Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN SAFETY

KONSEP STERILISASI

Disusun oleh :

1. Nuril nur hajijah (1614401004)


2. Venny riska wulan cahyani (1614401009)

Program Studi D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT

Jln.Raya Jabon Gayaman KM.2 Mojoanyar-Mojokerto

Telp.(0321)329915 Fax.(0321)331736

Tahun ajaran 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebanyak-banyak kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
atas nikmat dan karuniaNya sehingga pada akhirnya kami sebagai penulis dapat
menyelesaikan Makalah Manajemen safety yang berjudul “ KONSEP STERILISASI ”

Tidak lupa saya juga mengucapakan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Nuwiji, selaku ketua Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto.


2. Bapak M.N Firdaus selaku dosen pembimbing Manajemen Safety, yang telah
membantu menyelesaikan makalah manajemen safety ini dengan sebaik-baiknya.
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan do’a, semangat dan dorongan.
4. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah manajemen
safety ini.
Saya menyadari akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan Makalah
Manajemen safety ini, namun saya sebagai penyusun berharap agar Makalah Manajemen
safety ini sedikitnya dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Mojokerto, 10 Januari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .....................................................................................i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang .........................................................................................11

1.2 Tujuan .......................................................................................................12

BAB II ISI

2.1 Definisi Sterilisasi ...................................................................................3

2.2 Tujuan Sterilisasi ....................................................................................4

2.3 Persyaratan Mensterilkan Alaat Kesehatan .............................................5

2.4 Jenis Peralatan yang dapat di Sterilkan....................................................6

2.5 Langkah – langkah Sterilisasi ..................................................................6

2.6 Metode Sterilisasi ....................................................................................7

2.7 Pelaksanaan Sterilisasi Alat Kesehatatn ..................................................11

BAB III KESIMPULAN

Simpulan ..................................................................................................12
Saran.........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan berupaya untuk


mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.
Salah satu indicator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah
rendahnya angka ifeksi nosokomial di rumah sakit. Infeksi nosokomial
merupakan infeksi yang didapat selama perawatan atau pemeriksaan di
rumah sakit tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya (Endarini,
2006).
Sterilisasi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit (Darmadi, 2008). Central Sterile
Supply Departement (CSSD) merupakan salah satu unit pelayanan
penunjang medic di rumah sakit yang mengasilkan prduk steril (dapat
berupa linen, instrument medic pakai ulang, sarung tangan, dan bahan
habis pakai). Upaya menghasilkan produk yang steril bertujuan untuk
membantu meningkatkan kualitas pelayanan pasien dan mencegah dampak
merugikan bagi pasien (Anonim, 2006).
Sebelum proses sterilisasi, instrument pakai ulang akan melewati
berbagai tahap di antaranya berupa pengumpulan, pencucian, pengeringan,
pemilihan, pengemasan, dan sterilisasi. Setelah proses sterilisasi selesai,
instrument pakai ulang sebelum digunakan disimpan terlebih dahulu pada
ruang penyimpanan dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Penyimpanan
dilakukan pada ruang dengan kelembaban antra 35-75%, suhu antara 18-
22 derajat Celsius, serta bertekanan positif sehingga mengalir keluar dari
almari penyimpanan (Anonim, 2001).
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam sterilisasi sangat
diutamakan baik alat-alat yang siap pakai maupun medianya. Suatu alat
atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari
mikroba baik dalam bentuk vegetative maupun spora. Secara umum,
sterilisasi merupakan suatu proses pemusnahan kehidupan khususnya
mikroba dalam suatu wadah ataupun peralatan kesehatan. Ada tiga cara
utama yang umum digunakan dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas,
penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi).
1.2 TUJUAN
A) UMUM
1. Untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme pathogen
termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan
perawatan yang dipakai.
2. Demi keamanan dan kenyamanan bagi pihak tenaga kesehatan maupun
pasien pada penggunaan alat kesehatan selama proses tindakan medis
agar tidak terjadi infeksi atau penularan bakteri, virus, kuman yang
tertinggal dari penggunaan alat kesehatan sebelumnya.

