Anda di halaman 1dari 8

AUDIT KEPERAWATAN

A. pengertian
Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini cukup penting karena kekurangan dalam
pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan nyawa klien.
Di samping itu, tuntutan akan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu semakin meningkat
dengan meningkatnya pengetahuan masarakat dan kesadaran tentang kesehatannya. Agar
terhindar dari tuntutan itu, perawat dituntut untuk memberikan pelayanan kepada klien sesuai
dengan standar profesi yang berlaku serta memuaskan klien.

Pengertian menurut GILLIES (1994)


Adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang proses keperawatan/hasil asuhan
keperawatan pada pasien untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan tindakan keperawatan
akan bertanggung jawab hal ini akan meningkatkan akuntabilitas dari perawat.

TUJUAN AUDIT KEPERAWATAN


Mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan
Menetapkan kelengkapan dan keakuratan pencatatan asuhan keperawatan.

MANFAAT AUDIT KEPERAWATAN UNTUK TINGKAT MANAJEMEN (1)


1. Administrator
a. Memberikan evaluasi program tertentu
b. Mendukung permintaan untuk akreditasi
c. Melandasi perencanaan program baru oleh
perubahan
d. Memungkinkan identifikasi kekuatan dan
kelemahan
e. Menentukan pengaruh pola ketenagaan
f. Sebagai data pengkajian efisiensi

2. Supervisor
a. Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
b. Memberikan landasan rencana diklat
c. Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.

3. Kepala Ruangan dan Perawat Pelaksana


a. Introspeksi dan evaluasi diri
b. Identifikasi jenis asuhan keperawatan
c. Identifikasi kebutuhan tambahan pengetahuan

LINGKUP AUDIT KEPER AWATAN


1. Audit Struktur
Berfokus pada tempat dimana pemberian askep dilaksanakan
a. Fasilitas
b. Peralatan
c. Petugas
d. Organisasi, prosedur dan pencatatan pelaporan

1
2.Audit Proses
Merupakan penilaian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan apakah dilaksanakan sesuai
standar.
Proses audit menggunakan pendekatan retrospektif yaitu dengan mengukur kualitas asuhan
keperawatan setelah pasien pulang atau setelah beberapa pasien dirawat (Swansbrug, 1990)

3.Audit Hasil
Dapat dilakukan secara Concurrent atau Retrospective yang berdasarkan konsep HENDERSON
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan akan menghasilkan
Kebutuhan pasien terpenuhi
Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
Pasien memiliki keterampilan dan kemampuan
Pasien memiliki motivasi

B. Pengelolaan Audit Keperawatan


Proses Audit Keperawatan
Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan yang akan digunakan
Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
Tentukan standar dan kriteria
Susun instrumen evaluasi
Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
Analisa data
Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan

Metode Audit Keperawatan:


Ada dua metode:
a. Pandangan retrospektif - ini mengacu pada penilaian yang mendalam kualitas setelah pasien
telah habis, memiliki pasien grafik untuk sumber data.
Audit retrospektif adalah metode untuk mengevaluasi kualitas asuhan keperawatan dengan
memeriksa asuhan keperawatan seperti yang tercermin dalam catatan perawatan pasien untuk
pasien habis. Dalam hal ini jenis audit perilaku khusus yang dijelaskan maka mereka diubah
menjadi pertanyaan dan pemeriksa mencari jawaban dalam catatan. Misalnya pemeriksa terlihat
melalui catatan pasien dan bertanya:
a. Adalah proses pemecahan masalah yang digunakan dalam perencanaan asuhan keperawatan?
b. Apakah data pasien dikumpulkan secara sistematis?
c. Apakah deskripsi pra-rumah sakit pasien rutinitas disertakan?
d. Hasil tes laboratorium yang digunakan dalam perencanaan perawatan?
e. Apakah perawat melakukan penilaian fisik? Bagaimana informasi yang digunakan?
f. Apakah diagnosis keperawatan menyatakan?
g. Apakah perintah menulis perawat keperawatan? Dan seterusnya.
b. Tinjauan bersamaan - ini mengacu pada evaluasi yang dilakukan atas nama pasien yang masih
menjalani perawatan. Ini meliputi penilaian pasien di samping tempat tidur dalam kaitannya
dengan pra-ditentukan kriteria, mewawancarai staf yang bertanggung jawab untuk perawatan ini
dan meninjau catatan pasien dan rencana perawatan.

Metode untuk Mengembangkan Kriteria:


1. Tentukan populasi pasien.
2. Mengidentifikasi kerangka waktu untuk mengukur hasil perawatan,
2
3. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang biasa berulang disajikan oleh populasi pasien
yang ditetapkan,
4. Kriteria hasil pasien Negara,
5. Negara dapat diterima tingkat pencapaian tujuan,
6. Tentukan sumber informasi.
7. Desain dan jenis alat
a. Jaminan kualitas harus menjadi prioritas,
b. Mereka yang bertanggung jawab harus menerapkan program tidak hanya alat,
c. Sebuah koordinator harus mengembangkan dan mengevaluasi kegiatan jaminan kualitas,
d. Peran dan tanggung jawab harus disampaikan,
e. Perawat harus diinformasikan tentang proses dan hasil program,
f. Data harus dapat diandalkan,
g. Orientasi memadai pengumpulan data adalah penting,
h. Kualitas data harus disetahunkan dan digunakan oleh personil keperawatan di semua tingkat..
Untuk mengetahui kesesuaian standar profesi tersebut perlu dilakukan penilaian secara
objektif (audit keperawatan) secara berkala, dimana hasilnya dapat digunakan sebagai bahan
kajian untuk penyempurnaan seluruh sistem pelayanan keperawatan di rumah sakit. Agar dapat
melakukan audit keperawatan maka tenaga keperawatan perlu untuk ditingkatkan pengetahuan dan
ketrampilan melalui Pelatihan Audit Keperawatan.
Langkah-langkah dalam melaksanakan audit keperawatan
Menentukan masalah tertentu untuk dipelajari dan diulas.
Menentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, obyektif dan rinci
Mempelajari catatan keperawatan dan catatan medik
Para perawat mempelajari kasus yang tidak memenuhi kriteria, dianalisis, didiskusikan
kemungkinan penyebabnya.
Membuat rekomendasi penanganan kasus yang tidak memenuhi kriteria.
Membuka lagi topik yang sama di lain waktu, misalnya setelah 6 bulan kemudian, untuk
menilai dan meyakinkan bahwa kelemahan/ kekurangan yang diidentifikasi telah
diperbaiki dan tidak diulang kembali.
Perlu dipastikan bahwa audit keperawatan ini bukan acara pengadilan dari kekurangan
pelayanan yang ada tetapi bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.

PELAKSANAAN PROSES AUDIT HASIL:


Identifikasi kesenjangan
Analisa penyebab
Tindakan perbaikan:
a. Menyusun rencana
b. Implementasi
Kaji tindakan keberhasilan, tindakan kebaikan
Proses Audit Keperawatan
Tentukan aspek yang akan dievaluasi dan pendekatan yang akan digunakan
Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan
Tentukan standar dan kriteria
Susun instrumen evaluasi
Tentukan jumlah sampel dan lamanya waktu penilaian
Kumpulkan data dan susun data serta penilaiannya
Analisa data
Buat kesimpulan tingkat mutu aspek yang dinilai
Identifikasi kekurangan dan tentukan langkah perbaikan

3
PENILAIAN KINERJA PERAWAT
A. Pengertian
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat
dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (swanburg,1987). Proses penilain
kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan prilaku pegawai dalam rangka
menghasilkan jasa kperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat
menggunakan proses aprassial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten.
Sementara Asad, (2003) mendefinisikan kinerja sebagai keberhasilan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
Sedangkan Yaslis Ilyas (2002) yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan hasil
kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja
perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan
agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.

Pengertian Kinerja Perawat


Kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk
pekerjan yang bersangkutan dan Kinerja perawat yaitu prilaku kerja yang ditampilkan oleh
seseorang yang didasari oleh motivasi dan prilaku seorang perawat ( Asad,1984 ).
Menurut Mangkunegara (2000,67) Kinerja berasal dari kata job performance atau actual
performance (Prestasi kerja atau prestasi sesunguhnya yang dicapai oleh seseorang) dan kinerja
(prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kwantitas yang di capai seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

B. Prinsip-Prinsip Penilaian
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer
sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu:
1) Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah
laku untuk posisi yang ditempati (Rombert, 1986 dikutip Gillies , 1996). Karena diskripsi kerja
dan sstandar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama masa orientasi sebagai tujuan yang
harus diusahakan, pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan sasaran-sasaran
yang sama.
1

2) Sample tingkah laku perawat yang cukup representatiif sebaiknya diamati dalam rangka
evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian haarus diberikan untuk mengevaluasi tingkah laku
konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
3) Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanan kerja, dan bentuk
evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga baik perawat maupun
supervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja yang sama.
4) Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya menunjukan
segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa memuaskan dan perbaikan apa yang diperlukan.
Supervisor sebaknya merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingah laku yang
memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat menjelaskan dasar-dasar komentar
yang bersifat evaluative.
5) Jika diperlukan, manajar sebaiknya menjelaskan area mana yang akan diprioritaskan
seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
6) Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perwat dan manajer,
diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi keduanya.

4
7) Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaik nya disusun denga terencana sehingga
perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa (Simpson, 1985).
Seorang pegawai dapat bertahan dari kecamatan seorang manajer yang menunjukan
pertimbangan atas perasaanya serta menawarkan bantuan untuk menigkatkan pelaksanaan
kerjanya.

C. Manfaat Yang Dapat Dicapai Dalam Penilaian Kerja


Manfaat penilaian kerja dapat dijabarkan menjadi 6, yaitu:
1) Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok dengan memberikan
kesempatan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian
tujuan pelayanan RS.
2) Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada gilirannya akan
mempengaruhi atau mendorong SDM secara keseluruhannya.
3) Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan meningkatakan hasil karya
dan prestasi dengan cara memberikan umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.
4) Membantu RS untuk dapat menyusun program pengembangan dan pelatihan staf yang lebih
tepat guna. Sehingga RS mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan
pelayanan keperawatan dimasa depan.
5) Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja dengan meningkatkan
gajinya atau system imbalan yang baik.
6) Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan perasaannya tentang
pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga
dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.
Dengan manfaat tersebut diatas maka dapat diidentifikasi siapa saja staf yang mempunyai
potensi untuk dikembangkan karirnya dapat dicalonkan untuk menduduki jabatan serta tanggung
jawab yang lebih besar pada masa yang akan dating atau mendapatkan imbalan yang lebih baik.
Sedangkan bagi karyawan yang terhambat disebabkan karena kemauannya serta motivasi dan
sikap yang kurang baik maka perlu diberikan pembinaan berupa teguran atau konseling oleh
atasannya langsung.

D. Proses Kegiatan Penilaian Kerja


Penilaian prestasi kerja merupakan suatu pemikiran sistematis atas individu karyawan
mengenai prestasinya dalam pekerjaannya dan potensinya untuk pengembangan (Dale S. beach,
1970, p257 alih bahasa Achmad S 2001).
Proses kegiatan meliputi:
1) Merumuskan tanggung jawab dan tugas apa yang harus dicapai oleh staf keperawatan.
Rumusan tersebut telah disepakati oleh atasannya sehingga langkah perumusan tersebut dapat
memberikan konstribusi berupa hasil.
2) Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan untuk
kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang telah ditetapkan.
3) Melakukan monitoring, koreksi dan memberikan kesempatan serta bantuan yang diperlukan
oleh stafnya.
4) Menilai prestasi kerja staf dengan cara membandingkan prestasi yang dicapai dengan
standar atau tolak ukur yang telah ditetapkan.
5) Memberikan umpan balik kepada staf/karyawan yang dinilai.
Dalam proses pemberian umpan balik ini atasan dan bawahan perlu membicarakan cara-cara
untuk memperbaiki kelemahan yang telah diketahui untuk meningkatkan prestasi pada periode
berikutnya.

5
E. Alat Ukur
Berbagai macam alat ukur telah digunakan dalam penelitian pelaksanaan kerja karyawan
keperawatan. Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya dirancang untuk mengurangi bias,
meningkatkan objektifitas serta menjamin keabsaan dan ketahanan. Setiap supervisor
menunjukan beberapa tingkatan bias dalam evaluasi kerja bawahan. Beberapa supervisor
biasanya menilai pelaksanaan kerja perawat laki-laki terlalu tinggi dan beberapa supervisor yang
lain biasanya juga mermehkan pelaksanaan kerja perawat asing. Beberapa diantaranya menaksir
terlalu tinggi pengetahuan dan keterampilan dari setiap perawat itu sangat menarik, termassuk
juga dalam hal kerapian dan kesopanan.
Objektifitas, yaitu kemampuan untuk mengalihkan diri sendiri secara emosional dari suatu
keadaan untuk mempertimbangkan fakta tapa adanya penyimpangan oleh perasaan pribadi.
Keabsahan diartikan sebagai tingkatan alat mengukur pokok isi serta apa yang harus diukur. Alat
pengukur yang digunakan dalam menilaian pelaksanaan kerja dan tugas-tugas yang ada dalam
diskripsi kerja dari kepala perwat perlu dirinci satu demi satu dan dilaksanakan secara akurat.
Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum digunakan ada lima yaitu: laporan
bebas, pengurutan yang sederhana, checklist pelaksanaan kerja, penilaian grafik,dan
perbandingan pilihan dibuat-buat (Henderson, 1984).
1) Laporan tanggapan bebas
Pemimpin atau atasan diminta memberikan komentar tentang kullitas pelaksanaan kerja bawahan
dalam jangka waktu tertentu. Karen tidak adnya petunjuk yang harus dievaluasi, sehingga
penilaian cendrung menjadi tidak sah. Alat ni kurang objektfi karena mengabaiikan satu atau
lebih aspek penting, dimana penilaian hanya berfokus pada salah satu aspek.
2) Checklist pelaksanaan kerja
Checklist terdiri dari daftar kriteria pelaksanaan kerja untuk tugas yang paling penting dalam
deskripsi kerja karyawan, dengan lampiran formulir dimana nilai dapat menyatakan apakah
bawahan dapat memperlihatkan tingkah laku yang diinginkan atau tidak.

F. Standar Instrumen Penilaian Kerja Perawat Dalam Melakasankan Asuhan


Keperawatan Kepada Klien
Dalam penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada klien digunakan standar praktik
keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keparawatan.
Standar praktik keperawatan oleh PPNI (2000) yang mengacu dalam tahapan proses
keperawatan, yang meliputi: (1) pengkajian, (2) diagnosa keperawatan, (3) perencanaan, (4)
implementasi, (5) evaluasi.
1. Standar I: pengkajian keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh,
akurat, singkat dan berkesinambungan.
Kriteria pengkajian keperawatan:
a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik serta
dari pemerikasaan penunjang.
b. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang yang yang terkait, tim kesehatan, rekam
medis dan catatan lain.
c. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:
(1) Status kesehatan klien masa lalu.
(2) Status kesehatan klien saat ini.
(3) Status biologis-psikologis-sosial-spiritual.
(4) Respon terhadap terapi.
(5) Harapan terahdap tingkat kesehatan yang optimal.
(6) Resiko-resiko tinggi masalah.

6
2. Standar II: diagnose keperawatan.
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnose keperawatan.
Adapun kriteria proses;
a. Proses diagnose terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan
perumusan diagnose keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E) dan tanda atau gejala (S),
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
c. Bekerja sama dengan klien dan petugas keseshatan lain untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
3. Standar III: perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kesehatan klien.
Kriteria prosesnya meliputi:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d. Mendokumentasi rencana keperawatan.
4. Standar IV; implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan
keperawatan.
Kriteria proses meliputi:
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri
serta membantu klien memodifikasi lingkunngan yang digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
5. Standar V: evaluasi keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan
dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan
terus menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah
pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi perencanaan.
Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan menjadi lebih
terarah. Standar adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan yang diinginkan dan
kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai.
Standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang
diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien
(Gillies, 1989).

7
G. Masalah Dalam Penilaian Pelaksanaan Kerja
Dalam penilaian pelaksanaan kerja perawat sering ditemukan berbagai permasalahan
antara lain (Gillies, 1996):
(1) Pengaruh haloeffect
Pengaruh haloeffect adalah tendensi untuk menilai pelaksanaan kerja bawahannya terlalu tinggi
karena salah satu alasan. Misalnya pegawai yang dekat dengan penilai keluarga dekat akan
mendapat nilai tinggi dan sebaliknya pegawai yang sering menyatakan pendapat yang tidak
sesuai dengan pendapat penilai akan mendapat nilai yang rendah.
(2) Pengaruh horn
Pengaruh horn adalah kecenderungan untuk menilai pegawai lebih rendah dari pelaksanaan kerja
yang sebenarnya karena alasan-alasan tertentu. Seorang pegawai yang pelaksanaan kerja diatas
tingkat rata-rata sepanjang tahun sebelumnya namun dalam beberapa hari penilaian pelaksanaan
kerja tahunannya telah melakukan kesalahan terhadap perawatan pasien atau supervisi pegawai,
cenderung menerima penilaian lebih rendah daripada sebelumnya.

H. Evaluasi Penampilan Kinerja Perawat


Jenis Alat Evaluasi yang Digunakan Untuk Menilai Kinerja Perawat
1. Motivasi : Memiliki minat untuk melanjutkan pendidikan formal minimal S1 Keperawatan;
Datang aktif dalam kegiatan kegiatan ilmiah; Wajah cerah, senyum dan bersahabat; Berjalan
tegak, cepat dan pandangan ke depan
2. Keterlibatan : Menjadi panitia kegiatan perawatan; Menjadi panitia kegiatan tingkat rumah
sakit; Menjadi team yang ada di perawatan
3. Tanggung jawab : Kesalahan identifikasi pasien; Kesalahan pemberian obat; Kejadian
pasien jatuh; Risiko Infeksi Nosokomial
4. Disiplin : Apel pagi; Jam datang; Jam pulang; Baju seragam
5. Kompetensi : Diagnosa Perawatan; Standar Operating Procedur; Rencana Kerja;
6. Loyalitas : Program rotasi; Program bidang; Program ruang; Hubungan dengan atasan
7. Tidak Tercela : Terlibat kasus etik; Complain pasien; Konflik dengan teman
8. Manajemen : Melakukan orientasi perawat baru, perawat magang dan mahasiswa; Membuat
program pengembangan staff; Melakukan penilaian kinerja; Melakukan manajemen tenaga; Rapat
koordinasi; Morning meeting; Ronde keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai