Anda di halaman 1dari 16

PAPER ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER

TEKNIK OPERASI DEHORNING

Disusun oleh:

I Komang Aswin Nurcahya 1809511109

Made Ade Pranatawan 1809511110

Sheren 1809511113

Brainna Kirayna Ginting 1809511114

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan paper ini tepat waktu. Adapun paper ini
dibuat untuk memenuhi tugas pada matakuliah Ilmu Bedah Khusus Veteriner
dengan materi Teknik Operasi Dehorning.

Kami berharap paper ini dapat berguna bagi para pembacanya. Terlebih
daripada itu, kami menyadari bahwa segala kritik dan saran akan sangat kami
butuhkan dalam membuat kami menjadi lebih berkembang. Akhir kata, kami
mohon maaaf bila terdapat kesalahan dalam pembuatan paper ini. Terimakasih.

Denpasar, 3 September 2021

Hormat kami,

Tim penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar belakang ....................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...............................................................................................1

1.3 Tujuan ................................................................................................................1

BAB II ISI ...............................................................................................................2

2.1 Definisi Dehorning .............................................................................................2

2.2 Indikasi ...............................................................................................................2

2.3 Praoperasi dan anestesi ......................................................................................3

2.4 Operasi ...............................................................................................................5

2.5 Pascaoperasi .......................................................................................................9

BAB III PENUTUP ..............................................................................................10

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................10

3.2 Saran .................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Lokasi Injeksi Anestesi Lokal………………………….....................3

Gambar 2 Barnes dehorner dan tube dehorner ....................................................4

Gambar 3 Keystone derhorner dan hot iron dehorner ......................................5

Gambar 4 Struktur Internal Tanduk dan Lokasi Pemotongan Tanduk ..........5

Gambar 5 Pemotongan tanduk dengan besi panas .............................................7

Gambar 6 Pemotongan dengan teknik elektrik dehorner ..................................7

Gambar 7 Pemotongan dengan metode manual dehorner.................................8

Gambar 8 Produk dehorner paste by Dr Naylor ................................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanduk merupakan sepasang bagian seperti tulang yang keras yang tubuh
secara permanen dan menonjol dairi kepala ternak. Tanduk tumbuh dari
bagian yang unik dari sel kulit pada dasar tanduk. Ketika hewan berumur
sekitar dua bulan, tanduk melekat pada tulang frontal. Seiring dengan
pertumbuah tanduk dan perlekatannya ke tengkorang, bagian sinus frontalis
akan bergabung menjadi bagian yang berdekatan dengan tanduk.
Adanya tanduk terkadang menimbulkan berbagai macam masalah,
contohnya adalah kemungkinan terlukanya pekerja pada ternak akibat tanduk
tersebut. Selain itu, tanduk juga bisa melukai hewan lain yang berada di
kelompok tersebut. Bila hewan terluka, misalnya menyebabkan memar pada
bagian karkas, maka hal ini data menurunkan harga dari hewan tersebut.
Masih banyak lagi masalah yang bisa ditimbulkan karena tanduk tersebut.
Maka dari itu, tidak sedikit peternak yang memilih untuk menghilangkan
tanduk tersebt. Adapun proses menghilangkan tanduk dan jaringan penghasil
tanduk setelah tanduk terbentuk disebut degan dehorning (Dugasa et al,
2019). Pada paper kali ini akan dibahas mengenai operasi dehorning, mulai
dari terminologi hingga proses operasi dehorning.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan dehorning?
2. Apa indikasi dilakukannya operasi dehorning?
3. Bagaimana preoperasi, operasi, dan pascaoperasi dari dehorning?
1.3 Tujuan
1. Mempelajari pengertian dari dehorning
2. Mempelajari indikasi dilakukannya dehorning
3. Mempelajari prosedur preoperasi, operasi, dan pascaoperasi dehorning

1
BAB II

ISI

2.1 Definisi Dehorning


Dehorning merupakan tindakan menghilangkan tanduk yang sudah
tumbuh dari tunas tanduk. Dehorning dapat dilakukan dengan fisikal
menggunakan mekanik seperti kawat embriotomi, cukuran guillotine, pisau,
gergaji dan lainnya. Alasan dilakukannya dehorning adalah untuk mencegah
hewan melukai manusia atau hewan lainnya yang berada di dalam satu
kendang.
Penghilangan tanduk ini sebaiknya dilakukan pada pedet karena tidak
membuka rongga sinus, lebih mudah, dan mengurangi stress pada hewan.
Pada sapi usia >6 bulan, resiko melakukan dehorning akan meningkat seperti,
sinusitis yang disebabkan karena terbukanya rongga sinus, pendarahan,
penyembuhan luka yang lebih lama dan infeksi.

2.2 Indikasi
Operasi dehorning pada umumnya diindikasi pada hewan bertanduk
dewasa. Namun operasi dehorning sedini mungkin sangat disarankan,
sebainya saat usia kurang dari tiga bulan. Hal ini dikarenakan anak sapi akan
menderita lebih sedikit stress karena lebih muda ditangani, sehingga akan
menyebabkan sedikit atau bahkan tidak ada pendarah dan kesembuhan yang
lebih cepat. Operasi ini bisa dilakukan karena terjadinya trauma yang
menyebabkan retak atau rusaknya tanduk dan pertumbuhan tanduk yang tidak
normal. Scurs termasuk dalam pertumbuhan tanduk yang tidak nomal, tanduk
tidak tumbuh dari cranium, sehingga bila dipegag akan terasa longgar dan
dapat digerakkan. Hewan yag mengalami scurs biasanya memiliki tanduk
yang lebih kecil dibanding yang normal.
Dehorning biasanya dilakukan karena beberapa alasan, seperti untuk
menjaga keselamatan orang yang bekerja dengan hewan bertanduk,
mengcegah terlukanya hewan lain dalam suatu kelompok, mereduksi

2
kerusakan karkas akibat memar, mencegah hewan mengalami tanduk
tersangkut pada pagar atau tempat lainnya, dan hal lainnya.
2.3 Preoperasi dan Anestesi
Sebelum dilakukan operasi, hewan dipastikan menjalani puasa selama 24
jam sebelumnya. Sapi dapat dibiarkan dalam posisi berdiri dan direstrain
dengan baik, sedangkan kambing dapat diposisikan dalam posisi lateral atau
sternal recumbency. Restrain dapat dilakukan dengan menggunanakan alat
restrain, seperti cattle chute. Tandai lokasi pengoperasian yang cukup luas
pada kepala dari pangkal telinga. Seluruh bagian kepala dan telinga harus
dicusi dengan desinfektan. Kemudian rambut yang ada pada daerah tersebut
dicukur dan hasil cukurannya segera dibersihkan hingga tidak ada rambut
yang tertinggal pada daerah tersebut. Lalu, desinfeksi kembali bagian tersebut
dengan larutan Chlorhexidine. Terakhir, gosok area tersebut dengan larutan
yodium dan dikeringkan sebelum bersiap untuk dehorning. Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan kotoran dari area yang terdah dipersiapkan.
Area yang sudah discrub segera disiapkan untuk corneal nerve block.
Cornual (zygomatico-temporal) nerve block dilakukan dengan menggunakan
jarum 18 G dengan panjang 4-5 cm. Pada jenis hewan yang lebih besar dapat
dignakan jarum suntik 8 cm. Jarum diarahkan melalui otot frontalis dan
dibawah aspek lateral dari bagian temporal dan tulang frontal. Suntikkan
sebanyak 5 ml anestesi lokal pada daerah tersebut dan 2 ml pada bagian kulit
saat jarum hendak dikeluarkan. Berikutnya, injeksikan 2-3 ml anestesi lokal
secara subkutaneus pada bagian dasar tanduk.

Gambar 1 Lokasi Injeksi Anestesi Lokal


(Sumber: Turner and McIlwraith’s Techniques in Large Animal Surgery)

3
Penggunaan anestesi lokal mengurangi rasa sakit langsung yang terkait
dengan disbudding dan dehorning dan menyediakan hingga lima jam
analgesia pascaprosedural. Ada berbagai teknik anestesi lokal termasuk pada
bagian saraf cornual. Obat anestesi lokal yang digunakan ialah lignokain
hidroklorida (100,0 g/L) dan bupivakainhidroklorida (5,0 g/L), aluminium
klorohidrat (100,0 g/L) dan setrimid (5,0 g/L). Konsentrasi lignokain
digandakan dari formulasi asli untuk menghasilkan formulasi untuk luka yang
lebih padat dimana dianggap lebih cocok untuk area permukaan luka
dehorning yang lebih kecil. Aluminium chlorohydrate diinjeksikan dengan
maksud meningkatkan hematostasis sebagai respons terhadap moderat untuk
mengurangi volume darah yang keluar berlebihan.
Instrumen bedah yang dibutuhkan untuk operasi dehorning antara lain
adalah scalpel, kawat gigli, pemotong kawat, penahan kawat, hemostat,
gunting mayo, larutan saline, benang jahit (2-0 atau 0 nonasorbable suture),
needle holders, perban, dan alat pemotong tanduk. Alat pemotong tanduk
yang dapat digunakan antara lain Barness dehorner, tube dehorner, keystone
dehorners, gergaji, dan besi panas, Bisa juga dengan menggunakan larutan
kimia (Potassium hidroksida).

Gambar 2 Barnes dehorner (kiri) dan tube dehorner (kanan)


Sumber: Google Image

4
Gambar 3 Keystone derhorner (kiri) dan hot iron dehorner (kanan)
Sumber: Google Imgae
2.4 Operasi
Pada anak sapi muda sampai usia sekitar dua bulan, kuncup tanduk
mengambang bebas di lapisan kulit di atas tengkorak. Saat anak sapi tumbuh
dewasa, kuncup tanduk menempel pada tengkorak dan tanduk kecil mulai
tumbuh, seperti ditunjukkan pada gambar A.

Gambar 4. Struktur Internal Tanduk (A) dan Lokasi Pemotongan Tanduk (B)

Untuk memastikan bahwa tidak akan ada pertumbuhan tanduk kembali


setelah pemotongan, operator harus membuang jaringan pembentuk tanduk.
Ini dilakukan dengan menghilangkan kulit yang melingkar disekitaran tanduk
selebar 1 cm dengan kuncup tanduk dapat dilihat pada gambar B.
Kesalahan paling umum saat memotong tanduk adalah menghilangkan
lingkaran rambut yang tidak lengkap di sekitar kuncup tanduk. Ini
memungkinkan scur untuk tumbuh. Berhati-hatilah untuk memotong tanduk
pada anak sapi dan mengingat 'aturan 1 cm' tersebut. Jika aturan tersebut

5
tidak dilakukan, maka pemotongan kedua mungkin akan diperlukan untuk
menghilangkan semua jaringan pembentuk tanduk.
Setelah kuncup tanduk menempel pada tengkorak, inti tanduk menjadi
perpanjangan tulang tengkorak dan pusat berongga dari inti terbuka langsung
ke sinus frontal tengkorak. Dalam situasi ini, sinus frontal dibuka dan selaput
lunak yang menutupi cranium sering terlihat. Ini bukan otak dan paparannya
tidak membahayakan anak sapi. Pada anak sapi yang lebih tua, hanya perlu
waktu singkat setelah pemotongan tanduk untuk menutup lubang ini, tetapi
selama periode inilah hewan tersebut rentan terhadap serangan lalat dan
infeksi sinus.
Dehorning dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
dehorner. Jenis- jenis dehorner antara lain pemotong tanduk elektrik (electric
dehorner), manual dehorner (pemotong tanduk manual), dan dehorner paste
(pasta untuk merapuhkan tanduk).
1. Elektrik Dehorner
Metode ini menggunakan listrik atau sumber panas lain yang dipakai untuk
mematikan atau menghilangkan tanduk, terutama untuk pedet muda yang
berumur 1 bulan. Adapun langkah-langkah dalam pemotongan tanduk
(dehorning) menggunakan metode ini yaitu :
a. Bulu disekitar tanduk digunting bersih, dan cuci daerah tersebut
dengan sabun, lalu keringkan dengan kapas bersih.
b. Pipa besi dibakar dalam tungku lalu tempelkan bagian yang merah
membara itu sehingga membakar kulit disekitar tunas tanduk.
Perlakuan ini sangat cepat, hanya berlangsung sekitar 2 detik saja,
jangan berlangsung lebih lama, karena bisa merusak sel otak. Tunas
tanduk yang benar-benar terbakar mudah untuk terkelupas dan luka
akibat pengelupasan diobati dengan bubuk antibiotika.
c. Pemotongan tanduk dengan arus listrik dapat juga digunakan pada sapi
muda. Suatu cincin baja yang dipanaskan dengan listrik ditekankan
pada dasar tanduk sehingga membakar jaringan disekitarnya dan
menahan pertumbuhan tanduk. cara ini hanya mematikan sebagian saja

6
dari dasar tanduk itu dan kemudian tanduk masih tumbuh dalam wujud
deformasi yang disebut scur.

Gambar 5. Pemotongan tanduk dengan besi panas

Gambar 6. Pemotongan tanduk dengan teknik elektrik dehorner.


2. Manual Dehorner
Penghilangan atau pemotongan tanduk dengan metode manual adalah dengan
cara memotong tanduk dengan gunting atau gergaji. Biasanya metode ini
dilakukan pada sapi yang berumur 6-10 bulan, dimana tanduknya sudah keras
dan panjang. Adapun langkah- langkah dalam pemotongan tanduk
(dehorning) menggunakan metode ini yaitu :
a. Sapi yang akan dipotong tanduknya dijepit dengan kandang jepit.
b. Bulu disekitar tanduk digunting bersih, dan cuci daerah tersebut
dengan sabun, lalu keringkan dengan kapas bersih.
c. Gergaji tanduk dengan hati-hati, usahan hasilnya halus.
d. Pemotongan dilakukan dengan menyisakan pangkal tanduk 1-2 cm.

7
Gambar 7. Pemotongan tanduk dengan metode manual dehorner.
3. Dehorner Paste
Tanduk sapi dapat dihilangkan dengan cara membunuh sel tumbuh pada
ujung tanduk dengan bahan kimia. Bahan kimia yang sering digunakan adalah
soda api (cautic) dalam bentuk pasta atau batangan seperti lilin. Bahan kimia
ini mencegah pertumbuhan tanduk pada tanduk baru lahir, yaitu kurang dari
1-3 minggu usia anak sapi. Adapun langkah-langkah dalam pemotongan
tanduk (dehorning) menggunakan metode ini yaitu :
a. Untuk melindungi diri, kenakan sarung tangan ketika mengoleskan
bahan kimia tersebut.
b. Bulu disekitar tanduk digunting bersih, dan cuci daerah tersebut
dengan sabun, lalu keringkan dengan kapas bersih.
c. Kulit pada sekitar ujung tanduk diolesi dengan vaselin untuk
mencegah bagian lain terkena soda api (cautic) tersebut.
d. Oleskan atau gosokkan soda api (cautic) pada dasar calon tanduk
hingga muncul bintik-bintik darah.

Gambar 8. Produk dehorner paste by Dr Naylor

8
2.5 Pascaoperasi
Hewan yang telah dihilangkan tandukan harus ditempatkan pada
lingkungan yang relatif kering, bersih, sejuk, dan terhindar dari situasi yang
dapat menimbulkan trauma agar mengurangi resiko infeksi. Luka dapat
ditutupi oleh perban atau dubiarkan terbuka. Luka yang ditutupi perban bersih
mengalami penyembuhan yang lebih cepat karena luka dibiarkan dalam
keadaan lembab sehingga perbaikan epidermal lebih cepat. Penutupan perban
juga mengurangi resiko infeksi bakteri sekunder, bisa dilihat dari eksudat
purulent yang lebih sedikit. Pada luka tidak ditutupi perban, pembentukan
scab lebih cepat tetapi sinus terbuka selama sekitar 3 minggu. Infestasi larva
lalat lebih beresiko pada luka tidak tertutup, tetapi tidak bersifat merusak.
Manajemen stress pada hewan penting diperhatikan setelah prosedur
dilakukan. Perilaku seperti menggerakan kepala, telinga, ekor dan menggaruk
kepala adalah tanda-tanda dari rasa sakit yang dialami seperti dehorning dan
dapat berlangsung hingga beberapa hari. Oleh karena itu manajemen rasa
sakit harus dilakukan dengan memberi NSAID (ketoprofen, meloxicam),
sedative (xylazine) dan anestesi local (lidocaine). ika hewan merupakan
hewan ternak yang akan dikonsumsi, obat yang akan diberikan harus
dipertimbangkan. Contoh, salep nitrofurazone tidak diperbolehkan digunakan
pada hewan yang akan dikonsumsi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dehorning merupakan tindakan menghilangkan tanduk yang sudah
tumbuh dari tunas tanduk. Dehorning dapat dilakukan dengan fisikal
menggunakan mekanik seperti kawat embriotomi, cukuran guillotine, pisau,
gergaji dan lainnya. Dehorning biasanya dilakukan karena beberapa alasan,
seperti untuk menjaga keselamatan orang yang bekerja dengan hewan
bertanduk, mengcegah terlukanya hewan lain dalam suatu kelompok,
mereduksi kerusakan karkas akibat memar, mencegah hewan mengalami
tanduk tersangkut pada pagar atau tempat lainnya, dan hal lainnya.
3.2 Saran
Dalam pembuatan tugas paper masih terdapat beberapa kekurangan, kami
sebagai penulis memohon saran dari para pembaca untuk bisa mengoreksi
tugas paper yang kami buat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buitrago, Jose Armando Garcia. 2016. Dehorning of Catle. New Mexico State
University.

Coetzee, Johann F. 2012. Pharmacokinetics and Effect of Intravenous


Meloxicam in Weaned Holstein Calves Following Scoop Dehorning Without
Local Anesthesia. Department of Clinical Sciences, College of Veterinary
Medicine, Kansas State University, 66506- 5601 Manhattan, KS, USA.

Dugasa, Jiregna, Abebe Fromsa. 2019. Vet Med Open J.: Unilateral Surgical
Amputation of Horn Die to Suppurative Sinusitis in Cow. 4(2): 45-48.

Espinoza et al. 2020. The Effect of Topical Anaesthesia on the Cortisol


Responses of Calves Undergoing Dehorning. The University of Sydney.

Faulkner, P. M., & Weary, D. M. (2000). Reducing Pain After Dehorning in


Dairy Calves. Journal of Dairy Science, 83(9), 2037–2041.doi:10.3168/jds.s0022-
0302(00)75084-3

Fordyce, G., McMillan, H., & McGrath, N. 2018. Postoperative healing and
behaviour when surgical swabs are applied to calf dehorning wounds. Australian
Veterinary Journal, 96(12), 508–515.doi:10.1111/avj.12771

Gottarfo, F., et al. 2011. Journal of Dairy Science: The Dehoring of Cairy
Calves: Practices and Oponions of 639 Farmers. 94(11): 5724-5726, 5728.

Hendrickson, A., A. N. Baird. 2013. Turner and Mcllwraith’s Techniques in


Large Animal Surgery (4th ed). Iowa: Wiley Blackwell.

Huber, J., et al. 2013. Pain management with flunixin meglumine at dehorning
of calves. Journal of Dairy Science, 96(1), 132–140.doi:10.3168/jds.2012-5483.

11
Pauly, C, B. J White, et all,.2012. Evaluation of Analgesic Protocol Effect on
Calf Behavior after Concurrent Castration and Dehorning. Vol 10, no 1.

Stafford, K. J., & D. J. Mellor. 2011. Applied Animal Behaviour Science :


Addressing the pain associated with disbudding and dehorning in cattle. 135(3),
226–231. doi:10.1016/j.applanim.2011.10.018

12

Anda mungkin juga menyukai