Anda di halaman 1dari 14

Babesiosis

Kelompok 13

Suci Nur Qurani (1509005027)


Gadis Ayu Septyawati (1509005029)

Kelas 2015 A
Pendahuluan
Babesiosis adalah penyakit infeksi sel darah merah yang
disebabkan oleh parasit Babesia. Babesiosis juga disebut
dengan tick fever, sebab ditransfer oleh caplak (tick=caplak).
Parasit Babesia hidup pada hewan peliharaan seperti kucing,
anjing, sapi, kuda, domba, dan bintang liar seperti rubah,
rusa, dan binatang mengerat. Tungau dari hewan-hewan
tersebut dapat menularkan parasit kepada manusia melalui
gigitan tungau (tick) yang disebabkan oleh protozoa parasit
atau spesies seperti parasit malaria, dimana juga
menginfeksi sel darah merah binatang liar maupun binatang
peliharaan dengan gejala mirip demam malaria, yaitu demam
disertai anemi hemolitik.
Klasifikasi parasit penyebab penyakit Babesiosis
Phylum : Apicomplexa
Subklas : Piroplasma
Ordo : Piroplasma
Famili : Babesidae
Genus : Babesia
Spesies : Babesia canis (anjing)
Babesia felis (kucing)
Babesia bovis dan Babesia bigemina
(sapi)
Babesia mircoti
ETIOLOGI

Babesiosis, yang menginfeksi


ruminansia di Indonesia disebabkan oleh
spesies : Babesia (bigemina, argentina)
menginfeksi sapi dan Babesia caballi
menginfeksi Kuda dan yang menginfeksi
anjing di Asia, Afrika, Eropa, Timur
Tengah dan Amerika Utara jenis :
Babesia canis dan Babesia gibsoni.
Siklus hidup
CARA PENULARAN

Babesiosis ditularkan melalui vektor caplak, caplak


yang berinang satu menularkan secara transovarial,
sedangkan caplak berinang dua atau tiga
penularannya secara bertahap.
Parasit ini masuk ke dalam tubuh caplak pada saat
menghisap darah inang.
Di dalam tubuh caplak, Babesia sp. akan
memperbanyak diri di dalam sel epitel saluran
pencernaan,
selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh dan
melakukan invasi ke indung telur. Babesia akan
PATHOGENESA

Patogenesis utama yang terkait dengan


Babesiosis adalah terjadinya anemia hemolitik.
Anemia hemolitik adalah hasil dari cedera
eritrosit langsung yang disebabkan oleh parasit
dan juga oleh mekanisme imun. Selain itu,
sebagian besar pada anjing dengan Babesiosis
memiliki trombositopenia.
GEJALA KLINIS
Babesiosis fase akut yang menimbulkan
anemia, ikterus, hemoglobinuria, splenomegali,
dan demam sampai 42C (Kaufmann, 1996;
Rodostits et al., 2000; Saleh, 2009).
Gejala lain yang nampak antara lain adalah
bulu kusam, lesu, tidak nafsu makan,
pernafasan cepat dan sesak, suhu tubuh
meningkat, kulit tipis, kadang-kadang teramati
gejala syaraf (Oka, 2010).
GEJALA KLINIS
adanya sembelit atau diare, sapi bunting
yang jangka akhir biasanya terjadi abortus,
dan sapi jantan dapat mengalami kemandulan
Menurut Susan (2013), Babesiosis pada
tahap yang sudah kronis, maka akan terjadi
anemia yang hebat dan kerusakan eritrosit
disertai dengan hemoglobinuria.
DIAGNOSA

Pemeriksaaan terhadap Babesia sp. dapat


menggunakan pemeriksaan mikroskopis yaitu dengan
preparat ulas darah tipis menggunakan larutan
Giemsa 10%
Pemeriksaan Polymerase Chains Reaction (PCR)
dilakukan untuk diagnostik penyakit tetapi tidak dapat
membedakan infeksi kronis atau akut. Enzim Linked
Immunosorbent Assay (ELISA), Immunoglobulin M
(IgM), pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati, dan
urinalisis. (Hedayati, 2007)
PENGOBATAN
Pemberian obat Diminazene aceturate, trypan
blue and imidocarb dipropionate efektif
diberikan kepada B. canis.
Bersifat ringan dapat diberikan Antibabesia
Untuk mengobati ternak, diminazene diberikan
secara IM dengan dosis 3-5 mg / kg BB.
Untuk pengobatan, imidocarb diberikan SC
dengan dosis 1,3 mg / kg BB.
PENGOBATAN
Long-acting tetrasiklin (20 mg / kg BB) dapat
mengurangi keparahan Babesiosis jika pengobatan
dimulai sebelum atau segera setelah infeksi.Terapi
suportif disarankan, terutama pada ternak piaraan
diberikan penggunaan obat anti-Inflamasi,
antioksidan, dan kortikosteroid (Aiello dan Moses,
2011, 2011).
clindamycine 600mg 3 kali sehari per oral atau
setengah penderita secara intravena 120mg 2 kali
sehari.
PENCEGAHAN
Pencegahan yang paling efektif dengan cara :
Menghindari gigitan caplak (sengkenit)
Pada hewan dapat dilakukan vaksinasi dengan
menggunakan organisme yang sudah dilemahkan atau
dimatikan.
Pengendalian terbaik pada anjing dengan penghilangan
caplak yang menularkan babesia sp dengan cara rajin
menyisir dan menyikat rambut anjing, memandikan anjing
dengan sampoo serta menggunakan produk yang bisa
membunuh atau mnegusir kutu dan caplak contohnya
Selamectin.
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai