Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PEWARNAAN BTA METODE ZIEHL NEELSEN (ZN)

Dosen Pengampu :

1. Nyoman Mastra, S.Km., S.Pd., M.Si


2. I Nyoman Jirna, SKM., M.Si
3. Burhannuddin, S.Si., M.Biomed

Oleh Kelompok 8 :

1. PUTU AYU PRAMADITA (P07134122002)


2. PUTU AYUNING PRABANDARI (P07134122006)
3. NI PUTU GUSTINA MAHAYANTI (P07134122027)
4. DEWA AYU DIAN SEPTIANI (P07134122033)
5. LUH GEDE SULISTIA DHARMA PATNI (P07134122035)
6. NI MADE INTAN SEPTIANI (P07134122037)
7. LUH PUTU NADYA SHAKUNTALA (P07134122049)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas papper yang berjudul “Penyebaran
dan Pengendalian Bakteri ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
pada mata kuliah Bakteriologi I. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
pengetahuan tentang penyebaran bakteri dan pengendaliannya dengan baik dan benar bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak, I Nyoman Jirna, selaku Dosen mata
kuliah Bakteriologi I yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan papper ini.

Kami menyadari, papper yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan, papper ini.

Denpasar, 18 Januari 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................

KATA PENGANTAR............................................................................................... 1

DAFTAR ISI............................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 3

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 3


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 4
1.4 Metode Penulisan ...................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 5

2.1 Pengertian Penyebaran dan Pengendalian Bakteri........................................ 5


2.2 Dasar – dasar Pengendalian Bakteri ............................................................ 6
2.3 Tempat Bakteri Tersebar dan Pengendaliannya ........................................... 7
2.4 Metode Penyebaran Bakteri...................................................................... 10
2.5 Cara Penyebaran Bakteri Fisik & Kimia ................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 22
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 23

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bakteri berasal dari bahasa Latin yaitu bacterium; jamak: bacteria adalah kelompok
organisme yang tidak memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam
domain prokariota dan berukuran sangat kecil (mikroskopik). Bakteri adalah organisme
prokariotik yang umumnya tidak mempunyai klorofil, dan produksi aseksualnya terjadi
melalui pembelahan sel. Bakteri pada umumnya merupakan makhluk hidup yang juga
memiliki DNA, akan tetapi DNA bakteri tidak berada pada nukleus yang juga tidak
mempunyai membran sel. DNA ekstrakromosomal dari bakteri tergabung menjadi satu
plasmid yang berbentuk kecil dan sirkuler ( Jawetz, 2004) . Menurut Dwidjoseputro
(1985) Ukuran sel bakteri pada umumnya adalah 0,5-1,0 µm, dan mempunyai tiga
bentuk dasar yaitu bulat atau kokus, batang atau Bacillus, dan bentuk spiral
Peranan mikroorganisme dalam kehidupan sangat penting, teknologi mikrobiologis
telah memecahkan sekelumit permasalahan manusia. Pengadaan energi, pangan obat-
obatan merupakan hasil dari peranan mikroorganisme. Pengadaan nutrisi untuk pakan
ternak merupakan salah satu terobosan pemecahan masalah dalam pengadaan pakan
ternak. Namun mikroorganisme dapat meneyebabkan permasalahan. hal itu nampak dari
kemampuannya menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman yang menimbulkan
penyakit. Bukan hanya itu aktifitas negatif menimbulkan rusaknya bahan makanan
hingga berakibat tidak dapat di konsumsi bahkan beracun.
Karena itu perlu adanya suatu usaha untuk mengendalikan aktifitas dari mikroba.
Yang di maksud pengendalian di sini adalah upaya pemberantasan, penghambatan dan
pemusnahan sel mikroba dan segala bentuk sel vegetatif. Telah banyak di temukan
teknik-teknik dalam pengendalian mikroorganisme seperti desinfektan, sterilisasi,
pasteurisasi, antiseptik, germisida. bakteoristatik, bakterisid yang tentu saja tiap -tiap
teknik harus melewati serangkaian prosedur yang benar schingga upaya pengendalian
dapat memberikan hasil yang maksimal. Perlu di garis bawahi bahwa tiap -tiap teknik
memiliki suatu tujuan dalam pengendalian seperti teknik sterilisasi yang bertujuan untuk
membunuh segala macam sel mikroba dan bentuk vegetatifnya.

3
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan penyebaran dan pengendalian bakteri?
2. Apakah dasar- dasar dari pengendalian bakteri?
3. Dimanakah bakteri dapat tersebar dan pengendaliannya?
4. Bagaimanakah metode penyebaran bakteri?
5. Bagaimanakah cara pengendalian bakteri secara fisik dan kimia?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui tentang penyebaran dan pengendalian bakteri
2. Untuk mengetahui dasar- dasar pengendalian bakteri
3. Untuk mengetahui tempat bakteri tersebar dan cara pengendaliannya
4. Untuk mengetahui metode penyebaran bakteri
5. Untuk mengetahui cara pengendalian bakteri secara fisik dan kimia

1.4 METODE PENULISAN


1. Mencari dan mempelajari melalui sumber internet

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENYEBARAN DAN PENGENDALIAN BAKTERI

A. Penyebaran Bakteri
Penyebaran bakteri merupakan penyebaran suatu bakteri atau virus kepada
manusia, hewan, maupun tumbuhan yang bersifat patogen yang ditularkan dari
cairan yang terdapat pada manusia. Dimana, cairan tersebut dapat keluar saat
bersin, batuk, pilek, dan disaat saat lainnya.

