Anda di halaman 1dari 4

Nama : Made Ade Pranatawan

NIM : 1809511110

Kelas : D

Radang dan Terapi Radang

A. DEFINISI
Radang merupakan respon fisiologis terhadap infeksi dan cedera jaringan,
radang juga menginisiasi pembunuhan patogen, proses perbaikan jaringan dan
membantu mengembalikan homeostasis pada tempat yang terinfeksi atau cedera.
Reaksi pertahanan tubuh terhadap infeksi mikroba atau rangsangan lainnya disebut
radang, yang merupakan suatau proses yang berakibat pada akumulasi cairan dan
leukosit pada jaringan yang terkena.
Radang adalah proses kompleks yang terjadi melalui beberapa mekanisme yang
menyebabkan perubahan di dalam aliran darah lokal dan pelepasan beberapa mediator
inflamasi. Proses terjadinya inflamasi sebenarnya merupakan salah satu mekanisme
pertahanan diri dari tubuh terhadap benda asing, tetapi jika proses ini berlangsung
secara terus menerus (kronis) justru akan merusak jaringan.

B. PENYEBAB TERJADINYA RADANG


 Sebab mekanis: Disebabkan oleh benda keras yang menyebabkan luka memar
(benda tumpul) atau dari luka benda tajam (tertusuk duri).
 Sebab yang ditimbulkan oleh pekerjaan mikroba seperti bakteri, jamur dan parasit.
 Sebab physis: Bersifat alami seperti temperatur panas, dingin, nyala api dan radiasi
(terbakar).
 Sebab kimiawi (chemis): Disebabkan oleh rangsangan zat-zat kuat, obat-obat keras
(kaustika), kalium permanganat dan subhinat atau zat-zat kimia yang dapat
mengiritasi seperti garam-garam.
 Sebab yang berhubungan dengan alergi.
C. TIPE RADANG
Inflamasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu akut dan kronik. Inflamasi akut
mempunyai onset dan durasi yang lebih cepat. Inflamasi akut terjadi dengan durasi
waktu beberapa menit sampai beberapa hari, ditandai dengan adanya cairan eksudat
protein plasma maupun akumulasi leukosit neutrofilik yang dominan. Inflamasi kronik
memiliki durasi yang lebih lama yaitu dalam hitungan hari hingga tahun.

D. TANDA-TANDA RADANG
 Kemerahan (Rubor). Terjadi karena arteri yang mengedarkan darah ke daerah
tersebut berdilatasi sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke tempat cedera.
 Rasa Panas (Kalor). Terjadi secara bersamaan dengan kemerahan, dimana rasa
panas disebabkan karena jumlah darah lebih banyak di tempat radang daripada di
daerah lain di sekitar radang.
 Rasa Sakit (Dolor). Tejadi karena adanya peregangan jaringan akibat adanya
edema sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal yang dapat menimbulkan rasa
nyeri.
 Pembengkakan (Tumor). Terjadi karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler.
 Fungsiolaesa terjadi akibat gangguan fungsi dari jaringan yang terkena inflamasi
dan sekitarnya akibat proses inflamasi.

E. RESOLUSI DARI SUATU RADANG


Stagnasi (kemacetan) dari suatu peradangan secara perlahan berkurang,
peredaran cairan akan berlangsung kembali, sirkulasi lymphe akan kembali aktif, fibris
yang timbul akibat peradangan perlahan menghilang karena proses dyfisit dari sel darah
putih (leukosit).
F. TERAPI RADANG
Obat anti-inflamasi non-steroid (AINS) adalah obat yang digunakan untuk
meredakan nyeri dan inflamasi. Pada kasus-kasus setelah pembedahan (operasi) ada
beberapa anti radang terutama anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang perlu
direkomendasikan karena disamping mempunyai efek pereda rasa sakit juga
mempunyai efek anti inflamasi dan kadang-kadang efek anti piretik, yaitu:
1. Aspirin (Acctylsalicylic Acid): Obat analgesik dan antipiretik. Untuk
menghilangkan rasa sakit post operatif. Pada anjing diberikan secara oral dengan
sosis 30-60 mg/kg/hari dalam 2 atau 3 dosis. Pada kucing secara oral diberikan
dengan dosis 10-40 mg/kg/hari setiap 48 jam. Pada level tinggi berfungsi sebagai
anti radang.
2. Phenylbutazone: Sebagai anti inflamasi dan analgesik pada anjing. Diberikan
secara oral, intra vena dan intra muscular. Pada kuda dosisnya 4 gr/hari selama 3
atau 4 hari (oral). Pada anjing dosis 2-20 mg/kg/hari.
3. Meclofenamic Acid: Sebagai anti radang dan analgesik untuk kasus radang akut
dan radang kronis. Diberikan secara oral. Merupakan obat pilihan kedua setelah
phynilbutazon. Dosis yang diberikan 2-2 hari mg/kg/hari dan diberikan dalam
makanan untuk 5-7 hari.
4. Flunixin: Sebagai anti radang dan analgesik. Pada anjing diberikan secara intra
vena dengan dosis 1.1 mg/kg/hari setiap 24 jam. Obat ini tidak direkomendasikan
pada kucing.
5. Naproxen. Sebagai anti radang, analgesic dan antipiretik pada anjing dan kuda.
Pada kuda dengan dosis 10 mg/kg 2x1 untuk 14 hari (oral). Pada anjing diberikan
dengan dosis awal 5 mg/kg kemudian diturunkan menjadi 2 mg/kg setiap hari
(oral).
DAFTAR PUSTAKA

Docke, W.D., Randow F., Syrbe U., 1997, Monocyte deactivation in Septic Patients:
Restoration by Interferon Gamma Treatment, Nat. Med., 3, 678– 68.

Hamzah, Nursalam. Ahmad Najib. Nurshalati Thahir. Ika Misqawati. 2015. Studi Farmakofor
Reseptor COX-2 Sebagai Anti Inflamasi. Universitas Muslim Indonesia
Makassar. Vol 2. No 3.

Sudisma, I. G. N., Putra Pemayun, I. G. A. G., Jaya Warditha, A. A. G., Gorda, I. W. 2016.
Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Laboratorium Bedah Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana. Denpasar.

Wilmana P.F., 2007. Analgesik-Antipiretik, Analgesik-Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat


Gangguan Sendi Lainnya, dalam Gunawan, S.G., Setiabudy, R., Nafrialdi,
Elysabeth. Farmakologi dan Terapi.Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi
dan Terapeutik Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia pp. 207- 220

Anda mungkin juga menyukai