Anda di halaman 1dari 50

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PERCOBAAN IV

“ANALISIS BAHAN MAKANAN, MINUMAN, OBAT TRADISIONAL,


SEDIAAN NON STERIL DAN KOSMETIK”

OLEH:
KELOMPOK VI

NELLY ARYANTI D1B122009


BAYYINA AL AZIZAH D1B122014
ASNIAR D1B122036
ORIZA SHALZATIVA D1B122038
ELFA SAFITRI AYUB D1B122070
WA ODE HELDA PRATAMA D1B122393

ASISTEN: MUH. ALFISYAHRIN ABDULLAH, S. Farm

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengujian mikrobiologi terhadap produk perbekalan farmasi dan makanan

yang beredar harus dilakukan dengan mengingat bahwa produk tersebut

tersebut sangat mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Keberadaan

mikroorganisme dalam pembekalan farmasi dan mkanan yang di harapkan

karena dapat berdampak negatif terhadap kesehatan konsumen,

Terdapatnya cemaran mikroorganisme dalam perbekalan farmasi dan makanan

dan kosmetik kemungkinan disebabkan oleh cara pengolahan yang tidak bersih

atau higienis, cara pengepakan yang kurang baik, cara penyimpanan tidak baik

dan lain-lain. Sumber-sumber asal yang memungkinkan terjadinya cemaran

mikrobiologik pada produk tersebut dari udara, air, tanah, peralatan yang

digunakan pada waktu pengolahan ataupun petugas yang melakukan

pengolahan.

Mikroorganisme dapat menyebabkan banyak masalah dan kerusakan. Hal

ini Nampak pada kemampuan menginveksi manusia, hewan, serta tanaman

menimbulkan penyakit berkisar infeksi ringan sampai kepada kematian.

Mikroorganisme mencemari makanan dan minumandengan menimbulkan

perubahan kimiawi didalamnya, membuatnya tidak dapat dikonsumsi atau

beracun. Adanya mikroorganisme pada obat non steril dan kosmetik dapat

menyebabkan perubahan karakter arganoleptis atau kemunduran bahan

aktifnya yang dikandungnya. Selain itu meski mengandung bakteri non


pathogen namun dengan jumlah yang banyak juga akan menimbulkan hal yang

tidak diinginkan. Demikian juga pada obat tradisional yang telah banyak

beredar, demi mengingkatkan keamanan dan kualitas pemakaian maka perlu

dilakukan pengujian uji laboratorium sebelum izin beredar.

B. Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk melakukan uji mikrobiologis pada

bahan makanan, minuman, obat tradisional, sedian non steril dan kosmetik

secara kuantitatif, kualitatif dan uji lanjutan.

C. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah untuk melihat tingkat pencemaran, serta

menghitung jumlah mikroba dan mengetahui apakah sampel makanan,

minuman, obat tradisional, sediaan non steril dan kosmetik memenuhi syarat

atau tidak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Mikrobiologi adalah cabang ilmu biologi yang membahas dan mengkaji

mikroorganisme ruang lingkup penelitian dalam mikrobiologi meliputi

pemahaman tentang sejara penemuan mikroba, berbagai mikroba dialam. Struktur

dan fungsi, sel mikroba, metabolisme umum mikroba. Faktor limgkungan dan

pembuatan mikroba serta penetapan mikrobiolohgi pada keduanya (Ghyta

Dharma. 2021).

Mikroorganisme memegang peranan penting dilingkunan sebagai pengurai

bahan limba organik menjadi unsur (N,P,K,ca,mg dan lain-lain) yang

dikembalikan kedalam tanah dan atmosfer (ch4 atau co2). Mikroorganisme secara

alami memiliki kemampuan dan mereduksi rasio C : N untuk mendukung

produktivitas tanah (Dewi,2020).

Uji mikroorganisme terbagi menjadi dua yaitu uji kualitatif dan uji

kuantitatif, uji kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui jenis mikroorganisme

yang ada dalam sediaan tersebut, sedangkan uji kuantitatif dilakukan untuk

mengetahui beberapa jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam sediaan

tersebut (Rahaya, 2021).

Metode difusi menjadi dua yaitu, dilusi cair dan padat. Metode dilusi cair

digunakan untuk mengukur KHM (kadar hambat minuman) sementara metode

dilusi padat digunakan untuk menentukan KBM (kadar butuh minuman) (Arinda,

2019).
Metode dilusi digunakan untuk menentukan sensitivas mikroba uji

terhadap agen antimikroba. Metode ini dilakukan dengan menggunakan kertas

cakram kedalam media agar yang disinakulasi dengan bakteri dimasukkan kertas

cakram dan diisi dengan senyawa uji. Area jernih pada permukaan media agar

mengindikasikan hambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh agen antimikroba

(Arinda, 2019).

Pada media cair adalah media yang tidak ditambahkan zat pemadat (agar),

sehingga media ini dalam keadaan encer (cair) contoh : lactose broth, Nutrient

broth. Media padat adalah media cair yang ditambahkan dengan agr-gar sehingga

padat contoh : Nutrient Agar (NA), Potato Rexbrose Agar (PPA) (Nengah. 2017).

Minuman umumnya menunjuk kepada cairan yang ditelan minuman

adalah suatu cairan yang masuk dalam rongga mulut, kebiasaan intake minuman

seperti kopi, coklat dan larutan kumur misalnya kloheksiden beberapa kali sehari

juga cenderung membentuk skatin dan mengubah warna lesin alaritik (Naini,

2018).

Sediaan non steril adalah sediaan yang dengan pengujiannya tidak

memerlukan proses sterilisasi (yang tidak memenuhi persyaratan fisika kimia)

serta tidak memiliki persyaratan bebas dari mikroorganisme baik bakteri maupun

jamur (Lukira, 2021).

Obat tradisional adalah obat herbal yang memenuhi kriteria desinisi obat

tradisional. Adapun pengertian obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan

berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan steril atau

campuran dari bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk


pengobatan dan dapat diterapkan sesuai pada norma yang berlaku dimasyarakat

(Zakiah, 2018).

Pengertian kosmetitk adalah segala aspek yang berhubungan kulit waja

dan tubuh yang mempunyai fungsi untuk membersihkan, memelihara,

melindungi, mempertahankan integritas kulit serta mempercantik, memperbaiki

dan mengubah penampilan seseorang (Windarari, 2018).

Jika hiegeniter kurang, maka makanan dapat terkontaminasi oleh bakteri

jamur/kapang dan mikroorganisme lainnya. Beberapa faktor yang dapat

menyebabkan kontaminasi yaitu : (Huda M, 2020).

1. Pencucian alat dan wadah, baik untuk menyimpan makanan maupun

mengolah makanan tidak bersih.

2. Air yang digunakan untuk pencucian dan pembersih bukan menggunakan air

bersih.

3. Penyimpanan makanan pada wadah yang tidak tertutup.

4. Kebiasaan pribadi para pekerja yang menangani makanan mempunyai

kebiasaan yang tidak higenis.

5. Makanan yang telah kadaluarsa proses kadaluarsa terjadi karena adanya

aktivitas mikrobiologi yang berkembang pada makanan tersebut atau proses

fermentasi dan mikroorganisme pathogen.

Bila terjadi renik pada makanan populasinya meningkat dapat

menimbulkan masalah antara lain : (Huda M, 2020).

1. Menurunkan kualitas mutu makanan

2. Mengakibatkan kerusakan makanan


3. Merupakan sarana penularan beberapa penyakit pada saluran sistem

pencernaan.

4. Keracunan makanan yan dapat menimbulkan kematian.

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa

makanan tersebut layu untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit

diantaranya :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencermaran disetiap tahap produksi dari penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari

pengaruh enzim, aktivitas mikroba, hewan pengeral, serangga, parasit dan

kerusakan-kerusakan karena tekanan pamasalean dan pengeingan (Nugraheni,

2017).

Bakteri patogen merupakan penyebab bakteri yang sering berhubungan

dengan bidang penyehatan makanan, seperti diare, muntabr, tipes, dan infeksi

saluran pencernaan disebakan masih tingginya tingkat kontaminasi

mikroorganisme pada makanan yang disajikan oleh berbagai penyelenggara

makanan (Rudi, 2018).

Keuntungan medium yaitu, selain untuk menumbuhkan mikroorganisme,

medium dapat digunakan untuk isolasi, pengujian sifat-sifat fisiologi, dan

perhitungan jumlah mikroorganisme (Rakhmawati, 2012).

Kerugian medium yaitu, biakan yang terus menipis dan adanya

akumulasi produk yang terjadi terus menerus akan menyebabkan biakan

mengalami fase kematian (pertumbuhan biakan nol) (Wahyuningsih, 2018).


B. Uraian Bahan

1. Alkohol (Dirjen POM, EdisiI III,1979 : 65

Nama Resmi : AETHANOLUM

Nama Lain : Alkohol, etanol, ethyl alkohol

Rumus Molekul : C2 H6O

Berat Molekul : 46,07

Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mdah

menguap, dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas, mudah terbakar, dan

memberikan nyala biru tidak berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,dalam

kloroform P,dan dalam eter P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari

cahaya, ditempat sejuk jauh dari nyala api

Kegunaan : Sebagai antiseptic

2. Aquadest (Dirjen POM, Edisi III,1979 : 96)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air suling

Rumus Molekul : H2O

Berat Molekul : 18,02


Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak berasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

3. Indikator BTB (Dirjen POM, EdisiI III, 1979 : 661)

Nama Resmi : BROM TIMOL BLUE

Nama Lain : 34,21- bezatatiol – 3 – irdon (22 brom tima)

ss dioksida, dibrantimol sulfantalin

Rumus Molekul : C27H18Br2O3S

Berat Molekul : 624

Pemerian : Serbuk kemerahan atau kecoklatan

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam

etanol (95%) dan dalam larutan alkali encer

pH : 6,0 – 7,6

Perubahan warna : Memberikan warna kuning dalam larutan

asamlemah dan warna biru dalam alkali

lemah. Keadaan netral, ditunjukkan dengan

warna hijau.
C. Uraian Sampel

1. Makanan (kue lapis) (Fimela, 2021)

- 1 gelas air matang

- ½ gelas gula pasir

- 1 gelas tepung beras

- ½ gelas tepung tapioka

- 1 gelas santan kata

- 2 lembar daun pandan

- Pasta pandan secukupnya

- ½ sdt garam

- ½ sdt vanili
D. Uraian Medium

1. CETA (Cetremi Agar) Armiati, 2018)

Komposisi cetremi agar yaitu : agar 13g, kalsium klorida 10g, magnesium

klorida 4g, pepton 20g, dan ekstrak 2g.

a. Agar (Dirjen POM, Edisi III 1979 : 79)

Nama Resmi : AGAR

Nama Lain : Agar-agar

Pemerian : Berkas potongan memanjang, tipis seperti

selaput dan berikatan atau membentuk

keping, serpih atau butiran, hingga

kekuningan, abu-abu kekuningan sampai

kuning pucatatau tidakberwarna; tidak

berbau atau berbau lemah rasa berlendir

jika lembab, jika kering rapuh

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, dan larut

dalam air mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai bahan pemadat medium

b. Kalsium klorida (Dirjen POM, Edisi III 1979 : 120)

Nama Resmi : CALCII CHLORDIUM

Nama Lain : Kalsium klorida

Rumus Molekul : CaCI2

Berat Molekul : 219,08


Pemerian : Hablur, tidak berwarna, tidak berbau, rasa

agak pahit, meleleh basa

Kelarutan : Larut dalam 0,25 bagian air, mudah larut

dalam etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

c. Magnesium klorida (Dirjen POM, EI III 1979 : 702)

Nama Resmi : MAGNESIUM KLORIDA

Nama Lain : Magnesium klorida

Pemerian : Hablur tidak berwarna, tidak berbau,

meleleh basah

Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air dan dalam 2

bagian etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi spesifik golongan II

d. Pepton (Dirjen POM, Edisi III 1979 : 72)

Nama Resmi : PEPTON

Nama Lain : Pepton

Pemerian : Serbuk kuning kemerahan sampai coklat,

bau khas tidak busuk

Kelarutan : Larut dalam air, memberikan larutan

berwarna ocklat kekuninganyang praktis

agak asam, praktis tidak larut dalam etanol

(95%) P dan dalam eter P


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sumber nutrisi yang spesifik untuk

mikroba bakteri

e. Yeast Ekstrak (Dirjen POM, Edisi III 1979 : 1153)

Nama Resmi : YEAST EXTRACT

Nama Lain : Sari ragi, ekstrak ragi

Pemerian : Serbuk kuning, kemerahan sampai coklat,

bau khas tidak busuk

Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan kuning

sampai coklat, bereaksi asam lemah

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

2. EMBA (Eosin Methyin Blue) (Ummi Habila, 2018)

Komposisi eosin blue yaitu : Agar, asam fosfat, laktosa methyin blue dan

pepton

a. Asam fosfat (Dirjen POM, Edisi III 1979)

Nama Resmi : PHOSPHORIC ACID

Nama Lain : Acid rosforico, acid phosphorique, acidum

Rumus Molekul : H3PO4

Berat Molekul : 98,00

Rumus Struktur :
Pemerian : Larutan asam fosfat pekat tidak berwarna,

tidak berbau.

