Anda di halaman 1dari 17

Restrain dan Casting pada Sapi, Kambing, dan Domba

kangmaruf 5 years ago 0 Comments Restrain dan Casting

Dasar Teori

Restrain adalah menghalangi gerak/aksi dari hewan sapi sehingga dapat menghindari/mengurangi
bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun sapi itu sendiri. Bahaya tersebut dapat berupa sepakan,
desakan, injakan dari sapi pada waktu sapi akan diperiksa kesehatannya, dilakukan pemeriksaan,
pengobatan, dioperasi, dibersihkan, maupun pada waktu akan diperah.

Bahaya atau resiko untuk sapinya sendiri dapat berupa luka benturan karena sepakan yang mengenai
dinding kandang yang tajam atau keras seperti paku, potongan kayu dan lain sebagainya yang dapat
menyebabkan luka memar atau tergores dan pendarahan sampai patah tulang.

Metode restrain ada bermacam-macam dan sangat tergantung pada cara penanganan yang baik adalah
penanganan yang lembut tetapi tegas.

Restrain dan Casting pada Sapi, Kambing, dan Domba

Restrain pada sapi

Restrain dan Casting pada Sapi, Kambing, dan Domba

contoh aplikasi restrain hewan besar

Dalam melakukan restrain haruslah tenang, percaya pada kemampuan, tidak ragi-ragu, waspada, dan
tidak sembarangan. Sebelum bertindak haruslah merencanakan metodenya serta menyiapkan
peralatannya.

Restrain untuk mengalihkan perhatian sapi disini dilakukan tindakan atas perlakuan pada sapi sampai
menimbulkan rasa sakit yang bersifat sementara sehingga perhatian sapi mengarah pada rasa sakit
tersebut dan selama itu tindakan pengobatan dan pemeriksaan dapat dilakukan.
Macam-macam restrain:

restrain ekor

restrain hidung

restrain telinga

restrain kaki depan

restrain kaki belakang

restrain kastrasi

restrain dekorning

Casting adalah menguasai hewan dengan cara merebahkan hewan tersebut.

Syarat-ayarat melakukan casting adalah:

berhati-hati, jangan sampai melukai sapi

tempat cukup lapang, rata, empuk, dan jauh dari pepohonan, tembok, batu/benda lain yang
membahayakan. Alas dibuat dari jerami kering/rumputyang kering, usahakan di tempat yang teduh.

tali yang digunakan cukup besar dan panjang kurang lebih 10 m

sediakan tenaga manusia 4-5 orang, satu untuk mengarahkan jatuhnya sapi, sedangkan yang lain
sebagai penarik tali

setelah sapi rebah, cepat dikuasai agar tidak berusaha berdiri kembali

pada sapi bunting sebaiknya jangan dilakukan

Materi

Alat dan Bahan :

sapi

domba/kambing

tali untuk keluh

tali besar untuk casting

penusuk lubang keluh


spluit dan jarum suntik

Metode

Cara kerjanya adalah :

menyediakan tali yang akan digunakan.

menyiapkan sapi yang akan dipakai untuk percobaan.

sapi dituntun dengan memegang tali keluh kemudian ditali atau diikat di tiang penyangga.

mengalihkan perhatian sapi untuk mengangkat kaki depan yang akan dilakukan pemeriksaan atau
pengobatan.

sapi diikat pada bagian pangkal kakinya untuk mengangkat kaki belakang dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan dan pengobatan pada kaki sapi dan bila perlu kuku sapi dipotong.

merebahkan sapi dengan cara memasang tali manila pada badannya, perebahan pada sapi dewasa ini
memerlukan tenaga orang sebanyak 2 atau 3 dan tarik, arah tarikan mengikuti arah gerak sapi. Setelah
sapi jatuh satu orang menindih kepala sapi dan satu lagi menindih bahu sapi dan yang lain menarik
tambang agar sapi tidak mudah bangun kembali.

salanjutnya dilakukan pengikatan pada kaki depan dan kaki belakang, kemudian ikatan pada kaki sapi
depan dan belakang disatukan agar mempermudah pengobatan, pemeriksaan, dan operasi.

selanjutnya merobohkan sapi pedet yang berumur enam bulan, caranya sama seperti sapi dewasa,
tetapi pada sapi pedet tali yang digunakan untuk mengikat badan adalah tali tambang yang agak besar
dan panjang.

setelah sapi pedet roboh barulah dilakukan pemasangan tali keluh dengan cara menusuk septum nasi
dengan penusuk lubang teluh.

tali dimasukkan bersamaan dengan penusuk secara perlahan dan diikat pada sapi pedet.

setelah tali keluh dipasang tali yang diikat pada keempat kaki pedet dilepaskan secara perlahan
kemudian pedet didirikan dan dibawa kembali ke kandang.