B. Pengendalian Bakteri
Pengendalian bakteri merupakan upaya pemanfaatan bakteri dalam
mengoptimalkan keuntungan peran bakteri dan memperkecil kerugiannya. Mikroba
selain memberikan keuntungan juga dapat member kerugian pada manusia berupa
penyakit atau racun. Pengendalian bakteri bertujuan mencegah penyebaran penyakit
dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan mencegah
pengrusakan serta pembusukan bahan oleh bakteri. Cara pengendalian bakteri dapat
dilakukan secara aseptik, desinfeksi dan steril. Teknik aseptik merupakan langkah-
langkah yang diambil untuk memperoleh hasil yang akurat dalam suatu percobaan
yaitu dengan menghindarkan percobaan dari mikroorganisme yang dapat
mengontaminasi produk menjadi produk yang tidak diinginkan. Teknik aseptik dapat
dilakukan dengan menyemprotkan alkohol pada tangan dan mengelap meja
percobaan sebelum memulai kegiatan mikrobiologi (Hadioetomo 1993). Desinfektan
merupakan bahan yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme, sedangkan steril merupakan kondisi mutlak akibat penghancuran
dan penghilang mikroorganisme hidup (Dwidjoyoseputro 1989).

5
2.2 DASAR DASAR PENGENDALIAN DAN PENYEBARAN BAKTERI

Bakteri terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka terdapat
hampir dimana-mana di alam ini. Mereka merupakan bentuk kehidupan yang tersebar paling
luas dan terdapat paling banyak di planet ini. Sesungguhnya telah dihitung bahwa massa
bakteri di bumi melebihi massa organisme lain. Didalam setiap gram tanah subur terdapat
berjuta-juta bakteri (Pelczar, 2005).

Pengendalian pertumbuhan mikroba pada prinsipnya adalah menghambat atau mencegah


pertumbuhan bakteri.

Pengendalian bakteri berdasarkan dua hal :

1. Dengan membunuh bakteri

2. Dengan menghambat pertumbuhan bakteri

Pengendalian pertumbuhan mikroorganisme biasanya secara fisika dan secara kimia baik
membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Agen yang membunuh sel-sel
yang diistilahkan sidal, agen yang menghambat pertumbuhan sel-sel (tanpa membunuh
mereka) yang disebut sebagai statis. Dengan demikian, bakterisida berarti membunuh
bakteri, dan bakteriostatik berarti menghambat pertumbuhan sel-sel bakteri. Bakterisida
berarti membunuh bakteri..

Pengendalian mikroorganisme bertujuan untuk menekan reproduksi mikroba. Sehingga


dengan pengendalian mikroorganisme kita dapat mencegah penyebaran penyakit dan
infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusukan
dan perusakan bahan oleh mikroorganisme. Dengan cara membunuh mikroorganisme atau
membuat kondisi yang membuat mikroorgenisme tidak dapat tumbuh. Membunuh dan
membatasi pertumbuhan mikroorganisme khususnya sangat penting dalam penyediaan dan
pemeliharaan untuk keamanan makanan. Pengendalian mikroorganisme juga merupakan
praktek medis modern dan antimikroba untuk mencegah dari infeksi dan menurunkan
penyebaran mikroorganisme

• Alasan utama pengendalian bakteri adalah:

1) Mencegah penyebaran penyakit dan infeksi.

6
Mikroorganisme bakteri memiliki dampak berbahaya apabila tidak dikontrol, seperti TBC
yang dishabkan oleh bakteri, penyakit lain yang apabila dibiarkan dapat menimbulkan
kematian.

2) Membasmi bakteri pada inang yang terinfeksi

Tidak hanya manusia, hewan, bahkan tanaman pun dapat terinfeksi oleh bakteri, untuk itu
perlu dilakukan pencegahan agar tidak menyebar ketanaman lain.

• Pengendalian bakteri adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk:

Menghambat/mengurangi jumlah atau aktivitas baketri dan Membasmi atau mematikan


bakteri (terutama untuk bakteri yang bersifat patogen).

• Kondisi yang mempengaruhi pengendalian bakteri adalah:

Temperature, Jenis mikroba, Struktur fisiologis, dan Lingkungan

2.3 TEMPAT PENYEBARAN BAKTERI DAN CARA PENGENDALIANNYA

A. Tempat Penyebaran Bakteri

1. Melalui Sentuhan Antar Kulit Dan Benda Yang Mengandung Bakteri

Salah satu rumah ternyaman bagi bakteri adalah tangan manusia. Sekitar 5 ribu
bakteri menghuni kedua tangan setiap waktu. Oleh karena itu, sentuhan tangan, baik
secara langsung dengan kulit orang lain maupun memegang benda, dapat menjadi
medium penyebaran bakteri. Tidak mencuci tangan setelah memegang hidung/mulut
saat batuk/bersin, memegang hewan, buang air kecil/besar, menyentuh makanan
mentah, menyiapkan makanan, mengganti popok anak, dan lain-lain bisa memicu
penyebaran bakteri dari tubuh ke orang lain. Menyentuh kulit orang yang terinfeksi
juga dapat menyebabkan tertular penyakit.

