BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
LATAR BELAKANG............................................................................................. 2
BAB III.................................................................................................................... 4
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP ...................................................................... 4
A. Tujuan Umum ........................................................................................... 4
B. Tujuan Khusus .......................................................................................... 4
BAB IV ................................................................................................................... 5
PENGERTIAN ........................................................................................................ 5
A. Definisi - definisi ...................................................................................... 5
BAB V ....................................................................................................................20
KEBIJAKAN .........................................................................................................20
1. Ruang Lingkup Perencanaan Mutu .............................................................22
2. Tata Laksana ................................................................................................24
BAB VI ..................................................................................................................50
PENGORGANISASIAN .......................................................................................50
1. Struktur Organisasi PMKP ..........................................................................50
2. Tugas, Tanggung jawab, dan Kewenangan .................................................51
BAB VII .................................................................................................................62
KEGIATAN ...........................................................................................................62
BAB VIII ..............................................................................................................149
METODE .............................................................................................................149
BAB IX ................................................................................................................153
PENCATATAN DAN PELAPORAN .................................................................153
BAB X ..................................................................................................................175
MONITORING DAN EVALUASI .....................................................................175
BAB XI ................................................................................................................180
PENUTUP ............................................................................................................180
0
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK
MUTIARA BUNDA SALATIGA
NOMOR: (BUAT UNTUK AWAL SEPT 18)
TENTANG
PEDOMAN PENINGKATAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
DI RSIA MUTIARA BUNDA SALATIGA
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
LATAR BELAKANG
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
4. Surat Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia No.129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
2
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1691/Menkes/Per/VIII/2011
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
Landasan Peraturan
Landasan peraturan Peningkatan mutu dan keselamatan rumah sakit di RSIA Mutiara Bunda
Salatiga adalah:
UU no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
PMK no 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien
Pedoman Upaya Peningkatan Mutu tahun 1994
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit tahun 2007
Panduan Nasional Keselamatan Pasien edisi 2 tahun 2008
Pedoman Pelaporan Insiden keselamatan Pasien edisi 2 tahun 2008
3
BAB III
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
A. Tujuan Umum
B. Tujuan Khusus
4
BAB IV
PENGERTIAN
A. Definisi - definisi
Beberapa definisi yang harus dipahami dalam upaya pelaksanaan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien di rumah sakit sebagai berikut:
1. Peningkatan Mutu & Keselamatan Pasien
Adalah memperkecil (reduction) risiko dan memberikan asuhan aman yang
berhubungan dengan proses klinik maupun meminimalkan risko lingkungan
fisik pada pasien dan staf yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menerapkan standar pekerjaan, penerapan efisiensi, penggunaan sumber daya
yang rasional untuk mendapatkan hasil akhir yang maksimal.
Nilai dasar peningkatan mutu dan keselamatan pasien, adalah sebagai berikut:
a) Kualitas atau mutu rumah sakit yang rendah dapat membahayakan
konsumen pengguna jasa
b) Kualitas atau mutu yang rendah menimbulkan invektifitas, baik bagi
pemberi pelayanan ataupun konsumen pengguna jasa
c) Kualitas atau mutu pelayanan rumah sakit yang rendah dapat pula
berdampak terhadap makin mahalnya biaya yang harus ditanggung
konsumen pengguna jasa
d) Upaya menjaga dan meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan rumah
sakit yang baik merupakan kebanggaan setiap SDM rumah sakit yang
menjungjung profesionalisme
Upaya menjaga dan meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan rumah sakit
merupakan kewajiban dan tugas pokok setiap petugas kesehatan.
5
3. Keselamatan Pasien (Patient Safety) Rumah Sakit
Adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi: assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
4. Clinical Pathway
Clinical pathway adalah suatu alur proses kegiatan pelayanan pasien spesifik
untuk suatu penyakit atau tindakan tertentu, mulai dari pasien masuk sampai
pasien pulang yang merupakan integrasi dari pelayanan medis, pelayanan
keperawatan, pelayanan farmasi dan pelayanan kesehatan lainnya.
