kelas Cestoidea. Cacing dewasa menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan vetebrata dan invebtebrata.
Bentuk badan cacing dewasa memanjang
menyerupai pita, biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular. Terbagi dalam segmen- segmen yang di sebut proglotid yang bila dewasa berisi alat reproduksi jantan dan betina.
Spesies penting yang dapat menimbulkan
kelainan pada manusia umumnya adalah: Taenia saginata dan taenia solium, Diphyllobothirium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, E,multilocularis. Manusia merupakan hospes Cestoda dalam bentuk : 1. Cacing dewasa, untuk spesies D,latum,t.saginata, t.solium, H. nana, H.diminuta, Dipylidium caninum.
2. Larva, untuk spesies diphyllobothrium sp,
T.solium, H, nana, E.granulosus, Multiceps. Badan cacing dewasa terdiri dari : 1. Skoleks, yaitu kepal yang merupakan alat untuk melekat, dilengkapi dengan batil isap atau lekuk isap. 2. Leher, yaitu tempat pertumbuhan badan. 3. Strobila, yaitu badan yang terdiri dari segmen-segmen yang disebut proglotid.
Tiap proglotid dewasa mempunyai susunan
alat kelamin jantan dan betina yang lengkap. Telur dilepas bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uretus.
Infeksiterjadi dengan menelan
larva bentuk infektif atau menelan telur. Cestoda terdiri dari 2 ordo : 1. Pseudophyllidea.
2. Cyclophyllidae. Cacing pita ikan (fish tapeworm) dikenal sebagai spesies yang berbeda sejak tahun 1602 oleh plater di Switzerland.
Hospes dan nama penyakit.
Manusia adalah hospes definitif, hospes reservoarnya adalah ajing,kucing dan 22 mamalia antara lain,walrus, singga laut, beruang, babi dan serigala. Parasit ini menyebabkan penyakit difilobotriasis. Distribusi geokrafik . Parasit ini ditemukan di Amerika , Kanada, Eropa,daerah di danau di Swiss, Rumania, Turkistan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika, Malagasi dan Siberia.
Morpologi dan Daur hidup.
Cacing dewasa yang keluar dari usus manusia berwana gading, Panjangnya sampai 10 m dan terdiri atas 3000-4000 buah proglotid. Tiap priglotid mempunyai alat kelamin jantan dan betina yang lengkap Telur mempunyai operkulum berukuran 70x45 mikron, Telur menetas dalam air. Larva disebut koradisium dan di makan oleh hospes perantara pertama yaitu binatang Copepoda seperti : Cyclops dan Diaptomus. Dalam hospes ini larva tumbuh menjadi proserkoid, kemudian Cyclops dimakan hospes perantara 2 yaitu ikan salem dan berubah menjadi larva atau di sebut sparganum. Bila ikan tidak di masak dengan baik ,dimakan manusia maka sparganum di rongga usus halus tumbuh menjadi cacing dewasa. Patologi dan gejala klinis. Penyakit ini biasanya tidak menimbulkan gejala berat, mungkin hanya gejala saluran cerna seperti diare, tidak nafsu makan dan tidak enak di perut.
Bila cacing hidup di permukaan usus halus
dapat timbul anemia hiperkromakrositer, karen cacing ini banyak menyerap vitamin B12,, Diagnosis. Cara diagnosis penyakit ini adalah dengan menemukan telur atau proglotid yang di keluarkan dalam tinja. Pengobatan. Penderita di berikan obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai pemberian Na-bikarbonas dosis 0,5 g 2 jam setelah makan obat pencahar magnesium sulfat 15g. Epidemiologi. Penyakit ini di indonesia tidak ditemukan tetapi banyak dijumpai di negara yang banyak makan ikan salem mentah atau kurang matang. Binatang seperti Anjing, Kucing, dan babi berperan sebagai hospes reservoar. Untuk mencegah terjadinya infeksi ikan air tawar dimasak dengan sempurna sebelum di hidangkan. Larva peroserkoid dari beberapa spesies cacing pita golongan Diphyllobothrium telah ditemukan pada manusia dan sebagai sparganum dan penyakitnya disebut sparganosis. Diphyllobothrium minsalnya D, mansoni memerlukan anjing, kucing dan binatang lain nya sebagai hospes difinitif. Manusia bertindak sebagai hospes perantara kedua bila mengandung sparganum. Daur hidup. Dalam tubuh manusia sparganum dapat mengembara di otot dan fasia, akan tetapi larva ini tidak dapat menjadi dewasa Daur hidupnya sama seperti Diphyllobothirium latum dalam hospes perantara pertama yaitu Cyclops,dan hospes perentara 2 adalah hewan pengerat kecil ular dan kodok. Patologi dan gejala klinis. Pada manusia larva ditemukan diseluruh bagian badan, terutama di mata, kulit, jaringan otot, toraks, perut, paha, daerah inguinal dan dada bagian dalam, Sparganum dapat menyebar keseluruh jaringan.