Contohnya : jika sedang mengalami infeksi mata merah (konjungtivitis), dan


kemudian mengucek mata, tidak mencuci tangan, dan selanjutnya bersalaman dengan
orang lain, kemudian orang tersebut mengucek matanya atau makan dengan tangan
tanpa cuci tangan, sehingga orang tersebut dapat mengalami infeksi mata yang sama
atau mungkin infeksi di bagian lainnya akibat perpindahan bakteri dari sentuhan yang
dilakukan.

7
2. Melalui Udara
Penyebaran bakteri lewat partikel embun air yang keluar saat batuk atau bersin
merupakan partikel udara yang berisi bakteri dan virus yang bisa saja terhirup oleh
orang lain dan menginfeksi tubuhnya sehingga mereka tertular batuk dan flu yang
miliki, bakteri tidak terlihat secara kasat mata, sehingga tidak akan pernah tahu siapa
saja yang sedang sakit dan bersin/batuk. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
menggunakan masker saat sakit. Jika tidak tersedia, Maka harus selalu mematuhi
etika saat batuk dan bersin, misalnya menutup mulut saat batuk dan bersin, untuk
mencegah penularan penyakit melalui udara, seperti TBC.

3. Kontaminasi silang makanan


Proses memasak yang kurang bersih, seperti tidak mencuci tangan setelah menyentuh
makanan mentah, menyiapkan makanan, dan menggunakan toilet sebelum memasak
dapat menyebarkan bakteri pada orang lain. Contohnya adalah makan makanan yang
terkontaminasi bakteri dapat menyebabkan diare, botulisme, dan keracunan makanan.

4. Bakteri di Air

• Bakteri yang ada di perairan dalam dan sungai

Bakteri flora pada permukaan perairan lebih banyak daripada perairan


subterania. Komposisinya tergantung dari suplai nutrien-nutrien dalam air. Jumlah
bakteri tanah yang terikut air biasanya masih cukup tinggi misalnya, Azotobacter
choroococum, dan bakteri pengurai nitrit, Nitrosomonas europeae dan Nitrobacter
winogradskyi. Suingai-sungai membawa lebih banyak atau lebih sedikit limbah yang
membawa bakteri tergantung limpahan limbah yang terbuang. Contoh yang menarik
adalah bakteri intestinal Escherichia coli, yang dinamakan strain Koliform dan
Salmonella patogenik sebagai penyebab demam tifoid. Danau mata air masih
mengandung banyak bakteri dari sumber mata air; penambahan bakteri tergantung
dari faktor fisikadan faktor kimia.

• Bakteri pada danau dan laut

8
Mikroflora danau dipengaruhi oleh mikroflora sungai. Bakteri batang non
sporamempunyai jumlah terkecil pada zona iklim temperate dan boreal; dan memiliki
proporsi relatif terbesar pada danau eutrofik. Bakteri berspora memiliki jumlah lebih
dari 10%. Pada danau mesotrofik, jumlah bakteri berspora lebih besar; dan
kemungkinan terdiri 20-25% dari semua bekteri saprofitik. Bakteri pada danau-danau
bergaram, mayoritas bakteri yang hidup di danau bergaram dengan kadar garam
tinggi yang dinamakan bentuk halofilik. Kebanyakan organisme halofifilik ekstrem
dapat berkembang secara optimal dengan kadar garam 20-30%. Misalnya:
Halobakterium dan Halococcus.

Bakteri laut, hampir semua bakteri laut adalah halofilik, yakni dengan memerlukan
NaCl untuk perkembangannya yang optimal. Kebanyakan bakteri laut adalah motil,
spora tidak pernah terbentuk pada bakteri laut. Contohnya: Bacillus dan Clostridium.
Bagian besar dari laut adalah laut dalam. Pada daerah ini bakteri barofilik dan bakteri
barotoleran berperan penting. Akan tetapi,kadang-kadang pada daerah permukaan
bakteri barofilik juga ditemukan dengan kebiasaan hidup dengan tekanan di atas 100
atm.

B. Pengendalian Penyebaran Bakteri

Ada berbagai cara untuk pengendalian penyebaran bakteri adalah:

• Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah tangan memegang hidung/mulut
saat batuk/bersin, memegang hewan, buang air kecil/besar, menyentuh makanan
mentah, menyiapkan makanan, sebelum makan, mengganti popok anak, dan lain-
lain. Mencuci tangan bisa mencegah sebanyak 200 penyakit.