5. Indikator Klinis
adalah indikator yang dipantau di area pelayanan yang berhubungan langsung
dengan pasien atau klinikal yang menjadi fokus pemantauan sesuai standar
meliputi: assesmen pasien, layanan laboratorium, layanan radiologi dan
pencitraan diagnostik, prosedur bedah, penggunaan antibiotik dan pengobatan
lainnya, kesalahan obat dan kejadian nyaris cidera, penggunaan anastesi dan
sedasi, penggunaaan darah dan produk – produk darah, ketersediaan isi dan
penggunanan catatan tentang pasien, pencegahan dan pengendalian,
pengawasan serta pelaporan infeksi dan penelitian klinis
6. Indikator Manajemen
Adalah indikator yang dipilih yang berhubungan dengan area manajerial
meliputi: pengadaan suplai serta obat obatan penting bagi pasien yang
dibutuhkan, pelaporan kegiatan seperti diatur oleh undang undang, manajemen
resiko, manajemen penggunaan, harapan dan kepuasan pasien dan keluarga
pasien, harapan dan kepuasan staf, demografi dan diagnosis klinis pasien,
manajemen keuangan, pencegahan dan pengendalian peristiwa.
6
7. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien
Adalah indikator keberhasilan terhadap sasaran keselamatan pasien yang
terdiri dari: (1) Mengidentifikasi pasien dengan benar, (2) Meningkatkan
komunikasi yang efektif, (3) Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus
diwaspadai, (4) Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang
benar, pembedahan pada pasien yang benar, dan (5) Mengurangi risiko infeksi
akibat perawatan kesehatan, dan (6) Mencegah pasien jatuh. Penanggung
jawab terhadap indikator ini yaitu Tim Keselamatan Pasien RS. Selain itu
yang dilaksanakan pemantauan Indikator keselamatan pasien sesuai dengan
sasaran keselamatan pasien, juga dilakukan pemantauan tren insiden yang
tidak diharapkan sesuai dengan ketetapan rumah sakit terkait dengan KTD dan
sentinel di RS.
8. Kejadian Sentinel
merupakan suatu kejadian tidak diharapkan (KTD) yang mengakibatkan
kematian, cedera permanen atau cedera berat yang temporer dan
membutuhkan intervensi untuk mempertahankan kehidupan, baik pisik
maupun psikis yang tidak terkait dengan perjalanan penyakitnya dan atau
disebabkan karena salah satu hal di bawah ini (definition sentinel event that
includes at least):
a. Kematian tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan alamiah
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (an
unanticipated death that is related to the natural course of the patient’s
illness or underlying condition).
b. Kehilangan fungsi utama (major) secara permanen yang tidak terkait
dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi yang mendasari
penyakitnya (major permanent loss of function unrelated to the patient’s
natural course of illness or underlying condition).
c. Salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi (wrong site, wrong
procedure, wrong-patient surgery).
d. Bunuh diri (self suicide).
e. Gas masuk ke pembuluh darah yang menyebabkan kematian atau
kerusakan saraf (Death and nerve damage as a result of gas entered into
the blood vessel).
7
f. Kematian atau kecacatan akibat kesalahan pemberian transfusi dan produk
darah lain (death and permanent loss of function as a result of wrong
infusing blood or blood products).
g. Kematian karena kesalahan pemberian obat (death as result of wrong
medication administration).
h. Penculikan bayi (baby kidnapping).
i. Bayi yang dipulangkan bersama orang tua yang bukan orangtuanya (an
infant sent home with the wrong parents).
j. Bayi lahir normal cukup bulan dalam perawatan tiba – tiba meninggal
(SIDS: Suddden Infant Death Syndrome in normal newborn baby)
k. Transmisi penyakit kronis atau penyakit fatal melalui pemberian darah,
produk darah, dan transplantasi organ atau jaringan yang terkontaminasi
(transmission of a chronic or fatal diseases as a results of infusing blood
and blood products or transplanting contaminated organs or tissues)
l. Pemerkosaan, kekerasan ditempat kerja yang termasuk (pembunuhan,
penghilangan fungsi secara permanen), penganiayaan (percobaan
pembunuhan) terhadap pasien, staf, praktisi, mahasiswa, orang yang
sedang training, visitor atau pengunjung, dan rekanan yang sedang berada
di rumah sakit (rape, workplace violence such us assault) (leading to
death or permanent loss of function); or homicide of patient, staff member,
practitioner, student/trainee in clinical placement, visitor, or vendor on
hospital property)
8
secara lisan melalui media telepon untuk kemudian dilengkapi laporan
tertulis setidaknya memuat lokasi kejadian, kronologis kejadian, waktu
kejadian, akibat kejadian dan jumlah pasien yang mengalami kematian
atau cedera berat akibat kejadian sentinel.
9
n. Insiden terkait sedasi prosedural
o. Infeksi terkait penggunaan Produk darah
p. Dll terkait semua kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan pada pasien karena suatu tindakan (commission)atau karean
tidak bertindak (omission) bukan karena underlying disease.
10
2) Masalah
11
2) Proses Transfusi darah/produk darah terkait: test pre transfuse,
peresepan, persiapan, pengantaran (delivery), pemberian
(administration), penyimpanan, monitoring, pemaketan, pemesanan
3) Masalah: salah darah, salah dosis/frekuensi, salah jumlah, salah
label dispensing/instruksi, kontraindikasi, salah penyimpanan, obat
atau dosis yang diabaikan, darah yang kadaluarsa), Efek samping
f. Nutrisi
1) Nutrisi yang terkait: nutrisi umum, nutrisi khusus
2) Proses nutrisi: peresepan/permintaan, Pesiapan/manufaktur,
supply/order, penyajian, dispensing, pengantaran/delivery,
pemberian administration, penyimpanan/storage
3) Masalah: salah diet, salah jumlah, salah frekuensi, salah konsistensi
g. Oksigen/Gas
1) Oksigen/gas terkait : daftar oksigen/gas terkait
2) Proses penggunaan oksigen/Gas : label silinder/warna kode /index
pin, pemberian, pengantaran, supply/order
3) Masalah: salah pasien, salah gas, salah rate/flow/konsentrasi, salah
mode pengantaran, kontraindikasi, salah penyimpanan, gagal
pemberian, kontaminasi
h. Alat medis kesehatan
1) Tipe Alat (daftar alat medis/alat kesehatan
2) Masalah: presentasi, ketersediaan, Tugas yang tidak sesuai
3) Tidak bersih/tidak steril
4) Kegagalan/malfungsi
i. Pasien /patients
Perilaku pasien: tidak kooperatif, tidak pantas/sikap permusuhan, kasar,
beresiko, mengganggu/harasing, diskriminatif, berkeliaran.
j. Infrastruktur: keterlibatan struktur bangunan (inadekuat, kerusakan)
k. Resources/manajemen organisasi:
Beban kerja manajemen yang berlebihan (ketersediaan tempat tidur, SDM)
protocol/kebijakan/SOP
l. Laboratorium/patologi:
Pengambilan, transport, data entry, prosesing, verifikasi/validasi, hasil
12
Ketika near miss teridentifikasi harus dilakukan harus dilakukan pelaporan
tepat waktu dalam 2 x 24 jam ke Tim KPRS sesuai dengan ketentuan
pelaporan.TKPRS akan melakukan investigasi sederhana atau analisa akar
masalah (RCA)sesuai hasil analisis grading matrik, bila masuk dalam grading
kuning atau merah maka akan dilakukan RCA dengan membentuk Tim RCA
untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan diselesaikan dalam waktu 45
hari. Tim akan melaporkan aktivitasnya kepada Direktur Utama melalui
Direktur Medis dan Keperawatan. Rumah sakit menggunakan informasi
pelaporan KNC untuk memperbaiki proses pelayanan serta melakukan upaya
proaktif untuk menurunkan risiko. Proses pelayanan dan penurunan risiko
yang dilakukan terkait laporan KNC juga termasuk pelaporan terkait
kesalahan obat (medication error) digunakan oleh rumah sakit untuk
memperbaiki proses penggunaan obat.
13. RCA
Analisa akar masalah/Root Causa Analysis adalah sebuah alat kerja yang
sangat berguna untuk mencari akar masalah dari suatu insiden yang telah
terjadi.
15. FMEA
Failure mode and effects analysis (FMEA) adalah salah satu teknik untuk
perbaikan sistem yang dapat meningkatkan keselamatan. FMEA adalah,
13
sistematis proaktif, dan teknik berbasis tim, berdasarkan beralasan yang
digunakan untuk mencegah proses dan produk masalah sebelum terjadi. Ini
menyediakan lihat tidak hanya pada apa masalah bisa terjadi tetapi juga di
seberapa parah dampak dari masalah bisa menjadi (The Joint Commission, 2010)
Failure: Ketika sistem atau bagian dari sistem melakukan cara yang tidak
dimaksudkan atau diinginkan.
Mode: Cara di mana sesuatu, seperti kegagalan, bisa terjadi.
Failure mode adalah cara di mana sesuatu bisa gagal.
Effects: Hasil atau konsekuensi dari modus kegagalan.
Analysis: Pemeriksaan rinci dari elemen atau struktur dari suatu proses.
Dimensi mutu ini merupakan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk
menganalisa masalah kesehatan dan melakukan pengukuran standar mutu.
Setiap dimensi harus didefinisikan sesuai dengan konteks lokal dan program
spesifik yang digunakan rumah sakit.
Dimensi Mutu menurut World Health Organisation (WHO) (2006) yang
meliputi:
1) Aman (Safe) , topik masalah yang diangkat merupakan suatu kondisi yang
dapat meningkatkan keamanan bagi pasien, keluarga pasien, dan seluruh
staf dan karyawan R
2) Efektif (effective), masalah yang diselesaikan berdasarkan kajian terkini
(evidence based) dan hasil yang dilakukan perbaikan memperbaiki status
pasien dan masyarakat
14
3) Effisien (efficient), masalah yang diambil akan diharapkan meningkatkan
efisiensi pelayanan dengan meningkatkan penggunaan sumber sumber
yang ada, mengurangi hal hal yang tidak berguna
4) Berfokus pada pasien (patient centered), upaya yang dilakukan berfokus
pada pasien yang disesuaikan dengan budaya pasien, dan pilihan pasien
5) Equitable, masalah yang diambil berlaku sama untuk setiap pasien tanpa
melihat, jenis kelamin, ras, suku, status social ekonomi
6) Waktu dan kesempatan (Timely and accessible), masalah yang
diselesaikan disesuaikan dengan waktu dan dilakukan sesuai dengan
kondisi yang nyata dengan sumber daya yang ada/tersedia.
15
pemberi pelayanan, serta antara tim kesehatan dan
masyarakat. Hubungan interpersonal yang baik
terbangun apabila ada kepercayaan, kredibilitas,
respek, kerahasiaan, daya tanggap, dan empati.
Kontinuitas Kontinuitas berarti pasien menerima pelayanan
kesehatan secara lengkap dan berkelanjutan sesuai
kebutuhannya tanpa ada interupsi, penghentian
sementara, atau bahkan pengulangan yang tidak perlu.
Ketiadaan kontinuitas dapat berimbas pada efektifitas
pelayanan, mengurangi efisiensi, serta mengurangi
kualitas hubungan interpersonal.
