Anda di halaman 1dari 58

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

PERCOBAAN VI
ANALISIS BAHAN MAKANAN,MINUMAN,OBAT TRADISIONAL, SEDIAAN
NONSTERIL DAN KOSMETIK

OLEH

KELOMPOK II

ALFA SONIA M. KAUTJIL ( B1A119184 )

AVIKA ALWAN ( B1A119343 )

MARSYA TRESYA LEKATOMPESSY ( B1A119260 )

MARTAG ( B1A119185 )

MAYA RETUADAN ( B1A119261 )

NUR BAEETY PRIMADANI ( B1A119214 )

ASISTEN : NURSILA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Makanan dan minuman merupakan sesuatu yang di butuhkan oleh

manusia untuk kelangsungan hidup yang berasal dari hewan, tumbuhan,

mineral maupun dari zat – zat kimia sintetik. Pada umumnya, makan dan

minuman tersebut diproduksi oleh industri secara garis besar – besaran dan

biasanya membutuhkan waktu yang lama cukup lama dalam proses produksi,

penyimpanan, distribusi dan akhirnya sampai ke tangan konsumen. Jadi

kemungkinan dapat terjadi pertumbuhan mikroba didalamnya.

Adanya mikroba dalam makanan dan minuman tersebut tidak

diinginkan karena akan menyebabkan perubahan organoleptik sediaan apalagi

jika makanan dan minuman tersebut akan masuk ke dalam tubuh. Baik

mikroba patogen maupun no patogen bila terdapat dalam jumlah yang banyak

akan sangat berbahaya bagi tubuh. Demikian pula dengan makan dan

minuman yang berasal dari bahan alami, kemungkinan pencernaanya dapat di

timbulkan pada waktu pengolahan melalui tangan atau peralatan yang tidak

steril atau melalui bahan mentah.

Kesamaan produk terutama pada makanan, minuman, kosmetik,

sediaan obat atau obat tradisional (jamu) merupakan suatu tuntutan yang telah

dikemukakan sejak munculnya gangguan kesehatan manusia akibat adanya


mikroorganisme. Produk yang terccemar mikroorganisme tersebut dapat

memproduksi racun yang dapat menyebabkan timbulnya suatu penyakit.

Terdapatnya mikroorganisme dalam sediaan farmasi makana, minuman,

sebagai kontaminasi, kemungkinan disebabkan oleh cara pengolahan yang

tidak bersih dan sehat, cara pengepakan yang kurang bagus, cara

penyimpanan yang tidak baik dan lain – lain. Sedangkan sumbernya

kemungkinan dari udara, tanah, air, dan peralatan.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk menentukan jumlah bakteri yang

terdapat pada bahan pemeriksaan cara yang paling sering digunakan yaitu

perhitungan koloni pada lempeng pembiakan.

B. Maksud percobaan

Adapun maksud percobaan ini yaitu, agar mahasiswa mampu

mengetahui dan memahami cara – cara penentuan tingkat pencemaran suatu

produk makanan, minuman, obat tradisional, sediaan steril dan kosmetik.

C. Tujuan percobaan

Adapun tujuan percobaan ini yaitu, untuk mengetahui cara – cara

penentuan tingkat pencemaran suatu produk makanan, minuman, obat

tradisional, sediaan non steril dan kosmetik secara mikrobiologi.


D. Prinsip percobaan

Adapun percobaan ini yaitu, diharapkan para praktikan dapat

mnegetahui dalam menganalisis pada suatu makanan, minuman, obat

tradisional, sediaan non steril dan kosmetik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Makanan dan minuman, obat tradisional, sediaan non steril serta

kosmetik merupakan suatu sediaan yang berasal dari hewan, tumbuhan,

mineral, maupun dari zat – zat kimia sintetik (Hafsan, 2014).

Makanan adalah bahan biasanya berasal dari hewan atau tumbuhan

yang dimakan oleh makhluk hidup mendapatkan tenaga dan nutrisi

(Amaliyah, 2017).

Makanan mulai dari proses pengolahan sampai siap dihidangkan dapat

memungkinkan terjadinya pencemaran oleh mikroba. Pencemaran mikroba

dalam makanan dapat berasal dari lingkungan, bahan – bahan mentah, air, alat

– alat yang digunakan dan manusia yang ada hubungannya dengan proses

pembuatan sampai siap di santap (Amaliyah, 2017).

Minuman merupakan sarjian pelepasan dahaga atau penghangat disaat

hawa dingin, maka berbagai jenis minuman dapat di ciptakan dari bahan yang

beranekaragam (Muaris, hindah. 2004).

Makanan dan minuman olahan sangat mudah mengalami kerusakan

atau pembusukkan. Banyak sekali contoh yang dapat diamati, misalnya

produk olahan susu sangat mudah basi dan tidak tahan lama (A, yuyun &

Delli Gunarsa, 2011).


Definisi obat tradisional Menurut undang – undang No. 23 tahun 1992

adalah bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,

bahan mineral, sediaan (galenik), atau campuran dari bahan – bahan tersebut

yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman (Suharmiati dan lestara handayani, 2006).

Berdasarkan keputusan kepala Badan POM RI NO. HK 00.05.4.2411

tentang ketentuan pokok pengelompokkan dan penandaan obat bahan alam

indonesia, obat tradisional di kelompokkan menjadi tiga yaitu jamu, obat

herbal tersandar dan fitofarmaka (Suharmiati dan lestara handayani, 2006).

Sediaan injeksi merupakan sediaan steril yang bebas dari kontaminasi

pirogenik, endutoksin, partikular, stabil secara fisika, kimia dan mikrobiologi,

isotunis dan isohidris. Sediaan steril injeksi dapat berupa ampul, ataupun

berupa vial pirogenik dan endotoksin, bebas partikulat, stabil secara fisika,

kimia dan mikrobiologi, isotonis dan isohidris (Dewantisari, 2020).

Kosmetik adalah suatu bahan untuk mempercantik diri, dahulu diramu

bahan – bahan alami disekitar kehidupan manusia, tetapi sekarang dibuat

manusia tidak hanya dari bahan buatan untuk maksud meningkatkan

kecantikan (Rahmawanty, 2019).

Pengawasan secara mikrobiologi mencakup prosedur pengawasan

mutu yang dirancang untuk mendeteksi kontaminasi mikroba dalam produk

dan dalam lingkungan dan juga metode pengujian menggunakan

mikroorganisme untuk tujuan analisis (Syahputri, 2006).


Pemeriksaan mikrobiologis terhadap suatu bahan dalam hal ini jumlah

maupun jenis mikrooganisme yang ada di dalam suatu sampel atau bahan

dapat memberikan informasi mengenai mutu bahan bakunya keadaan

kebersihan pada pengolahannya dan keefektifan metode pengawetannya.

Jumlah mikroorganisme pada bahan pangan sangat bervariasi tergantung dari

jenis bahan itu sendiri dan kondisi lingkungan (Hafsan, 2014).

Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk

menentukan mutu dan daya tahan suatu makana, uji kuantitatif bakteri

patogen untuk menentukan tingkat keamanannya dan uji bakteri indikator

untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Sukmawati, dkk. 2020).

Mutu mikrobiologis suatu produk pangan menggambarkan sejauh

mana aman dari kontaminasi mikroba dan aman untuk dikonsumsi. Mutu

mikrobiologis dapat diketahui melalui pengujian mikrobiologis secara

kualitatif dan kuantitatif. Pengujian kualitatif dilakukan dengan menggunakan

media pertumbuhan mikroba selektif sedangkan pengujian kuantitatif

dilakukan dengan menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Uji angka

lempeng total (ALT) dilakukan untuk menentukan jumlah atau angka bakteri

mesofil aerob yang mungkin mencemari suatu produk, baik itu makanan,

minuman dan produk lainnya (Sukmawati, dkk. 2020).

Uji angka lempeng total merupakan tolak ukur mikrobiologis untuk

mengetahui keberhasilan pengolahan dan penanganan produk makanan dan


minuman maupun produk lainnya yang juga merupakan suatu produk untuk

digunakan (Hafsan, 2014).

Angka lempeng total bakteri (ALTB) adalah jumlah koloni bakteri

aerob mesofil yang terdapat dalam tiap gram atupun ml sampel uji. Prinsipnya

yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil pada lempeng agar dengan

cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pengujian dilakukan secara

duplo dan dapat menggunakan sampel cair (minuman) maupun padat (jamu,

makanan dan lain - lain) (Yusmaniar, 2017).

B. Uraian Bahan

1. Alkohol (FI edisi V 2014, hal : 399)

Nama resmi : ETANOL

Nama lain : Etanol, alkohol

Rumus molekul : C2H6O

Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bau

khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah,

mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan

mendidih pada suhu 780, mudah terbakar

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis, bercampur dengan

semua pelarut organik

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api

2. CETA (Cetrium agar)


a. Agar (FI edisi V. 2014)

Nama resmi : AGAR

Nama lain : Agar – agar

Pemerian : Tidak berbau atau bau lemah berasa mucilago pada

lidah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

b. Air suling (FI edisi III. 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

BM/RM : 18,02/H2O

Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : pelarut, zat tambahan

C. Centrimidum (FI edisi IV. 1995)

Nama resmi : CENTRIMIDUM

Nama lain : Setrimioh

Rumus molekul : C27 H28 BrN

Pemerian :Serbuk putih atau hampir putih; volumimas mengalir

bebas, agar berbau dan khas


Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air; mudah larut dalam etanol

dan dalam klorofrom; praktis tidak larut dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

D. Ekstrak Ragi (FI edisi IV . 1995)

Nama resmi : EKSTRAK RAGI

Nama lain : Sari ragi

Pemerian : Serbuk; kuning kemerahan sampai coklat; bau khas,

tidak busuk

Kelarutan :larut dalam air, membentuk larutan kuning sampai

coklat

Penyimpanan : Dalam wadah tertutp baik

E. Kalsium sulfat (FI edisi V . 2014)

Nama resmi : CALCIUM SULFATE

Nama lain : Kalsium sulfat

RM/BM : CaSO4 / 136,14

Pemerian :serbuk halus; putih sampai putih kekuningan; tidak

berbau

Kelarutan : sukar larut dalam air; larut dalam asam klorida 3N

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

3. EMBA (Eosin Metyhn Blue)

A. Agar (FI ed V . 2014)

Nama resmi : AGAR


Nama lain : Agar – agar

Pemerian :Tidak berbau atau bau lemah berasa mucilago pada

lidah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

B. Air suling (FI ed III . 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

BM/RM : 18,02/H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pelarut, zat tambahan

C. Pepton (FI ed III . 1979)

Nama resmi : PEPTON

Nama lain : pepton

Pemerian : Serbuk kuning sampai coklat, bau khas tidak busuk


Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna, coklat

kekuningan yang bereaksi asam

Kegunaan : Sebagai penginduksi

4. LB (Laktosa Broth)

A. Ekstrak beef (FI ed. IV . 1995)

Nama resmi : BEEF EKSTRAK

Nama lain : Kaldu nabati dan kaldu hewani

Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah

Kelarutan : Larut dalam air dingin

Kegunaan : Sebagai sumber nutrisi mikroorganisme

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

B. Pepton ( FI ed. III . 1979)

Nama resmi : PEPTON

Nama lain : Pepton

Pemerian :Serbuk kuning sampai coklat, bau khas tidak busuk

Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna, coklat

kekuningan yang bereaksi asam

Kegunaan : Sebagai penginduksi

5. NA (Nutrient Agar)

A. Nama resmi : AGAR


Nama lain : Agar – agar

Pemerian : Tidak berbau atau bau lemah berasa mucilago pada

lidah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

B. Aquadest (FI ed. III . 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

BM/RM : 18,02/H2O

Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pelarut, zat tambahan

C. Ekstrak beef (FI ed. IV . 1995)

Nama resmi : BEEF EKSTRAK

Nama lain : Kaldu nabati dan kaldu hewani

Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah

Kelarutan : Larut dalam air dingin


Kegunaan : Sebagai sumber nutrisi mikroorganisme

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

D. Pepton (FI ed. III . 1979)

Nama resmi : PEPTON

Nama lain : Pepton

Pemerian :Serbuk kuning sampai coklat, bau khas tidak busuk

Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna, coklat

kekuningan yang bereaksi asam

Kegunaan : Sebagai penginduksi

6. PDA (Potato Dextrose Agar)

A. Kentang (Setiadi, 2009)

Kerajaan/ kingdom : Plantae

Devisi : Magnoliophyta / Spermatophyta

Kelas : Magnoliopsida /Dicotyledonae (Berkeping

dua)

Sub kelas : Asteridoe

Ordo : Solanales / Tubiflorae (Kecambi)

Famili : Solanaceae (Berbunga Terompet)

Genus : Solanum (Daun Mahkota berletakan satu sama

lain)
Seksi : Pelota

Spesies : Solanum turberosum

Nama binumial : Solanum tuberosum linn (Solanum tuberosum

L)

B. Agar (FI ed. V . 2014)

Nama resmi : AGAR

Nama lain : Agar – agar

Pemerian : Tidak berbau atau bau lemah berasa mucilago pada

lidah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

C. Air suling (FI ed. III . 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

BM/RM : 18,02/H2O

Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : pelarut, zat tambahan


D. Dextrosa (FI. Ed. V . 2014)

Nama resmi : DEKSTROSA

Nama lain : Glukosa, Dextrosa

BM/RM : 198,17 / C6H12O6, H2O

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur serbuk granul

putih; tidak berbau; rasa manis

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air mendidih; sukar larut

dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

7. PW (Pepton Water)

A. Pepton (FI. Ed III . 1979)

Nama resmi : PEPTON

Nama lain : Pepton

Pemerian : Serbuk kuning sampai coklat, bau khas tidak busuk

Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna, coklat

kekuningan yang bereaksi asam

Kegunaan : Sebagai penginduksi

B. Natrium klorida (FI ed V . 2014)

Nama resmi : NATRIUM KLORIDA

Nama lain : Sodium chloride


Pemerian : Bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur

putih; rasa asin

Kelarutan : Mudah larut dalam air; sedikit mudah larut dalam

etanol, air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut

dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

8. SCB (Selenite Cystine Broth)

A. air suling (FI ed III . 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

BM/RM : 18,02/H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pelarut, zat tambahan

C. Pepton (FI. Ed III . 1979)

Nama resmi : PEPTON

Nama lain : Pepton

Pemerian :Serbuk kuning sampai coklat, bau khas tidak busuk


Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan berwarna, coklat

kekuningan yang bereaksi asam

Kegunaan : Sebagai penginduksi

9. SSA (Salmonella shigella Agar)

A. Agar (FI ed V 2014)

Nama resmi : Agar

Nama lain : Agar – agar

Pemerian : Tidak berbau atau bau lemah berasa mucilago pada

lidah

Kelarutan : Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

B. Air suling (FI ed III 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

BM/RM : 18,02/H2O

Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : pelarut, zat tambahan


C. Natrium sitrat (FI ed V 2014)

Nama resmi : NATRIUM SITRAT

Nama lain : Sodium citrate

BM/RM : 285,07 / C6H5NO3O2

Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk putih

Kelarutan : Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air mendidih,

tidak larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

D. Natrium Tiosulfat (FI ed V . 2014)

Nama resmi : NATRIUM TIOSULFAT

Nama lain : Sodium Thiosulfate

BM/RM : 248,19/ Na2S2O3 . 5H2O

Pemerian :Hablur besar, tidak berwarna atau sebuk hablur kasar,

mengkilap dalam udara lembab dan mekar dalam

udara kering pada suhu lebih dari 33o

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; tidak larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

10. TSB (Triptic Soy Broth)

A. Air suling (FI ed III 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling


BM/RM : 18,02/H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : pelarut, zat tambahan

B. Dekstrosa (FI ed V 2014)

Nama resmi : DEKSTROSA

Nama lain : Glukosa, Dextrosa

BM/RM : 198,17 / C6H12O6, H2O

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur serbuk granul

putih; tidak berbau; rasa manis

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air mendidih; sukar larut

dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

C. Uraian bakteri

1. Escherichia coli

a. Klasifikasi Escherichia coli (Sri munjani, 2019)


Domain : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Gammaproteobacteria

Order : Enterobacteriales

Family : Enterobacteaceae

Genus : Escherichia

Spesies : E.coli

b. Morfologi Escherichia coli (Sri munjani, 2019)

Escherichia coli adalah bakteri gram negatif bersifat aerob

fakultatif, berbentuk batang berukuran panjang sekitar 20 Pm dan

lebar 0,25 – 1 nm, volume sel 0,6 – 0,7 nm, tidak membentuk spora

dan motil dengan pagella peritrikus

c. Patogenesis Escherichia coli (Widodo suwinto, 2018)

E.coli (ETFC) adalah penyebab utama untuk diare pengembara

dan penyebar melalui rute fecal dan oral. Mreka mengeluarkan toksik

heat labile – Toxin (T) yang serupa dengan toxin kolera dan toxin heat.

Stable toxin (ST) yang menyebabkan intrasel dengan efek serupa.

2. Salmonella typhi
a. Klasifikasi Salmonella typhi (Eliza, 2016)

Kerajaan : Plantae

Asal : Bacteria

Bagian : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacterrale

Keluarga : Entobactericeae

Jenis : Salmonella

Spesies : Salmonella typhi

a. Morfologi Salmonella typhi (Eliza, 2016)

Salmonella typhi adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang

lurus dengan ukuran 0,7 – 15 nm, biasanya tunggal dan kadang –

kadang membentuk rantai pendek, jenis yang bergerak berflagello

peritrik, hidup secara arobik ferkulatif. Mengikat glukosa dengan

menghasilkan asim dan kadang – kadang gas.

b. Patogenesis Salmonella typhi (Eliza, 2016)


Dosis infeksi dari Salmonella typhi hingga dapat menyebabkan

penyakit demam thypi berkisar antara 1000 sampai dengan

1.000.000 organisme. Demam typhi disebabkan oleh S.thypi di

tularkan melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh feses

manusia yang mengandung S.thypi

3. Staphylococcus aureus

a. Klasifikasi Staphylococcus aureus (Eliza, 2016)

Kerajaan : Plantae

Asal : Bacteria

Bagian : Firimucutes

Kelas : Bacilia

Ordo : Bacilialles

Keluarga : Staphilococcuceae

Jenis : Staphilococcus

Spesies : Staphilococcus aureus

a. Morfologi Staphylococcus aureus (Eliza, 2016)

Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, sel – sel

berbentuk bola berdiameter 0,5 – 15 nm, terdapat tunggal dan


berpasangan dan secara khas membelah diri lebih dari satu bidang

sehingga membentuk koloni tidak teratur.

b. Patogenesis Staphylococcus aureus (Eliza, 2016)

Secara umum patogenesis s.aureus diawali oleh penempelan

s.aureus pada permukaan sel host yang dimediasi oleh beberapa

adherence pictem. Paparan awal s.aureus pada jaringan host memicu

upregulasi dari gen – gen viruleasi.

4. Pseudomonas aeruginosa

a. Klasifikasi pseudomonas aeruginosa (Eliza, 2016)

Kerajaan : Plantae

Asal : Bacteria

Bagian : Proteobacteria

Kelas : Gamma Proteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Keluarga : Pseudomonaceae

Jenis : Pseudomonas

Spesies : Pseudomonas aeruginosa

a. Morfologi pseudomonas aeruginosa


Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif

dengan berbentuk sel tunggal. Batang lurus atau melengkung, namun

tidak berbentuk heliks pada umumnya berukuran 0,5 – 10 nm, motif

dengan flagellum plar, multitrikus

b. Patogenesis pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aeruginosa menjadi patogenetik jika mencapai

daerah yang tidak memiliki pertahanan normal, misalnya kulit yang

cedera jaringan langsung. Bakter melekat dan membentuk koloni pada

membran mukosa atau kulit. Menginvasi secara lokal dan

menyebabkan penyakit sistematik

D. Uraian sampel

A. Mie ayam

1. Ayam (Handriyantu, 2019)

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Ichylum cordata

Kelas : Aves

Ordo : Galliformes

Famili : Phasianidae

Genus : Gallus

Spesies : Gallus Domesticus


2. Gandum (S. lilik Nur, 2019)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliopsida

Kelas : Liliopsida

Ordo : Peales

Famili : Peaceae

Genus : Triticum

Spesies : Triticum aestilum

3. Lengkuas (Wahyuni. dkk, 2016)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Alpinia

Jenis : Alpinia galang (L)

4. Serai (Sastrahidayat, 2016)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Lilopsida

Bangsa : Poales

Suku : Peaceae
Marga : Cymbopogon

Jenis : Cymbopogon nardus

5. Bawang merah (Rahayu, 2004)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledunas

Ordo : Liliales / liliflurae

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa var ascalonium

6. Bawang putih (Rahayu, 2004)

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Class : Monocotyledunas

Ordo : Liliales / liliflurae

Famili : Liliaceae

Genus : Allium
Spesies : Allium sativum (L)

