Anda di halaman 1dari 6

ANESTESI PADA KUDA (anestesi lokal, anestesi epidural, anestesi umum)

Andi Sri Nur Zuqni, Reski Olivia Duri, Aminul Rahman, Aini Rahmayni, Tresiaty Oriza, Arga
Darmawan Wally, Ani Wulandari, Abdullah Adi Sultan, Mesak Meljers.

PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS VETERINER II


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
ANDI SRI NUR ZUQNI
O 111 11 251
Abstrak
Anestesi atau keadaan tidak peka terhadap rasa sakit, sangat berguna untuk melakukan
suatu tindak pembedahan karena demi rasa kemanusiaan (humanitarian), agar hewan tidak
menderita; dan demi efisiensi kerja, karena hewan menjadi diam sehingga suatu tindak
pembedahan dapat dikerjakan secara lancar dan aman. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui
teknik anestesi guna pengaplikasiannya dalam kasus yang berkaitan dengan anestesi.
I.
PENDAHULUAN
1. Istilah anestesi dimunculkan pertama
kali oleh dokter Oliver Wendell Holmes
(1809-1894)
berkebangsaan
Amerika,
diturunkan dari dua kata Yunani : An berarti
tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau sensasi
nyeri. Secara harfiah berarti ketiadaan rasa
atau sensasi nyeri. Dalam arti yang lebih
luas, anestesi berarti suatu keadaan
hilangnya rasa terhadap suatu rangsangan.
Pemberian anestetikum dilakukan untuk
mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri
baik disertai atau tanpa disertai hilangnya
kesadaran. Seringkali anestesi dibutuhkan
pada tindakan yang berkaitan dengan
pembedahan. Anestetikum yang diberikan
pada hewan akan membuat hewan tidak
peka terhadap rasa nyeri sehingga hewan
menjadi tenang, dengan demikian tindakan
diagnostik, terapeutik, atau pembedahan

dapat dilaksanakan lebih aman dan lancar


(Tranquilli et al. 2007; Miller 2010).
2. Perjalanan waktu sepanjang sejarah
menunjukkan bahwa anestesi pada hewan
digunakan untuk menghilangkan rasa dan
sensasi terhadap suatu rangsangan yang
merugikan (nyeri), menginduksi relaksasi
otot, dan terutama untuk membantu
melakukan
diagnosis
atau
proses
pembedahan yang aman. Alasan lain
penggunaan anestesi pada hewan adalah
untuk melakukan pengendalian hewan
(restraint), keperluan penelitian biomedis,
pengamanan pemindahan (transportasi)
hewan liar, pemotongan hewan yang
humanis, dan untuk melakukan ruda paksa
(euthanasia).
Secara
umum
tujuan
pemberian anestetikum pada hewan adalah
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
dengan meminimalkan kerusakan organ

tubuh dan membuat hewan tidak terlalu


banyak bergerak. Semua tujuan anestesi
dapat dicapai dengan pemberian obat
anestetikum secara tunggal maupun dalam
bentuk
balanced
anesthesia,
yaitu
mengkombinasikan
beberapa
agen
anestetikum
maupun
dengan
agen
preanestetikum
(McKelvey
dan
Hollingshead 2003; Tranquilli et al. 2007).
3. Anestetikum lokal adalah
suatu bahan kimia yang mampu
menghambat konduksi syaraf perifer
tanpa
menimbulkan
kerusakan
permanen pada syaraf tersebut.
Mekanisme kerja anestetikum lokal
dengan cara menghambat (blok)
saluran ion sodium (Na) pada syaraf
perifer, konduksi atau aksi potensial
pada syaraf terhambat sehingga
respon nyeri secara lokal hilang.
Anestetikum lokal mencegah proses
depolarisasi membran syaraf secara
lokal melalui penghambatan saluran
ion Na, sehingga membran akson
tidak
dapat
bereaksi
dengan
neurotransmitter acetilkolin dan
membran akan tetap dalam keadaan
semipermiabel serta tidak terjadi
perubahan
potensial.
Keadaan
tersebut menyebabkan aliran inpuls
yang melewati syaraf berhenti,
sehingga semua rangsangan tidak
sampai ke SSP. Sifat hambatan
syaraf umumnya bersifat lokal,
selektif, dan tergantung pada dosis
atau jumlah obat yang diberikan
(Tranquilli et al. 2007; Miller 2010).
4.
II.

