Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI I

PERCOBAAN II

UJI IN VITRO IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM SALISILAT DALAM


MAKANAN ATAU OBAT

OLEH

NAMA : SITI SAMSIAR

NIM : A202001090

KELAS : F2

KELOMPOK : II (DUA)

DOSEN : SYAWAL ABDURRAHMAN,S.Si.,M.Si

ASISTEN : PEBRI YULIANA

LABORATORIUM KIMIA TERPADU


PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIM MEDIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
KENDARI
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena
dapat digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti
antiseptik dan analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang
farmasi. Turun asam salisislat yang paling umum di gunakan adalah asam asetil
salisilat (asetosal). Asetosal sering di gunakan untuk mengurangi sakit kepala,
inflanmasi, nyeri,sendi, juga beberapa pengobatan serangan jantung dan stroke
kepada orang tua. Asam salisilat dan turunanya termaksud dalam golongan obat
antiinflanmasi non seteroid obat-obatan yang bekerja dengan cara menghambat
enzim siklooginase sehingga menyebabkan konversi asam arikodonat menjadi
prostatgladin yang terganggu, yang merupakan salah satu enzim penting yang
terlibat dalam proses metabolisme asam arakidonat.
Bahan obat asam salisilat dengan dosis yang tepat dapat memberikan
efek terapeutik yang diinginkan, namun pada penggunaan secara terus menerus
dapat menyebabkan kerusakan pada kulit. Penggunaan topikal asam salisilat
dengan konsentrasi tinggi, pada daerah kulit yang luas, pada kulit yang rusak
dan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan keracunan sistemik
akut. Penggunaan pada sediaan kosmetik seperti serbuk tabur yang mengandung
asam salisilat, meskipun menjadikan kulit tampak mulus namun membuat kulit
lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari, pemaikaian bertahun-tahun dapat
mengendap dikulit dan dapat menyebabkan kulit tampak biru kehitaman dan
dapat memicu timbulnya kanker kulit.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum uji in vitro identifikasi senyawa asam salisilat
dalam makanan atau obat adalah untuk dapat mengetahui ada atau tidaknya
senyawa asam salisilat dalam sampel makanan atau obat.

C. Manfaat Praktikum
Manfaat pada pada praktikum uji in vitro identifikasi senyawa asam
salisilat dalam makanan atau obat adalah mahasiswa mampu mengetahui ada
atau tidaknya senyawa asam salisilat dalam sampel makanan atau obat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Asam asetilsalisilat bekerja sebagai analgesik antipiretik dengan menghambat


prostaglandin yang dibentuk dari metabolisme asam arakidonat dengan katalisator
enzim siklooksigenase. Asam asetilsalisilat memiliki efek samping, diantaranya
terhadap pernafasan dan saluran cerna yang dapat menyebabkan perdarahan lambung
berat. (Tamayanti dkk, 2016). Asam salisilat merupakan zat anti jerawat sekaligus
keratolitik yang lazim diberikan secara topikal adapun struktur molekulnya. Bekerjanya
dengan memecah struktur desmosom pada korneosit dengan cara menghilangkan ikatan
kovalen lipid intraselular disekitar keratinosit. Pemakaian asam salisilat pada
konsentrasi tinggi juga sering mengakibatkan iritasi lokal dan peradangan akut. Untuk
mengurangi absorpsinya pada penggunaan topikal maka asam salisilat tidak digunakan
dalam penggunaan jangka lama dalam konsentrasi tinggi, pada daerah yang luas pada
kulit dan pada kulit rusak. Kadar Asam salisilat yang boleh digunakan tidak lebih dari
2%. (Hadisoebroto & Senadi, 2019)
Ekstraksi secara umum merupakan suatu proses pemisahan zat aktif dari suatu
padatan maupun cairan dengan menggunakan bantuan pelarut. Ekstraksi padat-cair
(leaching) adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut (solut) dari suatu
campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut (inert) dengan menggunakan
pelarut cair. Proses yang terjadi didalam leaching ini biasanya disebut juga dengan
difusi. Prinsip proses ekstraksi yaitu: Pelarut ditransfer dari bulk menuju ke
permukaan.Pelarut menembus masuk atau terjadi difusi massa pelarut pada permukaan
padatan inert ke dalam pori padatan. (intraparticle diffusion). Zat terlarut (solut) yang
ada dalam padatan larut kedalam pelarut lalu karena adanya perbedaan konsentrasi.
Campuran solut dalam pelarut berdifusi keluar dari permukaan padatan
inert.Selanjutnya, zat terlarut (solut) keluar dari pori padatan inert dan bercampur
dengan pelarut yang ada pada luar padatan.( Prayudo et al, 2015)
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan
diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih
dahulu. Ada beberapa target ekstraksi, diantaranya Senyawa bioaktif yang tidak
diketahui, Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme, dan Sekelompok senyawa
dalam suatu organisme yang berhubungan secara struktural.( Mukhriani, 2014).
Uji kualitatif menggunakan uji warna dilakukan dengan penambahan pereaksi
FeCl3. Pada asam salisilat terdapat gugus fenol, oleh karena itu apabila ditambahkan
dengan pereaksi FeCl3, maka akan menghasilkan perubahan warna menjadi ungu. Uji
kualitatif dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pada metode , lempeng
KLT dipanaskan di dalam oven selama 30 menit dengan suhu 105oC untuk
menguapkan molekul air yang terkandung pada pusat serapan dari penjerap, sehingga
pada proses saat elusi, lempeng KLT mampu menyerap dan berikatan dengan sampel
secara optimal. (Wardana dkk, 2022).
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Uji In vitro Identifikasi Senyawa Asam Salisilat dalam
Makanan atau Obat dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 8 Juli 2022 pada
pukul 13.00-selesai WITA.Bertempat dilaboratorium kimia terpadu Program
Studi D-IV Teknologi Laboratorium, Medis Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Mandala Waluya Kendari.

