Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TREND DAN ISSUE

PERAWAT ADALAH PEKERJAAN MULIA

Makalah Konsep Dasar Keperawatan


“Trend dan Issue dalam Keperawatan”

Disusun oleh :
Rizki Khoirunnisa
Ferry Erza Hardiansyah

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-
menerus dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan
dan metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat
berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut.
Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena focus asuhan
keperawatan bidang lain meluas. Tren dalam pendidikan keperawatan adalah
berkembangnya jumlah peserta keperawatan yang menerima pendidikan
keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1 keperawatan atau
kesehatan masayrakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2.
Tren paraktik keperawatanmeliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik
dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus
menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan
keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan
aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai
profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari
organisasi keperawatan professional menggambarkan trend dan praktik
keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam
tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka
keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya setiap saat.

B. Rumusan masalah
1. Apa Definisi Trend Dan Issue ?
2. Apa Bentuk-Bentuk Dari Trend Dan Issue Dalam Keperawatan ?
3. Apa Manfaat Trend Dan Issue Dalam Keperawatan ?
4. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan Kritis ?
5. Apa Peran Perawat Terhadap Trend Dan Issue ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Definisi Trend Dan Issue
2. Mengetahui Bentuk-Bentuk Dari Trend Dan Issue Dalam Keperawatan
3. Mengetahui Manfaat Trend Dan Issue Dalam Keperawatan
4. Mengetahui Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan
Kritis
5. Mengetahui Peran Perawat Terhadap Trend Dan Issue
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Trend dan Issue
1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah
sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi,
pada tahun 2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga
professional keluar dan masuk ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu
masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola kehidupan
masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu
menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat
khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran,
kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang
berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi
penduduk. Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang
meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok
lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan
untuk meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan
meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat
lebih kritis. Kondisi itu berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana
masyarakat yang kritis menghendaki pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh
tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan implikasi bahwa tenaga
kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global internasional
dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social
budaya, memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia
masih belum menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih
rendahnya peran perawat professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985
pendidikan S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat
pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan ( standart, bentuk praktik
keperawatan, lisensi )
Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan
akan berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya
tujuan kesehatan “ sehat untuk semua pada tahun 2020 “, maka solusi yang harus
ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan
perawatan professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi
dan pendidikan keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan
pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan professional
dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini masih terus ditata dalam hal SDM
pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan
sertifikasi praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik
keperawatan professional dalam memberikan asuhan keperawatan harus segera di
lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis
serta kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan
organisasi dan mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat
dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan
tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan
masa depan yang lebih baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik
secara mandiri ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
sangat penting dalam terwujudnya pelayanan keperawatan professional. Nilai
professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam praktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan
kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan
professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan
tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience : Selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan
melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair : Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya,
keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang
memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity : Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu),
selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen
moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara
mandiri. Hak otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang
berarti bahwa perawat memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan
kemandirian, kesedian mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat
terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan
praktik, menetapkan peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung
gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang
dilakukannya terhadap klien
2. Definisi Issue
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun
tentang krisis. Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun
belum jelas faktannya atau buktinya
Beberapa issue keperawatan pada saat ini :
• EUTHANASIA : Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia,
pembuhuhan legal yang sampai kini masih jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini
pun ada beragam jenisnya.
Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal
demikian tidak terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks
kesehatan modern, kematian tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara
tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi sesuatu yang definit dan dapat
dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal tersebut terjadi.
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak
menyakitkan, ketika tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk
meringankan penderitaan dari individu yang akan mengakhiri hidupnya.
3. Definisi Trend dan Issu Keperawatan
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak
orang tentang praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun
tidak, trend dan issu keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis
keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalah
Aborsi, Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut
menyangkut keterkaitan dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.

B. Bentuk-Bentuk Trend dan Issue


1. Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam
berbagai bidang yang meliputi:
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan
dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini
yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan,
mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit
kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia
(Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi
intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik
sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem
ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit
Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik
informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum
memadai.
Definisi lain dari telenursing :
b.1. Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan
tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan
kepada klien. Yang menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik,
radio dan optik) dalam menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video.
Atau dapat pula di definisikan sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan
transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer.
b.2 Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam
bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat
dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan
beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis, seperti
telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
b.3. Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using
telecommunications technology (National Council of State Boards of Nursing).
b.4. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan
informasi dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan
teknologi satelit untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di
dua negara dan memakai peralatan video conference (bagian integral dari
telemedicine atau telehealth)7)

2. Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa


Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang
sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat
dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan
jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang
menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut :
• Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa
• Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa
• Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi
• Kecenderungan situasi di era global
• Kecenderungan penyakit jiwa
• Globalisasi dan perubahan orientasi sehat
• Kecenderungan penyakit jiwa
• Meningkatnya masalah psikososial
• Trend bunuh diri pada anak
Masalah AIDS dan NAPZA
Pattern of parenting
• Perspektif life span history
• Kekerasan
• Masalah ekonomi dan kemiskinan

3. Trend dan issue keperawatan komunitas


Tren yang sedang dibicarakan adalah:
1. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada
beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia
Dock telah mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya
perawat kurang di hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan
inspirasi pada perwat mengenai masalah keperawatan komunitas.
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan
seseorang untuk memihak pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan
dari pihak tersebut membentuk hasil yang diinginkan (Rogge,1987).
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah
wanita dan poolitik merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990) . Keterlibatan
perawat dalam politik mendapatkan perhatian yang lebih besar dalam kurikulum
keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawtan professional. Organisasi
keperawatan mampu memgabungkan semua upaya seperti pada Nursing Agenda
For Healt Care Reform (Tri-council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan,
sosialisasi dini, berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan
praktik klinik, dan menjalankan tempat pelayanan kesehatan.
2. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan
Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin
berkembang dan dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran
perawat kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai
masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan datang karena mengikuti
perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh
pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat
diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian,
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
Komponen–komponen perubahan dalam masyarakat
1. Pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk secara cepat (population) dan
perubahan dalam gambaran penduduk, diantaranya perubahan dalam komposisi
usia, penyebarannya, dan kepadatan penduduk kota besar.
2. Transisi penyakit. Perubahan pola penyakit atau transisi penyakit yaitu perubahan
penyakit menular ke penyakit degenerative, seperti penyakit jantung, kanker,
depresimental dan ansietas, stroke, peningkatan kecelakaan, alkoholisme, dan yang
akhir-akhir ini marak adalah penyalahgunaan narkotika.

3. Perkembangan industrialisasi serta perubahan kondisi social. Perkembangan


industrialisasi serta perubahan kondisi social yang cepat dengan di sertai
perubahan-perubahan sikap, niali, gaya hidup, kondisi lingkungan, kelompok-
kelompok masyarakat baru, masalh individu, dan masyarakat.

4. Meningkatnya pengetahuan masarakat sebagai pelayanan kesehatan akan


meningkatkan juga harapan mereka terhadap mutu pelayanan keperawatan dan
kesehatanpola pelayanan kesehatan yang baru akan meningkatkan pencpaian
kesehatan bagi semua orang pada tahun 2000.

5. Kurang tenaga medis menyebabkan pelimpahan tanggung jawab atau wewenang


pada perawat.

6. Masyarakat akan menjadi rekan kerja dalam pelayanan kesehatan masyarakat.


Banyak pelayanan yang akan dilaksanakan di luar rumah sakit, misalnya pelayanan
pada rehabilitasi, kesehatan jiwa, dan lain-lain.

C. Manfaat Trend Dan Issue Dalam Keperawatan


Pemanfaatan tekhnologi telehealth mempunyai banyak manfaat dan keuntungan
bagi berbagai pihak diantaranya pasien, petugas kesehatan dan pemerintah. Aspek
kemudahan dan peningkatan jangkauan serta pengurangan biaya menjadi
keuntungan yang bisa terlihat secara langsung Dengan adanya kontribusi telehealth
dalam pelayanan keperawatan di rumah atau homecare, akan banyak sekali
manfaat yang dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga, perawat, instansi
pelayanan kesehatan dan termasuk juga pemerintah dalam hal ini adalah
Departemen Kesehatan. Namun demikian untuk bisa mengaplikasikan telehealth
dalam bidang keperawatan banyak sakali tantangan dan hambatannya misalnya:
faktor biaya, sumberdaya manusia, kebijakan dan perilaku.
Peluang Perawat dalam Memanfaatkan Trend Issue Jurnal
Perawat sangat berpeluang dalam menerapkan teknologi Telenursing ini dimana
perawat dapat memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan
asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Telenursing adalah penggunaan
tekhnologi dalam keperawatan untuk meningkatkan perawatan bagi pasien (Skiba,
1998) Telenursing menggunakan tehnologi komunikasi dalam keperawatan untuk
memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Teknologi berupa saluran
elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam menstransmisikan
signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai
komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan
atau computer. Salah satu contoh program tlehealth adalah homecare. Sistem ini
menyediakan audio dan video interaktif untuk hubungan antara lanjut usia di rumah
dan telehealth perawat. Perawat memasukkan data data pasien secara elektronik
dan menganalisanya, kalau perlu untuk dilakukan kunjungan, perawat akan
melakukan kunjungan ke pasien.

D. Faktor yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan Kritis


1.Faktor agama dan adat istiadat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan
proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan
lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan
berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi
warga negara Indonesia harus beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengan sila
pertama Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana di Indonesia menjadikan
aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama. Setiap warga negara diberi
kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.

2.Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini
antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan
nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis
lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan pendekatan tim kesehatan.

3.Faktor ilmu pengetahuan dan tekhnologi.


Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta
memperpanjang usia manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik
kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien
dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkat adanya mesin
hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai
inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan etika.

4.Faktor legislasi dan keputusan juridis.


Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum
sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika
kesehatan sedang menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah
menjadi suatu bidang ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk
menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi
perkembangan permasalahan hukum kesehatan.

5.Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan
konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak
berupaya dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
6.Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun
harus diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang
mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat
pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau
mungkin kehilangan pekerjaan.

7.Faktor Kode etik keperawatan.


Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan
salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan,
pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa
tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang
menyangkut etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis
permasalahan-permasalahan etis.

8.Faktor Hak-hak pasien.


Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi
dan kepraktisan suatu situasi.

Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga negara, hak-hak


hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal menurut
Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil dan
berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan
keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed concent,
hak untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak
untuk mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan
hormat, hak untuk konfidensialitas (termasuk privacy), hak untuk kompensasi
terhadap cedera yang tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas
(kemuliaan) termasuk menghadapi kematian dengan bangga.

E. Peran Perawat Terhadap Trend Issue

Peran perawat dalam peerapan trend issue pada yaitu dapat melakukan perannya
sebagai pembari asuhan keperawatan (Care giver) dengan lebih baik. Pemberian
asuhan keperawatan akan lebih baik dengan adanya Telehealth atau Telenursing
yang berbasis teknologi. Dengan adanya telnologi telenursing ini perawat hendaknya
dapat melakukan tindakan keperawatan dengan lebih efisien dan tepat. Dengan
demikian Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan dengan asuhan
keperawatannya dituntut semakin profesional dan mengedepankan perkembangan
teknologi kesehatandalam memberi pelayanan kesehtan. Dengan memanfaatkan
kecanggihan tekhnologi, asuhan keperawatan tersebut bisa diberikan hasil yang
lebih baik. Perawat juga dapat melakukan perannya sebagai kolaborator dengan tim
kesehatan lain dengan memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga
pelayanan kepada pasien lebih meningkat.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam
perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu
memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu
dan memberikan dukungan secara langsung (online). Kesinambungan pelayanan
ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak yang sering antara penyedia
pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek Telenursing saat ini
semakin berkembang pesat di banyak Negara.
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik
dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus
menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan
keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan
aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai
profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik.
B.Saran

Diharapkan kepada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Keperawatan


yang nantinya sebagai tenaga kesehatan di masyarakat dapat mengetahui Trend
dan Isu Keperawatan dan dapat memberikan pengetahuan tersebut kepada
masyarakat luas.
TREN DAN ISSUE KEPERAWATAN

PENGERTIAN

A. Definisi Trend

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat
di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya
sedang popular di kalangan masyarakat.

Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya
berdasarkan fakta

B. Definisi Issu.

Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi
pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan
nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.

Issu adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya
atau buktinya

C. Definisi Trend dan Issu Keperawatan

Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak orang tentang
praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu
keperawatan tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.

Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalah Aborsi,
Eutanasia dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkut keterkaitan
dengan aspek legal dan etis dalam keperawatan.
Salah satu contoh trend an issue keperawatan

ABORTUS

A. Definisi Aborsi

Abortus adalah berhentinya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan
kematian janin. Apabila janin lahir selamat (hidup) sebelum 38 minggu namun setelah 20 minggu,
maka istilahnya adalah kelahiran prematur. Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran
dikenal dengan istilah “abortus” adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan
atau berat bayi kurang dari 500 g(ketika janin belum dapat hidup di luar kandungan). Angka kejadian
aborsi meningkat denganbertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya.

Proses abortus dapat berlangsung secara :

Ø Spontan / alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun)

Ø Buatan / sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja),

Ø Terapeutik / medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medik karena terdapatnya suatupermasalahan
atau komplikasi).

1. Penyebab Aborsi

Penyebab abortus spontan bervariasi meliputi infeksi, faktor hormonal, kelainan bentuk
rahim,faktor imunologi (kekebalan tubuh), dan penyakit dari ibu. Penyebab abortus pada umumnya
terbagi atas faktor janin dan faktor ibu :

a. Faktor Janin

Pada umumnya abortus spontan yang terjadi karena faktor janin disebabkan karena
terdapatnyakelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan
pada ari-ari maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan kromosom (genetik) pada
triwulanpertama berkisar sebesar 60%.

b. Faktor Ibu

Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang dapat menyebabkan abortus spontan
adalahfaktor genetik orangtua yang berperan sebagai carrier (pembawa) di dalam kelainan
genetik;infeksi pada kehamilan seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus, sifilis,
gonorrhea;kelainan hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang tidak terkontrol; kelainan
jantung;kelainan bawaan dari rahim, seperti rahimbikornu(rahim yang bertanduk), rahim yang
bersepta(memiliki selaput pembatas di dalamnya) maupun parut rahim akibat riwayat kuret atau
operasirahim sebelumnya.Miomapada rahim juga berkaitan dengan angka kejadian aborsi spontan.
Selain itu, ada beberapa diantara orang tua yang tidak menginginkan kehadiran janin tersebut
dengan alasan yang bervariasi.

B. Faktor Risiko Aborsi

Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus adalah :

Ø Usia ibu yang lanjut

Ø Riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik

Ø Riwayat infertilitas (tidak memiliki anak)

Ø Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan

Ø Infeksi (cacar, toxoplasma, dll)

Ø Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatab, alkohol, radiasi)

Ø Trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan8. Kelainan kromosom(genetik)
Pergaulan seks bebas

C. Tanda dan Gejala Aborsi secara Alamiah

Ø Nyeri perut bagian bawah

Ø Keram pada rahim

Ø Nyeri pada punggung

Ø Perdarahan dari kemaluan

Ø Pembukaan leher rahim

Ø Pengeluaran janin dari dalam rahim

EUTHANASIA
Membunuh bisa dilakukan secara legal. Itulah euthanasia, pembuhuhan legal yang sampai kini masih
jadi kontroversi. Pembunuhan legal ini pun ada beragam jenisnya.

Secara umum, kematian adalah suatu topik yang sangat ditakuti oleh publik. Hal demikian tidak
terjadi di dalam dunia kedokteran atau kesehatan. Dalam konteks kesehatan modern, kematian
tidaklah selalu menjadi sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Kematian dapat dilegalisir menjadi
sesuatu yang definit dan dapat dipastikan tanggal kejadiannya. Euthanasia memungkinkan hal
tersebut terjadi.
Euthanasia adalah tindakan mengakhiri hidup seorang individu secara tidak menyakitkan, ketika
tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bantuan untuk meringankan penderitaan dari individu
yang akan mengakhiri hidupnya.

Ada empat metode euthanasia:

Euthanasia sukarela: ini dilakukan oleh individu yang secara sadar menginginkan kematian.

Euthanasia non sukarela: ini terjadi ketika individu tidak mampu untuk menyetujui karena faktor
umur, ketidak mampuan fisik dan mental. Sebagai contoh dari kasus ini adalah menghentikan
bantuan makanan dan minuman untuk pasien yang berada di dalam keadaan vegetatif (koma).

Euthanasia tidak sukarela: ini terjadi ketika pasien yang sedang sekarat dapat ditanyakan
persetujuan, namun hal ini tidak dilakukan. Kasus serupa dapat terjadi ketika permintaan untuk
melanjutkan perawatan ditolak.

Bantuan bunuh diri: ini sering diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk euthanasia. Hal ini terjadi
ketika seorang individu diberikan informasi dan wacana untuk membunuh dirinya sendiri. Pihak
ketiga dapat dilibatkan, namun tidak harus hadir dalam aksi bunuh diri tersebut. Jika dokter terlibat
dalam euthanasia tipe ini, biasanya disebut sebagai ‘bunuh diri atas pertolongan dokter’. Di Amerika
Serikat, kasus ini pernah dilakukan oleh dr. Jack Kevorkian.

Euthanasia dapat menjadi aktif atau pasif:

Euthanasia aktif menjabarkan kasus ketika suatu tindakan dilakukan dengan tujuan untuk
menimbulkan kematian. Contoh dari kasus ini adalah memberikan suntik mati. Hal ini ilegal di
Britania Raya dan Indonesia.

Euthanasia pasif menjabarkan kasus ketika kematian diakibatkan oleh penghentian tindakan medis.
Contoh dari kasus ini adalah penghentian pemberian nutrisi, air, dan ventilator

Tren dan issue keperawatan


Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang
meliputi:
A.Definisi
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)

Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan
tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan
pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia
(Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi
antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara
holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di
Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya
penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum
memadai.

b.Definisi :
b.1. Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan sebagai
komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan atau komputer
4)
b.2 Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana
ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai
bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non-medis,
seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring. 5)
b.3. Telenursing is defined as the practice of nursing over distance using telecommunications
technology (National Council of State Boards of Nursing). 6)
b.4. Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan
video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)7)

ISSUE DAN TREN KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASA


POST PARTUM / NIFAS

Pengertian

•Nifas / puerperium: periode waktu / masa dimana organ-organ reproduksi kembali ke keadaan
sebelum hamil.
• Dimulai setelah kelahiran placenta, berakhir saat alat kandungan kembali ke keadaan sebelum
hamil. Sekitar 6 minggu
• Involusi: proses perubahan organ repro.
• Masa nifas normal: involusi uterus, pengeluaran lokia, pengeluaran ASI dan perubahan sistem
tubuh termasuk keadaan psikologis normal.

Periode nifas, dibagi 3:


1. Immediate puerperium (Segera setelah persalinan sampai 24 jam setelah persalinan.)
2. Early puerperium (1 hari – 7 hari setelah melahirkan.)
3. Later puerperium (Waktu 1 minggu – 6 minggu setelah melahirkan.)

Perubahan / adaptasi masa nifas :


• Involusi uterus dan pengeluaran lochea.
• Perubahan fisik
• Lactasi
• Perubahan sistem tubuh
• Perubahan psikologis

Perubahan fisik dan fisiologis :

• Uterus
• Lochea
• Serviks
• Vulva dan vagina
• Perineum
• Kembalinya ovulasi dan menstruasi
• Dinding perut dan peritonium
• Laktasi
• Sistem gastrointestinal
• Traktus urinarius
• Sistem kardiovaskuler
• Tanda vital
• Darah
• Berat badan
• Menggigil
• Post partum
• Diaphoresis
• Afterpains

Involusi disebabkan oleh :


• Iskemia : Kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi terus-menerus → kompresi
pembuluh darah dan anemia setempat.
• Otolisis : Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri.
• Atrofi : Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen jumlah besar → atrofi karena
penghentian estrogen.
Bekas luka plasenta → sembuh dalam 6 minggu

 Perlambatan – disebut sub involusio – gejala :


• Lochea menetap / merah segar
• Penurunan fundus uteri lambat
• Tonus uteri lembek
• Tidak ada perasaan mules.
 Segera setelah persalinan – perlu pengawasan
• Jam I : tiap 15 menit
• Jam II : tiap 30 menit
• Jam III – IV : 2x
• Selanjutnya : tiap 8 jam
Pengeluaran Lokia (Lochea)
Lochea : sekret yang berasal dari kavum uteru dan vagina dalam masa nifas
Jenis :
• Lochea rubra / lochea kruenta :
Keluar pada hari 1-3
Warna merah, hitam
T.a : darah bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks c, lanugo dan mekonium.
• Lochea sanguinolenta :
Keluar hari 3-7
Darah bercampur lendir
• Lochea serosa :
Keluar hari 7-14
Warna kekuningan
• Loceha alba :
Keluar setelah hari 14
Warna putih
Bau lokia agak amis → bau busuk : infeksi
Lokiostasis (lokia tidak lancar keluar)

Perubahan Fisik
Serviks : menutup
• Segera setelah lahir – tangan pemeriksa masih dapat masuk kavum uteri.
• 2 jam setelah bayi lahir : dapat dimasukkan 2-3 jari
• 1 minggu : masuk 1 jari
• Setelah 1 minggu : serviks menutup.
Vulva dan vagina :
Mula-mula kendor, setelah 3 minggu kembali ke kondisi sebelum hamil dan rugae vagina mulai
muncul, labia lebih menonjol.
Himen – ruptur → karunkulae mirtiformis
Perineum :
Mula-mula kendor karena teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju saat persalinan.
Setelah 5 hari tonus mulai kembali tetapi tidak sekencang sebelum hamil.
Kembalinya ovulasi dan menstruasi :
• Pada ibu yang menyusui : menstruasi akan terjadi sekitar minggu ke 6-8 pp.
• Ibu menyusui : 45% menstruasi setelah 12 mg dan akan terjadi menstruasi anovulatory 1 x atau
lebih (80% ibu menyusui) → terjadi infertilitas.
Dinding perut dan peritonium
Karena regangan menjadi kendor, termasuk ligamen-ligamen – ligamen rotundum – sehingga
kadang-kadang menyebabkan uterus jatuh kebelakang → perlu latihan untuk mengembalikan tonus,
dapat dilakukan setelah hari II PP.
Payudara – lactasi
Mencapai maturitas penuh selama masa nifas kecuali jika lactasi disupresi. Payudara → lebih besar,
lebih kencang dan mula-mula nyeri tekan sebagai reaksi terhadap eprubahan status hormonal dan
dimulainya lactasi.
Perubahan-perubahan payudara → lactasi : → hamil
• Proliferasi jaringan – untuk kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma, lemak.
• Pada ductus lactiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan berwarna kuning
(colostrum)
• Hipervaskularisasi – terdapat pada permukaan dan bagian dalam mamma.

Perubahan Sistem Tubuh


Sistem Gastrointestinal :
• Pada awal klien merasa lapar
• Kadang diperlukan waktu 3-4 hari – faat usus N
• Rangsang BAB secara normal terjadi 2-3 hari → karena kemampuan asupan makanan menurunkan
gerakan tubuh berkurang, pengosongan usus sebelum melahirkan (lavemen), rasa sakit di daerah
perineum.
Traktus Urinarius :
Pada 24 jam setelah lahir kadang terjadi kesulitan BAK karena spasme sfinkter dan edema pada VU
karena kompresi antara kepala janin dan os pubis selama persalinan
Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam PP → pengaruh hormon estrogen
menurunkan diuresis

Sistem Kardiovaskuler :

• Volume darah kembali ke keadaan tidak hamil


• Jumlah sel darah merah dan kadar Hb kembali normal pada hari ke-5.
• Terjadi penurunan cardiac output dan akan kembali normal dalam 2-3 minggu.

Perubahan Lain

Tanda Vital :
Suhu :
• Suhu ♀ inpartu tidak lebih 37,2ºC
• PP tidak naik ± 0,5ºC dari keadaan normal tapi tidak lebih dari 38,0ºC → infeksi (>).
• Normal setelah 12 jam PP
Nadi :
• Berkisar 60-80 x/mnt. Setera setelah melahirkan dapat terjadi bradikardi. Masa nifas umumnya
nadi lebih dari suhu
• Kadang terjadi hipertensi post partum → hilang setelah 2 bulan.

Berat badan

• Segera setelah melahirkan BB turun 5-6 kg karena pengeluaran bayi, plasenta, air ketuban.
• Masa nifas dini BB menurun ± 2,5 kg, karena puerpera diuresis.
• 6-8 mg PP BB akan normal
Afterpains (mules setelah persalinan)
• terjadi selama 2-3 hari PP
• karena kontraksi uterus, nyeri bertambah pada saat menyusui.
• Nyeri timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput ketuban, sisa plasenta atau gumpalan darah
dalam kavum uteri.

Perubahan Psikologis

• Karena adanya perubahan hormonal, terkurasnya cadangan fisik untuk hamil dan melahirkan,
keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing, kecemasan akan bayi, suami atau anak yang lain.
• Setelah bayi lahir → masa transisi bayi + orangtua untuk membin hubungan.
Masa transisi yang harus diperhatikan pada masa PP :
• Phase honeymoon
Phase setelah anak lahir, terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu – ayah – anak → “psikis
honeymoon” masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
• Bonding and Attachment (ikatan kasih)
Terjadi pada kala IV, diadakan kontak antara ibu – ayah – anak dan tetap dalam ikatan kasih.
Partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih.
• Phase pada masa nifas
Rubin (1963), mengidentifikasi 3 tahap perilaku ♀ ketika beradaptasi dengan perannya:
o Phase “Taking In”
o Phase “Taking Hold”
o Phase “Letting Go”

o Phase “Taking In”


Perhatikan ibu tempat terhadap kebutuhan dirinya – minta diperhatikan – pasif dan
ketergantungan, tidak ingin kontak dengan bayi tapi bukan berarti tidak memperhatikan.
Menginginkan informasi tentang bayi, mengenang pengalaman melahirkan.
Berlangsung 1-2 hari
Bufas perlu istirahat, makan, minum adekuat.
o Phase “Taking Hold”
Ibu berusaha mandiri berinisiatif, penyesuaian fungsi tubuh, mulai duduk, jalan, belajar tentang
perawatan dirinya dan bayi, timbul rasa kurang PD.
Berlangsung ± 10 hari.
oPhase “Letting Go”
Ibu merasakan bahwa bayinya terpisah dari dirinya, mempunyai peran dan tanggung jawab baru,
terjadi peningkatan dalam perawatan diri dan bayinya, penyesuaian dalam hubungan keluarga.

Masalah kesehatan jika yang sering dialami pada ibu PP

• Murung pasca melahirkan (post partum blues)


Sering dimanifestasikan pada hari ketiga atau ke 4, memuncak pada hari ke 5 – 14 PP.
Gejala meliputi : episode menangis, merasa sangat lelah, insomnia, mudah tersinggung, sulit
konsentrasi.
• Depresi pasca melahirkan (post partum depression)
25% dialami ibu PP
Gejala dini pada 3 bulan pertama PP sampai bayi berusia 1 tahun.
Etiologi : belum pasti, penelitian : faktor biologis perubahan hormonal, faktor psikolgis, faktor sosial
seperti tidak mendapat dukungan suami, hubungan perkawinan tidak harmonis.
• Psikosa pasca melahirkan (post partum psychosis)
Jarang terjadi pada ibu dengan abortus, tubuh bayi dalam kandungan / lahir.
Gejala terlihat dalam 3-4 minggu setelah melahirkan berupa: delusi, halusinasi dan perilaku yang
tidak wajar.
Penyebab mungkin berhubungan: perubahan tingkat hormonal, stress psikologis dan fisik, sifat
pendukung tidak memadai

Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat
dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau
tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun
global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya
adalah sebagai berikut :

• Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa

• Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

• Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

• Kecenderungan situasi di era global

• Kecenderungan penyakit jiwa

• Globalisasi dan perubahan orientasi sehat

• Kecenderungan penyakit jiwa

• Meningkatnya masalah psikososial

• Trend bunuh diri pada anak

Masalah AIDS dan NAPZA

Pattern of parenting

• Perspektif life span history

• Kekerasan

• Masalah ekonomi dan kemiskinan


Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia
Trend dan Isu Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia 2012
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud
kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik
maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari adanya
berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan teknik
intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan berbagai trend
dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan Medikal
Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.

