Anda di halaman 1dari 6

CLONORCHIS SINESIS

POSTED BY MAKSUM AL-RASYID ON 06.07

Klasifikasi
Nama Latin
: Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis)
Phylum
: Platyhelminthes
Sub Phylum : Kelas
: Trematoda
Ordo
: Digenea
Family
: Opisthorchidae
Genus
: Clonorchis
Species
: Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis)
Nama Daerah : Cacing pipih

Pernapasan:
Tidak terdapat sistem pernafasan.
Habitat:
Meskipun terdapat di orient, tetapi tidak terdapat di Western Hemisphere.
Pencernaan:
Sistem pencernaannya sederhana. Mulut terbuka kedalam kerongkongan pendek,
yang menghubungkan ke saluran pendek yang lain, esophagus. Usus terdiri dari dua
cabang, yang satu memperpanjang dari dekat anterior ke ujung posterior dalam tiap
sisi tubuhnya.
Reproduksi:
Organ reproduksi trematoda komplex dan daur hidup biasanya melibatkan
beberapa tuan rumah yang berbeda, yang berakibat dalam penambahan kekuatan
dari reproduksi. Reproduksi dari sebagian besar keturunan diperlukan dalam hewan
parasit kerena kesempatan suatu individual akan mencapai tuan rumah baru agak
enteng. Sebagian besar trematoda hermaphrodit. Telur dari satu cacing mungkin
dibuahi oleh spermatozoa dari cacing yang sama, dengan fertilisasi silang dapat
terjadi. Larva yang ditetaskan dari telur trematoda ectoparasitic adalah berupa cilia
dan berenang kira-kira sampai mereka melekatkan diri ke tuan rumah yang baru.
Trematoda endoparasitic biasanya terlewati melalui daur hidup terkomplikasi
seperti pada cacing hati.

Peranan:
Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis) adalah cacing hati pada manusia, dan
juga terdapat pada kucing dan anjing, sebagai tuan rumah yang berfungsi seperti
gudang. Hal ini dipilih seperti contoh tipe untuk trematoda karena struktur kurang
spesial dari pada Fasciola hepatica, cacing pipih pada hati sapi. O. sinensis dewasa
hidup di pembuluh empedu pada manusia dan menyebabkan infeksi yang dapat
menyebabkan kematian.

A. Cara penyebaran
Terdapat di orient, tetapi tidak terdapat di Western Hemisphere.
Reservoir/sumber Siput merupakan pejamu perantara yang pertama. Sekitar 40
spesies ikan sungai berperan sebagai pejamu perantara sekunder. Manusia, anjing,
kucing dan banyak spesies mamalia pemakan-ikan yang lain merupakan pejamu
akhir.
B. Reproduksi:
Organ reproduksi trematoda komplex dan daur hidup biasanya melibatkan
beberapa tuan rumah yang berbeda, yang berakibat dalam penambahan kekuatan
dari reproduksi. Reproduksi dari sebagian besar keturunan diperlukan dalam hewan
parasit kerena kesempatan suatu individual akan mencapai tuan rumah baru agak
enteng. Sebagian besar trematoda hermaphrodit. Telur dari satu cacing mungkin

dibuahi oleh spermatozoa dari cacing yang sama, dengan fertilisasi silang dapat
terjadi. Larva yang ditetaskan dari telur trematoda ectoparasitic adalah berupa cilia
dan berenang kira-kira sampai mereka melekatkan diri ke tuan rumah yang baru.
Trematoda endoparasitic biasanya terlewati melalui daur hidup terkomplikasi
seperti pada cacing hati.
Pencernaan:
Sistem pencernaannya sederhana. Mulut terbuka kedalam kerongkongan pendek,
yang menghubungkan ke saluran pendek yang lain, esophagus. Usus terdiri dari dua
cabang, yang satu memperpanjang dari dekat anterior ke ujung posterior dalam tiap
sisi tubuhnya.
B. Klonorkiasis
Opisthorchis sinensis (Clonorchis sinensis) adalah cacing hati pada manusia, dan
juga terdapat pada kucing dan anjing, sebagai tuan rumah yang berfungsi seperti
gudang. Hal ini dipilih seperti contoh tipe untuk trematoda karena struktur kurang
spesial dari pada Fasciola hepatica, cacing pipih pada hati sapi . O. sinensis dewasa
hidup di pembuluh empedu pada manusia dan menyebabkan infeksi yang dapat
menyebabkan kematian.
Klonorkiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Clonorchis sinensis
yang juga dikenal dengan nama cacing hati oriental atau Cina merupakan Agens
etiologi Cacing/Helminthes (trematoda/cacing pipih). Karakteristik agens
Clonorchis sinensis adalah pada cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadangkadang juga ditemukan di saluran pancreas. Ukuran cacing dewasa 10 - 25 mm x 3 5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun. Telur berukuran kira-kira 30
16 mikron, bentuknya seperti bola lampu pijar dan berisi mirasidium, ditemukan
dalam saluran empedu. Warnanya kuning kecokelatan yang mungkin disebabkan
oleh warna empedu dan memiliki sebuah organ pengisap oral dan sebuah pengisap
ventral. Cacing ini bersifat hermafrodit. Telurnya berukuran 2030 m x 1517 m.
telur tersebut memiliki operkulum dan ukurannya paling kecil di antara telur
trematoda lain yang hidup dalam tubuh manusia.

Gejala penderita cacing hati Clonorchis sinensi tidak nyata, kebanyakan terjadi
secara kronis, setelah terinfeksi baru perlahan lahan muncul gejala seperti hilang
selera makan, lemas, kurang enak di bagian atas perut, diare, kembung, pencernaan
kurang baik, sakit di bagian atas kanan perut dan hati membengkak. Bila jumlah
parasit sangat banyak akan menyumbat saluran empedu, radang empedu, atau

penyakit kuning. Juga ada yang terinfeksi lama sehingga berubah 3 menjadi batu
empedu, bahkan hati mengeras hepatis kanker.
C. Mata rantai infeksi
Cara penularan dan Manusia terinfeksi karena memakan ikan air-tawar contoh
makanan yang mentah atau kurang matang yang mengandung terlibat dalam KLB
larva berbentuk kista (metaserkaria). Pada saat dicerna, larva cacing akan terbebas
dari dalam kista dan bermigrasi melalui duktus koledokus ke dalam percabangan
empedu. Telur yang terletak dalam saluran empedu diekskresikan ke dalam tinja.
Telur dalam tinja mengandung mirasidium yang sudah berkembang lengkap. Kalau
telur ini dimakan oleh siput yang rentan, telur akan menetas dalam usus siput,
menembus jaringan tubuhnya dan secara aseksual menghasilkan larva (serkaria)
yang bermigrasi ke dalam air. Jika mengenai pejamu perantara yang kedua, serkaria
akan menembus tubuh pejamu dan membentuk kista, biasanya dalam otot dan
terkadang di bawah sisik. Siklus hidup cacing klonorkis yang lengkap mulai dari
siput, ikan sampai manusia memerlukan waktu sedikitnya 3 bulan.
Ikan yang mengandung metaserkaria akan termakan oleh manusia jika ikan
tersebut tidak dimasak dengan matang. Metaserkaria dalam bentuk kista masuk ke
dalam sistem
pencernaan, kemudian berpindah ke hati melalui saluran empedu dan tumbuh
menjadi cacing dewasa.
Masa inkubasi Tidak bisa diperkirakan, masa inkubasi bervariasi menurut jumlah
cacing yang ada. Gejala dimulai dengan masuknya cacing yang imatur ke dalam
sistem empedu dalam waktu satu bulan sesudah larva yang berbentuk kista
(metaserkaria) termakan oleh pasien. Gejala-gejala gangguan rasa nyaman pada
abdomen kuadran kanan atas dengan awitan yang bertahap, anoreksia, gangguan
pencernaan, nyeri atau distensi abdomen dan buang air besar yang tidak teratur.
Pasien yang menderita infeksi berat akan mengalami perasaan lemah, penurunan
berat badan, gangguan rasa nyaman di daerah epigastrium, perasaan penuh dalam
abdomen, diare, anemia dan edema. Dalam stadium lanjut akan terjadi ikterus,
hipertensi porta, ascites dan perdarahan gastrointestinal atas.
Gejala sisa Hati (terutama lobus kiri) akan membesar. Limpa dapat teraba hanya
pada sebagian kecil kasus klonorkiasis. Kolangitis piogenik yang rekuren merupakan
komplikasi serius klonorkiasis. Pankreas dapat turut terkena pada kasus infeksi C.
sinensis yang berat. Patologi klonorkiasis pankreas serupa dengan patologi pada lesi
hepar, yaitu terjadinya hiperplasia adenomatosa epitelium duktus. Kalau terjadi
pankreatitis akut, gambaran inflamasi akan terlihat. Kolangiokarsinoma juga
berkaitan dengan klonorkiasis. Infeksi berat yang berulang-ulang selama usia kanakkanak pernah dilaporkan menyebabkan dwarfisme disertai retardasi perkembangan
seksual.
D. Pengobatan
Cara Diagnosis : Melalui mikroskop memeriksa sample tinja apakah ada telur
cacing parasit, ookista protozoa dan takizoit.
Klonoisiasis oleh Clonorchis sinensis dewasa, diketemukan dalam tinja penderita,
dapat infasi dalam saluran empedu, sehingga penderita menerita sakit di hatinya
disertai ikterus. Bentuk dewasa dan telurnya dapat di ketemukan dalam tinja.

Pengobatan : Cara pengobatan pelbagai penyakit parasit usus berbeda, harus


memakai obat cacing menurut resep dokter.
E. Pencegahan Penyakit Klonorkiasis
Pencegahan penularan cacing chlonorsis sinensis pada manusia dapat dilakukan
dengan cara memutus rantai hidup cacing ini, meliputi :
1. Tindakan pengendalian Industri; pembuangan ekskreta dan air limbah/khusus
kotor yang aman untuk mencegah kontaminasi pada air sungai, pengolahan air
limbah untuk keperluan akuakultur, iradiasi ikan air tawar, pembekuan dingin,
perlakuan panas, misalnya pengalengan.
2. Tempat pengelolaan makanan/rumah tangga; memasak ikan air tawar sampai
benar-benar matang. Konsumen harus menghindari konsumsi ikan air tawar yang
mentah atau kurang matang.

Lain-lain: pengendalian siput dengan moluskisida jika memungkinkan,


pengobatan pada masyarakat yang terinfeksi untuk mengurangi reservoir infeksi,
pemberantasan anjing dan kucing liar.
F. Peran Keluarga dalam Usaha Pencegahan Penyakit Klonorsiasis
Keluarga adaah sebagai sumber utama pola perilaku sehat. Peran keluarga dalam
berbagai perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, seperti aktivitas fisik, polapola nutrisi, dan penggunaan substansi, dimana masing-masing perilaku tersebut
memiliki hubungan yang kuat dengan perkembangan dan pemeliharaan penyakit.
Perilaku sehat diperoleh dengan membentuk suatu sistem sosial dimana masingmasing anggota keluarga membentuk suatu ikatan bersama, mencapai suatu tujuan
(keadaan tubuh yang sehat), dan mengelola keseimbangan (mempertahankan
kondisi yang sehat).
Peran keluarga adalah sebagai motivator, educator dan fasilitator. Berbagai usaha
harus dilakukan oleh keluarga untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit
klonorkiasis. Hal ini juga menunjukkan bahwa keluarga harus aktif dalam usaha
mengetahui lebih banyak dan sebisa mungkin menghindari faktor-faktor yang dapat
menyebabkan penyakit klonorkiasis ini. Misalnya saja seorang ibu yang kebanyakan
diberi tanggung jawab untuk memasak, jangan sampai memasak ikan dengan tidak
sempurna atau tidak matang.
Terkait dengan peran keluarga ini, orang tua dapat membantu membangkitkan
kesadaran anaknya melalui pemberian penjelasan kepada anaknya mengenai
berbagai hal yang tepat mengenai penyakit ini bila orang tua mengetahui. Usaha
untuk memberikan pengetahuan ini juga dapat memancing orang tua untuk mencari
tahu lebih banyak lagi agar mereka dapat memberikan informasi yang memadai dan
tepat kepada anak. Misalnya memantau dan membimbing anak atau anggota
keluarga lain agar ketika membeli makanan di luar, misalnya ikan, haruslah berhati-

hati pastikan ikan benar-benar telah dimasak sempurna atau matang. Jadi peran
keluarga dalam menghindari penyakit ini merupakan suatu bagian yang cukup
penting.
Pencegahan :
1. Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan daging
ikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman. Menjaga kebersihan diri,
sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah
buang air besar.
Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja
segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari
sumber air.
Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan
pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan
mengobatinya dengan obat cacing. Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus,
segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
2. Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali,
tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan
secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin
tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
Kesimpulan
:
Jadi, Clonorchis Sinensis adalah suatu cacing parasit yang menyerang organ hati
dan empedu, yang menyebabkan kondisi badan menjadi melemah karena organ hati
dan empedu yang membengkak serta diare yang berkepanjangan, sehingga
terjadinya penyakit kuning. Akan teridentifikasi jika dilakukan pemeriksaan secara
rutin.

Anda mungkin juga menyukai