Penderita dapat menunjukkan sakit lokal.
Urtikaria raksasa yang timbul secara periodik, endema dan kemerahan yang disertai menggigil, demam dan hipereosinofilia. Epidemiologi. Parasit ini ditemukan di Asia timur dan Asia tengara, Jepang, Indo cina, Afrika, Eropa, Australia, Amerika utara , Amerika selatan dan Indonesia. Manusia menderita sparganosis karena . 1. Minum air yang mengandung Cylops yang infektif. 2. Makan kodok, ular atau binatang pengerat yang mengandung pleroserkoid. 3. mengunakan daging kodok yang infektif untuk obat. Hospes dan nama penyakit. Hospes definitif cacing pita Taenia saginata adalah manusia sedangkan hewan seperti sapi, kerbau dan lainnya adalah hospes perantara, Nama penyakitnya teniasis saginata. Distribusi geokrafik. Penyebaran cacing adalah kosmopolit didapat di Eropa, Timur tenggah,Afrika, Asia, Amerika utara, Amerika latin, Rusia dan juga Indonesia yaitu Bali, Jakarta . Morpologi dan daur hidup. Taenia saginata adalah salah satu cacing pita yang berukuran besar dan panjang terdiri dari kepala yang di sebut skoleks,leher dan strobila yang merupakan rangkaian ruas-ruas proglotid sebanyak 1000-2000 buah. Panjang cacing 4-12 meter atau lebih, skoleks hanya berukuran1-2 melimeter. Mempunyai 4 batil isap dengan otot yang kuat, tampa kait-kait. Ovarium terdiri atas 2 lobus berbentuk kipas besarnya hampir sama letak ovarium disepertiga bagian posterior proglotid. Patologi dan gejala klinis. Cacing dewasa Taenia saginata biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual, muntah, diare, pusing atau gugup, Gejala tersebut disertai dengan ditemukanya proglotid cacing yang bergerak- gerak lewat dubur bersama atau tampa tinja. Gejala lebih berat yaitu proglotid masuk ependiks terjadi ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing, berat badan menurun. Epidemiologi. Teniasis saginata sering ditemukan dinegara yang penduduknya banyak makan daging sapi /kerbau. Cara penduduk makan daging tersebut,matang, setengah matang, atau mentah dan cara pemeliharaan ternak memainkan peranan, yaitu ternak yang di lepas dipadang rumput lebih mudah di hinggapi cacing gelembung dari pada sapi yang dirawat dikandang. Pencegahan dapat dilakukan dengan mendingin kan daging-10⁰c, iradiasi dan memasak daging sampai matang. Cacing pita di ketahui sejak Hippocrates atau sejak nabi musa walaupun waktu itu belum dapat dibedakan antara cacing pita cacing pita daging babi Hospes dan nama penyakit. Hospes definitif Taenia solium adalah manusia sedangkan hospes perantaranya babi.Manusia yang di hinggapi cacing dewasa juga hospes perantara cacing ini . Nama penyakit yang disebakan oleh cacing dewasa adalah Taeniasis solium dan yang disebabkan oleh larva adalah sistiserkosis. SIKLUS HIDUP Distribusi geokrafik. Taenia solium adalah kosmopolit akan tetapi jarang ditemukan di negara islam, Cacing tersebut banyak ditemukan di negara yang mempunyai banyak peternakan babi seperti di Eropa, Amerika latin, Cina, India, Amerika utara dan beberapa daerah di indonesia seperti papua, Bali,dan Sumatera utara. Morpologi dan Daur hidup. Taenia solium berukuran panjang 2-4 meter dan kadang 8 meter. Cacing ini terdidari skoleks ,leher dan strobila yang terdiri atas 800-1000 ruas proglitid, mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai 2 baris kait-kait yang masing- masing sebanyak 25-30 buah. Proglotid berisi 30.000- 50.000 