Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH IMUNOSEROLOGI II

UJI TUBEX

OLEH

KELOMPOK III

HAIRULLAH : A202001092
HERAWATI : A202001087
SITI SAMSIAR : A202001090
LADY WAHYUNI : A202001053
AYU NURFADILAH. S : A202001054
KHUSNUL AMELIA : A202001055
OVIN : A202001073
FIRDA NURUL MEILANI : A202001101

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM


MEDIK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,


atas rahmat dan hidayah-nya sehingga makalah Uji Tubex ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam penulisan makalah ini masih ada kekurangan dalam
penyusunannya sehingga saran dan kritik yang membangun penulis
harapkan untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Kendari, 22 juli 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................i

Kata Pengantar......................................................................ii

Daftar Isi................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................1

A. Latar Belakang.............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................ 2
C. Tujuan Penulisan..........................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................3

BAB III PEMBAHASAN......................................................7

A. Pengertian Tubex.........................................................7
B. Metode Dan Prinsip Kerja Tubex...............................8
C. Cara Kerja Tubex........................................................9
D. Cara Membaca Hasil Tes Tubex.................................10
E. Kelebihan Dan Kekurangan Tubex............................10

BAB IV PENUTUP...............................................................12

A. Kesimpulan...................................................................12
B. Saran..............................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................14

LAMPIRAN JURNA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella
enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia yang timbul secara sporadik endemik dan
ditemukan sepanjang tahun. Insidensi demam tifoid di Indonesia
cukup tinggi akibat tingginya urbanisasi, kontaminasi sumber air,
resistensi antibiotik, penegakkan diagnosis terlambat, serta belum ada
vaksin tifoid yang efektif.
Demam tifoid sekilas seperti penyakit ringan dengan gejala
klinik tidak khas. Gejala klinik demam tifoid yang timbul bervariasi,
dari ringan sampai dengan berat, asimtomatik hingga disertai
komplikasi. Gejala klinik demam tifoid pada minggu pertama sakit
yaitu berupa keluhan demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, serta perasaan tidak
enak di perut, dan dapat disertai batuk atau ditemukan adanya
epistaksis.
Diagnosis klinik demam tifoid sulit ditegakkan karena
manifestasi kliniknya tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan
laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid. Tubex-TF adalah
sarana penunjang diagnosis demam tifoid yang relatif baru dipasarkan,
dengan prosedur pemeriksaan cukup sederhana, dan hasilnya relatif
cepat diperoleh yaitu sekitar ± 1 jam. Tubex-TF adalah pemeriksaan
in vitro untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen

1
lipopolisakarida (LPS) O9 kuman Salmonella typhi yang terdapat
dalam serum penderita, interpretasi hasil pemeriksaan secara
semikuantitatif. Antigen lipopolisakasida (LPS) O9 hanya ditemukan
pada Salmonella typhi serogrup D.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tubex?
2. Bagaimana metode dan prinsip kerja tubex?
3. Bagaimana cara kerja tubex?
4. Bagaimana cara membaca tubex?
5. Apa keunggulan dan kekurangan tubex?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tubex.
2. Untuk mengetahui metode dan prinsip kerja tubex.
3. Untuk mengetahui cara kerja tubex.
4. Untuk mengetahui membaca tubex.
5. Untuk mengetahui keunggulan tubex.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang bersifat akut, dapat


disebabkan oleh Salmonella serotipe typhi, Salmonella serotipe paratyphi
A, B dan C, ditandai dengan demam berkepanjangan, bakteremia tanpa
perubahan pada sistem endotel, invasi dan multiplikasi bakteri dalam sel
pagosit mononuklear pada hati dan limpa. 1 Penyakit ini merupakan
penyakit menular yang dapat terjadi di negara beriklim tropis maupun sub
tropis.2 Manifestasi klinis demam tifoid dimulai dari yang ringan (demam
tinggi, denyut jantung lemah, sakit kepala) hingga berat (perut tidak
nyaman, komplikasi pada hati dan limfa). (Setiana dan Angga, 2016).