MATERI DAN METODE

1. Anestesi Umum
5. Anestesi umum yaitu anestesi yang
ditimbulkan oleh anestetika yang mendepres
hingga menyebabkan paralisa sementara
pada susunan saraf pusat dan akan
menghasilkan hilangnya kesadaran dan
refleks otot disamping hilangnya perasaan
sakit seluruh tubuh. Sebelum anestesi umum
dilakukan, biasanya diberi preanestesi atau
premedikasi, yaitu suatu substansi yang
terdiri dari sedativa atau tranquliser sebagai
penenang dan substansi anti kholinergik
yang berguna untuk menekan produksi air
liur agar hewan tidak mengalami gangguan
bernafas selama pembiusan. Tranquliser
digunakan untuk relaksasi otot. menekan
derajad kesadaran dan perubahan tingkah
laku, walaupun tidak disertai adanya rasa
ngantuk. Sedativa adalah obat yang menbuat
hewan menjadi tenang.
6.
7.
Aplikasi anestesi umum bisa
dilakukan dengan berbagai cara. Anestesi
inhalasi dengan pemberian cairan volatil dan
berupa
gas,
aplikasinya
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
8.
1. Metode terbuka (open)
9.
2. Metode semi terbuka (semi open)
10.
3. Metode tertutup dengan absorbsi
Carbon Dioxide (CO2)
11.
4. Metode semi tertutup.
12.
13.
Cara pelaksanaan anetesi :
1. Tetesan pada selaput lendir atau kulit.
2. Suntikan infiltrasi subkutan. submuskulus
ataupun submukosa.
3. Blokade permukaan kulit dengan
suntikan infiltrasi linear sepanjang batas
keliling (field block). Untuk mencapai
mati rasa pada daerah yang lebih luas
bisa dilakukan a) suntikan perineural
saraf peripher atau paravertebral, b)

suntikan saraf spinal yang dikenal dengan


istilah anestesi epidural, yaitu auntikan
anestesi di celah lumbosakral.
14.
2. Anestesi Epidural
15. Anestesi epidural atau anastesi spinal
adalah anastesi regional yang diperoleh
dengan menyuntikkan anestetika kedalam
kanalis spinalis. Karena terjadi kontak antara
anastetika dengan saraf spinal atau dengan
akar saraf spinal, maka akan timbul anastesi
pada daerah inervasi serabut saraf
sensorisnya dan paralisa otot pada daerah
inervasi
serabut
saraf
motorisnya.
Penyuntikan anastesi epidural pada anjing,
jarum tidak sampai menembus durameter
dan larutan anaestetika dicurahkan kedalam
ruang epidural.
16.
17.
Cara pelaksanaan anestesi epidural:
18.
Teknik suntikan epidural anestesi
adalah
1. Dicelah lumbo sakral, yang dapat
ditentukan letaknya dengan cara
menarik
garis
bayangan
dari
prominensia illiaka kanan dan kiri,
maka garis tersebut akan memotong
prosesus spinosus vertebrata lumbalis
yang terakhir, legokan di kaudalnya
adalah tempatnya. Anestetika yang
digunakan adalah prokain HCI dengan
konsentrasi 2% atau bisa menggunakan
lidokain HCI dengan konsentrasi 2%.
19.
3. Anestesi Lokal
20. Anestetika lokal adalah subtansi atau
obat yang dapat menimbulkan matirasa
setempat atau terbatas dengan cara
memblokir konduksi impuls; mengurngi
permiabelitas nenbran saraf dalam fase
polarisasi terhadap kalium dan natrium.
Anestesi ini tidak efektif apabila daerah

yang disuntik dalam keadaan asam atau


infeksi; anestesi ini berpengaruh pada saraf
yang lebih keil dahul, saraf efferen lebih
dulu terkena daripada afferen; saraf yang
bermielin lebih dulu teranestesi. Anestesi
lokal ini bersifat reversibel, lama kerjanya
akan lebih lama apabila ditambahkan
vasokontrikstor, misalnya penambahan
adrenalin dalam konsentrasi satu per mil.
21. Cara pelaksanaan anestesi lokal:
1. Meneteskan pada permukaan daerah
yang
akan
dianestesi
(surface
aflication), dengan melakukan injeksi
secara sub-kutan pada daerah yang akan
dianestesi (subdermal, intradermal)
2. Melakukan pemblokiran pada daerah
tertentu (field block anestesi).
3. Anestetikum yang sering digunakan
sebagai anestetikum lokal adalah
procaine HCI 2% - 4%, Lidocaine 0,5 2%,
Lidocaine
4%,
Tetracaine,
bupivacaine
0,25%
atau
0,5%,
Dibucain, Pehacaine, Lidonest, dan
Chlor buthanol dengan dosis pemberian
secukupnya (Quantum statis, QS).
Lidocaine dan bupivacaine dapat
diencerkan dengan larutan salin (bukan
air) untuk menurunkan konsentrasinya.
Bupivacaine mempunyai onset lebih
lambat (20 menit) dan durasi lebih
panjang (6 jam) dibandingkan lidocaine
(onset lebih cepat dan durasi 1-2 jam)
(Adams 2001; Sudisma 2006; Tranquilli
et al. 2007).
22.
Sifat sifat yang harus
dimiliki oleh obat anestetikum lokal
adalah poten, artinya efektif dalam
dosis rendah, daya penetrasinya baik,
mula kerjanya cepat, masa kerjanya

lama, toksisitas sistemik rendah,


tidak
mengiritasi
jaringan,
pengaruhnya reversibel, dan mudah
dikeluarkan dari tubuh.
III.
PEMBAHAHASAN
1. Anestesi lokal
23. Aplikasi anestesi umum yang lain
dapat dilakukan secara parenteral yaitu
dengan suntikan intravena. Pada hewan kecil
misalnya anjing vena yang paling mudah
dieroleh adalah vena cephalica di kaki depan
atau vena tarsal recurent di kaki belakang.
Misalnya dengan penggunaan anestesi
umum
preparat
barbiturat,
sebelum
penyutikkan vena dibendung lebih dalulu di
bagian proksimalnya, sehingga vena akan
tampak menggembung dan mempermudah
menyuntikkannya. Walaupun anestesi intra
vena ini mudah diberikan dengan induksi
cepat dan menyenangkan, namun akan lebih
aman dalam pelaksanaannya sepertiga atau
setengah dosis yang telah diperhitungkan
diberikan secara segera atau cepat ( namun
tetap harus mengacu bahwa suntikan intra
vena diberikan secara perlahan-lahan), cara
pemberian tersebut dimaksudkan untuk
hewan atau pasien segera masuk stadium
ketiga (operasi) dan stadium ke dua atau
stadium eksitasi hanya dilewati; sehingga
akan terhindar dari gerakan-gerakan hewan
yang berlebihan di luar kemauan yang
mungkin dapat mengganggu sehubungan
suntikan intravena tersebut. Kejelekan
anestesi intra vena adalah kedalaman
anestesi sulit diatur setelah pemberian dan
lama kerjanya tergantung pada destruksi
atau ekskresi oleh ginjal. Walaupun
demikian anestesi ini adalah anestesi paling
sederhana dan mudah dilakukan dan banyak
dipilih oleh dokterhewan karena tidak

memerlukan aparatus seperti halnya pada


anestesi inhalasi. Dalam prakteknya
penggunaan anestesi ini mesti harus
dilakukan premedikasi lebih dahulu dengan
obat-obatan antikolinergik dan jugs obat
penenang/tranqulizer demi mulusnya dan
amannya pembiusan.
24.
2. Anestesi Epidural
25.
Tanda-tanda
apabila
anestesi
epidural ini berhasil adalah sebagai berikut
26.
1. Ekor tampak menggantung dan
lemas.
27.
2. Spinter ani relaksasi.
28.
3. Kedua kaki belakng lumpuh dan
mati rasa
29.
4. Demikian pula separoh tubuh
bagian belakang akan mati rasa namun
anjing tetap sadar.
30.
Dalam
praktek
anestesi
edpidural tidak dianjurkan atau kontra
indikasi pada : adanya kerusakan pada
vetertebra lumbalis dan sakralis; krusakan
dispinal cord; meningitis; gangguan di
kanalis vertebralis; infeksi di dekat daerah
tempat
suntikan;
deformitas
daerah
lumoosakral; paresis/kepincangan kaki
belakang karena gangguan saraf dan pada
hewan yang menderita tekanan darah sangat
rendah. Komplikasi epidural anestesi dapat
dicegah atau diantisipasi dengan teknik
penyutikan yang perlahan-lahan, tetapi
walaupun dekikian masih mungkin ada
hipotensi. Apabila tidak tepat di edpidural,
misal di subarahnoid mungkin dapat terjadi
adanya depresi pernafasan dan hipotensif,
sedang apabila terjadi konvulsi dapat
dikurangai atau diterapi dengan pemberian
thiobarbital secara intravena.
31.
32.
33.