buah telur, telur keluar melalui calah robekan pada proglotid. Cacing gelembung yang disebut sistiserkus selulose biasanya ditemukan pada otot lidah, punggung dan pundak babi. Hospes perantara lain adalah monyet ,unta, anjing , babi hutan, domba, kucing, tikus dan manusia. Larva tersebut berukuran 0,6-1,8 cm, dalam waktu 3 bulan cacing tersebut menjadi dewasa dan melepas proglotid dengan telur. Patologi dan gejala klinis. Cacing dewasa berjumlah 1 ekor dan tidak menyebabkan gejala klinis yang berarti bila ada hanya berupa nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi dan sakit kepala. Gelala klinis yang lebih berarti dan sering disebabkan loleh larva yang di sebut sistiserkosis. Pada maanusia sistiserkus atau larva taenia solium sering menghinggapi jaringgan subkutis, mata, jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru dan rongga perut. Pada jaringan otok atau medula spinalis sistiserkus jarang menggalami kalsifikasi Keadaan ini sering menimbulkan reaksi jaringan dan dapat menyebabkan seranggan ayan (epilepsi ), menigoensefalitis gejala yang disebabkan oleh tekanan intrakranial yang tinggi seperti nyeri kepala dan kadang kelainan jiwa, hidrosefalus internus dapat terjadi bila timbul sumbatan aliran cairan serebrospinal. Pengobatan . Untuk pengobatan penyakit teniasis solium digunakan prazikuantel, untuk sistiserkosis di gunakan prazikuantel olbendazol atau di lakukan pembedahan. Epidemiologi. Walaupun cacing ini kosmopolit kebiasaan hidup penduduk yang dipengaruhi tradisi kebudayaan dan agama memainkan peranan penting, biasnya penyakit ini ditemukan pada orang yang bukan beragama islam. Cara menyantap danging tersebut yaitu matang , setengah matang, atau mentah dan pengertian akan kebersihan atau higiene memain peran penting dalam penularan cacing Taenia solium maupun sistiserkus selulose. Pengobatan per oranggan maupun masal harus dilaksanakan agar penderita tidak menjadi sumber infeksi bagi diri sendiri atau pun babi dan hewan lain seperti anjing. Cara-cara ternak babi harus di perbaiki, agar tidak kontak dengan tinja manusia sebaiknya untuk ternak babi harus di gunakan kandang yang bersih dan makanan ternak yang sesuai. Sistiserkosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kista stadium larva cacing pita taenia solium. Sistiserkosis dapat mengenai otot dan saraf pusat sebagai neurosistiserkosis atau berupa kista multipel, penyakit ini juga sebagi penyakit parasit yang paling banyak menyerang. Keberadaan siklus hidup parasit ini baru dikenal sejak abad 19 dan manifestasi di pertengahan abad ke 20. Epidemiologi . Sebelum tahun 1990-an data epidemiologi tentang prevlensi neurosistiserkosis yang memadai masih terbatas. EITB (enzymelinked immuno transfer blot ) adalah pemeriksaan pertama untuk infeksi taenia solium yang dapat digunakan untuk penelitian lapangan yang luas. Berdasarkan pemeriksaan tinja saja diperkirakan terdapat 4 juta orang diseluruh dunia yang menderita cacing pita babi. Di indonesia memiliki keragaman penduduk dengan mayoritas penduduk muslim dan tidak mengkomsumsi daging babi namun ada beberapa daerah seperti bali dan papua yang banyak mengkomsumsi daging babi, Pertama kali terjadi kejadian yang luar biasa kejang adalah paniai papua pada awal 1970-an kejang tersebut di sebabkan oleh neurosistiserkosis sampai sekarang papua masih menjadi daerah endemik taeniasis /sistiserkosis.