaruhi laju dan
efisiensi pembasmian mikroba.
Berdasarkan kekuatan dalam memusnahkan mikroba, bahan kimiawi
digolongkan atas :
- Bahan kimiawi tingkat tinggi, jika mampu mematikan semua jenis mikroba
termasuk endospora bakteri. Misalnya etilen oksida dan glutaraldehida 2%.
- Bahan kimiawi tingkat menengah adalah bahan kimia yang mampu mematikan
Mycobacterium tuberculosis sehingga disebut juga bahan tuberkulosida. Bahan
kimia ini juga mampu melawan virus resisten seperti virus hepatitis dan
rhinovirus tetapi tidak efektif untuk melawan endospore.

7
- Bahan kimiawi tingkat rendah adalah bahan kimiawi yang efektif terhadap
kebanyakan sel vegetatif bakteri dan fungi tetapi tidak efektif terhadap
Mycobacterium tuberculosis, endospora, spora fungi dan virus. Bahan kimiawi
tingkat rendah banyak digunakan sebagai dikontaminasi sebab ekonomis dan
tidak toksik terhadap manusia.

Kelompok utama bahan kimiawi pengendali mikroba adalah :


- Fenol dan turunannya : fenol, o-kresol, m-kresol, p-kresol, 2-4 dimetil fenol, butil
fenol, heksilresorsinol, dan heksaklorofen. Turunan fenol dapat bersifat
bakterisida atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi yang digunakan.
senyawa ini bekerja dengan mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel.
Aktivitas senyawa fenol ini dapat berkurang sebagai anti mikroba karena
pengaruh PH basa, bahan organik, suhu rendah dan sabun.
- Alkohol : etanol dan isopropanol (70-80%) efektif untuk membasmi fungi, sel
vegetatif bakteri, virus etanol dan isopropil digunakan untuk antiseptik dan
disinfektan pada kulit sebelum diinjeksi. Alkohol juga digunakan untuk
mengurangi flora mikroba pada termometer.
- Halogen : iodium, khlorin, fluorin, bromine. Khlorine dan iodium paling luas
penggunaannya sebagai anti mikroba. iodium merupakan zat yang efektif untuk
bakteri, fungi dan virus. Larutan iodium terutama digunakan disinfeksi kulit
seperti iodium tinktur. Khlorin merupakan disinfektan yang luas penggunaannya,
misalnya dalam proses pemurnian air.
- Logam berat : merkuri khlorida, perak nitrat, tembaga sulfat. Logam-logam berat
terutama perak dalam jumlah amat kecil dapat mematikan bakteri, hal ini disebut
aksi oligodinamik. Perak nitrat telah lama digunakan untuk mencegah infeksi
oleh gonokokus pada mata bayi yang baru lahir. persenyawaan yang mengandung
tembaga digunakan sebagai fungisida dibidang pertamanan. Sedangkan merkuri
khlorida tidak banyak digunakan tetapi beberapa persenyawaan merkuri organik
digunakan sebagai antiseptik. Kerja logam berat adalah mendenaturasikan protein
sel .
- Deterjen : zat pengurang tegangan yang pertama digunakan untuk membersihkan
permukaan benda disebut detergen. Misalnya sabun, tetapi sabun tidak dapat
bekerja dengan baik dalam air sadah karena itu telah dikembangkan bahan
pembersih baru yang disebut surfaktan atau deterjen sintetis.

1) Antimikroba
Antimikroba adalah zat kimia yang membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Antimikroba termasuk bahan pengawet kimia dan
antiseptik, serta obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit menular pada
tanaman dan hewan. Antimikroba didapatkan dari sintetis atau berasal dari alam,
dan mereka memiliki efek atau sidal statis pada mikroorganisme.

8
a) Antiseptik
Antiseptik cukup berbahaya jika digunakan pada kulit dan selaput
lendir, dan tidak boleh digunakan secara internal. Contohnya seperti merkuri,
perak nitrat, larutan yodium, dan deterjen. Antiseptik atau germisida adalah
senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan yang hidup seperti pada
permukaan kulit dan membran mukosa. Antiseptik berbeda dengan
antibiotik dan disinfektan, yaitu antibiotik digunakan untuk membunuh
mikroorganisme di dalam tubuh, dan disinfektan digunakan untuk
membunuh mikroorganisme pada benda mati. Hal ini disebabkan antiseptik
lebih aman diaplikasikan pada jaringan hidup, daripada disinfektan.
Penggunaan disinfektan lebih ditujukan pada benda mati, contohnya wastafel
atau meja. Namun, antiseptik yang kuat dan dapat mengiritasi jaringan
kemungkinan dapat dialihfungsikan menjadi disinfektan contohnya adalah
fenol yang dapat digunakan baik sebagai antiseptik maupun disinfektan.
Penggunaan antiseptik sangat direkomendasikan ketika terjadi epidemi
penyakit karena dapat memperlambat penyebaran penyakit.
Efektivitas antiseptik dalam membunuh mikroorganisme bergantung
pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi dan lama paparan. Konsentrasi
memengaruhi adsorpsi atau penyerapan komponen antiseptik. Pada
konsentrasi rendah, beberapa antiseptik menghambat fungsi biokimia
membran bakteri, namun tidak akan membunuh bakteri tersebut. Ketika
konsentrasi antiseptik tersebut tinggi, komponen antiseptik akan berpenetrasi
ke dalam sel dan mengganggu fungsi normal seluler secara luas, termasuk
menghambat biosintesis(pembuatan) makromolekul dan persipitasi protein
intraseluler dan asam nukleat (DNA atau RNA}. Lama paparan antiseptik
dengan banyaknya kerusakan pada sel mikroorganisme berbanding lurus.

b) Desinfektan
Desinfektan merupakan bahan yang membunuh mikroorganisme,
tetapi tidak mencakup spora mikroorganisme, dan tidak aman digunakan
untuk jaringan hidup, desinfektan hanya digunakan pada benda mati seperti
meja, lantai, peralatan, dll. Efeknya terhadap permukaan benda atau bahan
juga berbeda-beda. Ada yang serasi dan ada yaang bersifat merusak. Oleh
karena itu perlu diketahui perilaku bahan kimia yaang akan digunakan
sebagai desinfektan. Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau
pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau
pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat
menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur
dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk
proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian.

9
Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan
adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik.
Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau
tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga
dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses
pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan
desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

D. Obat-obatan Antimikroba dan Antibiotik


1) Antimikroba
Antimikroba adalah substansi kimia yang dihasilkan oleh bermacam-macam
spesies dari mikroorganisme (bakteri, jamur, aktinomisetes) yang dapat
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Sampai saat ini
sudah lebih sereatus macam antimikroba yang ditemukan terutama setelah para
ahli menemukan cara pembuatan antimikroba sintetis.

Oleh Weinstein, berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi menjadi :


- Obat yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Seperti: penisilin,
sefalosporin, siklosporin, sikloserin, vankomisin, ristosetin dan basitrasin.
- Obat yang mempengaruhi permeabilitas membran sel bakteri. Seperti:
polimiksin, kolistin dan obat-obat anti jamur misalnya nstatin dan amfoterisin.
- Obat yang terutama menghambat sintesis protein bakteri dengan efeknya pada
ribosom. Seperti: tetrasiklin, streptomisin, eritrommisin, linkomisin, dan
klindamisin.
- Obat yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat. Seperti: rifampisin, dan
asam nalidiksat.
- Obat anti metabolit. Seperti: sulfonamid, trimetropin, asam aminosalisilat dan
senyawa sulfon.

Mekanisme Kerja Anti Mikroba


Pemusnahan mikroba dengan antimikroba yang bersifat bakteriostatik masih
tergantung dari kesanggupan reaksi daya tahan tubuh hospes. Peranan lamanya kontak
antara mikroba dan antimikroba dalam kadar efektif juga sangat menentukan untuk
mendapatkan efek khususnya pada tuberculostatik.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok :

- Yang menganggu metabolism sel mikroba


Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamide, trimetropim,
asam p-aminosalisilat dan sulfon. Dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek
bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya.

10
Berbeda dengan mamalia yang mendapatkan asam folat dari luar, kuman pathogen
harus mensintesis sendiri asam folat dari asam amino benzoate (PABA) untuk
kebutuhan hidupnya. Apabila sulfonamide atau sulfon menang bersaing dengan
PABA untuk diikutsertakan dalam pembentukan asam folat, maka terbentuk analog
asam folat yang nonfunsional. Akibatnya, kehidupan mikroba akan terganggu.
Berdasarka sifat kompetisi, efek sulfonamide dapat diatasi dengan meningkatkan
kadar PABA.

- Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba


Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin. Sefalosporin, basitrasin,
vankomisin dan sikloserin. Dinding sel bakteri terdiri dari polipeptidoglikan yaitu
suatu kompleks polimer mukopeptida. Sikloserin menghambat reaksi yang paling
dini dalam proses sintesis dinding sel, diikuti berturut-turut oleh basitrasin,
vankomisin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yang menghambat reaksi
terakhir dalam rangkaian reaksi tersebut. Oleh karena tekanan osmotic dalam sel
kuman akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal
pada kuman yang peka.

- Yang menganggu permaebilitas membrane sel mikroba


Obat yang termasuk kelompok ini adalah polimiksin, golongan polien serta
berbagai antimikroba kemoterapeutik, umpanya antisepti surface active agents.
Polimiksin sebagai senyawa ammonium-kuartener dapat merusak membrane sel
setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membrane sel mikroba. Polimiksin
tidak efektif terhadap kuman garam positif karena jumlah-jumlah fosfor bakteri ini
rendah. Bakteri tidak sensitive terhadap antibiotic polien, karena tidak memiliki
struktur sterol pada membrane selnya.

- Yang menghambat sintesis protein sel mikroba


Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golongan aminoglikosit, makrolit,
linkomisin, tetrasiklin dan kloramfenikol. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu
mensintetis berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan
bantuan mRNA dan tRNA. Pada bakteri, ribosom terdiri dari 2 sub unit, yang
berdasarkan konstanta sedimentasi di nyatakan sebagi ribosom 3OS dan 5OS.
Untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan bersatu pada
pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 7OS. Penghambatan sintesis protein terjadi
dengan berbagai cara.

- Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba


Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah rifampisin, dan golongan
kuinolon. Yang lainnya walaupun bersifat antimikroba, karena sifat
sitotoksisitasnya, pada umumnya hanya digunakan sebagai obat antikanker; tetapi
beberapa obat dalam kelompok terakhir ini dapat pula digunakan sebagai antivirus.
Yang akan dikemukakan disini hanya kerja obat yang berguna sebagai
antimikroba, yaitu rifampisin dan golongan kuinolon.

11
2) Antibiotic
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang
dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik
dewasa ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam praktek
sehari-hari AM sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya
sulfonamida dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotik. Penelitian
sistematik pertama yang menyelidiki serta mempelajari antibiotik dilakukan oleh
A. Gratia dan S. Dath sekitar tahun 1924. Penelitan tersebut menghasilkan
penemuan akinomisetin pada galur-galur aktinomisetes, yang merupakan salah satu
kelompok utama bakteri penting yang terdapat dalam tanah. Aktinomisetin tidak
pernah digukanan untuk mengobati pasien tetapi untuk melisis kultur bakteri dalam
pembuatan vaksin.
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.
Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru
diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr. Florey
(Oxford). Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh
penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat
toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat. Obat yang
digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan
harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat harus
bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relative tidak toksik untuk hospes. Sifat
tokosisitas selektif yang absolute belum atau mungkin tidak diperoleh.

Macam-Macam Obat Antibiotik

Berbagai macam obat antibiotik beserta langkah kerjanya, dantaranya yaitu :

- Penisilin
Penisilin merupakan suatu kelompok persenyawaan dengan struktur yang
sekerabat dan sifat-sifat serta aktivitas yang agak berbeda. Semua penisilin
mempunyai initi yang ama yaitu cincin β- laktam – thiazolidin, yang justru
memberikan sifat unik pada masing-masing penisilin ialah rantai sampingnya yang
berbeda-beda. Panisilin dapat dibagi menjadi dua, yaitu penisilin alamiah dan
penisilin penisilin semisintetik.
Penisilin alamiah. Penisilin dihasilkan selama pertumbuhan dan metabolisme
cendawan tertentu, yaitu Penisillium notatum dan P chrysogenum. Penisilium
alamiah dapat di siapkan sebagi garam natrium, kalium, prokain dan basa lain.
Kristal garam-garam natrium dan kalium terebut mudah larut dalam air. Penisilin
alamiah di inaktifkan oleh panas, sistein, natrium hidrokside, penisilinasie (enzim
yang terdapat dalam banyak bakteri yang dapat merusak penisilin), dan asam
hidroklorat, seperi yang terdapat dalam lambung.
Penisilin semisintetis. Melalui penelitian ekstensif mengenai aspek alami telah
di dapati bahwa persenyawaan tersebut memiliki suatu inti bersama yang dikenali

12
sebagai asam β-aminopenisilanat. Salah satu penisilin semisintetis pertama yang
dibuat untuk penggunaan klinis ialah fenitisilin. Penisilin ini lebih mudah di
absorbsi dibandingkan dengan penisilin V dan keefektifannya sama seperti
penisilin G.
Cara kerja. Penisilin menghambat pembentukan dinding sel bakteri dengan
cara mencegah digabungkannya asam N-asetilmuramat, yang di bentuk di dalam
sel, ke dalam struktur mukopeptide yang biasanya memberi bentuk kaku pada
dinding sel bakteri. Mekanisme kerja ini konsisten dengan kenyataan bahwa
penicilin hanya bekerja pada bakteri yang sedang tumbuh dengan aktif.

- Sefalosporin
Sefalosporin merupakan sekelompok antibiotic yang di hasilkan oleh sesuatu
spesies cendawan laut, Chephalosporium acremonium, kelompok kimiawinya sama
seperti penicilin yaitu β – laktam. Aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram
negatif. Tidak di rusak oleh penisilinase, dan beberapa diantaranya pada PH asam.
Cara kerja. Seperti hanya penicilin, sefalosporinjuga melancarkan efek
antibakterialnya dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Sefalosporin
bersifat bekterisidal.

- Streptomisin
Dihasilkan oleh strptomyces griseus, suatu bakteri tanah yang di isolasi oleh
Waksman dan rekan rekannya yang melaporkannya mengenai aktifitas anti biotik
pada tahun 1944. Yang terutama penting ialah penemuan mengenai aktivitasnya
terhadap basilus tbc, strepsomisin kemudian menjadi antibiotic utama untuk
kemoterapi tuberculosis. Cara kerja. Streptosimin melancarkan efek
antimikrobanya dengan cara bergabung dengan serta menyebabkan disorti ein.
antibiotic padesis prota subunit – subunit ribosom, dan dengan demikian
mengganggu sintesis protein. Antibiotic lain dalam kelompok ini, yaitu
aminogliside lain, juga bekerja dengan cara serupa.

- Tetrasiklin
Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin merupakan nama-nama umum untuk
tiga antibiotik yang memiliki sifat biologis dan kimiawi yang serupa. Sebagai
kelompok, ketiganya biasanya dinamakan tetrasiklin. Antibiotic ini dihasilkan oleh
bakteri dari genus Stretomyces. Dianggap sebagai antibiotic berspektrum luas, dan
spectrum antimikrobialnya serupa organisme yang resisten terhadap salah satu
diantaranya akan resisten pula terhadap kedua yang lain. Digunakan juga untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh banyak bakteri gram negative dan
beberapa gram positif. Cara kerja. Tetrasiklin bekerja dengan cara menghalangi
terikatnya RNA (RNA transfer aminoasil) pada situs spesifik di ribosom, selama
pemanjangan rantai peptide. Akibatnya sintesis protein mengalami hambatan pula.

13
- Eritromisin
Eritromisin ditemukan oleh Selman Waksman pada tahun 1952 didalam produk
metabolic suatu galur Streptomyces erytreus, yang diisolasi dalam tanah yang
dikumpulkan di Philipina. Eritromisin tergolong dalam kelompok kimiawi yang
disebut antibiotic makrolide, anggota lainnya ialah oleandomisin dan spiramisin.
Antibiotic ini seringkali diberikan kepada pasien yang alergis terhadap penisilin.
Cara kerja. Eritromisin dapat berinteraksi dengan subunit-subunit ribosom
sehingga mencegah urutan reaksi yang normal dalam sintesis protein.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk menekan reproduksi mikroba.
Sehingga dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat mencegah penyebaran
penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan
mencegah pembusukan dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan cara
membunuh mikroorganisme atau membuat kondisi yang membuat mikroorgenisme
tidak dapat tumbuh.
Pengendalian Mikroba Secara Fisik dilakukan dengan cara membunuh dengan
panas, dengan cara radiasi, dengan cara penyaringan, dengan menggunakan suhu yang
rendah, dengan cara pendinginan, dengan membuat suhu dibawah titik nol, dan
dilakukan dengan cara pengeringan.
Pengendalian Mikroba Secara Kimia; Banyak bahan kimia yang menghambat
metabolisme sel atau merusak komponen sel sehingga dapat menghambat atau
mematikan mikroba. Bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan atau
mematikan ini banyak digunakan dirumah sakit dan laboratorium untuk
membersihkan peralatan bedah dan ruangan penyiapan media.
Antimikroba adalah substansi kimia yang dihasilkan oleh bermacam-macam
spesies dari mikroorganisme (bakteri, jamur, aktinomisetes) yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lain. Antibiotik ialah zat yang
dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat
membasmi mikroba jenis lain.

B. SARAN
Semoga dengan adanya makalah ini, dapat menjadi acuan dalam mempelajari lebih
dalam mengenai cara pengontrolan pertumbuhan mikroorganisme.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://dokumen.tips/documents/makalah-mikropertumbuhan-dan-pengendalian-
mikroorganisme.html
https://untirtafishery2014.files.wordpress.com/2015/10/kuliah-pengendalian-mikroba.pdf
https://kimiakimi.files.wordpress.com/2014/01/10-pengendalian-mikroorganisme-ed.pdf
http://tandatanya92.blogspot.co.id/2013/02/mikrobiologi.html
https://evavatonah.wordpress.com/2014/09/21/mikroorganismepengendalian/
https://www.academia.edu/8741499/Antimikroba

16

Anda mungkin juga menyukai