Kelarutan : Bercampur dengan Etanol (95%) dan air

dengan sebuah penambahan panas

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara ditempat sejuk

dan kering

Kegunaan : Sebagai pereaksi

b. Laktosa (Hope, 2006)

Nama Resmi : LACTOSUM

Nama Lain : Laktosa

Pemerian : Serbuk putih, tidak berbau, rasa agak manis

Kelarutan : Larutdalam 6 bagian air, sukar larut dalam

1 bagian air mendidih, sukar larut dalam

etanol (95%), praktis tidak larut dalam

kloroform P dan dalam eter P

Inkompatibilitas : Laktosa tidak inkom dengan zat pengoksida

yang kuat

c. Methylen blue (Dirjen POM, Edisi III 1979)

Nama Resmi : METHYLTHIONINI CHLORIDUM

Nama Lain : Biru metilen

Rumus Molekul : C16H18CIN3S3H2 0

Berat Molekul : 373,90


Pemerian : Hablur atau serbuk hablur hijau tua,

berkilauan seperti perunggu, tidak berbau

atau praktis, stabil diudara, larut dalam air

dan dalam etanol berwarna biru tua

Kelarutan : Larut dalam air dan dalamkloroform, agak

sukar larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai cat utama dalam pengecetan

sederhana

3. LB (Lactosa Broth) Partic, 2008)

Komposisi lactosa broth yaitu : Esktrak Beef 0,3% lactosa 0,5% dan pepton

0,5%

a. Ekstrak Beef (Dirjen POM Edisi IV : 1132)

Nama Resmi : BEEF EKSTRAK

Nama Lain : Kaldu nabati, kaldu hewani

Pemerian : Berbau dan berasa pada lidah, massa

berbentuk pasta, berwarna coklat

kekuningan sampai coklat tua

Kelarutan : Larut dalam air dingin

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sumber protein mikroorganisme

4. NA (Nutrient Agar) (Wahyuni, 2022)

Komposisi lactosa broth yaitu : Agar 15 g, Ekstrak Beef 1,5 g dan pepton 5 g.
5. PW (Pepton Water)

Kompossi pepton water yaitu : Aquadest 1, Disodium fosfat 3,5 g, Natrium

klorida 5 g, dan pepton 10 g

a. Disodium fosfat (Rowe, 2009 : 656)

Nama Resmi : SODIUM PHOSPHATE

Nama Lain : Disodium hydrogen phosphate, dinatrium

hydrogen fosfat, dinatrium phosphas,

dinatrium hydrogen

Rumus Molekul : Na2HPO4

Berat Molekul : 141,94

Pemerian : Bubuk putih

Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih dalam air

panas

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara, ditempat sejuk

dan kering

Kegunaan : Sebagai pendapar

b. Natrium Klorida (Dirjen POM. Edisi III 1979 : 403)

Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM

Nama Lain : Natrium klorida

Rumus Molekul : Nacl

Berat Molekul : 56,44

Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna atau

serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa asam


Kelarutan : Larut dalam 2,8 g air, dalam 2,7 bagian air

mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian

gliserol P, kurang larut dalam etanol (95%)

6. SCB (Slenite Cystine Broth) (Septia Wilda, 2015)

Komposisi Slenite cystine broth yaitu : Aquadest 1 L,Cistin 0,01 g, donatrium

fosfat 10 g, lactosa 9 g, Na-asam

selenit 4 g.

a. Cistin (Dirjen POM, Edisi IV : 1197)

Nama Resmi : SISTIN

Nama Lain : Sistine

Rumus Molekul : : HOOC (NH2CH CH2 5-5 CH2 (NH2))

COOH

Pemerian : Serbuk hablur putih

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam

asam mineral encer dan larutan alkali,

hidroksida, tidak larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Zat tambahan

b. Dinatrium Fosfat (Excipients 6th : 656)

Nama Resmi : DIBASIC SODIUM PHOSPATE

Nama Lain : Dinatrium hidrogen fosfate


Rumus Molekul : Na2HNO4

Berat Molekul :141,96

Pemerian : Berupa kristal putih atau hampir putih tidak

berbau

Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih mudah larut

dalam air panas atau zat mendidih, praktis

tidak larut dalam etanol (95%) P

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara

Kegunaan : Sebagai pendapar

c. Na- Asam Selenit (Darma, 2008)

Nama Resmi : ASAM SELENIT

Nama Lain : Asam selenat, hidrogen selenida

Rumus Molekul : H2SeO3

Berat Molekul : 128,97

Pemerian : Kristal higroskopik putih

Kelarutan : Dapat larut dalam etanol

Penyimpanan : Dalam wadah kedap udara

Kegunaan : Melindungi dan mengubah warna

7. SSA (Salmonella Shigella Agar) (Suprepti, 2020)

Komposisi Salmonella Shigella Agar yaitu : Aquadest 1 L, lactosa 10 g,

natrium thosulfat 10 g, pepton 5

g dan sodium citrate 8,5 g


a. Natrium Thiosulfat (Dirjen POM, 1995 : 528)

Nama Resmi : NATRII THIOSULFAT

Nama Lain : Natrium Thiosulfat

Rumus Moleku l : Na2S2O3

Berat Molekul : 248,17

Rumus Struktur :

Pemerian : Hablur besar tidak berwarna atau serbuk

hablur kasar, dalam udara lembab meleleh

basah dalam hampa udara pada suhu diata

33o merapuh

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, tidak larut

dalam etanol

b. Sodium Citrate (Rowe, 2009 :640-641)

Nama Resmi : SODIUM CITRATE

Nama Lain : Garam asam sitrat trisodium, E331, catras

natri, natrium sitrat tersier, trisodium sitrat

Rumus Molekul : C6H5Na307

Berat Molekul : 294,10

Pemerian : Bubuk kristal putih dengan pendinginan,

tidak berbau, tidak berwarna, monoklinik

kristal, rasa garam


Kelarutan : Butter

Penyimpanan : Wadah kedap udara dalam sejuk dan

kering

8. TSB (Triptic Soy Broth) (Winda Sari, 2021)

Komposisi triptic soy broth yaitu : asam fosfat 2,5 g, glukosa 2,5 g, natrium

klorida 5 g, dan pepton 17 g

a. Glukosa (Dirjen POM, Edisi III : 1979)

Nama Resmi : GLUCOSUM

Nama Lain : Glukosa

Rumus Molekul : C6H12O6

Berat Molekul : 198,17

Pemerian : Hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau

butiran, tidak berbau, tidak manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut

dalam air mendidih, agak sukar larut dalam

etanol (95%) P mendidih

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai sampel

9. VJA (Vogel Johnsen Agar) (Agus, 2016)

Komposisi vogel johnsen agar yaitu : agar 15 g, fenol 0,025 g, glisin 10 g,

manitol 10 g, dan yeast ekstrak 5 g

a. Fenol (Dirjen POM, Edisi III 1979 : 659)

Nama Resmi : PHENOLUM


Nama Lain : Fenol

Rumus Molekul : C6H5OH

Berat Molekul : 94,11

Pemerian : Hablur bentuk jarum atau massa hablur

1
Kelarutan : Larut dalam bagian air, mudah larut
2

dalam etanol, dalam kloroform P, dalam

eter P, dalam gliserol P dan minyak lemak

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Antiseptikum

b. Glisin (Dirjen POM, Edisi III 1979 : 414)

Nama Resmi : GLYCIN

Nama Lain : Glisin

Rumus Molekul : C2H5NO2

Berat Molekul : 75,07

Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa agak

manis

Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat sukar larut

dalam etanol dan dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi asam amino

c. Manitol (Kowe, 2009 : 424)

Nama Resmi : MANNITOLUM


Nama Lain : Manitol, mannitolum, manna sugar,

mannogen

Rumus Molekul : C6H19O6

Berat Molekul : 182,17

Pemerian : Manitol berwarna putih, tidak berbau,

kristal bubuk atau butiran yang bebas

mengalir, memiliki rasa manis, tampak

seperti ortombik jarum ketika mengkristal

dari alkohol

Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalambasa,

sangat sukar larut dalam etanol, praktis

tidak larut dalam eter

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai zat pengisi


E. Uraian Bakteri

1. Escherichia Coli (Jufri Okstiani, 2019)

a. Klasifikasi

Domain : Bacteria

Filum : Proteobacteria

Kelas : Gammaproteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia Coli

b. Morfologi

Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk

batang dengan ukuran berkisar antara 1,0 – 1,5 nm × 2,0 – 6,0 nm, tidak

motil atau motil dengan flagela serta dapat tumbuh dengan atau tanpa

oksigen, bersifat fakultatif anaerobik dan dapat tahan pada media yang

miskin nutrisi (Rahayu W.P, 2019).

c. Patogenesis

Escherichia coli umumnya hidup didalam saluran pencernaan

manusia dan hewan. Escherichia coli tumbuh dengan baik di air tawar,

air laut atau tanah pada kondisi tersebut Escherichia coli terpapar

lingkungan biotik dan abiotik. Penyakit yang timbul oleh bakteri

Escherichia coli disebabkan karena kemampuan untuk beradaptasi dan

bertahan pada lingkungan yang berbeda (Rahayu W.P, 2019).


2. Pseudomonas Aeruginosa (Litaay, 2013)

a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Class : Proteobacteria

Ordo : Pseudomonadales

Family : Pseudomonadaceae

Genus : Pseudomonas

Spesies : Pseudomonas aeruginosa

b. Morfologi

Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif

berbentuk batang, bergerak aktif dengan flagella pada ujung sel,

berukuran sekitar 0,12 nm, terlihat sebagai bakteri tunggal berpasangan,

kadang membentuk rantai pendek,mempunyai permukaan yang rata

berwarna hijau kebiruan, serta berbau seperti buah anggur (Husna, 2007).

c. Patogenesis

Pseudomonas aeruginosa ditemukan didalam saluran usus

penderita diare atau enteritis akut. Bakteri ini sering ditemukan pada

penderita gastroenteritis, maka bakteri ini digolongkan kedalam patogen

enterik. Pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat enteropatogenik dan

bakteri ini dapat memproduksi dua macam enterotoksin yaitu bersifat

tahan panas dan yang tidak tahan panas (Husna, 2007).

3. Salmonella Typhi (Zayani Nofri, 2022)


a. Klasifikasi

Kingdom : Bacteria

Phylum : Proteobacteria

Kelas : Gamaproteobacteria

Ordo : Enterobacterialis

Family : Enterobactericeae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella enterica

b. Morfologi

Salmonella typhi merupakan bakteri yang berbentuk batang tidak

berspora, ukuran 103,5 nm × 0,5-0,8 nm, besarnya koloni rata-rata 2-4

mm, memiliki flagela peritrikh. Salmonella typhi pada media SSA ketika

suhu 37oC maka koloni yang tampak cembung, transparan dan memiliki

bercak hitam dibagian pusat (Zayani Nofri, 2022).

c. Patogenesis

Bakteri tersusun dari dinding sel dan isi sel. Disebelah luar

dinding sel terdapat selubung atau kapsul. Dimana sel bakteri tidak

terdapat membran dalam (endomembran) dan organel bermembran

seperti kloroplas dan mitrokondria. Salmonella typhi dapat ditularkan

melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri (Zayani

Nofri, 2022).

4. Staphylococcus Aureus (Rosilanda, 2019)

a. Klasifikasi
Kingdom : Monera

Divisi : Firmibacteria

Kelas : Firmibacteria

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

b. Morfologi

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang

berbentuk bulat dengan diameter 0,8 – 1,0 nm dan bersusun bergerombol

tidak beraturan, kadang-kadang seperti untalan buah anggur, tidak dapat

bergerak, dan tergolong bakteri aerob sampai anaerob fakultatif

(Rosilando, 2019).

c. Patogenesis

Staphylococcus aureus merupakan efek gabungan dari berbagai

macam metabolit yang dihasilkannya setiap jaringan atau organ tubuh

dapat diinfeksi oleh Staphylococcus aureus dan menyebabkan timbulnya

penyakit dengan tanda-tanda yang khas yaitu peradangan setempat,

nekrosik dan pembentukan abses Staphylococcus aureus adalah patogen

utama pada manusia karena menyebabkan kekacauan makanan dan

infeksi kulit (Rosilando, 2019).


BAB III

METODOLOGI KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu batang

pengaduk, Bunsen, cawan petri, erlenmayer 250 ml, erlenmayer 50 ml,,

pinset, spoit 1ml, spoit 10 ml, rak tabung reaksi, tabung reaksi, tabung

durham dan vial.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu aquadest

sterile, BTB (brom timol blue), CETA (cetremi agar), EMBA (eosin

methyl blue agar), LB (lactosa broth), makanan (kue lapis), NA (nutrient

agar), PW (pepton water), SCB (slenite cysteine broth), SSA (salmonella

shigella agar), TSB (triptic soy broth), dan VJA (vogel johnsen agar)

B. Cara Kerja

1. Penyiapan sampel

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Untuk sampel padatan digerus sampai halus, Kemudian

ditimbang sebanyak 10 mg, untuk sampel cair dipipet 1 ml dan

dimasukkan ke dalam botol pengenceran 10ˉ¹ yang telah terisi aquadest 9

ml yang telah disterilkan, lalu dihomogenkan. Dari botol pengenceran


10ˉ¹ diambil 1 ml sampel lalu dimasukkan ke dalam botol pengenceran

10ˉ² berturut-turut hingga 10ˉ³ dan 10ˉ⁴.

2. Pengujian kuantitatif

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pegenceran yaitu

10ˉ¹, 10ˉ², 10ˉ³, 10ˉ⁴ kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

cawan petri steril. Dituang medium NA hingga menutupi semua dasar

cawan petri, dihomogenkan dengan cara memutar cawan petri secara

perlahan membentuk angka 8 lalu dibiarkan memadat. Diinkubasi pada

inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam, diamati dan dihitung jumlah

koloni bakteri.

3. Pengujian kualitatif

a. Pengujian Escherichia coli

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pegenceran yaitu

10ˉ², 10ˉ³, 10ˉ⁴ kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 3 seri

tabung reaksi yang berisi 9 ml medium LB dan tabung durham,

ditetesi 1-3 tetes BTB. Tiap tabung reaksi ditutup dengan sumbat

kapas dan masing-masing seri tabung di ikat dengan karet. Diinkubasi

pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24 jam, diamati jika timbul
gas dan terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning maka

positif untuk Escherichia coli.

b. Pengujian Staphylococcus aureus

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pegenceran yaitu

10ˉ², 10ˉ³, 10ˉ⁴ kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 3 seri

tabung reaksi yang berisi 9 ml medium PW. Tiap tabung reaksi

ditutup dengan sumbat kapas dan masing-masing seri tabung di ikat

dengan karet. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24

jam, diamati jika timbul kekeruhan dan endapan maka positif untuk

Staphylococcus aureus

c. Pengujian Pseudomonas aeruginosa

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pegenceran yaitu

10ˉ², 10ˉ³, 10ˉ⁴ kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 3 seri

tabung reaksi yang berisi 9 ml medium TSB. Tiap tabung reaksi

ditutup dengan sumbat kapas dan masing-masing seri tabung di ikat

dengan karet. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24

jam, diamati jika timbul kekeruhan dan endapan maka positif untuk

Pseudomonas aeruginosa.
d. Pengujian Salmonella thypi

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pegenceran yaitu

10ˉ², 10ˉ³, 10ˉ⁴ kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam 3 seri

tabung reaksi yang berisi 9 ml medium SCB. Tiap tabung reaksi

ditutup dengan sumbat kapas dan masing-masing seri tabung di ikat

dengan karet. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24

jam, diamati jika timbul kekeruhan dan endapan maka positif untuk

Salmonella thypi.

4. Pengujian lanjutan

a. Pengujian Escherichia coli

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Dituang medium EMBA ke dalam cawan petri steril

sehingga tertutupi dasarnya dan dibiarkan memadat. Dengan ose bulat

steril diambil sampel uji positif dari medium LB dan digoreskan pada

medium EMBA. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama

1x24 jam, diamati jika timbul koloni merah dalam hijau metalik maka

positif untuk Escherichia coli.

b. Pengujian Staphylococcus aureus

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan


alcohol 70%. Dituang medium VJA ke dalam cawan petri steril

sehingga tertutupi dasarnya dan dibiarkan memadat. Dengan ose bulat

steril diambil sampel uji positif dari medium PW dan digoreskan pada

medium VJA. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama 1x24

jam, diamati jika timbul koloni hitam dan zona bening maka positif

untuk Staphylococcus aureus.

c. Pengujian Pseudomonas aeruginosa

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Dituang medium CETA ke dalam cawan petri steril

sehingga tertutupi dasarnya dan dibiarkan memadat. Dengan ose bulat

steril diambil sampel uji positif dari medium TSB dan digoreskan

pada medium CETA. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C

selama 1x24 jam, diamati jika timbul koloni floresensi hijau biru

maka positif untuk Pseudomonas aeruginosa.

d. Pengujian Salmonella thypi

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Dilakukan

pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja disemprotkan dengan

alcohol 70%. Dituang medium SSA ke dalam cawan petri steril

sehingga tertutupi dasarnya dan dibiarkan memadat. Dengan ose bulat

steril diambil sampel uji positif dari medium SCB dan digoreskan

pada medium SSA. Diinkubasi pada inkubator pada suhu 37°C selama
1x24 jam, diamati jika timbul koloni coklat hitam dengan zona bening

maka positif untuk Salmonella thypi.

.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pengujian kuantitatif

Ʃ Koloni
No. Sampel
10-2
10-3 10-4
1. Makanan (Kue lapis) 481 koloni 234 koloni 59 koloni

2. Pengujian kualitatif

Sampel
No. Bakteri Uji Medium
10-2 10-3 10-4
LB + + +
1. Escherichia coli
EMBA - - -
PW + + +
2. Staphylococcus aureus
VJA + + +
TSB + + +
3. Pseudomonas aeruginosa
CETA - - -
SCB + + +
4. Salmonella thypi
SSA + + +

Keterangan:

+ : Positif (Simbol endapan dan kekeruan pada medium)

- : Negatif (Tidak timbul endapan dan kekeruan pada medium)

≠ : Tidak dilakukan
B. Pembahasan

Pada pembahasan ini dilakukan uji kualitatif dan uji kuantitatif terhadap

sampel sediaan makanan (kue laapis). Pada uji kualitatif dilakukan

untukmengetahui jenis mikroorganisme yang ada pada sampel tersebut.

Sedangkan pada uji kuantitatif dilakukan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri

yang ada pada sampel.

Makanan merupakan semua subtansi yang diperlukan tubuh, kecuali air dan

obat-obatan dan subtansi-subtansi yang dipergunakan untuk pengobatan. Makanan

memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh.

Makanan dapat menjadi sumber bahaya bagi tubuh, apabila terkontaminasi oleh

benda-benda asing. Kontaminasi makanan dapat berasal dari bahan tambahan

makanan, air, hama, hewan peliharaan, serangga, sampah, tanah dan udara

(Nugraheni, 2017).

Makanan berfungsi untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan

atau perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memperoleh

energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, mengatur metabolisme dan berbagai

keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh yang lain, juga berperan didalam

mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit (Nugraheni, 2017).

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan

tersebut layak untuk dimakanan dan tidak menimbulkan penyakit diantaranya:

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran disetiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya


3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari

pengaruh enzim, aktivitas, mikroba, hewan pengirat, serangga, parasit dan

kerusakan. Kerusakan karena tekanan pemasukan dan pengeringan

(Nugraheni, 2017).

Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu dilusi cair dan padat.

Metode dilusi cair menggunakan untuk mengukur KHM (Kadar Hambatan

Minimum) sementara metode dilusi padat digunakan untuk metode KMB (Kadar

Bakteriosidal Minimum).

Alasan penggunaan medium pada praktikum ini yaitu:

1. NA pada ALT bakteri, karena NA merupakan media kompleks yang

memiliki kandungan nutrisi tinggi yang ekstrak daging, tumbuh-tumbuhan

atau protein sederhana dari sumber lain yang sangat dibutuhkan oleh bakteri

untuk tumbuh dan berkembang, media ini dapat digunakan untuk budidaya

bakteri dan isolasi biakan murni yang mana media ini rutin digunakan

dilaboratorium (Radji,2010).

2. LB dan EMBA pada bakteri Escherichia coli , karena LB merupakan media

pengkaya yang dapat menunjang pertumbuhan bakteri yang memiliki

persyaratan nutrisi yang rumit agar dapat tumbuh dengan optimal,

penambahan tabung durham bertujuan untuk mengetahui apakah sampel

mengandung bakteri atau tidak, dan EMBA merupakan media difensial

yang dapat menumbuhkan beberapa jenis bakteri bakteri dan menyebabkan

koloni-koloni suatu bakteri tertentu mendapatkan bentuk yang khas

(Kusuma, 2009).
3. TSB dan CETA pada bakteri Pseudomonas aeruginosa , karena TSB

merupakan media broth diperkaya untuk isolasi dn pertumbuhan bermacam

mikroorganisme dan CETA merupakan media selektif dan digunakan untuk

isolasi dan diferensiasi Pseudomonas aeruginosa dari berbagai bahan

sampel (Fahmi, M. 2020).

4. SCB dan SSA pada bakteri Salmonella thypi , karena SCB merupakan

medium entrechment selektif dimana media ini khusus digunakan untuk

bakteri gram negatif seperti Salmonella thypi dan Escherichia coli dan SSA

merupakan media selektif untuk mengisolasi kuman Salmonella thypi dan

shigella dari sampel feses, urin dan makanan (Hada, 2011).

5. PW dan VJA pada bakteri Staphylococcus aureus , karena PW merupakan

medium pertumbuhan bakteri cair yang biasanya digunakan untuk

menumbuhkan bakteri jenis vibrio, dan VJA merupakan media kultur yang

solid, selektif dan diferensial khusus untuk isolasi Staphylococcus aureus

(Holic,2020).

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu alat terdiri

dari batang pengaduk, bunsen spiritus, cawan petri, erlenmeyer 250 ml,

erlenmeyer 50 ml, lumpang dan alu, pinset, spoit 1cc, spoit 10cc, rak tabung

reaksi, tabung durham, tabung reaksi dan vial. Sedangkan bahan yang digunakan

terdiri dari alkohol, aquadest steril, Cetremi Agar (CETA), Eosin Methyln Blue

Agar (EMBA), kue lapis, Lactosa Broth (LB), Nutrien Agar (NA), Pepton Water

(PW), Slenite Cystime Broth (SCB), Salmonella Shigella Agar (SSA), Triptic Soy

Broth (TSB) dan Vogel Johnsen Agar (VJA).


Adapun cara kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu diambil 1 ml

sampel dari tiap pengenceran 10-2,10-3 dan 10-4 , kemudian masing-masing

dimasukkan ke dalam cawan petri steril, dituang medium NA dibiarkan memadat,

diinkubasi pada suhu 37°C selama 1x24 jam. Diamati dan dihitung jumlah koloni

bakteri.

Pengujian Escherichia coli pada medium LB dan EMBA yaitu diambil 1 ml

sampel dari tiap pengenceran 10-2,10-3 dan 10-4 , kemudian dimasukkan 9 ml

medium LB ke tabung reaksi dan tabung durham ditetesi 1-3 tetes BTB,

diinkubasi pada suhu 37°C selama 1x24 jam, lalu dituang medium EMBA ke

dalam cawan petri steril, medium LB digoreskan pada medium EMBA, diinkubasi

pada suhu 37°C selama 1x24 jam, diamati jika timbul koloni merah dalam hijau

metalik maka positif untuk Escherichia coli.

Pengujian Pseudomonas aeruginosa pada medium TSB dan CETA yaitu

diambil 1 ml sampel dari tiap pengenceran 10-2,10-3 dan 10-4 , kemudian

dimasukkan 9 ml medium TSB ke tabung reaksi, diinkubasi pada suhu 37°C

selama 1x24 jam, lalu dituang medium CETA ke dalam cawan petri steril,

medium TSB digoreskan pada medium CETA, diinkubasi pada suhu 37°C selama

1x24 jam, diamati jika timbul koloni floresensi hijau biru maka positif untuk

Pseudomonas aeruginosa.

Pengujian Salmonella typhi pada medium SCB dan SSA yaitu diambil 1 ml

sampel dari tiap pengenceran 10-2,10-3 dan 10-4 , kemudian dimasukkan 9 ml

medium SCB ke tabung reaksi, diinkubasi pada suhu 37°C selama 1x24 jam, lalu
dituang medium SSA ke dalam cawan petri steril, medium SCB digoreskan pada

medium SSA, diinkubasi pada suhu 37°C selama 1x24 jam, diamati jika timbul

koloni coklat hitam dengan zona bening maka positif untuk Salmonella typhi.

Pengujian Staphylococcus aureus pada medium PW dan VJA yaitu diambil

1 ml sampel dari tiap pengenceran 10-2,10-3 dan 10-4 , kemudian dimasukkan 9 ml

medium PW ke tabung reaksi, diinkubasi pada suhu 37°C selama 1x24 jam, lalu

dituang medium VJA ke dalam cawan petri steril, medium PW digoreskan pada

medium VJA, diinkubasi pada suhu 37°C selama 1x24 jam, diamati jika timbul

koloni hitam dan zona bening maka positif untuk Staphylococcus aureus.

Berdasarkan percobaan ini diperoleh hasil sampel makanan (kue lapis) ada

yang positif atau mengandung bakteri dan ada yang negatif atau tidak

mengandung bakteri. Hal ini ditunjukkan dengan timbulnya koloni hitam dan

zona bening (positif) pada media VJA dengan bakteri Staphylococcus aureus,

tidak timbulnya koloni merah dalam hijau metalik (negatif) pada media EMBA

dengan bakteri Escherichia coli,tidak timbulnya koloni hijau biru (negatif) pada

media CETA dengan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan timbulnya koloni

coklat hitam denganzona bening (positif) pada media SSA dengan bakteri

Salmonella typhi.

Menurut jurnal penelitian (Nisa Farihatun Inda, 2019) pada media EMBA

tidak ditumbuhi bakteri Escherichia coli dan karna dipengaruhi oleh suhu,

aktivitas air dan pH.


Menurut jurnal penelitian (Poes Ponegoro Milono, 2015) faktor kesalahan

yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri pada sampel yaitu, kondisi

penyimpanannya, pengambilan jumlah sampel dan cara mempersiapkan sampel.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada sampel makanan

(kue lapis) dapat disimpulkan bahwa sampel mengandung bakteri.

B. SARAN

1. ASISTEN

Diharapkan agar lebih mengarahkan praktikan Ketika kegiatan

praktikum berlangsung sehingga praktikan dapat berjalan dengan baik.

2. LABORATORIUM

Diharapkan agar dapat melengkapi alat dan bahan pada laboratorium

sehingga praktikum dapat berjalan dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto Mulono, et al. 2020. “Dasar Mikrobiologi Pangan”. Ilmiah Kesehatan

Azzahra, et al. 2020. “Perbandingan Pertumbuhan Aespesgillus Dumblogatus


Pada Media Instan Modifikasi Casrot Scorose Agar Dan Potato
Dextrose Agar”. Jurnal Mikriobiologi Indonesia.

Dirjen POM III. 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Jakarta: Kementrian
Kesehatan

Fitriana Nur A. Y. eta al. 2019. “Aktivitas Antibakteri Daun Sirih Uji Ekstrak
Kulit (Kadar Bakterisidal Minum)”. Universitas Muhammadiyah.
Indonesia
Fitria Eliza dan Rullen Nia. 2022. “Buku Ajar Sanitasi Makanan dan Minuman”

Habibah. 2016. “Analisis Cemaran Bakteri Coliform dan Identifikasi Eshericia


Coli Pada Air Minum Isi Ulang Dapat Dikelurahan Cabe Lier Kota
Tangerang Selatan”.

Harahap Sari Gyta Dharma. 2021. “Dasar-dasar Mikrobiologi Dan


Penetapannya” Widiana Bhakti Persada. Bandung

Indraswati Denok. 2016. “Kontaminan Makanan” Forum Ilmiah Kesehatan


Forikes

Jamhari Muhammad. 2008. “Uji Mikrobiologi Pada Sampel Makanan dan


Minuman”. Universitas Negeri Medan
Kusuma Ari, et al. 2020. “Uji Teknik Difusi Menggunakan Kertas Saring Media
Tampung Antibiotik Dengan E.coli Sebagai bakteri Uji”. Poltekes
Mataram Indonesia
Kusuma Fitri. 2009. “Uji Biokimia Bakteri”. Universitas Padjasaran

Melinda. 2017. “Medium dan Sterilitas”

Nisa Farihatum Inda. 2019. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan


Bakteri Eshericia Coli pada Makanan Jajanan Pedagang Kaki Lima
Dilingkungan Sekolah Dasar Kacamatan Nagrogot Kabupaten
Nganjuk”. UNS
Nugrahani, Mutiara. 2017. “Food Safety Dan Sanitasi Higiene”. Yogyakarta

Poesponogoro Milono. 2015. “Pokok-Pokok Dalam Analisa Mikrobiologi


Pangan”. Jakarta

Rakhmawati Anna. 2012. “Penyiapan Media Mikroorganisme”. Universitas


Negeri Yogyakarta

Rudi, N.A, et al. 2018. “Identifikasi bakteri Patogen Pada Olahan daging Sapi
Penyebab Keracunan Patogen DiLemanggung Tahun 2018”. Yogyakarta

Septa Wilda. 2015. “Pemeriksaan Bakteri Salmonella Pada Makanan Padat


(Nugget Ayam)”. Universitas Sumatera Barat

Sujaya Nengah. 2017. “Penuntun Praktikum Mikrobiologi”. Program Studi Ilmu


Kesehatan Masyarakat. Unicersitas Udayana
Wahyuningsih, et al. 2018. “Perbandingan Pertumbuhan Bakteri Selulotik Pada
Media Nutrient Broth Dan Carbory Methyl Cellulose”. Institut
Teknologi Sepuluh November

Zakiah Kiki, et al. 2018. “Herbal Healthcare Center”. Institut Teknologi


Bandung
Zayani Notri, et al. 2022. “Batang Pohon Bajakah Tampala Sebagai Peningkat
Imunitas”. PT. Nasya Expanding Management
LAMPIRAN

A. SKEMA KERJA

1. Penyiapan sampel

Disiapkan alat dan bahan yang akan


digunakan

Dilakukan pengerjaan secara aseptis


yaitu tangan dan meja disemprotkan
dengan alcohol 70%.

Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat


pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, kemudian
masing-masing dimasukkan ke dalam 3
seri tabung reaksi yang berisi 9 ml
medium SCB

Tiap tabung reaksi ditutup dengan


sumbat kapas dan masing-masing seri
tabung diikat dengan karet

Diinkubasi pada incubator pada suhu


37o-C selama 1X24 jam. Diamati jika
timbul kekeruhan dan endapan maka
positif
2. Pengujian kuantitatif bakteri

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

Dilakukan pengerjaan secara aseptis yaitu tangan dan meja


disemprotkan dengan alcohol 70%.

Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran 10-2, 10-3,


10-4, kemudian masing-masing dimasukkan ke cawan petri
steril

Dituang medium NA, dan diinkubasi pada incubator suhu 37oC


selama 1X24 jam dan amati

3. Pengujian kualitatif Eshericia coli

Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran 10-2, 10-3,


10-4, masukkan 9 ml medium LB dan tabung durham, ditetesi
1-3 tetes BTB

Diinkubasi pada incubator suhu 37oC selama 1X24 jam dan


kemudian amati jika timbul gas dan perubahan warna.
4. Pengujian kualitatif staphylococcus aureus

Diambil 1 ml sampel dari tiap pengenceran 10-2, 10-3, 10-4,


masukkan 9 ml medium PU

Diinkubasi pada incubator suhu 37oC selama 1X24 jam dan


kemudian amati jika timbul kekeruhan dan endapan

5.