Referensi :

AAK.1995.Beternak Sapi Perah.Kanisius.Jakarta


Sosroamidjojo, dan Soeraji.1984.Peternakan Umum.Yasaguna.Jakarta

Sumoprastowo.Ternak Piaraan.Bharata.Jakarta

RESTRAIN DAN CASTING PADA SAPI

BEDAH VETERINER UMUM

RESTRAIN DAN CASTING PADA SAPI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sapi merupakan salah satu ternak yang banyak dijumpai di Indonesia. Sapi dimanfaatkan masyarakat
untuk diambil susu dan dagingnya. Hal ini membuat sapi sangat diperlukan untuk pemenuhan pangan
masyarakat. Sehingga diperlukannya perhatian khusus untuk mengendel hewan ini.

Sapi merupakan salah satu hewan besar yang tenaganya diatas orang dewasa. Maka dari itu, sangat
penting untuk dokter hewan mengetahui cara merestrain dan mengcasting hewan ini. Sehingga saat
melakukan pemeriksaan atau operasi dokter hewan maupun sapi yang ditangani tidak mengalami
cedera.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Apa yang dimaksud restrain dan casting?

1.2.2. Apa fungsi dan tujuan dilakukannya restrain dan casting?

1.2.3. Apa saja jenis restrain dan casting yang dapat digunakan pada sapi?

1.3.Tujuan
1.3.1. Dapat mengetahui cara-cara melakukan restrain dan casting.

1.3.2. Dapat melakukan restrain dan casting sejara benar dan tepat.

1.3.3. Dapat memilih cara terbaik dalam menangani sapi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Restrain

Restrain adalah menghalangi gerak atau aksi dari hewan sapi sehingga dapat menghindari atau
mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun sapi itu sendiri. Bahaya tersebut dapat berupa
sepakan, desakan, injakan dari sapi pada waktu sapi akan diperiksa kesehatannya , dilakukan
pemeriksaan, pengobatan, dioperasi, dibersihkan, maupun pada waktu akan diperah (bagi sapi perah).

Bahaya atau resiko untuk sapinya sendiri dapat berupa luka benturan karena sepakan yang mengenai
dinding kandang yang tajam atau keras seperti paku, potongan kayu dan lain sebagainya yang dapat
menyebabkan luka memar atau tergores dan pendarahan sampai patah tulang.

Jenis dari restrain terdiri dari 3 tipe dasar, yaitu sebagai berikut ;

1. Restrain Perilaku (Behavioral Restraining)

2. Restrain Kimia (Chemical Restraining)

3. Restrain Fisik (Physical Restraining)

Sebelum melakukan restrain pada sapi pertama yang dilakukan adalah inspeksi dari jarak jauh,
perhatikan hewan maupun keadaan sekitarnya (hanya untuk pemeriksaan di tempat/ di kandang).
Lakukan inspeksi dari segala arah. Bila hewan menunjukan sikap atau posisi abnormal, usahakan agar
posisinya normal dan perhatikan apakah hewan mampu untuk berdiri pada posisi yang normal atau
tidak.

2.1.1. Metode Restrain pada Sapi

Metode restrain ada bermacam-macam dan sangat tergantung pada cara penanganan yang baik adalah
penanganan yang lembut tetapi tegas. Dalam melakukan restrain haruslah tenang, percaya pada
kemampuan, tidak ragi-ragu, waspada, dan tidak sembarangan. Sebelum bertindak haruslah
merencanakan metodenya serta menyiapkan peralatannya.

Restrain untuk mengalihkan perhatian sapi disini dilakukan tindakan atas perlakuan pada sapi sampai
menimbulkan rasa sakit yang bersifat sementara sehingga perhatian sapi mengarah pada rasa sakit
tersebut dan selama itu tindakan pengobatan dan pemeriksaan dapat dilakukan.

· Restrain Perilaku (Behavioral Restraining)

Perilaku tiap jenis sapi berbeda, sapi perah umumnya bersifat lebih tenang dan jinak dibanding dengan
sapi potong (sapi bali) hal ini disebabkan karena sapi perah sering bertemu dengan manusia dan juga
kontak dengan manusia secara langsung. Sementara sapi potong seperti sapi bali jarang bertemu dan
berkontak langsung dengan manusia terkecuali petugas kandang pemiliknya yang menggembalakan.

Jarak perlu diperhatikan ketika akan merestrain sapi. Sapi mempertahankan diri atau membela dirinya
dengan cara menggunakan kepala untuk menyundul, tanduk untuk menanduk, dan kaki untuk
menendang. Temperamen sapi hanya dipengaruhi oleh faktor breed.

Bila sapi semasa pedet sering di restrain secara ramah semasa pedet akan bermanfaat dan berpengaruh
di saat dewasa. Karena sapi juga biasanya mengingat pengalaman atau perlakuan yang buruk.

Sebagai dokter hewan, kita juga harus dapat mengerti dan dapat membaca temprament yang
ditunjukan oleh sapi dengan menggunakan bahasa tubuh. Seperti bila sapi dalam posisi siaga, waspada,
posisi telinga tegak bisa saja sapi mengalami ketakutan. Lalu bila sapi mulai mengangkat-angkat kaki
belakang kemungkinan itu suatu peringatan bahwa sapi akan menendang.

Sapi tidak melihat, mendengar atau membau sebagaimana pada manusia. Matanya terletak disamping
kepala, ini bisa membuat mereka mampu melihat sampai 3600. Sapi memiliki penglihatan binokular
untuk sudut yang kecil yaitu 25-50 derajat kedepannya sehingga mampu merasakan kedalaman, jarak,
dan kecepatan.

Sedangkan mereka memiliki penglihatan monokular pada sampingnya yang hanya bisa mendeteksi
pergerakan. Sapi sensitif untuk suara dengan frekuensi tinggi yang tidak bisa didengar manusia. Sapi juga
memiliki pembauan yang lebih baik daripada manusia, oleh karena ini saat akan merestrain sapi
sebaiknya dokter hewan di dampingi oleh pemilik sapi.

Sapi akan lebih tenang dan tidak beringas bila kepalanya dielus atau di usap lembut oleh pemiliknya.
Sehingga dapat memudahkan dalam tahap pengobatan.

Arousal (penimbulan) adalah ukuran dari aktivitas sapi. Tidur adalah kondisi arousal yang sangat rendah,
sedangkan ketika lari atau bertarung arousalnya sangat tinggi. Peningkatan arousal bisa terjadi karena
lapar, aktivitas seksual, gaduh, ada anjing menyalak, dipukul, disakiti, dsb. Penurunan arousal terjadi
karena kekeluargaan, lampu dim, suara dengan frekuensi rendah, pukulan, suara ritmis, musik, hening,
dan orang yang familiar.

· Restrain Kimia (Chemical Restraining)

Alpha-2 agonis adalah obat yang saat ini paling umum digunakan untuk menginduksi tranquilization
dan/atau sedasi pada sapi. Xylazine, detomidine, medetomidine, dan romifidine adalah alpha-2 agonis.
Dari jenis tersebut, xylazine saat ini paling sering digunakan di Amerika Serikat untuk memberikan sedasi
pada sapi. Obat lain seperti Acepromazine, kloral hidrat, dan pentobarbital memiliki sejarah panjang
digunakan dengan ternak dan terus menjadi tersedia secara komersial, namun, kepentingan obat-obat
ini terbatas pada keadaan khusus.

Derajat sedasi atau pembatasan yang dihasilkan oleh xylazine tergantung pada rute injeksi, dosis yang
diberikan, dan temperamen hewan. Dosis rendah (0,015-0,025 mg/kg IV atau IM) akan memberikan
sedasi tanpa menyebabkan sapi rubuh/kehilangan keseimbangan. Dosis tinggi xylazine (0,1 mg / kg IV
atau 0,2 mg / kg IM) akan memberikan efek hilangnya kesadaran atau teranestesi secara umum pada
sapi selama kurang lebih satu jam.

