Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI III

PERCOBAAN II

IDENTIFIKASI BAKTERI DALAM MAKANAN DAN MINUMAN


SECARA KUALITATIF DAN KUANTITAIF

OLEH

NAMA : SITI SAMSIAR


NIM : A202001090
KELAS : F2
KELOMPOK : IV (EMPAT)
DOSEN : SUGIRENG,S.Si.,M.Si

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemeriksaan air secara mikrobiologis baik secara kualitatif maupun
secara kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukur derajat
pencemaran. Selain adanya mikroorganisme dalam air, juga adanya
bahan organik perlu mendapat perhatian sebab jumlah bahan organik
yang mencemari air sangat mempengaruhi kesuburan  pertumbuhan
mikroorganisme. Bakteri golongan coliform dinyatakan sebagai  bakteri
indikator pencemaran air. Kehadirannya dalam air terutama air sumber MCK
sangat tidak diharapkan. Dalam pemeriksaan bakteri golongan coliform ada
dua macam, yaitu bakteri golongan coliform non fekal dan bakteri coliform
fekal. Coliform non fekal berasal dari he!an atau tanaman yang
sudah mati, misalnya  Enterobacter aerogenes Sedangkan coliform
fekal berasal dari kotoran manusia dan hewan, misalnya  Escherichia
coli.
Untuk mengetahui suatu makanan aman atau tidak untuk dikonsumsi
haruslah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan biologik yaitu melakukan
isolasi dan identifikasi. Dalam proses isolasi dan identifikasi ini dilakukan
pemeriksaan kandungan jumlah dan jenis bakteri. Dengan cara tersebut dapat
diketahui kelayakan makanan untuk dikonsumsi. Keracunan pangan oleh
bakteri dapat berupa intoksifikasi atau infeksi. Intoksifikasi disebabkan oleh
adanya toksin bakteri yang terbentuk didalam makanan pada saat bakteri
bermultiplikasi, sedangkan keracunan pangan berupa infeksi, disebabkan oleh
masuknya bakteri kedalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi dan
tubuh memberikan reaksi terhadap bakteri tersbut. Pengujian mikrobiologi
diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk menetukan mutu dan daya tahan
suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat
keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat
sanitasi makanan tersebut. P e n g u j i a n m i k r o b i o l o g i p a d a s a m p e l
m a k a n a n a k a n s e l a l u m e n g a c u k e p a d a  persyaratan makanan yang
sudah ditetapkan. Berdasarkan hal inilah yang melatar belakangi
dilaksanakannya praktikum ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi
bakteri yang terdapat pada sampel makanan maupun minuman.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum uji kualitatif dan kuantitatif bakteri
dalam makanan dan minuman adalah untuk dapat mengidentifikasi ada
tidaknya bakteri pada sampel makanan dan minuman secara kualitatif dan
kuantitatif.

C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh pada praktikum uji bakteri secara kualitatif
dan kuantitatif pada makanan dan minuman adalah mahasiswa mampu
mengidentifikasi ada tidaknya bakteri pada sampel makanan dan minuman
secara kulaitatif maupun kuantitatif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Perairan alami merupakan habitat atau tempat yang sangat parah terkena
pencemaran. Sehingga rumus kimia air :H2O, merupakan rumus kimia air yang
hanya berlaku untuk air besih seperti aquades, akuademin dan sebagainya. Sedang
untuk air alami yang berada didalam sungai, kolam, danau, laut dan sumber-
sumber lainnya akan menjadi H2O ditambah dengan : faktor yang bersifat biotik
dan faktor yang bersifat abiotik. Faktor-faktor biotik yang terdapat dalam air
terdiri dari; bakteri, fungi, mikroalgae, protozoa, serta virus. Kehadiran mikroba
didalam air mungkin akan mendatangkan keuntungan tetapi juga akan
mendatangkan kerugian (Widianti & Ni Putu, 2016)
Sekitar 80% penyakit yang tertular melalui makanan disebabkan oleh
bakteri pathogen. Pengolahan dengan bahan baku yang tidak higienis seperti air
yang tidak dididihkan terlebih dahulu serta pelayanan yang dijajakan langsung
memungkinkan adanya pencemaran mikroba pada minuman ringan baik melalui
bahan baku yang tidak higienis maupun melalui lingkungan yang tidak bersih.
Kondisi yang demikian memungkinkan minuman ini dapat tercemar bakteri
berbahaya seperti Escherichia coli yang dapat menyebabkan diare, mual, dan
gangguan pencernaan lainnya (Handayani dkk, 2017)
Keamanan pangan menurut UU No. 18 tahun 2012 tentang pangan
menyatakan bahwa makanan yang aman dikonsumsi adalah makanan yang
terbebas dari cemaran fisik, biologis dan kimia. Keamanan pangan tersebut perlu
diperhatikan agar dapat meningkatkan derajat kesehatan dan terhindar dari
berbagai penyakit. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1096/Menkes/Per/VI/2011 yang yang mensyaratkan dalam makanan harus
menunjukkan jumlah cemaran bakteri Escherichia coli yaitu nol (negatif), dengan
kata lain dalam makanan tidak boleh terdapat bakteri Escherichia coli satu koloni
pun (Wardani & Zulia, 2019).
keamanan makanan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah makanan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Analisis mikrobiologi penting dalam menentukan keamanan dan kualitas dari
suatu makanan(Mayaserli & Dwi, 2019). Analisis kuantitatif mikrobiologi pada
bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu bahan pangan tersebut.
Beberapa cara dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad
renik didalam suatu suspensi atau bahan, salah satunya yaitu perhitungan jumlah
sel dengan metode hitung cawan. Prinsip dari metode ini adalah jika sel mikroba
masih hidup ditumbuhkan pada medium agar maka sel tersebut akan berkembang
biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung tanpa menggunakan
mikroskop (Yunita dkk, 2015).
BAB III

METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat


Praktikum uji kualitatif dan kuantitatif bakteri pada makanan dan
minuman dilaksanakan pada hari, jumat 15 juli 2022. Pada pukul 09.00 -
Selesai WITA. Bertempat dilaboratorium Mikrobiologi, Fakultas Sains Dan
Teknologi , Universitas Mandala Waluya Kendari.

B. Alat Dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum uji kualitatif dan
kuantitatif bakteri pada makanan dan minuman adalah sebagai berikut :
1. Alat
Tabel 1.1 Nama alat dan Fungsinya

No Alat Fungsi
1 Pipet tetes Untuk memindahkan atau mengambil
larutan dengan volume kecil
2 Tabung reaksi Sebagai wadah sampel/ larutan yang
akan diuji
3 Timbangan analitik Untuk menimbang media
4 Erlenmeyer Sebagai wadah melarutkan sampel
5 Laminar air flow Sebagai meja steril untuk melakukan
inikulasi
6 Jarum Ose Digunakan untuk inokulasi atau
penggoresan pada media
7 Cawan Petri Sebagai tempat media yang akan
ditumbuhkan bakteri
8 Bunsen Untuk sterilisasi ose sebelum melakukan
inokulasi
2. Bahan
Tabel 1. 2 Nama bahan dan fungsinya

No Bahan Fungsi
1 Sampel (gorengan dan Sebagai sampel yang akan diuji
minuman pop ice)
2 Media SSA Media selektif untuk mengisolasi
kuman salmonella sp
3 Media Mc concay Untuk mengidentifikasi bakteri yang
memfermentasi laktosa
4 Aquades Sebagai pelarut pada sampel

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum uji kualitatif dan kuantitatif pada
makanan dan minuman adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi Bakteri Dalam Minuman
a. Disiapkan sampel Minuman pop ice dimasukkan dalam tabung reaksi.
b. Dilakukan penggoresan pada media SSA dan Mac Conkey dengan
metode zig – zag.
c. Diinkubasi media SSA dan Mac Conkey yang telah berisi sampel
selama 24 jam dalam suhu ruang.
d. Diamati bakteri yang terbentuk pada media SSA dan Mac Conkey
setelah 24 jam.
2. Identifikasi Bakteri pada makanan
a. Disiapkan sampel gorengan yang telah dilarutkan dalam aquades di
dalam tabung reaksi.
b. Dilakukan penggoresan pada media SSA dan Mac Conkey dengan
metode zig – zag.
c. Diinkubasi media SSA dan Mac Conkey yang telah berisi sampel
selama 24 jam dalam suhu ruang.
d. Diamati bakteri yang terbentuk pada media SSA dan Mac Conkey
setelah 24 jam.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Hasil yang diperoleh pada praktikum uji kualitatif dan kuantitatif pada
makanan dan minuman adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1 hasil identfikasi bakteri dalam minuman secara kualitatif dan
kuantitatif.

No. Sampel Media Gambar Keterangan


1. Minuman SSA Tidak
berwarna (Salmonella terbentuk
pop Ice Shigella koloni bakteri
blender Agar) pada media
(negatif)

2. Minuman Mac Conkey Terbentuk warna Terbentuk


berwarna merah dikelilingi warna merah
pop Ice zona keruh dikelilingi
blender zona keruh
pada media
(positif
Escherichia -
Coli)
Tabel 1.2 Hasil Pengamatan identifikasi bakteri dalam makanan secara
kualitatif dan kuantitatif.
No Sampel Media Gambar Keterangan
1 Gorengan SSA Tidak Terbentuk
(Salmonella
koloni bakteri
Shigella
salmonella
Agar)
shigella pada
media (Negatif).

