Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PARASITOLOGI

TREMODA PADA JARINGAN HATI,USUS, PARU DAN DARAH

Oleh:
Nama: Ni wayan Ari satya wijayanti
Nim :2103010006
Prodi : s1 Farmasi

Akademi Kesehatan Bali Wisnu Darma


2022/2023
Trematoda
Trematoda disebut sebagai cacing hisap karena cacing ini memiliki alat penghisap.
Alat penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior, alat hisap ini menempel pada tubuh
inangnya maka disebut pul cacing hisap. Pada saat menempel cacing ini menghisap makanan
berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya. Ciri khas cacing ini adalah terdapat dua batil
isap mulut dan perut, ada juga spesies yang memiliki batil isap genital.
Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi permukaan tubuhnya
dengan kutikula permukaan tubuhnya tidak memiliki silia.
Cacing daun adalah cacing yang termasuk kelas Trematoda filum Platyhelmintes dan
hidup sebagai parasit.Pada umumnya cacing ini bersifat hermafrodit kecuali cacing
Schistosoma. Spesies yang merupakan parasit pada manusia termasuk subkelas Digenea,
yang hidup sebagai endoparasit.
Berbagai macam hewan dapat berperan sebagai hospes definitive cacing trematoda,
antara lain: kucing, anjing, kambing, sapi, tikus, burung, musang, harimau dan
manusia.Menurut tempat hidup cacing dewasa dalam tubuh hospes, maka trematoda dapat
dibagi dalam:
a. Trematoda hati (liver flukes): Clonorchis sinensis, Opisthorchis felineus, Opisthorchis
viverrini dan Fasciola.
b. Trematoda usus (intestinal flukes): Fasciolopsis buski, Echinostomatidae dan
Heterophyidae.
c. Trematoda paru ( lung flukes): Paragonimus westermani.
d. Trematoda darah ( blood flukes): Schistosoma mansoni dan Schistosoma
haematobium.

1
1. Trematoda Hati
A. Clonorchis sinensis
Infeksi cacing yang disebut juga sebagai Chinese Lifer Fluke atau Oriental Lifer
Fluke ini dilaporkan penderitanya dari Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Vietnam.
Clonorchis sinensis dewasa hidup di dalam cabang distal saluran empedu manusia, anjing,
kucing, babi dan kadang – kadang juga angsa.
Hospes defenitif : Manusia, kucing, anjing, babi
Hospes perantara :1. Siput ( Bulimus, Parafossarulus, Alocinna, Thiara,
Melanoides, Semisulcospira ).
2. Ikan Air Tawar ( Family Cyprinidae ).
Larva infektif : Metacercaria
Nama Penyakit : Clonorsiasis
Habitat : Hati
Anatomi dan morfologi
a) Cacing dewasa
 Berbentuk pipih seperti daun.
 Warna agak keabu – abuan.
 Kulit licin tidak ditemukan duri.
 Ukuran panjang sekitarn 12 – 20 mm, lebar badan sekitar 3 – 5 mm.
 Ventral sucker cacing ini lebih kecil dari pada oral sucker.
 Mempunyai usus yang panjang sehingga mencapai bagian posterior badan cacing.
 Mempunyai dua buah testis yang memiliki lobus yang dalam dan tersusun satu di
belakang lainnya ( tandem ).
 Testis terletak di bagian posterior tubuh cacing.
 Ovarium berukuran kecil terletak di garis tengah tubuh, di bagian anterior dari
testis.
 Kelenjar vitelaria terletak pada kedua sisi lateral.
Daur hidup
Jika telur yang keluar bersama tinja penderita masuk ke dalam air, di dalam air telur
akan menetas menjadi larva mirasidium. Di dalam tubuh siput air ( Bulinus, Semisulcospira )
yang memakannya larva mirasidium lalu berkembang menjadi sporokista, yang kemudian
berkembang menjadi redia dan akhirnya terbentuk serkaria. Sesudah itu serkaria
meninggalkan tubuh siput yang menjadi hospes perantara pertama, kemudian mencari hospes

2
perantara kedua, yaitu ikan air tawar ( Cyprinidae ). Serkaria menembus bagian bawah sisik
ikan dan tumbuh menjadi metaserkaria, lalu berkembang menjadi kista metaserkaria yang
infektif bagi hospes defenitif.
Gambar Clonorchis sinensis