B. Alat dan Bahan


Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum Uji In vitro
Identifikasi Senyawa Asam Salisilat dalam Makanan atau Obat adalah sebagai
berikut:
1. Alat
Tabel 1.1 Alat-alat yang digunakan pada praktikum dan fungsinya

No Nama Alat Fungsi

1. Corong pisah Untuk memisahkan ekstrak cair

2. Neraca Analitik Untuk mengukur sampel dalam ukuran yang


kecil

3. Erlenmeyer Sebagai Wadah mereaksikan sampel

4. Cawan Porselen Untuk untuk menyimpan ekstrak murni pare

5. Kaca Arloji Untuk penutup pada sampel

6. Gelas Kimia Untuk tempat mereaksikan sampel

7. Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan

8. Pipet Tetes Untuk mengambil larutan

9. Pipet Volume Untuk mengambil cairan dengan satu ukuran


tertentu dengan ketelitian yang tinggi

10 Pipet Kapiler Untuk mengektrak sampel cairan


.

11 Batang Pengaduk Untuk mengaduk larutan uji


.

12 Pensil Untuk mengaris dan menulis pada kertas plat


. KLT

13 Cutter Untuk Plat KLT


.

14 Mistar Besi Untuk mengukur plat KLT yang akan


. digunakan

15 Pengering Untuk mengerikan Plat KLT setelah


. penetesan ekstraksi

16 Gelas Kaca Untuk menampung sampel sementara


.

17 Plat KLT Untuk memisahkan campuran yang tidak


. volatif

18 Lampu Sinar UV Untuk melihat migrasi sampel pada Plat KLT


.

19 Evaparator Untuk mengevaporasi larutandan sampel


. pada ektrak pare

20 Corong Pisah sebagai proses ekstraksi atau pemisahan


. cairan.

21 Tabung Reaksi Untuk mereaksikan larutan


.

22 Rak Tabung Sebagai tempat tabung reaksi


.

23 Kertas Saring Untuk memisahkan partikel suspense dari


. cairan untuk memisahkan antara zat terlarut
dari zat padat
24 Pot Sampel kaca Sebagai wadah hasil ekstrak pare
.

25 Kapas Untuk menutup wadah ekstrak pare


.

26 Hot Plate Untuk memanaskan atau menghangatkan


. sekaligus mencampurkan atau
menghomogenkan larutan kimia

27 Toples kaca Untuk wadah maserasi pare


.

28 Gunting Untuk memotong kertas saring dan plat KLT


.

2. Bahan
Tabel 1.2 Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum dan fungsinya

No Nama Bahan Fungsi

1. Buah pare Sebagai sampel uji senyawa asam salisilat

2. Aquadest Sebagai penguap etanol

3. Eter Sebagai media eksraksi untuk memisahkan


asam asetat maupun asam organik

4. FeCL3 6.5% Sebagai pemberi warna ungu karena


mengandng larutan fenol

5. Asam Salisilat Sebagai pemfraksi sampel

6. Etil Sebagai pemfraksi sampel

7. Aseton Sebagai pembersih pada sampel

8. Etanol Sebagai pelarut non polar dan polar

9. N.Heksana Sebagai pemfraksi sampel


C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada praktikum Uji In vitro Identifikasi Senyawa
Asam Salisilat dalam Makanan atau Obat adalah sebagai berikut :
1. Tahap ekstraksi dan fraksionasi golongan senyawa toksik
a. Dicuci dan dibersihakn sampel pare dengan air kemudian dibagi menjadi
beberapa bagian lalu diiris tipis – tipis
b. Dikeringkan sampel pare kemudian dihaluskan dengan blender
c. Diencerkan dengan larutan etanol 300ml
d. Didiamkan selama 24 jam
e. Disaring ampas dan didiamkan pada suhu ruang dan ekstrak dilarutkan
dengan etanol 300ml didiamkan dalam suhu ruang
f. Dilakukan evaporasi dengan alat evaporator
g. Dimasukkan ekstrak pari 2-3ml pada tabung 1
h. Ditambah etanol 3-5ml kemudian ditambahkan asam salisilat 3-3 tetes
i. Dilarutkan dengan cara dihomogenkan
j. Dibagi rata pada tabung 2 dan tabung 3
k. Ditambahkan 2ml etil pada tabung 2 lalu dihomogenkan
l. Ditambahkan 2ml n heksana pada tabung 3 lalu dihomogenkan
m. Dikeringkan ketiga tabung fraksi tersebut.

2. Tahap pemisahan dan pemurnian


a. Diukur plat KLT 4cm lalu dipotong kemudian diberi label (T = total, E =
etil asetat, N = n heksana dan S = standar)
b. Dipipet 5 ml etanol lalu diletakan pada tabung
c. Dipipet n heksana 1 ml, etil 1 ml lalu dituangkan pada gelas kaca untuk
tempat pencelupan plat KLT
d. Diteteskan aseton pada masing – masing sampel lalu dihomogenkan
e. Dipipet sampel berfraksi etil menggunkan pipet kapiler lalu diteteskan
pada plat KLT berlabel E
f. Dipipet sampel berfraksi asam salisilat menggunakan pipet kapiler lalu
diteteskan pada plat KLT berlabel S
g. Dipipet sampel berfraksi n heksana menggunakan pipet kapiler lalu
diteteskan pada plat KLT berlabel N
h. Dicelupkan plat KLT pada gelas kaca yang berisi n heksana dan etil
i. Ditunggu sampai eluen sampel berimigrasi hingga mencapai garis batas
pada plat KLT
j. Diamati sinar UV untuk melihat panjang imigrasi sampel pada plat KLT
( UV ungu = 254 Nm dan UV hijau = 366 Nm ).

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum
Hasil pada praktikum Uji In vitro Identifikasi Senyawa Asam Salisilat
dalam Makanan atau Obat adalah sebagai berikut :
Tabel 1. 3 Hasil Pengamatan Identifikasi Senyawa Asam Salisilat
No Gambar Keterangan
1. Fraksi heksana
1 2 2. Fraksi etil
3. Fraksi asam salisilat
1.

eluen mengimigrasi sampel pada


plat KLT

2.
Tampak Eluen yang megimigrasi
sampel pada sinar UV hijau 366Nm
3 (Nampak asam salisilat)

Tampak Eluen yang mengimigrasi


sampel pada sinar UV ungu 254 Nm
4

B. Pembahasan
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting
dalam kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi
karena dapat digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti
antiseptik dan analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang farmasi
. Sebagai antiseptik, asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan
selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel
epidermis dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel
dermis. Setelah beberapa hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan-lapisan
kulit yang baru . Oleh karena itu, asam salisilat biasanya digunakan untuk obat
topikal.
Senyawa- senyawa yang bersifat karatolitik dan antiseptik biasa di
gunakan untuk mencegah penyakit kulit seperti ada yang penyakit lain lain yang
dapat yang di lakukan atau pun gatal-gatal di daerah tubuh tertentu dan salah
satu bahan yang sering di gunakan adalah asam salisilat. Asam salisilat
merupakan zat yang anti sekaligus karatolik yang lazim di berikan secara
topikal. Penggunaan serbuk tabur atau karatolik merupakan usaha yang akan
mengurangi ketebalan interraseluler dalam selaput tanduk dengan cara
melarutkan buah tanaman pare tersebut dan dapat menyebabkan desintregrasi
dan dapat menyebabbkan penyakit yang bisa di timbulkan pada tanaman pare
tersebut dan agar di ketahui damana adanya asam salisilat tersebut.
Uji kualitatif menggunakan uji warna dilakukan dengan penambahan
pereaksi FeCl3. Pada asam salisilat terdapat gugus fenol, oleh karena itu apabila
ditambahkan dengan pereaksi FeCl3, maka akan menghasilkan perubahan warna
menjadi ungu. Asam salisilat akan berubah menjadi ungu jika FeCl3
ditambahkan, karena asam salisilat mempunyai gugus fenol, pembentukan warna
ungu karena terjadinya pembentukan kompleks antara Fe dengan OH- yang
masih terikat pada asam salisilat. Uji dengan FeCl3 berguna untuk mengetahui
apakah gugus OH fenolik masih terdapat dalam struktur senyawa hasil sintesis.
Uji ini dilakukan dengan diteteskan FeCl3, bila larutan berubah warna menjadi
ungu/biru tua, maka senyawa tersebut memiliki gugus OH fenolik pada
strukturnya.
Analisis kuantitatif dilakukan menggunakan metode validasi dengan
instrumen spektrofotometri UV-Vis. Metode ini mempunyai keuntungan
sensitif, batas deteksinya rendah, mudah, akan tetapi kelemahannya adalah perlu
perlakuan awal untuk menghilangkan unsur-unsur penganggu, dan
menggunakan beberapa macam bahan kimia sebagai pereaksi. Identifikasi
struktur senyawa secara spektrofotometer digunakan untuk mengetahui gugus-
gugus fungsi dan sidik jari pada senyawa hasil identifikasi senyawa asam
salisilat. Uji kualitatif dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Pada
metode , lempeng KLT dipanaskan di dalam oven selama 30 menit dengan suhu
105oC untuk menguapkan molekul air yang terkandung pada pusat serapan dari
penjerap, sehingga pada proses saat elusi, lempeng KLT mampu menyerap dan
berikatan dengan sampel secara optimal.
Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% . pemberian
habrun tidak berwarna atau serbuk berwarna putih . Menunjukan reaksi yang ada
pada tanaman buah pare orgonoleptis pada asam salisilat berasal asam dan
berbau dan berbentuk srbuk halus pada sampel pare tersebut. Larut di dalam
aquades dan tidak larut dalam aqua dan kliroform yang akan larut dalam air
karena kadar air yang di berikan hanya sedikit dan koloroform yang di berikan
tidak pekat. Berbeda dengan sampel-sampel yang lain yang bisa larut di dalm air
dan dapat di ketahui cepat hasilnya sudah tercampur dengan bahan lain.
Asam salisilat hanya memiliki efek antiperetik dan anageltik yang
rendah. Karena timbulnya rangsangan pada mukosa lambung akibat di perlukan
dosis tinggi maka asam salisilat hanya di pergunakan dalam bentuk garamnya.
Turunanya yang terpenting adalah asam asetil salisilat yang aktivitas analgetik
tetapi juga bisa di gunakan dalam pemeriksaan yang lain dan dapat pula di
ketahui apa apa saja yang terkandung di dalam sampek pare tersebut. Asetosel
sering di gunakan untuk mengurangi penyakit – penyakit yang ada di dalam
tubuh dan beberapa pengobatan serangan jantung dan stroke pada orang tua .
Salisilat termasuk dalam golongan obat inflanmasi nonsteroid , untuk
menghambat mekanisme kerja kerja enzim sikloogenase pada pusat termogelator
,di hepotalamus di gunakan sebagai analgetik pada bahan pare tersebut.
Berdasarkan pada praktikum diperoleh hasil pada identifikasi senyawa asam
salisilat pada sampel pare yaitu terdapat adanya senyawa atau nampak asam
salisilat di dalam sampel pare.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini untuk dapat mengetahui ada tidaknya
senyawa asam salisilat di dalam tumbuhan atau obat ialah di dalam sampel yang
kita gunakan ialah sampel pare terdapat adanya senyawa atau nampak asam
salisilat di dalam sampel pare.
B. Saran
Saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini yaitu untuk proses
pengerjaan sampel sebaiknya dilakukan sesuai prosedur dan lebih berhati-hati,
terutamanya terhadap bahan-bahan kimia berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA

Hadisoebroto, Ginayati., Senadi Budiman. 2019. Penetapan Kadar Asam Salisilat pada

Krim Anti Jerawat yang Beredar di Kota Bandung dengan Metode

Spektrotometri Ultra Violet. Jurnal Kartika Kimia. Vol. 2. No. 1

Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif.

Jurnal Kesehatan. Vol. VII No. 2

Prayudo, Ayndri Nico., Okky Novian., Setyadi., Antaresti. 2015. Koefisien Transfer

Massa Kurkumin Dari Temulawak. Jurnal Ilmiah Widya Teknik. Vol. 14. No. 1

Tamayanti, Wahyu Dewi., Ratna Megawati Widharna., Caroline., Bambang Soekarjo.

2016. Uji Aktivitas Analgesik Asam 2-(3-(Klorometil)Benzoiloksi)Benzoat

Dan Asam 2-(4-(Klorometil)Benzoiloksi)Benzoat Pada Tikus Wistar Jantan

Dengan Metode Plantar Test. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas. Vol. 13 No.

1
Wardana, Fendi Yoga., Nurul Fadila., Mayang Aditya Ayuning Siwi. 2022. Identifikasi

Kandungan Asam Salisilat dalam Produk Krim Anti Jerawat di Pasar Tajinan

Kabupaten Malang. Jurnal Kefarmasian dan Gizi. Vol. 1 No. 2

Anda mungkin juga menyukai