UJI TUBEX
OLEH
KELOMPOK III
HAIRULLAH : A202001092
HERAWATI : A202001087
SITI SAMSIAR : A202001090
LADY WAHYUNI : A202001053
AYU NURFADILAH. S : A202001054
KHUSNUL AMELIA : A202001055
OVIN : A202001073
FIRDA NURUL MEILANI : A202001101
KENDARI
2022
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................................................i
Kata Pengantar......................................................................ii
Daftar Isi................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................1
A. Latar Belakang.............................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................ 2
C. Tujuan Penulisan..........................................................2
A. Pengertian Tubex.........................................................7
B. Metode Dan Prinsip Kerja Tubex...............................8
C. Cara Kerja Tubex........................................................9
D. Cara Membaca Hasil Tes Tubex.................................10
E. Kelebihan Dan Kekurangan Tubex............................10
BAB IV PENUTUP...............................................................12
A. Kesimpulan...................................................................12
B. Saran..............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................14
LAMPIRAN JURNA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid adalah penyakit akibat infeksi bakteri Salmonella
enterica serotipe typhi. Demam tifoid masih merupakan masalah
kesehatan di Indonesia yang timbul secara sporadik endemik dan
ditemukan sepanjang tahun. Insidensi demam tifoid di Indonesia
cukup tinggi akibat tingginya urbanisasi, kontaminasi sumber air,
resistensi antibiotik, penegakkan diagnosis terlambat, serta belum ada
vaksin tifoid yang efektif.
Demam tifoid sekilas seperti penyakit ringan dengan gejala
klinik tidak khas. Gejala klinik demam tifoid yang timbul bervariasi,
dari ringan sampai dengan berat, asimtomatik hingga disertai
komplikasi. Gejala klinik demam tifoid pada minggu pertama sakit
yaitu berupa keluhan demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, serta perasaan tidak
enak di perut, dan dapat disertai batuk atau ditemukan adanya
epistaksis.
Diagnosis klinik demam tifoid sulit ditegakkan karena
manifestasi kliniknya tidak khas, maka diperlukan pemeriksaan
laboratorium penunjang diagnosis demam tifoid. Tubex-TF adalah
sarana penunjang diagnosis demam tifoid yang relatif baru dipasarkan,
dengan prosedur pemeriksaan cukup sederhana, dan hasilnya relatif
cepat diperoleh yaitu sekitar ± 1 jam. Tubex-TF adalah pemeriksaan
in vitro untuk mendeteksi antibodi IgM terhadap antigen
1
lipopolisakarida (LPS) O9 kuman Salmonella typhi yang terdapat
dalam serum penderita, interpretasi hasil pemeriksaan secara
semikuantitatif. Antigen lipopolisakasida (LPS) O9 hanya ditemukan
pada Salmonella typhi serogrup D.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tubex?
2. Bagaimana metode dan prinsip kerja tubex?
3. Bagaimana cara kerja tubex?
4. Bagaimana cara membaca tubex?
5. Apa keunggulan dan kekurangan tubex?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tubex.
2. Untuk mengetahui metode dan prinsip kerja tubex.
3. Untuk mengetahui cara kerja tubex.
4. Untuk mengetahui membaca tubex.
5. Untuk mengetahui keunggulan tubex.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demam adalah gejala utama tifoid. Suhu tubuh sering turun naik.
Pagi lebih rendah dan normal, sore dan malam lebih tinggi. Dari hari
kehari intensitas demam makin tinggi. Dan demam dapat diartikan suatu
keadaan peningkatan suhu yang merupakan bagian dari respon pertahanan
organisme multiseluler (host) terhadap invasi mikrorganisme yang
patogenik yang dianggap asing oleh host. Penigkatan sushu diatas normal
(37,2℃ ) sudah dapat dikatakan bahwa pasien mengalami demam.(
Mustofa dkk, 2020)
3
disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol
tetapi tidak tahan terhadap formaldehid. Sedangkan Antigen H (Antigen
Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari bakteri.
Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap
formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol. Antigen Vi
yang terletak pada kapsul (envelope) dari bakteri yang dapat melindungi
bakteri terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen tersebut di atas di
dalam tubuh penderita akan menimbulkan pada pembentukan 3 macam
antibodi yang lazim disebut aglutinin.( Kusumaningrat & I Wayan, 2017)
4
Terjadinya peningkatan jumlah kasus demam tifoid disebabkan
karena demam tifoid merupakan penyakit yang multifaktorial artinya
banyak faktor yang dapat memicu terjadinya demam tifoid antara lain
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, sanitasi lingkungan, personal
hygiene, serta tempat tinggal si penderita yang dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit tersebut (Ulfa & Oktia, 2018)
5
spesifik dan khas pada Salmonella serogrup D. Tes ini mendeteksi adanya
antibodi IgM. Respon terhadap antigen O9 berlangsung cepat karena
antigen O9 bersifat imunodominan yang mampu merangsang respon imun
Hal ini menguntungkan, sebab deteksi anti‐O9 dapat dilakukan lebih
cepat, yaitu pada hari ke 4‐5 ( infeksi primer ) dan hari ke 2‐3 ( infeksi
sekunder ). ( Pratama dan wiradewi, 2019).
6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tubex
Tubex merupakan alat diagnostik demam tifoid yang
diperoduksi oleh IDL Biotech, Sollentuna, Sweden. Tes ini sangat
cepat 5-10min, simpel, dan akurat. Tes tubex ini menggunakan
sistem pemeriksaan yang unik dimana tes ini mendeteksi serum
antibody immunoglobulin M (Ig M) terhadap antigen O9
(LPS) yang sangat spesifik terhadap bakteri salmonella typhi.
Tubex-TF merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan dalam
diagnosis infeksi demam tifoid karena memungkinkan antibodi IgM
dapat terdeteksi dengan mudah dan cepat dari serum pasien. Tubex
adalah tes aglutinasi kompetitif semi-kuantitatif yang dirancang
untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap antigen kuman
Salmonella typhi. Sebanyak 45µl lipopolikasarida Salmonella typhi
yang dilapisi oleh partikel magnetik dicampur dengan 45µl serum
pasien, kemudian 90µl larutan yang mengandung antibody anti
monoklonal, sebagai antibodi kompetitif, ditambahkan. Campuran
tersebut ditempatkan pada magnet. Intesitas warna yang telah
disediakan. Tubex tampaknya menjadi tes yang ideal untuk
membantu dalam diagnosis tifoid. Tes ini cepat, sederhana, dan
mudah digunakan dan untuk skrining.
7
Gambar tersebut menunjukkan tabung reaksi yang berbentuk V
dengan penyangga magnet di bawahnya serta skala warna. Gambar
tersebut memperlihatkan kemungkinan hasil muncul,yang didapat
dibaca pada skala warna.
B. Metode Dan Prinsip Kerja Tubex
Metode dari tes tubex ini adalah mendeteksi antibody melalui
kemampuannya untuk memblok ikatan antara reagent monoclonal
anti-O9 s.typhi (antibody-coated indicator particle) dengan
r e a g e n t antigen O 9 s . t y p h i ( antigen-coated magnetic particle)
sehingga terjadi pengendapan dan pada akhirnya tidak terjadi
perubahan warna.
Prinsip kerja dari tes tubex yaitu ketika partikel magnet yang
diselimuti oleh antigen (s.typhi LPS) dicampurkan dengan blue latex
antibody-coated indicator particle yang diselimuti oleh anti-s typhi
LPS (O9) antibody,maka kedua jenis partikel ini akan berikatan
satu dengan yang lain. Ketika pada akhir eksperimen tabung
berbentuk V tempat terjadinya proses reaksi diatas diletakan diatas
magnet stand maka antigen-coated magnetic particle akan
tersedimentasi dibawah tabung. Begitu juga blue latek particle
yang telah berikatan dengan antigen-coated magnetic particle akan
ikut tersedimentasi pada bagian bawah tabung. Sehingga
terjadi perubahan warna dari biru menjadi merah.
8
Hasil tes tubex akan bernilai positif (pasien terindikasi
menderita penyakit demam tifoid) apabila tidak terjadi
perubahan warna (tetap berwarna biru). Hal ini menunjukan
terdapatnya anti-s typhi O9 antibody yang mampu
menghambat ikatan antara antigen-coated magnetic particle dengan
blue latex antibody-coated indicator particle. Tes tubex
merupakan tes yang subjektif dan semiquantitative dengan
cara membandingkan warna yang terbentuk pada reaksi
dengan tubex color scale yang tersedia. Range dari color scale
adalah dari nilai 0 (warna paling merah) hingga nilai 10(warna paling
biru).
9
6. Pada akhir proses reaksi ini tabung berbentuk V ini diletakkan
diatas magnet stand lalu diamkan selama 5 menit untuk
membiarkan terjadi proses pemisahan (pengendapan). Pembacaan
skor hasil dari reaksi ini dilakukan dengan cara mencocokkan
warna yang terbentuk pada akhir reaksi dengan skor yang
tertera pada color scale.
10
3. Hasil dapat diperoleh lebih cepat
4. Sampel darah yang dibutuhkan sangat sedikit
5. Mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi mendeteksi
Salmonella typhi
1. Hasil test bersifat subjektif karena hasil tes tersebut dibaca dengan
atau telanjang. Pada reaksi yang kuat (skor 5 atau lebih tinggi)
mungkin tidak menimbulkan masalah dalam pembacaan hasil tes
interpretasi hasil positif. Sedangkan pada reaksi yang lemah (skor 3
atau 4) memerlukan beberapa pertimbangan dalam
menginterpretasikan hasilnya.
2. Kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pada spesimen hemolisi
karena interprestasi hasil pada test tubex berdasarkan atas
perubahan warna.
3. Tes tubex mungkin menghasilkan positif palsu pada orag terinfeksi
Salmonella Enterica Serotype Enteritidis sehingga hasil ini
menyebabkan penangananya menjadi tidak tepat terutama dalam
pemberian antibiotik. Hal ini disebabkan karena Salmonella
enteriditis yang merupakan sel group D non-typhoidal Salmonella
memiliki kemiripan dengan Salmonella typhi pada antigen 09.
11
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tes tubex ini menggunakan sistem pemeriksaan yang unik
dimana tes ini mendeteksi serum antibody immunoglobulin M
(Ig M) terhadap antigen O9 (LPS) yang sangat spesifik
terhadap bakteri salmonella typhi.
2. Prinsip kerja tes tubex adalah partikel indikator yang dilapisi
antibodi monoklonal akan berikatan dengan partikel magnetik
yang dilapisi dengan antigen. Antibodi pasien akan berikatan
dengan partikel magnetik yang dilapisi dengan antigen dan
mencegah partikel indikator berikatan dengan partikel magnetik.
3. Sebanyak 45µl lipopolikasarida Salmonella typhi yang dilapisi
oleh partikel magnetik dicampur dengan 45µl serum pasien,
kemudian 90µl larutan yang mengandung antibody anti
monoklonal, sebagai antibodi kompetitif, ditambahkan.
Campuran tersebut ditempatkan pada magnet. Intesitas warna
yang telah disediakan.
4. Nilai tubex yang menunjukan nilai positive ditambah dengan
symptom dan sign yang sesuai dengan gejala demam tifoid,
merupakan indikasi yang sangat kuat terjadinya demam
tifoid.
5. Mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang tinggi mendeteksi
Salmonella typhi .Kekurangan tubex adalah mudah
terkontaminasi dengan bakteri dan dapat mempengaruhi hasil
reaksi karena adanya antibiotic.
12
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan oleh penulis adalah apabila
dalam proses pemeriksaan demam tifoid metode tubex ,harus selalu
memperhatikan proses tiga tahapan pengerjaan mulai dari pra analiti,
analitik dan pasca analitiknya dan melakukan pemeriksaan dengan
teliti.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kusumaningrat, Ida Bagus Verry., I Wayan Putu Sutirta Yasa. 2017. Uji
Tubex Untuk Diagnosis Demam Tifoid Di Laboratorium Klinik
Nikki Medika Denpasar. Universitas Udayana .Denpasar.
Pratama I Gede Krisna Dan A.A Wiradewi lestari, 2019. Efektifitas tubex
sebagai metode diagnosis cepat demam tifoid. ISM vol 2.no.1
14
Setiana Ghaida Putri dan Angga Prawira Kautsar., 2016. Perbandingan
metode diagnosis demam tifoid. Jurnal Farmaka, vol. 14 no. 1
15