3. Anestesi Lokal
34. Anestetikum lokal mencegah proses
depolarisasi membran syaraf secara lokal
melalui penghambatan saluran ion Na,
sehingga membran akson tidak dapat
bereaksi dengan neurotransmitter acetilkolin
dan membran akan tetap dalam keadaan
semipermiabel serta tidak terjadi perubahan
potensial. Keadaan tersebut menyebabkan
aliran inpuls yang melewati syaraf berhenti,
sehingga semua rangsangan tidak sampai ke
SSP. Sifat hambatan syaraf umumnya
bersifat lokal, selektif, dan tergantung pada
dosis atau jumlah obat yang diberikan
(Tranquilli et al. 2007; Miller 2010).
35. Sifat sifat yang harus dimiliki oleh
obat anestetikum lokal adalah poten, artinya
efektif
dalam
dosis
rendah,
daya
penetrasinya baik, mula kerjanya cepat,
masa kerjanya lama, toksisitas sistemik
rendah,
tidak
mengiritasi
jaringan,
pengaruhnya reversibel, dan mudah
dikeluarkan dari tubuh (Adams 2001;
Tranquilli et al. 2007).
36.
Penggunaan
anestetikum
lokal bisa dilakukan dengan meneteskan
pada permukaan daerah yang akan
dianestesi (surface aflication), dengan
melakukan injeksi secara sub-kutan pada
daerah yang akan dianestesi (subdermal,
intradermal), serta dengan melakukan
pemblokiran pada daerah tertentu (field
block anestesi). Anestetikum yang sering
digunakan sebagai anestetikum lokal adalah
procaine HCI 2% - 4%, Lidocaine 0,5 - 2%,
Lidocaine 4%, Tetracaine, bupivacaine
0,25% atau 0,5%, Dibucain, Pehacaine,
Lidonest, dan Chlor buthanol dengan dosis
pemberian secukupnya (Quantum statis,
QS). Lidocaine dan bupivacaine dapat
diencerkan dengan larutan salin (bukan air)

untuk
menurunkan
konsentrasinya.
Bupivacaine mempunyai onset lebih lambat
(20 menit) dan durasi lebih panjang (6 jam)
dibandingkan lidocaine (onset lebih cepat
dan durasi 1-2 jam) (Adams 2001; Sudisma
2006; Tranquilli et al. 2007).
37.

38.

KESIMPULAN

39.
Anestetikum lokal adalah
suatu
bahan
kimia
yang
mampu
menghambat konduksi syaraf perifer tanpa
menimbulkan kerusakan permanen pada
syaraf tersebut.
40.
Anestesi umum yaitu anestesi
yang ditimbulkan oleh anestetika yang
mendepres hingga menyebabkan paralisa
sementara pada susunan saraf pusat dan
akan menghasilkan hilangnya kesadaran dan
refleks otot disamping hilangnya perasaan
sakit seluruh tubuh.
41.
Anestesi
epidural
atau
anastesi spinal adalah anastesi regional yang
diperoleh dengan menyuntikkan anestetika
kedalam kanalis spinalis.
42.

43.

DAFTAR PUSTAKA

44.

Amresh Kumar, 1997, Veterinary


Surgical Techniques, First ed., Vikas
Publishing Houshe PVT. LTW, New
delhi, Hal 74-137.
Hall, LW., 1977, Wright's Veterinary
Anaesthesia and Analgesia, 7 ed, The
English Language Book Society and
Bailliere Tindall.
Lumb, W.V and Jones, E.W., 1984,
Veterinary Anesthesia, 2 ed, Lea &
Febiger, Philadelphia.
McDonald, W., 1974, Principles of
Anesthesia dalam Archibald, J,
Canine Surgery, 2 ed, University of
Guleph Canada, Hal. 53-70

45.

46.

47.

48.

Riebold, T.W., D.O. Goblet, D.R


Geiser, 1987, Large Animal,
Anesthesia Principles and Technique,
4 th printing, Iowa State University
Press, Ames, Iowa.

49.

Sawyer, D.C, 1982, The Practice of


Small Animal Anesthesia, Vol 1,
WB. Saunder Company, Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai