Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MATA KULIAH

PARASITOLOGI VETERINER

NEMATODA PADA SAPI

OLEH :

1. Ni Putu Dyah Giana Paramitha 1609511014


2. Halimah Tusadiah 1609511018
3. Kadek Ayu Icha Shania Putri 1609511036
4. Raf’atun Fitriani 1609511040

LABORATORIUM PARASITOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2017
Kata Pengantar

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan kuasa-
Nya, sehingga dapat menyelesaikan paper ini dengan judul “Nematoda pada Sapi”. Paper ini
diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Parasitologi Veteriner pada semester III. Ucapan
terima kasih penulis haturkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian paper ini.

Akhirnya, tak ada gading yang tak retak. Penulis sadar bahwa karya tulis ini masih jauh
dari kesempurnaan. Segala kritik dan saran sangat penulis harapkan demi kebaikan dari tulisan
ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih.

Denpasar, 30 September 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Toxocara vitulorum .......................................................................... 3
2.2 Bunostomum phlebotomum .............................................................. 6
2.3 Oesophagostomum radiatum ........................................................... 8
2.4 Haemonchus contortus..................................................................... 10

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan .......................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 (Cacing Toxocara vitulorum)…………………………………………………......3

Gambar 2 (Telur Cacing Toxocara vitulorum)…………………………..…………………...3

Gambar 3 (Siklus Hidup Toxocara vitulorum)………….……………………………………5


Gambar 4 (Telur Cacing Bunostomum phlebotomum)……………………………………….6

Gambar 5 (Cacing Bunostomum phlebotomum)……………………………………………...6

Gambar 6 (Siklus hidup Bunostomum phlebotomum)………………………………………..7


Gambar 7 (Cacing Oesophagostomum radiatum)……………………………………………7

Gambar 8 (Telur Oesophagostomum radiatum)……………………………………………...8

Gambar 9 (Siklus Hidup Oesophagostomum radiatum)……………………………………...9

Gambar 10 (Cacing Haemonchus contortus)………………………………………………...10

Gambar 11 (Telur Haemonchus contortus)…………………………………………………..10

Gambar 12 (Siklus Hidup Haemonchus contortus)............……………………………….....12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nematoda adalah cacing yang berbentuk bulat panjang (gilik) atau seperti benang. Istilah
Nematoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu nema yang berarti
benang dan ode yang berarti seperti. Nematoda merupakan hewan tripoplastik dan
pseudoselomata (berongga tubuh semu). Nematoda mempunya bentuk tubuh dan ukuran
yang beragam mulai dibawah ukuran 1mm hingga lebih dari 1 m. Cacing betina berukuran
lebih besar yang dibandingkan dengan cacing jantan. Individu jantan mempunyai ujung
posterior yang berbentuk kait. Bagian dari anterior atau daerah mulut tampak simetri radial,
dan semakin ke arah posterior membentuk ujung yang meruncing. Nematoda banyak hidup
bebas di alam dan mempunyai daerah penyebaran yang luas, mulai daerah kutub yang dingin,
padang pasar, sampai ke laut yang dalam. Nematoda sangat mudah ditemukan di laut, air
tawar, air payau maupun tanah.
Nermatoda mempunyai tiga lapisan embrionik, yaitu ektoderm, mesoderm, dan
endoderm. Tubuhnya mempunyai rongga tubuh yang semu. Permukaan tubuh ditutupi oleh
lapisan kutikula yang keras dan transparan. Cacing yang hidup secara parasit di saluran
pencernaan inang dengan memiliki lapisan kutikula lebih tebal yang dibanding dengan
cacing yang hidup bebas. Di bawah lapisan kutikula cacing, terdapat epidermis yang
biasanya terdiri dari sel-sel. Dinding tubuh dari Nematoda tersusun dari otot longitudinal
yang kontraksinya menghasilkan gerakan memukul seperti cemeti. Pseudoselom yang berisi
cairan dengan fungsi sebagai rangka hidrostatikdan menunjang gerakan meliuk-liuk.
Nematoda hidup bebas dengan memakan sampah organik, bangkai, kotoran hewan, tanaman
yang membusuk, ganggang, jamur, dan hewan kecil lainnya. Tetapi banyak juga yang hidup
parasit pada hewan, manusia, bahkan tumbuhan. Salah satu contohnya adalah Nematoda
yang hidup parasit pada hewan ruminansia yaitu pada sapi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka timbul permasalahan yang penulis hadapi . Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa saja nematoda yang dapat menyerang sapi ?
1.2.2 Bagaimana morfologi dan siklus hidup nematoda tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas , maka tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai
berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui nematoda yang dapat menyerang sapi
1.3.2 Untuk mengetahui morfologi dan siklus hidup nematode tersebut