7. Air / Aquadest (Ditjen pom. 1979, hal : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

BM/RM : 18,02/H2O

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : pelarut, zat tambahan

B. Boba (S. lilik Nur, 2019)

1. Tepung tapioka

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Kelas : Spermatophyta

Ordo : Magnoliophyta

Famili : Rosidae

Genus : Manihot
Spesies : Manihot aselilenta crantz

2. Aren (Afoan, 2019)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheohionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Sub kelas : Arecidae

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Genus : Arenga

Spesies : Arenga pinnata neer

3. Air (Ditjen pom. 1979, hal : 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Air suling

BM/RM : 18,02/H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Pelarut, zat tambahan

C. Lipbalm

1. Petroleum jelly ( Ditjen pom. 1979, Hal : 633)

Nama resmi : VASELINUM ALBUM

Nama lain : Vaselin putih

Pemerian : Massa lunak, lengket bening, putih; sifat ini terasa

setelah zat di leburkan dan dibiarkan hingga dingin

tanpa di aduk

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol

(95%)p ; larut dalam kloroform P dalam eter P

Penyimpananan : Dalam wadah tertutup baik

Penggunaan : Zat tambahan

2. Aloe vera Extract (Wahyuni, 2006)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Lilopsida

Bangsa : Aspuragales
Suku : Xanthorhoeceae

Marga : Aloe

Jenis : Aloe Vera (L)


BAB III

METODELOGI KERJA

A. Alat

Adapun alat - alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : Cawan

petri steril, tabung reaksi steril, pipet tetes, spoit dan Bunsen.

B. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu : Medium

NA (Natrium Agar), PDA (Potato Dekstrosa Agar), LB (Lactosa Broth), PW

(Pepton Water), TSB (Triptic Soy Broth), SCB (Slenite Cystine Broth), EMBA

(Eosin Methyln Blue), VJA (Vogel Johnsen Agar), SSA (Salmonella Shigella

Agar) dan CETA (Cetremi Agar), BTB (Brom Timol Blue) dan Air Steril.

C. Cara kerja

a. Penyiapan Sampel

1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja di

semprotkan dengan alkohol 70%.


3. Untuk sampel padatan di gerus sampai halus, kemudian ditimbang

sebanyak 10 mg, untuk sampel cair di pipet 1 ml dan dimasukkan ke

dalam botol pengenceran 10¯¹ yang telah berisi aquadest 9 ml yang

telah disterilkan, lalu di homogenkan.

4. Dari botol pengencer 10¯¹ diambil 1 ml sampel lalu dimasukkan

kedalam botol pengencer 10¯² , berturut – turut hingga 10¯³, 10¯⁴ .

c. Pengujian Sampel

Pengujian Kuantitatif

a. ALT Bakteri

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja di

semprotkan dengan alkohol 70%.

3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10¯² , 10¯³ ,

10¯⁴ , kemudian masing – masing di masukkan ke dalam cawan petri

steril.

4. Dituang medium NA hingga menutupi semua dasar cawan petri. Di

homogenkan dengan cara memutar cawan petri secara perlahan

membentuk angka 8 lalu dibiarkan memadat.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati

dan dihitung jumlah koloni bakteri.


b. ALT Kapang

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10¯¹ , 10¯² ,

10¯³ , kemudian masing – masing dimasukkan kedalam cawan petri

steril.

4. Dituang medium PDA hingga menutupi semua dasar cawan petri. Di

homogenkan dengan cara memutar cawan petri secara perlahan

membentuk angka 8 lalu dibiarkan memadat.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 3x24 jam.

Diamati dan dihitung jumlah koloni bakteri.

d. Pengujian Kualitatif

- Pengujian Escherichia coli

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10¯² , 10¯³ ,

10¯⁴ , kemudian masing – masing dimasukkan ke dalam 3 seri tabung

reaksi yang berisi 9 ml medium LB dan tabung Durham, ditetesi 1-3

tetes BTB.
4. Tiap tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas dan masing -masing

seri tabung di ikat dengan karet.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati

jika timbul gas dan terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning

maka positif untuk Escherichia coli.

- Pengujian Staphylococcus aureus

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10¯² ,

10¯³, 10¯⁴ , kemudian masing – masing dimasukkan kedalam 3 seri

tabung reaksi yang berisi 9 ml medium PW.

4. Tiap tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas dan masing –

masing seri tabung di ikat dengan karet.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam.

Diamati jika timbul kekeruhan dan endapan maka positif untuk

Staphylococcus aureus.

- Pengujian Pseudomonas aeruginosa

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.


3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10¯² , 10¯³ ,

10¯⁴ , kemudian masing – masing dimasukkan kedalam 3 seri tabung

reaksi yang berisi 9 ml medium TSB.

4. Tiap tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas dan masing –masing

seri tabung di ikat dengan karet.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati

jika timbul kekeruhan dan endapan maka positif untuk Pseudomonas

aeruginosa.

- Pengujian Salmonella thypi

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10¯², 10¯³, 10¯⁴,

kemudian masing – masing dimasukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi

yang berisi 9 ml medium SCB.

4. Tiap tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas dan masing – masing

seritabung di ikat dengan karet.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati

jika timbul kekeruhan dan endapan maka positif untuk Salmonella thypi.

e. Pengujian Lanjutan

- Pengujian Escherichia coli


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3. Dituang medium EMBA kedalam cawan petri steril sehingga tertutupi

dasarnya dan dibiarkan memadat.

4. Dengan ose bulat steril diambil sampel uji positif dari medium LB

dan digoreskan pada medium EMBA.

5. Di inkubasi pada inkubator padasuhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati

jika timbul koloni merah dalam hijau metalik maka positif untuk

Escherichia coli.

- Pengujian Staphylococcus aureus

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3. Dituang medium VJA kedalam cawan petri steril sehingga

tertutupi dasarnya dan dibiarkan memadat.

4. Dengan ose bulat steril diambil sampel uji positif dari medium PW

dan digoreskan pada medium VJA.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam.

Diamati jika timbul koloni hitam dan zona bening maka positif

untuk Staphylococcus aureus.

- Pengujian Pseudomonas aeruginosa


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3. Dituang medium CETA kedalamcawan petri steril sehingga

tertutupi dasarnya dan dibiarkan memadat.

4. Dengan ose bulat steril diambil sampel uji positif dari medium TSB

dan digoreskan pada medium CETA.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam.

Diamati jika timbul koloni floresensi hijau biru maka positif untuk

Pseudomonas aeruginosa.

- Pengujian Salmonella thypi

1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja

disemprotkan dengan alkohol 70%.

3. Dituang medium SSA kedalamcawan petri steril sehingga tertutupi

dasarnya dan dibiarkan memadat.

4. Dengan ose bulat steril diambil sampel uji positif dari medium

SCB dan digoreskan pada medium SSA.

5. Di inkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam.

Diamati jika timbul koloni coklat hitam dengan zona bening maka

positif untuk Salmonella thypi.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Table 1. hasil rata-rata angka lempeng total bakteri (ALTE) simplisia daun mimpa

yang diseleksi di area sekitar kampus Universitas Udayana, Jimbaran, Bali.

Jumlahkoloni Batas syarat


Pengenceran Petri Petridublo Rata-rata hasil BPOM No.12 thn 2014
10¯¹ 44 31 37,5
10¯² 12 0 0 3750uu/g 1.000.000
10¯³ 0 0 0 uu/g

Tabel. 2. hasil rata-rata angka kapang khamir (AKK) simplisia daun mimba di

seleksi di area sekitar kampus Universitas Udayana, Jimbaran, Bali.

Jumlahkoloni Batas syarat


Pengenceran Petri Petridublo Rata-rata hasil BPOM No.12 thn 2014
10¯¹ 44 31 37,5
10¯² 12 0 0 3750uu/g 1.000.000
10¯³ 0 0 0 uu/g

Tabel.3. hasil uji bakteri patogen pada bahan menggunakan media EMBA dan

SSA

NO Sampel SSA EMBA


1. Mie ayam - +
2. Boba - -
3. Lipbalm - -

Keterangan:

+ = Positif keberadaan bakteri patogen

- = Negatif keberadaan bakteri patogen

B. Pembahasan

Uji mikrobiologi merupakan salah satu jenis uji yang penting, karena

selain dapat aneduya daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat di

gunakan sebagai indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi

diantara nyameli puti uji suatu makanan, uji kualitas bakteri patogen untuk

menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui

tingkat sanitasi makanan tersebut.

Makanan, minuman, obat tradisional, sediaan non steril, serta

kosmetik merupakan suatu sediaan yang berasal dari hewan, tumbuhan,

mineral, maupun dari zat – zat kimia sintetik.

Uji cemaran mikroba yang dilakukan adalah angka lempeng total dan

angka kapang/khamir. Tujuan cemaran mikroba adalah menentukan cemaran

mikrobiologi yang terkandung tidak melebihi batas yang telah ditentukan


sehingga dapat di ketahui kualitas dan keamanan dari bahan baku yang akan

di jadikan sediaan farmasi.

Angka lempeng total (ALT) merupakan salah satu cara untuk

mempermudah dalam pengujian mikroorganisme dari suatu produk, dan

angka ALT menunjukkan adanya mikroorganisme patogen atau non patogen

yang dilakukan pengamatan secara visual atau dengan kaca pembesar pada

media penanaman yang diteliti, kemudian dihitung berdasarkan lempeng

standart test terhadap bakteri. Rata - rata kandungan angka lempeng total (25-

250 koloni) pada simplisia daun mimba diperoleh dengan menggunakan cara

metode sebar yaitu dengan menghitung jumlah mikroba aerob metil yang ada

pada cawan petri yang berisi media PCA dan di inkubasi pada suhu 37°C

cfu/ml. Bila dilihat dengan membandingkan dengam ALT berdasarkan

peraturan BPOM RI NO 12 Tahun 2014 adalah 1x10²cfu/ml, nilai total

mikroba pada simplisia daun mimba tidak melebihi pencemaran yang telah

ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, total mikroba pada simplisia daun

mimba aman secara mikrobiologi.

Angka kapang/khamir merupakan perhitungan kapang/khamir pada

media yang diteliti. Media yang digunakan adalah PDA dan ditambahkan

antibiotik amoksisilin dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri

pada media. Kata - kata kandungan angka kapang/khamir pada simplisia daun,

mimba di peroleh dengan menggunakan metode sebar pada cawan petri yang
berisi media PDA dan di inkubasi pada suhu 25°C selama lima hari dengan

posisi di balik adalah 100 cfu/ml. Hasil ini termasuk aman dan tidak melebihi

batas maksimal yang ditetapkan BPOM RI NO 12 Tahun 2014 yaitu

1x10⁴cfu/ml.

Uji deteksi bakteri salmonella sp pada mie ayam, boba, dan lipbalm

menggunakan media selektif SSA (salmonella shigella agar) menunjukkan

hasil negatif. Hasil negatif untuk pengujian salmonella sp pada semua sampel

bahan pangan menunjukkan bahwa sampel tersebut aman dari bakteri

salmonella sp respon negatif menunjukkan bahwa ketiga bahan pangan ini

tidak terkontaminasi bakteri salmonella sp.

Hasil deteksi bakteri Escherichia sp pada mie ayam menunjukkan

hasil yang positif. Ini di tunjukkan dengan adanya koloni berwarna hijau

metalik mengkilat dengan titik hitam dibagi antengah koloni yang tumbuh

pada media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka dapat di simpulkan

bahwa makanan adalah kebutuhan dasar bagi hidup manusia, minuman

adalah sajian pelepasan dahaga atau penhangat disaat hawa dingin, obat
tradisional bahan atau ramuan bahan berupa bahan tumbuhan atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

berdasarkan pengalaman, sediaan non steril adalah sediaan adalah sediaan

cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia terlarut, sedangkan

kosmetik adalah suatu bahan untuk mempercantik diri, dahulu di ramu dari

bahan – bahan alami di sekitar kehidupan manusia. Dan tujuan dari

praktikan ini yaitu untuk mengetahui cara-carapenentuantingkat

pencemaran suatu produk makanan dan minuman, obat tradisional, sediaan

non steril dan kosmetik secara mikrobiologi dengan menggunakan uji

kualitatif dan uji kuantitatif

B. Saran dan Kritik

1. Saran

Saran kami untuk praktikum ini adalah agar kakak asisten

dapat menjelaskan lebih detail tentang praktikum analisis bahan

makanan, minuman, obat tradisional, sediaan non steril dan kosmetik

agar kami tidak kesulitan dalam memahami praktikan yang

berlangsung secara online.

2. Kritik

Pada saat praktikum online kakak asisten sudah menjelaskan

dengan baik, tapi kurang detail penjelasannya pada praktikum ini, dan
juga suara kakak tidak begitu jelas jadi kami yang lain juga tidak dapat

mendengarkan penjelasan kakak dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

A, Yuyun & Delli Gunata. 2011. Cerdas Mengemas Produk Makanan dan Minuman.

Agromedia : Jakarta

Amaliyah, Nurul. 2017. Penyehatan Makanan dan Minuman –A. Deepublish.

Yogyakarta

Afoan, Felisisima &Yesus Armilo Korbato. 2019. Pemberdayaan industry keci lni

raaren menjadi komoditas ekonomi di Desa Tubuh ne Kecamatan Kota

Ketameanu. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Timur

Dewantisari, Deti& Ida M. 2020. Strategi Peningkatan Objekstivitas hasil Uji Infeksi

Sediaan Infeksi : Review. Makalah Farmasetika Vol 5 No 2

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta

Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta

Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Depkes RI. Jakarta

Hafsah. 2014. Mikrobiologianalitik. Alauddin Universitas Press. Makassar

Hendrianto, Wawan. 2004. Sukses Beternak dan Berbisnis Ayam Pedaging (Broiler).

Laksana. Yogyakarta
Muaris, Hildah. 2004. Makanan Sehat dan Lezat dimasa menopause Minuman Segar.

PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Moch. Irfan H, & Muh. Yusuf. 2019. Imuno diagnostik pada Bakteri dan Jamur.

Zifatama Jawara. Sidoarjo

Nial isnawati &Tria Prayoga. 2020. Ekstrak Buah Belimbing (Averrhoabilimbi L).

CV. Jakad Media Publishing. Surabaya

Rahmawanty, Dina & Dellita Indah S. 2019. Buku Ajar Teknologi Kosmetik. CV.

IRDH. Malang

Rahayu, Estu & Nur Berlian V.A. 2004. BawangMerah. Penebar Swadaya

Rollando. 2019. Senyawa Anti Bakteridan Fungi Endofit. CV. Seribu Bintang.

Malang

Suharmiati & Lestari H. 2006. Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Agromedia.

Jakarta

Sukmawati dkk. 2020. Analisis Angka Lempeng Total Mikroba Pada Ikan Kimbung

(Restellgersp) Segar ditempat Pelelangan Ikan Kota Sorong Papua Barat.

Jurnal Ilmu Perikanan Vol II

Syahputri, Mimi V. 2006. Pemastian mutu obat Vol 5. EGC. Jakarta


Sri Murwani, Dahliatul, Qosimah Indah A.A. 2017. Penyakit Bakterial Pada Ternak

Hewan Besar dan Unggas. Tim UB Press. Malang

Setiadi. 2019. Budidaya Tentang (Pilihan Berbagai Varietas dan Pengadaan Benih).

Penebar Swadaya. Jakarta

S, Lilik Nur. 2019. Mengenal Tanaman Makanan Pokok. Alprin. Semarang

Sastrahidayat, Ika Rochdjatun. 2016. Penyakit Pada Tumbuhan Obat - Obatan,

Rempah – Bumbu dan Stimulan. UB Press. Malang

Yusmaniar, dkk. 2017. Mikrobiologi dan Parasitologi. Kementrian Kesehatan RI.

Jakarta
Skema kerja

1. Penyiapan sampel

Alat dan bahan di siapkan

Tangan dan meja di semprotkan alkohol 70 %

Sampel padatan di gerus di timbang sebanyak 10 ml dan sampel cair di pipet 1 ml,
di masukkan ke dalam botol 10-1 yang berisi aquadest 9 ml

Di homogenkan

Di ambil 1 ml sampel dari botol pengenceran 10-1

Di masukkan ke dalam botol pengenceran 10-2

Kemudian berturut – turut 10-3, 10-4


Pengujian sampel

a. Pengujian kuantitatif
ALT BAKTERI ALT KAPANG

Disiapkan alat dan bahan

Lakukan pengerjaan secara


aseptis

Sampel diambil pada Sampel diambil pada


pengenceran 10-2,10-3,10-4 pengenceran 10-1,10-2,10-3

Dimasukan kedalam cawan Dimasukan kedalam cawan


petri steril petri steril

Dituang pada medium NA Dituang pada medium PDA

Dihomogenkan dengan cara


memutar cawan seperti angka 8

DIinokulasi dengan suhu 370c


selama 1x24 jam untuk Na
dan PDA 3x24 jam

Diamati dan dihitung jumlah


koloni
a) Pengujian kualitatif
1. Pengujian Escherichia coli

Alat dan bahan


disiapkan

Di lakukan pengujian secara aseptis

Sampel diambil 1 ml dari tiap tingkat pengenceran yaitu 10-2, 10-3, 10-4
dan dimasukkan ke dalam 3 seri tabung rotasi yang berisi 9 ml medium LB
dan tabung durham, di tetesi 1 – 3 tetes BTB

Tabung di tutup dengan sumbat kapas dan diikat


dengan karet

Di inkubasi pada inkubator dengan suhu 37 0C


selama 1 x 24 jam

Di amati jika timbul gas dan perubahan warna


dari hijau menjadi kuning

Positif untuk Escherichia coli


2. Pengujian Staphylococcus
Alat dan bahan

Di lakukan pengerjaan secara aseptis

1 ml sampel diambil pada pengenceran


10-2, 10-3, 10-4

Di masukkan ke dalam 3 seri tabung rekasi yang berisi 9


ml medium PW

Tabung di tutup dengan sumbat dan di ikat dengan karet

Di inkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam

Di amati timbul kekeruhan atau endapan atau tidak

Positif untuk staphylococcus


aureus
3. Pengujian Pseudomonas aeruginosa

Alat dan bahan disiapkan

Di lakukan pengerjaan secara aseptis

1 ml sampel di ambil dari tiap pengenceran 10-2, 10-3,


10-4 di masukkan ke dalam 3 seri tabung reaksi yang
berisi 9 ml medium TSB

Tabung di tutup dengan sumbat dan di ikat dengan karet

Di inkubasi pada inkubator dengan suhu 370C selama 1 x


24 jam

Di amati jika timbul kekeruhan dan endapan berarti


positif untuk pseudomonas aeruginosa
4. Pengujian Salmonella typhi

Alat dan bahan disiapkan

Di lakukan secara aseptis

1 ml sampel di ambil dari tiap tingkat pengenceran 10-2, 10-


3, 10-4 di masukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang terisi 9
ml medium SCB

Tabung di tutup dengan sumbat kapas dan di ikat dengan


karet

Di inkubasi pada inkubator dengan suhu 370C selama 1 x


24 jam

Di amati timbul kekeruhan dan endapan maka positif


untuk salmonella typhi
C. Pengujian lanjutan

Pengujian Pengujian

Eschericia coli Staphylococcus aureus

Disiapkan alat dan bahan

Lakukan pengerjaan secara


aseptis

Di tuang medium EMPA pada Di tuang medium VJA pada


cawan petri cawan petri

Sampel uji positif diambil 1 Sampel uji positif diambil 1


ml dari medium LB ml dari mediumPW

Digoreskan pada medium Digoreskan pada medium VJA


EMBA

DIinokulasi dengan suhu 370c Diinokulasi dengan suhu


selama 1x24 jam 370c selama 1x24 jam

Diamati ada tidaknya coloni Diamati ada tidaknya coloni


merah dalam hijau metalit hitam dalam zona bening

Maka positif
Pengujian Pengujian

Pseudomonas auruginosa Salmonella thypi

Disiapkan alat dan bahan

Lakukan pengerjaan secara


aseptis

Di tuang medium CETA pada Di tuang medium SSA pada


cawan petri cawan petri

Sampel uji positif diambil 1 Sampel uji positif diambil 1


ml dari medium TSB ml dari medium SCB

Digoreskan pada medium Digoreskan pada medium SSA


CETA

DIinokulasi dengan suhu 370c DIinokulasi dengan suhu 370c


selama 1x24 jam selama 1x24 jam

Diamati ada tidaknya coloni Diamati ada tidaknya coloni


Florensi hijau biru coklat hitam dalam zona
bening

Maka positif
Dokumentasi

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMSI


PRODI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

KET : Gambar hasil sampel pengamatan mie ayam

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMSI


PRODI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

KET : Hasil uji sediaan Lip Balm yang


mengandung minyak biji anggur

KET : Gambar hasil sampel pengamatan mie ayam


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMSI
PRODI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

KET : Gambar hasil sampel pengamatan mie ayam

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMSI


PRODI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

KET : Hasil uji sediaan Lip Balm yang


mengandung minyak biji anggur
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMSI
PRODI S-1 FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

Hasil Uji Sampel Boba Yang Mengandung Pemanis

Anda mungkin juga menyukai