2 Gorengan Mac Conkey Terbentuk warna Terbentuk warna


merah dikelilingi merah
Zona keruh dikelilingi zona
keruh pada
media (positif
Escherichia -
Coli)
B. Pembahasan
Kontaminasi mikrobiologi merupakan kontaminasi yang paling sering
dalam produksi makanan. Pertumbuhan mikroba pada makanan dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah makanan; kelembapan dan
tekanan osmosa; tekanan oksigen; tingkat keasaman; suhu; dan ada tidaknya
penghambat bakteri. Mikroba yang sering mencemari makanan adalah
bakteri. Bakteri merupakan organisme yang sering menyebabkan kontaminasi
pada makanan dengan cara intoksikasi dan dan infeksi. Intoksifikasi
disebabkan oleh adanya toksin bakteri yang terbentuk didalam makanan
maupun minuman pada saat bakteri bermultiplikasi, sedangan keracuanan
pangan berupa infeksi, disebabkan oleh masuknya bakteri kedalam tubuh
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi dan tubuh memberikan
reaksi terhadap bakteri tersebut.
Ada dua jenis intoksifikasi makanan yang disebabkan oleh bakteri
yaitu botulism, karena adanya toksin dalam makanan yang dihasilkan oleh
clostridium botulinum dan intoksifikasi lain yaitu stafilokokkal, yang
disebabkan oleh enterotoksin dari staphylococcus aureus. Sedangkan
keracunan pangan oleh bakteri yang merupakan infeksi, dikelompokan
menjadi dua. kelompok pertama berasal dari makanan yang berfugsi sebagai
pembawa bakteri, misalnya disentri demam tifoid, kolera, brusellosis dan
lain-lain, Kelompok kedua berasal dari makanan yang berfungsi sebagai
media pertumbuhan bakteri, sehingga bakteri dapat berkembang biak,
diantaranya bakteri salmonella, clostridium perfringens, Bacillus cereus, dan
Escherichia coli enteropatogenik.
Kuantitasi mikroba menunjukkan jumlah koloni yang mampu
dibentuk oleh mikroba tertentu. Beberapa koloni bakteri ini, bagi tubuh
manusia akan menyebabkan penyakit. Steril dari  bakteri untuk makanan
terutama minuman, sangat perlu diketahui demi menjaga kesehatan. Air
minum dari berbagai tempat mempunyai jenis-jenis bakteri yang tidak sama.
Untuk air minum hasil penyulingan diharapkan sudah terbebas dari bakteri.
Pemeriksaan makanan dan minuman secara mikrobiologi sangat penting
dilakukan. Pemeriksaan secara mikrobiologi, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat  pencemaran. Standar Air
Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E.
coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO: Dalam
setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform
dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml,
Tidak ada sampel yang mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml,
Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dalam dua sampel yang berurutan.
Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan bakteri pada
sampel makanan yaitu gorengan dan minuman berupa pop ice. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk mengetahui apakah makanan dan minuman tersebut layak
dikonsumsi oleh tubuh sehari-hari. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melalui
isolasi pada media selektif dan identifikasi. Dalam proses isolasi dan
identifikasi ini dilakukan pemeriksaan kandungan jumlah dan jenis bakteri.
Dengan cara tersebut dapat diketahui kelayakan makanan dan minuman untuk
dikonsumsi.
Pada proses isolasi suspensi makanan dan minuman yang sudah
dihomogenisasikan ditanam kedalam media Mc Conkey dan media SSA
dengan penapisan koch menggunakan ose. Kemudian melakukan inkubasi
pada inkubator suhu 35 ℃ selama 24 jam. Setelah di inkubasi kemudian
dilakukan identifikasi koloni yang muncul dalam 24 jam. Pada uji penanaman
di media selektif ini, media yang digunakan adalah Mc Conkey dan SSA. Mc
Conkey Agar adalah media pertumbuhan selektif dan diferensial yang
spesifik untuk bakteri Escherichia coli. Mc Conkey agar digunakan karena
mampu mneydiakan media yang tepat untuk bakteri meragi laktosa. Media ini
mengandung laktosa, garam empedu, dan merah netral sebagai indikator
warna. Media ini akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dengan
adanya garam empedu yang akan membentuk kristal violet. Bakteri gram
negatif yang tumbuh dapat dibedakan dalam kemampuannya
memfermentasikan laktosa berwarna merah bata dan dapat dikelilingi oleh
endapan garam empedu. Endapan ini disebabkan oleh penguraian laktosa
menjadi asam yang beraksi dengan garam empedu. Salmonella Shigella Agar
(SSA) adalah media yang digunakan untuk isolasi dan identifikasi bakteri
Salmonella sp. Media ini memiliki kandungan besi ammonium sitrat yang
bereaksi dengan H2S yang akan menghasilkan endapan hitam pada pusat
koloni.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada sampel makanan gorengan
dan minuman pop ice yang ditanam pada media Mc Conkey agar, tumbuh
bakteri dengan koloni berwarna merah muda dan dikelilingi zona keruh pada
media yang menggambarkan kemungkinan tumbuhnya bakteri Escherichia
coli. Warna merah muda yang terbentuk karena koloni bakteri yang
memfermentasi laktosa dan dapat dikelilingi oleh endapan garam empedu.
Sedangkan pada media SSA baik pada sampel makanan gorengan maupun
minuman pop ice Tidak terbentuk koloni bakteri pada media atau dapat
diartikan kedua sampel tidak mengandung atau terkontaminasi bakteri
salmonela sp.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan dan hasil praktikum dapat diambil
kesimpulan bahwa identifikasi bakteri pada makanan dan minuman secara
kualitatif dan kuantitatif dapat dilakukan dengan melalui pembiakan dalam
media selektif selama 24 jam pada suhu 35 ℃ . Media selektif yang
digunakan adalah media Mc Conkey dan media SSA (Salmonella Shigella
Agar). Hasil yang diperoleh pada pembiakan media Mc Conkey dengan
sampel makanan gorengan dan minuman pop ice adalah tumbuhnya bakteri
dengan koloni berwarna merah muda dan dikelilingi zona keruh pada media
yang menggambarkan kemungkinan tumbuhnya bakteri Escherichia coli.
Sedangkan pada media SSA tidak terbentuk koloni.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum uji kualitatif dan
kuantitatif bakteri pada makanan dan minuman adalah , yaitu untuk proses
pengerjaan sampel sebaiknya dilakukan sesuai prosedur dan diupayakan
sampel tidak tercemar dengan bahan atau mikroba lain , dan benar-benar
menjamin sampel tidak mengalami perubahan sejak sampel diambil.
DAFTAR PUSTAKA

