Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH

TOKSIKOLOGI VETERINER
“TOKSIKOLOGI UMUM”

Disusun Oleh :

Fendik Saputra (1709511072)

Kelas C

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVESITAS UDAYANA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat limpahan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan paper “Toksikologi Umum” dengan baik.

Penyusunan paper ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Toksikologi


Veteriner. Dalam paper ini menjelaskan mengenai pengertian toksikologi, macam
macam bidang toksikologi, kerja toksik, gejala klinis, diagnosa, hingga
penanganan. Materi yang disajikan cukup terperinci agar mudah dipahami oleh
pembaca. Paper ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk
itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliah Toksikologi Veteriner yang telah


memberikan materi serta membimbing dalam penyelesaian paper ini.
2. Teman - teman yang telah memberi dorongan dan masukan demi
terselesainya paper ini.

Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan paper


ini untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Namun kami menyadari bahwa
paper ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca demi kesempurnaan paper selanjutnya. Semoga paper ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Denpasar, 20 April 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2.Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3.Tujuan................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan ......................................................................................... 3

2.1. Pengertian toksikologi ......................................................................... 3


2.2. Bidang bidang toksikologi .................................................................. 3
2.3. Cara kerja toksik ................................................................................. 5
2.4. Gejala klinis ........................................................................................ 6
2.5. Diagnosa.............................................................................................. 7
2.6. Penanganan ......................................................................................... 7

BAB III Penutup .............................................................................................. 9

Daftar Pustaka .................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak perkembangan peradaban manusia dan hewan dalam mencari
makanan, tentu telah mencoba beragam bahan baik botani, nabati, maupun
dari mineral. Melalui pengalamannya kita mengenal makanan, yang aman dan
berbahaya. Dalam konteks ini kata makanan dikonotasikan ke dalam bahan
yang aman bagi tubuh jika disantap, bermanfaat serta diperlukan oleh tubuh
agar dapat hidup atau menjalankan fungsinya. Sedangkan kata racun
merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan dan mengambarkan
berbagai bahan ”zat kimia” yang dengan jelas berbahaya bagi badan.
Toksisitas merupakan istilah relatif yang biasa dipergunakan dalam
memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya. Adalah biasa untuk
mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain.
Perbandingan sangat kurang informatif, kecuali jika pernyataan tersebut
melibatkan informasi tentang mekanisme biologi yang sedang
dipermasalahkan dan juga dalam kondisi bagaimana zat kimia tersebut
berbahaya. Oleh sebab itu, pendekatan toksikologi seharusnya dari sudut
telaah tentang berbagai efek zat kimia atas berbagai sistem biologi, dengan
penekanan pada mekanisme efek berbahaya zat kimia itu dan berbagai kondisi
di mana efek berbahaya itu terjadi. Dalam dunia kedokteran hewan
toksikologi sangat penting dipelajari, dan dalam paper ini akan diular
mengenai gambaran toksikologi secara umum.

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan toksikologi?
1.2.2. Apa saja bidang bidang toksikologi?
1.2.3. Bagaimana cara kerja toksik dalam tubuh?
1.2.4. Bagaimana gejala yang ditimbulkan akibat terkena toksik?
1.2.5. Bagaimana diagnosa dari paparan toksik?
1.2.6. Bagaimana penanganan kasus toksik?

1
1.3.Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan toksikologi.
1.3.2. Untuk mengetahui asaja bidang bidang toksikologi.
1.3.3. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja toksik dalam tubuh.
1.3.4. Untuk mengetahui bagaimana gejala yang ditimbulkan akibat terkena
toksik.
1.3.5. Untuk mengetahui bagaimana diagnosa dari paparan toksik.
1.3.6. Untuk mengetahui bagaimana penanganan kasus toksik.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian toksikologi
Kata racun ”toxic” adalah bersaral dari bahasa Yunani, yaitu dari akar
kata tox, dimana dalam bahasa Yunani berarti panah. Dimana panah pada saat
itu digunakan sebagai senjata dalam peperangan, yang selalu pada anak
panahnya terdapat racun. Toksikologi adalah pemahaman mengenai
pengaruh-pengaruh bahan kimia yang merugikan bagi organisme hidup. Dari
definisi di atas, jelas terlihat bahwa dalam toksikologi terdapat unsur-unsur
yang saling berinteraksi dengan suatu cara-cara tertentu untuk menimbulkan
respon pada sistem biologi yang dapat menimbulkan kerusakan pada sistem
biologi tersebut.
Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan sebagai
kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai
bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat
juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek
tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.

2.2.Bidang bidang Toksikologi


2.2.1. Toksikologi makanan
Pangan merupakan kebutuhan mendasar hewan yang paling pokok.
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak asasi utama karena
hanya dengan pemenuhan pangan yang layak dan aman dikonsumsi
hewan dapat tumbuh dan berkembang. Pangan yang layak dikonsumsi
harus ada dalam keadaan normal dan tidak menyimpang dari
karakteristik yang seharusnya dimiliki, yaitu harus bebas dari bahaya
biologis, kimia dan fisika yang membahayakan kesehatan manusia.
Dari sudut pandang inilah keamanan pangan merupakan suatu
keharusan. Keamanan makanan merupakan suatu kondisi dan upaya
yang diperlukan untuk mencegahnya dari kemungkinan cemaran
biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan
dan membahayakan kesehatan manusia. Selain itu keamanan makanan

3
juga dimaksudkan untuk menjamin persediaan makanan yang bebas
dari pencemaran bahan-bahan kimia berbahaya dan cemaran mikroba
yang dapat menganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
hewan.
Sumber racun dalam makanan bisa datang dari luar makanan atau
juga memang terkandung sebagai salah satu zat dalam makanan
tersebut, seperti asam sianida (HCN) dalam singkong.
Bahaya biologis atau mikrobiologis terdiri dari parasit (protozoa
dan cacing), virus, kapang, dan bakteri patogen yang dapat tumbuh dan
berkembang di dalam bahan pangan, sehingga dapat menyebabkan
infeksi dan keracunan pada hewan. Beberapa bakteri patogen juga
dapat menghasilkan toksin (racun), sehingga jika toksin tersebut
terkonsumsi oleh hewan dapat menyebabkan intoksikasi. Intoksikasi
adalah kondisi ketika toksin sudah terbentuk di dalam makanan atau
bahan pangan, sehingga mengindikasikan keadaan berbahaya.
2.2.2. Toksikologi pestisida
Berdasarkan UU No.: 12 Thn 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman, Pestisida adalah zat atau senyawa kimia, zat pengatur dan
perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus, yang
digunakan untuk melakukan perlindungan bagi tanaman.
Pestisida dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit (dermal),
pernafasan (inhalasi) atau mulut (oral). Pestisida akan segera
diabsorpsi jika kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan terus
berlangsung selama pestisida masih ada pada kulit. Kecepatan absorpsi
berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu pestisida dan suatu
bagian tubuh ke bagian lain sangat mudah. Jika hal ini terjadi maka
akan menambah potensi keracunan. Residu dapat pindah dari tangan
ke dahi yang berkeringat atau daerah genital. Pada daerah ini
kecepatan absorpsi sangat tinggi sehingga dapat lebih berbahaya dari
pada tertelan. Paparan melalui oral dapat berakibat serius, luka berat
atau bahkan kematian jika tertelan. Pestisida dapat tertelan karena
kecelakaan, kelalaian atau dengan sengaja.

4
2.2.3. Toksikologi Industri
Limbah dikatakan/dikategorikan limbah B3 karena sifat,
konsentrasi, ataupun jumlahnya yang dapat merusak, mencemari,dan
membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia. Paracelsus (Ahli
Toksikologi) menyatakan bahwa semua bendadapat menjadi racun,
dan hanya dosis/konsentrasi yang dapat menentukan benda/bahan
tersebut bersifat racun atau tidak bagitubuh mahluk hidup. Dalam
toksikologi, untuk mengukur kadar racun suatu bahan dapat
menggunakan pendekatan LD50 (letal dose 50), LC50 (letal
concentration 50)
2.2.4. Toksikologi lingkungan
Toksikologi lingkungan adalah salah satu cabang ilmu toksikologi
yang menaruh perhatian pada semua bahan beracun yang masuk ke
lingkungan sehingga kualitas lingkungan menjadi bertambah buruk.
Semua zat beracun ataupun metabolitnya akan kembali memasuki
lingkungan, sehingga kualitas lingkungan akan bertambah buruk
dengan terdapatnya berbagai racun.

2.3.Kerja Toksik dalam Tubuh


Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini
umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi
toksokinetik dan fase toksodinamik.
2.3.1. Fase eksposisi
Fase eksposisi merupakan kontak suatu organisme dengan
xenobiotika, pada umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi
efek toksik/farmakologi setelah xenobiotika terabsorpsi. Umumnya
hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut, terdispersi molekular
dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik. Dalam konteks pembahasan
efek obat, fase ini umumnya dikenal dengan fase farmaseutika. Fase
farmaseutika meliputi hancurnya bentuk sediaan obat, kemudian zat
aktif melarut, terdispersi molekular di tempat kontaknya. Sehingga zat

5
aktif berada dalam keadaan siap terabsorpsi menuju sistem sistemik.
Fase ini sangat ditentukan oleh faktor-faktor farmseutika dari sediaan
farmasi.
2.3.2. Fase toksikinetik
Fase toksikinetik disebut juga dengan fase farmakokinetik. Setelah
xenobiotika berada dalam ketersediaan farmasetika, pada mana
keadaan xenobiotika siap untuk diabsorpsi menuju aliran darah atau
pembuluh limfe, maka xenobiotika tersebut akan bersama aliran darah
atau limfe didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke tempat kerja toksik
(reseptor). Pada saat yang bersamaan sebagian molekul xenobitika
akan termetabolisme, atau tereksresi bersama urin melalui ginjal,
melalui empedu menuju saluran cerna, atau sistem eksresi lainnya.
2.3.3. Fase toksodinamik
Fase toksodinamik adalah interaksi antara tokson dengan reseptor
(tempat kerja toksik) dan juga proses-proses yang terkait dimana pada
akhirnya muncul efek toksik/farmakologik. Interaksi tokson-reseptor
umumnya merupakan interaksi yang bolak-balik(reversibel). Hal ini
mengakibatkan perubahan fungsional, yang lazim hilang, bila
xenobiotika tereliminasi dari tempat kerjanya (reseptor).

2.4.Gejala klinis
Gejala ini muncul disebabkan zat-zat toksin yang masuk dalam tubuh
hewan. Gejala awal yang muncul biasanya ditandai dengan pusing, muntah,
diare. Beberapa gejala klinis lain ditunjukan seperti berikut:
1. Frekuensi nafas yang cepat dan dalam (dyspnoe).
2. Otot Gemetar dan kejang otot, serta kehilangan koordinasi otot.
3. Pupil mata melebar dan membrane mukosa Nampak merah karena
oksigen dalm darah tidak dapt dilepas.
4. Terjadi pengeluaran air liur(salivasi) dan pengeluaran urin serta feses.

6
2.5.Diagnosa
Untuk mendiagnosa suatu penyakit akibat toksik dapat dilihat dari gejala
klinis yang muncul. Dalam pemeriksaan laboratorium dapat diambil beberapa
sampel untuk diperiksa seperti pemeriksaan muntahan, pemeriksaan darah,
dan pemeriksaan urin.

2.6.Penanganan
2.6.1. Menjaga Fungsi Vital Organ
a. Jika menyerng sistim pernafasan kita harus memastikan tidak ada
benda asing dalam saluran pencernaan dapat juga dilakukan
pemberian nafas buatan.
b. Jika menyerang sistim sirkulasi, yang ditandai dengan jantung
berhenti, dapat dilakukan massage adrenalin untuk memicu jantung
berdetak kembali. Pada keadaan syok dapat dilakukan dengan
pemberian cairan infus plasma
c. Menjaga keseimbangan eletrolit, air, asam dan basa dengan
pemberian infus hydrogen karbonat.
2.6.2. Memperlambat/Mengurangi pemasukan racun, dilakukan dengan
dua cara yaitu eksternal dan oral.
a. Eksternal (terkena daerah kulit)
Dengan cara basuh dengan air hangat atau polyethin glikol
Bila terkena mata cuci dengan larutan Na hydrogencarbonat 25%
b. Oral
1. Adsorbensia dengan Mg Oksida + Tannin
2. Laksansia dengan Mg Sulfat dan Na Sulfat
3. Pembilasan Lambung dengan air, larutan garam netral
4. Emetika dengan Na. Klorida
2.6.3. Eleminasi Racun Setelah Diabsorpsi
1. Diuresis paksa dengan zat diuretika
2. Dialisis peritoneal dengan cairan dialysis ke peritoneal
(Kateter)
3. Hemodialisis untuk zat – zat nefrotoksik

7
4. Transfusi penukar dengan pengambilan darah infus darah
2.6.4. Antidot
Organofosfat dengan pemberian Atrophin Sulfat

8
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap
makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas
penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan
dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi.
Terdapat banyak bidang toksikologi diantaranya yaitu toksikologi bahan
pangan, toksikologi pestisida, toksikologi industri, dan toksikologi
lingkungan.
Suatu kerja toksik pada umumnya merupakan hasil dari sederetan proses
fisika, biokimia, dan biologik yang sangat rumit dan komplek. Proses ini
umumnya dikelompokkan ke dalam tiga fase yaitu: fase eksposisi
toksokinetik dan fase toksodinamik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Wirasuta, IMAG dan N, Rasmaya. 2007. Toksikologi Veteriner. Fakultas MIPA


Universitas Udayana. Diakses di: https://farmasi.unud.ac.id/ind/wp-
content/uploads/Buku-Ajar-Toksikologi-Umum.pdf.

Ikhsanudin. 2019. Toksikologi Bahan Pangan. Diakses di:


https://www.scribd.com/doc/241458692/Makalah-Toksikologi-Bahan-
Pangan.

Asfawi, Supriyono. 2018. Toksikologi Lingkungan.


http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/TM_12_TOKSIKOLOGI_LINGKUN
GAN.pdf.

10

Anda mungkin juga menyukai