Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sapi merupakan hewan ternak yang sering dijumpai dan secara umum
banyak ditemukan di Indonesia. Sapi diternakkan terutama untuk
dimanfaatkan susu maupun dagingnya sebagai sumber pangan manusia.
Selain itu, sapi juga memiliki fungsi lain seperti sebagai hewan pembajak
sawah ataupun sebagai hewan yang digunakan untuk transportasi di
beberapa daerah.
Beberapa jenis sapi seperti Sapi Bali yang memiliki keturunan
Banteng, harus dikendalikan atau direstrain agar mudah dikendalikan. Bisa
direstrain dengan cara menggunakan tali keluh yang dimasukan ke hidung
sapi, tetapi ini hanya digunakan untuk sapi dewasa bukan anak sapi.
Sapi termasuk hewan besar, yang memiliki kekuatan tak kalah
besarnya. Saat dokter hewan akan melakukan pemeriksaan kesehatan atau
bahkan melakukan operasi, tak jarang sapi akan memberontak atau bahkan
menendang. Tentu saja hal ini akan membahayakan tim medis. Untuk
mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, maka sapi sebelumnya
akan dilemahkan salah satu cara adalah dengan direstrain.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan restrain ?
1.2.2 Apa saja metode restrain yang dapat digunakan pada sapi ?

1.3 Tujuan Dan Manfaat


1.3.1 Dapat mengetahui dan menguasai apa yang dimaksud dengan
restrain.
1.3.2 Dapat mengetahui dan menguasai apa saja metode restrain yang
dapat digunakan pada sapi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Restrain pada Sapi


Restrain adalah menghalangi gerak atau aksi dari hewan sapi sehingga
dapat menghindari atau mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten
maupun sapi itu sendiri. Bahaya tersebut dapat berupa sepakan, desakan,
injakan dari sapi pada waktu sapi akan diperiksa kesehatannya , dilakukan
pemeriksaan, pengobatan, dioperasi, dibersihkan, maupun pada waktu akan
diperah (bagi sapi perah).
Bahaya atau resiko untuk sapinya sendiri dapat berupa luka benturan
karena sepakan yang mengenai dinding kandang yang tajam atau keras
seperti paku, potongan kayu dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan
luka memar atau tergores dan pendarahan sampai patah tulang.
Jenis dari restrain terdiri dari 3 tipe dasar, yaitu sebagai berikut ;
1. Restrain Fisik (Physical Restraining)
2. Restrain Kimia (Chemical Restraining)
Sebelum melakukan restrain pada sapi pertama yang dilakukan adalah
inspeksi dari jarak jauh, perhatikan hewan maupun keadaan sekitarnya
(hanya untuk pemeriksaan di tempat/ di kandang). Lakukan inspeksi dari
segala arah. Bila hewan menunjukan sikap atau posisi abnormal, usahakan
agar posisinya normal dan perhatikan apakah hewan mampu untuk berdiri
pada posisi yang normal atau tidak.

2.2 Metode Restrain pada Sapi


Metode restrain ada bermacam-macam dan sangat tergantung pada cara
penanganan yang baik adalah penanganan yang lembut tetapi tegas. Dalam
melakukan restrain haruslah tenang, percaya pada kemampuan, tidak ragi-
ragu, waspada, dan tidak sembarangan. Sebelum bertindak haruslah
merencanakan metodenya serta menyiapkan peralatannya.
Restrain untuk mengalihkan perhatian sapi disini dilakukan tindakan
atas perlakuan pada sapi sampai menimbulkan rasa sakit yang bersifat
sementara sehingga perhatian sapi mengarah pada rasa sakit tersebut dan
selama itu tindakan pengobatan dan pemeriksaan dapat dilakukan.
Restrain Fisik (Physical Restraining)
1. Restrain dengan menggunakan Kandang Jepit
Restrain ini menggunakan kandang jepit sebagai alat untuk
merestrain, hal ini biasa dilakukan untuk palpasi rektal atau ekplorasi
rektal pada sapi, kawin suntik atau IB dll.

Gambar 1. Restrain menggunakan kandang jepit


2. Restrain ekor (Tail Lift)
Restrain ini dilakukan bilamana perlu untuk mengalihkan perhatian
sapi dari bagian lain tubuhnya dimana pekerjaan sedang dilakukan. Itu
dapat digunakan saat memberikan injeksi ambing ke syaraf sapi. Jaga
kedua tangan dekat dengan pangkal ekor sedapat mungkin. Berdiri
disamping sapi untuk menghindari tendangan, dan lakukan mengangkat
ekor dengan kekuatan. Itu harus lembut tetapi tegas.

