PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sesuai dengan visi Rumah Sakit Citra Sari Husada Kota Karawang yaitu menjadi
pusat pelayanan kesehatan keluarga yang komprehensif dengan mengutamakan
profesionalisme, untuk itu Rumah Sakit Citra Sari Husada melakukan kegiatan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien yang sesuai dengan standar akreditasi SNARS Edisi 1.
Kegiatan ini dilakukan di setiap unit kerja atau instalasi terkait untuk mengukur kinerja
pelayanan RS dan sebagai manajemen kontrol untuk mendukung pengambilan keputusan.
Program peningkatan mutu dan keselamatan pasien Rumah Sakit Citra Sari Husada
menetapkan indikator rumah sakit yang sesuai dengan standar Quality Improvement and
Patient Safety (QIPS) dari SNARS Edisi 1. Berdasarkan standar PMKP 11, Rumah sakit
telah membuat rencana perbaikan terhadap mutu dan keselamatan berdasarkan hasil
capaian mutu.
Laporan triwulan II (Periode April – Juni) tahun 2019 ini dibuat untuk mengevaluasi
perkembangan antara data hasil pemantauan indikator mutu yang diambil oleh instalasi
atau unit kerja dari tahun sebelumnya, yang kemudian akan dibandingkan dengan laporan
triwulan I tahun 2019. Dalam laporan tersebut, terdapat langkah rencana perbaikan mutu
yang diharapkan dapat menimbulkan peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
Selain itu, pada laporan triwulan ini, juga akan menampilkan progres program kerja
Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) RS Citra Sari Husada selama
satu semester dari Bulan Januari sampai dengan Bulan Juni 2019. Pada tahun 2019 ini,
Komite PMKP mempunyai program sebanyak 10 program kerja.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui rencana perbaikan mutu pelayanan dan penerapan keselamatan
pasien di RS Citra Sari Husada.
2. Tujuan Khusus
Dievaluasinya rencana perbaikan peningkatan mutu RS Citra Sari Husada melalui
pemantauan indikator mutu kunci yang telah ditetapkan berdasarkan standar PMKP 5
tahun 2019 di tiap – tiap unit dan instalasi yang terkait.
BAB II
PROGRES PROGRAM KERJA KOMITE PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN
RS CITRA SARI HUSADA TAHUN 2019
A. Kegiatan Pokok
Kegiatan pemantauan indikator mutu Triwulan III tahun 2019 di mulai dari bulan
Juli sampai dengan bulan September 2019. Adapun indikator mutu yang dipantau adalah
sebagai berikut :
Indikator di Area Klinik (IAK), adalah sebagai berikut terdiri dari 5 komponen IAK.
Indikator di Area Manajemen (IAM), adalah sebagai berikut terdiri dari 3 komponen
IAM.
B. Rincian Kegiatan
1. Menetapkan rencana kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien di RS Citra
Sari Husada, sesuai dengan Keputusan Direktur.
2. Melakukan sosialisasi Komite Mutu dan Keselamatan Pasien, Kebijakan, Pedoman,
Panduan, dan Program Kerja seluruh kegiatan Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien di RS Citra Sari Husada.
3. Melakukan pemantauan indikator mutu secara berkesinambungan.
4. Melakukan validasi data pemantauan indikator mutu area klinis, area manajemen,
serta area sasaran keselamatan pasien.
5. Melakukan tabulasi terhadap data hasil pemantauan indikator mutu.
6. Melakukan penyampaian hasil pemantauan indikator mutu oleh masing-masing
bagian/unit.
7. Melakukan pembandingan data dengan rumah sakit lainnya.
Jumlah indikator mutu prioritas yang dipantau selama bulan Januari sampai dengan Maret ada 15 indikator yang terdiri dari 6 indikator mutu area klinis, 3 indikator mutu
area manajemen, dan 6 indikator mutu area sasaran keselamatan pasien. Tidak semua indikator mutu yang dipantau mencapai target atau sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan. Indikator mutu tersebut tetap dilanjutkan dalam pengumpulan dan analisis datanya sampai triwulan ke empat tahun 2019.
Penyebab indikator yang tidak mencapai target di duga antara lain PDCA terhadap indikator mutu unit yang belum mencapai target belum dilaksanakan, kurangnya
supervisi serta monitoring terhadap pelaksanaan kegiatan. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan motivasi unit kerja untuk melaksanakan pengumpulan data dan pelaporan
indikator mutu unit kerja serta melaksanakan koordinasi setiap bulan dengan unit/instalasi untuk membahas indikator masing – masing yang belum mencapai target.
