Anda di halaman 1dari 13

PAPER FARMAKOLOGI VETERINER

DESINFEKTAN DAN ANTISEPTIK

Oleh :

Windy Kartika Sari 1809511094/C

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kuasa-Nya,
sehingga dapat diselesaikannya paper Farmakologi Veteriner “Desinfektan dan Antiseptik”
ini dengan baik. Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas paper farmokologi veteriner, di
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Segala kritik dan saran sangat penulis
harapkan demi kebaikan dari tulisan ini, dan tak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih.

Denpasar, 12 Oktober 2019

Hormat kami,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 1

1.3 Manfaat........................................................................................................................ 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 3

2.1 Desinfektan dan Antiseptik ......................................................................................... 3

2.2 Ciri-ciri Desinfektan .................................................................................................... 3

2.3 Penggunaan Desinfektan ............................................................................................. 3

2.4 Mekanisme Kerja Desinfektan .................................................................................... 5

2.5 Tujuan Penggunaan Antiseptik ................................................................................... 5

2.6 Mekanisme Kerja Anti Septik ..................................................................................... 5

2.7 Penggolongan Anti Septik........................................................................................... 6

BAB III...................................................................................................................................... 9

PENUTUP ................................................................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 9

3.2 Saran ................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanpa disadari disinfektan dan antiseptik sangat dibutuhkan dalam kehidupan
sehara-hari. Hampir semua tempat membutuhkan disinfektan sebagai bahan yang
membantu menciptakan keadaan aseptis. Disinfektan dan antiseptik banyak digunakan di
setiap tempat yang membutuhkan kondisi higienis seperti rumah sakit, peternakan,
laboratorium, rumah dan tempat lainnya. Dengan kata lain, disinfektan merupakan bagian
penting dari praktik pengendalian infeksi dan bantuan dalam pencegahan infeksi
nosokomial. Kebutuhan terhadap disinfektan juga muncul atas adanya bahaya potensi
kontaminasi mikroba dan risiko infeksi pada di semua tempat yang bersentuhan dengan
manusia. Oleh karena itu terjadi peningkatan penggunaan desinfektan oleh masyarakat
umum. Berbagai jenis bahan kimia aktif banyak yang telah digunakan sebagai desinfeksi.
Secara umum, semua bahan kimia yang bersifat “biosidal” yang memiliki spektrum
aktivitas yang lebih luas daripada antibiotik, berpotensi digunakan sebagai disinfectan.

Penting untuk dicatat bahwa banyak biosidal ini dapat digunakan secara tunggal
atau kombinasi. Oleh karena itu banyak produk disinfektan yang dijual di pasaran dapat
terdiri dari satu jenis disinfektan ataupun gabungan dari dua aksi disinfectan yang makin
meningkatkan sifat biosidal dari satu jenis disinfektan. Hal inilah yang menyebabkan
setiap produk disinfektan atau antiseptik memiliki dalam berbagai produk yang sangat
bervariasi dalam aktivitas melawan mikroorganisme. Berdasarkan daya kerja, aktivitas
antimikroba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti efek formulasi disinfektan dan
antiseptik, sinergi kerja dengan bahan lainnya yang ada dalam disinfektan, suhu, dan
pengenceran.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian desinfektan dan antiseptic
2. Mengetahui ciri ciri desinfektan
3. Mengetahui penggunaan desinfektan
4. Mengetahui mekanisme kerja desinfektan
5. Mengetahui tujuan penggunaan antiseptic
6. Mengetahui mekanisme kerja antiseptic
7. Mengetahui penggolongan antiseptic
1.3 Manfaat
1. Dapat memaparkan definisi desinfektan dan antiseptic
2. Dapat memaparkan ciri ciri desinfektan
3. Dapat memaparkan penggunaan desinfektan
4. Dapat memaparkan mekanisme kerja desinfektan
5. Dapat memaparkan tujuan penggunaan antiseptic
6. Dapat memaparkan mekanisme kerja antiseptic
7. Dapat memaparkan penggolongan antiseptic

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Desinfektan dan Antiseptik
Secara definisi, desinfektan dan antiseptik berupa bahan kimia, biasanya
spektrum luas, yang menginaktivasi mikroorganisme, baik bersifat
membunuh/menghancurkan ataupun menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
benda mati atau permukaan. Namun secara khusus dalam membunuh spora, ada
beberapa jenis desinfektan dapat saja bersifat sporostatik tapi belum tentu juga
bersifat sporisidal.
Desinfektan adalah substansi kimia yang dipakai untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan menghalangi /merusaknya dan biasa digunakan pada benda-
benda mati (Depkes RI, 1996).

Antiseptik adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau


mencegah pertumbuhan mikroorganisme, biasanya merupakan sediaan yang
digunakan pada jaringan hidup (Levinson, 2008).
2.2 Ciri-ciri Desinfektan
Ciri-ciri desinfektan yang ideal yaitu :
a. Aktivitas antimicrobial. Kemampuan subtansi untuk mematikan berbagai
macam mikroorganisme.
b. Kelarutan. Substansi itu harus dapat larut dalam air atau pelarut-pelarut lain
sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif.
c. Stabilitas. Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa
lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh menghilangkan sifat
antimikrobialnya
d. Tidak bersifat racun bagi makhluk hidup. Bahwa substansi tersebut harus
bersifat letal bagi mikroogranisme dan tidak berbahaya bagi manusia ataupun
hewan lain.
2.3 Penggunaan Desinfektan
Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan
membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun
dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya
tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu diperhatikan bahwa desinfektan harus
digunakan secara tepat.

3
a. Desinfektan tingkat rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Golongan pertama
a) Desinfektan yang tidak membunuh virus HIV dan Hepatitis B.
1. Klorhexidine (Hibitane, Savlon).
2. Cetrimide (Cetavlon, Savlon).
3. Fenol-fenol (Dettol).
Desinfektan golongan ini tidak aman untuk digunakan :
1. Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak).
2. Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung
tangan yang terkena darah.
3. Klorheksidine dan cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit
4. Fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot
seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah
dianggap memadai.

2. Golongan kedua
a) Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatitis B
a). Desinfektan yang melepaskan klorin.
Contoh : Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel),
Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat
(NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih).
b). Desinfektan yang melepaskan Iodine
misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah) 1. Alkohol : Isopropil alkohol,
spiritus termetilasi, etanol. 2. Aldehid : formaldehid (formalin), glutaraldehid (cidex).
3. Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2.

4
2.4 Mekanisme Kerja Desinfektan
Cara kerja desinfektan berdasarkan proses-prosesnya adalah sebagai berikut (Tan
& Kirana, 2002) :
1. Kerusakan pada dinding sel
Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau
mengubahnya setelah selesai dibentuk.
2. Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta
mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain. Kerusakan pada membran ini
akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.
3. Perubahan molekul protein dan asam nukleat
Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan
asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau subtansi mengubah
keadaan ini, yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat
merusak sel tanpa diperbaiki kembali.
4. Penghambatan kerja enzim
Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel
merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia
diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini dapat
mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.
5. Penghambatan sintetis asam nukleat dan protein
DNA, RNA, dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses
kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
total pada sel.
2.5 Tujuan Penggunaan Antiseptik

Tujuan utama pemakaian antiseptik adalah untuk membunuh atau


menghambat pertumbuhan bakteri dengan mekanisme penghambatan sistem enzim
bakteri dan mengubah daya permeabilitas sel membran melalui proses oksidasi,
halogenasi dan pengendapan bakteri.
2.6 Mekanisme Kerja Anti Septik
Mekanisme kerja antiseptik antara lain merusak lemak pada membran sel
bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang

5
berperan dalam biosintesis asam lemak (Isadiartuti & Retno, 2005).
Menurut Siswandono dan Sukardjo, mekanisme kerja antiseptik antara lain
penginaktifan enzim, denaturasi protein, mengubah permeabilitas membran,
interkalasi ke dalam Deoksiribo Nukleat Acid (DNA) dan pembentukan kelat.
2.7 Penggolongan Anti Septik
Menurut Siswandono (1995), antiseptik dapat digolongkan menjadi
beberapa golongan, yaitu golongan halogen dan halogenofor, golongan fenol,
golongan alkohol, senyawa pengoksidasi dan turunan ammonium kuartener.
1. Golongan halogen dan halogenofor
Turunan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti
larutan iodium, iodofor, dan povidon iodium. Kompleks klorin dengan
senyawa organik disebut klorofor, sedangkan kompleks iodin dengan
senyawa organik disebut iodofor. Halogen dan halogenofor digunakan
sebagai antiseptik dan desinfektan. Klorin dan klorofor terutama digunakan
untuk mendesinfeksi air, seperti air minum dan air kolam renang. Contohnya,
klorin dioksida, dan riklosan. Iodin dan iodofor digunakan untuk antiseptik
kulit sebelum pembedahan dan antiseptik luka. Turunan ini umumnya
digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1 - 5% dan mampu
mengoksidasi dalam rentang waktu 10 - 30 menit. Contohnya, povidon
iodium (Siswandono, 1995).

2. Golongan fenol
Fenol sendiri mempunyai efek antiseptik dan desinfektan. Golongan
fenol diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisid
namun tidak bersifat sporisid. Senyawa turunan fenol yang dikenal sebagai
senyawa fenolik mengandung molekul fenol yang secara kimiawi dapat
diubah. Perubahan struktur kimia tersebut bertujuan untuk mengurangi efek
iritasi kulit dan meningkatkan aktivitas antibakteri (Siswandono, 1995).
Fenol digunakan sebagai senyawa baku dalam pengujian antiseptik karena
memiliki mekanisme kerja spektrum luas. Fenol dapat merusak dinding sel
dan membran sel, mengkoagulasi protein, merusak ATPase, merusak
sulfohidril dari protein, dan merusak DNA sehingga efektif membunuh
bakteri (Siswandono, 1995; Fazlara and Ekhtelat, 2012).
3. Golongan Alkohol
6
Turunan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain turunan
aldehid, misalnya etanol (C2H5OH), isopropanol (C3H7OH). Alkoholbekerja
dengan mendenaturasi protein dari sel bakteri dan umumnya dibuat dalam
campuran air pada konsentrasi 70% - 90%. Etanol bersifat bakterisid,
digunakan sebagai antiseptik kulit dan sebagai pengawet. Isopropanol
mempunyai aktivitas bakterisid lebih kuat dibandingkan etanol karena lebih
efektif dalam menurunkan tegangan permukaan sel bakteri dan denaturasi
bakteri (Siswandono, 1995).
4. Senyawa Pengoksidasi
Senyawa pengoksidasi yang umum digunakan adalah hidrogen peroksida,
benzoil peroksida, karbanid peroksida, kalium permanganat, dan natrium
perborat (Siswandono, 1995; Aboh, et al., 2013).
Benzoil peroksida dalam air melepaskan hidrogen peroksida dan asam
benzoat. Benzoil peroksida pada konsentrasi 5 - 10% digunakan sebagai
antiseptik dan keratolitik untuk pengobatan jerawat (Siswandono, 1995;
Aboh, et al., 2013).
Karbanid peroksida disebut juga urea peroksida, mengandung hidrogen
peroksida (34%) dan oksigen (16%). Larutan karbamid peroksida dalam air
secara perlahan-lahan melepaskan hidrogen peroksida, dan digunakan untuk
antiseptik pada telinga dan pada luka (Elisabeth, dkk, 2012).
Kalium permanganat dan natrium perborat digunakan sebagaidesinfektan
dan antiseptik karena bersifat oksidatif. Pada umumnya, kedua senyawa
tersebut digunakan untuk pemakaian lokal dalam bentuk larutan dalam air
(Siswandono, 1995).
5. Turunan Amonium Kuartener
Turunan amonium kuartener seperti benzalkonium klorida, benzetonium
klorida, setrimid, dequalinium klorida, dan domifen bromida. Turunan ini
mempunyai efek bakterisid dan bakteriostatik terhadap bakteri Gram positif
dan Gram negatif, jamur, dan protozoa. Tetapi, turunan ini tidak aktif
terhadap bakteri pembentuk spora, seperti Mycobacterim tuberculosis dan
virus (Siswandono, 1995; Ghanem, et al., 2012).
Keuntungan penggunaan turunan amonium kuartener sebagaidesinfektan
dan antiseptik adalah toksisitas yang rendah, kelarutan dalam air besar, stabil
dalam larutan air, tidak berwarna, dan tidak menimbulkan korosi pada alat
7
logam. Sedangkan kerugiannya yaitu senyawa ini tidak efektif dengan
adanya sabun dan surfaktan anionik dan non ionik, ion Ca dan Mg, serum
darah, makanan, dan senyawa kompleks organik (Siswandono, 1995).

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara definisi, desinfektan dan antiseptik berupa bahan kimia, biasanya
spektrum luas, yang menginaktivasi mikroorganisme, baik bersifat
membunuh/menghancurkan ataupun menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada
benda mati atau permukaan. Namun secara khusus dalam membunuh spora, ada
beberapa jenis desinfektan dapat saja bersifat sporostatik tapi belum tentu juga
bersifat sporisidal.

3.2 Saran
Diperlukan lebih banyak sumber materi untuk melengkapi data – data yang
masih kurang.

9
DAFTAR PUSTAKA
Adedayo Majekodunmi Rachael and Ajiboye Adeyinka Elizabeth. 2011.
Antimicrobial property of palm wine. International Research Journal of
Microbiology Vol. 2(8): 265-269.
Adila R, Nurmiati, Agustien A. 2013. Uji Antimikroba Curcuma spp.
Terhadap Pertumbuhan Candida albicans, Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli.Jurnal Biologi Universitas Andalas 2(1) : 1-7.
Datta FU, Detha A. 2016. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap
Bakteri Patogen Staphylococcus aureus. Prosiding Seminar Nasional Fakultas
Kedokteran Hewan Ke-3, hal 68-72
Detha A, Datta FU. 2015. Aktivitas Antimikroba Sopi Terhadap Bakteri Patogen
Salmonella typhimurium dan Salmonella enteritidis. Jurnal Kajian
Veteriner 3: 56-61Detha A, Datta FU. 2016. Antimicrobial Activity of Traditional
Wine (Sopi and Moke) against Salmonella sp and E. coli. Journal of Advanced
Veterinary and Animal Research 3(3): 282-285.
Rachael, A.M. and Elizabeth, A.A. 2011, Antimicrobial property of palm wine.
International Research Jf Microb Vol. 2(8): 265- 269

10

Anda mungkin juga menyukai