Keselamatan Keselamatan / safety berarti meminimalkan resiko
terjadinya luka, infeksi, bahaya efek samping, dan
bahaya lain yang berhubungan dengan pemberian
pelayanan kesehatan. Dimensi ini melibatkan pasien
dan pemberi pelayanan. Safety tidak hanya menjadi
faktor yang penting pada pelayanan kesehatan yang
kompleks tapi juga pada pelayanan dasar.
Infrastruktur fisik Infrastruktur fisik berarti tampilan fisik dari fasilitas,
kebersihan, kenyamanan, privacy, dan aspek lain yang
penting bagi pasien. Insfrastruktur fisik yang memadai
dan membuat pasien/keluarga/pengunjung nyaman
dapat meningkatkan kepuasan mereka serta
menunculkan keinginan untuk kembali lagi
mendapatkan pelayanan kesehatan.
16
pelayanan yang akan diberikan.
Akses Pasien harus menerima pelayanan tepat waktu
untuk mendapatkan outcome kesehatan yang
terbaik.
Adil Setiap pasien harus mendapat pelayanan yang
berkualitas sama tanpa memandang dari mana
mereka berasal dan dimana mereka tinggal.
Terintegrasi Semua bagian/elemen dari pelayanan kesehatan
harus diorganisir, saling terhubung, dan dapat
bekerja sama untuk dapat memberikan pelayanan
yang berkualitas.
Sumber daya yang Untuk dapat memberikan pelayanan yang
memadai berkualitas harus didukung dengan sumber daya
yang memadai seperti sumber daya manusia, dana,
peralatan, suplai, dan fasilitas fisik yang dibutuhkan
oleh pasien.
17
Apabila divisualisasi maka prinsip panduan mutu di atas tampak seperti di
bawah:
18
Setiap pasien harus mendapat pelayanan yang berkualitas sama
tanpa terhalang atau memandang dari mana mereka berasal dan
dimana mereka tinggal.
5. Terpusat pada pasien
Pemberi pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan pilihan setiap individu. Dalam
hal ini provider harus melibatkan pasien dan keluarga dalam
menentukan dan memutuskan pelayanan yang akan diberikan.
6. Ketepatan Waktu
Pasien harus menerima pelayanan tepat waktu untuk mendapatkan
outcome kesehatan yang terbaik.
Elemen pada prinsip dan dimensi mutu di atas pada dasarnya adalah sama
dan merupakan faktor yang penting dalam menentukan sasaran dan tujuan
yang akan menjadi fokus dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
19
Gambar 2. Overview Dimensi Mutu dalam Program PMKP
20
BAB V
KEBIJAKAN
21
3. Pimpinan Rumah sakit berpartisipasi menetapkan proses dan mekanisme
pengawasan program mutu dan keselamatan pasien
4. Semua staf dan peserta didik harus diedukasi tentang mutu dan tanggung
jawabnya terhadap perencanaan mutu
Inisiatif perbaikan mutu dipandu oleh perencanaan mutu yang
komprehensif yang diteruskan ke staf dan peserta didik dibawahnya
sehingga staf dan peserta didik memahami perannya dalam mencapai
target
Rencana sosialisasi perencanaan mutu harus dipersiapkan kepada
semua stakeholder di dalam rumah sakit dan di luar dari luar rumah
sakit melalui konsultasi sebagai bagian dari rencana strategis RS
22
Perencanaan mutu dalam sistem manajemen mutu secara umum dapat
dilihat pada skema berikut ini.