Detomidine diberikan pada 2,5-10,0 mg/kg IV pada sapi untuk memberikan sedasi berdiri sekitar 30 - 60
menit. Detomidine pada 40 mg/kg IV akan menghasilkan sedasi mendalam dan hilangnya kesadaran.
Dosis tinggi detomidine (100 mg/kg) yang telah digunakan untuk melumpuhkan ternak liar.
Medetomidine telah diberikan pada 30,0 mg/kg IM untuk menghasilkan hilangnya kesadaran
berlangsung 60-75 menit.

Kombinasi xylazine dan butorfanol telah digunakan pada sapi untuk memberikan neuroleptanalgesia.
Dosis adalah 0,01 – 0,02 mg/kg IV masing-masing obat yang diberikan secara terpisah pada sapi. Durasi
kerja adalah sekitar 1 jam. Kombinasi detomidine (0,07 mg/kg) dan butorphanol (0,04 mg/kg) juga telah
digunakan untuk melumpuhkan mulai ternak liar.

· Restrain Fisik (Physical Restraining)

1. Restrain dengan menggunakan Kandang Jepit

Restrain ini menggunakan kandang jepit sebagai alat untuk merestrain, hal ini biasa dilakukan untuk
palpasi rektal atau ekplorasi rektal pada sapi, kawin suntik atau IB dll.
2. Restrain ekor (Tail Lift)

Restrain ini dilakukan bilamana perlu untuk mengalihkan perhatian sapi dari bagian lain tubuhnya
dimana pekerjaan sedang dilakukan. Itu dapat digunakan saat memberikan injeksi ambing ke syaraf sapi.
Jaga kedua tangan dekat dengan pangkal ekor sedapat mungkin. Berdiri disamping sapi untuk
menghindari tendangan, dan lakukan mengangkat ekor dengan kekuatan. Itu harus lembut tetapi tegas.

3. Restrain hidung

Teknik restrain kali ini biasa di kenal dengan tali ketuh atau tali telusuk. Caranya: angkat kepala hewan
hampir tinggi dan tarik ke arah sisi yang berlawanan dengan tempat bekerja. Lakukan tekanan pada
jembatan batas antara lubang hidung untuk menyebabkan sakit pada jaringan sensitif diantara lubang
hidung.

4. Restrain Kepala

Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari posisi menangkap dan menghindarkan
dari tendangan dan membuat beberapa langkah khusus yang mungkin.

5. Restrain Leher

Teknik restrain ini didesain untuk mengalihkan perhatian dari posisi menangkap. Sealain itu restrain ini
bertujuan untuk menahan sapi agar tidak berlari kemana-mana saat akan diobati atau diperiksa.
6. Restrain pada anak sapi (Pedet)

Raih seluruh punggung hewan dan tarik kaki pada samping terdekat dari luar. Pedet kemudian
diturunkan kebawah pada lantai dengan berat melawan kaki. Sehingga jatuh ke tanah secara lembut.
Jangan menjatuhkan anak sapi dengan menarik kakinya secara cepat dari bawah tubuhnya sehingga ia
jatuh keras pada sampingnya. Pada hewan yang sangat muda, dengan cara ini mungkin bisa melukainya.

2.2. Casting

Casting adalah cara merebahkan hewan untuk tindakan medis dan pembedahan. Untuk casting pada
sapi bisa menggunakan tali yang dililit kebagian ektremitas caudal dari arah punggung kemudian ke arah
abdomen dan ditarik secara berlahan maka sapi akan rebah secara perlahan.

Casting pada sapi terdapat dua metode, yaitu Burley Rope dan Squeese methode. Sebelum melakukan
casting pada sapi, alangkah baiknya bila memperhatikan pesyaratan sebagai berikut :

1. Berhati-hati, jangan sampai melukai sapi.

2. Tempat cukup lapang, rata, empuk, dan jauh dari pepohonan, tembok, batu/benda lain yang
membahayakan. Alas dibuat dari jerami kering/rumputyang kering, usahakan di tempat yang teduh.

