Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH TOKSIKOLOGI I

MENELAAH TATA LAKSANA UMUM KERACUNAN PESTISIDA DAN


INTEKTISIDA DENGAN BAIK DAN BENAR

OLEH

SITI SAMSIAR : A202001090


AINUN ILMIH : A202001088
NISMA : A202001081
SRI AULIA : A202001059
DELZY ANAWULA LABAN : A202001061
WAHYUNI WULANDARI : A202001060
WA ODE SRI BINTANG :
A202001082
CAHYANI

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kita panjatkan puji dan syukur atas rahmat tuhan yang maha
esa, karena tanpa rahmat dan ridhonya, kita tidak dapat meyelesaikan makalah ini
dengan baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada beberapa pihak dan teman-teman
dalam membantu pengerjaan tugas dan mengumpulkan data-data dalam
pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang Menelaah
Tata Laksana Umum Keracunan Pestisida dan Inteksida Dengan Baik dan Benar.

Makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna tapi kami tentunya bertujuan
untuk menjelaskan atau memaparkan point-point di makalah ini, sesuai dengan
pengetahuan yang kami peroleh, baik dari buku maupun sumber- sumber yang
lain. Bila ada kesalahan tulisan atau kata-kata di dalam makalah ini, kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Kendari, 14 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................
C. Tujuan Penulisan................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................

BAB III PEMBAHASAN

A. Pengertian Pestisida............................................................................
B. Klasifikasi Pestisida ...........................................................................
C. Dampak Penggunaan Pestisida.........................................................
D. Keracunan Pestisida...........................................................................
E. Mekanisme Keracunan Pestisida......................................................
F. Diagnosis Keracunan Pestisida..........................................................
G. Pengendalian Keracunan Pestisida...................................................
H. Kasus Keracunan Pestisida................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pestisida merupakan golongan bahan kimia yang umum digunakan
untuk membasmi hama dan gulma atau tanaman penganggu. Hama seperti
jamur, serangga, siput, dan hewan pengerat adalah organisme target pestisida.
Pestisida digunakan di berbagai bidang atau kegiatan, mulai dari rumah
tangga, kesehatan, pertanian, dan lain- lain. Disamping manfaatnya, pestisida
juga berpotensi juga meracuni dan membasmi makhluk hidup lainnya,
termasuk tanaman dan serangga yang berguna, binatang serta manusia. Hal
ini dikarenakan kebanyakan bahan aktif dalam pestisida tidak memiliki efek
toksisitas yang spesifik, sehingga mempengaruhi baik organisme target, non
target, manusia maupun lingkungan dan ekosistem secara keseluruhan.
Penggunaan pestisida merupakan suatu hal yang sulit dipisahkan
dengan kegiatan pertanian khususnya dalam budidaya tanaman guna
meningkatkan produk baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Sifat penting
yang dimiliki pestisida adalah daya racun atau toksisitas. Meski pestisida
tersebut hanya dimaksudkan untuk mematikan suatu jenis hama tertentu
dalam kegiatan pertanian tetapi pada dasarnya bersifat racun untuk semua
makhluk hidup. Hampir semua jenis pestisida yang ada tidak bersifat selektif
dan mempunyai spektrum yang luas sebagai racun sehingga merupakan
sumber pencemar yang potensial bagi sumberdaya dan lingkungan perairan.
Oleh karena itu, pada penulisan ini akan membahas tentang lebih dalam
tatalaksana umum keracunan pestisida dan intektisisda yang baik dan benar.
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan pestisida?
2. Bagaimana klasifikasi mengenai pestisida?
3. Bagaimana pestisida dapat menimbulkan racun?
4. Bagaimana dampak Penggunaan Pestisida?
5. Bagaimana mekanisme atau patofisiologi keracunan pestisida?
6. Bagaimana cara diagnosis keracunan pestisida?
7. Bagaimana cara pengendalian keracunan pestisida?
8. Apa contoh kasus keracunan pestisida?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari pada penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian pestisida
2. Untuk mengetahui klasifikasi pestisida
3. Untuk mengetahui bagaimana pestisida dapat menimbulkan racun
4. Untuk mengetahui dampak penggunaan pestisida
5. Untuk mengetahui mekanisme atau patofisiologi keracunan pestisida
6. Untuk mengetahui bagaimana diagnosis keracunan pestisida
7. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian keracunan pestisida
8. Untuk mengetahui bagaimana kasus keracunan pestisida
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan kandungan bahan aktifnya, pestisida dikelompokkan menjadi


