A. pengertian
Audit Keperawatan adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada klien. Hal ini cukup penting karena kekurangan dalam
pelayanan keperawatan dapat mengancam jiwa dan kehilangan nyawa klien.
Di samping itu, tuntutan akan pelayanan keperawatan yang baik dan bermutu semakin meningkat
dengan meningkatnya pengetahuan masarakat dan kesadaran tentang kesehatannya. Agar
terhindar dari tuntutan itu, perawat dituntut untuk memberikan pelayanan kepada klien sesuai
dengan standar profesi yang berlaku serta memuaskan klien.
2. Supervisor
a. Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
b. Memberikan landasan rencana diklat
c. Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.
1
2.Audit Proses
Merupakan penilaian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan apakah dilaksanakan sesuai
standar.
Proses audit menggunakan pendekatan retrospektif yaitu dengan mengukur kualitas asuhan
keperawatan setelah pasien pulang atau setelah beberapa pasien dirawat (Swansbrug, 1990)
3.Audit Hasil
Dapat dilakukan secara Concurrent atau Retrospective yang berdasarkan konsep HENDERSON
sehingga asuhan keperawatan yang diberikan akan menghasilkan
Kebutuhan pasien terpenuhi
Pasien memiliki pengetahuan untuk memenuhi kebutuhannya
Pasien memiliki keterampilan dan kemampuan
Pasien memiliki motivasi
3
PENILAIAN KINERJA PERAWAT
A. Pengertian
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat
dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas (swanburg,1987). Proses penilain
kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan prilaku pegawai dalam rangka
menghasilkan jasa kperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat
menggunakan proses aprassial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam memilih, melatih,
bimbingan perencanaan karir, serta pemberian penghargaan kepada perawat yang berkompeten.
Sementara Asad, (2003) mendefinisikan kinerja sebagai keberhasilan seseorang dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
Sedangkan Yaslis Ilyas (2002) yang dimaksud dengan kinerja adalah penampilan hasil
kerja pegawai baik secara kuantitas maupun kualitas. Kinerja dapat berupa penampilan kerja
perorangan maupun kelompok. Kinerja organisasi merupakan hasil interaksi yang kompleks dan
agregasi kinerja sejumlah individu dalam organisasi.
B. Prinsip-Prinsip Penilaian
Menurut Gillies (1996), untuk mengevaluasi bawahan secara tepat dan adil, manajer
sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu:
1) Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja orientasi tingkah
laku untuk posisi yang ditempati (Rombert, 1986 dikutip Gillies , 1996). Karena diskripsi kerja
dan sstandar pelaksanaan kerja disajikan ke pegawai selama masa orientasi sebagai tujuan yang
harus diusahakan, pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi berkenaan dengan sasaran-sasaran
yang sama.
1
2) Sample tingkah laku perawat yang cukup representatiif sebaiknya diamati dalam rangka
evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian haarus diberikan untuk mengevaluasi tingkah laku
konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
3) Perawat sebaiknya diberi salinan deskripsi kerjanya, standar pelaksanan kerja, dan bentuk
evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan evaluasi sehingga baik perawat maupun
supervisor dapat mendiskusikan evaluasi dari kerangka kerja yang sama.
4) Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja pegawai, manajer sebaiknya menunjukan
segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa memuaskan dan perbaikan apa yang diperlukan.
Supervisor sebaknya merujuk pada contoh-contoh khusus mengenai tingah laku yang
memuaskan maupun yang tidak memuaskan supaya dapat menjelaskan dasar-dasar komentar
yang bersifat evaluative.
5) Jika diperlukan, manajar sebaiknya menjelaskan area mana yang akan diprioritaskan
seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan pelaksanaan kerja.
6) Pertemuan evaluasi sebaiknya dilakukan pada waktu yang cocok bagi perwat dan manajer,
diskusi evaluasi sebaiknya dilakukan dalam waktu yang cukup bagi keduanya.
4
7) Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaik nya disusun denga terencana sehingga
perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya sedang dianalisa (Simpson, 1985).
Seorang pegawai dapat bertahan dari kecamatan seorang manajer yang menunjukan
pertimbangan atas perasaanya serta menawarkan bantuan untuk menigkatkan pelaksanaan
kerjanya.
5
E. Alat Ukur
Berbagai macam alat ukur telah digunakan dalam penelitian pelaksanaan kerja karyawan
keperawatan. Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya dirancang untuk mengurangi bias,
meningkatkan objektifitas serta menjamin keabsaan dan ketahanan. Setiap supervisor
menunjukan beberapa tingkatan bias dalam evaluasi kerja bawahan. Beberapa supervisor
biasanya menilai pelaksanaan kerja perawat laki-laki terlalu tinggi dan beberapa supervisor yang
lain biasanya juga mermehkan pelaksanaan kerja perawat asing. Beberapa diantaranya menaksir
terlalu tinggi pengetahuan dan keterampilan dari setiap perawat itu sangat menarik, termassuk
juga dalam hal kerapian dan kesopanan.
Objektifitas, yaitu kemampuan untuk mengalihkan diri sendiri secara emosional dari suatu
keadaan untuk mempertimbangkan fakta tapa adanya penyimpangan oleh perasaan pribadi.
Keabsahan diartikan sebagai tingkatan alat mengukur pokok isi serta apa yang harus diukur. Alat
pengukur yang digunakan dalam menilaian pelaksanaan kerja dan tugas-tugas yang ada dalam
diskripsi kerja dari kepala perwat perlu dirinci satu demi satu dan dilaksanakan secara akurat.
Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum digunakan ada lima yaitu: laporan
bebas, pengurutan yang sederhana, checklist pelaksanaan kerja, penilaian grafik,dan
perbandingan pilihan dibuat-buat (Henderson, 1984).
1) Laporan tanggapan bebas
Pemimpin atau atasan diminta memberikan komentar tentang kullitas pelaksanaan kerja bawahan
dalam jangka waktu tertentu. Karen tidak adnya petunjuk yang harus dievaluasi, sehingga
penilaian cendrung menjadi tidak sah. Alat ni kurang objektfi karena mengabaiikan satu atau
lebih aspek penting, dimana penilaian hanya berfokus pada salah satu aspek.
2) Checklist pelaksanaan kerja
Checklist terdiri dari daftar kriteria pelaksanaan kerja untuk tugas yang paling penting dalam
deskripsi kerja karyawan, dengan lampiran formulir dimana nilai dapat menyatakan apakah
bawahan dapat memperlihatkan tingkah laku yang diinginkan atau tidak.
6
2. Standar II: diagnose keperawatan.
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnose keperawatan.
Adapun kriteria proses;
a. Proses diagnose terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan
perumusan diagnose keperawatan.
b. Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E) dan tanda atau gejala (S),
atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
c. Bekerja sama dengan klien dan petugas keseshatan lain untuk memvalidasi diagnosa
keperawatan.
d. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
3. Standar III: perencanaan keperawatan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kesehatan klien.
Kriteria prosesnya meliputi:
a. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
b. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.
c. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.
d. Mendokumentasi rencana keperawatan.
4. Standar IV; implementasi
Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan
keperawatan.
Kriteria proses meliputi:
a. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
b. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain.
c. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.
d. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri
serta membantu klien memodifikasi lingkunngan yang digunakan.
e. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
5. Standar V: evaluasi keperawatan
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan dalam pencapaian tujuan
dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Adapun kriteria prosesnya:
a. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan
terus menerus.
b. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan kearah
pencapaian tujuan.
c. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat.
d. Bekerjasama dengan klien keluarga untuk memodifikasi perencanaan.
Dengan standar asuhan keperawatan tersebut, maka pelayanan keperawatan menjadi lebih
terarah. Standar adalah pernyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan yang diinginkan dan
kualitas struktur, proses, atau hasil yang dapat dinilai.
Standar pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif mengenai kualitas pelayanan yang
diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diberikan pada pasien
(Gillies, 1989).
7
G. Masalah Dalam Penilaian Pelaksanaan Kerja
Dalam penilaian pelaksanaan kerja perawat sering ditemukan berbagai permasalahan
antara lain (Gillies, 1996):
(1) Pengaruh haloeffect
Pengaruh haloeffect adalah tendensi untuk menilai pelaksanaan kerja bawahannya terlalu tinggi
karena salah satu alasan. Misalnya pegawai yang dekat dengan penilai keluarga dekat akan
mendapat nilai tinggi dan sebaliknya pegawai yang sering menyatakan pendapat yang tidak
sesuai dengan pendapat penilai akan mendapat nilai yang rendah.
(2) Pengaruh horn
Pengaruh horn adalah kecenderungan untuk menilai pegawai lebih rendah dari pelaksanaan kerja
yang sebenarnya karena alasan-alasan tertentu. Seorang pegawai yang pelaksanaan kerja diatas
tingkat rata-rata sepanjang tahun sebelumnya namun dalam beberapa hari penilaian pelaksanaan
kerja tahunannya telah melakukan kesalahan terhadap perawatan pasien atau supervisi pegawai,
cenderung menerima penilaian lebih rendah daripada sebelumnya.