Demam adalah gejala utama tifoid. Suhu tubuh sering turun naik.
Pagi lebih rendah dan normal, sore dan malam lebih tinggi. Dari hari
kehari intensitas demam makin tinggi. Dan demam dapat diartikan suatu
keadaan peningkatan suhu yang merupakan bagian dari respon pertahanan
organisme multiseluler (host) terhadap invasi mikrorganisme yang
patogenik yang dianggap asing oleh host. Penigkatan sushu diatas normal
(37,2℃ ) sudah dapat dikatakan bahwa pasien mengalami demam.(
Mustofa dkk, 2020)

Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi berbentuk batang, gram


negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella
(bergerak dengan rambut getar).1 Salmonella typhi mempunyai 3 macam
antigen, yaitu : 2,4 1) Antigen O; 2) Antigen H; dan 3) Antigen Vi.
Antigen O (Antigen somatic), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh
bakteri. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau

3
disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol
tetapi tidak tahan terhadap formaldehid. Sedangkan Antigen H (Antigen
Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari bakteri.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol. Antigen Vi
yang terletak pada kapsul (envelope) dari bakteri yang dapat melindungi
bakteri terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut di atas di
dalam tubuh penderita akan menimbulkan pada pembentukan 3 macam
antibodi yang lazim disebut aglutinin.( Kusumaningrat & I Wayan, 2017)

Sebagian bakteri Salmonella yang lolos akan segera menuju ke usus


halus tepatnya di ileum dan jejunum untuk berkembang biak. Bila sistem
imun humoral mukosa (IgA) tidak lagi baik dalam merespon, maka
bakteri akan menginvasi kedalam sel epitel usus halus (terutama sel M)
dan ke lamina propia. Di lamina propia bakteri akan difagositosis oleh
makrofag. Bakteri yang lolos dapat berkembang biak didalam makrofag
dan masuk ke sirkulasi darah (bakterimia I).( Levani & Aldo,2020)

Bakteri Salmonella typhi dapat menular dan menginfeksi manusia


tanpa memperhatikan usia ataupun jenis kelamin, penularan bakteri
Salmonella typhi 5F yaitu Food (makanan), Finger (jari tangan/kuku),
Vomitus (muntah), Fly (lalat) dan Feses. Salmonella typhi menyebabkan
demam tifoid dapat menyebar melalui tinja dan muntahan penderita
demam tifoid. Makanan dan minuman yang tercemar sehingga bakteri
mudah masuk dan menyebabkan infeksi (Herman et al, 2021)

4
Terjadinya peningkatan jumlah kasus demam tifoid disebabkan
karena demam tifoid merupakan penyakit yang multifaktorial artinya
banyak faktor yang dapat memicu terjadinya demam tifoid antara lain
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sanitasi lingkungan, personal
hygiene, serta tempat tinggal si penderita yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit tersebut (Ulfa & Oktia, 2018)

Penegakan diagnosis demam tifoid hanya dengan melihat tanda-


tanda klinis sulit dilakukan karena tidak spesifiknya tanda-tanda dan
gejala yang timbul. Gejala klinis demam tifoid yang timbul pada minggu
pertama sakit yaitu keluhan demam, nyeri kepala, malaise dan gangguan
gastrointestinal. Adapun kategori suhu tubuh untuk mengetahui keluhan
demam terdiri dari yaitu Hipotermi bila suhu tubuh kurang dari 36°C,
normal bila suhu tubuh berkisar antara 360C sampai dengan 37,5°C,
Febris/pireksia/demam bila suhu tubuh antara 37,5°C sampai dengan
40°C, Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C. (Ilham dkk, 2017).

