Oleh :
CHARISMA SUMULE
C 024 191 001
A B
Gambar 2. Visualisasi vesica fellea selama operasi cholecystectomy (Killpatrick
et.al., 2017) (A). Ruptur pada vesica fellea (Killpatrick et.al., 2017) (B).
2.7 Komplikasi
Pembedahan saluran empedu dan vesica fellea membutuhkan
kemampuan teknis kompetensi yang tinggi, ketangkasan manual, dan penilaian
bedah yang baik untuk mencegah komplikasi serius. Potensi komplikasi
cholecystectomy termasuk general peritonitis, syok, sepsis, hipoglikemia,
hipoproteinemia, dan hipokalemia (Fossum, 2012).
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Alat
Termometer, stetoskop, stopwatch, spoit 1 ml, spoit 3 ml, duk, duk klem,
scalpel dan blade, allis forcep, klem arteri, pinset anatomis, pinset cirurgis,
gunting tajam tumpul, gunting tajam tajam, needle set, needle holder, infus set,
tali restraint, head lamp, wadah alat dan betadine.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: atropin, ketamin, xylazine,
iodine tincture 3%, tampon, kasa steril, cotton bud kasa, benang catgut
chromic 2/0 dan 3/0, benang silk, underpad, alkohol 70%, cairan NaCL,
hipafix, dan metronidazole.
3.2 Metode
3.2.1 Persiapan Ruangan
Ruangan dibagi menjadi 2 yaitu ruang pre-operasi sebagai ruang untuk
persiapan hewan serta operator dan co-operator. Dan ruang operasi sebagai
ruangan untuk pembedahan. Ruangan dibersihkan dengan desinfektan, alat dan
bahan disiapkan untuk operasi.
3.2.2 Persiapan alat
1) Alat bedah minor untuk cholecystectomy dicuci dengan air bersih yang
mengalir kemudian dikeringkan sebelum masuk wadah
2) Kemudian alat bedah di masukkan ke autoclave untuk disterilkan.
3) Setelah sterilisasi alat, kemudian alat diatur di meja alat yang dekat meja
operasi.
3.2.3 Persiapan hewan
Hewan yang akan dioperasi dicatat sinyalamen meliputi umur, ras, berat
badan, jenis kelamin, dan tanda khusus, anamnesa serta pemeriksaan fisik
meliputi frekuensi napas, denyut jantung, turgor kulit, temperature, dan CRT.
Hewan yang akan dioperasi, harus dipuasakan terlebih dahulu sekitar 8-12
jam. Kemudian ditimbang berat badannya dan rambut dicukur pada bagian
ventral tubuh hingga bersih.
3.2.4 Premedikasi
Premedikasi dilakukan dengan menggunakan atropine sulfat dengan dosis
0,04 mg/kg BB secara intramuskuler.
𝑚𝑔
0,04𝑥 2 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛 =
0,25 𝑚𝑔/𝑚𝑙
0,08 𝑚𝑔
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛 =
0,25 𝑚𝑔/𝑚𝑙
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑎𝑡𝑟𝑜𝑝𝑖𝑛 = 0,32 𝑚𝑙
3.2.5 Anestesi
Anestesi dilakukan dengan menggunakan kombinasi ketamin dan xylazin
dosis 10 mg/kg BB dan 2 mg/kg BB secara intramuskuler.
Dosis ketamine
𝑚𝑔
10𝑥 2 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑒 =
100 𝑚𝑔/𝑚𝑙
20 𝑚𝑔
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑒 =
100 𝑚𝑔/𝑚𝑙
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛𝑒 = 0,2 𝑚𝑙
Dosis Xylazine
𝑚𝑔
2 𝑥 2 𝑘𝑔
𝑘𝑔
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥𝑦𝑙𝑎𝑧𝑖𝑛𝑒 =
20 𝑚𝑔/𝑚𝑙
4 𝑚𝑔
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥𝑦𝑙𝑎𝑧𝑖𝑛𝑒 =
20 𝑚𝑔/𝑚𝑙
𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑥𝑦𝑙𝑎𝑧𝑖𝑛𝑒 = 0,2 𝑚𝑙
4.1 Anamnesa
Kucing sudah seminggu mengalami muntah, nafsu makan menurun, dan
lesu. Pasien tersebut dilepas liarkan di dalam rumah dan tidak dikandangkan.
Pasien tersebut tidak perna diberikan pakan komersial, namum diberikan pakan
seperti daging dan ikan setiap hari.
4.2 Sinyalemen
Nama : Mas
Spesies : Kucing
Breed : Domestik
Warna bulu : Orens
Jenis kelamin : Jantan
Umur : ± 1 tahun
Berat badan : 2 kg
4.3 Pemeriksaan fisik
Hasil pemeriksaan menujukkan bahwa pasien mengalami dehidrasi berat,
kelenjar thyroid mengalami pembesaran, terjadi gingivitis dan tartar pada gigi,
kondisi badan yang agak kurus dan mengalami moderate atrophy pada otot
dengan penonjolan pada tulang belakang dan tulang pinggul. Ketika dilakukan
pemeriksaan, terdengar suara murmur pada jantung. Ketika dilakukan palpasi,
terdapat nyeri pada bagian abdomen. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan suhu
39,3oC (normal: 38-39,5oC), mukosa hidung normal, konjungtiva normal,
frekuensi nafas 18 kali/menit (normal: 20-30 kali/menit), frekuensi jantung 124
kali/menit (normal: 100-140 kali/menit), capillary refill time (CRT) lebih dari 2
detik (normal:<2detik) (Orpert dan Welsh, 2002).
4.4 Diagnosa
4.4.1 X-ray
b. Dexamethasone
Dexamethasone Inject
Dosis sediaan = 5 mg/ ml
Dosis anjuran = 0.125 – 0.5 ml IV atau IM
Dosis pemberian
𝐷𝐴
=
𝐷𝑆
0,5 𝑚𝑔
=
5 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,1 𝑚𝑙 𝑞24ℎ 𝐼𝑀/𝐼𝑉
c. Ceftriaxone
Dosis sediaan = 1 g/ 10 ml = 100 mg / ml
Dosis anjuran = 15 - 50 mg/kg BB q 12h IV, IM, IO
Dosis pemberian
𝐷𝐴 𝑥 𝐵𝐵
=
𝐷𝑆
15 𝑚𝑔 x 2 𝑘𝑔
=
100 𝑚𝑔/𝑚𝑙
30 𝑚𝑔
=
100 𝑚𝑔/𝑚𝑙
= 0,3 𝑚𝑙 𝑞12ℎ 𝐼𝑀/𝐼𝑉
c. Biodin
Pemberian biodin yaitu untuk stimulasi tubuh secara umum terutama
pada tonus otot dari semua spesies hewan. Biodin diberikan dengan
suntikan intramuskuler: sebanyak 3-4 kali dengan interval 2-5 hari.
Kandungan :
- ATP : 0,100 g
- Mg Aspartate : 1,500 g
- K. aspartate : 1,000 g
- Na, selenite : 0,100 g
- Vitamin B12 : 0,050 g
- Exciplent qs : 100 ml
Frekuensi pemberian obat kepada pasien yaitu 1x/hari selama 3 hari
dengan Dosis pemberian 0,5 ml/ekor.
d. Nebacetin
Nama : Nebacetin (Neomicin sulfat dan Batriacin)
Nama Dagang : Nebacetin
Mekanisme : Menghambat sintesis dinding bakteri dan produksi protein
penting pada bakteri
Indikasi : Antibiotik untuk lukainfeksi pada kulit, mata, dan
intestinal
Dosis : Secukupnya
Frekuensi : Tiap 12 Jam
Rute : Topikal
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Cholecystectomy merupakan operasi pengangkatan vesica fellea.
Indikasi yang paling umum untuk cholecystectomy adalah rupture vesica
fellea, neoplasia, cholesistitis (peradangan parah atau infeksi kantung
empedu) dan cholelithiasis (pembentukan batu di dalam kantung empedu).
Pembedahan saluran empedu dan vesica fellea membutuhkan kemampuan
teknis kompetensi yang tinggi, ketangkasan manual, dan penilaian bedah yang
baik untuk mencegah komplikasi serius. Potensi komplikasi cholecystectomy
termasuk general peritonitis, syok, sepsis, hipoglikemia, hipoproteinemia, dan
hipokalemia. Dalam beberapa pasien, kantung empedu bisa pecah dan bocor
ke rongga perut sehingga menyebabkan peradangan parah di seluruh perut,
kondisi ini disebut peritonitis empedu.
5.2 Saran
Proses operasi cholecystectomy sebaiknya dilakukan dengan alat
electrocoagulant untuk mengurangi resiko pendarahan pada hepar ketika
dilakukan pemisahan vesica fellea dengan hepar.
DAFTAR PUSTAKA
Aqsa, Andi D., Khaerani K., dan Muh. Nur. H. 2016. Profil Organ Dalam Ayam
Pedaging (Broiler) Yang Diberi Tepung Daun Sirih (Piper Betle Linn)
Sebagai Imbuhan Pakan. JIP Jurnal Ilmu dan Industri Perternakan -
Volume 3 Nomor 1
Fossum, Theresa Welch. 2010. Small Animal Surgery Fourth Edition. Elsevier.
Missouri.
Kilpatrick, S., Yuki U., dan Andrew B. 2017. Treatment of gallbladder disease in
dogs and cat. Companion Animal Volume 22 No 9, p. 354-8.
Tobias, Karen M. 2010. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. Wiley
Blackwell. Iowa, USA.
Suasana Oprasi