TOKSIKOLOGI VETERINER
“TOKSIKOLOGI UMUM”
Disusun Oleh :
Kelas C
UNIVESITAS UDAYANA
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat limpahan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan paper “Toksikologi Umum” dengan baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan toksikologi?
1.2.2. Apa saja bidang bidang toksikologi?
1.2.3. Bagaimana cara kerja toksik dalam tubuh?
1.2.4. Bagaimana gejala yang ditimbulkan akibat terkena toksik?
1.2.5. Bagaimana diagnosa dari paparan toksik?
1.2.6. Bagaimana penanganan kasus toksik?
1
1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan toksikologi.
1.3.2. Untuk mengetahui asaja bidang bidang toksikologi.
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja toksik dalam tubuh.
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana gejala yang ditimbulkan akibat terkena
toksik.
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa dari paparan toksik.
1.3.6. Untuk mengetahui bagaimana penanganan kasus toksik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian toksikologi
Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar
kata tox, dimana dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat
itu digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak
panahnya terdapat racun. Toksikologi adalah pemahaman mengenai
pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dari
definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam toksikologi terdapat unsur-unsur
yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan
respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem
biologi tersebut.
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai
kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai
bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat
juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek
tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.
3
juga dimaksudkan untuk menjamin persediaan makanan yang bebas
dari pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya dan cemaran mikroba
yang dapat menganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
hewan.
Sumber racun dalam makanan bisa datang dari luar makanan atau
juga memang terkandung sebagai salah satu zat dalam makanan
tersebut, seperti asam sianida (HCN) dalam singkong.
Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa
dan cacing), virus, kapang, dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan
berkembang di dalam bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan
infeksi dan keracunan pada hewan. Beberapa bakteri patogen juga
dapat menghasilkan toksin (racun), sehingga jika toksin tersebut
terkonsumsi oleh hewan dapat menyebabkan intoksikasi. Intoksikasi
adalah kondisi ketika toksin sudah terbentuk di dalam makanan atau
bahan pangan, sehingga mengindikasikan keadaan berbahaya.
2.2.2. Toksikologi pestisida
Berdasarkan UU No.: 12 Thn 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman, Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan
perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus, yang
digunakan untuk melakukan perlindungan bagi tanaman.
Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal),
pernafasan (inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera
diabsorpsi jika kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus
berlangsung selama pestisida masih ada pada kulit. Kecepatan absorpsi
berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu pestisida dan suatu
bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi maka
akan menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan
ke dahi yang berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini
kecepatan absorpsi sangat tinggi sehingga dapat lebih berbahaya dari
pada tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka berat
atau bahkan kematian jika tertelan. Pestisida dapat tertelan karena
kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja.
4
2.2.3. Toksikologi Industri
Limbah dikatakan/dikategorikan limbah B3 karena sifat,
konsentrasi, ataupun jumlahnya yang dapat merusak, mencemari,dan
membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. Paracelsus (Ahli
Toksikologi) menyatakan bahwa semua bendadapat menjadi racun,
dan hanya dosis/konsentrasi yang dapat menentukan benda/bahan
tersebut bersifat racun atau tidak bagitubuh mahluk hidup. Dalam
toksikologi, untuk mengukur kadar racun suatu bahan dapat
menggunakan pendekatan LD50 (letal dose 50), LC50 (letal
concentration 50)
2.2.4. Toksikologi lingkungan
Toksikologi lingkungan adalah salah satu cabang ilmu toksikologi
yang menaruh perhatian pada semua bahan beracun yang masuk ke
lingkungan sehingga kualitas lingkungan menjadi bertambah buruk.
Semua zat beracun ataupun metabolitnya akan kembali memasuki
lingkungan, sehingga kualitas lingkungan akan bertambah buruk
dengan terdapatnya berbagai racun.
5
aktif berada dalam keadaan siap terabsorpsi menuju sistem sistemik.
Fase ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor farmseutika dari sediaan
farmasi.
2.3.2. Fase toksikinetik
Fase toksikinetik disebut juga dengan fase farmakokinetik. Setelah
xenobiotika berada dalam ketersediaan farmasetika, pada mana
keadaan xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau
pembuluh limfe, maka xenobiotika tersebut akan bersama aliran darah
atau limfe didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik
(reseptor). Pada saat yang bersamaan sebagian molekul xenobitika
akan termetabolisme, atau tereksresi bersama urin melalui ginjal,
melalui empedu menuju saluran cerna, atau sistem eksresi lainnya.
2.3.3. Fase toksodinamik
Fase toksodinamik adalah interaksi antara tokson dengan reseptor
(tempat kerja toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada
akhirnya muncul efek toksik/farmakologik. Interaksi tokson-reseptor
umumnya merupakan interaksi yang bolak-balik(reversibel). Hal ini
mengakibatkan perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila
xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya (reseptor).
2.4.Gejala klinis
Gejala ini muncul disebabkan zat-zat toksin yang masuk dalam tubuh
hewan. Gejala awal yang muncul biasanya ditandai dengan pusing, muntah,
diare. Beberapa gejala klinis lain ditunjukan seperti berikut:
1. Frekuensi nafas yang cepat dan dalam (dyspnoe).
2. Otot Gemetar dan kejang otot, serta kehilangan koordinasi otot.
3. Pupil mata melebar dan membrane mukosa Nampak merah karena
oksigen dalm darah tidak dapt dilepas.
4. Terjadi pengeluaran air liur(salivasi) dan pengeluaran urin serta feses.
6
2.5.Diagnosa
Untuk mendiagnosa suatu penyakit akibat toksik dapat dilihat dari gejala
klinis yang muncul. Dalam pemeriksaan laboratorium dapat diambil beberapa
sampel untuk diperiksa seperti pemeriksaan muntahan, pemeriksaan darah,
dan pemeriksaan urin.
2.6.Penanganan
2.6.1. Menjaga Fungsi Vital Organ
a. Jika menyerng sistim pernafasan kita harus memastikan tidak ada
benda asing dalam saluran pencernaan dapat juga dilakukan
pemberian nafas buatan.
b. Jika menyerang sistim sirkulasi, yang ditandai dengan jantung
berhenti, dapat dilakukan massage adrenalin untuk memicu jantung
berdetak kembali. Pada keadaan syok dapat dilakukan dengan
pemberian cairan infus plasma
c. Menjaga keseimbangan eletrolit, air, asam dan basa dengan
pemberian infus hydrogen karbonat.
2.6.2. Memperlambat/Mengurangi pemasukan racun, dilakukan dengan
dua cara yaitu eksternal dan oral.
a. Eksternal (terkena daerah kulit)
Dengan cara basuh dengan air hangat atau polyethin glikol
Bila terkena mata cuci dengan larutan Na hydrogencarbonat 25%
b. Oral
1. Adsorbensia dengan Mg Oksida + Tannin
2. Laksansia dengan Mg Sulfat dan Na Sulfat
3. Pembilasan Lambung dengan air, larutan garam netral
4. Emetika dengan Na. Klorida
2.6.3. Eleminasi Racun Setelah Diabsorpsi
1. Diuresis paksa dengan zat diuretika
2. Dialisis peritoneal dengan cairan dialysis ke peritoneal
(Kateter)
3. Hemodialisis untuk zat – zat nefrotoksik
7
4. Transfusi penukar dengan pengambilan darah infus darah
2.6.4. Antidot
Organofosfat dengan pemberian Atrophin Sulfat
8
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap
makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas
penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan
dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.
Terdapat banyak bidang toksikologi diantaranya yaitu toksikologi bahan
pangan, toksikologi pestisida, toksikologi industri, dan toksikologi
lingkungan.
Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini
umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi
toksokinetik dan fase toksodinamik.
9
DAFTAR PUSTAKA
10