Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

STERILISASI RADIASI

Dosen Pengampu: Tri Anita Sari, S.Farm., Apt

DISUSUN OLEH :
1. DAHNIAR H.A (1413206011)
2. DEWI HAJAR A (1413206014)
3. NORBERTO D.N (1413206038)

S1 FARMASI
STIKES KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas penyusunan makalah berjudul Sterilisasi Radiasi ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga penulis
berterima kasih kepada Ibu Tri Anita Sari, selaku Dosen mata kuliah Teknologi
Sediaan Steril Stikes Karya Putra Bangsa yang telah memberikan tugas ini kepada
penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan mengenai Proses Sterilisasi Panas Kering.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam percobaan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata,
semoga percobaan ini bermanfaat bagi semua pihak

Tulungagung 03 Oktober 2017

Penyusun

ii | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II ISI
2.1 Sterilisasi ......................................................................................................... 3
2.2 Macam-macam Sterilisasi .............................................................................. 3
2.2.1 Secara Fisika ......................................................................................... 3
2.2.2 Secara Kimia ......................................................................................... 5
2.2.3 Secara Mekanik ..................................................................................... 5
2.3 Sterilisasi Radiasi ............................................................................................ 6
2.3.1 Jenis-Jenis Steriisasi Radiasi ................................................................ 6
2.3.2 Keuntungan dan Kelebihan Sterilisasi Radiasi ..................................... 17
2.3.3 Aplikasi Sterilisasi Radiasi dalam Farmasi .......................................... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 20
3.2 Saran ................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

iii | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Suatu lingkungan kesehatan merupakan suatu lingkup yang sangat
beresiko untuk terjadinya infeksi ataupun penularan baik itu dari pasien sendiri
maupun dari tenaga kesahatannya. Pengetahuan bagi manusia untuk mengetahui
tentang bagaimana terjadinya infeksi dan pencegahan apa saja yang dapat
dilakukan akan sangat membantu mereka maupun manusia lain dalam upaya
untuk mengatasi infeksi itu sendiri.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan mafaat besar bagi
dunia medis, apalagi dengan ditemukannya berbagai alat-alat kesehatan dari
berbagaiilmuwan. Dan terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi
maupun penularan pada pasien dapat dilakukan dengan jalan sterilisasi.Sterilisasi
didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu
metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu
tergantung dari asam nukleat, protein atau membrane mikroorganisme tersebut.
Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi,2006). Sterilisasi banyak
dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik, kimia dan mekanik. Setiap proses
(baik fisika, kimia maupun mekanik) yang membunuh semua bentuk kehidupan
terutama mikrooranisme disebut dengan sterilisasi.
Di dalam standard internasional tentang sterilisasi alat-alat kesehatan
disebutkan bahwa produk kesehatan merupakan suatu produk yang mencakup
peralatan medis (medical devices), sediaan farmasi (pharmaceutical) dan sediaan
biologi (biologics). Beberapa peralatan medis kedokteran maupun sediaan farmasi
seperti syringes, jarum suntik, kantung darah, internal kateter, graf tulang, obat
suntik, obat mata, bahan baku obat dan juga produk-produk kesehatan yang
berkontak langsung dengan darah mempunyai salah satu syarat yang utama yaitu
steril.
Kata sterilisasi berasal dari kata dasar steril yang berarti kondisi sediaan
yang terbebas dari partikel asing non self, tidak tercampur/ tercemar

1|Sterilisasi Radiasi
mikroorganisme lain serta memenuhi persyaratan yang membenarkan bahwa
sediaan tersebut benar-benar steril. Sedangkan sterilisasi merupakan proses atau
tahapan yang bertujuan untuk menghilangkan dan mengaktivasi mikroorganisme
hidup (bakteri, virus, jamur, dan organisme bersel satu lainnya) yang terdapat
pada suatu produk agar sediaan tersebut menjadi steril. Secara garis besar ada tiga
macam jenis sterilisasi yaitu sterilisasi panas (panas kering, dan panas basah),
sterilisasi kimia (gas etilen pksida), dan sterilisasi dingin (radiasi dan filtrasi).
Sterilisasi cara dingin menggunakan radiasi telah banyak digunakan untuk
mensterilkan suatu produk yang tidak tahan terhadap panas,oleh karena itu penulis
ingin memaparkan tentang sterilisasi radiasi.
Sterilisasi radiasi adalah teknik-teknik yang disediakan untuk sterilisasi
beberapa jenis sediaan farmasi dengan sinar gamma dan sinar-sinar katoda, tetapi
penggunaan teknik-teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat
khusus dan pengaruh radiasi pada produk-produk dan wadah-wadah (Ansel, 2008)
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sterililasasi radiasi?
2. Apa saja macam-macam metode sterilisasi radiasi?
3. Bagaimana mekanisme yang terjadi pada sterilisasi radiasi?
4. Bagaiman aplikasi dalam bidang farmasi?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui penegrtian sterilisasi radiasi.
2. Mengetahui macam-macam metode sterilisasi radiasi.
3. Menegtahui mekanisme sterilisasi radiasi.
4. Mengetahui aplikasi sterilisasi radiasi dalam farmasi.