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Toxocara vitulorum

Gambar 1 Gambar 2

(Cacing Toxocara vitulorum) (Telur Cacing Toxocara vitulorum)

2.1.1 Klasifikasi Toxocara vitulorum

Phyllum : Nemathelminthes

Sub class : Secernentea

Class : Nematoda

Ordo : Ascaridia

Family : Toxocaridae

Genus : Toxocara

3
2.1.2 Morfologi Toxocara vitulorum

Toxocara vitulorum adalah cacing nematoda yang terbesar menginfeksi sapi. Ukuran
tubuhnya dapat mencapai 40 cm (panjang) dan lebar 7 mm. Ukuran tubuh jantan lebih besar
dibandingkan betina. Tubuh cacing ini diselubungi oleh cuticle yang flexible. Cacing ini
memiliki saluran digestive dengan dua bukaan, yaitu mulut dan anus. Mereka juga mempunyai
system nervous namun tidak memiliki organ ekskresi dan tidak memiliki system sirkulasi.
Ovarium betina berukuran besar dan memiliki bukaan pada bagian akhirnya yang disebut vulva.
Cacing jantan memiliki copulary bursa dengan dua spikula pendek yang digunakan untuk
kopulasi dengan cacing betina. Telurnya berukuran 70x80 mikrometer, memiliki membrane tebal
dan hanya 1 sel di dalam satu telur.

2.1.3 Siklus Hidup Toxocara vitulorum


Toxocara vitulorum memiliki siklus hidup langsung (direct life cicle), artinya tidak
memiliki host perantara. Cacing betina dewasa bertelur di usus dari host dan akan terbawa keluar
bersama feses. Cacing ini merupakan salah satu cacing yang sangat produktif. Sapi terinfeksi
cacing ini akan menumpahkan 8 juta telur setiap hari melalui feses. Setelah di lingkungan, telur
akan berkembang menjadi larva dan dalam waktu 7 – 15 hari dengan suhu 27 derajat hingga 30
derajat celcius (suhu ideal). Namun pertumbuhan akan berhenti ketika suhu dibawah 12 ºC dan
akan aktif lagi setelah suhu naik lagi. Telur ini infektif dan akan mencemari padang rumput.
Pada tahap ini mereka akan dapat bertahan hidup selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun,
namun sensitive terhadap sinar matahari.
Ternak akan terinfeksi setelah menelan embryonated eggs. Larva akan keluar dari telur di
dalam lambung, dan akan penetrasi ke dalam dinding lambung dan migrasi ke dalam pembuluh
darah dan menuju ke liver, paru, trakea, mulut, esophagus, dan kembali ke usus halus, dimana
usus halus adalah tempat berkembang biak dan produksi telur. Ketika larva bermigrasi ke
jaringan lain, berupa kelenjar mamae dan plasenta, cacing ini akan berpindah ke anak sapi atau
ke fetus. Larva akan bertahan di jaringan sampai 5 bulan. Larva yang sampai di kelenjar mamae
akan dormant sampai 3 minggu. Ketika anak sapi minum susu sapi maka akan terjadi
perpindahan dari ibu ke anak (lactogenic transmission). Larva cacing yang tertelan oleh anak
sapi akan masuk terus ke intestine dan berubah menjadi dewasa setelah 3 minggu.

4
Lama prepatent periode atau pertama infeksi sampai menghasilkan telur adalah 3 – 4 minggu di
tubuh anak sapi. Di sapi dewasa lamanya tergantung pada migrasi larva dan lama periode
dorman di dalam jaringan.

Gambar 3
(Siklus Hidup Toxocara vitulorum)

5
2.2 Bunostomum phlebotomum

Gambar 4 Gambar 5
(Telur Cacing Bunostomum phlebotomum) (Cacing Bunostomum phlebotomum)

2.2.1 Klasifikasi Bunostomum phlebotomum


Menurut Railliet (1902) klasifikasi cacing Bunostomum phlebotomum sebagai berikut:

Phyllum : Nematoda

Class : Chromadorea

Ordo : Rhabditida

Family : Ancylostomatidae

Genus : Bunostomum

Spesies : Bunostomum phlebotomum

2.2.2 Morfologi Bunostomum phlebotomum

Mereka adalah cacing putih keabu-abuan, panjangnya 1-3 cm dan bertubuh tegap,
terutama bila dibandingkan dengan nematoda lainnya. Ujung anterior mereka ditekuk di

6
punggung sehingga memberi mereka figurasi yang terpikat. Kapsul bukal adalah corong
berbentuk dan berbatasan dengan sepasang pelat pemotongan chitinous yang berfungsi untuk
melampirkan parasit ke mukosa usus. Mereka biasanya hanya ditemukan di beberapa kecil
proksimal usus kecil. Telur dari Bunostomum spp. tidak beraturan dan ellipsoid, dikuliti tipis dan
memiliki 4-8 blastomeres. Parasit ini dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal dan juga
kerusakan integumen selama invasi perkutan

2.2.3 Siklus Hidup Bunostomum phlebotomum

Bunostomum spp. memiliki siklus hidup langsung, mengambil 24-36 jam untuk
menetas dan 5-16 hari untuk berkembang menjadi larva infektif L3 yang telah direhabilitasi.
Cuaca panas membatasi kelangsungan hidup di padang rumput sampai 6-7 minggu, dan larva /
telur tidak bertahan pada musim dingin di padang rumput di negara-negara beriklim sedang.
Larva kemudian bermigrasi ke paru-paru dan trakea, mencapai usus setelah batuk dan tertelan.
Larva merica baik di paru-paru dan saat mereka mencapai abomasum atau usus. Telur
ditumpahkan ke dalam kotoran oleh individu yang terinfeksi. Periode pra-paten adalah 7-9
minggu dan umur maksimal parasit maksimal 1-2 tahun.

Gambar 6
(Siklus hidup Bunostomum phlebotomum)

7
2.3 Oesophagostomum radiatum

Gambar 7 Gambar 8
(Cacing Oesophagostomum radiatum) (Telur Oesophagostomum radiatum)

2.3.1 Klasifikasi Oesophagostomum radiatum

Menurut Noble and Noble (1989) klasifikasi Oesophagostomum radiatum sebagai


berikut:

Phyllum : Nematoda

Ordo : Strongylida

Family : Strongyloidae

Genus : Oesophagostomum

Spesies : Oesophagostomum radiatum

8
2.3.2 Morfologi Oesophagostomum radiatum

Cacing Oesophagostomum radiatum jantan mencapai panjang 14-17 mm, sedangkan yang
betina 16-22 mm. Mulut seolah- olah dilingkarin oleh mahkota, gelembung kepala besar yang
kemudian menyempit membentuk leher. Daun mahkota luar sekitar mulut tidak ada. Daun
mahkota dalam terdiri dari 38-40 lembar. Cacing jantan mempunyai spikulum yang berukuran
0.7-0.8 mm dengan bursa sempurna. Vulva terletak 10 mm di depan anus. Telur 70-76 x 36-40
mikron.

2.3.3 Siklus Hidup Oesophagostomum radiatum

Telur yang keluar bersama tinja akan menetas dalam waktu 20 jam, larva infektif dicapai
dalam waktu 5-6 hari. Infeksi terjadi pada waktu makan rumput, minum atau ketika menjilati
bulunya yang mengandung larva infektif. Larva infektif yang tertelan itu eksidis dalam usus
kecil, terutama ileum dan masuk dalam mukosa usus kecil atau sekum serta tinggal didalam
mukosa selama 10 hari membentuk nodul. Selama itu larva tumbuh menjadi larva keempat.
Larva kembali kedalam lumen usus dan menjadi dewasa serta tinggal dalam colon. Telur
ditemukan dalam tinja sapi 37-41 hari sesudah infeksi.(Akoso, 1996)

Gambar 9

9
(Siklus Hidup Oesophagostomum radiatum)

2.4 Haemonchus contortus

Gambar 10 Gambar 11

(Cacing Haemonchus contortus) (Telur Haemonchus contortus)

2.4.1 Klasifikasi Haemonchus contortus

Menurut Rudolphi (1803) and Cobb (1898) klasifikasi Haemonchus contortus sebagai
berikut :

Phyllum : Nematoda

Class : Secernentea

Sub class : Rhabditia

Ordo : Strongylida

Family : Trichostrongylidae

Genus : Haemonchus

Spesies : Haemonchus contortus

10
2.4.2 Morfologi Haemonchus contortus

Cacing Haemonchus contortus merupakan cacing lambung yang besar, sehingga disebut
juga cacing ” Barberpole” pada ruminansia. Cacing H. contortus berpredeleksi didalam
abomasum sapi, kambing dan ruminansia lain.

Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter 400 mikron, berwarna merah terang serta
memiliki spikula dan bursa. Bursanya ditemukan di bagian posterior tubuh tersusun oleh dua
lobus lateral yang simetris dan satu lobus dorsal yang tidak simetris, sehingga membentuk
percabangan seperti huruf Y dan berwarna mengkilat.

Cacing betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu 18-30 mm
dengan diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang membentuk spiral antara
organ genital (Ovarium) yang berwarna putih dengan usus yang berwarna merah karena penuh
berisi darah, sehingga akan nampak berwarna merah puti secara berselang seling. Mempunyai ”
Flaf anterior” yang menutupi permukaan vulva yang umumnya besar dan menonjol. Cacing
betina dewasa mampu bertelur sebanyak 5.000 – 10.000 butir setiap hari. Telur berbentuk
lonjong dan berukuran 70-85 X 41 –48 mikron yang pada saat keluar bersama tinja,
perkembangan telur telah mengalami stadium morula (didalam telur telah mengandung 16-32
sel).
2.4.3 Siklus Hidup Haemonchus contortus

Telur cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam bebas, setelah 24
jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban) akan segera menetas dan
terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap mendukung larva I akan ekdisis menjadi
larva II, kemudian akan menjadi larva III yang infektif. Larva III akan merayap keatas daun atau
rumput-rumputan serta dapat bertahan hidup untuk beberapa minggu – bulan jika kondisi tetap
menunjang.

Jika larva infektif dimakan hospes definitif melalui rumput yang tercemar, maka
selanjutnya menyilih menjadi larva IV dan menempel pada mukosa abomasum untuk menghisap
darah. Larva IV akan mengalami penyilihan yang terakhir menjadi cacing muda yang

11
berpredeleksi didalam abomasum serta menghisap darah. Cacing betina sudah dapat bertelur
dalam waktu 18 – 21 hari setelah infeksi.

Gambar 12

(Siklus Hidup Haemonchus contortus)

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nematoda adalah cacing yang berbentuk bulat panjang (gilik) atau seperti benang. Istilah
Nematoda berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu nema yang berarti benang
dan ode yang berarti seperti. Nematoda merupakan hewan tripoplastik dan pseudoselomata
(berongga tubuh semu). Nematoda mempunya bentuk tubuh dan ukuran yang beragam mulai
dibawah ukuran 1mm hingga lebih dari 1 m. Begitupun juga ada beberapa jenis nematoda yang
dapat menginfeksi hewan ruminansia yaitu salah satunya pada sapi diantaranya adalah Toxocara
vitulorum, Bunostomum phlebotomum, Oesophagostomum radiatum, Haemonchus contortus.

3.2 Saran

Telah dipaparkan diatas tentang beberapa jenis nematoda yang dapat menyerang hewan
ruminansia salah satu contohnya pada sapi. Tentunya, nematoda tersebut termasuk parasit yang
tidak hanya menyerang hewan ruminansia saja melainkan dapat menginfeksi semua hewan.
Sebagai dokter hewan yang professional, tentunya kita harus mengetahui macam-macam parasit
yang sudah pasti akan menginfeksi hewan agar dengan mudah dapat mengetahui gejala dan
pengobatannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Fadli,Muhsoni ; Oka,Ida Bagus Made ; Adi Suratma,Nyoman.2014. Prevalensi Nematoda


Gastrointestinal pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Mengwi,
Badung. Bali.

Iraning, Tyas. 2013. Pengertian Nematoda, Ciri-Ciri, Klasifikasi, Reproduksi, & Peranan.
Jakarta: Erlangga.

Junaidi,Muhammad ; Sambodo,Priyo ; Nurhayati,Dwi.2014. Prevalensi Nematoda pada Sapi


Bali di Kabupaten Manokwari. Maluku.

Palyoga,Habyb.2015.Toxocara vitulorum.http://www.dokter-hewan.net/2015/09/toxocara-
vitulorum.html. Diakses pada tanggal 29 September 2017 pukul 15.40 WITA.

Steen,Van Der ; Pardon ; Sarre ; Valgaeren ; Hende,Van ; Vlaminck ; Deprez.2014. Intestinal


obstruction by Toxocara vitulorum in a calf. Belgium.

Anonim. 2011.Haemonchus.http://catatankuliah-heri.blogspot.co.id/2011/03/haemonchus.html.
Diakses pada tanggal 30 September 2017 pukul 19.20 WITA.

14

Anda mungkin juga menyukai