• Jangan terlalu sering menyentuh bagian mata, hidung, dan mulut

• Makanan harus dimasak atau didinginkan secepat mungkin

• Sayuran dan daging harus disimpan terpisah dan disiapkan di talenan terpisah

• Daging sebaiknya diolah dengan baik dan dimasak hingga matang

• Menggunakan kondom selama hubungan seksual mengurangi kemungkinan


penyebaran penyakit menular seksual

9
2.4 BAGAIMANA METODE PENYEBARAN BAKTERI

A. Metode Penyebaran Bakteri Yang Menyebabkan Penyakit

1) Penularan langsung (direct contact)


Metode penularan bakteri secara langsung terjadi apabila ada kontak fisik dengan objek
yang terinfeksi. Biasanya, yang menjadi “pintu masuk” mikroorganisme ke dalam tubuh
adalah jaringan mukosa (selaput lendir), seperti mata, mulut, hidung, luka terbuka, atau lecet.
Terdapat 3 metode penyebaran bakteri secara langsung, yakni:

a) Dari orang ke orang

Penularan ini terjadi apabila orang sedang mengalami sakit menularkannya ke orang
lain. Biasanya ini terjadi saat melakukan kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Ini
adalah metode penularan yang paling sering terjadi pada penyebaran penyakit infeksi
akibat dari bakteri. Penularan dari orang ke orang dapat terjadi melalui cairan tubuh, air
liur/cairan pernapasan lainnya (droplet).Bersin, batuk, berbicara, bahkan tertawa adalah
beberapa cara bakteri keluar dan berpindah ke orang sehat lainnya. Seseorang yang tidak
menunjukkan gejala sakit apa pun bisa saja membawa bakteri yang bersifat pathogen
dan menularkannya kepada orang lain.

b) Hewan ke manusia
Penyakit yang menular dari hewan ke manusia disebut dengan penyakit zoonosis.
Penyakit ini umumnya menular lewat gigitan hewan atau konsumsi dagingnya. Tak
hanya hewan liar, binatang peliharaan Anda juga berpotensi membawa mikroorganisme
penyebab penyakit. Membersihkan kotoran hewan yang tidak tepat juga dapat
menambah risiko penyebaran penyakit ke manusia.

c) Ibu ke bayi
Penularan penyakit dapat terjadi dari ibu ke bayinya, baik saat masih hamil, proses
kelahiran, ataupun menyusui. Beberapa kuman penyakit dapat berpindah dari tubuh ibu
ke sang anak lewat plasenta, dan menyebabkan penyakit kongenital (bawaan lahir).
Sementara itu, beberapa penyakit juga diketahui dapat ditularkan dari ibu ke anaknya
saat proses kelahiran, seperti HPV atau bakteri penyebab gonore. Selama proses
menyusui, mikroorganisme penyebab penyakit juga bisa menular melalui ASI.

10
2. Penularan tidak langsung (indirect contact)
Terjadi ketika Anda menyentuh benda yang terkontaminasi virus atau bakteri,
mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi (contoh penyakit: keracunan
makanan, antraks, flu babi, flu burung), ataupun digigit oleh serangga (misalnya demam
berdarah, chikungunya, kaki gajah, virus Zika).Berikut ini adalah metode penyebaran
penyakit secara tidak langsung:

a) Penularan lewat udara (airborne)

Bakteri yang kecil (biasanya berukuran 5 mikron atau kurang) dapat menyebarkan
penyakit melalui udara (airborne). Salah satu penyakit yang menular melalui udara
adalah tuberkulosis. Hal ini biasanya juga akan berpengaruh pada udara di lingkungan
sekitar karena biasanya akan terkontaminasi oleh bakteri. Menjaga sirkulasi udara tetap
baik adalah salah satu langkah untuk menghambat penyebaran penyakit.

b) Penularan melalui makanan (foodborne)


Bakteri penyebab penyakit juga bisa menular melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi. Bakteri yang paling sering menular melalui makanan di antaranya
adalah E. Coli dan Salmonella. Kemungkinan penyebaran penyakit semakin tinggi
apabila makanan tidak diolah dengan baik, seperti memakan daging yang setengah
matang. Hal ini menyebabkan bakteri yang mengontaminasi tidak sepenuhnya mati
dan masih memiliki kemampuan untuk menyebabkan penyakit.

c) Benda yang terkontaminasi


Ketika orang yang sakit berbicara, bersin, atau batuk, droplet (cairan pernapasan
atau liur) yang keluar mungkin saja mengenai permukaan-permukaan benda. Beberapa
bakteri diketahui dapat bertahan lama di permukaan-permukaan benda tertentu.
Apabila menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi, kemudian menyentuh
wajah (mata atau mulut) dengan tangan yang kotor, hal ini berpotensi menularkan
penyakit. Benda-benda yang kerap kali disentuh berpotensi lebih besar untuk menjadi
objek perantara penularan penyakit, seperti kenop pintu, pegangan tangga, dan sakelar
lampu. Jarum suntik yang digunakan secara bergantian juga punya risiko yang besar
dalam penyebaran penyakit, terutama HIV.

11
2.5 BAGAIMANA CARA PENGENDALIAN BAKTERI

A. Cara Pengendalian Bakteri

Bakteri dapat dikendalikan dengan beberapa cara diantaranya adalah:

1) Desinfeksi

Desinfeksi adalah proses pengaplikasikan bahan kimia terhadap dinding, lantai dan
peralatan lainya sebagai upaya penghilangan atau pamusnahan mikroorganisme patogen
sehingga tidak semua mikroorganisme dapat dimusnahkan.

2) Antiseptik

Antiseptik merupakan aplikasi senyawa kimia yang bersifat antiseptik terhadap


tubuh untuk melawan infeksi atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme dengan cara
menghambat aktivitas mikroba.

3) Pengendalian Mikroba Dengan Filtrasi

Filter udara berefiensi tinggi untuk menyaring udara yang berisikan partikel
memungkinkan dialirkannya udara bersih ke dalam ruangan tertutup dengan system
aliran udara laminar.

4) Pengendalian Mikroba Dengan Radiasi

Bakteri dapat terbunuh dengan penyinaran sinar ultra violet (UV) dan sinarsinar
ionisasi. Bakteri yang berada di udara atau di dalam ruangan suatu benda yang terpapar
sinar ultra violet akan mati.

5) Sinar Matahari

Sinar matahari sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia terutama dalam


membunuh bakteri penyakit, virus, jamur. Sinar matahari dalam waktu tertentu akan
membunuh bakteri yang ada di jendela, di lantai, dinding dan sebagaian isi rumah.

6) Sinar X

Radiasi sinar X memiliki beragam kegunaan dari radiasi untuk diagnostic,


pemeriksaan sinar x gigi, membunuh bakteri dan untuk radioterapi. Sinar x sering
12
digunakan di daerah sebagai photo rontgen yang berfungsi untuk photo thorax, tulang
tangan, kaki, organ tubuh yang lainnya.

7) Sinar Ultra Violet

Sinar ultra violet (UV) merupakan salah satu sinar dengan daya radiasi yang dapat
bersifat letal bagi mikroorganisme. Sinar ultra violet mempunyai panjang gelombang
mulai 4 nm hingga 400 nm dengan efesiensi tertinggi untuk pengendalian
mikroorganisme pada 365 nm. Sinar ultra violet memiliki efek letal terhadap sel-sel
mikroorganisme, maka sinar ultra violet sering digunakan di tempat-tempat yang
menuntut kondisi aseptik seperti ruang operasi, laboratorium, ruang produksi industri
makanan dan minuman, serta farmasi. Salah satu sifat sinar ultra violet adalah daya
penetrasi yang sangat rendah, selapis kaca yang tipis pun sudah ma mpu menahan
sebagian besar sinar ultra violet. Oleh karena itu sinar ultra violet hanya dapat efektif
mengendalikan mikroorganisme pada permukaan yang terpapar langsung oleh sinar
ultra violet.

❖ Pengendalian Bakteri Secara Fisik


Pengendalian Mikroba Secara Fisik
1) Cara Membunuh Dengan Panas
Cara Kerja Panas :
Panas dapat membunuh kuman karena dapat mendenaturasi protein, terutama
enzim- enzim dan membrane sel. Daya bunuh panas basah ini juga meliputi
perubahan kondisi fisik daripada lemak sel. Panas kering membunuh kuman
terutama karena oksidasi komponen- komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak
sebaik panas basah.
;Percobaan menunjukkan bahwa, apabila biakan kuman dalam bentuk liofil
dipanasi secara kering, akan diperlukan waktu yang lama untuk me mbunuhnya.
Akan tetapi apabila biakan tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih, ia akan cepat
mati.
a. Terminologi Thermal Kill
• Thermal death point: suhu dimana suatu suspense organisme telah disterilkan
setelah pemaparan selama 10 menit.
• Thermal death time: waktu yang diperlukan bagi suatu suhu tertentu untuk
mensterilkan suatu suspense organisme.

13
• D value waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% dari organisme dalam
suatu suspense pada suatu suhu tertentu. Suhu biasanya dinyatakan sebagai D
100°C atau D 59°F.
• Z value: jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk menurunkan D
value sampai menjadi sepersepuluh nilai semula.

Contoh : spora Bacillus megaterium mempunyai D100 C1 menit, dan D59°F = 10 menit,
maka Z valuenya adalah 5, oleh karena menjadi sepersepuluh (dari 10 menit menjadi 1
menit). diperlukan kenaikan suhu sebanyak 5°C (dari 95°C-100°C).

b. Sterilisasi/Suci Hama
Proses menghancurkan semua jenis kehidup-an mikroorganisme sehingga menjadi
steril. Sterilisasi seringkali dilakukan dengan peng-aplikasian udara panas. Ada dua
metode yang sering digunakan, yaitu Panas kering dan Panas lembab :
1) Panas kering. biasanya digunakan untuk mensterilisasi alat-alat laboratorium.
Suhu efektifnya adalah 160 °C selama 2 jam. Alat yang digunakan p ada
umumnya adalah oven.
• Pembakaran (Inceneration)
Pembakaran (Incineration): cara sterilisasi yang sangat efektif 100% tetapi
terbatas penggunaannya. Cara ini digunakan untuk mensterilkan sumber
dari kuman yang dibakar hingga berpijar. Sehingga hampir bentuk hidup
akan mati. Misalnya pada bangkai hewan percobaan / hewan yang terkena
sumber penyakit (ayam yang terkena flu burung)
• Udara Panas (Hot Air Sterilization)
Sterilisasi dengan udara panas (hot air sterilization): pemanasan dengan
memanaskan udara di dalam oven, dengan benda yang ditempatkan di
dalam oven dengan suhu mencapai 160-180°C. Sterilisasi ini membutuhkan
waktu selama kurang lebih 1-2 jam. Biasanya digunakan pda alat-alat gelas
seperti; cawan petri, pipet, tabung reaksi, labu, dan sebagainya.
2) Panas lembab dengan uap jenuh berte-kanan. Sangat efektif untuk sterilisasi
karena menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya tembus
kuat dan kelem-baban sangat tinggi sehingga mempermudah koagulasi protein
sel-sel mikroba yang menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121 °C
pada tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Alat yang digunakan :
pressure cooker, autoklaf (autoclave) dan retort.