Penyakit dan cara infeksi


Di dalam saluran empedu cacing menimbulkan iritasi mekanis. Selain itu cacing ini
juga menghasilkan toksin. Pada infeksi yang ringan cacing tidak menimbulkan keluhan dan
gejala pada penderita. Infeksi berat Clonorchis sinensis dapat menimbulkan kelemahan
badan, penurunan berat badan, anemia, edema, asites, hepatomegali dan diare.
Memakan ikan yang masih mentah yang mengandung metasercaria. Larva ini terdapat
di dalam ikan sehingga infeksi cacing ini lebih banyak terjadi pada orang yang mempunyai
kebiasaan makan ikan mentah.
Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya infeksi Clonorchis sinensis, sebaiknya ikan yang akan
dimakan harus dimasak dengan baik, pencemaran perairan dengan tinja penderita harus
dicegah dengan cara membuat WC yang memenuhi prinsip kesehatan lingkungan, bisa juga
dengan pemberantasan keong.
Pengobatan
Obat pilihan untuk mengobati penderita klonorkiasis adalah Prazikuantel. Dengan
takaran 25 mg/kg berat badan 3 kali sehari selama 1-2 hari atau 40 mg/kg berat badan obat ini
diberikan dalam bentuk dosis tunggal. Selain itu dapat diberikan Albendazol dengan dosis 10
mg/kg berat badan, diberikan selama 7 hari.
B. Opistorchis viverrini/ Clonorchis viverrini
Opistorkiasis ( infeksi yang disebabkan oleh cacing Opistorchis ) menimbulkan
penyakit yang gejala dan keluhannya mirip klonorkiasis. Opistorchis viverrini endemis di
Thailand, Kamboja dan Laos.
Hospes defenitif : Manusia, kucing, anjing

3
Hospes perantara : 1.Siput ( Bulimus )
2. Ikan air tawar ( Cyprinidae )
Bentuk imfektif : Metacercaria
Nama penyakit : Opistorkiasis
Habitat : Saluran empedu dan saluran pancreas
Anatomi dan morfologi
a. Cacing dewasa
 Berbentuk seperti pisau bedah, panjang badan antara 7 – 12 mm dan lebar badan
antara 2 – 3 mm.
 Berwarna kemerah – merahan.
 Kulit halus, bagian posterior membulat.
 Mempunyai 2 alat isap yaitu alat isap mulut ( oral sucker ) dan alat isap perut
( ventral sucker ) yang sama besarnya.
 Uterus berlobus dan berbentuk melingkar terletak di pertenghan tubuh.
 Mempunyai 2 testis yang juga berlobus.
 Mempunyai kelenjar vitellin yang terletak di sepertiga tubuh bagian tengah.

Daur hidup
Selain manusia, anjing, kucing dan mamalia pemakan ikan lainnya merupakan hospes
defenitif cacing ini. Hospes perantara pertamanya adalah siput ( Bulimus ). Di dalam tubuh
siput, telur yang tertelan akan menetas menjadi larva mirasidium, yang kemudian
berkembang menjadi larva serkaria. Larva ini kemudian meninggalkan tubuh siput, mencari
hospes perantara yang kedua, yakni ikan dan keluarga cyprinidae. Di dalam tubuh ikan
serkaria akan berkembang menjadi metaserkaria yang infektif. Infeksi cacing terjadi karena
makan ikan mentah yang mengandung larva metaserkaria.

4
Penyakit dan Penularan
Cacing ini menyebabkan terjadinya kerusakan hati dan pembesaran hati
( hepatomegaly) diikuti dengan terjadinya perubahan sifat jaringan menjadi adenoma dan
karsinoma papiler. Gejala klinis yang dialami penderita berupa hilangnya nafsu makan,
dispepsi, kembung, nyeri epigastrium, demam, hepatomegali, ikterus, diare dan anemia. Jika
terjadi urtikaria, gambaran darah tep akan menunjukkan gambaran leukositosis yang tidak
disertai eosinofilia. Diagnosis pasti opistorkiasis diterapkan jika pada pemeriksaan tinja atau
cairan duodenum penderita dapat ditemukan telur cacing yang spesifik bentuknya.
Penularannya terjadi karena menginjak tinja atau tanah yang terdapat telur cacing,
serta memakan ikan yang terinfeksi (kurang masak).
Pencegahan
Memasak ikan dengan baik, menjaga kebersihan dan melakukan terapi farmakologi
dengan obat
Pengobatan
Prazikuantel diberikan secara dosis tunggal : 40 mg/kgBB (3x sehari 25 mg/kgBB)
dan dapat diberikan gentian violet juga
C. Opistorchis felineus
Parasit ini ditemukan di Eropa Tengah, Siberia dan Jepang. Parasit ini ditemukan pada
manusia di Prusia, Polandia dan Siberia. Ditemuakn di Jepang bukan daerah endemik
Clonorchiasis.
Hospes defenitif : Manusia
Hospes reservoir : Kucing, anjing, bsbi, serigala.
Habitat : Saluran empedu dan hati manusia dan kucing.
Nama penyakit : Opistorkiasis
Anatomi dan Morfologi
a. Cacing dewasa
 Bentuk seperti lancet, pipih dorsoventral.
 Cacing dewasa berukuran panjang kira-kira 1 cm
 Mempunyai batil isap mulut dan batil isap perut.
 Testis tidak bercabang.