Pengujian kualitatif pseudomonas aureginosa

Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran 10-2, 10-3,


10-4, masukkan 9 ml medium TSB

Diinkubasi pada incubator suhu 37oC selama 1X24 jam dan


kemudian amati jika timbul kekeruhan dan endapan

6. Pengujian kualitatif salmonella thypi

Diambil 1 ml sampel dari tiap tingkat pengenceran 10-2, 10-3,


10-4, masukkan 9 ml medium SCB

Diinkubasi pada incubator suhu 37oC selama 1X24 jam dan


kemudian amati jika timbul kekeruhan dan endapan
7. Pengujian lanjutan eshericia coli

Dituang medium EMBA kedalam cawan petri

Diambil medium LB dan digoreskan menggunakan katembat


pada medium EMBA

Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1X24 jam

8. Pengujian lanjutan staphylococcus aureus

Dituang medium VJA kedalam cawan petri

Diambil medium PW dan digoreskan menggunakan katembat


pada medium CETA

Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1X24 jam

9. Pengujian

lanjutan Dituang medium CETA kedalam cawan petri

pseudomonas aureginosa
Diambil medium TSB dan digoreskan menggunakan katembat
pada medium CETA

Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1X24 jam


10. Pengujian lanjutan

Dituang medium SSA kedalam cawan petri salmonella

thypi

Diambil medium SCB dan digoreskan menggunakan katembat


pada medium SSA

Diinkubasi pada suhu 37oC selama 1X24 jam

B. PERHITUNGAN MEDIA

200 g
1. Nutrient agar (NA) X 200 ml = 4 gram
1000 ml

13 g
2. Lactose Broth (LB) X 200 ml = 2,6 gram
1000 ml

30 g
3. Triptic Soy Broth (TSB) X 200 ml = 6 gram
1000 ml

20 g
4. Pepton water (PW) X 200 ml = 4 gram
1000 ml
C. Gambar

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN


PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN


PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
Ket: PW 10-2,STUDI
PROGRAM 10-3S1-FARMASI
, 10-4 berwarna Ket: PW
PROGRAM
10-2, STUDI
10-3,S1-FARMASI
10-4 keruh ada
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR
kuning sebelum diinkubasi 1X24 jam endapan putih setelah diinkubasi
Ket: SCB 10-2, 10-3, 10-4 berwarna 1X24 jam
kuning sebelum diinkubasi 1X24 jam
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
MIKROBIOLOGI TERAPAN
TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI
PROGRAM STUDI S1-FARMASI
S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS
UNIVERSITAS MEGARESKY
MEGARESKY MAKASSAR
MAKASSAR

Ket: SCB 10-2, 10-3, 10-4 keruh ada


endapan putih setelah diinkubasi
1X24 jam -2
Ket: TSB 10-2, 10-3, 10-4 berwarna Ket: TSB 10 , 10-3, 10-4 kuning pekat
kuning sebelum diinkubasi 1X24 jam setelah 1X24 jam
Ket: LB 10-2, 10-3, 10-4 berwarna
kuning sebelum diinkubasi 1X24 jam

Ket: NA
NA10
10-2-4terdapat
terdapat481
59 koloni
koloni Ket: SSA
LB
NA10
10
10 ,-2 10
-2-3
terdapat
sebelum
-3
, 10-4234
berwarna
inkubasi
koloni1X24
hijau
metalik dan ada gelembung udara
jam
ditabung durham setelah diinkubasi
1X24 jam
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN


PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Ket: SSA MEGARESKY
UNIVERSITAS 10 sebelum
-3
inkubasi
MAKASSAR Ket: SSA MEGARESKY
UNIVERSITAS 10-4 sebelum inkubasi
MAKASSAR
1X24 jam
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN 1X24 jam
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Ket: SSA 10-2MEGARESKY
UNIVERSITAS setelah inkubasi 1X24
MAKASSAR Ket: SSA 10-3MEGARESKY
UNIVERSITAS setelah inkubasi 1X24
MAKASSAR
jam positif bakteri jam positif bakteri

Ket: SSA 10-4 setelah inkubasi 1X24


LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
Ket: CETA 10-2 sebelum inkubasi
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
jam poitif bakteriSTUDI S1-FARMASI
PROGRAM 1X24 jam
PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Ket: CETA MEGARESKY
UNIVERSITAS 10-3 sebelum inkubasi
MAKASSAR Ket: CETA MEGARESKY
UNIVERSITAS 10-4 sebelum inkubasi
MAKASSAR
1X24 jam
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
1X24 jam
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM
PROGRAM STUDI
STUDI S1-FARMASI
S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR
MAKASSAR

Ket: CETA 10-2 setelah inkubasi Ket: CETA 10-3 setelah inkubasi
1X24 jam negatif bakteri 1X24 jam negatif bakteri
Ket: CETA 10-4 setelah inkubasi Ket: EMBA 10-2 sebelum inkubasi
1X24 jam negatif bakteri 1X24 jam
Ket: EMBA
EMBA 10 10-3-2 sebelum
setelah inkubasi Ket: EMBA
EMBA 10 10-4-3 sebelum
setelah inkubasi
1X24 jam negatif bakteri 1X24 jam negatif bakteri
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR UNIVERSITAS MEGARESKY MAKASSAR

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN


PROGRAM STUDI S1-FARMASI PROGRAM STUDI S1-FARMASI
Ket: EMBA MEGARESKY
UNIVERSITAS 10 setelah
-4
inkubasi
MAKASSAR Ket: VJA 10-2-4MEGARESKY
UNIVERSITAS sebelum inkubasi 1X24
MAKASSAR
1X24 jam negatif bakteri
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPAN
Ket:
jam VJA 10 sebelum inkubasi 1X24
PROGRAM STUDI S1-FARMASI jam
Ket: VJA 10-3MEGARESKY
UNIVERSITAS sebelum inkubasi 1X24
MAKASSAR
jam

Ket: VJA 10-2 setelah inkubasi 1X24 Ket: VJA 10-3 setelah inkubasi 1X24
jam positif bakteri jam positif bakteri
Ket: VJA 10-4 setelah inkubasi 1X24
jam positif bakteri

Anda mungkin juga menyukai