TREMATODA
KELOMPOK 3
1. BUNGA TANJUNG
2. FIANI NURBAETI
3. INTAN SUHARNO
4. SITI HAPSAH
Fasciola hepatica
Distribusi geografik
Di Amerika Latin, Perancis, dan negara-negara sekitar Laut Tengah banyak ditemukan
kasus fasioliasis pada manusia.
Telur cacing ini berukuran 140 x 90 mikron, dikeluarkan melalui saluran empedu ke
dalam tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi matang dalam air setelah 9-15 hari
dan berisi mirasidium. Telur kemudian menetas dan mirasidium keluar mencari keong air
terjadi perkembangan:
M → S → R1 → R2 → SK
Serkaria keluar dari keong air dan berenang mencari hospes perantara II, yaitu tumbuh-
tumbuhan air dan pada permukaan tumbuhan air membentuk kista berisi metaserkaria. Bila
ditelan, metaserkaria menetas dalam usus halus binatang yang memakan tumbuhan air
tersebut, menembus dinding usus dan bermigrasi dalam ruang peritoneum hingga menembus
hati. Larva masuk ke saluran empedu dan menjadi dewasa. Baik larva maupun cacing dewasa
hidup dari jaringan parenkim hati dan lapisan sel epitel saluran empedu.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukam telur cacing dalam tinja, cairan duodenum
atau cairan empedu. Imunodiagnosis yang lebih sensitif dan spesifik-spesifik telah
dikembangkan untuk mendeteksi antigen eksekretori-sekretori yang dikeluarkan parasit.
Ultrasonografi digunakan untuk menegakkan diagnosis fasioliasis bilier.
Pengobatan
Albendazol dan praziquantel merupakan obat pilihan.
2. Trematoda Paru
Paragonimus westermani
Telur menjadi matang dalam waktu kira-kira 16 hari, lalu menetas. Mirasidinum mencari
keong air dan dalam keong air terjadi perkembangan :
M → S → R1 → R2 → SK
Serkaria keluar dari keong air, berenang mencari hospes perantara II, yaitu ketam atau
udang batu yang tidak dimasak sampai matang.
Dalam hospes, definitif, metasakaria menjadi cacing dewasa muda di duodenum. Cacing
dewasa muda berimigrasi menembus dinding usus, masuk ke rongga perut, menembus
diagfarma dan menuju ke paru. Jaringan hospes mengadakan reaksi jaringan sehingga cacing
dewasa terbungkus dalam kista, biasanya ditemukan 2 ekor didalamnya.
Diagnosis
Diagnosis dibuat dengan menemukan telur dalam sputum atau cacing pleura. Kadang-
kadang telur juga ditemukan dalam tinja. Reaksi serologi sangat membantu untuk menegakkan
diagnosis.
Pengobatan
Prazikuantel dan bitionol merupakan obat pilihan.
3. Trematoda Usus
Trematoda usus yang berperan dalam ilmu kedokteran adalah dari keluarga Fasciolidae,
Echinostomatidae dan Heterophyidae.Dalam daur hidup trematoda usus tersebut, seperti pada
trematoda lain, diperlukan keong sebagai hospes menjadi sporokista, berlanjut menjadi redia
dan serkaria.Serkaria yang dibentuk dari redia, kemudian melepas diri untuk keluar dari tubuh
keong dan berenang bebas dalam air.Tujuan akhir serkaria tersebut adalah hospes perantara II,
yang dapat berupa keong jenis lain yang lebih besar, beberapa jenis ikan air tawar, atau
tumbuh-tumbuhan air.
Manusia mendapat penyakit cacing daun karena memakan hospes perantara II yang
tidak dimasak sampai matang.
Distribusi Geografik
Fasciolopsis buksi adalah cacing trematoda yang ditemukan pada manusia dan babi di
RRC . cacing ini juga dilaporkan dari berbagai Negara seperti Taiwan, Vietnam, Thailand, India
dan Indonesia.
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa yang ditemukan pada manusia mempunyai ukuran panjang 2-7,5 cm dan
lebar 0,8-2,0 cm. bentuknya agak lonjong dan tebal. Biasanya kutikulum ditutupi duri-duri kecil
yang letaknya melintang. Duri-duri tersebut sering rusak Karen cairan usus. Batil isap kepala
berukuran kira-kira seperempat ukuran batil isap perut. Saluran pencernaan terdiri dari
prefaring yang pendek, faring yang menggelembung, esofagus yang pendek, serta sepasang
seum yang tidak bercabang dengan dua indentasi yang khas. Dua buah testis yang bercabang-
cabang letaknya agak tandem dibagian posterior cacing vitelaria letaknya lebih lateral dari
sekum, meliputi badan cacing setinggi batil isap perut sampai keujung badan. Ovarium
bentuknya agak bulat. Uterus berpangkal pada ootip, berkelok-kelok kearah anterior badan
cacing, untuk bermuara pada atrium genital, padasisi anterior batil isap perut.
Telur berbentuk agak lonjong, berdinding tipis transparan dengan sebuah operculum
yang nyaris terlihat pada sebuah kutubnya, berukuran panjang 130-140 mikron dan lebar 80-85
mikron. Setiap ekor cacing dapat mengeluarkan 15.000-48.000 butir telur sehari.Telur-telur
tersebut dalam air bersuhu 270-300C, menetes setelah 3 sampai 7 minggu.Mirasidium yang
bersilia keluar dari telur untuk masuk kedalam tubuh hospes perantara I yang sesuai.Biasanya
hospes perantara I tersebut adalah keong air tawar, seperti genus Segmentina, Hippeutis, dan
Gyraulus. Dalam keong, mirasidium tumbuh menjadi sporokista yang kemudian berpindah
kedaerah jantung dan hati keong. Bila sporokista matang, menjadi koyak dan melepaskan
banyak redia induk. Dalam redia induk dibentuk banyak redia anak yang pada gilirannya
membentuk serkaria,
Serkaria, seperti mirasidium, dapat berenang bebas dalam air, berbentuk seperti
kecebong, ekornya lurus dan meruncing pada ujungnya, berukuran kira-kira 500 mikron dengan
badan agak bulat berukuran 195 mikron x 145 mikron. Mirasidium atau serkaria yang dalam
batas waktu tertentu belum menemukan hospes, akan punah sendiri. Serkaria dapat berenang
dengan ekornya, atau merayap dengan menggunakan dengan batil isap.Serkaria tidak
menunjukan kecederungan memilih tumbuh-tumbuhan tertentu untuk tumbuh menjadi
mertaserkaria yang berbentuk kista.Tumbuh-tumbuhan yang banyak dihinggapi metaserkaria
adalahTrapa, Eliocharis, Eichorniadanzizania.Tumbuh-tumbuhan seperti Nymphoea lotus dan
Ipomoea juga dapat dihinggapi metaserkaria. Bila seseorang memakan tumbuh-tumbuhan air
yang mengandung metaserkaria tanpa dimasak sampai matang, maka dalam waktu 25-30 hari
metaserkaria tumbuh menjadi cacing dewasa.
Gejala klinik yang dini pada akhir masa inkubasi, adalah diare dan nyeri ulu hati
(epigastrium). Diare yang mulanya diselingi konstipasi, kemudian menjadi persisten. Warna
tinja menjadi hijau kuning, berbau busuk dan berisi makanan yang tidak dicerna.Pada beberapa
pasien, napsu makan cukup baik atau berlebihan, walaupun ada yang mengalami mual, muntah
atau tidak mempunyai selera, semua ini tergantung berat ringannya penyakit.
Diagnosis
Sering gejala klinis seperti diatas bila didapatkan disuatu daerah akademi, cukup untuk
menunjukan adanya penderita fasiolopsiasis, namun diagnosis pasti adalah dengan
menemukan telur dalam tinja.
Morfologi telur Fascialopsis buski hendaknya dapat dibedakan dari telur cacing Fasciola
hepatica, Gastrodiscoides hominis atau Echinochasmus perfoliatus.
Pengobatan
Obat yang efektif untuk cacing ini, adalah diklorofen, niklosamid dan prazikuantel.
4. Schistosoma japonicum
Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di RRC,Jepang,Filipina,Taiwan,Muangthai,Vietnam,Malaysia dan
Indonesia. Di Indonesia hanya ditemukan di Sulawesi Tengah yaitu daerah danau Lindu dan
Lembah Napu
Pada stadium 2 ditemukan pula sindrom disentri. Pada stadium 3 atau stadium
menahun ditemukan sirosis hati dan splenomegali; biasanya penderita menjadi lemah
(emasiasi). Mungkin terdapat gejala saraf,gejala paru dan lain-lain.
Diagnosis
Diagnosis ditegakan dngan menemukan telur di dalam tinja atau dalam jaringan biopsi
seperti biopsi rektum. Reaksi serologi dapat dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis.
Reaksi serologi yang biasa dipakai adalah Circumoval precipitin test,indirect haemagglutination
test,Complement fixation test, Fluorescent antibody test dan Enzyme linked immuno sorbent
assay.
5. Schistosoma mansoni
Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di afrika,berbagai negara Arab (Mesir) Amerika Selatan dan
tengah.
Diagnosis,Pengobatan
Sama seperti S.japonicum
6. Schistosoma haematobium
Distribusi Geografik
Cacing ini ditemukan di Afrika,Spanyol dan di berbagai negara Arab(Timur Tengah,
Lembah Nil) tidak ditemukan di Indonesia
Morfologi dan Daur Hidup
Cacing dewasa jantan berukurn kira-kira 1,3 cm dan yang betina kira-kira 2,0cm.
Hidupnya di vena panggul kecil,terutama di vena kandung kemih. Telur ditemukan di urin dan
alat-alat dalam lainnya, juga di alat kelamin dan rektum.
Diagnosis,Pengobatan
Sama seperti pada skstosomiatis lainnya.