Kelompok 4
DEPARTEMEN KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2020
I. PENDAHULUAN
Hewan kasus adalah anjing, jenis kelamin betina bernama husky , umur 4 tahun dengan
berat badan 15 kg, warna bulu belang hitam kecoklatan. Hewan kasus tersebut dibawa ke klinik
march tanggal 25 november 2020 dengan keluhan adanya sesak nafas, bernafas dengan perut,
tidak ada nafsu makan dan kepala lebih banyak menegadah. Pada paemeriksaan fisik seperti
temperature rectal, denyut nadi, angka respirasi, diperoleh hasil lebih tinggi dari normal. Setelah
di auskultasi pada paru-paru terlihat moderate dyspnoe. Anjing tersebut sebelumnya telah diberi
treatment dengan pariental amoxicillin selama 5 hari dan dexamethasone serta
chlorpheneramine 3 hari pertama. Setelah 2 hari terapi gejala mulai berkurang dan setelah 5
hari anjing mulai sehat dengan nafsu makan dan respirasi yang normal. Namun setelah 60 hari,
anjing tersebut terdapat keluhan susah bernafas, penurunan berat badan, anorexia, gelisah dan
kurang tidur pada beberapa hari terakhir. Dari pemeriksaan fisik diketahui adanya subcutaneous
emphysema pada rongga thorak, tidak adanya suara paru-paru pada cranio ventral thorak setelah
di auskultasi, serta low-pitched dull sound saat dilakukan perkusi, diduga anjing tersebut
mengalami efusi pleura, sehingga perlu dilakukan pemeriksaaan radiografi. Pada pemeriksaan
x-ray ditemukan cairan pada rongga thorax, yang berwarna putih.
Pendekatan diagnostik melibatkan pengukuran parameter cairan pleura serta keadaan sistemik.
Efusi dibedakan antara hemorrhagic (disebabkan karena trauma/gangguan homeostasis), eksudat
(disebankan oleh infeksi), transudate (dapat disebabkan gagal jantung, sirosis hepatic).
Kasus efusi pleura ringan tidak rtmapak pada pemeriksaan fisik, membutuhkan 30 ml/kg untuk
pemeriksaan fisik, untuk meperlihatkan hasil pemeriksaan radiografi membutuhkan 10 ml/kg cairan
pleural. Kesulitan bernafat terjadi Ketika akumulasi cairan melebihi 50-60 ml/kg.
Gejala klinis efusi pleura dapat berupa tachypnea,sulit bernafas, respirasi dangkal, tidak ada
nafsu makan, tidak bisa membaringkan badan, kepala lebih banyak menengadah, bernafas dengan perut,
hyporesonance sounds saat perkusi dasar thorax.
Kasus Chylorhorax pada anjing dan kucing dapat disebabkan karena gagal jantung, trauma,
infeksi cacing jantung, atau granuloma thorx yang sering disebut kondisi idiopatic. Fibrotic peuritis dan
iritasi pada anjing dan kucing dapat disebabkan chyle itu sendiri.
Hewan yang terkena chylothorax, terjadi abnormalitas pada ductus thoracic yang dapat
menyebabkan kebocoran chyle ke rongga thorax. Hewan akan mengalami sesak nafas akibat
penumpukan chycle. Penumpukan chcle pada cavum thorax menyebabkan kelemahan imun hewan
penderita
Pemeriksaan fisik merupakan prosedur pemeriksaa pertama yang dilakukan, yakni dengan
auskultasi rongga thorax untuk memastikan ada tidaknya cairan dalam rongga thorax. Untuk lebih
memastikan hasil auskultasi maka dilakukan radiografi. Untuk memastikan cairan pada rongga thorax
atau bukan maka dilakukan pemeriksaan pendukukng dengan tes darah.
Treatmen yang diberika untu efusi pleura terutama karena chyothorax, yaitu dengan cara
mengevakuasi seluruh cairan pada rongga thorax untuk mengurangi akumulasi cairan dan mempermudah
pernafasan.
hasil pemeriksaan X-Ray anjing Husky betina di klinik March posisi lateral. Gambaran jantung dan batas
diafragma tidak jelas, rongga thorax tampak radiopaque menandakan adanya akumulasi cairan. dalam
kasus ini sehingga diagnosa adalah Efusi Pleura (cairan dalam rongga dada)”.
KESIMPULAN
Efusi pleura merupakan penyebab yang paling sering terjadi pada anjing dengan gejala
kesulitan bernafas. Pada anjing, efusi pleura disebabkan karena tuberkoulosis. Namun penyakit
lain yang dapat menimbulkan efusi pleura antara lain chylothorax, feline infectious peritonitis,
pyothorax, pneumonia, empyema toraks, sirosis hepatis. Terkumpulnya cairan di rongga pleura
disebut efusi pleura, terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbs terganggu. Cairan
pleura terkumulasi jika pembentukan cairan pleura melampaui absoprsi yang mampu dilakukan
oleh limfatik. Cairan pleura dapat dibentuk dari pleura visceral atau rongga peritoneum. Gejala
efusi pleura yang paling sering timbul adalah sesak nafas, bernafas dengan perut, tidak ada
nafsu makan dan kepala lebih banyak menegadah, penurunan suara bronchovesicular paru pada
dependant portior dari thorak, serta adanya hyporesonance sounds saat dilakukan perkusi pada
thorak.
DAFTAR PUSTAKA
Garrido VV, Sancho JF, Blasco LH, Gafas AP, et al. Diagnosis and treatment of pleural effusion. Arch
Bronkoneumol. 2006; 42(7): 349-372.
Halim, Hadi.2007. Penyakit-Penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Sudoyo
AW, et al. Edisi 4, Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD FKUI; hal.
1056-60.
Helen E Davies, Robert J O Davies, on behalf of the BTS Pleural Disease Guidline Group. Management
of pleural infection in adults: British Thoracic Society pleural disease guideline 2010.
Thorax 2010;65(Suppl 2): 41-53. Garrido VV, Sancho JF, Blasco LH, Gafas AP, et al.
Diagnosis and treatment of pleural effusion. Arch Bronkoneumol. 2006; 42: 349-372.