Anda di halaman 1dari 10

TUGAS PARASITOLOGI

TREMATODA

KELOMPOK 3
1. BUNGA TANJUNG
2. FIANI NURBAETI
3. INTAN SUHARNO
4. SITI HAPSAH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
JL. HANG JEBAT III/F3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12120
Telephon 021-7243687/7231826. Fax. 021-7222
1. TREMATODA HATI

Fasciola hepatica

Hospes dan Nama Penyakit


Hospes cacing ini adalah kambing dan sapi. Kadang-kadang parasit ini dapat ditemukan
pada manusia. Penyakit yang ditimbulkan disebut fasioliasis.

Distribusi geografik
Di Amerika Latin, Perancis, dan negara-negara sekitar Laut Tengah banyak ditemukan
kasus fasioliasis pada manusia.

Morfologi dan Daur Hidup


Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya ± 30 x 13 mm. Bagian
anterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncak kerucut terdapat batil isap mulut yang
besarnya ± 1 mm, sedangkan pada bagian dasar kerucut terdapat batil isap perut yang besarnya
± 1,6 mm.

Telur cacing ini berukuran 140 x 90 mikron, dikeluarkan melalui saluran empedu ke
dalam tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi matang dalam air setelah 9-15 hari
dan berisi mirasidium. Telur kemudian menetas dan mirasidium keluar mencari keong air
terjadi perkembangan:

M → S → R1 → R2 → SK

Serkaria keluar dari keong air dan berenang mencari hospes perantara II, yaitu tumbuh-
tumbuhan air dan pada permukaan tumbuhan air membentuk kista berisi metaserkaria. Bila
ditelan, metaserkaria menetas dalam usus halus binatang yang memakan tumbuhan air
tersebut, menembus dinding usus dan bermigrasi dalam ruang peritoneum hingga menembus
hati. Larva masuk ke saluran empedu dan menjadi dewasa. Baik larva maupun cacing dewasa
hidup dari jaringan parenkim hati dan lapisan sel epitel saluran empedu.

Infeksi terjadi dengan makan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria.


Patologi dan Gejala Klinis
Migrasi cacing dewasa muda ke saluran empedu menimbulkan kerusaka parenkim hati.
Selama migrasi (fase akut) dapat tidak bergejala atau menimbulkan gejala seperti demam, nyeri
pada bagian kanan atas abdomen, hepatomegali, malaise, urtikana, eosinofilia, saluran empedu
mengalami peradangan, penebalan dan sumbatan sehingga menimbulkan sirosis perportal.
Migrasi cacing dewasa muda dapat terjadi di luar hati (ektopik) seperti pada mata, kulit, paru,
dan otak. Gejala yang timbul bergantung pada organ tempat migrasi larva.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukam telur cacing dalam tinja, cairan duodenum
atau cairan empedu. Imunodiagnosis yang lebih sensitif dan spesifik-spesifik telah
dikembangkan untuk mendeteksi antigen eksekretori-sekretori yang dikeluarkan parasit.
Ultrasonografi digunakan untuk menegakkan diagnosis fasioliasis bilier.

Pengobatan
Albendazol dan praziquantel merupakan obat pilihan.

2. Trematoda Paru

Paragonimus westermani

Hospes dan Nama Penyakit


Manusia dan binatang yang memakan ketam/ udang batu, seperti kucing,musang,
anjing, harimau, serigala dan lain-lain merupakan hospes cacing ini.
Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di RRC, Taiwan, Korea, Jepang, Filipina, Vietnam, Thailand, India,
Malaysia, Afrika, dan Amerika Latin. Di Indonesia ditemukan auktoton pada binatang,
sedangkan pada manusia hanya sebagai kasus impor saja.

Morfologi dan Daur Hidup


Cacing dewasa hidup dalam kista di paru. Bentuknya bundar lonong menyerupai biji
kopi, dengan ukuran 8-12 x 4-6 mm dan berwarna coklat tua. Batil isap mulut hampir sama
besar dengan batil isap perut. Testis berlobus terletak berdampingan antar batil isap perut dan
ekor. Ovarium terletak dibelakang batil isap perut. Telur berbentuk lonjong berukuran 80-118
mikron x 40-60 mikron dengan operkulum agak tertekan ke dalam. Telur keluar bersama tinja
atau sputum, dan berisi sel telur.

Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 16 hari, lalu menetas. Mirasidinum mencari
keong air dan dalam keong air terjadi perkembangan :

M → S → R1 → R2 → SK

Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari hospes perantara II, yaitu ketam atau
udang batu yang tidak dimasak sampai matang.

Dalam hospes, definitif, metasakaria menjadi cacing dewasa muda di duodenum. Cacing
dewasa muda berimigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus
diagfarma dan menuju ke paru. Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing
dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cacing pleura. Kadang-
kadang telur juga ditemukan dalam tinja. Reaksi serologi sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis.

Pengobatan
Prazikuantel dan bitionol merupakan obat pilihan.

3. Trematoda Usus
Trematoda usus yang berperan dalam ilmu kedokteran adalah dari keluarga Fasciolidae,
Echinostomatidae dan Heterophyidae.Dalam daur hidup trematoda usus tersebut, seperti pada
trematoda lain, diperlukan keong sebagai hospes menjadi sporokista, berlanjut menjadi redia
dan serkaria.Serkaria yang dibentuk dari redia, kemudian melepas diri untuk keluar dari tubuh
keong dan berenang bebas dalam air.Tujuan akhir serkaria tersebut adalah hospes perantara II,
yang dapat berupa keong jenis lain yang lebih besar, beberapa jenis ikan air tawar, atau
tumbuh-tumbuhan air.

Manusia mendapat penyakit cacing daun karena memakan hospes perantara II yang
tidak dimasak sampai matang.

Hospes dan Nama Penyakit


Kecuali manusia dan babi yang dapat menjadi hospes definitive cacing tersebut, hewan
lain seperti anjing dan kelinci juga dapat dihinggapi. Penyakit yang disebabkan cacing ini di
sebut fasiolopsiasis.

Distribusi Geografik
Fasciolopsis buksi adalah cacing trematoda yang ditemukan pada manusia dan babi di
RRC . cacing ini juga dilaporkan dari berbagai Negara seperti Taiwan, Vietnam, Thailand, India
dan Indonesia.
Morfologi dan Daur Hidup

Cacing dewasa yang ditemukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5 cm dan
lebar 0,8-2,0 cm. bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum ditutupi duri-duri kecil
yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak Karen cairan usus. Batil isap kepala
berukuran kira-kira seperempat ukuran batil isap perut. Saluran pencernaan terdiri dari
prefaring yang pendek, faring yang menggelembung, esofagus yang pendek, serta sepasang
seum yang tidak bercabang dengan dua indentasi yang khas. Dua buah testis yang bercabang-
cabang letaknya agak tandem dibagian posterior cacing vitelaria letaknya lebih lateral dari
sekum, meliputi badan cacing setinggi batil isap perut sampai keujung badan. Ovarium
bentuknya agak bulat. Uterus berpangkal pada ootip, berkelok-kelok kearah anterior badan
cacing, untuk bermuara pada atrium genital, padasisi anterior batil isap perut.

Telur berbentuk agak lonjong, berdinding tipis transparan dengan sebuah operculum
yang nyaris terlihat pada sebuah kutubnya, berukuran panjang 130-140 mikron dan lebar 80-85
mikron. Setiap ekor cacing dapat mengeluarkan 15.000-48.000 butir telur sehari.Telur-telur
tersebut dalam air bersuhu 270-300C, menetes setelah 3 sampai 7 minggu.Mirasidium yang
bersilia keluar dari telur untuk masuk kedalam tubuh hospes perantara I yang sesuai.Biasanya
hospes perantara I tersebut adalah keong air tawar, seperti genus Segmentina, Hippeutis, dan
Gyraulus. Dalam keong, mirasidium tumbuh menjadi sporokista yang kemudian berpindah
kedaerah jantung dan hati keong. Bila sporokista matang, menjadi koyak dan melepaskan
banyak redia induk. Dalam redia induk dibentuk banyak redia anak yang pada gilirannya
membentuk serkaria,

Serkaria, seperti mirasidium, dapat berenang bebas dalam air, berbentuk seperti
kecebong, ekornya lurus dan meruncing pada ujungnya, berukuran kira-kira 500 mikron dengan
badan agak bulat berukuran 195 mikron x 145 mikron. Mirasidium atau serkaria yang dalam
batas waktu tertentu belum menemukan hospes, akan punah sendiri. Serkaria dapat berenang
dengan ekornya, atau merayap dengan menggunakan dengan batil isap.Serkaria tidak
menunjukan kecederungan memilih tumbuh-tumbuhan tertentu untuk tumbuh menjadi
mertaserkaria yang berbentuk kista.Tumbuh-tumbuhan yang banyak dihinggapi metaserkaria
adalahTrapa, Eliocharis, Eichorniadanzizania.Tumbuh-tumbuhan seperti Nymphoea lotus dan
Ipomoea juga dapat dihinggapi metaserkaria. Bila seseorang memakan tumbuh-tumbuhan air
yang mengandung metaserkaria tanpa dimasak sampai matang, maka dalam waktu 25-30 hari
metaserkaria tumbuh menjadi cacing dewasa.

Patologi dan Gejala Klinis


Cacing dewasa Fasciolopsisbuksi, melekat dengan perantara batil isap perutnya pada
mukosa usus halus seperti duodenum dan yeyunum. Cacing ini memakan isi usus, maupun
permukaan mukosausus. Pada tempat perlekatan cacing tersebut, terdapat peradangan, tukak
(ulkus), maupun abses. Apabila terjadi erosi kapiler pada tempat tersebut, maka timbul
perdarahan. Cacing dalam jumlah besar dapat menyebabkan sumbatan yang menimbulkan
gejala ileus akut.Pada infeksi berat, gejala intoksikasi dan sensitikasi oleh karena metabolit
cacing lebih menonjol, seperti edema pada muka, dinding perut dan tungkai bawah. Kematian
dapat terjadi karena keadaan merana (exhaustion) atau intoksikasi.