Gambar 2. Restrain ekor (tail lift)

3. Restrain hidung
Teknik restrain kali ini biasa di kenal dengan tali ketuh atau tali
telusuk. Caranya: angkat kepala hewan hampir tinggi dan tarik ke arah
sisi yang berlawanan dengan tempat bekerja. Lakukan tekanan pada
jembatan batas antara lubang hidung untuk menyebabkan sakit pada
jaringan sensitif diantara lubang hidung.
Gambar 3. Restrain hidung
4. Restrain Kepala
Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari posisi
menangkap dan menghindarkan dari tendangan dan membuat beberapa
langkah khusus yang mungkin.

Gambar 4. Restrain kepala


5. Restrain Leher
Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari posisi
menangkap. Sealain itu restrain ini bertujuan untuk menahan sapi agar
tidak berlari kemana-mana saat akan diobati atau diperiksa.

Gambar 5. Restrain pada leher


6. Restrain pada anak sapi (Pedet)
Raih seluruh punggung hewan dan tarik kaki pada samping terdekat
dari luar. Pedet kemudian diturunkan kebawah pada lantai dengan berat
melawan kaki. Sehingga jatuh ke tanah secara lembut. Jangan
menjatuhkan anak sapi dengan menarik kakinya secara cepat dari bawah
tubuhnya sehingga ia jatuh keras pada sampingnya. Pada hewan yang
sangat muda, dengan cara ini mungkin bisa melukainya.

Gambar 6. Restrain pada pedet

Restrain Kimia (Chemical Restraining)


Alpha-2 agonis adalah obat yang saat ini paling umum digunakan
untuk menginduksi tranquilization dan/atau sedasi pada sapi. Xylazine,
detomidine, medetomidine, dan romifidine adalah alpha-2 agonis. Dari jenis
tersebut, xylazine saat ini paling sering digunakan di Amerika Serikat untuk
memberikan sedasi pada sapi. Obat lain seperti Acepromazine, kloral hidrat,
dan pentobarbital memiliki sejarah panjang digunakan dengan ternak dan
terus menjadi tersedia secara komersial, namun, kepentingan obat-obat ini
terbatas pada keadaan khusus.
Derajat sedasi atau pembatasan yang dihasilkan oleh xylazine
tergantung pada rute injeksi, dosis yang diberikan, dan temperamen hewan.
Dosis rendah (0,015-0,025 mg/kg IV atau IM) akan memberikan sedasi
tanpa menyebabkan sapi rubuh/kehilangan keseimbangan. Dosis tinggi
xylazine (0,1 mg / kg IV atau 0,2 mg / kg IM) akan memberikan efek
hilangnya kesadaran atau teranestesi secara umum pada sapi selama kurang
lebih satu jam.
Detomidine diberikan pada 2,5-10,0 mg/kg IV pada sapi untuk
memberikan sedasi berdiri sekitar 30 - 60 menit. Detomidine pada 40 mg/kg
IV akan menghasilkan sedasi mendalam dan hilangnya kesadaran. Dosis
tinggi detomidine (100 mg/kg) yang telah digunakan untuk melumpuhkan
ternak liar. Medetomidine telah diberikan pada 30,0 mg/kg IM untuk
menghasilkan hilangnya kesadaran berlangsung 60-75 menit.
Kombinasi xylazine dan butorfanol telah digunakan pada sapi untuk
memberikan neuroleptanalgesia. Dosis adalah 0,01 0,02 mg/kg IV masing-
masing obat yang diberikan secara terpisah pada sapi. Durasi kerja adalah
sekitar 1 jam. Kombinasi detomidine (0,07 mg/kg) dan butorphanol (0,04
mg/kg) juga telah digunakan untuk melumpuhkan mulai ternak liar.

BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Untuk memudahkan melakukan pemeriksaan pada sapi dapat
dilakukan beberapa hal salah satunya adalah restrain. Terdapat 2 jenis
restrain yaitu restrain fisik dan kimiawi.

2.2 Saran
TIDAK TAU
DAFTAR PUSTAKA
TIDAK TAU

Anda mungkin juga menyukai