Secara keseluruhan, pelaporan hasil indikator mutu terbagi menjadi dua, yaitu pencapaian indikator mutu prioritas dan pencapaian indikator mutu unit kerja dan
pelayanan. Untuk pelaporannya akan disampaikan pada tabel dibawah ini :
Berdasar Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
dan Peraturan menteri Kesehatan 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah sakit wajib
menerapkan keselamatan pasien. Dalam rangka keselamatan pasien laporan insiden sangat
dibutuhkan. Laporan insiden keselamatan pasien (IKP) adalah jantung dari mutu layanan, sangat
penting untuk proses belajar dan revisi dari kebijakan, SPO dan panduan yang ada. WHO
melaporkan bahwa KTD berkisar 10% dari insiden yang terjadi di RumahSakit.
Pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) adalah jantung dari mutu layanan, sangat penting
untuk proses belajar dan revisi dari kebijakan, SPO dan panduan yang ada. Angka insiden di rumah
sakit tinggi tetapi tidak dilaporkan, penyebabnya adalah takut disalahkan jika melapor sebab budaya
patient safety yaitu No Blaming masih belum tumbuh secara merata di seluruh RS, kurangnya
pengetahuan tentang pelaporan IKP, malas melaporkan sebab komitmen kurang dari pihak
manajemen atau unit terkait, tidak ada reward dari RS jika melaporkan dan kurangnya keaktifan
dari KKPRS. Perlu menumbuhkan budaya patient safety secara merata di RS dengan
mengaktifkan kembali Champion Patient Safety. Dibutuhkan komitmen yang tinggi dari pihak
direksi dan manajemen dalam program keselamatan pasien. Perlu monitoring dan evaluasi dari
Komite PMKP tentang pelaporan IKP dengan cara ronde keselamatan pasien dan visitasi secara
periodik ke unit dan instalasi di rumah sakit.
Pada tahun 2018 Sudah terbentuk Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien. Dalam
rangka melaksanakan keselamatan pasien rumah sakit sudah mengirimkan beberapa orang untuk
mengikuti pelatihan diluar rumah sakit dalam rangka terlaksanannya program keselamatan pasien di
rumah sakit.
Kegiatan lain yang diadakan Oleh Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien yaitu
kegiatan pelatihan dalam bidang-bidang keilmuan kedokteran dengan narasumber spesialis RS Citra
Sari Husada.
Berikut laporan insiden dari seluruh unit di RS Citra Sari Husada dari bulan Januari –
September 2019, terlampir dalam matriks berikut :
Berdasarkan data dari matriks laporan insiden keselamatan pasien, dapat dianalisis data sebagai
berikut :
Insiden keselamatan pasien adalah bentuk kejadian yang berpotensi mengakibatkan cidera
yang dapat dicegah pada pasien ketika system pemberian asuhan yang aman tidak dikelola
dengan baik oleh suatu rumah sakit. Insiden keselamatan pasien dapat berupa kejadian tidak
diharapkan (KTD), kejadian nyaris cidera (KNC), kejadian potensi cidera (KPC), kejadian tidak
cidera (KTC), dan sentinel. Berdasarkan laporan insiden di RS Citra Sari Husada periode Januari
sampai dengan September 2019 yang dilaporkan ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit
sejumlah 43 insiden didominasi oleh Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sebanyak 37%.
Sumber Laporan Bulanan Insiden Keselamatan Pasien 2019
Berdasarkan hasil laporan insiden ke Komite PMKP selama bulan Januari – September
2019, paling banyak didominasi pada grading biru. Tujuan dilakukannya pelaporan Insiden
Keselamatan Pasien di RS Citra Sari Husada antara lain adalah untuk menurunkan jumlah
insiden keselamatan pasien, meningkatkan mutu pelayanan terhadap pasien, terciptanya budaya
keselamatan pasien di RS, serta terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan KTD.
Sesuai dengan alur pelaporan insiden keselamatan pasien rumah sakit maka dari insiden
yang terjadi di unit dilaporkan ke kepala unit dan oleh kepala unit kemudian dilakukan grading.
Dari hasil grading tersebut maka kepala unit/instalasi dapat menentukan tindakan selanjutnya
apakah dilakukan Investigasi sederhana ataupun harus dilaporkan ke Komite PMKPuntuk
dilakukan Root cause analisis. Apabila dilakukan investigasi sederhana maka kepala
unit/instalasi hasil investigasi sederhana diserahkan kepada Komite PMKP RS Citra Sari Husada.
Pelaporan Insiden kepada Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah
Sakit dijamin keamanannya, bersifat rahasia, anonim, tidak udah diakses oleh yang tidak berhak,
dan tidak boleh digandakan (Fotocopy). Pelaporan insiden ditujukan untuk menurunkan insiden
dan mengkoreksi sistem dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk,
menyalahkan orang (non-blamming)
Pelayanan kesehatan pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan
yang diucapkan Hipocrateskira-kira 2400 tahun yang laluyaituprimum, non nocere (first, do no
ham). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi pelayanan kesehatan -
khususnya di rumah sakit – menjadi semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak
Diharapkan – KTD (adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati. Di rumah sakit
terdapat ratusan macam obat, ratusan tes dan prosedur, banyak alat dengan teknologinya,
bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan pasien 24 jam
terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan
baik dapat menyebabkan terjadinya KTD.
Dengan diterapkkannya keselamatan pasien rumah sakit laporan insiden keselamatan pasien
sangatlah penting. Budaya keselamatan pasien “no blaming reporting” penting untuk diterapkan
agar laporan yang dibuat bisa meningkat dan rumah sakit dapat melakukan tindakan untuk dapat
mencegah terjadinnya insiden yang dapat mengancam eksistensi rumah sakit. Diperlukan peran
managemen rumah sakit, supervise dari tim keselamatan pasien RS dan kesadaran yang tinggi
dari seluruh civitas hospitalia RS Citra Sari Husada, serta motivasi yang tinggi agar program
keselamatan pasien dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan.
BAB V
MANAJEMEN RESIKO
Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah menentukan konteks yang diperluhkan
karena manajemen risiko sangat luas dan bermacam aplikasinya salah satu diantaranya adalah
manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko K3 sendiri,juga diperluhkan penentuan konteks
yang akan dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja, kebakaran, hygiene,
industry,dan lainnya. Dari konteks tersebut masih dapat dikembangkan lebih lanjut misalnya
manajemen risiko untuk aktivita rumah sakit. Penentuan konteks ini diselaraskan dengan visi dan
misi organisasi serta sasaran yang ingin dicapai. Lebih lanjut ditetepkan pula criteria risiko yang
sesuai bagi organisasi. Setelah menetapkan konteks manajemen risiko, langkah berikutnya adalah
melakukan identifikan bahaya, analisa dan evaluasi risiko serta menentuhkan langkah atau strategi
pengendalainnya.
5.2 Pengertian Dalam Manajemen Resiko
Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan berdampak pada tujuan
Jenis-jenis risiko dalam pelayanan rumah sakit:
a. Corporate risk:
Kejadian yang akan memberikan dampak negatif terhadap tujuan organisasi
b. Non-clinical (physical) risk
Bahaya potensial akibat lingkungan
c. Clinical risk
Bahaya potensial akibat pelayanan klinis
d. Financial risk
Risiko finansial yang secara negatif akan berdampak pada kemampuan organisasi dalam
mencapai tujuan.
Pengertian Manajemen Resiko
a. Risk management merupakan salah satu komponen penting dari clinical governance
b. Risk Management merupakan proses mengenal, mengevaluasi, mengendalikan,
meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh (NHS)
c. Manajemen risiko merupakan metoda penanganan sistematis formal dimana
dikonsentrasikan pada pengientifikasian dan pengontrolan peristiwa atau kejadian yang
memiliki kemungkinan perubahan yang tidak diinginkan.
d. Upaya menanggulangi semua risiko yang mungkin terjadi di sebuah organisasi
perusahaan ataupun yang lainnya, diperlukan sebuah proses yang dinamakan sebagai
manajemen risiko
Clinical Risk Management
Suatu pendekatan untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko dan
tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut (Sheenu Jhawar, Mid Stafford General
Hospital, UK)
PRO-ACTIVE
a. Prosedur operasional untuk mengangkat dan mengarahkan isu-isu risiko klinis yang
mungkin terjadi melalui kejelasan tanggung jawab dan kendali pada semua lini pelayanan.
b. Pemahaman terhadap tingkat dan proses pengambilan keputusan sehingga tidak terjadi
tumpang tindih
c. Pendekatan multidisiplin dalam mengelola risiko
d. Pelatihan orientasi bagi karyawan baru, terutama dalam mengoperasikan peralatan
medis/klinis
e. Kebijakan dalam pemeliharaan peralatan yang dikerjakan secara konsisten
1. Kebijakan dalam:fire safety
2. Infectious and non-infectious waste management
3. Infection control
4. Occupational health
f. Audit klinis yang dilaksanakan secara teratur dengan tindak lanjut yang nyata
g. Pengelolaan dokumen rekam medik, pencatatan medik yang akurat dan terjamin
ketelusuran
h. Komunikasi dalam tim medis, tim keperawatan terpelihara dengan baik
i. Serah terima dilakukan secara adekuat
j. Adanya komunikasi yang terdokumentasi antara staff dan pasien/keluarga mengena di
keputusan terapi/tindakan klinis
k. Dokumentasi spesifik keadaan-keadaan medis tertentu, misalnya alergi, dsb, pada rekam
medik, yang secara legal ditandatangani
RE-ACTIVE
a. Komplain dari pasien dan karyawan ditangani segera dan optimal, dan dibuktikan dengan
“consent” dari semua pihak yang terkait
b. Tinjauan terhadap morbiditas dan mortalitas dilakukan untuk mengenal faktor-faktor yang
dapat dicegah, dan menjamin bahwa pelayanan yang terbaik diberikan
c. Jika terjadi tuntutan, dilakukan pendekatan untuk mengenal akar masalah (root cause) dan
dilakukan dengan pendekatan budaya tidak menyalahkan
d. Adanya mekanisme untuk melaporkan terjadi adverse incident baik klinis maupun non klinis,
termasuk kejadian near miss, dan dicatat dalam risk register untuk audit dan analisis
1 Pelaporan Insiden √ √ √
2 Identifikasi dan Register Belum Terlaksana
x x x
Resiko
3 Risk Grading Matrix x x x Belum Terlaksana
4 Investigasi Sederhana √ √ √
5 Investigasi Komprehensif Terlaksana jika ada
n/a n/a n/a
(RCA) KTD/Sentinel
6 Analisis modus kegagalan dan Belum Terlaksana
x x x
dampak (FMEA)
5.4 Pencapaian Program Manajemen Resiko Triwulan II (April – Juni 2019)
1 Pelaporan Insiden √ √ √
2 Identifikasi dan Register
√ √ √
Resiko
3 Risk Grading Matrix √ √ √
4 Investigasi Sederhana √ √ √
5 Investigasi Komprehensif Terlaksana jika ada
n/a n/a n/a
(RCA) KTD/Sentinel
6 Analisis modus kegagalan dan
x x x Belum Terlaksana
dampak (FMEA)
1 Pelaporan Insiden √ √ √
2 Identifikasi dan Register
√ √ √
Resiko
3 Risk Grading Matrix √ √ √
4 Investigasi Sederhana √ √ √
5 Investigasi Komprehensif Terlaksana jika ada
n/a n/a n/a
(RCA) KTD/Sentinel
6 Analisis modus kegagalan dan
x √ √
dampak (FMEA)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil pembahasan tentang pencapaian dan evaluasi indikator dari Lamporan Komite
Peningkatan Mutu dn Keselamatan Pasien (PMKP) RS Citra Sari Husada, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
Pencapaian indikator mutu RS Citra Sari Husada belum seluruhny aberdasarkan
penilaian terhadapelemen-elemen indikator yang telah disepakati bersama atau
diputuskan oleh direktur.
Terdapat indikator yang belum memenuhi standar, baik di Indikator Prioritas maupun di
Indikator Unit, yaitu :
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien, masih dianggap kurang responsif saat pelaporan
ke Komite PMKP.
Belum dilaksanakan FMEA, sesuai dengan risk matriks grading RS Citra Sari Husada
Tahun 2018 dan 2019.
6.2 Saran
RS Citra Sari Husada sebaiknyamelakukan evaluasi demi peningkatan mutu rumah sakit
melalui peningkatan peran serta para staf di rumah sakit dalam melaksanakan program-
program PMKP
RS Citra Sari Husada sebaiknya membuat pelaporan yang diwajibkan dengan cakupan yang
lebih luas, cepat dan mudah diakses untuk keperluan manajemen maupun pelayanan kepada
pasien
RS Citra Sari Husada sebaiknya membuat pelaporan insiden keselamatanpasien dengan
basis data yang kuat, lengkap, real time, dan mudah diaksesdengan rutin melaksanakan root
cause analysis. Pada setiap insiden keselamatan pasien untuk menumbuhkan budaya patient
safety.
RS Citra Sari Husada sebaiknyamembuat data kepuasan pasien dikumpulkan secara berkala,
misalnya dengan survei per semester atau per triwulan kepada pengunjung atau keluarga
pasien
RS Citra Sari Husada sebaiknyameningkatkan kepatuhan dan kesadaran pegawai dalam
menggunakan APD guna memperkecil resiko kecelakaan kerja, misalnya melalui teguran,
dialog maupun diskusi.
Meningkatkan peran Marketing dalam melayani masyarakat sebagai penerima layanan
kesehatan di RS Citra Sari Husada agar masyarakat semakin objektif dan lebih leluasa
dalam memberikan saranmaupun masukan, terutama saat dipercaya untuk menjadi
responden dalam survei kepuasan pasien di rumah sakit ini.