Gejala klinik yang dini pada akhir masa inkubasi, adalah diare dan nyeri ulu hati
(epigastrium). Diare yang mulanya diselingi konstipasi, kemudian menjadi persisten. Warna
tinja menjadi hijau kuning, berbau busuk dan berisi makanan yang tidak dicerna.Pada beberapa
pasien, napsu makan cukup baik atau berlebihan, walaupun ada yang mengalami mual, muntah
atau tidak mempunyai selera, semua ini tergantung berat ringannya penyakit.

Diagnosis
Sering gejala klinis seperti diatas bila didapatkan disuatu daerah akademi, cukup untuk
menunjukan adanya penderita fasiolopsiasis, namun diagnosis pasti adalah dengan
menemukan telur dalam tinja.

Morfologi telur Fascialopsis buski hendaknya dapat dibedakan dari telur cacing Fasciola
hepatica, Gastrodiscoides hominis atau Echinochasmus perfoliatus.

Pengobatan
Obat yang efektif untuk cacing ini, adalah diklorofen, niklosamid dan prazikuantel.
4. Schistosoma japonicum

Hospes dan nama penyakit


Hospesnya adalah manusia dan berbagai macam binatang seperti anjing,babi,rusa,tikus
sawah(Rattus),sapi,babi rusa dan lain-lain

Parasit ini pada manusia menyebabkan oriental Schistosoma,skistosomiasis


japonika,pemyakit Katayama atau penyakit demam keong.

Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di RRC,Jepang,Filipina,Taiwan,Muangthai,Vietnam,Malaysia dan
Indonesia. Di Indonesia hanya ditemukan di Sulawesi Tengah yaitu daerah danau Lindu dan
Lembah Napu

Morfologi dan Daur Hidup


Cacing dewasa jantan berukuran kira-kira 1,5 cm dan yang betina kira-kira 1,9
cm,hidupnya di vena mesenterika superior, Telur ditemukan di dinding usus halus dan juga di
alat-alat dalam seperti hati,paru dan otak.

Patologi dan Gejala Klinis


Kelainan tergantung dari beratnya infeksi. Kelainan yang ditemukan pada stadium 1
adalah gatal-gatal(urtikaria) Gejala intoksikasi disertai demam,hepatomegali dan eosinofilia
tinggi.

Pada stadium 2 ditemukan pula sindrom disentri. Pada stadium 3 atau stadium
menahun ditemukan sirosis hati dan splenomegali; biasanya penderita menjadi lemah
(emasiasi). Mungkin terdapat gejala saraf,gejala paru dan lain-lain.

Diagnosis
Diagnosis ditegakan dngan menemukan telur di dalam tinja atau dalam jaringan biopsi
seperti biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis.
Reaksi serologi yang biasa dipakai adalah Circumoval precipitin test,indirect haemagglutination
test,Complement fixation test, Fluorescent antibody test dan Enzyme linked immuno sorbent
assay.
5. Schistosoma mansoni

Hospes dan Nama Penyakit


Hospes definitif adalah manusi kera baboon di Afrika sebagai hospes reservoar. Pada
manusia cacing ini menyebabkan skistosomiasis usus.

Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di afrika,berbagai negara Arab (Mesir) Amerika Selatan dan
tengah.

Morfologi dan daur hidup


Cacing dewasa jantan berukuran kirakira 1 cm dan yang betina kira-kira 1,4 cm. Pada
bandan cacing jantan S.mansoni terdapat tonjolan lebih kasar bila dibandingkan dengan
S.haematobium dan S.japonicum mempunyai tonjolan yang lebih halus. Tempat hidupnya di
vena,kolon dan rektum. Telur juga tersebar ke alat-alat lain seperti hati,paru dan otak

Patologi dan Gejala klinis


Kelainan dan gejala yang ditimbulkan sama seperti pada S.Japonicum akan tetapi lebih
ringan. Pada penyakit ini splenomegali dapat menjadi berat sekali.

Diagnosis,Pengobatan
Sama seperti S.japonicum

6. Schistosoma haematobium

Hospes dan Nama penyakit


Hospes definitif adalah manusia. Cacing ini menyebabkan skistosomiasis kandung kemih.
Babon dan kera lain dilaporkan sebagai hospes reservoar.

Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di Afrika,Spanyol dan di berbagai negara Arab(Timur Tengah,
Lembah Nil) tidak ditemukan di Indonesia
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa jantan berukurn kira-kira 1,3 cm dan yang betina kira-kira 2,0cm.
Hidupnya di vena panggul kecil,terutama di vena kandung kemih. Telur ditemukan di urin dan
alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rektum.

Patologi Gejala Klinis


Kelainan terutama ditemukan di dinding kandung kemih. Gejala yang ditemukan adlah
hematuria dan disuri bila terjadi sintitis. Sindrom disentri ditemukan bila terjadi kelainan di
rectum.

Diagnosis,Pengobatan
Sama seperti pada skstosomiatis lainnya.

Daur hidup Schistosoma japonicum, Schistosoma mansoni, Schistosoma


haematobium

Anda mungkin juga menyukai