2|Sterilisasi Radiasi
BAB II
ISI
2.1 Sterilisasi
Steril adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup, baik yang
patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau nonpatogen (tidak
menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang
biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis tidak dapat
berkembangbiak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat)
(Syamsuni, 2007).
Sterilisasi adalah proses membunuh semua bentuk kehidupan terutama
mikroorganisme yaitu bakteri. Sterilisasi dilakukan dengan berbagai cara
tergantung macam dan sifat bahan. Secara mekanik misalnya dengan penyaringan,
secara kimia misalnya dengan desinfektan dan secara fisik misalnya dengan
pemanasan, penyinaran ultraviolet, sinar x dan lain-lain (Lalu Srigede, 2014).
Sedangkan, menurut Ansel (1989) sterilisasi adalah suatu proses yang dilakukan
terhadap sediaan farmasetik yang berarti penghancuran sempurna seluruh
mikroorganisme dan sporanya atau penghilangan mikroorganisme dari sediaan
2.2 Macam-macam Sterilisasi
2.2.1 Secara Fisika
Yaitu dimana proses sterilisasi mengunakan hukum fisika yaitu dengan:
a. Pemanasan kering
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi. Untuk
mencapai efektivitas diperlukanp pemanasan mencapai 160oC s/d 180oC. Pada
temperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan, hal
ini disebabkan terjadinya auto oksidasi sehingga bakteri phatogen dapat terbakar.
Pada sistem pemanasan kering terdapat udara, hal mana telah diketahui bahwa
udara memerlukan waktu lama, rata-rata waktu yang diperlukan 45 menit.
1) Udara panas oven
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas yang tidak berskala, alat bedah, minyak
lemak, parafin, petrolatum, serbuk stabil seperti talk, kaolin, ZnO. Suhu sterilisasi

3|Sterilisasi Radiasi
yang digunakan adalah 170oC selama 1 jam, 160oC selama 2 jam, 150oC selam 3
jam.
2) Pemijaran langsung
Digunakan untuk sterilisasi alat logam, bahan yang terbuat dari porselen, tidak
cocok untuk alat yang berlekuk karena pemanasannya tidak rata. Suhu yang
digunakan 500-600oC dalam waktu beberapa detik, untuk alat logam sampai
berpijar.
3) Minyak dan penangas lain
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti gunting bedah sebagai lubrikan
menjaga ketajaman alat, bahan kimia stabil dalam ampul. Bahan atau alat
dicelupkan dalam penangas dicelupkan dalam penangas yang berisi minyak
mineral pada suhu 160oC. Larutan natrium atau amonium klorida jenuh dapat
digunakan pula sebagai pengganti minyak mineral.
b. Pemanasan basah.
1) Uap bertekanan (autoklaf)
Digunakan untuk sterilisasi alat gelas, larutan yang dimaksudkan untuk
diinjeksikan ke dalam tubuh, alat berskala, bahan karet. Waktu yang dibutuhkan
untuk sterilisasi larutan suhu 121oC adalah 12 menit. Uap jenuh pada suhu 121oC
mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif mikroorganisme dalam 1
atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora bakteri yang tahan
pemanasan.
2) Pemanasan dengan bakterisida
Untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil dalam
autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal lebih
dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan
bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit
di dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol;
0,5% klorobutanol; 0,002 % fenil merkuri nitrat; 0,2% klorokresol.

4|Sterilisasi Radiasi
3) Air mendidih
Untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam
keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak
sporanya.
Cara bukan panas
Sterilisasi dengan radiasi
Dalam mikrobiologi radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak
digunakan adalah radiasi sinar ultra violet, radiasi sinar gamma atau sinar dan
sinar matahari. Sinar matahari banyak mengandung ultraviolet, sehingga secara
langsung dapat dipakai untuk proses sterilisasi, hal ini telah lama diketahui
banyak orang.
2.2.2 Secara Kimia
a. Menggunakan bahan kimia
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia seperti alkohol 96%, fenol 5%,
selain itu juga Aceton tab formalin, sulfur dioxida dan chlorin. Materi yang akan
disuci hamakan dibersihkan terlebih dahulu kemudian direndam dalam alkhohol
aceton atau tab formalin selama kurang lebih 24 jam.
b. Sterilisasi gas
Dalam pensterilan digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap, seperti
etilen oksida, formaldehid, propilen oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk sterilisasi bahan yang termolabil
seperti bahan biologi, makanan, plastik, antibiotik. Aksi antimikrobialnya adalah
gas etilen oksida mengadisi gugus SH, -OH, -COOH,-NH2 dari protein dan
membentuk ikatan alkilasi sehingga protein mengalami kerusakan dan mikroba
mati
2.2.3 Secara Mekanik
a. Filtrasi
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang termolabil. Penyaringan ini
menggunakan filter bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba
hanya akan tertahan oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan

5|Sterilisasi Radiasi
penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini. Filter biasanya
terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri tetapi tidak bebas dari virus.
2.3 Sterilisasi Radiasi
Sterilisasi radiasi adalah teknik-teknik yang disediakan untuk sterilisasi
beberapa jenis sediaan farmasi dengan sinar gamma dan sinar-sinar katoda, tetapi
penggunaan teknik-teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat
khusus dan pengaruh radiasi pada produk-produk dan wadah-wadah (Ansel, 2008)
Sterilisasi radiasi banyak digunakan untuk produk kesehatan maupun
makanan. Apalagi penggunaan penyinaran menjdai pengobatan umum untuk
disterilkan dalam pengolahan aseptik makanan dan obat-obatan (Saeid, 2007).
2.3.1 Jenis-jenis Sterilisasi Radiasi
Ada dua tipe radiasi yang digunakan untuk sterilisasi , yaitu ionik dan non
ionik.
1) Radiasi ionik
Radiasi ionik diklasifikasikan menurut sifat fisiknya menjadi 2 katagori
utama:
(1) yang memiliki massa dan dapat bermuatan maupun tidak bermuatan.
(2) yang hanya memiliki energi saja
Beberapa dari radiasi ionik merupakan produk dari radio-active decay
(sinar -, -, -) dan yang lain merupakan produk dari mesin sinar X, oleh perticle
bombardment, atau oleh reaktor nuklir. Diantara radiasi ionik yang paling banyak
digunakan untuk sterilisasi adalah sinar-X elektromagnetik, sinar gamma dan
sinar katode particulate (artificial accelerated electron). Radiasi secara ionik
mempunyai tenaga mematikan yang tinggi, oleh karenanya dalam pemakaianya
memerlukan suatu sistem keselamatan kerja yang cukup tinggi. Tenaga yang
ditimbulkan dikarenakan adanya pengeluaran energi elektron yang tinggi maupun
adanya sinar gamma yang bersifat elektromagnetik. Tenang elektro yang tinggi
biasanya dihasilkan oleh sinar katode dengan voltase yang tinggi yang
ditempatkan dalam tabung. Sedangkan sinar gamma dan juga sinar X dihasilkan
oleh elemen-elemen radioaktif.