3. Tali yang digunakan cukup besar dan panjang kurang lebih 10 m.

4. Sediakan tenaga manusia 4-5 orang, satu untuk mengarahkan jatuhnya sapi, sedangkan yang lain
sebagai penarik tali.

5. Setelah sapi rebah, cepat dikuasai agar tidak berusaha berdiri kembali.

6. Pada sapi bunting sebaiknya jangan dilakukan.

2.2.1. Burley Rope

Metode casting ini dirancang oleh Dr.DR.Burley Georgia. Metode ini memiliki banyak keuntungan
dibandingkan metode casting lainnya. Pertama, dalam metode ini tidak perlu untuk mengikat tali di
sekitar tanduk atau leher. Tali hanya melewati sekitar tubuh hewan yang memakan waktu singkat.
Kedua, metode ini tidak memberikan tekanan pada dada dan dengan demikian tidak mengganggu
kinerja dari jantung dan paru-paru. Ketiga, itu tidak membahayakan organ genital sapi atau pembuluh
mammae sapi. Dengan menahan kedua kaki belakang, dapat diikat dengan ujung tali casting.

Menarik tali pada bagian ujung untuk merobohkan sapi. Penarik bisa saja mengontrol arah jatuhnya sapi
dengan menarik tali pada satu sisi, sehingga sapi terjatuh ke arah yang diinginkan.

Untuk mengikat kaki belakang, operator membuat kedua tali tetap terselip di sepanjang permukaan
yang paling atas dari kaki belakang untuk fetlock tersebut. Penarik menekuk kaki bawah dan membuat
setengah halangan sekitar fetlock tersebut.

Ujung dari tali dibawa mengelilingi kaki di atas hock, melewati mata kaki, dan kembali ke fetlock
sehingga tali berbentuk seperti angka 8.

Untuk mengikat kaki depan dibutuhkan tali yang berat dan pendek atau diperlukan tali yang panjangnya
kurang-lebih enam kaki. Salah satu ujung tali diikat di sekitar pastern dengan clove hitch meninggalkan
ujung tali yang bebas yang panjangnya sekitar delapan inci. Kaki depan tertekuk dan ujung panjang tali
dibawa ke depan dan melewati bawah tali utama turun dari withers.

Kabel ini melewati sekitar bagian depan kaki beberapa kali tertekuk dan diikat simpul reefer untuk ujung
bebas pendek di pastern tersebut.
Hewan tersebut lalu digulingkan dan kaki belakangnya di sisi yang berlawanan diikat dengan ujung tali
casting yang tadi. Hal tersebut juga dilakukan pada kaki depan, sehingga hewan tersebut kemudian
benar-benar terkendali.

2.2.2. Squeese methode

Merupakan metode standar casting untuk sapi. Membebankan pada titik-titik berat tubuh dari sapi.
Langkah-langkah untuk cara ini adalah:

Membuat lingkaran di sekitar leher sapi menggunakan simpul bowline ditempatkan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar.

Lempar ujung tali di punggung ke sisi yang berlawanan

Mencapai bawah sapi, mengambilnya sebuah membawanya ke seluruh tubuh dan di bawah bagian
berdiri tali dekat bowline untuk membentuk setengah halangan tepat di belakang bahu.
Dengan melempar akhir atas punggung sapi lagi, membuat setengah halangan lain hanya dalam dari
ambing. Menarik tali akan memaksa sapi untuk berbaring.

KESIMPULAN

Sapi merupakan hewan ternak yang sering dijumpai dan secara umum banyak ditemukan di Indonesia.
Beberapa jenis sapi seperti Sapi Bali yang memiliki keturunan Banteng, harus dikendalikan atau
direstrain agar mudah dikendalikan. Restrain adalah menghalangi gerak atau aksi dari hewan sapi
sehingga dapat menghindari atau mengurangi bahaya untuk dokter hewan, asisten maupun sapi itu
sendiri. Jenis dari restrain terdiri dari 3 tipe dasar, yaitu sebagai berikut ; Restrain Perilaku (Behavioral
Restraining), Restrain Kimia (Chemical Restraining), Restrain Fisik (Physical Restraining).