pestisida hayati, nabati, dan sintetis. Disebut pestisida nabati apabila bahan
aktifnya berasal dari tumbuhan, sedangkan bila bahan aktifnya dari senyawa kimia
sintetis disebut pestisida sintetis. penggunaan dua jenis atau lebih pestisida yang
bersinergi disebut kompatibel satu dengan lainnya. Sebaliknya, apabila
penggunaannya menurunkan keefektifannya, maka pestisida dikategorikan
bersifat antagonis atau tidak kompatibel. Penggunaan pestisida oleh petani sudah
sangat intensif, bahkan melebihi batas aman. Petani sayuran sudah biasa
menggunakan dua atau lebih jenis pestisida yang tidak diketahui
kompatibilitasnya. (Supriadi, 2013).

Penggunaan pestisida sintetis di lingkungan pertanian menjadi masalah


yang sangat dilematis, Penggunaan pestisida sintetisakan mengakibatkan
kehilangan hasil yang diakibatkan organisme penggangu tumbuhan (OPT) dapat
ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti
berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama,
munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan
sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan. Sedangkan di lain pihak
tanpa penggunaan pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan
OPT. (Safirah dkk, 2016)

Pestisida dalam tanaman, bila sistemik akan terserap masuk ke dalam


jaringan-jaringan tanaman (daun, buah, cabang, akar kulit, dan sebagainya).
Pestisida tersebut dapat bersifat toksik paada tanaman pokok, hingga tanaman itu
mati atau pertumbuhannya terganggu. Pestisida akan selalu meninggalkan residu
pada tanaman. Residu ini diperlukan untuk dapat membunuh hamanya, namun
sejumlah pestisida tertentu (pestisida yang tergolong sangat persisten)
meninggalkan residu pestisida cukup lama pada tanaman sehingga besar
kemungkinan ikut termakan oleh herbivora atau manusia. (Hartini, 2014)

Penggunaan pestisida yang tidak tepat waktu, interval waktu aplikasi yang
pendek dan terlalu dekat waktu panen akan menyebabkan tertinggalnya residu
pestisida pada bahan makanan yang dapat membahayakan kesehatan manusia
yang mengkonsumsi bahan makanan tersebut. Residu pestisida adalah zat tertentu
yang terkandung dalam hasil pertanian bahan pangan atau pakan hewan, baik
sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari penggunaan pestisida. Istilah
ini mencakup juga senyawa turunan pestisida, seperti senyawa hasil konversi,
metabolit, senyawa hasil reaksi dan zat pengotor yang dapat bersifat toksik.
Residu pestisida menimbulkan efek yang bersifat tidak langsung terhadap
konsumen, namun dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
diantaranya berupa gangguan pada syaraf dan metabolisme enzim. Residu
pestisida yang terbawa bersama makanan akan terakumulasi pada jaringan tubuh
yang mengandung lemak. Akumulasi residu pestisida ini pada manusia dapat
merusak fungsi hati, ginjal, sistem syaraf, menurunkan kekebalan tubuh,
menimbulkan cacat bawaan, alergi dan kanker. (Tuhumury et al, 2012).
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pestisida
Pestisida merupakan golongan bahan kimia yang umum digunakan
untuk membasmi hama dan gulma atau tanaman penganggu hama seperti
jamur, serangga, siput dan hewan pengerat. Pestisida digunakan di berbagai
bidang atau kegiatan, mulai dari rumah tangga ,kesehatan, pertanian dan lain-
lain. Disamping manfaatnya, pestisida juga berpotensi meracuni dan
membasmi mahluk hidup lainya, termasuk tanaman dan serangga yang
berguna, binatang serta manusia. Hal ini dikarenakan kebanyakan bahan aktif
dalam pestisida tidak memiliki efek toksisitas yang spesifik,sehingga
mempengaruhi baik organisme target dan non target,manusia maupun
lingkungan dan ekosistem secara keseluruhan.

B. Klasifikasi Pestisida
1. Menurut asal/cara pembuatannya :
a. Pestisida sintesis
b. Pestisida nabati
2. Menurut susunan kimianya :
a. Pestisida anorganik ( HgCL, S )
b. Pestisida organik ( sintesis & nabati )
3. Menurut jenis sasaran :
a. Herbisida
b. Intektisida
c. Larvasida
d. Rodentisida
e. fungisida dan lain lain.
Tabel 1. Klasifikasi Pestisida

Kelompok Pengertian Contoh atau senyawa


Insektisida Pembunuh serangga Paration, diklorfos,
diazinon, malation
Herbisida Pembunuh gulma Klorofenoksi,
(tanaman penganggu ) klorakne, parakuat.
Fungsida Pembunuh jamur Dimetiltiokarbamat,
ftamilida,
pentaklorofenol
Rodentisida Pembunuh hewan Warfarin, tiourea,
pengerat striknin
Fumigan Bentuk gas, cairan mudah Akrinonitril,
menguap kloropikrin,
etilendibromida

4. Klasifikasi pestisida kimiawi organik sintesis


a. Golongan Organochlorine (OC) :
1) Toksisitas tinggi: Endrin (Hexadrine)
2) 2) Toksisitas sedang: Aldrin, Dieldrin, DDT, BHC dan lain lain.
b. Golongan Organophosphate (OP):
1) Toksisitas tinggi: Phorate, parathion, TEPP, azodrine,
phosphamidon, metahidophos dan lain-lain
2) 2) Toksisitas sedang: Chlorpyrifos, Diazinon,Dimethoate,
Malathion dan lain-lain.
c. Golongan Carbamate ( C ):
1) Toksisitas tinggi: Temik, Carbofuran, methonyl dan lain-lain.
2) Toksisitas sedang: Baygon, Landrin, Carbaryl dan lain-lain.
5. Klasifikasi berdasarkan cara berkerjanya racun/cara masuknya
a. Racun perut (stomach poisons), racun diberikan dengan umpan karena
bersifat penarik (attractant)
b. Racun pernafasan (respiratory poisons), racun dengan bahan kimia
yang berbentuk fumigan.
c. Racun kontak (contact poisons), residu (residual poisons) yang racun
disemprotkan.
d. Debu dessikan (dessicants), racun berbentuk debu hydroscopik yang
dapat menyerap cairan tubuh serangga.
C. Dampak Penggunaan Pestisida
1. Dampak Negatif
a. Pencemaran Lingkungan
b. Matinya musuh alami hama
c. Terjadinya serangan hama sekunder
d. Kematian serangga yang berguna
e. Resistensi hama
2. Dampak Positif
a. Dapat diaplikasikan dengan mudah.
b. Mudah diperoleh
c. Membantu membasmi mikroorganisme penganggu tanaman.
D. Keracunan Pestisida
1. Defenisi
Bahaya keracunan pestisida sangat besar. Walaupun pestisida ini
mempunyai manfaat yang cukup besar pada masyarakat, namun dapat
pula memberikan dampak negatif pada manusia dan lingkungan. Pada
manusia pestisida dapat menimbulkan keracunan yang dapat
mengancam jiwa manusia ataupun menimbulkan penyakit/cacat.
Keracunan pestisida adalah masuknya bahan-bahan kimia kedalam
tubuh manusia melalui kontak langsung, inhalasi, ingesti dan absorpsi
sehingga menimbulkan dampak negatif bagi tubuh.
Perbedaan kualitas paparan menimbulkan perbedaan dampak
toksisitas. Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau
pemaparan dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan
akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat
dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. Berikut
adalah beberapa gejala yang ditimbulkan dari berbagai keracunan
pestisida:
a. Keracunan akut ringan : menimbulkan pusing, sakit kepala, iritasi
kulit ringan, badan terasa sakit dan diare.
b. Keracunan akut berat : menimbulkan gejala mual, menggigil,
kejang perut, sulit bernafas, keluar air liur, pupil mata mengecil,
denyut nadi meningkat dan pingsan.
c. Keracunan kronis : iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat
pada bayi, serta gangguan saraf, hati, ginjal dan pernafasan.
Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa
dan menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Sifat
a. Berdasarkan fungsinya
1) Memberantas atau mencegah hama penyakit yang merusak
tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian.
2) Memberantas gulma
3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan
4) Mengatur atau merangsang tanaman atau bagian dari tanaman.
5) Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan
peliharaan.
6) Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam
rumah tangga.
b. Berdasarkan struktur kimiawinya
1) Organophospat
Organophospat adalah insektisida yang paling toksik
diantara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan
keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit
saja dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan lebih dari
beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada orang
dewasa. Organophospat menghambat aksi
pseudokholinesterase dalam plasma dan kholineterase dalam
sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim tersebut secara
normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin.
Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylcholin
meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan
nikotinik pada sistem saraf pusat dan perifer. Hal tersebut
menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh
pada seluruh bagian tubuh.

2) Carbamate
Insektisida karbamat telah berkembang setalah
organofosfat. Insektisida ini biasanya daya toksisitasnya
rendah terhadap manusia dibandingkan dengan organofosfat,
tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta. Struktur
karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia
dalam kacang Calabar. Bentuk carbaryl telah secara luas
dipakai sebagai insektisida dengan komponen aktifnya adalah
Sevine mekanisme toksisitas dari karbamate adalah sama
dengan organofosfat, dimana enzim achE dihambat dan
mengalami karbamilasi.
3) Organochlorin
Organoklorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon”
terdiri dari beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut
bentuk kimianya. Yang paling populer dan pertama kali
disintesis adalah “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau
disebut DDT. Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam
perdebatan, walaupun komponen kimia ini sudah disintesis
sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya
terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan
serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan
target toksisitas tersebut.
3. Sumber
Secara tidak langsung personal hygiene yang tidak tepat dapat
menimbulkan keracunan pestisida, sumber keracunan pestisida antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Sayuran dan buah-buahan yang tidak dicuci terlebih dahulu
sebelum dikonsumsi.
b. Semprotan pestisida yang tidak sengaja terkena kulit, rambut, dan
pakaian.
c. Tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat menggunakan
pestisida.
d. Pestisida mengenai kulit yang terluka karena pestisida dapat
terserap melalui luka.
e. Semprotan pestisida yang tidak sengaja terhirup.
f. Menggunakan peralatan yang sebelumnya telah terkontaminasi
pestisida tanpa dibersihkan dan dicuci terlebih dahulu.

E. Mekanisme Keracunan Pestisida


1. Cara masuk pestisida ke dalam tubuh
Kontaminasi lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering
terjadi, meskipun tidak seluruhnya berakhir dengan keracunan akut. Lebih
dari 90% kasus keracunan diseluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi
lewat kulit. Faktor risiko kontaminasi lewat kulit dipengaruhi oleh daya
toksisitas dermal, konsentrasi, formulasi, bagian kulit yang terpapar dan
luasannya, serta kondisi fisik individu yang terpapar. Risiko keracunan
semakin besar jika nilai lethal dose 50 (LD50) semakin kecil, konsentrasi
pestisida yang menempel pada kulit semakin pekat, formulasi pestisida
dalam bentuk yang mudah diserap, kulit yang terpapar lebih mudah
menyerap seperti punggung tangan, area yang terpapar luas serta jika
kondisi sistem kekebalan individu sedang lemah. Pekerjaan- pekerjaan
yang menimbulkan risiko kontaminasi lewat kulit umumnya adalah
penyemprotan, pencampuran pestisida dan proses pencucuian alat-alat
kontak pestisida.
Keracunan pestisida karena partikel pestisida terhisap lewat hidung
merupakan yang terbanyak kedua sesudah kontaminasi kulit. Gas dan
partikel semprotan yang sangat halus (misalnya, kabut asap dari fogging)
dapat masuk kedalam paru-paru, sedangkan partikel yang lebih besar akan
menempel di selaput lendir hidung atau di kerongkongan. Bahaya
penghirupan pestisida lewat saluran pernapasan juga dipengaruhi oleh LD
50 pestisida yang terhirup dan ukuran partikel dan bentuk fisik pestisida.
Pekerjaan yang menyebabkan terjadinya kontaminasi lewat saluran
pernafasan umumnya pekerjaan yang terkait dengan penyemprotan lahan
pertanian, fogging atau alat pembasmi serangga domestik.
Cara yang ketiga adalah intake lewat mulut (oral). Peristiwa
keracunan lewat mulut sebenarnya tidak sering terjadi dibandingkan
kontaminasi kulit atau keracunan karena terhirup. Contoh oral intake
misalnya kasus bunuh diri, makan minum merokok ketika bekerja dengan
pestisida, menyeka keringat dengan sarung tangan atau kain yang
terkontaminasi pestisida, drift atau butiran pestisida yang terbawa angin
masuk ke mulut, meniup nozzle yang tersumbat dengan mulut, makanan
dan minuman terkontaminasi pestisida.
2. Patofisiologi paparan pestisida
Pestisida meracuni manusia melalui berbagai mekanisme kerja.
a. Mempengaruhi kerja enzim dan hormon. Bahan racun yang masuk
kedalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator sehingga enzim atau
hormon tidak dapat bekerja. Pestisida tergolong sebagai endocrine
disrupting chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang dapat
mengganggu sintesis, sekresi, transport, metabolisme, pengikatan dan
eliminasi hormon-hormon dalam tubuh yang berfungsi menjaga
homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh kembang.
b. Merusak jaringan. Masuknya pestisida menginduksi produksi
serotonin dan histamin, hormon ini memicu reaksi alergi dan dapat
menimbulkan senyawa baru yang lebih toksik.
F. Diagnosis Keracunan Pestisida
Sebagian penyakit terkait pestisida memiliki tanda dan gejala yang
mirip dengan kondisi medis umum (seperti pada gejala keracunan yang
dijelaskan sebelumnya), sehingga riwayat lingkungan dan pekerjaan yang
lengkap dan rinci sangat penting untuk mendiagnosis dengan benar sebuah
keadaan keracunan pestisida.
Jika seseorang terpapar secara teratur menggunakan pestisida
karbamat dan organofosfat, penting untuk dilakukan pengujian kadar enzim
Cholinesterase sebagai data awal. Cholinesterase adalah enzim yang penting
dari sistem saraf. Dan terdapat kelompok-kelompok kimia yang mampu
membunuh hama juga berpotensi berbahaya atau bahkan dapat membunuh
manusia melalui mekanisme penghambat enzim cholinesterase, salah satunya
adalah golongan pestisida.
Jika seseorang telah memiliki tes awal dan kemudian tersangka
keracunan, kita dapat mengidentifikasi tingkat masalah dengan perbandingan
tingkat cholinesterase saat ini dengan kadar cholinesterase pada data awal.
Hal ini sangat bermanfaat untuk mendiagnosis keracunan pestisida terkait
kerja pada pekerja beresiko. Umumnya gejala keracunan organofosfat atau
karbamat baru akan dilihat jika aktivitas kolinestrase darah menurun sampai
30%. Namun penurunan sampai 50% pada pengguna pstisida diambil sebagai
batas, dan disarankan agar penderita menghentikan pekerjaan yang
berhubungan dengan pestisida.
G. Pengendalian Keracunan Pestisida
1. Pencegahan Keracunan Pestisida
a. Ada baiknya kita mengetahui dari mana sayur itu dihasilkan. Tetapi
paling aman pastilah kalau kita menghasilkan sayuran sendiri, dengan
memanfaatkan pekarangan rumah, dengan pot sekalipun.
b. Karena pestisida tidak hanya beracun bagi hama, tetapi dapat juga
mematikan organisme yang berguna, ternak piaraan, dan bahkan
manusia, maka agar terhindar dari dampak negatif yang timbul,
penyimpanan dan penggunaannya harus dilakukan secara hati-hati
dan dilakukan sesuai petunjuk
c. Ketahui dan pahami dengan yakin tentang kegunaan suatu pestisida.
Jangan sampai salah berantas. Misalnya, herbisida jangan digunakan
untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud belum
tentu mati, sedangkan tanah dan tanaman telah terlanjur tercemar
d. Ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang
dianjurkan pabrik atau petugas penyuluh.
e. Jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida. Tanyakan
terlebih dahulu pada penyuluh. Jangan telat memberantas hama, bila
penyuluh telah menganjurkan menggunakannya.
f. Jangan salah pakai pestisida. Lihat faktor lainnya seperti jenis hama
dan kadang-kadang usia tanaman juga diperhatikan.
g. Gunakan tempat khusus untuk pelarutan pestisida dan jangan sampai
tercecer.
2. Penanganan Keracunan Pestisida
Setiap orang yang berhubungan dengan pestisida harus
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kenali gejala dan tanda keracunan pestisida dari pestisida yang sering
digunkan
b. Jika diduga keracunan, korban segera dibawa kerumah sakit atau
dokter terdekat
c. Identifikasi pestisida yang memapari korban, berikan informasi ini
pada rumah sakit atau dokter yang merawat.
d. Bawa label kemasan pestisida tersebut. Pada label tertulis informasi
pertolongan pertama pennganan korban
e. Tindakan darurat dapat dilakukan sampai pertolongan datang atau
korban dibawa kerumah sakit.
Pertolongan pertama yang dilakukan:
a. Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber
paparnan, lepaskan pakaian korban dan cuci atau mandikan korban.
b. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan
buatan atau bantuan. Korban diinstruksikan agar tetap tenang.
Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu untuk menolong
korban.
c. Korban segera dibawa kerumah sakit atau dokter terdekat. Berikan
informasi tentang pestisida yang memapari korban dengan membawa
label kemasan pestisida
d. Keluarga seharusnya diberi pengetahuan atau penyuluhan tentang
pestisida sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat
memberikan pertolongan pertama dengan cepat dan tepat.
H. Contoh Kasus Keracunan Pestisida
Keracunan pestisida oplosan pada bulan maret 2017 , bertempat
area sawah di kabupaten Indramayu. Petani meninggal karena menghirup
pestisida ketika sedang menyemprotkan pestisida pada tanaman padi.
Kasus ini terjadi karena Dua petani asal desa Lombang dan Juntiwiden
menggunakan pestisida melebihi kebutuhan, mencampurkan berbagai jenis
pestisida karena pemahaman yang keliru. Petani beranggapan bahwa
pestisida adalah obat sehingga mereka pun mengabaikan teknik
penggunaan racun organisme penggunaan tanaman .
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pestisida merupakan salah satu bahan atau zat kimia yang
dimanfaatkan untuk membunuh hama, baik dimanfaatkan untuk membunuh
hama berupa tumbuhan serangga maupun membunuh hewan lain yang
terdapat di lingkungan sekitar kita. Pestisida dapat digolongkan menjadi
insektisida, fumigan, fungisida, herbisida dan rodentisida. Penyebab
seseorang keracunan pestisida bisa karena tertelan melalui mulut masuk ke
dalam kulit serta terhirup saluran pernapasan. Bagi seseorang yang
mengalami keracunan pestisida biasanya akan menimbulkan respon atau
menimbulkan gejala yang berbeda-beda. Seseorang yang dicurigai terkena
paparan pestisida harus segera dilakukan pemeriksaan di laboratorium dengan
memperhatikan pengambilan, penyimpanan, dan pengiriman sampel sehingga
pasien segera mendapatkan pengobatan yang sesuai.

B. Saran
Melalui makalah ini kami berharap agar pembaca senantiasa
memperhatikan bahaya-bahaya yang ada di sekeliling lingkungan tempat
tinggal maupun lingkungan tempat kerja. Contohnya saja mengetahui
penyebab dari faktor resiko yang disebabkan oleh paparan pestisida yang
dapat mempengaruhi kesehatan kita. Serta mengetahui penyakit yang bisa
ditimbulkan karena terpapar pestisida yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, Eko. 2014. Kontamiansi Residu Pestisida Dalam Buah Melon (Studi

Kasus Pada Petani Di Kecamatan Penawangan. Jurnal Kesehatan

Masyarakat. Vol. 10 No. 1

Safirah, Rahma., Nur Widodo., Mochammad Agus Krisno Budiyanto. 2016. Uji

Efektifitas Insektisida Nabati Buah Crescentia Cujete Dan Bunga

Syzygium Aromaticum Terhadap Mortalitas Spodoptera Litura Secara In

Vitro Sebagai Sumber Belajar Biologi Effectiveness. Jurnal Pendidikan

Biologi Indonesia. Vol. 2. No. 3

Supriadi, 2013. Optimasi Pemanfaatan Beragam Jenis Pestisida Untuk

Mengendalikan Hama Dan Penyakit Tanaman. Jurnal Litbang Pert. Vol.

32 No. 1

Tuhumury, G.N.C., J. A. Leatemia., R.Y. Rumthe., J.V. Hasinu. 2012. Residu

Pestisida Produk Sayuran Segar Di Kota Ambon. Agrologia Vol. 1, No. 2

Anda mungkin juga menyukai