6|Sterilisasi Radiasi
Sumber yang umum digunakan adalah Cobalt 60 yang mempunyai waktu
paruh = 5,3 tahun yang merupakan produk samping dari reaktor atom. Ceasium-
137 tak pernah digunakan untuk sterilisasi karena tenaga yang dikeluarkan per
satuan waktu sangat kecil, yaitu hanya 0,3 MeV, sedangkan jika menggunakan
Cobalt-60 akan dihasilkan 1,3 MeV.
a) Cara kerja radiasi ionik
Kontras dengan panas, kematian karena radiasi tidak menyebabkan
denaturasi protein, tetapi mengurangi atau menghentikan ionisasi dari komponeen
sel yang vital, terutama DNA (deoxyrebonucleicacid) dalam inti sel.
Dua teori yang dapat menerangkan kerja dari radiasi ionik.
1. Radiasi bekerja langsung (direct action) mengionisasikan DNA, teori ini
diperkuat dengan adanya hubungan eksponesial antara dosis dan efek. Efek
langsung terjadi akibat adanya tumbukan (interaksi) langsung energi radiasi
atau elektron dengan organisme. Beberapa perubahan sifat tisika-kimia yang
terjadi akibat iradiasi yaitu: Pemutusan rantai gula pospat dari masing-masing
stran polinukleotid dari DNA, disebut dengan single break Pemutusan rantai
yang berdekatan pada kedua stran polinukleotid dari DNA disebut dengan
double break Terbentuknya intramolecular crosslink/intermolecular crosslink
yang disebut dengan base damage. Kebanyakan mikroorganisme mampu untuk
memperbaiki kerusakan single strand break. Beberaspa literatur menyebutkan
bahwa mikroorganisme yang sensitif tidak dapat memperbaiki double strand
breaks, sedangkan mikroorganisme yang menunjukkan resistensi yang lebih
tinggi mempunyai kapasitas untuk memperbaiki double strand breaks.
2. Teori kedua menyebutkan bahwa radiasi mempunyai efek tidak langsung
(indirect action) terhadap DNA, teori ini dikenal dengan nama teori difusi,
radiasi mengionisasikan air dalam molekul sel dan akan menghasilkan
hidrogen dan hidroxyl bebas, yang kemudian akan bereaksi dengan dengan
DNA. Selama sistem biologis terdiri atas sejumlah air, radiasi ionik akan
melewati air dan menyebabkan molekul air terionisasi. Radikal-radikal yang
terbentuk ini bereaksi dcngan molckul biologi seperti asam amino.
karb'ohidral. protein, mitokondria, DNA dan Icmak. Oleh karena itu efek tidak

7|Sterilisasi Radiasi
langsung dianggap sebagai efek dari faktor-faktor lingkungan seperti oksigen,
kandungan air, medium, tcmperatur, kecepatan dosis dan bahan kimia lainnya.
Pada efek tidak langsung ini melibatkan radikal bebas air sebagai intermediasi
dalam mentransfer energi radiasi ke molekul biologi . Sebaliknya pada efek
langsung radiasi melibatkan interaksi sederhana an tara radiasi ionisasi dan
molekul-molekul biologi yang penting.

2) Radiasi Berkas Elektromagnetik


Merupakan elektron berenergi tinggi yang dihasilkan dari akselerator atau
mesin berkas elektron. (Darwis, 2006). Mesin Berkas Elektron (MBE) dikatakan
sebagai sumber radiasi yang dioperasikan pada tegangan tinggi. Prinsip kerja
MBE secara singkat yaitu elektron dihasilkan oleh sumber elektron yang
umumnya berupa filamen yang dipanaskan dengan arus listrik sehingga
menghasilkan elektron-elektron bebas, yang pada akhirnya berkas elektron
dipayarkan dengan sistem pemayar berkas untuk mengiradiasi bahan atau target
(Sukarman, 2007).

8|Sterilisasi Radiasi
Berkas elektron yang dihasilkan oleh MBE melalui jendelanya itu dapat
menumbuk perangkat transportasi yang biasanya terbuat dari logam sehingga
terbentuk sinar-X, dan untuk menghindarkan bahaya sinar-X itulah diperlukan
sistem perisai berupa tembok beton atau sekat pengaman yang terbuat dari logam
berat seperti lembaran logam timbal (Pb). Dengan demikian operator MBE akan
terhindar dari radiasi sinar-X (Razzak, 1990).
Perbedaan metode sterilisasi autoklaf dengan metode radiasi yaitu autoklaf
menggunakan biaya yang rendah, sesuai untuk perawatan atau pengolahan skala
kecil sedangkan sterilisasi radiasi menggunakan biaya yang tinggi tetapi
sterilisasinya menyeluruh atau lengkap serta cocok untuk skala besar. Keuntungan
dari radiasi Gamma dan MBE antara lain yaitu sinar Gamma memiliki penetrasi
(daya tembus) tinggi dan membentuk sistem yang baik, dan MBE walaupun
memiliki penetrasi yang rendah (perlakuan permukaan), MBE memiliki
pengamanan yang tinggi dan biaya yang rendah (Kume, 2005). Tidak seperti
radiasi alfa, berkas elektron yang dihasilkan dari akselerator bersifat mono
energik. Jadi, karaktcristik penctrasi dari sinar y dan elektron berbeda. Elektron
memberikan distribusi dosis terahsorhsi lebih uniform. Pada berkas elektron, dosis
terabsorhsi yang terbesar berada pada bagian sebelah dalam dari permukaan
materi yang diiradiasi dan kemudian secara cepat menurun hingga dosis
terahsorpsi mencapai nol persen menunjukkan kharakteristik dari distrihusi dosis
(depth-dose) elektron yang dipcrcepat dari MBE 5 MeV dalam air sebagai fungsi
dari kedalaman. Ketidakseragaman dosis yang dihasilkan oleh electron
menimbulkan suatu konsep lise/III range (ru) dari elektron. Ru adalah kedalaman
dimana dosis yang tcrima oleh kedua permukaan material sarna dengan dosis yang
menembus material (dosis permukaan dan dosis kcluar). Konsep ini digunakan
scbagai dasar dalam mcnentukan energi dan arus yang akan digunakan untuk
meradiasi suatu material dengan memperhatikan ketebalan dan densitas material
yang akan diiradiasi (Darwis, 2006). Efek Radiasi pad a Mikroorganisme tclah
diketahui sccara umum bahwa efek total dari radiasi tcrhadap sel hidup
discbabkan terutama olch adanya penimbunan energi pada komponcn kritis seperti
DNA dan scl membran dimana DNA lersebut mcnempel. DNA berfungsi

9|Sterilisasi Radiasi
membawa informasi genetik sel. Dalam mikroorganisme, DNA tcrdiri dari dua
rantai polinukleotida yang berhadapan satu sarna lain dalam suatu rantai double
helik.
3) Radiasi Sinar Gamma
Radiasi sinar Gamma atau elektron berenergi tinggi disebut juga radiasi
pengion karena energi radiasi yang terserap oleh benda akan berinteraksi dengan
inti atom benda tersebut dan menimbulkan ionisasi, eksitasi dan reaksi kimia.
Perubahan ini menimbulkan efek biologi yang mengubah proses kehidupan
normal dari sel hidup. Pada mikroba perubahan tersebut terutama terjadi pada
DNA. Mikroba dapat kehilangan kesanggupan untuk membelah diri akibat
perubahan yang ditimbulkan oleh radikal bebas hasil ionisasi lingkungan
(Ridwan, 1986).
Pemakaian radiasi sinar Gamma atau elektron berenergi tinggi untuk
mengontrol kehidupan mikroba merupakan suatu cara pengontrolan yang sama
pentingnya dengan cara-cara konvensional seperti pemanasan, pendinginan dan
penggunaan zat kimia (Hilmy, 1986). Sterilisasi bahan pembawa sangat penting
untuk menjaga tingginya jumlah bakteri inokulan pada bahan pembawa untuk
periode penyimpanan yang lama. Iradiasi Sinar Gamma adalah cara yang paling
sesuai untuk sterilisasi bahan pembawa, karena proses ini membuat hampir tidak
menyebabkan terjadinya perubahan dalam sifat fisik dan kimia dari bahan. Proses
radiasi sinar gamma terjadi ketika atom Co-60 yang tidak stabil melepaskan foton.
Pada saat radiasi dipancarkan, terjadilah ionisasi yang dapat menyebabkan
kerusakan komponen kimiawi pada makhluk hidup. Proses ionisasi ini mengubah
H2O yang banyak terdapat di dalam sel mikroorganisme sehingga menghasilkan
senyawa hidroksida (OH-). OH- merupakan radikal bebas yang dapat memecah
ikatan kovalen pada senyawa hidrogen (H2) yang menghubungkan antar untaian
DNA. Radikal bebas ini juga mampu memecah ikatan kovalen pada senyawa
fosfat (PO4) yang menghubungkan basa-basa pada DNA dan RNA serta ikatan
oksigen (O2) yang dibutuhkan organisme. Dengan rusaknya ikatan kovalen pada
DNA, RNA, dan O2, replikasi organisme akan terganggu sehingga menyebabkan

10 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
kematian. Selain itu, radiasi juga dapat secara langsung merusak membran sel,
sitoplasma, enzim, dan metabolisme energi.
Penting untuk memperhatikan dosis radiasi yang dipakai dalam
pemanfaatan sinar gamma sebagai metode sterilisasi. Dosis radiasi sterilisasi
dapat diartikan sebagai jumlah energi yang diabsorbsi per unit massa (kGy). Dosis
harus ditentukan berdasarkan jumlah awal mikroorganisme sebelum dilakukan
sterilisasi, jenisjenis mikroorganisme yang ada, radiosensitivitas dari
mikroorganisme, dan sterility assurance level (SAL) yang harus dicapai untuk
membuat steril alat kedokteran gigi. Dosis radiasi yang akan diberikan juga
bergantung pada densitas alat yang akan disterilisasi. Hal ini berhubungan dengan
lamanya waktu yang dibutuhkan selama sterilisasi berlangsung. Oleh karena itu,
semakin tinggi densitas alat yang akan disterilisasi, maka dibutuhkan dosis radiasi
yang lebih tinggi pula apabila sterilisasi diharapkan berjalan dalam waktu yang
singkat. Dosis radiasi ini dapat diukur menggunakan dosimeter. Dosis minimum
yang direkomendasikan untuk alatalat medis adalah 25 kGy.
a) Keuntungan dan Kerugian Sterilisasi Menggunakan Sinar Gamma
Banyak keuntungan yang bisa didapat melalui metode sterilisasi dengan
menggunakan sinar gamma. Keuntungan tersebut antara lain radiasi ionisasi sinar
gamma dapat terjadi tanpa membutuhkan katalis, mampu mencapai nilai Sterility
Assurance Level (SAL) yang dibutuhkan oleh alat kedokteran, tidak meninggalkan
residu seperti metode sterilisasi kimiawi, tidak dibutuhkannya suhu yang tinggi
selama proses berlangsung, serta yang paling membedakan metode sterilisasi sinar
gamma dengan metode sterilisasi moist heat (autoklaf) adalah kemampuannya
membunuh bakteri yang ukurannya lebih kecil dari mikroorganisme yang disebut
nanobakteri. Namun, pemakaian sinar gamma dalam sterilisasi dapat pula
menimbulkan beberapa kerugian, diantaranya dapat mengubah ikatan kimia objek
yang terkena radiasi, dapat menyebabkan diskolorasi pada alatalat yang terbuat
dari plastik, dapat mempengaruhi ikatan polimer alat kedokteran gigi yang terbuat
dari PVC, dapat menyebabkan korosi pada alatalat yang terbuat dari logam, dan
lebih mahal dibanding metode sterilisasi lainnya.

11 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
b) Efek Sinar Gamma terhadap Mikroorganisme
Sinar gamma memiliki sifat letal terhadap mikroorganisme mulut karena
paparan radiasi sinar ini dapat langsung membunuh mikroorganisme dengan
menyerang DNA atau RNAnya. Sinar gamma efektif membunuh mikroorganisme
seperti Staphylococcus aureus, Candida albicans, Escerichia coli, Bacillus
stearothermophilus, Pseudomonas aruginosa dan lain lain. Selain itu, sinar
gamma juga mampu membunuh virus Coxsackie dan HIV sehingga dapat
membantu kontrol infeksi. Paparan sinar gamma dapat mengubah profil protein
mikroorganisme sehingga virulensinya berkurang dan tidak lagi bersifat invasif.
Oleh sebab itu, sinar gamma dapat dipakai untuk sterilisasi pengemasan kaleng
karena dinilai efektif untuk membunuh mikroba yang dapat mengkontaminasi
makanan.
c) Dosis sterilisasi
Efek radiasi ionik terhadap sistem biologis tergantung pada jumlah energi
yang diabsorbsi dan dinyatakan sebagai dosis terpapar. Untuk sinar-X dan sinar
gamma dosis terpapar di ukur dalam roentgens dan equivalen dengan energi yang
diabsorbsi sebesar 83 erg/g udara. Besarnya dosis terpapar yang sesungguhnya
diterima atau diabsorbsi oleh sistem biologis disebut dosis absorbsi yang
merupakan dosis eektif biologis dan unitnya dinyatakan dalam rad. Rad dihitung
berdasarkan energi yang diabsorbsi sebesar 100 erg/ g udara. Dalam praktik
dinyatakan dan digunkan dalam Mrad yang equivalen dengan 106 rad karena
jumlah tersebut merupakan dosis yang diperlukan dalam sterilisasi.
Radiasi ionik yang melewati suatu bahan tertentu, energi dari photon
ditransfer secara collision dengan elektron yang mengorbit pada sebuah atom dari
medium yang mengabsorbsi. Proses berikutnya setelah terjadi collision tersebut,
elektron akan dipindahkan/dilepas dari atom dengan energi dan kecepatan yang
sangat tinggi. Elektron tersebut bergerak melewati medium, selanjutnya akan
terionisasi dan berinteraksi dengan atom-atom. Energi yang terjadi akan
disebarkan selama bergerak melalui medium. Dosis sterilisasi dari penyinaran
yang berasal dari Cobalt-60 di ukur dengan Megarads (M rad) dan yang berasal
dari generator elektron diukur dalam Mrad atau Kilowatt detik.

12 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
4) Radiasi Non Ionik
1) Sinar Ultraviolet
Sinar Uv ditemmukan oleh ahli fisika Jerman Johann Ritter pada tahun
1801 melalui observasinya terhadap garam perak yang menjadi lebih gelap setelah
terpapar sinar matahari. Sinar invisible yang dibawah spektrum sinar violet dan
sinar visible efektif menjadikan warna lebih gelap pada kertas yang dicelupkan
pada larutan perak klorida dan sinar tersebut dinamakan de-oxidizingray guna
menandai reaktivitas kimianya dan membedakannya dengan sinar pembentuk
panas (heat rays) dari spektrum sinar visible Sinar mempunyai aktivitas
pembunuh bakteri karena adanya sinar non ionik, yaitu sinar ultraviolet . Dalam
spektrumnya ultra violet adalah sinar elektromagnetik dengan tenaga yang rendah,
kurang lebih 5 eV, dengan kekuatan penetrasi yang sangat lemah. Panjang
gelombang sinar UV berkisar antara 2000-2960 A atau 240-280 nm dengan
panjang gelombang optimum 2500-2650 A, sedangkan tekana optimum yang
dibutuhkan 0,5-1,5 mW detik/cm3. Panjang gelombang optimum untuk
membunuh kuman adalah 260 nm, dimana pada panjang gelombang tersebut
terjadi absorpsi maksimum sinar uv oleh DNA bakteri yang mengakibatkan
terjadinya kerusakan DNA bakteri (Ma'at, 2009)
2) Cara kerja Radiasi Non Ionik
Sinar uv menyebabkan rangsangan daripada ionisasi dari atom. Jika
mikroorganisme terkena sinar uv maka akan terjadi suatu reaksi kimia dari
komponen sel yang vital, terutama asam nukleat. Radiasi sinar uv menyebabkan
terjadinya pembentukan ikatan kovalen antara residu perimidin mengakibatkan
saling berdekatan satu sama yang lain pada utas (strand) yang sama menghasilkan
pembentukan cyclobutanetype pyrimidine dimer. Dimer tersebut selanjutnya
mendistorsi bentuk dari DNA sehingga tidak sesuai lagi dengan utas pasangannya
yang masih dalam keadaan bentuk normal. Akibatnya terjadi hambatan pada
proses sintesis DNA dengan efek sekunder terjadinya gangguan pertumbuhan dari
respiratori sel. Walaupun efek yang lain dari sinar uv sudah dapat diketahui,
seperti fitohidrasi dari cytosine dan crosslinkage dari utas komplementer DNA,
tetapi efek tersebut memerlukan sinar uv dosis tinggi.

13 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
3) Dosis sterilisasi
Dosis sterilisasi sinar uv umunya dinyatakan dengan beberapa jumlah
yang diperlukan untuk mencapai presentase mematikan yang diukur dengan
intensitas cahaya per satuan waktu, yaitu mikro watt detik per cm kuadrat atau
ergs (10ergs=1 mikro watt per detik). Ini ditentukan dengan menghitung sejumlah
mkroba yang disinari dan derajat sterilisasi yang dicapai.
Contoh :
1. air minum dipersyaratkan mempunyai dosis inaktivasi pada faktor 102
yang berarti 99% mikroba yang ada mati
2. air steril untuk pembedahan dipersyaratkan dengan faktor 106 yang berarti
99,9999% mikroba yang ada mati.
Radiasi uv sama efektifnya baik untuk bakteri gram positif maupun gram
negatif. Dosis letal untk bakteri umunya (bukan bakteri pembentuk spora)
bervaiasi antara 1800 mikrowatt/cm kuadrat sampai 6500 mikrowatt/cm kuadrat.
Untuk bakteri pembentuk spora dosis yang diperlukan spora dosis yang
diperlukan sebesar 10 kalinya.
Untuk menentukan dosis yang tepat bagi sinar uv banyak menemui
kesulitan karena berbagai variabel yang dapat mempengaruhi, diantaranya aliran
udara, kelembapan, jarak antara sumber cahaya dengan bahan yang disterilkan
dan lamanya waktu pemaparan. Karena kemampuan sinar uv dalam merusak
DNA dari mikroorganisme, pemakaian sinar UV untuk membersihkan sirkulasi
udara masih banyak digunakan dengan cara memasang lampu uv didalam
cerobong (ducting) udara, dengan demikian sinar uv akan secara kotinyu
memastikan mikroorganisme yang masuk bersama sirkulasi udara.
4) Peralatan
Sinar uv diperoleh dari sinar lampu yang berisi uap mercury yang
bertekanan rendah dengan menggunakan katode panas atau dingin. Lampu dengan
menggunakan katode panas umumnya menghasilkan kurang lebih 96% sinar uv
dengan panjang gelombang 2537 A. Kekuatan sterilisasi dari lampu sangat
tergntung pada output dan intensitas cahaya. Output : jumlah sinar uv yang
dikeluarkan oleh lampu uv yang mengenai suatu bahan secara langsung, dan

14 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
diukur dalam watt. Umumnya lampu uv dibuat untuk bekerja pada suhu 27-40C
atau 80-104 F dan dibawah suhu ini outputnya akan menurun. Misalnya pada
suhu 4C (39F) maka output akan menurun sepertiganya. Juga aliran udara
disekitar katode lampu akan menurunkan outputnya. Waktu pakai dari lampu uv
umumnya berkisar antar 4000-7500 jam tergantung pada:
a. Sering tidaknya dihidupkan matikan
b. Baik tidaknya kondisi gelas
c. Banyak tidaknya debu disekeliling gelas.
5) Intensitas
Intensitas dinyatakan dalam mikrowatt per centimeter persegi atau watt
per-kaki persegi pada suatu jarak tertentu dengan lampu ( unit energi radiasi
diukur dalam microwatt per unit area per unit waktu).
6) Reflektor
Sinar-sinar uv dari lampu uv dapat diintersifkan pemakaiannya dengan
cara mengenakan langsung pada bahan-bahan yang akan disinari dengan
menggunakan alumunium atau bahan lain yang dilapisi dengan chromium sebagai
reflektor.
7) Pemakaian
Sinar uv umumnya digunakan untuk disenfeksi udara dan permukaan air
yang terkontamiasi. Transmisi (penembusan) sinar diudara sangat besar, begitu
juga pada air yang jernih,transmisinya akan menurun pada larutan-larutan faram
dan larutan yang keruh. Sinar uv tak dapat menembus larutan susu, begitu juga
gelas biasa yang tipisnsekalipun. Plastik-plastik seperti polyethilen dapat
ditembus sinar uv, tergantung pada struktur kimia dan ketebalanya. Oleh karena
itu , sinar uv dapat digunakan untuk mensterilkan wadah-wadah obat tetes mata
dari bahan polyethylene.
a) Disinfeksi udara
Penggunaan sinar uv sangat ekstensif terutama untuk mengurangi jumlah
bakteri diudara terutama percabangan dari salurn udara masuk dirumah sakit
maupun di laboratorium. Jika lamou uv ditempatkan dalam saluran udara, maka
harus ditempatka pada bagian udara yang bersih dengan posisi sedemikian rupa

15 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
sehingga udara yang masuk terkena sinar uv seluruhnya. Efektivitasnya akan
menurun jika pada permukaan gelas dari lampu tertutup oleh debu.
Jumlah lampu yang diperlukan untuk mendapatkan efek 90% pengurangan
mikrobia yang mencemari udara dapat dihitung dengan memakai rumus dibawah
ini:

=
VDWx output lampu
Keterangan :
CFM = cubic feet uadara per menit
VDW = cubic feet udara yang dapat didisinfeksikan oleh 1 Watt lampu (
informasi ini diberikan oleh pabrik)
Output lampu = dinyatakan dalam watt
b) Sterilisasi air
Disini terutama dimaksudkan untuk mensterilkan air yang mengalir
(tentunya tidak dimaksudkan untuk mendapatkan air yang 100% steril, tetapi
hanya sekedar untuk mengurangi sebanyak mikroba yang terdapat dalam air
tersebut).
Dari semua penggunaan sinar uv tersebut diatas, yang paling banyak
digunakan adalah untuk mensterilkan permukaan ruangan;misalnya kabinet
bakteriologi (enten kaast) juga pada cool room untuk penyimpanan bahan
makanan seperti daging.
c) Suseptibilitas Mikroba Terhadap Radiasi Uv
Seperti halnya agen inaktivasi yang lain, hubungan antara respons dosis
radiasi dengan kematian mikroba diekspresikan berdasar kinetik first order.
Suseptibilitas mikroba terhadap penyinaran UV sering kali dinyatakan sebagai
dosis UV yang diperlukan untuk mereduksi atau mematikan mikroba yang
dinyatakan dalam reduksi 1-log10 ( 10% viabilitas), dan sering kali juga
dinyatakan dinyatakan sebagai reduksi 3-log10 (0,1 % viabilitas), tetapi data yang
disampaiakan merupakan data kematian mikroba dalam bentuk suspensi mikroba
murni. Rerata dosis yang diperlukan sinar uv untuk mereduksi kebanyakan
mikroba 3-log 10 sebesar 4 mW*s / cm2, sedangkan dosis untuk mereduksi 3-log10

16 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
enterovirus sebesar 32mW*s/cm2, untuk reovirus dan rotavirus diperlukan
35mW*s/cm2.
Bakteri gram positif ternyata lebih suseptibel dibandingkan dengan yang
lain, urutan penurunan suseptibilitas selanjutnya diikuti oleh bakteri gram
negatif,virus,bakteri pembentuk spora dan protozoa. Terjadi perbedaan
suseptibilitas diantara anggota kelompok mikroba tersebut, sebagai contoh dalam
bakteri bakteri gram positif: pseudomonas aeruginosa dan E. Coli lebih suseptibel
dibandingkan dengan Salmonella enteitidis dan Serratia marcescens. Perbedaan
suseptibilitas terjadi juga diantara spesies dalam genus yang sama, contoh: hampir
semua spesies Legionella muda diinaktivasi dengan sinar UV dosis rendah,spesies
L. Pneumophila (galur Philadelphia 1) lebih suseptibel dibandingkan dengan
L.micdadei. Ookista dari protozoa seperti Giardia dan Cryptosporidium resisten
terhadap sinar UV. Suspensi dalam air dari Cryptosporidium parvum baru dapat
diinaktivasi oleh sinar UV setelah mengalami penyinaran sebesar 15.000 mW
perdetik pada jarak 22 cm selama 150 menit.
8) Pengaruh lingkungan terhadap sinar UV
Radiasi sinar UV memiliki penetrasi terbatas sehingga mikroba dapat
terhindar dari efekinaktivitasi karena kekeruhan, warna, parikel yang menggumpal
(termasuk juga mikroorganisme) dan komposisi serta bahan dari media
pensuspensi mikroba. Suspensi virus HIV di dalam medium kultur jaringan ( cell
free) dapat diinaktivasi sinar UV pada penyinaran 150-220 W/cm2 di dalam
laminar flow da memerlukan waktu selama 10 menit,akan tetapi bila suspensi
virus berada di dalam sel darah manusia baru dapat terinaktivasi pada penyinaran
selama 60 menit dengan dosis yang sama.
Kelembapan relatif merupakan variabel penting dalam proses inaktivasi
mikroba menggunakan sianar UV terhadap mikroba di udara.
2.3.2 Keuntungan dan Kelebihan Sterilisasi Radiasi
a) Keuntungan sterilisasi dengan menggunakan radiasi:
1. Metode ini sangat efisien
2. Kenaikan suhu dapat diabaikan

17 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
3. Bahan-bahan yang akan disterilkan dapat dikemas dalam wadah-wadah yang
di pakai untuk menyerahkan sebelum sterilisasi.
4. Tidak menimbulkan kenaikan temperatur yang berarti
5. Dapat mencmbus kcdalam scluruh bagian produk dan dalam kcmasan akhir
6. Waktu iradiasi merupakan satu-satunya variable yang dikontrol sehingga
proses dapat dikontrol dengan tepat.
7. Tidak mcninggalkan residu.
8. Tidak memerlukan karantina produk setelah diiradiasi
9. Proses stcrilisasi cepat (hanya dalam beberapa menit) untuk tcknik berkas
elektron
b) Kerugian sterilisasi dengan menggunakan radiasi:
1. Waktu sterilisasi, jika menggunakan Cobalt-60 sangat lama yakni 48-72 jam.
2. Alat-alat gelas yang berwarna dan serat-serat tekstil akan terpengaruh oleh
sterilisasi ini.
3. Untuk mensterilkan bahan makanan kadang-kadang menimbulkan rasa
maupun bau yang tidak dikehendaki.
4. Bahan-bahan berwarna dan bahan kimia tertentu (misal: penicillin) dapat
mengakibatkan perubahan warna.
2.3.3 Aplikasi Sterilisasi Radiasi dalam Farmasi
1. Sterilisasi radiasi digunakan untuk sterilisasi bahan kemasan terutama untuk
sterilisasi produk medis dan makanan. Penggunaan penyinaran digunakan
untuk mensterilkan pengolahan aseptik makanan dan obat-obatan. (Darwis,
2006)
2. Penggunaan berkas elektron untuk mensterilkan produk kesehatan secara
komersial meningkat secara tajam dalam beberapa dekade terakhir. Elektron
digunakan untuk mensterilkan produk kesehatan seperti kateter, syringes,
dialiser, contact lens, solution, container, dressings, bahan baku obat, obat
mata, dan lain sebagainya.

18 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
3. Contoh peralatan medis yang disterilkan dengan radiasi
No. Produk Contoh
1. Sarung tangan (gloves) Sarung tangan bedah, sarung tangan
eksperimen, pembungkus alat bedah
2. Kateter Balon kateter, lateks kateter
3. Baju bedah (surgical wear) Surgical gowns, masker oprasi, surgical
caps
4. Pengemas Botol plastik, botol tetes mata, tutup
botol kontainer plastik
5. Consumer hygiene product Kondom, cotton buds
6. Tissue graft Tulang, amnion, jaringan lunak
7. Hidrogel Pembalut luka hidrogel, lensa kontak
8. Tissue gaft Graft tulang, amnion membran, tendon
4. Contoh sediaan farmasi yang disterilkan dengan radiasi
No. Produk Contoh
1. Salep kulit berbasis Salep neomisin sulfat, tetracycline tropical
polietilen glikol ointment
2. Bahan baku obat Bentonite powder, ergot powder, natrium
fluoresin, ekstrak kering beladona
3. Salep mata dalam basis Atropin sulfat, shloramphenicol,,
parafin tetrasiklin, hidrokortison, dan neomisin dll
4. Pengemas Botol plastik, botol tetes mata, tutup botol
kontainer plastic
5. Preparat optalmik dalam Pitostignin salisilat papain, tetrasiklin
basis minyak
6. Bahan baku obat Baby powder, herbal mix powder,
cosmetic brush, eye cleaner solution, skin
shooting powder
5. Produk kesehata yang telah disterilkan dengan elektron beam adalah tissue
graft, pembalut luka hidrogel, alat kesehatan, dan hemodial cair.

19 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sterilisasi radiasi adalah teknik-teknik yang disediakan untuk sterilisasi
beberapa jenis sediaan farmasi dengan sinar gamma dan sinar-sinar katoda, tetapi
penggunaan teknik-teknik ini terbatas karena memerlukan peralatan yang sangat
khusus dan pengaruh radiasi pada produk-produk dan wadah-wadah.
Jenis-jenis sterilisasi yaitu : Radiasi ionik (sinar -, -, -) sinar X)) dan
Radiasi non ionik ( sinar ultraviolet). Mekanisme kerja sterilisasi radiasi adalah
menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA dari inti sel sehingga
mikroba mengalami mutasi. Sterilisasi radiasi digunakan untuk sterilisasi bahan
kemasan terutama untuk sterilisasi produk medis dan makanan. Penggunaan
penyinaran digunakan untuk mensterilkan pengolahan aseptik makanan dan obat-
obatan.
3.2 Saran
Sebaiknya dilakukan pembhasan secara mendetail tentang peralatan
sterilisasi radiasi.

20 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Sterilisasi. Http://Ekmon-Saurus.Blogspot.Com/. Diakses 17


Maret 20011 Pukul 11:15 WITA Di Samarinda.
Ansel, H. C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Ke-4, UI-Press,
Jakarta.
Cappucino, James G. Dan Nathalie Sherman. 1982. Microbiology A Laboratory
Manual. Addison-Wesley Publishing Company
Curtis, Helena, Barnes, N. Sue. 1999. Biology 5th Edition. Worth Publisher Inc:
New York
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan. Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. PAU Pangan Dan Gizi: Institut Pertanian Bogor.
Gabriel. 1996. Fisika Kedokteran. EGC : Jakarta.
Gennaro,A.R.,1, Remingtons Pharmaceutical Sciences 18th Edition, International
Federation Of Pharmaceutical Manufacturers Associations, Switzerland.
Hani, Ahmad Ruslan. Handoko Riwidiko. 2007. Fisika Kesehatan. Mitra
Cendikia Press : Yogyakarta.
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi. Yrama Widya. Bandung.
Lachman, L., Dkk, 2008, Teori Dan Praktik Farmasi Industri 3, UI-Press, Jakarta..
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Penerbit Andi: Yogyakarta
Pelczar, Michael. 1988. Dasar - Dasar Mikrobiologi. UI-Press : Jakarta.
Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga: Jakarta
Rahman, L Dan Djide, MN. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Lembaga Penerbitan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Razuna. 2010. Sterilisasi Peralatan. Http://Nikku92.Wordpress.Com/. Diakses 23
Suriawiria, Unus. 1995. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa: Bandung
Sutedjo, MM. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta: Jakarta
Tietjen, Linda. Debora Bossemeyer. Noel Mc Intosh. 2004. Panduan Pencegahan
Infeksi Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Sumber Daya
Terbatas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo : Jakarta.

21 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i
Utami, Arini. 2010. Sterilisasi Peralatan. Http://Ariniutami.Blogspot.Com/.
Diakses 23 Maret 2011 Pukul 09.26 WITA Di Samarinda.
Yusuf,Andi Resky Ferawati. 2010. Metode-Metode Sterilisasi
Peralatan.Http://Fheeyraradzqiiy.Wordpress.Com/. Diakses 26 Maret
2011 Pukul 09:22 WITA Di Samarinda.Diberdayakan Oleh Blogger.

22 | S t e r i l i s a s i R a d i a s i

Anda mungkin juga menyukai