5
Daur hidup
Jika telur yang keluar bersama tinja penderita masuk ke dalam air, di dalam air telur
akan menetas menjadi larva mirasidium. Di dalam tubuh siput air ( Bulinus, Semisulcospira )
yang memakannya larva mirasidium lalu berkembang menjadi sporokista, yang kemudian
berkembang menjadi redia dan akhirnya terbentuk serkaria. Sesudah itu serkaria
meninggalkan tubuh siput yang menjadi hospes perantara pertama, kemudian mencari hospes
perantara kedua, yaitu ikan air tawar ( Cyprinidae ). Serkaria menembus bagian bawah sisik
ikan dan tumbuh menjadi metaserkaria, lalu berkembang menjadi kista metaserkaria yang
infektif bagi hospes defenitif.
Penyakit dan penularan
Cacing Opistorchis felineus ini dapat menimbulkan kelemahan badan, penurunan
berat badan, anemia, edema, asites, hepatomegali dan diare.
Infeksi cacing Opistorchis felineus ini terjadi dengan memakan ikan yang mengandung
metaserkaria dan dimasak kurang matang.
Pencegahan
Pencegahan Opisthorchiasis :
Tidak memakan ikan mentah atau setengah matang, Tidak buang air besar sembarangan
terutama di lokasi perairan, Melakukan pengobatan pada penderita
Pengobatan
Obat praziquantel, dengan dosis 75mg/kg/hari secara oral, tiga dosis per hari selama 2 hari.
Obat alternatifnya adalah albendazole dengan dosis 10 mg/kg/hari selama 7 hari.
D. Fasciola hepatica
Fasciola hepatica merupakan trematoda hati yang sering menginfeksi domba, karena
itu cacing ini disebut sebagai sheep liver fluke. Cacing dewasa hidup di dalam saluran
empedu bagian proksimal dan di dalam kantung empedu hospes definitive (manusia,

6
herbivore). Infeksi dengan fasciola hepatica disebut fasioliasis yang tersebar luas di berbagai
daerah di seluruh dunia.
Anatomi dan morfologi
a. Cacing dewasa
 Fasciola hepatica dewasa mempunyai ukuran panjang tubuh antara 20 dan 30 mm
dan lebar badan antara 8 dan 13 mm.
 Bentuk cacing dewasa pipih seperti daun yang mempunyai tonjolan khas di daerah
anterior (cephalic cone). Sehingga member gambaran seperti bahu (shoulder).
 Sucker. Terdapat dua jenis alat isap, yaitu oral sucker dan ventral sucker yang sama
ukuran besarnya.
 Usus. Fasciola hepatica mempunyai usus yang mempunyai cabang-cabang lateral
yang mencapai ujung distal dari sekum.
 Alat reproduksi. Ovarium dan testis cacing ini bercabang, sedangkan uterusnya
melingkar.
 Vitellaria. Vitellaria cacing ini mempunyai percabangan yang intensif dan tersebar
luas ke seluruh jaringan parenkim cacing.

Daur hidup
Hospes definitif cacing ini adalah manusia dan herbivora ,sedangkan siput air tawar
lymnea bertindak sebagai hospes perantara utama. Hospes perantara yang kedua adalah
tanaman air atau rumput, yang menjadi tempat berkembangnya kista metaserkaria
(metacecarial cyst) yang merupakan stadium infektif cacing ini. Jika telur cacing yang keluar
bersama tinja penderita masuk ke dalam air, dalam waktu 9 sampai 15 hari di dalam telur

7
akan terjadi pertumbuhan mirasidiun. Setelah menetas mirasidium akan berenang mencari
siput yang menjadi hospes perantara pertama. Di dalam tubuh siput mirasidium tumbuh
menjadi sporokista, redia, dan selanjutnya berkembang menjadi serkaria (cercaria). Serkaria
akan keluar dari tubuh siput dan berenang untuk mencari tumbuhan air atau rumput dan
berubah menjadi kista metaserkaria yang infektif.
Penyakit dan penularan
Fasciola hepatica dewasa dapat menyebabkan keradangan pada saluran empedu,
menimbulkan atrofi pada parenkimhati dan kemudian dapat terjadi sirosis poriportal. Dari
usus cacing muda mengadakan migrasi ke hati yang dapat menimbulkan lesi ektopik di
dinding usus, jantung, bola mata, paru, dan jaringan di bawah kulit. Terjadinya penyakit
halzoun (laringofaringitis) pada penduduk Afrika Utara dan Timur Tengah disebabkan
adanya kebiasaan penduduk daerah tersebut makan organ hati dalam keadaan mentah yang
mengandung cacing Fasciola hepatica muda yang kemudian melekat dimukosa faring.
Jika manusia termakan stadium infektif ( kista metaserkaria) yang terdapat pada
tumbuhan air, di dalam duodenum metaserkaria akan lepas dari jaringan tanaman air,
melakukan migrasi melalui dinding usus dan mencapai hatu melalui aliran darah. Sebagai
besar metaserkaria akan mencapai saluran empedu dan kandung empedu, kemudian akan
berkembang menjadi cacing dewasa.
Pencegahan
Penularan fasioliasis dapat dicegah dengan mengobati setiap penderita dengan baik.
Daur hidup parasit dapat diputuskan dengan memberantas siput yang menjadi hospes
perantara pertama.Larva infektif yaitu metasekaria dapat dibasmi dengan memasak dengan
baik sayuran yang akan dimakan.
Penyakit halzoun dapat dicegah dengan tidak makan organ hati dalam keadaan mentah, tetapi
harus di masak lebih dahulu
Pengobatan
Sebagai obat pilihan terhadap fasioliasis hepatica adalah Triclabendazol dengan dosis
(dewasa dan anak) 10 mg/kg yang diberikan satu atau dua kali pemberian. Obat pilihan
pengganti yang bisa diberikan adalah Bithionol dengan dosis (dewasa dan anak) 30-50 mg/kg
dua hari sekali selama 10-15 dosis atau Nitazoxanide 2x500 mg selama 3 hari untuk orang
dewasa. Dosis anak Nitazoxanide: umur 1-3 tahun 2x100 mg dan umur 4-11 tahun 2x200 mg,
yang diberikan selama 3 hari.
Prazikuantel juga bisa diberikan dengan dosis 25 mg/kg berat badan 3x sehari atau
diberikan sebagai dosis tunggal sebesar 40 g/kg berat badan selama satu atau dua hari. Selain

8
itu Emetinhidroklorida sebanyak 30 mg setiap hari selama 18 hari melalui suntikan
intramuskuler dapat digunakan untuk mengobati infeksi Fasciola hepatica.
Gambar penyakit infeksi cacing hati

2. Trematoda Usus
A.Fasciolopsis buski 

Pengertian Fasciolopsis buski


Fasciolopsis buski adalah salah satu trematoda usus yang bersifat hermaprodit yang
dapat menimbulkan penyakit fasciolopsiasis. Hospes definitif parasit ini adalah manusia,
babi, kadang-kadang anjing, hospes intermedier 1 nya keong air, sedangkan hospes
intermedier 2 nya adalah tumbuhan air.
Morfologi Fasciolopsis buski 
 cacing berbentuk bulat panjang seperti daun, merupakan trematoda yang terbesar,
kelihatan tebal berdaging
 ukuran : panjang 2 – 7 cm, lebar 0,5 – 2 cm, dan tebal 0,5 – 3 mm
 tidak mempunyai cephalic cone / tonjolan konis
 ventral sucker lebih besar (diameter 2 – 3 mm) daripada oral sucker (diameter 0,5
mm)
 alat pencernaan dimulai dari pharinx dan oesophagus yang pendek dilanjutkan ke
percabangan saekum ke posterior
 testis bercabang-cabang banyak