14
c. Pengendalian Mikroba dengan Suhu Panas lainnya:
1) Tyndalisasi Pemanasan yang dilakukan biasanya pada makanan dan minuman
kaleng. Tyndalisasi dapat membunuh sel vegetatif sekaligus spora mikroba
tanpa merusak zat-zat yang terkandung di dalam makanan dan minuman yang
diproses. Suhu pemanasan adalah 65 °C selama 30 menit dalam waktu tiga hari
berturut-turut..
2) Pasteurisasi Proses pembunuhan mikroba patogen dengan suhu terkendali
berdasar-kan waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten
untuk dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri
patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri lainnya.
Pasteurisasi biasanya dilaku-kan untuk susu, anggur dan makanan asam
lainnya. Suhu pemanasan adalah 650C selama 30 menit.
3) Boiling Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu
1000C selama 10-15 menit. Boiling dapat membunuh sel vegetatif bakteri yang
patogen maupun non patogen. Namun spora dan beberapa virus masih dapat
hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat kedokteran gigi, alat suntik, pipet, dll.
4) Red heating: Pemanasan langsung di atas api bunsen burner (pembakar spiritus)
sampai berpijar merah. Biasanya digunakan untuk mensterilkan alat yang
sederhana seperti jarum ose.
5) Flaming Pembakaran langsung alat-alat laboratorium diatas pembakar bunsen
dengan alkohol atau spiritus tanpa terjadinya pemijaran

2. Radiasi
❖ Radiasi Ungu Ultra (ultraviolet)
Mikroorganisme di udara dapat di bunuh dengan penyinaran memakai sinar ungu
ultra. Panjang gelombang yang membunuh mikroorganisme adalah di antara 220-290
nm: radiasi paling efektif adalah 253,7 nm.
Faktor penghambat dari sinar ungu ultra adalah daya penetrasinya yang lemah.
Untuk memperoleh hasil yang baik, maka bahan-bahan yang akan disterilkan, baik
berupa cairan, gas.atau aerosol harus dilewatkan (dialirkan) atau di tempatkan
langsung di bawah sinar ungu ultra dalam lapisan-lapisan yang tipis.

15
Absorpsi radiasi ungu ultra menyebabkan modifikasi-modfikasi kimiawi dari
nucleoprotein serta menimbulkan hubungan silang (cross linkages) antara pasangan-
pasangan molekul thymin. Hubungan ini dapat menyebabkan salah baca dari genetic
code, yang akan menghasilkan mutasi yang selanjutnya akan merusak atau
memperlemah fungsi-fungsi vital organism dan kemudian akan mematikannya.
Orang-orang yang bekerja dengan atau dekat sumber sinar ungu ultra harus memakai
peralatan guna melindungi kornea mereka terhadap iritasi atau kerusakan yang
mungkin bersifat permanen.
❖ Sinar X
Sinar x bersifat letal bagi mikroba juga bagi bentuk kehidupan yang lebih tinggi.
Sinar x memiliki daya dan energi yang tinggi namun sinar x tidak banyak digunakan
dalam pengendalian populasi mikroba karena daya tembus yang besar itu
menyulitkan usaha perlindungan terhadap pemakai dan sulit menggunakannya secara
efisien.
❖ Sinar gamma
Sinar gamma dipancarkan dari radio isotop tertentu seperti 60CO, mempunyai
panjang gelombang pendek sehingga enrginya tinggi. Daya tembusnya besar dan
bersifat letal terhadap semua bentuk kehidupan termasuk mikroba. Karena daya
tembus serta efek mikrobiosidanya tinggi serta efisiensinya lebih tinggi
dibandingkan dengan sinar x maka sinar gamma lebih disukai untuk digunakan
dalam sterilisasi bahan-bahan yang tebal serta besar seperti kemasan peralatan media
atau bahan makanan.

3. Penyaringan

a) Menyaring Cairan

Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas melalui suatu bahan
penyaringan yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan
ukuran tertentu. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus.
Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka terhadap panas
seperti serum, solusi enzim, toksin kuman, ekstrak sel, dan sebagainya. Menyaring
Cairan dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti:

- Saringan Seitz: menggunakan bahan asbestos sebagai alat penyaringnya


- Saringan Berkefeld: menggunakan filter terbuat dari tanah diatomae

16
- Saringan Chamberland : terbuat dari porselen
- Fritted Glass Filter: terbuat dari serbuk gelas

b) Menyaring Udara

Kapas dapat digunakan sebagai penutup alat (labu, tabung) yang sudah steril agar
tidak tercemar kuman. Kapas dapat ditembus oleh udara tetapi tidak oleh kuman.
Tetapi kapas basah dapat ditembus oleh kuman.

Pada saat proses penuangan cairan / pembenihan dipergunakan suatu alat yang
disebut laminar flow bench (udara yang masuk disaring terlebih dahulu dengan
saringan khusus). Saringan laminar flow bench ini mempunyai batas waktu
pemakaian dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi.

4. Suhu Rendah

Suhu yang cukup rendah dapat menyebabkan metabolisme dan pertumbuhan terhenti.
Selain itu suhu rendah bermanfaat untuk mengawetkan biakan karena mikroba
mempunyai kemampuan untuk dapat bertahan pada keadaan yang sangat dingin.

5. Pendinginan

Biakan beberapa bakteri, khamir dan kapang yang ditumbuhkan pada media agar dalam
tabung reaksi dapat hidup selama berbulan-bulan pada suhu lemari es sekitar 4 derajat
C sampai 7 oC.

6. Suhu Dibawah Titik Nol

Bakteri dan virus dapat bertahan pada suhu 20 derajat, -70 derajat C. -195 derajat C.
Pada - pendinginan tersebut mula-mula dapat mematikan sebagian dari sel-sel tersebut,
namun jumlah yang bertahan cukup besar dan tetap bertahan hidup untuk waktu lama.
Jadi penggunaan suhu rendah tidak dapat diandalkan untuk disinfeksi. Mikroba yang
17
dipelihara pada suhu beku dianggap dorman karena tidak memperlihatkan aktivitas
metabolik.

7. Pengeringan

pengeringan sel mikroba serta lingkungannya dapat mengurangi atau menghentikan


aktivitas metabolik. Pada umumnya mikroba yang bertahan hidup setelah pengeringan
bervariasi tergantung pada macam mikroba, bahan yang dipakai, kesempurnaan proses
pengeringan, kondisi fisik (cahaya, suhu, kelembaban) yang dikenakan pada mikroba
tersebut.

❖ Pengendalian Bakteri Secara Kimia


Banyak bahan kimia yang menghambat metabolisme sel atau merusak komponen sel
sehingga dapat menghambat atau mematikan mikroba. Bahan kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan atau mematikan ini banyak digunakan dirumah sakit dan laboratorium untuk
membersihkan peralatan bedah dan ruangan penyiapan media. Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan bahan kimiawi adalah :
Sifat bahan yang akan diberikan perlakuan. Harus dipilih zat kimia yang sesuai dengan
bahan yang diberi perlakuan. Sebagai contoh, zat kimia untuk disin feksi alat-alat
laboratorium tidak baik digunakan untuk kulit. Tipe mikroba. Harus dipilih zat kimia yang
telah diketahui efektiv terhadap jenis mikroba yang akan dibunuh karena tidak semua
mikroba sama rentannya terhadap sifat menghambat atau mematikan zat kimia tertentu.
Keadaan lingkungan. Faktor- faktor seperti suhu, PH. waktu, konsentrasi dan adanya bahan
organik asing turut mempengaruhi laju dan efisiensi pembasmian mikroba. Berdasarkan
kekuatan dalam memusnahkan mikroba, bahan kimiawi digolongkan atas :
❖ Bahan kimiawi tingkat tinggi, jika mampu mematikan semua jenis mikroba termasuk
endospora bakteri. Misalnya etilen oksida dan glutaraldehida 2%.
❖ Bahan kimiawi tingkat menengah adalah bahan kimia yang mampu mematikan
Mycobacterium tuberculosis sehingga disebut juga bahan tuberkulosida. Bahan kimia
ini juga mampu melawan virus resisten seperti virus hepatitis dan rhinovirus tetapi tidak
efektif untuk melawan endospora.
❖ Bahan kimiawi tingkat rendah adalah bahan kimiawi yang efektif terhadap kebanyakan
sel vegetatif bakteri dan fungi tetapi tidak efektiv terhadap Mycobacterium tuberculosis,

18
endospora, spora fungi dan virus. Bahan kimiawi tingkat rendah banyak digunakan
sebagai dikontaminasi sebab ekonomis dan tidak toksik terhadap manusia.

Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat
mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang. Agen kimia yang
baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang
rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen
kimia ini digolongkan menjadi :
✓ Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
✓ Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
✓ Agen kimia yang mendenaturasi protein.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan
mikroba, yaitu:

• Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka


efektivitasnya semakin meningkat.
• Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan
maka hasilnya akan semakin baik.
• Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten
dibandingkan yang berkapsul dan berspora.
• Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan
efektivitas agen kimia.
• pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan
perubahan pH.

a) Agen Kimia Yang Merusak Membran Sel

• Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik


dan nonionik.
• Golongan fenol.

b) Agen Kimia Merusak Enzim


• Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.

19
• Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan
formaldehid.
c) Agen Kimia Yang Menyebabkan Denaturasi Protein
Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan alkohol, gliserol dan
bahan-bahan asam dan alkalis.
Kelompok utama bahan kimiawi pengendali mikroba adalah :
• Fenol dan turunannya: fenol, o-kresol, m-kresol, p-kresol, 2-4 dimetil fenol,
butil fenol, heksilresorsinol, dan heksaklorofen. Turunan fenol dapat bersifat
bakterisida atau bakteriostatik tergantung pada konsentrasi yang digunakan.
senyawa ini bekerja dengan mendenaturasi protein sel dan merusak membran
sel. Aktivitas senyawa fenol ini dapat berkurang sebagai anti mikroba karena
pengaruh PH basa, bahan organik, suhu rendah dan sabun.
• Alkohol: etanol dan isopropanol (70-80%) efektif untuk membasmi fungi, sel
vegetatif bakteri, virus etanol dan isopropil digunakan untuk antiseptik dan
disinfektan pada kulit sebelum diinjeksi. Alkohol juga digunakan untuk
mengurangi flora mikroba pada termometer.
• Halogen iodium, khlorin, fluorin, bromine. Khlorine dan iodium paling luas
penggunaannya sebagai anti mikroba. iodium merupakan zat yang efektif
untuk bakteri. fungi dan virus. Larutan iodium terutama digunakan disinfeksi
kulit seperti iodium tinktur. Khlorin merupakan disinfektan yang luas
penggunaannya, misalnya dalam proses pemurnian air.
• Logam berat merkuri khlorida, perak nitrat, tembaga sulfat. Logam-logam
berat terutama perak dalam jumlah amat kecil dapat mematikan bakteri, hal
ini disebut aksi oligodinamik. Perak nitrat telah lama digunakan untuk
mencegah infeksi oleh gonokokus pada mata bayi yang baru lahir.
persenyawaan yang mengandung tembaga digunakan sebagai fungisida
dibidang pertamanan.sedangkan merkuri khlorida tidak banyak digunakan
tetapi beberapa persenyawaan merkuri organik digunakan sebagai antiseptik.
Kerja logam berat adalah mendenaturasikan protein sel.
• Deterjen zat pengurang tegangan yang pertama digunakan untuk
membersihkan permukaan benda disebut detergen. Misalnya sabun, tetapi
sabun tidak dapat bekerja dengan baik dalam air sadah karena itu telah
dikembangkan bahan pembersih baru yang disebut surfaktan atau deterjen
sintetis. Secara kimiawi deterjen diklasifikasikan menjadi: Deterjen anionik
20
yang berionisasi dan sifat deterjennya pada anion. Misalnya sabun
mempunyai kemampuan menghilangkan mikroba secara mekanis. Deterjen
kationik yaitu: deterjen yang berionisasi dan sifat deterjennya terletak pada
kation. Misalnya persenyawaan amonium kuartener meliputi bensalkonium
klorida, benzetonium klorida dan setilpiridinium klorida. Persenyawaan
amonium kuartener bekerja sebagai anti mikroba dengan menghambat kerja
enzim, denaturasi protein dan kerusakan membran sel

21
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pengendalian bakteri bertujuan mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,


membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi dan mencegah pengrusakan
serta pembusukan bahan oleh bakteri. Cara pengendalian bakteri dapat dilakukan
secara aseptik, desinfeksi dan steril.Teknik aseptik merupakan langkah-langkah yang
diambil untuk memperoleh hasil yang akurat dalam suatu percobaan yaitu dengan
menghindarkan percobaan dari bakteri yang dapat mengontaminasi produk menjadi
produk yang tidak diinginkan. Desinfektan merupakan bahan yang dapat membunuh
atau menghambat pertumbuhan bakteri, sedangkan steril merupakan kondisi mutlak
akibat penghancuran dan penghilang bakteri hidup .

Bakteri terdapat dalam populasi yang besar dan beragam, dan mereka terdapat
hampir dimana-mana di alam ini. Mereka merupakan bentuk kehidupan yang tersebar
paling luas dan terdapat paling banyak di planet ini.Bakteri dapat dikendalikan dengan
beberapa cara diantaranya adalah.Pengendalian bakteri dengan radias, Sinar matahari,
Sinar X,Udara Panas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Astuti dkk, (2012). “Pengendalian Mikroba Bakteri”.


https://astutipage.wordpress.com/2012/02/08/pengendalian-mikroba-zat-antibakteri/ .
Diakses Pada 19 Januari 2023

Anonim, (2021). “Pengendalian Bakteri”. Chapter2.pdf (poltekkesjogja.ac.id) Diakses 18


Januari 2023

Anonim, (2021). “Metode Penyebaran” . https://rsud.sawahluntokota.go.id/memahami-


metode-penyebaran-penyakit-infeksi-dan-cara-mencegah-penularannya/ . Diakses Pada 18
Januari 2023

Wati, Sulistia Novi. (2022). “Penyebaran Bakteri”. https://hellosehat.com/infeksi/infeksi-


bakteri/proses-penyebaran-bakteri-adalah/ . Diakses Pada 18 Januari 2023

Halodoc, (2019). “Cara penyebaran”. https://www.halodoc.com/artikel/berencana-tes-


mikrobiologi-ketahui-dulu-cara-bakteri-menginfeksi-tubuh . Diakses Pada 19 Januari 2023

Yuliana,Nurina.(2021). “Penyebaran Mikroba”.


https://www.academia.edu/3791250/Penyebaran_Mikroba. Diakses 18 Januari 2023.
Diakses Pada 18 Januari 2023

23

Anda mungkin juga menyukai