B) KHUSUS
1. Untuk mengetahui apa itu sterilisasi
2. Agar dapat mengetahui tujuan dari sterilisasi
3. Untuk mengetahui syarat syarat mensterilkan alat kesehatan
4. Untuk mengetahui hal – hal apa saja yang diperhatikan dalam sterilisasi
5. Untuk mengetahui alat alat kesehatan apa saja yang dapat disterilkan
6. Agar dapat mengetahui langkah langkah dalam melakukan sterilisasi alat
kesehatan
7. Agar mengetahui metode dari sterilisasi
8. Untuk mengetahui pelaksanaan cara sterilisasi alat alat kesehatan
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN STERILISASI


Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup,
dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,
virus) yang terdapat dalam suatu benda. Prosesini melibatkan aplikasi
biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi di desain untuk membunuh atau
menghilangkan mikroorganisme. Target suatumetode inaktivasi tergantung
dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat,
protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi
disebut sterilant (Pratiwi, 2006)
Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk
kehidupan mikroba, termasuk spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya
dapat berupa pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau filtrasi
(Gruendemann dan Fernsebner, 2006).

Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada


suhu 211oC selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah
memusnahkan bakteri patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum yang
berbahaya. Metode sterilisasi yang paling umum dilakukan adalah
menggunakan kaleng atau kemasan tetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011)

Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan


metode memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat
ditunjukkan lagi adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup
banyak, namun alternatif yang dipilih sangat bergantung pada keadaan serta
kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya, harus tetap menjaga kualitas
hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu dijaga terus,
mengingat resiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada
saat akan digunakan dalam tindakan medis. (Darmadi, 2008)
Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh
mikroorganisme, termasuk spora. Penguapan dengan tekanan, gas etilen
oksida (ETO), dan kimia merupakan agens sterilisasi yang paling umum
(Potter & Perry, 1999)

2.2 TUJUAN STERILISASI


1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah makanan menjadi rusak
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4. Mencegah kontaminasi terhadap bahan-bahan yang dipakai dalam
melakukan biakan murni (Inding., 2006)

2.3 PERSYARATAN MENSTERILKAN ALAT KESEHATAN


Persyaratan dalam mensterilkan alat yaitu :
1. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik
dengan pemanasan pada suhu ± 121o C selama 30 menit atau pada suhu
134o C selama 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan
alat sterilisasi yang digunakan.
2. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan
3. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan manguasai
prosedur sterilisasi yang aman
4. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harsus
bebas dari mikroorganisme hidup. (Gusmayadi, 2006)

2.3 HAL - HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM STERILISASI


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi diantaranya :
1. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih dan masih
berfungsi
2. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang
jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal
pelaksanaan sterilisasi.
3. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril
4. Tidak boleh menambah alat dalam sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai
5. Memindahkan alat steril ketempatnya dengan korentang steril
6. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila
dibuka harus dilakukan sterilisasi ulang. (Endarini, S., 2006)

2.4 JENIS PERALATAN YANG DAPAT DI STERILKAN


Jenis peralatan yang dapat disterilkan yaitu :
1. Peralatan yang terbuat dari logam, misalnya pinset, gunting, speculum
dan lain-lain
2. Peralatan yang terbuat dari kaca, misalnya semprit (spuit), tabung kimia
dan lain-lain.
3. Peralatan yang terbuat dari karet, misalnya kateter, sarung tangan, pipa
penduga lambung, drain dan lain-lain.
4. Peralatan yang terbuat dari ebonit, misalnya canule rectum, kanul trachea
dan lain-lain.
5. Peralatan yang terbuat dari email, misalnya bengkok (nierbekken),
baskom dan lain-lain.
6. Peralatan yang terbuat dari porselin, misalnya mangkok, cangkir, piring,
dan lain-lain
7. Peralatan yang terbuat dari plastik, misalnya selang infus dan lain-lain.
8. Peralatan yang terbuat dari tenunan, misalnya kain kasa, tempori, doek
operasi, baju, sprei, sarung bantal dan lain-lain. (Endarini, S., 2006)

2.5 LANGKAH – LANGKAH STERILISASI


Langkah – langkah sterilisasi yaitu :
1. Dekontaminasi
Merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menurunkan jumlah
mikroorganisme pada benda mati (alat) sehingga aman untuk digunakan.
2. Pencucian
Suatu cara yang digunakan untuk menghilangkan / membersihkan
kontaminan (debu, tanah, tinja, darah, pus atau nanah dan sejumlah besar
mikroorganisme) yang terdapat pada alat atau bahan yang dicuci.
Melakukan pencucian sebelum proses disinfeksi dan sterilisasi adalah
sangat diperlukan dan harus diperlukan.
3. Disinfeksi
Suatu cara yang digunakan untuk membunuh / menghilangkan /
menghancurkan mikroba tapi dalam proses ini tidak semua mikroba dapat
dihilangkan. (Pratiwi. 2006)

2.6 METODE STERILISASI


1. Fisika
A. Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh
oksigen dari udara sehingga menyebabkan mikrobanya mati.
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang
tinggi. Untuk mencapai efektivitas diperlukan pemanasan mencapai
160oC s/d 180oC. Pada temperatur ini akan menyebabkan kerusakan
pada sel-sel hidup dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya auto
oksidasi sehingga bakteri phatogen dapat terbakar. Pada sistem
pemanasan kering terdapat udara, hal mana telah diketahui bahwa udara
memerlukan waktu lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit.
1. Udara panas oven : digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak
berskala, alat bedah, minyak lemak, parafin, petrolatum, serbuk
stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi yang digunakan
adalah 170oC selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150oC selam 3
jam.
2. Pemijaran langsung : digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan
yang terbuat dari porselen, tidak cocok untuk alat yang berlekuk
karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang digunakan 500-600oC
dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam sampai berpijar.
3. Minyak dan penangas lain : Digunakan untuk sterilisasi alat bedah
seperti gunting bedah sebagai lubrikan menjaga ketajaman alat,
bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat dicelupkan dalam
penangas dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak mineral
pada suhu 160oC. Larutan natrium atau amonium klorida jenuh
dapat digunakan pula sebagai pengganti minyak mineral.

B. Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi
protein penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba.
a. Uap bertekanan (autoklaf) : digunakan untuk sterilisasi alat gelas,
larutan yang dimaksudkan untuk diinjeksikan ke dalam tubuh, alat
berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi
larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC
mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif
mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat
menghancurkan spora bakteri yang tahan pemanasan.
Benda yang akan disuci hamakan diletakan diatas lempengan
saringan dan tidak langsung mengenai air dibawahnya. Pemanasan
dilakukan hingga air mendidih (diperkirakan pada suhu 100oC),
pada tekanan 15Ib temperatur yang mencapai 121oC. Organisme
yang tidak berspora hanya dapat mati dengan pemanasan 100oC
selama 30 menit tetapi ada beberapa dapat bertahanselama 10 jam
pada temperatur 100oC dapat dimatikan hanya dalam waktu 30
menit apabila air yang mendidih ini ditambah dengan natrium
carbonat
b. Pemanasan dengan bakterisida : digunakan untuk sterilisasi larutan
berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam autoklaf. Tidak
digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih
dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang
ditambahkan bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada
suhu 100 oC selama 10 menit di dalam pensteril uap atau penangas
air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol; 0,5% klorobutanol;
0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.
c. Air mendidih : digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum
spoit. Hanya dilakukan dalam keadaan darurat. Dapat membunuh
bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak sporanya.

C. Cara bukan panas


1. Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan
langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga mikroba mengalami
mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan atau produk yang peka
terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang
digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan
arus partikel kecil (sinar α dan β).
Dalam mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik
yang banyak digunakan adalah radiasi sinar ultra violet, radiasi
sinar gamma atau sinar dan sinar matahari. Sinarmataharib anyak
mengandung ultraviolet, sehingga secara langsung dapat dipakai
untuk proses sterilisasi, hal ini telah lama diketahui banyak orang.
Sinar ultraviolet bisa diperoleh dengan menggunakankatoda
panas(emisi termis) yaitu ke dalam tabung katoda b ertekanan
rendah diisi dengan uap air raksa, panjang gelombang yang
dihasilkan dalam proses ini biasanya dalam orde 2.500 s/d 2600
angstrom. Lampu merkuri yang banyak terpasang dijalan-jalan
sesungguhnya banyk yang mengandung sina ultraviolet yang
dihasilkan itu diserap banyak oleh tabung gelas yang dilaluinya,
sehingga dalam proses sterilisasi hendaknya memperhatikan dosis
ultraviolet.

2. Kimia

1. Menggunakan bahan kimia

Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol


96%, fenol 5%, selain itu juga Aceton tab formalin, sulfur dioxida
dan chlorin. Materi yang akan disuci hamakan dibersihkan terlebih
dahulu kemudian direndam dalam alkhohol aceton atau tab formalin
selama kurang lebih 24 jam.

2. Sterilisasi gas

Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas


atau uap, seperti etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin
oksida, beta propiolakton, metilbromida, kloropikrin. Digunakan
untuk sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan biologi,
makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah gas
etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein
dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami
kerusakan dan mikroba mati.

3. Mekanik
A) Filtrasi
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil.
Penyaringan ini menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat
membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori
filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan penguasaan teknik
aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya
terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak
bebas dari virus.
Ada banyak macam filter yaitu:
a. Berkefeld V
b. Coars N, M dan W
c. Chamberland
d. Seitz
e. Sintered glass
Metode filtrasi ini hanya dipakai untuk menyeterilkan
larutan gula, cairan lain seperti serum atau sterilisasi hasil produksi
mikroorganime seperti enzym dan exotoxin. (Anonim, 2001)
2.7 PELAKSANAAN STERILISASI ALAT-ALAT KESEHATAN
1. Sterilisasi terhadap bahan baku karet (Handscoon)
Hand schoen atau Sarung tangan dapat disterilkan dengan uap
formalin atau dengan otoklaf. Sebelum sarung tangan disterilkan, terlebih
dahulu harus dibersihkan dengan jalan mencuci dengan air dan sabun.
Sarung tangan yang terkena nanah, setelah dicuci bersih,dibersihkan lagi
dengan lison 0,5% atau larutan betadin ( 1 gelas air ditambah 1 sendok teh
betadin ). Setelah dibilas dengan air bersih, keringkan dan periksa apakah
ada yang bocor atau tidak. Yang bocor dipisahkan. Sarung tangan yang
telah bersih itu dikiringkan dengan kain bersih, baik luar maupun
dalamnya. Setelah kering, bagian luar dan dalam diberi talk, dilipat, dan
dimasukkan sepasang (kiri dan kanan) kedalam kantong sarung tangan,
dengan terlebih dahlu diberi ukuran dan dimasukkan pula tambahan talk
yang dibungkus dengan kasa kecil.
Bila hendak memakai uap formalin, sarung tangan yang telah siap,
dimasukkan kedalam tromol atau stoples, lalu dimasukkan beebrapa tablet
formalin. Sarung tangan baru suci hama (steril) setelah terkena uap
formalin paling sedikit 24 jam. Sebaiknya disediakan beberapa buah
stoples atau tromol agar selalu ada sarung tengan yang steril. Sarung
tangan dapat pula dimasukkan ke dalam otoklaf untuk disterilkan.

2. Sterilisasi terhadap bahan baku kain atau media kultur (kain doek)
Media kultur yang akan disteril, terlebih dahulu dibersihkan dari
kotoran, kemudian kain resebut dibungkus dengan kertas agar setelah
steril dan dikeluarkan dari alat sterilisator tidak terkontaminasi dengan
kuman maupun bakteri lagi. Demikian pula kain doek tersebut
dibersihkan terlebih dahulu, setelah dibersihkan bungkus dengan plastik
terlebih dahulu sebelum sterilisasi, metode sterilisasi yang akan dilakukan
menggunakan metode pemanasan dengan uap air dan juga dipengaruhi
dengan tekanan (autoclave). Metode sterilisasi denga menggunakan
autoclave ini yaitu dengan adanya pertukaran anatara oksigen dan carbon
dioxida.

3. Sterilisasi terhadap bahan baku kaca


Sterilisasi bahan baku kaca sama dengan sterilisasi logam yaitu
dengan menggunakan pemanasan kering, selain itu bahan baku kaca juga
sering disterilisasi dengan menggunakan metode radiasi karena bahan
baku kaca banyak menyerap bahan kaca sehingga sterilisasi dengan
radiasi sangat efektive, pelaksanaanya yaitu alat bahan baku kaca
dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat kemudian
keringkan dengan udara setelah kering alat bahan baku kaca dimasukan
ketempat elektronik yaitu dengan katoda panas (emisi termis) yang
mengeluarkan sinar ultraviolet kemudian sinari kaca tersebut dengan sinar
ultraviolet dengan kekuatan kurang lebih 2500 s/d 2600 angstrom
sehingga spora dan bakteri yang melekat pada alat tersebut dapat terbakar
.
4. Sterilisasi terhadap bahan baku plastik
Bahan baku plastik misalnya mayo apabila disterilkan sebaiknya
jangan menggunakan metode pemanasan, oleh karna itu maka akan
merubah bentuk dari plastik tersebut. Untuk mensucikan alat dari bahan
baku plastik sebaiknya mula-mula bersihkan terlebih dahulu dengan
menggunakan detergen, kemudian keringkan, setelah itu rendam dalam
larutan alkohol setelah itu cuci denga aquades lalu rendam dalam larutan
antiseptik.

5. Sterilisasi terhadap bahan baku logam


Alat yang terbuat dari logam sebelum disteril dicuci terlebih
dahulu. Perbiasakan segera mencuci alat-alat begitu selesai memakainya,
agar kotoran yang melengket mudah dibersihkan.
Alat-alat logam peperti jarum suntik, pinset, gunting, jarum oprasi, scapel
blede maupun tabung reaksi mula-mula dibersihkan terlebih dahulu
kemudian dibungkus dengan kain gaas. Setelah itu menggunakan metode
pemanasan secara kering, agar suhu mencapai 160oC, jarak waktu
mencapai 1-2 jam, kemudian didiamkan agar suhu turun perlahan-lahan.
(Anonim, 2006)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesterilan peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat resiko


kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saat akan
digunakan dalam tindakan medis. Sebelum melakukan proses sterilisasi
terlebih dahulu sebaiknya dilakukan langkah-langkah seperti dekontaminasi,
pencucian dan disinfeksi. Terdapat tiga metode yang biasa digunakan untuk
proses sterilisasi diantaranya metode fisika, kimia dan mekanik. Selain
menjaga kesterilan alat-alat medis tersebut, sangat penting juga petugas
kesehatan meggunakan alat pelindung diri ketika akan melakukan tindakan
kesehatan karena itu adalah kepentingan pasien maupun petugas itu sendiri.
Alat pelindung diri yang biasa digunakan adalah sarung tangan, masker,
respirator, goggles, kap, gaun bedah, jas bedah, dan lain-lain.

B. SARAN
1. Petugas kesehatan perlu menjaga kesterilan alat-alat yang akan digunakan
untuk menangani pasien karena itu bisa mempengaruhi kesehatan pasien.
2. Dalam melakukan tindakan, hendaknya petugas kesehatan menggunakan
alat pelindung diri karena akan berfungsi melindungi baik diri petugas
sendiri juga diri pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Gusmayadi, Inding., 2006. Formulasi Steril. Edisi pertama. Penerbit C.V Andi
Offset. Yogyakarta.

Winarno, F.G., 2004. Sterilisasi Pangan. Edisi pertama. Penerbit M-Brio Press.
Bogor.

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial : Poblematika dan Pengendaliannya. Jakarta :


Penerbit Salemba Medika.

Anonim, 2006, Materi Pelatihan Pelayanan Sentral Sterilisasi Alkes Di Rumah


Sakit, Seminar CSSD, Yogyakarta.

Anonim, 2001, Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) Di Rumah Sakit,


Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta.

Endarini, S., 2006, Kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tentang


Sterilisasi, Seminar CSSD, Yogyakarta.

Pratiwi. 2006. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Gruendemann, B.J., dan Fernsebner, B., 2006, Buku Ajar Keperawatan


Perioperatif, Vol. 1 Prinsip (terj.), EGC, Jakarta, h. 51-52.

A, Yuyun & Gunarsa, D. (2011). Cerdas Mengemas Produk Makanan dan


Minuman. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai