Andi Sri Nur Zuqni, Reski Olivia Duri, Aminul Rahman, Aini Rahmayni, Tresiaty Oriza, Arga
Darmawan Wally, Ani Wulandari, Abdullah Adi Sultan, Mesak Meljers.
1. Anestesi Umum
5. Anestesi umum yaitu anestesi yang
ditimbulkan oleh anestetika yang mendepres
hingga menyebabkan paralisa sementara
pada susunan saraf pusat dan akan
menghasilkan hilangnya kesadaran dan
refleks otot disamping hilangnya perasaan
sakit seluruh tubuh. Sebelum anestesi umum
dilakukan, biasanya diberi preanestesi atau
premedikasi, yaitu suatu substansi yang
terdiri dari sedativa atau tranquliser sebagai
penenang dan substansi anti kholinergik
yang berguna untuk menekan produksi air
liur agar hewan tidak mengalami gangguan
bernafas selama pembiusan. Tranquliser
digunakan untuk relaksasi otot. menekan
derajad kesadaran dan perubahan tingkah
laku, walaupun tidak disertai adanya rasa
ngantuk. Sedativa adalah obat yang menbuat
hewan menjadi tenang.
6.
7.
Aplikasi anestesi umum bisa
dilakukan dengan berbagai cara. Anestesi
inhalasi dengan pemberian cairan volatil dan
berupa
gas,
aplikasinya
dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
8.
1. Metode terbuka (open)
9.
2. Metode semi terbuka (semi open)
10.
3. Metode tertutup dengan absorbsi
Carbon Dioxide (CO2)
11.
4. Metode semi tertutup.
12.
13.
Cara pelaksanaan anetesi :
1. Tetesan pada selaput lendir atau kulit.
2. Suntikan infiltrasi subkutan. submuskulus
ataupun submukosa.
3. Blokade permukaan kulit dengan
suntikan infiltrasi linear sepanjang batas
keliling (field block). Untuk mencapai
mati rasa pada daerah yang lebih luas
bisa dilakukan a) suntikan perineural
saraf peripher atau paravertebral, b)
3. Anestesi Lokal
34. Anestetikum lokal mencegah proses
depolarisasi membran syaraf secara lokal
melalui penghambatan saluran ion Na,
sehingga membran akson tidak dapat
bereaksi dengan neurotransmitter acetilkolin
dan membran akan tetap dalam keadaan
semipermiabel serta tidak terjadi perubahan
potensial. Keadaan tersebut menyebabkan
aliran inpuls yang melewati syaraf berhenti,
sehingga semua rangsangan tidak sampai ke
SSP. Sifat hambatan syaraf umumnya
bersifat lokal, selektif, dan tergantung pada
dosis atau jumlah obat yang diberikan
(Tranquilli et al. 2007; Miller 2010).
35. Sifat sifat yang harus dimiliki oleh
obat anestetikum lokal adalah poten, artinya
efektif
dalam
dosis
rendah,
daya
penetrasinya baik, mula kerjanya cepat,
masa kerjanya lama, toksisitas sistemik
rendah,
tidak
mengiritasi
jaringan,
pengaruhnya reversibel, dan mudah
dikeluarkan dari tubuh (Adams 2001;
Tranquilli et al. 2007).
36.
Penggunaan
anestetikum
lokal bisa dilakukan dengan meneteskan
pada permukaan daerah yang akan
dianestesi (surface aflication), dengan
melakukan injeksi secara sub-kutan pada
daerah yang akan dianestesi (subdermal,
intradermal), serta dengan melakukan
pemblokiran pada daerah tertentu (field
block anestesi). Anestetikum yang sering
digunakan sebagai anestetikum lokal adalah
procaine HCI 2% - 4%, Lidocaine 0,5 - 2%,
Lidocaine 4%, Tetracaine, bupivacaine
0,25% atau 0,5%, Dibucain, Pehacaine,
Lidonest, dan Chlor buthanol dengan dosis
pemberian secukupnya (Quantum statis,
QS). Lidocaine dan bupivacaine dapat
diencerkan dengan larutan salin (bukan air)
untuk
menurunkan
konsentrasinya.
Bupivacaine mempunyai onset lebih lambat
(20 menit) dan durasi lebih panjang (6 jam)
dibandingkan lidocaine (onset lebih cepat
dan durasi 1-2 jam) (Adams 2001; Sudisma
2006; Tranquilli et al. 2007).
37.
38.
KESIMPULAN
39.
Anestetikum lokal adalah
suatu
bahan
kimia
yang
mampu
menghambat konduksi syaraf perifer tanpa
menimbulkan kerusakan permanen pada
syaraf tersebut.
40.
Anestesi umum yaitu anestesi
yang ditimbulkan oleh anestetika yang
mendepres hingga menyebabkan paralisa
sementara pada susunan saraf pusat dan
akan menghasilkan hilangnya kesadaran dan
refleks otot disamping hilangnya perasaan
sakit seluruh tubuh.
41.
Anestesi
epidural
atau
anastesi spinal adalah anastesi regional yang
diperoleh dengan menyuntikkan anestetika
kedalam kanalis spinalis.
42.
43.
DAFTAR PUSTAKA
44.
45.
46.
47.
48.
49.