Theileriasis ialah penyakit darah tenang dan menahun yang disertai demam, diarre dan
pembengkakan kelenjar-kelenjar limfe. Penyebaran penyakit ini tersebar secara luas di daerahdaerah panas (Afrika beriklim sedang, Eropah Selatan, Asia, antara lain di Indonesia). Juga di
Inggris dan China parasit ini ditemukan pada sapi. Pada anak-anak sapi penyakit biasanya
berjalan lebih menahun dengan angka mortalitas rendah. Diantara babesiosis dan theileriosis
tidak ada kekebalan timbal balik dan kekebalannya bersifat labil (Iskandar, 2007).
KLASIFIKASI
Phylum III : Apicomplexa
Subclass : Piroplasmia
Ordo : Piroplasmida
Family : Theileriidae
Genus : Theileria
Spesies : Theileria sp.
MORFOLOGI
Menurut Soulsby (1982) bentuk Theileria sp. dalam eritrosit yang paling menonjol adalah bentuk
batang yang memiliki ukuran kira-kira 1,5 2,0 X 0,5 1,0 m. Bentuk lain yang umumnya
dijumpai pada eritrosit adalah bundar, oval dan dapat juga berbentuk koma.
menjadi makrogamet, yang berbentuk bundar dan lonjong, berukuran 3 sampai 4 m dengan inti
bersifat eosinofilik dan sitoplasma bersifat basofilik. Makrogamet juga mengalami perubahan bentuk
menjadi mikrogamet, berbentuk seperti kumparan yang berukuran panjang 5 m (Angga, 2008).
Tiga sampai lima hari setelah infeksi, di dalam usus nimpa akan ditemukan zigot yang
berbentuk bundar lonjong berukuran 4 sampai 5 m dengan sitoplasma berwarna biru terang. Hari
ke-6 setelah infeksi, jumlah zigot dalam usus akan mulai berkurang dan hari ke-8 zigot hilang dari
dalam usus. Hari ke-9 di dalam epitel usus nimpa akan ditemukan Theileria sp. dengan ukuran 4
sampai 5 m dan sitoplasmanya berwarna biru gelap. Pada hari ke-13, Theileria sp. membentuk
kelompok seperti koloni bakteri pada sitoplasma epitel usus. Ookinet akan terbentuk setelah terlihat
bentuk zigot, dan pada hari ke-50 sporozoit ditemukan pada kelenjar ludah caplak (Angga, 2008).
Setelah caplak menginfeksi inang sporozoit dilepaskan dengan proses yang pasif melalui
kelenjar ludah, sporozoit langsung menginfeksi leukosit, sporozoit yang masuk ke dalam inang
tergantung dari sel aktin cytoskeleton. Kemudian di dalam limfosit, sporozoit membesar dan intinya
membelah berulang-ulang sehingga membentuk skizon dengan banyak inti yang disebut
makroskizon agamon (= kochs blue bodies). Makroskizon ini akan melekat pada mikrotubuli sel
limfosit dan membelah terus dengan proses mitosis. Selama memperbanyak diri, makroskizon akan
melepaskan makromerozoit untuk menginfeksi monosit, sehingga makromerozoit akan berubah
menjadi makroskizon baru yang akan menyebar ke seluruh tubuh. Setelah itu dalam waktu 2 minggu
sejak makroskizon membelah dengan proses mitosis, maka akan ditemukan mikroskizon yang akan
menghasilkan mikromerozoit di dalam monosit. Mikromerozoit akan langsung menginfeksi eritrosit
dan akan berubah bentuk menjadi piroplasma yang akan menulari caplak (Angga, 2008).
GEJALA KLINIS
Penyakit ini ditandai oleh anemia hemolitik regeneratif. Tampilan umum dari penyakit ini
termasuk aborsi pada trimester akhir, lahir mati, distokia, kelemahan, lesu dan kematian. Temuan
klinis meliputi innapetance, demam, takikardia, takipnea, membran mukosa pucat dan jaundice.
Ternak yang terkena sering jatuh dan tingkat kematian tampaknya tertinggi pada sapi hamil
(G.Bailey, 2011).
PATOLOGI ANATOMI
(Tulis yg di kertas)
Angga Yuka Alta Nasution. 2008. Parasit Darah Pada Ternak Sapi Dan Kambing Di
Lima Kecamatan, Kota Jambi. Bogor. Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor
Ali Hussain Hassan, Et All. 2012 . Pathological And Molecular Diagnostic Study Of Theileriosis
In Cattle In Sulaimaniyah Province, Iraq. Iraq: Dept. Of Anatomy And Pathology, College
Of Veterinary Medicine, University Of Sulaimani, Sulaimaniyah, Kurdistan Region, Iraq
G Bailey. Benign Bovine Theileriosis A questionnaire of 64 affected properties. Proceedings of
the 93rd District Veterinarians Conference 2011:147-150
Tolibin iskandar. 2007 . Gambaran agen parasit pada ternak sapi Potong di salah satu
peternakan di sukabumi. Bogor: Balai Besar Penelitian Veteriner