Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

METODE-METODE STERILISASI
“Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teknologi Sediaan Steril”

DOSEN PEMBIMBING :

apt. Ani Haerani,S.Farm.,M.Farm

DISUSUN OLEH :

Lita Novitasari 7119003

Fatimah A. Zahra 7119020

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI BANDUNG
Jl. Cihanjuang No. 303 Kab. Bandung Barat 40559 Telp. 0226647780

2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah mata kuliah Teknologi Sediaan Steril tentang Metode-
Metode Sterilisasi ini.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Makalah mata kuliah Teknologi Sediaan
Steril tentang Metode-Metode Sterilisasi ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Bandung, April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3

2.1 Sterilisasi .................................................................................................. 3

2.2 Metode-metode Sterilisasi ........................................................................ 5

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Oven .................................................................................................. 7

Gambar 2.2 Waterbath .......................................................................................... 9

Gambar 2.3 Autoktaf ............................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu bagian yang penting dalam pembuatan sediaan steril adalah
pengetahuan tentang cara-cara mematikan, menyingkirkan, dan menghambat
pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda tergantung spesies yang
dihadapi. Selain itu lingkungan dan tempat mikroba ini pun berbeda-beda
misalnya dalam darah, makanan, air, sampah, roil, dan tanah. Hal tersebut
juga dapat dijadikan sebagi bahan pertimbangan untuk menentukan cara
untuk menghancurkan mikroorganisme yang digunakan tergantung
pengetahuan, keterampilan dan tujuan dari yang melaksanakannya, sebab tiap
situasi yang dihadapi merupakan kenyataan-kenyataan dasar yang dapat
menuntun pada cara atau prosedur yang harus dilakukan.
Tindakan untuk membebaskan alat atau bahan dari mikroba adalah
dengan sterilisasi. Secara umum, sterilisasi dapat dilakukan dengan cara
mekanik, fisik dan kimia. Teknik aseptis dibutuhkan untuk mencegah ataupun
mengurangi kontaminasi yang tidak diinginkan.
Karena pentingnya sterilisasi alat dan bahan khususnya pada sediaan
steril maka hal inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut

1. Apa itu sterilisasi?

2. Apa saja macam-macam sterilisasi?

3. Bagaimana cara menentukan metode sterilisasi yang cocok untuk setiap


variasi sediaan steril?

4. Apa saja kelebihan dan kekurangan sterilisasi?

5. Apa saja persyaratan hasil sterilisasi?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini antara lain

1. Untuk mengetahui tentang sterilisasi

2. Untuk mengetahui macam-macam sterilisasi

3. Untuk mengetahui metode sterilisasi yang cocok untuk setiap variasi


sediaan steril

4. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sterilisasi

5. Untuk mengetahui persyaratan hasil sterilisasi

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sterilisasi

Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba


baik patogen maupun non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu
objek atau material. Hal tersebut dapat dicapai melalui beberapa cara
penghilangan secara fisika semua organisme hidup, misalnya melalui
penyaringan atau pembunuhan organisme dengan panas, bahan kimia, atau
dengan cara lainnya.

Sterilisasi perlu dilakukan untuk mencegah transmisi penyakit,


mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme, dan untuk mencegah
kompetisi nutrient dalam media pertumbuhan sehingga memungkinkan kultur
organisme spesifik berbiak untuk keperluan sendiri atau untuk metabolitnya
(Agoes,2009).

Berbeda dengan sediaan farmasi pada umunya, produk steril haruslah


dibuat dengan persyaratan khusus, dengan tujuan meniadakan
(mempeerkecil) risiko kontaminasi mikroba, partikel partikulat, pirogen dan
produk interaksi lainnya (Agoes, 2009). Salah satu bentuk sediaan steril
adalah injeksi. Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi,
suspensi, atau serbuk secara parenteral, suntikan dengan cara menembus, atau
merobek jaringan dalam atau melalui kulit atau selaput lendir (Lukas, 2006).

Pemberian obat dengan cara injeksi banyak dilakukan di rumah sakit,


puskesmas maupun klinik. Sediaan injeksi diberikan jika diperlukan
tercapainya respon fisiologis yang cepat, dipersyaratkan atau diperlukan
untuk obat yang tidak efektif secara oral atau akan dirusak oleh sekresi
saluran cerna dan untuk pasien yang tidak kooperatif, meloya, atau tidak sadar
(Agoes, 2009).

Salah satu bentuk sediaan injeksi yang ada pada saat ini berupa sediaan
parenteral volume kecil,termasuk dalam kategori ini adalah sediaan dalam
wadah dosis tungal (single dose) dan dosis ganda (multiple dose). Wadah
dosis tunggal merupakan suatu wadah kedap udara yang mempertahankan

3
jumlah obat steril dengan tujuan pemberian parenteral sebagai dosis tunggal
dan yang bila dibuka, tidak dapat ditutup rapat kembali dengan jaminan tetap
steril. Wadah dosis ganda merupakan wadah kedap udara yang
memungkinkan pengambilan isinya per bagian berturut-turut tanpa terjadi
perubahan kekuatan, kualitas, atau kemurnian bagian yang tertinggal. (Lukas,
2006). Wadah dosis ganda lebih memungkinkan terjadinya kontaminasi
mikroorganisme hal ini disebabkan oleh adanya pengambilan sediaan yang
berulang. Salah satu usaha yang dilakukan untuk menjaga sterilitas sediaan
dengan wadah dosis ganda adalah dengan penambahan bahan pengawet
antimikroba (Ansel, 2005).

Pengawet antimikroba mutlak harus digunakan terutama pada wadah


dosis ganda untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat masuk
secara tidak sengaja selama atau setlah proses produksi (Depkes RI,1995).
Selain itu, penambahan pengawet antimikroba juga berfungsi untuk
melindungi konsumen dari kontaminasi mikroba serta untuk
mempertahankan potensi dan stabilitas dari sediaaaan. Pengawet yang biasa
digunakan dalam sediaan injeksi meliputi turunan alkohol, komponen
ammonium quartener, komponen fenol, serta komponen merkuri organik
(Agoes,2009). Salah satu pengawet antimikroba yang sering digunakan dalam
sediaan injeksi adalah benzalkonium klorida yang merupakan komponen
ammonium quartener dengan konsentrasi 0,01% - 0,02%. Larutan
benzalkoinum klorida aktif terhadap berbagai macam bakteri, ragi, dan jamur
serta lebih aktif terhadap bakteri gram positif daripada gram negatif. Namun,
benzalkoinum klorida tidak efektif terhadap beberapa strain Pseudomonas
aeroginosa, Mycobaceterium Tuberculosis, Trichophyton interdigitale, dan
T. Rubrum. Tetapi, jika dikombinasikan dengan disodium edetat (0,01 – 0,1
% w/v), benzil alkohol, feniletanol, atau fenilpropanolol, aktivitas terhadap
Pseudomonas aeruginosa meningkat (Rowe, 2006).

Adanya penambahan pengawet antimikroba pada sediaan injeksi dosis


ganda akan mempengaruhi kontrol kualitas sediaan, khususnya yang terkait
dengan uji sterilitas. Ika bahan uji mempunyai aktivitas antimikroba, maka
dilakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai atau
dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup (Depkes

4
RI,2009). Oleh karena itu, perlu dilakukannya inaktivasi pengawet yang
ditambahkan pada sediaan injeksi dosis ganda untuk menghilangkan
pengaruh pengawetnya sebelum dilakukan uji sterilitas sampel.

Di indonesia, sediaan injeksi dosis ganda masih banyak digunakan di


rumah sakit dan puskesmas. Salah satu sediaan injeksi dosis ganda yang
masih digunakan adalah injeksi difenhidramin HCl, Difenhidramin HCl
merupakan antihistamin antagonis reseptor H1 yang berfungsi untuk
mengurangi atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh melalui
mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptornya (Dewoto,2007).
Difenhidramin HCl digunaka untuk mengurangi gejala kondisi alergi
termasuk urtikaria, angioderma, rhinitis, dan gangguan pruritus pada kulit.
Selain itu, juga digunakan sebagai anti muntah pada terapi mual dan muntah,
serta terapi vertigo karena berbagai penyebab. Difenhidramin HCl digunakan
secara parenteral untuk terapi shock anafilaksis (Sweetmann, 2009).

2.2 Macam – macam Metode Sterilisasi

Macam – macam sterilisasi (Machmud, 2008) pada prinsipnya


sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi.

A. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori


sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada
saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka
panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi secara mekanik,
digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan
tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter.
Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi
terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba)
(Suriawiria,2005).

B. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran.

1. Pemanasan

a) Sterilisasi Kering (Panas Kering)

5
1) Pemijaran (dengan api langsung)

Pemijaran merupakan suatu kegiatan membakar langsung alat-alat


seperti ujung ose, ujung pinset, ujung spatula yang berbahan logam.
Pemijaran dilakukan sampai alat-alat tersebut berwarna merah
pijar.