1.2 Tujuan
Mengidentifikasi trend dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
Mengidentifikasi isu dalam keperawatan medikal bedah di Indonesia
Mengetahui implikasi trend dan isu keperawatan medikal bedah terhadap perawat di Indonesia

1.3 Manfaat
Meningkatkan pemahaman perawat terhadap perkembangan trend dan isu keperawatan medikal
bedah di Indonesia
Sebagai dasar dalam mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah
Mengetahui keterkaitan keperawatan medikal bedah dengan trend dan isu yang berkembang dalam
bidang kesehatan
Sebagai landasan dalam melakukan penelitian baik klinik dan preklinik

BAB II
Tinjauan Pustaka

Pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dengan sistem yang komplek, khususnya pada
keperawatan medikal bedah, salah satu faktor yang berpengaruh yaitu perubahan kehidupan sosial
masyarakat.
Trend dan isu dalam keperawatan medikal bedah merupakan salah satu komponen yang
membentuk filosofi keperawatan dan penyedia layanan keperawatan pada abad 21. Burke and
Lemone (1996) menjelaskan beberapa trend dan issue yang berkembang saat ini yaitu:
Perubahan populasi yang membutuhkan perawatan
Menurut data statistik menunjukkan 50 % pasien yang dirawat di ruang akut adalah usia >75 tahun
dan 45 % yang dirawat di ruang critical care adalah usia 65 tahun.
Penduduk lansia
Jumlah penduduk lansia meningkat secara tajam sejak tahun 1900. Penduduk lansia saat ini
berjumlah 12 % dari penduduk dunia. Lansia menderita penyakit kronik dan membutuhkan
perawatan jangka lama, perawatan di rumah dan layanan komunitas. Kantor Kementerian
Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH)
52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 jumlah lansia menjadi
19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010 perkiraan penduduk
lansia di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77 % dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun
kemudian atau pada tahun 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau
11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun.
Pasien dengan HIV
Jumlah pasien dengan HIV meningkat secara tajam, lebih dari 40 juta jiwa (www.voanews.com), di
Indonesia kasus AIDS sejak 1987 sampai dengan 2004 mencapai jumlah 2683 orang dan pada tahun
2005 jumlah penderita AIDS tercatat sekitar 2638 orang. Hal ini menggambarkan bahwa telah terjadi
ledakan epidemi pada tahun 2005.
Penduduk miskin
Pada Maret 2007, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di
Indonesia sebesar 37,17 juta atau 16,58 persen dari total penduduk Indonesia saat ini sebesar
224,177 juta (www.menkokesra.go.id, 2007). Hal ini dapat dikaitkan dengan ketidakmampuan
penduduk miskin dalam membayar fasilitas layanan kesehatan sehingga pemerintah ikut
bertanggung jawab dalam menyediakan layanan kesehatan bagi penduduk miskin.
Tunawisma
Berdasarkan data dari askes Indonesia menyebutkan bahwa sedikitnya 2,6 juta gelandangan, anak
jalanan, dan orang sakit jiwa akan dimasukkan ke skema kepesertaan program jaminan kesehatan
masyarakat (jamkesmas) tahun 2008 (www.mediaindonesia.com). Hal ini merupakan tantangan bagi
perawat medical bedah dalam menyediakan layanan asuhan keperawatan yang meliputi layanan
kep[erawatan emergencyi, layanan kesehatan masyarakat, rawat jalan dan rawat inap (Burke and
Lemone, 1996)
Pemakaian Teknologi Komputer dalam Keperawatan
Saat ini di Indonesia sedang dikembangkan telenursing, dimana asuhan keperawatan dilakukan jarak
jauh (www.ppni.go.id). Pengembangan komputer dalam kesehatan meliputi sistem administrasi
keperawatan, sistem diagnosa cepat, sistem jadwal dinas, pendidikan berkelanjutan, rekam medik,
asuhan keperawatan (Burke and Lemone, 1996)
Sistem Layanan Kesehatan
Trend dan isu dalam sistem layanan kesehatan meliputi sistem upah, sistem rawat jalan, perawatan
intensif dan rehabilitasi, pendidikan keperawatan berkelanjutan untuk tingkat spesialisasi,
penentuan kebijakan dalam hal kualitas mutu rumah sakit dan berbasis komunitas
Peran perawat dalam sistem kebijakan kesehatan
Trend dan isu dalam kebijakan kesehatan meliputi restrukturisasi sistem pelayanan keperawatan,
meminimalkan biaya kesehatan, managemen kasus, long term care

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai bidang yang
meliputi:

a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)


Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan
tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan
pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan berbasis multimedia
(Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi
antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara
holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di
Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya
penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum
memadai.

b. Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka


Trend perawatan luka yang digunakan saat ini adalah menjaga kelembaban area luka. Luka yang
lembab akan dapat mengaktivasi berbagai growt factor yang berperan dalam proses penutupan
luka, antara lain TGF beta 1-3, PDGF, TNF, FGF dan lain sebagainya. Yang perlu diperhatikan adalah
durasi waktu dalam memberikan kelembapan pada luka sehingga resiko terjadinya infeksi dapat
diminimalkan. Selain itu prinsip ini juga tidak menghambat aliran oksigen, nitrogen dan unsur-unsur
penting lainnya serta merupakan wadah terbaik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan
replikasi secara optimal, sehingga dianggap prinsip ini sangat efektif untuk penyembuhan luka. Hal
ini akan berdampak pada layanan keperawatan, meningkatkan kepuasan pasien serta
memperpendek lama hari perawatan. Namun demikian, prinsip ini belum diterapkan di semua
rumah sakit di seluruh Indonesia.

c. Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja dengan Peer Group


Remaja merupakan masa dimana fungsi reproduksinya mulai berkembang, hal ini akan berdampak
pada perilaku seksualnya. Salah satu perilaku seksual yang rentan akan memberikan dampak
terjadinya HIV-AIDS yaitu seks bebas. Saat ini sedang dikembangkan model ”peer group” sebagai
salah satu cara dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan remaja akan kesehatan
reproduksinya dengan harapan suatu kelompok remaja akan dapat mempengaruhi kelompok remaja
yang lain. Metode ini telah diterapkan pada lembaga pendidikan, baik oleh Depkes maupun lembaga
swadaya masyarakat. Adapun angka kejadian AIDS pada kelompok remaja hingga Juni 2008 adalah
sebesar 429 orang dan 128 orang remaja mengidap AIDS/IDU. Hal ini akan sangat mengancam masa
depan bangsa dan negara ini. Diharapkan dengan metode Peer Group dapat menurunkan angka
kejadian, karena diyakini bahwa kelompok remaja ini lebih mudah saling mempengaruhi.

d. Program sertifikasi perawat keahlian khusus


Bermacam-macam program sertifikasi saat ini mulai berkembang dalam tatanan layanan
keperawatan, khususnya pada bidang keperawatan medikal bedah misalnya sertifikasi perawat luka
oleh INETNA, sertifikasi perawat anastesi, perawat emergency, perawat hemodialisa, perawat ICU,
perawat ICCU, perawat instrument OK. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah standarisasi setiap
sertifikasi sudah sesuai dengan kompetensi perawat profesional karena menurut analisa kami
program tersebut berjalan sendiri-sendiri tanpa arahan yang jelas dari organisasi profesi dan
terkesan hanya proyek dari lembaga-lembaga tertentu saja.

e. Hospice Home Care


Hospice home care adalah perawatan pasien terminal yang dilakukan di rumah setelah dilakukan
perawatan di rumah sakit, dimana pengobatan sudah tidak perlu dilakukan lagi. Bidang garapnya
meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual yang bertujuan dalam memberikan dukungan fisik dan psikis,
dukungan moral bagi pasien dan keluarganya, dan juga memberikan pelatihan perawatan praktis. Di
Indonesia, metode perawatan ini di bawah pengelolaan Yayasan Kanker Indonesia. Sedangkan di
beberapa rumah sakit yang lain program ini sudah dikembangkan, namun belum dilakukan secara
legal.

f. One Day Care


Merupakan sistem pelayanan kesehatan dimana pasien tidak memerlukan perawatan lebih dari satu
hari. Setelah menjalani operasi pembedahan dan perawatan, pasien boleh pulang. Biasanya
dilakukan pada kasus minimal. Berdasarkan hasil analisis beberapa rumah sakit, di Indonesia
didapatkan bahwa metode one day care ini dapat mengurangi lama hari perawatan sehingga tidak
menimbulkan penumpukkan pasien pada rumah sakit tersebut dan dapat mengurangi beban kerja
perawat. Hal ini juga dapat berdampak pada pasien dimana biaya perawatan dapat ditekan
seminimal mungkin.

g. Klinik HIV
Saat ini mulai berkembang klinik HIV di beberapa Rumah Sakit pemerintah maupun swasta. Hal ini
dilakukan dalam usaha mendeteksi dini akan HIV dan mencegah penyebaran HIV di masyarakat.
Target penderita adalah kelompok masyarakat dengan resiko tinggi, misalnya pekerja sex, penderita
HIV-AIDS, remaja, kelompok IDU (injection drug use). Klinik ini masih terbatas dikembangkan
dibeberapa rumah sakit saja. Hal ini disebabkan karena kurangnya persiapan tenaga yang kompeten
dalam bidang tersebut serta sarana dan prasarana yang masih minimal. Selain itu masyarakat masih
belum siap untuk memanfaatkan klinik ini, karena ada stigma dimasyarakat masih menganggap
bahwa penyakit ini adalah penyakit kutukan dan harus dikucilkan. Namun demikian, dalam praktik
nyata, telah ada wadah khusus dari Depkes RI untuk menjaring pengidap HIV/AIDS oleh VCT
(Voluntary Counselling and Testing). Usaha ini telah berhasil menjaring sejumlah pengidap AIDS
dimana hingga bulan Juni 2008 telah terdeteksi 12.686 (Depkes, 2008). Dari sejumlah pasien ini,
apabila diibaratkan dengan fenomena gunung es, maka sebenarnya disekeliling kita sudah terdapat
banyak pasien dengan HIV/AIDS.

h. Klinik Rawat Luka


Saat ini mulai bermunculan klinik rawat luka yang dikelola oleh sekelompok perawat yang minat
dalam perawatan luka. Klinik ini tidak lepas dari kolaborasi dokter-ners. Sifat layanannya dapat
berupa home visit atau pasien berkunjung ke klinik secara langsung.

i. Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan


Sejak diakuinya perawat sebagai profesi yang profesional, saat ini mulai bermunculan organisasi
profesi perawat kekhususan dalam keperawatan medikal bedah, misalnya HIPKABI (Himpunan
Perawat Kamar Bedah Indonesia), InETNA (Indonesia Enterostomal Therapy Nursing Association),
IOA (Indonesia Ostomy Association), dan sebagainya. Hal ini akan menjadi sarana bagi perawat
untuk mengembangkan dirinya menjadi lebih profesional dalam bidang garapan tertentu, namun
demikian akan timbul permasalahan karena jenis keperawatan akan menjadi lebih bervariasi dan
berdampak lebih luas pada organisasi keperawatan lebih luas karena akan terkesan terpetak-petak.
Selain itu standar dari masing-masing kekhususnan belum jelas.

j. Pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup
Keperawatan Medikal Bedah
Kegiatan-kegiatan penelitian diklinik akan mendukung kualitas pelayanan keperawatan dalam
mendukung sistem pelayanan kesehatan. Kegiatan tersebut meliputi membentuk komite riset,
menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah, kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya dan
pendidikan berkelanjutan. Akan tetapi pelaksanaan di Indonesia belum maksimal. Hal ini dibuktikan
dengan minimnya kegiatan ilmiah keperawatan di rumah sakit, hasil penelitian jarang
didiseminasikan dan dimanfaatkan untuk pengembangan praktik klinis keperawatan.

3.2 Isue Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia


a. Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka.
Beberapa klinisi menganjurkan pemakaian tap water untuk mencuci awal tepi luka sebelum
diberikan NaCl 0,9 %. Hal ini dilakukan agar kotoran-kotoran yang menempel pada luka dapat
terbawa oleh aliran air. Kemudian dibilas dengan larutan povidoneiodine yang telah diencerkan dan
dilanjutkan irigasi dengan NaCl 0,9%. Akan tetapi pemakaian prosedur ini masih menimbulkan
beberapa kontroversi karena kualitas tap water yang berbeda di beberapa tempat dan keefektifan
dalam pengenceran betadine.

b. Belum ada dokumentasi keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit
mengunakan versi atau modelnya sendiri-sendiri.

c. Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter


Ada beberapa pendapat bahwa perawatan luka adalah kewenangan medis, akan tetapi dalam
kenyataannya yang melakukan adalah perawat sehingga dianggap sebagai area abu-abu. Apabila
ditinjau dari bebarapa literatur, perawat mempunyai kewenangan mandiri sesuai dengan seni dan
keilmuannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kerusakan integritas
kulit.

c. Euthanasia: suatu issue kontemporer dalam keperawatan.


Saat ini mulai terdengar istilah euthanasia, baik aktif maupun pasif. Euthanasia aktif merupakan
tindakan yang sengaja dilakukan untuk membuat seseorang meninggal. Sedangkan euthanasia pasif
adalah tindakan mengurangi ketepatan dosis pengobatan, penghilangan pengobatan sama sekali
atau tindakan pendukung lainnya yang dapat mempercepat kematian seseorang. Batas keduanya
kabur, bahkan merupakan sesuatu yang tidak relevan. Di Nederland euthanasia sudah dalam proses
untuk dilegalisasi. Dikatakan bahwa 72% dari populasi lebih cenderung untuk menjadi relawan
euthanasia aktif. Dalam praktik nyata, masyarakat telah melegalkan euthanasia pasif terutama
dalam proses aborsi. Diyakini bahwa 30 tahun yang akan datang, euthanasia akan bergeser dari
sesuatu yang ”samar-samar” menjadi sesuatu yang legal. Dalam hal ini, perawat berada dalam posisi
yang sangat baik untuk mengkajinya secara lebih obyektif, sehingga akan menjadi kesempatan
terbaik bagi perawat untuk mengambil bagian terlibat aktif dalam mengembangkan kebijakan-
kebijakan terkait, khususnya pada kasus keperawatan medikal bedah.

d. Pengaturan sistem tenaga kesehatan


Sistem tenaga kesehatan di Indonesia saat ini belum tertata dengan baik, pemerintah belum
berfokus dalam memberikan keseimbangan hak dan kewajibaan antar profesi kesehatan. Rasio
penduduk dengan tenaga kesehatan pada tahun 2003 menunjukkan perawat 108,53, bidan 28,40
dan dokter 17,47 per 100.000 penduduk. Berdasarkan hasil penelitian dari DEPKES menyebutkan
bahwa puskesmas belum mempunyai sistem penghargaan bagi perawat.

e. Lulusan D3 Keperawatan lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1


Dengan alasan tidak kuat menggaji lulusan S1 Keperawatan, banyak rumah sakit pemerintah dan
swasta yang menyerap lulusan D3 keperawatan. Dilihat dari jumlah formasi seleksi CPNS, jumlah S1
sedikit dibutuhkan dibandingkan D3 keperawatan. Hal ini akan berdampak pada kualitas layanan
asuhan keperawatan pada lingkup medikal bedah yang hanya berorientasi vokasional tidak
profesional.

f. Peran dan tanggung jawab yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga
implikasi di rs antara DIII, S1 dan Spesialis belum jelas terlihat.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Trend Keperawatan Medikal Bedal Bedah dan Dampaknya di Indonesia.
Beberapa trend yang terjadi dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, diantaranya adalah:
telenursing, Prinsip Moisture Balance dalam Perawatan Luka, Pencegahan HIV-AIDS pada Remaja
dengan Peer Group, Program sertifikasi perawat keahlian khusus, Hospice Home Care, One Day Care,
Klinik HIV, Klinik Rawat Luka, Berdirinya organisasi profesi keperawatan kekhususan, Pengembangan
Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit dalam Lingkup Keperawatan Medikal
Bedah. Disadari bahwa semua trend tersebut belum seutuhnya diterapkan dalam pelayanan
keperawatan di seluruh Indonesia.
b. Isu dalam Keperawatan Medikal Bedah dan Dampaknya di Indonesia
Beberapa isue yang berkembang dalam Keperawatan Medikal Bedah di Indonesia, antara lain:
Pemakaian tap water (air keran) dan betadine yang diencerkan pada luka, Belum ada dokumentasi
keperawatan yang baku sehingga setiap institusi rumah sakit mengunakan versi atau modelnya
sendiri-sendiri, Prosedur rawat luka adalah kewenangan dokter, Euthanasia: suatu issue
kontemporer dalam keperawatan, Pengaturan sistem tenaga kesehatan, Lulusan D3 Keperawatan
lebih banyak terserap di Rumah sakit pemerintah dibandingkan S1, dan Peran dan tanggung jawab
yang belum ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan sehingga implikasi di rs antara DIII, S1 dan
Spesialis belum jelas terlihat.
4.2 Saran
a. Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai trend dan isu
keperawatan medikal bedah di Indonesia sehingga dapat dikembeangkan dalam tatanan layanan
keperawatan.
b. Diharapkan agar perawat bisa menindaklanjuti trend dan isu tersebut melalui kegiatan riset
sebagai dasar untuk pengembangan Evidence Based Nursing Practice di Lingkungan Rumah Sakit
dalam Lingkup Keperawatan Medikal Bedah.

Anda mungkin juga menyukai