PARASITOLOGI VETERINER
OLEH :
LABORATORIUM PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2017
Kata Pengantar
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan kuasa-
Nya, sehingga dapat menyelesaikan paper ini dengan judul “Nematoda pada Sapi”. Paper ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi Veteriner pada semester III. Ucapan
terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian paper ini.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih jauh
dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari tulisan
ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Toxocara vitulorum .......................................................................... 3
2.2 Bunostomum phlebotomum .............................................................. 6
2.3 Oesophagostomum radiatum ........................................................... 8
2.4 Haemonchus contortus..................................................................... 10
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul permasalahan yang penulis hadapi . Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa saja nematoda yang dapat menyerang sapi ?
1.2.2 Bagaimana morfologi dan siklus hidup nematoda tersebut?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar 1 Gambar 2
Phyllum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Ordo : Ascaridia
Family : Toxocaridae
Genus : Toxocara
3
2.1.2 Morfologi Toxocara vitulorum
Toxocara vitulorum adalah cacing nematoda yang terbesar menginfeksi sapi. Ukuran
tubuhnya dapat mencapai 40 cm (panjang) dan lebar 7 mm. Ukuran tubuh jantan lebih besar
dibandingkan betina. Tubuh cacing ini diselubungi oleh cuticle yang flexible. Cacing ini
memiliki saluran digestive dengan dua bukaan, yaitu mulut dan anus. Mereka juga mempunyai
system nervous namun tidak memiliki organ ekskresi dan tidak memiliki system sirkulasi.
Ovarium betina berukuran besar dan memiliki bukaan pada bagian akhirnya yang disebut vulva.
Cacing jantan memiliki copulary bursa dengan dua spikula pendek yang digunakan untuk
kopulasi dengan cacing betina. Telurnya berukuran 70x80 mikrometer, memiliki membrane tebal
dan hanya 1 sel di dalam satu telur.
4
Lama prepatent periode atau pertama infeksi sampai menghasilkan telur adalah 3 – 4 minggu di
tubuh anak sapi. Di sapi dewasa lamanya tergantung pada migrasi larva dan lama periode
dorman di dalam jaringan.
Gambar 3
(Siklus Hidup Toxocara vitulorum)
5
2.2 Bunostomum phlebotomum
Gambar 4 Gambar 5
(Telur Cacing Bunostomum phlebotomum) (Cacing Bunostomum phlebotomum)
Phyllum : Nematoda
Class : Chromadorea
Ordo : Rhabditida
Family : Ancylostomatidae
Genus : Bunostomum
Mereka adalah cacing putih keabu-abuan, panjangnya 1-3 cm dan bertubuh tegap,
terutama bila dibandingkan dengan nematoda lainnya. Ujung anterior mereka ditekuk di
6
punggung sehingga memberi mereka figurasi yang terpikat. Kapsul bukal adalah corong
berbentuk dan berbatasan dengan sepasang pelat pemotongan chitinous yang berfungsi untuk
melampirkan parasit ke mukosa usus. Mereka biasanya hanya ditemukan di beberapa kecil
proksimal usus kecil. Telur dari Bunostomum spp. tidak beraturan dan ellipsoid, dikuliti tipis dan
memiliki 4-8 blastomeres. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal dan juga
kerusakan integumen selama invasi perkutan
Bunostomum spp. memiliki siklus hidup langsung, mengambil 24-36 jam untuk
menetas dan 5-16 hari untuk berkembang menjadi larva infektif L3 yang telah direhabilitasi.
Cuaca panas membatasi kelangsungan hidup di padang rumput sampai 6-7 minggu, dan larva /
telur tidak bertahan pada musim dingin di padang rumput di negara-negara beriklim sedang.
Larva kemudian bermigrasi ke paru-paru dan trakea, mencapai usus setelah batuk dan tertelan.
Larva merica baik di paru-paru dan saat mereka mencapai abomasum atau usus. Telur
ditumpahkan ke dalam kotoran oleh individu yang terinfeksi. Periode pra-paten adalah 7-9
minggu dan umur maksimal parasit maksimal 1-2 tahun.
Gambar 6
(Siklus hidup Bunostomum phlebotomum)
7
2.3 Oesophagostomum radiatum
Gambar 7 Gambar 8
(Cacing Oesophagostomum radiatum) (Telur Oesophagostomum radiatum)
Phyllum : Nematoda
Ordo : Strongylida
Family : Strongyloidae
Genus : Oesophagostomum
8
2.3.2 Morfologi Oesophagostomum radiatum
Cacing Oesophagostomum radiatum jantan mencapai panjang 14-17 mm, sedangkan yang
betina 16-22 mm. Mulut seolah- olah dilingkarin oleh mahkota, gelembung kepala besar yang
kemudian menyempit membentuk leher. Daun mahkota luar sekitar mulut tidak ada. Daun
mahkota dalam terdiri dari 38-40 lembar. Cacing jantan mempunyai spikulum yang berukuran
0.7-0.8 mm dengan bursa sempurna. Vulva terletak 10 mm di depan anus. Telur 70-76 x 36-40
mikron.
Telur yang keluar bersama tinja akan menetas dalam waktu 20 jam, larva infektif dicapai
dalam waktu 5-6 hari. Infeksi terjadi pada waktu makan rumput, minum atau ketika menjilati
bulunya yang mengandung larva infektif. Larva infektif yang tertelan itu eksidis dalam usus
kecil, terutama ileum dan masuk dalam mukosa usus kecil atau sekum serta tinggal didalam
mukosa selama 10 hari membentuk nodul. Selama itu larva tumbuh menjadi larva keempat.
Larva kembali kedalam lumen usus dan menjadi dewasa serta tinggal dalam colon. Telur
ditemukan dalam tinja sapi 37-41 hari sesudah infeksi.(Akoso, 1996)
Gambar 9
9
(Siklus Hidup Oesophagostomum radiatum)
Gambar 10 Gambar 11
Menurut Rudolphi (1803) and Cobb (1898) klasifikasi Haemonchus contortus sebagai
berikut :
Phyllum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Family : Trichostrongylidae
Genus : Haemonchus
10
2.4.2 Morfologi Haemonchus contortus
Cacing Haemonchus contortus merupakan cacing lambung yang besar, sehingga disebut
juga cacing ” Barberpole” pada ruminansia. Cacing H. contortus berpredeleksi didalam
abomasum sapi, kambing dan ruminansia lain.
Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter 400 mikron, berwarna merah terang serta
memiliki spikula dan bursa. Bursanya ditemukan di bagian posterior tubuh tersusun oleh dua
lobus lateral yang simetris dan satu lobus dorsal yang tidak simetris, sehingga membentuk
percabangan seperti huruf Y dan berwarna mengkilat.
Cacing betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu 18-30 mm
dengan diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang membentuk spiral antara
organ genital (Ovarium) yang berwarna putih dengan usus yang berwarna merah karena penuh
berisi darah, sehingga akan nampak berwarna merah puti secara berselang seling. Mempunyai ”
Flaf anterior” yang menutupi permukaan vulva yang umumnya besar dan menonjol. Cacing
betina dewasa mampu bertelur sebanyak 5.000 – 10.000 butir setiap hari. Telur berbentuk
lonjong dan berukuran 70-85 X 41 –48 mikron yang pada saat keluar bersama tinja,
perkembangan telur telah mengalami stadium morula (didalam telur telah mengandung 16-32
sel).
2.4.3 Siklus Hidup Haemonchus contortus
Telur cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam bebas, setelah 24
jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban) akan segera menetas dan
terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap mendukung larva I akan ekdisis menjadi
larva II, kemudian akan menjadi larva III yang infektif. Larva III akan merayap keatas daun atau
rumput-rumputan serta dapat bertahan hidup untuk beberapa minggu – bulan jika kondisi tetap
menunjang.
Jika larva infektif dimakan hospes definitif melalui rumput yang tercemar, maka
selanjutnya menyilih menjadi larva IV dan menempel pada mukosa abomasum untuk menghisap
darah. Larva IV akan mengalami penyilihan yang terakhir menjadi cacing muda yang
11
berpredeleksi didalam abomasum serta menghisap darah. Cacing betina sudah dapat bertelur
dalam waktu 18 – 21 hari setelah infeksi.
Gambar 12
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nematoda adalah cacing yang berbentuk bulat panjang (gilik) atau seperti benang. Istilah
Nematoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu nema yang berarti benang
dan ode yang berarti seperti. Nematoda merupakan hewan tripoplastik dan pseudoselomata
(berongga tubuh semu). Nematoda mempunya bentuk tubuh dan ukuran yang beragam mulai
dibawah ukuran 1mm hingga lebih dari 1 m. Begitupun juga ada beberapa jenis nematoda yang
dapat menginfeksi hewan ruminansia yaitu salah satunya pada sapi diantaranya adalah Toxocara
vitulorum, Bunostomum phlebotomum, Oesophagostomum radiatum, Haemonchus contortus.
3.2 Saran
Telah dipaparkan diatas tentang beberapa jenis nematoda yang dapat menyerang hewan
ruminansia salah satu contohnya pada sapi. Tentunya, nematoda tersebut termasuk parasit yang
tidak hanya menyerang hewan ruminansia saja melainkan dapat menginfeksi semua hewan.
Sebagai dokter hewan yang professional, tentunya kita harus mengetahui macam-macam parasit
yang sudah pasti akan menginfeksi hewan agar dengan mudah dapat mengetahui gejala dan
pengobatannya.
13
DAFTAR PUSTAKA
Iraning, Tyas. 2013. Pengertian Nematoda, Ciri-Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, & Peranan.
Jakarta: Erlangga.
Palyoga,Habyb.2015.Toxocara vitulorum.http://www.dokter-hewan.net/2015/09/toxocara-
vitulorum.html. Diakses pada tanggal 29 September 2017 pukul 15.40 WITA.
Anonim. 2011.Haemonchus.http://catatankuliah-heri.blogspot.co.id/2011/03/haemonchus.html.
Diakses pada tanggal 30 September 2017 pukul 19.20 WITA.
14