Handayani, Fitri., Reksi Sundu., Dawia. 2017. Identifikasi Bakteri Escherichia

Coli Pada Minuman Teh Kemasan Industri Rumah Tangga Di Kelurahan

Sungai Dama Dan Selili Menggunakan Metode Most Probable Number

(Mpn). Jurnal Ilmiah Manuntung. Vol. 3. No. 1

Mayaserli, Dyna Putri., Dwi Anggrain. 2019. Identifikasi Bakteri Escherichia

Colli Pada Jajanan Bakso Tusuk Di Sekolah Dasar Kecamatan Gunung

Talang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health

Journal). Vol. 6 No. 1

Wardani, Devi Listiana., Zulia Setiyaningrum. 2019. Identifikasi Bakteri

Escherichia Coli Pada Saus Makanan Jajanan Di Sekitar Kampus

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Kesehatan. Vol. 12. No. 2

Widiyanti, Ni Luh Putu., Ni Putu Ristiati. 2016. Analisis Kualitatif Bakteri

Koliform Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singa Raja Bali.

Jurnal Ekologi Kesehatan. Vol. 3. No. 1

Yunita, Merisa., Yusuf Hendrawan., Rini Yulianingsih. 2015. Analisis Kuantitatif

Mikrobiologi Pada Makanan Penerbangan (Aerofood ACS) Garuda

Indonesia Berdasarkan TPC (Total Plate Count) Dengan Metode Pour

Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. Vol. 3 No. 3


LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI III

PERCOBAAN III

UJI KEPEKAAN DAN SENSITIFITAS ANTIMIKROBA

OLEH

NAMA : SITI SAMSIAR


NIM : A202001090
KELAS : F2
KELOMPOK : IV (EMPAT)
DOSEN : SUGIRENG,S.Si.,M.Si

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA


KENDARI

2022

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antibiotik atau jenis-jenis antimikroba lainnya telah umum dikenal
dikalangan masyarakat. Penggunaan dari antibiotik dan antimikroba ini pun
telah meningkat, seiring dengan munculnya berbagai jenis infeksi yang
kemungkinan ditimbulkan oleh jenis bakteri baru ataupun virus baru.
Kenyataannya adalah bahwa penggunaanya dikalangan awam sering
kali disalah a r t i k a n atau disalah gunakan, dalam artian
s e r i n g k a l i p e n a t a l a k s a n a a n d a l a m menangani suatu jenis infeksi
yang tidak tepat, yang berupa pemakaian antibiotik dengan dosis dan lama
terapi atau penggunaan yang tidak tepat, karena kurangnya pemahaman
mengenai antibiotik ini sendiri. Hal ini pulalah yang kemudian hari
merupakan penyebab utama dari timbulnya resistensi dari obat- obat
antibiotik maupun antimikroba terhadap jenis bakteri tertentu.
Dalam percobaan ini akan dilakukan uji sensitivitas, yang merupakan
suatu teknik untuk menetapkan sensitifitas suatu antibiotik dengan mengukur
efek senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu mikroorganisme serta
berhubungan dengan waktu inkubasi untuk melihat antibiotik mana yang
kerjanya lebih cepat menghambat atau membunuh mikroba, antibiotik mana
yang telah resisten dan antibiotik mana yang betul-betul cocok untuk suatu
jenis mikroba. Antibiotik hanya melawan infeksi bakteri dan tidak bekerja
melawan inveksi virus, bronkitis dan gondok. Bateri yang kebal dengan
antibiotik tidak dapat dibunuh dengan obat tersebut pada dosis yang sama.
Berdasarkan hal inilah yang melatar belakangi dilaksanakannya praktikum
untuk uji pada beberapa antibiotik terhadap bakteri staphylococcus aureus
untuk mengetahui besar sensitif, resistensi, intermediet, dan zona hambat dari
setiap antibiotik.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum uji kepekaan dan sensitifitas
antimikroba adalah untuk dapat mengetahui ada tidaknya potensi antibakteri
dari suatu senyawa antimikroba secara difusi paper disk.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat yang diperoleh pada praktikum uji kepekaan dan sensitifitas
antimikroba adalah mahasiswa mampu mengetahui ada tidaknya potensi
antibakteri dari suatu senyawa antimikroba secara difusi paper disk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri penyebab infeksi telah mengembangkan perlindungan terhadap


senyawa biokimia lingkungan, dan untuk resisten terhadap antibiotik yang
berbahaya bagi mereka. Resistensi mikroorganisme patogen tersebut memberikan
perlindungan terhadap intervensi kemoterapi antibiotik dan dapat menyebabkan
infeksi yang menjadi lebih sulit untuk disembuhkan (Soleha, 2015). Antibiotik
adalah substansi yang diproduksi oleh mikroorganisme sebagai metabolit
sekunder dan dalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan atau
membunuh organisme lain. Jadi, antibiotik adalah bahan antimikroba yang
dihasilkan oleh organisme hidup (Sumampouw, 2018).
Meluasnya penggunaan antibiotik yang tidak tepat menimbulkan berbagai
permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan, terutama resistensi
bakteri terhadap antibiotik. Resistensi primer merupakan resistensi yang menjadi
sifat alami mikroorganisme. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya enzim pengurai
antibiotik pada mikroorganisme sihingga secara alami mikroorganisme dapat
menguraikan antibiotik (Muhammad dkk, 2017).
Uji sensitivitas antibiotik merupakan tes yang digunakan untuk menguji
kepekaan suatu bakteri terhadap suatu antibiotik. Uji sensitivitas bertujuan untuk
mengetahui efektifitas dari suatu antibiotik. Uji sensitivitas dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu : difusi cakram(difussion test), pengenceran atau
dilusi( dilusi test), antimicrobial gradient dan short automated instrumen system.
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah
metode difusi agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah disekitar kertas cakram
(paperdisk) yang tidak ditumbuhi oleh mikoorganisme (Kusuma et al, 2019)
Metode Difusi Cakram merupakan penentuan aktivitas agen antibiotik
terhadap bakteri. Cakram yang berisi agen antibiotik diletakkan pada media agar
yang telah diinokulasikan bakteri tertentu yang akan berdifusi pada agar media
tersebut. Adanya area jernih menunjukkan adanya daya hambat pertumbuhan
bakteri oleh agen antibiotik pada permukaan agar darah. Metode ini dalam
penerapannya di laboratorium sangat mudah dan murah. Kriteria dalam
interpretasi lebih direkomendasikan untuk gram positif seperti dari Streptococcus
dan Staphylococcus (Sariadji & Masri, 2019)
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kepada kemampuan
antibiotik tersebut untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak
yang efektif bekerja terhadap bakteri gram positif karena permeabilitas dinding
selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri gram negatif. Jadi suatu antibiotik
dikatakan mempunyai spectrum sempit aabila mampu menghmabat pertumbuhan
bakteri gram positif, sednagkan antibiotik berspektrum luas jika pertumbuhan
bakteri gram ositif dan bakteri gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik
tersebut (Perkasa dkk, 2019)
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat


Praktikum uji kepekaan dan sensitivitas antimikroba dilaksanakan
pada hari, jumat 15 juli 2022. Pada pukul 09.00 - Selesai WITA. Bertempat
dilaboratorium Mikrobiologi, Fakultas Sains Dan Teknologi , Universitas
Mandala Waluya Kendari.
B. Alat Dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum uji kepekaan dan
sensitivitas bakteri adalah sebagai berikut :
1. Alat
Tabel 1.1 Nama alat dan fungsinya
No Alat Fungsi
Cawan petri Sebagai tempat media yang akan
1.
ditumbuhkan bakteri
Mikropipet Untuk memindahkan larutan dalam
2.
skala kecil
Tabung eppendorf Untuk tempat melarutkan/
3.
mereaksikan larutan
Jarum ose Digunakan untuk inokulasi atau
4.
penggoresan pada media
Kertas cakram untuk menempatkan berisi sejumlah
5.
antibiotik
Lampu spirtus (bunsen) Untuk sterilisasi ose sebelum
6.
melakukan inokulasi
Label Sebagai identitas atau label pada
7.
sampel uji
Laminar air flow Sebagai meja steril untuk melakukan
8.
inikulasi

2. Bahan
Tabel 1.2 Nama bahan dan fungsinya
No Bahan Fungsi
1. Ekstrak jeruk nipis Sebagai sampel yang akan diuji
2. Ekstrak kunyit Sebagai sampel yang akan diuji
3. Ekstrak jahe Sebagai sampel yang akan diuji
4. Ekstrak bawang merah Sebagai sampel yang akan diuji
5. Aquades Untuk melarutkan sampel/ larutan
Media NA Media tempat menginokulasi
6.
antimikroba dengan bakteri uji
Bakteri pathogen Sebagai bakteri uji terhadap
7.
antimikroba
8. Klorofonikol Sebagai kontrol positif

C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum uji kepekaan dan sensitivitas
antimikroba adalah sebagai berikut :
1. Ditanamkan atau digoreskan bakteri pathogen pada media NA
2. Disiapkan ekstrak sampel (jeruk nipis, perasan kunyit, ekstrak jahe, dan
ekstrak bawang merah)
3. Disiapkan 4 tabung eppendorf dengan 4 campuran yang berbeda beda di
masing masing sampel
4. Ditabung 1 dimasukkan 100% ekstra sampel
5. Di tabung 2 dimasukkan 50% yang teridi dari 100µl aquadest dan 100µl
ekstrak sampel
6. Ditabung 3 dimasukkan 25% yang terdiri dari aquadest 75µl dan 25µl
ekstrak sampel
7. Ditabung 4 dimasukkan klorofonikol yang telah dihaluskan lalu
dicampurkan aquades secukupnya hingga larut
8. Dihomogenkan masing masing larutan hingga tercampur rata
9. Disterilkan jarum ose menggunakan spirtus di dalam laminar air flow
10. Diabil kertas cakram lalu masing masing dimasukkan kedalam tabung
yang berisi larutan
11. Disimpan kertas cakram pada media yang telah ditandai dengan kertas
lebel yang berada di bawah cawan petri
12. Disimpan pada suhu ruang selama 24 jam dan diamati zona bening/zona
tumbuh
13. Dukur menggunakan mistar lalu di ukur diameternya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Hasil yang diperoleh pada praktikum uji kepekaan dan sensitivitas
bakteri adalah sebagai berikut :
No Sampel Gambar Zona tumbuh/ Keterangan
zona hambat
1. Ekstrak Terdapat zona
jeruk klofonikol bening/zona
nipis - klofonikol = hambat
25% 50mm disekitar kertas
- 25% jeruk = cakram pada
50% semua
10mm
konsentrasi
- 50% jeruk = ekstrak jeruk
100%
10 mm nipis
- 100% jeruk
= 9 mm
2. Ekstrak Terdapat zona
kunyit 25% bening/zona
- klofonikol = hambat
50% 20mm disekitar kertas
- 25% kunyit cakram pada
100% semua
= 8mm
konsentrasi
- 50% kunyit ekstrak kunyit
= 10 mm
klofonikol - 100% kunyit
= 8 mm
3. Ekstrak 50% Tidak Terdapat
jahe zona
- klofonikol = bening/zona
hambat
20mm disekitar kertas
klofonikol - 25% jahe =
cakram pada
0 mm semua
- 50% jahe = konsentrasi
100%
0 mm ekstrak jahe
25% - 100% jahe =
0 mm

Zona
No Sampel Gambar Tumbuh/ Keterangan
Zona Hambat
4. Ekstrak Tidak Terdapat
bawang 25% klofonikol = zona
merah 20 mm bening/zona
25% bawang hambat
klofonikol merah = 0 disekitar kertas
cakram pada
mm
semua
50% bawang konsentrasi
100%
merah = 0 ekstrak bawang
mm merah
50%
100% bawang
merah = 0
mm

B. Pembahasan
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas untuk
tumbuh dan berkembang. Kadangkala pertumbuhan dan perkembangan
mikroorganisme tersebut dapat terganggu akibat pengaruh dari luar maupun
dari mikroba itu sendiri. Salah satu pengaruh yang paling berkompeten adalah
senyawa antimikroba. Antimikroba adalah senyawa yang dapat mengahambat
atau membunuh mikroorganisme. Zat antimikroba merupakan suatu senyawa
berupa komponen alami semisintesis atau sintesis yang dapat membunuh
mikroorganisme atau menghambat mikroorganisme. Antibiotik adalah
senyawa kimia organik yang dihasilkan oleh mikroba dan memiliki berat
molekul rendah. Senyawa tersebut akan menghambat pertumbuhan bakteri
dalam konsentrasi yang rendah.
Berdasarkan toksisitas selektifnya, antibiotik dapat bersifat
bakteriostatik dan bakteriosidal. Kelompok pertama menghambat
pertumbuhan atau perkembangan bakteri, sedangkan kelompok kedua bekerja
mematikan bakteri. Bakteriosidal merupakan antibiotik yang mempengaruhi
pembentukan dinding sel atau permeabilitas membran, sedangkan
bakteriostatik adalah antibiotik yang bekerja pada sintesis protein. Antibiotik
dalam melakukan efeknya harus dapat mempengaruhi bagian-bagian vital sel
seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural. Menurut Usmiati
(2012), cara kerja senyawa antibiotik dalam melakukan efeknya terhadap
mikroorganisme adalah : Menghambat metabolisme sel; menghambat sintesis
dinding sel; menghambat sintesis protein;menghambat sintesis asam nukleat;
mengganggu keutuhan membran sel.

Antibiotik memiliki mekanisme kerja terhadap bakteri diantaranya,


menghambat sintesis protein bakteri memiliki efek bakteriosidal atau
bakteriostatik dengan cara mengganggu sintesis protein tanpa mengganggu
sel-sel normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein; Menghambat
sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisidal dengan cara memecah
enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dindingsel;
menghambat sintesa folat; mengubah permeabilitas membran sel memiliki
efek bakterisidal dan bakterostatik dengan menghilangkan permeabilitas
membran dan oleh karena hilangnya substansi seluler menyebabkan sel
menjadi lisis; mengganggu sintesis DNA.

Beberapa hal yang mempengaruhi kerja antibiotik adalah diantaranya:


konsentrasi atau intensitas antibiotik. Semakin tinggi konsentrasi
antibiotiknya, maka semakin banyak bakteri yang akan terbunuh dan lebih
tepat bila konsentrasi senyawa tersebut lebih tinggi; Jumlah mikroorganisme,
semakin banyak jumlah mikroorganisme yang ada, maka semakin banyak
pula waktu yang diperlukan untuk membunuhnya; Suhu, kenaikan suhu dapat
meningkatkan keefektifan senyawa antibiotik. Hal ini disebabkan senyawa
kimia dapat merusak mikroorganisme melalui reaksi kimia dan laju reaksi
kimia dapat dipercepat dengan meninggikan suhu; Spesies mikroorganisme,
menunjukan ketahanan yang berbeda-beda terhadap suatu bahan kimia
tertentu; Adanya bahan organik. Adanya bahan organik asing dapat
menurunkan keefektifan zat antibiotik dengan cara menonaktifkan bahan
kimia tersebut.

Resisten adalah kemampuan dari bakteri atau mikroorganisme lain


untuk menahan efek antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri
dapat merubah diri sedemikian rupa hingga dapat mengurangi efektivitas dari
suatu obat, bahan kimia ataupun zat lain yang sebelumnya dimaksudkan
untuk menyemuhkan atau mencegah penyakit infeksi. Akibatnya bakteri
tersebut tetap dapat bertahan hidup dan bereproduksi sehingga makin
membahayakan. Menurut Soleha (2015), resistensi bakteri dapat terjadi
melalui mekanisme berikut ini : pengurangan akses antibiotik ke target pori
pada membran luar, inaktivasi enzim β -Lactamase, Modifikasi atau proteksi
target resistensi terhadap β -Lactamase, Kegagalan aktivasi antibiotik, dan
Efluks aktif antibiotik.

Menurut Singleton (2006), salah satu metode konvesional yang


digunakan untuk menentukan sensitivitas bakteri adalah metode difusi kertas
cakram. Metode ini merupakan metode pengujian sensitivitas bakteri secara
kualitatif. Metode kertas cakram merupakan metode yang biasa digunakan
untuk menguji aktivitas antimikroba suatu antibiotik terhadap
mikroorganisme patogen penyebab penyakit. Metode ini lebih dikenal dengan
metode Kirby-Bauer. Inokulum bakteri pada metode ini ditanam secara
merata pada permukaan agar. Kertas cakram yang mengandung antibiotik
diletakan pada permukaan agar dan dibiarkan berdifusi kedalam media
sekitarnya. Hasilnya dilihat zona hambat antibiotik terhadap pertumbuhan
bakteri. Ukuran zona jernih tergantung kepada kecepatan difusi antibiotik,
derajat sensitivitas mikroorganisme dan kecepatan pertumbuhan bakteri.
Adanya zona hambat pada media menunjukan aktivitas antibiotik dalam
menghambat pertumbuhan mikroorganisme.

Metode Kirby-Bauer atau kertas cakram memiliki kelebihan dan


kekurangan. Kelebihan dari metode ini adalah mudah dilakukan, tidak
memerlukan peralatan khusus dan relatif murah, sedangkan kelemahannya
adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung oleh kondisi inkubasi,
inokulum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan medium. Apabila
keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode kertas cakram
relatif sulit untuk diintepretasikan. Selain itu metode cakram ini tidak dapat
diaplikasikan pada mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan
mikroorganisme yang bersifat anaerob obligat.

Berdasarkan hasil pengamatan uji kepakaan dan sensitivitas


antimikroba menggunakan metode kertas cakram didapatkan zona jernih pada
S. aureus menggunakan antibiotik Klofonikol, ekstrak jeruk nipis, dan ekstrak
kunyit , sedangkan pada ekstrak bawang merah dan ekstrak jahe tidak
didapatkan zona jernih. Dalam hal ini ekstrak bawang merah dan ekstrak jahe
adalah resistant.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan dan hasil praktikum dapat dismpulkan bahwa
Uji sensitivitas bakteri secara kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan
metode difusi kertas cakram (Kirby-Bauer). Hasil yang diperoleh pada uji
kepekaan dan sensitivitas menggunakan metode kertas cakram yaitu
didapatkan zona jernih pada S. aureus menggunakan antibiotik Klofonikol,
ekstrak jeruk nipis, dan ekstrak kunyit , sedangkan pada ekstrak bawang
merah dan ekstrak jahe tidak didapatkan zona jernih. Dalam hal ini ekstrak
bawang merah dan ekstrak jahe adalah resistant.

B. Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum uji kepekaan dan
sensitivitas antimikroba adalah , yaitu untuk proses pengerjaan sampel
sebaiknya dilakukan sesuai prosedur dan diupayakan sampel tidak tercemar
dengan bahan atau mikroba lain , dan benar-benar menjamin sampel tidak
mengalami perubahan sejak sampel diambil.
DAFAR PUSTAKA

Kusuma, Ari., Yuriska Safitri., Annisa Yuniarni., Kurnia Rizki. 2019. Uji Teknik

Difusi Menggunakan Kertas Saring Media Tampung Antibiotik Dengan

Escherichia Coli Sebagai Bakteri Uji. Jurnal Kesehatan Prima. Vo. 13.

No. 2

Muhammad, Adzkie., Nunuk Aries Nurulita., Arif Budiman. 2017. Penyebab

Infeksi Saluran Kmeih Pada Pasien Rawat Inap Di RSUD Prof. DR

Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Pharmacy. Vol. 14. No. 2

Perkasa, Genta Sapta Bayu., Armen Nainggolan., Yudha Lestira Dhewantara.

2019. Uji Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri Aeromonas

hydrophilla Dan Edwardsiella tarda Skala Laboratorium (Invitro). Jurnal

Satya Minabahari. Vol. 5. No. 1

Sariadji, Kambang., Masri Sembiring. 2019. Kajian Pustaka : Uji Kepekaan

Antibiotik pada Corynebacterium diphtheriae. Jurnal Biotek Medisiana

Indonesia Vol. 8. No. 2

Soleha, Tri Umiana. 2015. Uji Kepekaan Terhadap Antibiotik. Juke Unila. Vol. 5.

No. 9
Sumampouw, Oksfriani Jufri. 2018. Uji Sensitivitas Antibiotik Terhadap Bakteri

Escherichia Coli Penyebab Diare Balita Di Kota Manado. Journal Of

Current Pharmaceutical Sciences. Vol. 2. No. 1

Anda mungkin juga menyukai