9
 vitelaria yang terletak di sebelah lateral meluas dari ventral sucker sampai ujung
posterior badan uterus berkelok-kelok
 telur besar, berbentuk oval hampir sama dengan telur Fasciola hepatica dengan ukuran
panjang 130 – 140 μm dan lebar 80 – 85 μm
 telur mempunyai operculum berwarna kekuning-kuningan
Siklus Hidup
Telur menetas di air → keluar mirasidium → dimakan hospes perantara 1 (keong air dari
genus Segmentina, Hippeutis, Cyarulus) → dalam tubuh keong berkembang menjadi
sporokista → redia → serkaria dan keluar dari tubuh keong → hidup bebas di air →
menempel di hospes perantara 2 (tumbuhan air seperti enceng gondok, teratai) dan
berkembang biak menjadi metaserkaria dalam waktu 3 – 4 minggu → manusia terinfeksi jika
makan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria dalam kista → ekskistasi dalam
duodenum → melekatkan diri pada mukosa usus halus dan berkembang menjadi dewasa
dalam waktu ± 1 bulan.

Penyakit dan penularan


Cara masuk dalam tubuh manusia jika memakan tumbuhan air yang segar (pada
tanaman yang kering tidak berbahaya karena metaserkaria tidak tahan kering). Menyebabkan
fasciolopsiasis karena cacing melekat pada mukosa usus dan menimbulkan radang, ulserasi
dan abses sehingga menimbulkan keluhan nyeri epigastrium, mual dan diare (keluhan ini
biasanya di pagi hari). Pada infeksi berat penderita akan mengalami anemia, edema, asites,
obstruksi usus
Pencegahan
Memberantas siput dengan larutan sulfat tembaga (konsentrasi 1 : 50.000), sayuran
dimasak dengan baik, telur dapat dibunuh dengan larutan kapur 100 ppm atau larutan sulfat
tembaga 20 ppm
Pengobatan

10
niklosamid, prazikuantel, tetrakloetilen, heksilresorkinol, stilbazium iodine
B. Echinostoma ilocanum 

Pengertian Echinostoma ilocanum


Echinostoma ilocanum adalah salah satu trematoda usus yang bersifat hermaprodit
yang dapat menimbulkan penyakit echinotomiasis. Hospes definitif parasit ini adalah tikus,
burung, dan manusia. Hospes intermedier 1 keong air sedankan hospes intermedier 2
tumbuhan air dan ikan.
Morfologi Echinostoma ilocanum
 Cacing dewasa berwarna abu-abu kemerahan
 Bentuk meruncing ke arah posterior
 Ukuran : panjang 2,5 – 6,5 mm dan lebar 1 – 1,35 mm
 Oral sucker dikelilingi deretan duri-duri pada bagian dorsal dan lateral
 Ventral sucker lebih besar daripada oral sucker, terletak kurang lebih 1/5 bagian
anterior tubuh cacing
 Testis bercabang-cabang
 Vitelaria mengisi pinggiran lateral, terletak 3/5 bagian posterior cacing
 Telur mempunyai operculum
 Ukuran telur : panjang 80 – 115 μm dan lebar 60 – 70 μm
 Telur yang keluar dari tubuh cacing mengandung mirasidium yang belum matang.
Siklus Hidup Echinostoma ilocanum

11
Telur keluar bersama tinja → berkembang di air → telur menetas menjadi mirasidium
dalam waktu ± 10 hari → masuk ke hospes perantara 1 (keong air) → berkembang menjadi
sporokista → redia 1 → redia 2 → serkaria → keluar dari hospes perantara 1 masuk ke
hospes perantara 2 (tumbuhan air, ikan) → hospes definitif dapat terinfeksi jika memakan
hospes perantara 2.
Penyakit dan penularan
Lingkaran duri-duri di sekitar oral sucker dapat menimbulkan iritasi dan kerusakan
ringan pada mukosa usus Infeksi yang hebat dapat menimbulkan peradangan catarrhal,
bahkan membentuk ulkus pada mukosa usus .Gejala usus tak nyata, berupa diare dan sakit
perut.
Penularannya bisa terjadi karena memakan tumbuhan air atau ikan yang terinfeksi.

Pencegahan
Pencegahan echinostomiasis dapat dilakukan dengan cara memasak tumbuhan air
sebelum dimakan, serta jangan buang air besar sembarangan terutama di lokasi perairan yang
ditumbuhi tumbuhan air.
Pengobatan
Echinostomiasis dapat diobati dengan Praziquantel yang di berikan secara oral.

3. Trematoda Paru
A. Paragonimus westermani
• Hospes : Manusia dan binatang spt : luak, harimau, anjing, serigala
Morfologi
Habitat : saluran pernapasan (paru-paru)
• Cacing dewasa :
Seperti biji kopi, biasanya berpasangan
Warna coklat tua
Ukuran 8-12 x 4-6 mm
• Telur :
Lonjong dgn operkulum agak tertekan ke dlm.
Ukuran 80-118 μ
Matang dlm air dlm wkt 16 hari.

12
Daur hidup cacing

Penyakit dan Penularan


Penularan terjadi karena makan ketam/udang mentah atau kurang masak yang
mengandung metaserkaria.
Eksistasi terjadi di usus halus menembus dinding usus masuk rongga abdomen cacing
muda  menembus diafragma  menjadi cacing dewasa di paru-paru dalam 8-12 minggu.

Pencegahan
Tidak memakan ketam/udang mentah atau kurang masak yang mengandung metaserkaria.
Pengobatan
Praziquantel, Bitionol, Triclabendazo

13
4. Treamtoda Darah
A. Schistosoma mansoni
Hospes definitifnya adalah manusia, sedangkan hospes reservoirnya adalah kera,
Baboon dan hewan pengerat. Hospes perantaranya adalah keong air tawar genus
Biomphalaria sp. dan  Australorbis sp.. Habitat cacing ini adalah vena kolon dan rectum.
Pada manusia cacing ini dapat menyebabkan Skistosomiasis usus, Disentri mansoni dan
Skistosomiasis mansoni.
Morfologi
Bentuk cacing dewasa seperti Schistosoma haematobium, tetapi ukurannya lebih
kecil. Cacing betina panjangnya 1.7 –  7.2 mm. Kelenjar vitelaria meluas ke pinggir
pertengahan tubuh. Ovariumnya di anterior pertengahan tubuh, uterus pendek berisi 1 – 4
butir telur. Cacing jantan panjangnya 6.4 – 12 mm, gemuk dengan bagian ventral terdapat
ginaekoforalis, testes 6– 9 buah dan kulit terdiri dari duri-duri kasar. Telur berbentuk
lonjong, berwarna coklat kekuning-kuningan, dinding hyalin, berukuran 114 - 175 x 45 – 64
mikron. Pada satu sisi dekat ujung terdapat duri agak panjang, telur berisi mirasidium.

Siklus hidup

Cacing dewasa hidup di vena mesenterica superior dan plexus haemorrhoidalis →


telur menembus jaringan submukosa intestinum → masuk ke dalam lumen usus dan keluar

14
dari tubuh bersama tinja → di dalam air telur menetas → keluar mirasidium → masuk ke
hospes perantara → berkembang menjadi sporokista → keluar dari hospes perantara →
menjadi cercaria → penetrasi ke kulit manusia → ikut sirkulasi darah → menuju jantung,
paru-paru, kembali ke jantung → masuk sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di vena
mesenterica. Cacing dewasa dapat berumur sampai 26 tahun dan dapat menghasilkan telur
sampai 300 butir tiap cacing perhari.
Penyakit dan Penularan
stadium inkubasi (4 – 7 minggu) Saat penetrasi cercaria melalui kulit kemudian
migrasi melalui sirkulasi darah sampai tumbuh menjadi cacing dewasa. Gejalanya dapat
berupa : Pada kulit : hanya reaksi lokal yang ringan, pada jaringan kulit terjadi infiltrasi
selluler. Spesies non manusia dapat menimbulkan dermatitis cercaria (swimmer’s itch) Pada
paru-paru : terjadi rangsang traumatis dan infiltrasi, kadang-kadang dengan haemorrhage,
gejala batuk-batuk, dan nyeri di dada. Pada hati : dapat timbul hepatitis akut selama larva
mengalami pertumbuhan di dalam cabang-cabang vena portae dalam hepar.
Pada stadium sistemik ini akan terjadi gejala panas, menggigil, sakit kepala,
leukositosis, dan eosinophilia.
Stadium oviposition Apabila telur sudah cukup banyak dikeluarkan cacing betina
migrasi ke cabang-cabang vena mesenterica yang lain. Penimbunan telur dalam jaringan
selama 1 – 18 bulan disebut katayama disease atau katayama syndrom. Telur dapat terbawa
oleh sirkulasi darah sampai ke vena portae di dalam hati dan dapat menembus keluar
pembuluh darah masuk ke jaringan hati dan menyebabkan pseudo abses. Gejalanya dapat
berupa panas, lemah, sakit kepala, urticaria, berat badan menurun, sakit di daerah hati,
hepatomegali, diare dengan darah atau lendir. Stadium proliferasi dan penyembuhan (> 1,5
tahun) Dengan terbentuknya pseudo abses dan pseudo tubercle di sekitar telur, terbentuklah
proliferasi jaringan pengikat sehingga terjadi fibrosis yang menyebabkan sirosis hepatis
hingga dapat terjadi asites dan varises di oesophagus dan lain-lain.
Penularannya terjadi karena Memasak air minum tetapi tidak matang, berenang
disungai dan terkena infeksi,
Pencegahan
Hindari berenang di sungai/danau air tawar terutama di daerah yang banyak terjadi
kasus schistosomiasis. Berenang di laut atau di kolam renang yang sudah sudah diberi kaporit
atau klorin aman dari schistosomiasis, Tidak buang air besar sembarangan terutama di sungai,
Memasak air sampai matang sebelum diminum Melakukan pengobatan pada penderita untuk
mencegah terjadinya siklus hidup