2) Flaming (Jilatan Api)

Alat-alat seperti kaca objek, cawan petri yang telah berisi media,
mulut erlenmeyer yang berisi media dan jarum cukup dilakukan
jilatan api atau melewatkan alat tersebut pada nyala api bunsen.
Artinya alat-alat tersebut hanya mengalami jilatan api dan tidak
sampai memijar.

3) Udara panas kering

Beberapa bahan yang tidak dapat disterilkan uap, paling baik


disterilkan dengan panas kering. Misalnya petrolatum jelly,minyak
mineral, lilin, wax, serbuk talk. Karena panas kering kurang efisien
dibanding panas lembab, pemaparan lama dan temperatur tinggi
dibutuhkan. Range luas waktu inaktivasi dalam temperatur
bervariasi telah diterapkan berdasarkan tipe indikator steril yang
digunakan, kondisi kelembaban dan faktor lain.. Sterilisasi panas
kering membutuhkan pemaparan pada suhu 150°C sampai 170°C
selama 1-4 jam. Alat yang digunakan pada umumnya adalah oven.
Beberapa waktu dan suhu yang umum digunakan pada oven :

 170°C (340 F) sampai 1 jam

 160°C (320 F) sampai 2 jam

 150°C (300 F) sampai 2,5 jam

 140°C (285 F) sampai 3 jam

Karena suhunya yang tinggi sterilisasi panas kering tidak


dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan
keakuratan. Contoh: alat ukur dan penutup karet atau plastik.

6
Gambar 2.1 Oven

Sterilisasi dengan udara kering, alat yang umum dikenal


adalah oven. Alat ini dipakai untuk mensterilkan alat-alat gelas
seperti erlenmeyer, petridish,tabung reaksi dan alat gelas lainnya,
bahan-bahan seperti kapas, kain dan kertas dapat disterilkan
dengan alat ini. Pada umumnya suhu yang digunakan pada
sterilisasi secara kering adalah 170-180℃ selama paling sedikit 2
jam. Lama sterilisasi tergantung pada alat dan jumlahnya
(Machmud, 2008).
Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung
cairan tidak dapat disterilkan dengan oven sehingga digunakan alat
ini.alat ini disebut Arnold steam sterilizer dengan suhu 100℃
dalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula digunakan
dandang. Mula-mula bahan disterilkan pada suhu 100℃ selama 30
menit untuk membunuh sel-sel vegetatif mikroba. Kemudian
disimpan pada suhu kamar 24 jam untuk memberi kesempatan
spora tumbuh menjadi sel vegetatif, lalu dipanaskan lagi 100℃ 30
menit. dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3
kali sterilisasi. Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara ini
sehingga dikembangkan cara berikutnya yaitu uap air bertekanan
(Machmud, 2008).

b) Sterilisasi Basah (Panas Basah)

1) Uap Mengalir

7
Merupakan sterilisasi dengan menggunakan uap pada suhu
1000C yang dialirkan pada benda yang disterilkan secara
berulang-ulang (tiga sampai empat kali beberapa menit)
dengan selang waktu 24 jam. Atau sterilisasi dengan uap
mengalir ini juga disebut dengan sterilisasi bertingkat atau
tyndalisasi. Cara ini dikenalkan oleh John Tyndall (1820-
1893). Keuntungan cara ini ialah tidak membutuhkan alat
khusus. Namun kerugiannya membutuhkan waktu yang lama,
selain itu waktu selang antara aliran uap mengalir tersebut
memungkin spora yang resisten atau dorman (non aktif)
menjadi aktif kembali menjadi sel vegetatif. Cara ini
digunakan untuk media 9 gelatin, susu, dan karbohidrat, karena
bahan-bahan tersebut akan mengalami hidrolisis bila dipakai
suhu yang lebih tinggi atau waktu yang lebih lama.

2) Uap air panas : konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan


yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini
supaya tidak terjadi dehidrasi.

3) Penggodogan dalam Air

Penggodogan dilakukan untuk mematikan mikroorganisme


yang tidak berspora. Penggodogan dalam air mendidih atau
mencapai suhu 1000C, hanya selama 5 menit biasanya sudah
cukup mensterilkan untuk peralatan rumah tangga, asalkan air
benar-benar kontak secara langsung dengan alat tersebut, tidak
hanya bagian luar atau permukaan saja tetapi sampai ke bagian
dalam. Akan tetapi sterilisasi dengan cara ini dapat dilakukan
dengan waktu yang lebih lama, tergantung tingkat kontaminasi
alat yang disterilkan. Keadaan steril yang tidak dapat dicapai
dengan penggodogan dalam air panas selama 1 jam dapat
dilanjutkan dengan uap mengalir.

8
Gambar 2.2 Waterbath

4) Uap air panas bertekanan

Sterilisasi uap menggunakan uap air dalam tekanan sebagai


pensterilnya. Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa
digunakan dalam industri farmasi, karena dapat diprediksi dan
menghasilkan efek dekstruksi bakteri, dan parameter-
parameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan
mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu
siklus yang di validasi.

Metode ini sangat efektif untuk sterilisasi karena


menyediakan suhu jauh di atas titik didih, proses cepat, daya
tembus kuat dan kelembaban sangat tinggi sehingga
mempermudah koagulasi protein sel-sel mikroba yang
menyebabkan sel hancur. Suhu efektifnya adalah 121℃ pada
tekanan 5 kg/cm2 dengan waktu standar 15 menit. Sterilisasi
panas lembab sangat efektif digunakan meskipun pada suhu
yang tidak begitu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi
pada bahan-bahan yang disterilkan dilepaskan panas sebesar
686 kalori per gram uap air pada suhu 121℃. Panas ini
mendenaturasikan atau mengkoagulasikan protein pada
organisme hidup dan dengan demikian mematikannya.

Biasanya alat yang digunakan ialah autoklaf. Autoklaf


adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat bahan
yang menggunakan tekanan 15 lbs(2 atm) dan suhu121°C.
Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media
yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk
9
membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 121°C dan tekanan 15
lb/in2(SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit.

Kondisi-kondisi yang dibutuhkan untuk sterilisasi uap


dengan menggunakan autoklaf adalah sebagai berikut :

 Suhu 111,5°C, waktu 30 menit

 Suhu 121,5°C, waktu 20 menit

 Suhu 126,5°C, waktu 15 menit

Metode ini biasanya digunakan untuk mensterilisasi:

 Larutan dengan pembawa air

 Alat-alat gelas

 Pembalut untuk bedah

 Penutup karet dan plastik

Gambar 2.3 Autoklaf

2. Penyinaran dengan UV (cara bukan panas)

Sterilisasi secara fisis dapat juga dilakukan dengan penyinaran


sinar UV (ultra violet). Biasanya safety cabinet akan dilengkapi dengan
10
lampu UV guna mensterilkan permukaan interior safety cabinet tersebut,
atau untuk mencegah kontaminasi selama proses penurunan suhu media
atau alat-alat yang baru dikeluarkan dari oven atau autoklave sebelum
digunakan. Selain itu lampu UV juga bisa dipasang dalam sebuah ruangan
untuk mensterilkan ruangan.

C. Steriliasai secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara


lain alkohol. Sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu :
1) Golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.
2) Golongan zat yang menyebabkan denaturasi protein.
3) Golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam
amino yang fungsional.

2.3 Metode Sterilisasi Yang Cocok Untuk Sediaan Steril

Cara sterilisasi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril,


yaitu :

1. Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir)

Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Monograph 2005


dibagi menjadi dua, yaitu :

 Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan


pemanasan dengan uap panas pada suhu 121℃ selama 15 menit
yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log 12 dari
mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1
menit. Kita bisa menggunakan metode overkill untuk bahan yang
tahan panas seperti zat anorganik. Metode merupakan pilihan
utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman.
Karakteristik sterilisasi yang digunakan adalah probabilitas
survival tidak lebih besar dari 1 (satu mikroorganisme dalam
𝟏𝟎𝟔 unit). Dalam hal ini monitoring rutin boiburden dari formula
awal sebelum proses sterilisasi tidak di perlukan. Jadi pada overkill
menthod kita melakukan mentoring hanya pada formula akhir
11
(Lucas, 2006).

 Bioburden Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan


mentoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil
mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani
proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang
dipersyaratkan SAL 𝟏𝟎𝟔 . Kita menggunakan metode umumnya
untuk bahan yang dapat mengalami degradasi kandungan bila
dipanaskan terlalu tinggi seperti zat organik. Misalnya, larutan
karbohidrat (dektrosa) bila dipanaskan dengan temperatur tinggi
dapat mengakibatkan senyawa Hidri Methyl Fulfural (HMF) yang
merupakan seuatu senyawa hepatotoksik yang tidak diinginkan.
Proses sterilisasi memerlukan suatu siklis yang dapat
menghancurkan muatan mikroorganisme namun tanpa
menimbulkan degradasi produk. Siklus didapat dari studi-studi
yang memastikan jumlah dan ketahanan mikroorganisme terhadap
panas dalam produk yang akan disterilakan. Nilai D (D value) biasa
ditentukan dengan menggunakan bakteri dalam bentuk spora yang
didapat dari lingkuangan produksi (environmental spore-forming
mikroorganisme) atau yang diisolasi dari produk. Jika organisme
yang tahan panas telah diketahui, siklus sterilisasi dapat ditentukan
untuk mendapatkan tingkat jaminan sterilisasi kurang dari satu
organism dalam 𝟏𝟎𝟔 unit. Dengan demikian isolate yang paling
tahan panas digunakan sebagai indikator biologis. Perbedaan kedua
metode adalah pada titik awal(starting point). Apabila
mengguanakan pendekatan overkill, maka pemanasan dengan uap
121Cselama 15 menit, sedangkan pendekatan bioburden dilihat
dari pencapaian tingkat sterilisasi yang diminta, yakni sal 𝟏𝟎𝟔 .
Sterilisasi akhir harus menjadi pilihan utama dan sedapat mungkin
digunakan apabila produk tahan terhadap panas. Cara sterilisasi
yang dipilih tergantung pada bahan, zat aktif, pelarut dan bahan
kemas yang digunakan (Lucas, 2006)

2. Aseptic Processing

12
Aseptic Processing adalah metode pembuatan produk steril
menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril
atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam
kontainer sterildalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material,
peralatan dan petugastelah terkontrol sedemikian rupa sehingga
kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima
(acceptable) dalam clean zone (Lucas, 2006).

2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sterilisasi

1. Sterilisasi Pembekuan

 Kelebihan :

Suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme


dengancara menginaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam proses
metabolism microbe tersebut.Sterilisasi bahan makanan dengan cara
menyimpan dalam suhu beku,sehingga dapat bertahan lebih lama.

 Kekurangan :

Proses pembekuan dapat menimbulkan partikel-partikel es di dalamsel


mikroorganisme, sehingga dinding sel mikroba menjadi rusak.Proses
pembekuan tidak efektif untuk membasmi spora.

2. Sterilisasi dengan pengeringan (desikasi)

 Kelebihan :

Sterilisasi dengan cara pengeringan akan dapat


menghentikan/mengurangi aktivitas metabolic dan kemudian diikuti
kematian microbe. Menghilangkan air dari sel mikroorganisme.

 Kekurangan :

Jenis mikroorganisme mempengaruhi lamanya mikroba dapat


bertahanhidup setelah pengeringan.

3. Sterilisasi dengan radiasi

13
 Kelebihan :

Dapat mengurangi populasi microba di kamar bedah rumah sakit,ruang


aseptis pengisian obat-obatan di industri farmasi.

 Kekurangan :

1) Dapat bersifat letal terhadap mikroorganisme

2) Daya penetrasi rendah

2.5 Persyaratan Hasil Sterilisasi

Adapun syarat sediaan steril adalah :

1. Bebas kontaminasi pirogenik dan endotoksin

2. Bebas partikulat

3. Stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi

4. Isotonis

5. Isohidris

14
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sterilisasi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme


yang terdapat pada atau di dalam suatu benda.

2. Sterilisasi bertujuan agar alat atau bahan dalam keadaan steril sehingga
tidak ada kontaminasi.

3. Agar efektif sterilisasi butuh waktu, kontak, suhu dengan sterilisasi


uap, bertekanan tinggi.

4. Sterilisasi terbagi menjadi tiga bagian utama yaitu mekanik, fisik, dan
kimiawi.

5. Adapula sterilisasi pada benda yang tidak tahan terhadap suhu tinggi
dengan cara pasteurisasi dan tyndalisasi.

6. Kelebihan dan kekurangan berbeda tergantung jenis sterilisasinya

7. Adapun syarat sediaan steril adalah :

 Bebas kontaminasi pirogenik dan endotoksin

 Bebas partikulat

 Stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi

 Isotonis

 Isohidris

15
DAFTAR PUSTAKA

Curtis, Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology 5th Edition. New York
:WorthPublisher Inc

Fardiaz,Srikandi.1992.Mikrobiologi Pangan.Jakarta :Departemen Pendidikan


danKebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Hadioetomo, Ratna Siri.1990.Mikrobiologi dalam Praktek.Jakarta:


GramediaPustaka UtamaLay dan Hastowo.1992.Mikrobiologi.Jakarta :
Rajawali

Lucas, Stefanus. 2006.Formulasi Steril . Yogyakarta : UGM Press

Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan


Mikroba.BalaiPenelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.

Sofyan.1995. Analisis Mikrobiologi Pangan.Jakarta :PT Raja Gravindo Persada

Suriawiria,Unus.1986.Buku Materi Pokok Mikrobiologi Modul 1-9. Jakarta


:Karunika

Waluyo,Lud.2005. Mikrobiologi Umum.Malang :UMM

16
17

Anda mungkin juga menyukai