TUBEX TF merupakan suatu test cepat dengan metode


Inhibition Magnetic Binding Immunoassay (IMBI) yang dapat
mendeteksi IgM yang spesifik terhadap antigen O9 S. typhi yang
terdapat dalam serum penderita. Interpretasi dari hasil pemeriksaan
ini bersifat semikuantitatif, yaitu dengan membandingkan warna yang
timbul pada hasil reaksi pemeriksaan dengan warna standar yang memiliki
skor yang terdapat pada kit TUBEX TF. (Herlinawati,2022)

Tes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif


sederhana yang cepat ( lebih kurang 2 menit). Sensitivitasnya mampu
ditingkatkan melalui penggunaan partikel    berwarna, sedangkan
spesifisitasnya ditingkatkan dengan penggunaan antigen O9, antigen ini

5
spesifik dan khas pada Salmonella serogrup D. Tes ini mendeteksi adanya
antibodi IgM. Respon terhadap antigen O9 berlangsung cepat karena
antigen O9 bersifat imunodominan yang mampu merangsang respon imun
Hal ini menguntungkan, sebab   deteksi anti‐O9 dapat dilakukan lebih
cepat, yaitu pada hari ke 4‐5 ( infeksi primer ) dan hari ke 2‐3 ( infeksi
sekunder ). ( Pratama dan wiradewi, 2019).

Antigen LPS O-9 sangat spesifik terhadap salmonella serogrup D


karena mengandung gula yang sangat jarang yaitu epitop .-D-tyvelose
sehingga reaksi silang dengan kuman salmonella nontyphi atau non-
salmonella typhi sangat kecil terjadi. Antigen LPS O-9 adalah tipe
thymus-independent, sangat imunogenik dan responsif terutama pada
anak.Prosedur mudah, praktis, tidak perlu tenaga terlatih dan hasilnya
cepat.( Marleni et al, 2017).

6
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tubex
Tubex merupakan alat diagnostik demam tifoid yang
diperoduksi oleh IDL Biotech, Sollentuna, Sweden. Tes ini sangat
cepat 5-10min, simpel, dan akurat. Tes tubex ini menggunakan
sistem pemeriksaan yang unik dimana tes ini mendeteksi serum
antibody immunoglobulin M (Ig M) terhadap antigen O9
(LPS) yang sangat spesifik terhadap bakteri salmonella typhi.
Tubex-TF merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan dalam
diagnosis infeksi demam tifoid karena memungkinkan antibodi IgM
dapat terdeteksi dengan mudah dan cepat dari serum pasien. Tubex
adalah tes aglutinasi kompetitif semi-kuantitatif yang dirancang
untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap antigen kuman
Salmonella typhi. Sebanyak 45µl lipopolikasarida Salmonella typhi
yang dilapisi oleh partikel magnetik dicampur dengan 45µl serum
pasien, kemudian 90µl larutan yang mengandung antibody anti
monoklonal, sebagai antibodi kompetitif, ditambahkan. Campuran
tersebut ditempatkan pada magnet. Intesitas warna yang telah
disediakan. Tubex tampaknya menjadi tes yang ideal untuk
membantu dalam diagnosis tifoid. Tes ini cepat, sederhana, dan
mudah digunakan dan untuk skrining.

7
Gambar tersebut menunjukkan tabung reaksi yang berbentuk V
dengan penyangga magnet di bawahnya serta skala warna. Gambar
tersebut memperlihatkan kemungkinan hasil muncul,yang didapat
dibaca pada skala warna.
B. Metode Dan Prinsip Kerja Tubex
Metode dari tes tubex ini adalah mendeteksi antibody melalui
kemampuannya untuk memblok ikatan antara reagent monoclonal
anti-O9 s.typhi (antibody-coated indicator particle) dengan
r e a g e n t antigen O 9 s . t y p h i ( antigen-coated magnetic particle)
sehingga terjadi pengendapan dan pada akhirnya tidak terjadi
perubahan warna.
Prinsip kerja dari tes tubex yaitu ketika partikel magnet yang
diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latex
antibody-coated indicator particle yang diselimuti oleh anti-s typhi
LPS (O9) antibody,maka kedua jenis partikel ini akan berikatan
satu dengan yang lain. Ketika pada akhir  eksperimen tabung
berbentuk V tempat terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas
magnet stand maka antigen-coated magnetic particle akan
tersedimentasi dibawah tabung. Begitu juga blue latek particle
yang telah berikatan dengan antigen-coated magnetic particle akan
ikut tersedimentasi pada bagian bawah tabung. Sehingga
terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah.

8
Hasil tes tubex akan bernilai positif (pasien terindikasi
menderita penyakit demam tifoid) apabila tidak terjadi
perubahan warna (tetap berwarna biru). Hal ini menunjukan
terdapatnya anti-s typhi O9 antibody yang mampu
menghambat ikatan antara antigen-coated magnetic particle dengan
blue latex antibody-coated indicator  particle. Tes tubex
merupakan tes yang subjektif dan semiquantitative dengan
cara membandingkan warna yang terbentuk pada reaksi
dengan tubex color scale yang tersedia. Range dari color scale
adalah dari nilai 0 (warna paling merah) hingga nilai 10(warna paling
biru).

C. Cara Kerja Tubex


Cara kerja dari tes tubex adalah sebagai berikut :
1. Masukkan 45µl antigen-coated magnetic particle (Brown reagent)
pada reaction container yang disediakan (satu set yang terdiri dari
enam tabung berbentuk V)
2. Masukan 45µl serum sampel (serum harus jernih), lalu campurkan
keduanya dengan menggunakan pipette tip
3. Inkubasi dalam 2 menit
4. Tambahkan 90µl antibody-coated indicator particle (Blue
reagent)
5. Tutup tempat reaksi tersebut dengan menggunakan strip, lalu ubah
posisitabung dari vertikal menjadi horisontal dengan sudut 90°
Setelah itugoyang-goyangkan tabung kedepan dan kebelakang
seperti pada gambar 2selama 2 menit. Perlakuan ini bertujuan utuk
memperluas bidang reaksi.

9
6. Pada akhir proses reaksi ini tabung berbentuk V ini diletakkan
diatas magnet stand  lalu diamkan selama 5 menit untuk
membiarkan terjadi proses pemisahan (pengendapan). Pembacaan
skor hasil dari reaksi ini dilakukan dengan cara mencocokkan
warna yang terbentuk pada akhir reaksi dengan skor yang
tertera pada color scale.

D. Cara Membaca Tubex


Adapun cara membaca tes tubex adalah sebagai berikut menurut
IDL Biotech 2008:
1. Nilai <2 menunjukan nilai negative (tidak ada indikasi
demam tifoid)
2. Nilai 3 inconclusive score dan memerlukan pemeriksaan
ulang.
3. N i l a i 4 m e n u n j u k a n p o s i t i f l e m a h
4. Nilai >5 menunjukan nilai positif (indikasi kuat terjadi
demam tifoid).
 Nilai tubex yang menunjukan nilai positive ditambah dengan
symptom dan sign yang sesuai dengan gejala demam tifoid,
merupakan indikasi yang sangat kuat terjadinya demam tifoid.

E. Keunggulan dan Kekurangan Tubex


Keunggulan pemeriksaan tubex adalah sebagai berikut :
1. Mendeteksi secara dini infeksi akut akibat Salmonella typhi,
karena antibodi Ig M muncul pada hari ke-3 terjadinya demam
2. Pemeriksaannya sangat mudah, karena menggunakan satu langkah
sederhana mudah dikerjakan

10
3. Hasil dapat diperoleh lebih cepat
4. Sampel darah yang dibutuhkan sangat sedikit
5. Mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi mendeteksi
Salmonella typhi

Kekurangan dari tes tubex adalah sebagai berikut :

1. Hasil test bersifat subjektif karena hasil tes tersebut dibaca dengan
atau telanjang. Pada reaksi yang kuat (skor 5 atau lebih tinggi)
mungkin tidak menimbulkan masalah dalam pembacaan hasil tes
interpretasi hasil positif. Sedangkan pada reaksi yang lemah (skor 3
atau 4) memerlukan beberapa pertimbangan dalam
menginterpretasikan hasilnya.
2. Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pada spesimen hemolisi
karena interprestasi hasil pada test tubex berdasarkan atas
perubahan warna.
3. Tes tubex mungkin menghasilkan positif palsu pada orag terinfeksi
Salmonella Enterica Serotype Enteritidis sehingga hasil ini
menyebabkan penangananya menjadi tidak tepat terutama dalam
pemberian antibiotik. Hal ini disebabkan karena Salmonella
enteriditis yang merupakan sel group D non-typhoidal Salmonella
memiliki kemiripan dengan Salmonella typhi pada antigen 09.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Tes tubex ini menggunakan sistem pemeriksaan yang unik
dimana tes ini mendeteksi serum antibody immunoglobulin M
(Ig M) terhadap antigen O9 (LPS) yang sangat spesifik
terhadap bakteri salmonella typhi.
2. Prinsip kerja tes tubex adalah partikel indikator yang dilapisi
antibodi monoklonal akan berikatan dengan partikel magnetik
yang dilapisi dengan antigen. Antibodi pasien akan berikatan
dengan partikel magnetik yang dilapisi dengan antigen dan
mencegah partikel indikator berikatan dengan partikel magnetik.
3. Sebanyak 45µl lipopolikasarida Salmonella typhi yang dilapisi
oleh partikel magnetik dicampur dengan 45µl serum pasien,
kemudian 90µl larutan yang mengandung antibody anti
monoklonal, sebagai antibodi kompetitif, ditambahkan.
Campuran tersebut ditempatkan pada magnet. Intesitas warna
yang telah disediakan.
4.  Nilai tubex yang menunjukan nilai positive ditambah dengan
symptom dan sign yang sesuai dengan gejala demam tifoid,
merupakan indikasi yang sangat kuat terjadinya demam
tifoid.
5. Mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi mendeteksi
Salmonella typhi .Kekurangan tubex adalah mudah
terkontaminasi dengan bakteri dan dapat mempengaruhi hasil
reaksi karena adanya antibiotic.

12
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah apabila
dalam proses pemeriksaan demam tifoid metode tubex ,harus selalu
memperhatikan proses tiga tahapan pengerjaan mulai dari pra analiti,
analitik dan pasca analitiknya dan melakukan pemeriksaan dengan
teliti.

13
DAFTAR PUSTAKA

Herlinawati., 2022. Perbandingan interpretasi hasil uji tubex TF dan


ELISA pada pemeriksaan IgM anti Salmonella Typhi. Nusantara
Hasana Journal, vol. 1 no. 1

Herman., Herdiana., Nurhadaya., Muawwana., Muhammad Nasir. 2021.


Profil Pemeriksaan Uji Widal Berdasarkan Karakteristik Penderita
Demam Tifoid. Jurnal Media Analis Kesehatan. Vol. 12. No. 2

Ilham., Jusak Nugraha., Marijam Purwanta., 2017. Deteksi IgM anti


Salmonella enterica serovar typhi dengan pemeriksaan tubex TF
dan typhidot-M. Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19 no. 2.

Kusumaningrat, Ida Bagus Verry., I Wayan Putu Sutirta Yasa. 2017. Uji
Tubex Untuk Diagnosis Demam Tifoid Di Laboratorium Klinik
Nikki Medika Denpasar. Universitas Udayana .Denpasar.

Levani, Yelvi., Aldo Dwi Prastya. 2020. Demam Tifoid : Manifestasi


Klinis, Pilihan Terapi Dan Pandangan Dalam Islam. Jurnal Berkala
Ilmiah Kedokteran. Vol. 3. No. 1

Mustofa, Festy Ladyani., Rakhmi Rafie., Ghina Salsabilla. 2020.


Karakteristik Pasien Demam Tifoid pada Anak dan Remaja
diRumah Sakit Pertamina Bintang Amin Lampung. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Sandi Husada. Vol. 9. No. 2

Pratama I Gede Krisna Dan A.A Wiradewi lestari, 2019. Efektifitas tubex
sebagai metode diagnosis cepat demam tifoid. ISM vol 2.no.1

14
Setiana Ghaida Putri dan Angga Prawira Kautsar., 2016. Perbandingan
metode diagnosis demam tifoid. Jurnal Farmaka, vol. 14 no. 1

Ulfa, Farissa., Oktia Woro Kasmini Handayani. 2018. Kejadian Demam


Tifoid di Wilayah Kerja Puskesmas Pagiyanten. Higeia Journal Of
Public Health Research And Development. Vol. 2.No.2

15

Anda mungkin juga menyukai