15
Pengobatan
Praziquantel dengan dosis 40 mg/kg berat badan dalam 3 dosis pada satu hari secara peroral.
B. Schistosoma haemotobium
Hospes definitif dari cacing ini adalah manusia, kera dan baboon. Hospes perantaranya adalah
keong air tawar bergenus  Bulinus sp, Physopsis sp, dan  Biomphalaria sp. Penyakit yang
disebabkan oleh cacing ini adalah skistosomiasis vesikalis, hematuriskistosoma, bilharziasis
urinarius. Cacing ini tidak ditemukan di Indonesia.
Morfologi
Cacing dewasa jantan gemuk berukuran 10-15 x 0,8-1 mm. Ditutupi integumen
tuberkulasi kecil, memiliki dua batil isap berotot, yang ventral lebih besar. Di sebelah
belakang batil isap ventral, melipat ke arah ventral sampai ekstremitas kaudal, membentuk
kanalis ginekoporik. Di belakang batil isap ventral terdapat 4-5 buah testis besar. Porus
genitalis tepat di bawah batil isap ventral. Cacing betina panjang silindris, ukuran 20x0,25
mm. Batil isap kecil, ovarium terletak posterior dari pertengahan tubuh. Uterus panjang,
sekitar 20-30 telur berkembang pada saat dalam uterus. Kerusakan dinding pembuluh darah
oleh telur mungkin disebabkan oleh tekanan dalam venule, tertusuk oleh duri telur dan
mungkin karena zat lisis yang keluar melalui pori kulit telur sehingga telur dapat merusak dan
menembus dinding pembuluh darah.

Siklus hidup

16
Cacing dewasa hidup di vena sekitar vesica urinaria, uterus dan daerah pelvis → telur
keluar dari tubuh bersama urie → di dalam air telur menetas → keluar mirasidium → masuk
ke hospes perantara → berkembang menjadi sporokista → keluar dari hospes perantara →
menjadi cercaria → penetrasi ke kulit manusia → ikut sirkulasi darah → menuju jantung,
paru-paru, kembali ke jantung → masuk sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di vena
sekitar vesica urinaria, uterus dan daerah pelvis.
Penyakit dan Penularan
hampir sama dengan Schistosomiasis japonicum terutama pada stadium inkubasi,
yang membedakannya adalah pada stadium oviposition dan stadium proliferasi
penyembuhan. Pada stadium ini gejala dapat berupa rasa sakit atau panas pada waktu
kencing, keluar nanah pada akhir kencing, sakit di daerah supra pubical dan perianal, sering
kencing dan hematuria.
Penularannya terjadi karena Memasak air minum tetapi tidak matang, berenang
disungai dan terkena infeksi,
Pencegahan
Hindari berenang di sungai/danau air tawar terutama di daerah yang banyak terjadi
kasus schistosomiasis. Berenang di laut atau di kolam renang yang sudah sudah diberi kaporit
atau klorin aman dari schistosomiasis, Tidak buang air besar sembarangan terutama di sungai,
Memasak air sampai matang sebelum diminum Melakukan pengobatan pada penderita untuk
mencegah terjadinya siklus hidup
Pengobatan
Praziquantel dengan dosis 40 mg/kg berat badan dalam 3 dosis pada satu hari secara peroral.
C. Schistosoma Japonicum
chistosoma japonicum adalah salah satu spesies trematoda darah yang bersifat
anhermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit Schistosomiasis japonicum. Schistomiasis
japonicum disebut juga dengan oriental intestinal schistosomiasis, yangtze valley fever,
hankow fever, dan katayama disease. Schistosoma japonicum mempunyai nama lain yaitu the
oriental blood fluke. Hospes intermedier : keong air (Onchomelania sp) Hospes definitif :
manusia, binatang domestik, rodentia 

17
Siklus Hidup Schistosoma japonicum

Cacing dewasa hidup di vena mesenterica inferior di sekitar intestinum tenue → telur
menembus jaringan submukosa intestinum → masuk ke dalam lumen usus dan keluar dari
tubuh bersama tinja → di dalam air telur menetas → keluar mirasidium → masuk ke hospes
perantara → berkembang menjadi sporokista → keluar dari hospes perantara → menjadi
cercaria → penetrasi ke kulit manusia → ikut sirkulasi darah → menuju jantung, paru-paru,
kembali ke jantung → masuk sirkulasi darah arteri → menjadi dewasa di vena mesenterica.
Cacing dewasa dapat berumur 5 – 6 tahun.
Penyakit dan Penularan
stadium inkubasi (4 – 7 minggu) Saat penetrasi cercaria melalui kulit kemudian
migrasi melalui sirkulasi darah sampai tumbuh menjadi cacing dewasa. Gejalanya dapat
berupa : Pada kulit : hanya reaksi lokal yang ringan, pada jaringan kulit terjadi infiltrasi
selluler. Spesies non manusia dapat menimbulkan dermatitis cercaria (swimmer’s itch) Pada
paru-paru : terjadi rangsang traumatis dan infiltrasi, kadang-kadang dengan haemorrhage,
gejala batuk-batuk, dan nyeri di dada. Pada hati : dapat timbul hepatitis akut selama larva
mengalami pertumbuhan di dalam cabang-cabang vena portae dalam hepar.
Pada stadium sistemik ini akan terjadi gejala panas, menggigil, sakit kepala, leukositosis, dan
eosinophilia.
Stadium oviposition Apabila telur sudah cukup banyak dikeluarkan cacing betina
migrasi ke cabang-cabang vena mesenterica yang lain. Penimbunan telur dalam jaringan
selama 1 – 18 bulan disebut katayama disease atau katayama syndrom. Telur dapat terbawa
oleh sirkulasi darah sampai ke vena portae di dalam hati dan dapat menembus keluar
pembuluh darah masuk ke jaringan hati dan menyebabkan pseudo abses. Gejalanya dapat

18
berupa panas, lemah, sakit kepala, urticaria, berat badan menurun, sakit di daerah hati,
hepatomegali, diare dengan darah atau lendir.
Stadium proliferasi dan penyembuhan (> 1,5 tahun) Dengan terbentuknya pseudo
abses dan pseudo tubercle di sekitar telur, terbentuklah proliferasi jaringan pengikat sehingga
terjadi fibrosis yang menyebabkan sirosis hepatis hingga dapat terjadi asites dan varises di
oesophagus dan lain-lain.
Penularannya terjadi karena Memasak air minum tetapi tidak matang, berenang disungai dan
terkena infeksi,
Pencegahan
Hindari berenang di sungai/danau air tawar terutama di daerah yang banyak terjadi
kasus schistosomiasis. Berenang di laut atau di kolam renang yang sudah sudah diberi kaporit
atau klorin aman dari schistosomiasis, Tidak buang air besar sembarangan terutama di sungai,
Memasak air sampai matang sebelum diminum Melakukan pengobatan pada penderita untuk
mencegah terjadinya siklus hidup
Pengobatan
Praziquantel dengan dosis 60 mg/kg berat badan dalam 3 dosis pada satu hari secara peroral.
Gambar penyakit

19
Daftar Pustaka
Indonesia Medical Laboratori, schistosoma Mansoni Indonesia, 2018,
https://medlab.id/schistosoma-mansoni/ diakses pada tanggal 7 desember 2022

Indonesia Medical Laboratori, schistsooma Haematobium Indonesia, 2018,


https://medlab.id/schistosoma-mansoni/ diakses pada tanggal 7 desember 2022

Indonesia Medical Laboratori, schistosoma Japonicum Indonesia, 2018,


https://medlab.id/schistosoma-mansoni/ diakses pada tanggal 7 desember 2022

Staf Penagajar Departemen Parasitologi, FKUI, Jakarta. 2008. Parasitologi


Kedokteran.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

20

Anda mungkin juga menyukai