Selain restrain ada cara lain untuk mengendalikan sapi yaitu dengan casting. Casting adalah cara
merebahkan hewan untuk tindakan medis dan pembedahan. Untuk casting pada sapi bisa menggunakan
tali yang dililit kebagian ektremitas caudal dari arah punggung kemudian ke arah abdomen dan ditarik
secara berlahan maka sapi akan rebah secara perlahan. Casting pada sapi terdapat dua metode, yaitu
Burley Rope dan Squeese methode.

DAFTAR PUSTAKA

http://cal.vet.upenn.edu/projects/fieldservice/Dairy/RESTR/castrest.htm (23 Februari 2015)

http://www.scribd.com/doc/49751981/RESTRAIN-DAN-CASTING#scribd (23 Februari 2015)

http://khairulrizalvet.blogspot.com/2014/03/cara-restrain-sapi.html (23 Februari 2015)

Indarjulianto, S. Raharjo, Slamet. Widiyono, Irkham. 2011. Diagnosa Klinik Veteriner. Yogyakarta.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Restrain adalah menghalangi gerak/aksi dari hewan sehingga dapat menghindari/mengurangi bahaya
untuk dokter hewan, asisten maupun hewan itu sendiri. Bahaya tersebut dapat berupa gigitan, sepakan,
desakan, dan injakan dari hewan saat akan diperiksa kesehatannya , dilakukan pemeriksaan,
pengobatan, dioperasi, maupun dibersihkan. Bahaya atau resiko untuk hewannya sendiri dapat berupa
luka benturan karena sepakan yang mengenai dinding kandang yang tajam atau keras seperti paku,
potongan kayu dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan luka memar atau tergores dan
pendarahan sampai patah tulang.

Dalam merestrain harus dilakukan dengan tepat dan menggunakan metode yang benar. kuda
merupakan salah satu hewan yang sering ditangani oleh dokter hewan, sehingga harus benar benar
dikuasai cara merestrain dan mengcasting baik secara fisik maupun kimiawi. Kuda memiliki tenaga yang
kuat, ukuran tubuh yang besar, temperamen, kuat dan cepat. Hal inilah yang membuat setiap orang
yang menghandel kuda kesulitan dalam menangani khususnya saat melakukan pemeriksaan sehingga
harus benar benar dibutuhkan pengetahuan bagaimana cara melakukan restrain dan casting.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara restrain kuda?

2. Bagaimana cara casting kuda?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana cara restrain dan casting kuda dengan baik dan benar.

______________________________________________

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Restrain Kuda

Kuda, jika mungkin, harus didekati dari sisi kiri mereka. Biasanya akan lebih mudah untuk bekerja dari
sisi itu. Tempat terbaik untuk bekerja adalah dekat bahu, sedikit ke sisi-namun tidak langsung di depan.
Umumnya, handler dan pemeriksa harus berada di sisi yang sama dari kuda bila memungkinkan.

Ada tiga kategori utama dari restrain: fisik, verbal dan kimia- dapat digunakan sendiri atau bersama-
sama. Dalam melakukan restrain haruslah tenang, percaya pada kemampuan, tidak ragi-ragu, waspada,
dan tidak sembarangan. Sebelum bertindak haruslah merencanakan metodenya serta menyiapkan
peralatannya.

a. Restrain Fisik

Ada beberapa cara melakukan restrain fisik pada kuda yaitu :

· Mengangkat salah satu kaki kuda

Dengan mengangkat salah satu kaki kuda umumnya dilakukan pada kaki depan kuda akan kehilangan
keseimbangan apabila mau menendang, karena kuda menendang dengan kedua kaki belakang secara
bersamaan. Cara ini sering dilakukan untuk tujuan pemeriksaan ataupun dalam melakukan pengobatan.

Mengangkat salah satu kaki kuda

· Metode haltering (menggunakan halter)

Metode ini dengan menggunakan halter (pakaian kuda) atau dapat juga dengan menggunakan tali yang
diikatkan dibelakang telinga lalu dimasukkan kedalam mulut dan kemudian ditarik kedepan.

Metode haltering

· Metode paksaan

Metode paksaan

Metode ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian kuda, dapat dilakukan dengan menutup matanya
dengan menggunakan kain/handuk atau dengan menggunakan alat (pram/twitch). Pram dipasang pada
bibir atas lalu diputar sedemikian ruoa sehingga timbul rasa sakit untuk mengalihkan perhatian kuda.
Metode ini dilakukan terutama pada kuda-kuda yang memiliki temperamen yang tinggi apabila dengan
cara yang pertama dan kedua sulit dilakukan untuk menguasai hewan.

b. Restrain Verbal

Berbicara dengan kuda memiliki pengaruh besar. Berbicara dengan nada yang menenangkan dan
menyakinkan akan lebih baik dibandingkan dengan nada yang keras dan kasar.

c. Restrain Chemical

Chemical restrain adalah pengendalian hewan dengan bahan-bahan kimia. Bahan kimia yang dapat
digunakan antara lain yaitu acepromazine maleat dan xylazine hidroklorida yang dianggap sebagai obat
penenang paling berguna dalam restrain kuda. (Dodman NH, Equine Vet J. 1980)

2.2 Casting Kuda

Casting adalah menguasai hewan dengan cara merebahkan hewan tersebut.

Syarat-ayarat melakukan casting adalah:

1. Berhati-hati, jangan sampai melukai kuda

2. Tempat cukup lapang, rata, empuk, dan jauh dari pepohonan, tembok, batu/benda lain yang
membahayakan. Alas dibuat dari jerami kering/rumputyang kering, usahakan di tempat yang teduh.

3. Tali yang digunakan cukup besar dan panjang

4. Sediakan tenaga manusia 4-5 orang, satu untuk mengarahkan jatuhnya kuda, sedangkan yang lain
sebagai penarik tali

5. Setelah kuda rebah, cepat dikuasai agar tidak berusaha berdiri kembali

6. Pada kuda bunting sebaiknya jangan dilakukan

Casting pada kuda umumnya dilakukan untuk tujuan terapi (surgical therapy) dapat dilakukan
dengan :

· Hoble/Kluister

Hoble
Hoble berupa tali tambang yang dipasang pada salah satu kaki belakang kemudian dihubungkan ke leher
dan satu ujungnya masuk ke dalam tali yang ada di leher dan ditarik ke belakang dan kuda akan jatuh
pada bagian yang ada talinya lalu dilakukan pengikatan pada kaki.

· Metode Harness

Cara ini dengan menggunakan semacam sabuk dari kulit dengan talinya. Alat ini dipasang melingkar
pada dada dan kedua kaki belakang dihubungkan dengan ring yang ada dan kedua ujung tali ditarik ke
belakang dan kuda akan terjatuh lalu dilakukan pengikatan pada kaki. Dari kedua metode diatas metode
Harness lebih sering digunakan karena lebih aman dan mudah dilakukan.

Metode harness

______________________________________________

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam melakukan pemeriksaan, pengobatan, bahkan operasi pada hewan khususnya kuda akan sangat
sulit dilakukan apa bila hewan tersebut terus bergerak dan tidak terkendali. Dokter hewan yang
menangani bisa saja tergigit bahkan terinjak. Untuk menghindari hal itu maka ada teknik yang disebut
dengan restrain dan casting. Restrain maupun casting adalah teknik yang dilakukan untuk menghalangi
gerak/aksi dari hewan.

Restrain pada kuda dapat dibagi menjadi tiga kategori, yang pertama yaitu restrain fisik yang terdiri dari
mengangkat salah satu kaki kuda, metode haltering, dan metode paksaan. Yang kedua restrain verbal
dan yang ketiga yaitu restrain chemical.

Casting pada kuda umumnya dilakukan untuk tujuan terapi dapat dilakukan dengan hobble/kluister dan
metode harness.
______________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Dodman NH. Chemical restraint in the horse. Equine Vet J. 1980 Oct;12(4):166-70.

Keith Javic - Class of 2003, C. Nikki Conroy - Class of 2003. EQUINE RESTRAINT.
http://cal.vet.upenn.edu/projects/fieldservice/Equine/eqrestr/eqrestr.htm (diakses 28 februari 2014)

Smith Robyn Dr. 2007. STANDARD OPERATING PROCEDURE (Restraint of Horses)

Wardhita, et. al. 2008. ILMU BEDAH UMUM VETERINER I. laboratorium bedah veteriner. Denpasar
(diakses 28 februari2014)

Anda mungkin juga menyukai