Tanggungjaw
ab
manajemen
Pengadaan dan (pimpinan)
Alokasi
konsumen
Pasien /
Pengukuran,
Sumberdaya Analisis, dan
Perbaikan
Perancangan,
perencanaan,
dan
Penyera
pelaksanaan han
Produk/Layanan
a. Dewan Pengawas
Secara umum peran dewan pengawas dalam perencanaan mutu banyak
yang didelegasikan kepada Direktur Utama, namun peran dan pengawas
sangat penting dalam hal:
1) Memastikan program mutu dan keselamatan pasien sesuai dengan visi
organisasi/Rumah Sakit
2) Memastikan nilai nilai dalam perencanaan mutu dan keselamatan
pasien sesuai dengan rencana strategis RS
3) Memastikan perencanaan mutu sesuai dengan strategi RS
4) Menetapkan gambaran besar tentang penetapan prioritas mutu dalam
perencanaan mutu
5) Menyetujui perencanaan mutu RS
23
6) Mengalokasikan sumber daya untuk implementasi perencanaan mutu
7) Melakukan pengawasan terhadap progress dan kinerja perencanaan
mutu yang telah ditetapkan
8) Memberikan rekomendasi terhadap laporan seluruh kegiatan mutu dan
keselamatan pasien
b. Direktur Utama
Direktur utama memiliki tanggung jawab terhadap:
1) Menyetujui quality framework/kerangka mutu organisasi
2) Menyetujui proses perencanaan mutu tingkat Rumah Sakit
3) Menyetujui penetapan ruang lingkup, prioritas, panduan dan
parameter perencanaan mutu, termasuk memastikan perencanaan
mutu sesuai dengan prioritas strategis Rumah Sakit, prioritas terhadap
kepatuhan penuh sasaran keselamatan pasien, prioritas terhadap
kepatuhan panduan praktek klinik dan clinical pathway, prioritas
terhadap JCI Library of Measure serta prioritas terhadap riset dan
pendidikan kedokteran dan upaya upaya yang berdampak luas
terhadap efisiensi sumber daya rumah sakit
4) Memastikan perencanaan mutu terpadu dan layak diimplementasikan
dengan sumber daya yang tersedia
5) Melakukan monitoring terhadap rencana dan pencapaian hasil seluruh
kegiatan peningkatan mutu dan keselamatan pasien
6) Menetapkan mekanisme pengawasan terhadap kegiatan mutu dan
keselamatan pasien
7) Memberikan motivasi dan dukungan kepada staf untuk mencapai
target
8) Menyetujui dan memastikan program pendidikan diberikan ke seluruh
staf dan peserta didik terhadap terkait mutu dan keselamatan pasien
9) Memastikan dukungan berupa pendampingan dan koordinasi telah
diberikan kepada setiap unit untuk melakukan upaya kegiatan mutu
dan keselamatan pasien
c. Ka Instalasi/Bidang/Bagian
1) Menetapkan indikator prioritas di tingkat instalasi/departemen
24
2) Memberikan expertise/keahlian dalam menetapkan target, tujuan dan
ide ide tentang perencanaan mutu yang dtetapkan
3) Memberikan masukan klinis terhadap target yang ditetapkan yang
sesuai dengan hasil klinis dan benchmark terhadap standar yang ada
4) Menentukan objectives/tujuan dari perencanaan mutu
5) Menindaklanjuti laporan untuk memastikan perencanaaan mutu sudah
mencapai target
6) Melakukan penilaian keefektifan rencana dan implementasi dan
melakukan perubahan tentang rencana mutu yang dibutuhkan
7) Mengajukan perencanaan mutu di tingkat bidang/bagian ke UPM
8) Memastikan seluruh staf di instalasi mendapatkan edukasi terkait
seluruh perencanaan mutu
2. Tata Laksana
25
2) Setelah didapatkan beberapa masalah mutu dari hasil brainstorming
kemudian dilakukan penentuan prioritas mutu yang akan
direncanakan.
3) Unit/bidang/bagian menetapkan minimal 2-3 indikator mutu yang
akan dikembangkan
4) Mengajukan indikator mutu yang telah ditetapkan kepada Unit
Penjaminan Mutu pada bulan Desember tahun sebelumnya
5) Menetapkan perencanaan mutu dalam bentuk program mutu yang
dilaporkan ke pimpinan Rumah Sakit
6) Mengukur /memantau terkait dengan ukuran yg diwajibkan oleh
regulasi nasional dan RS yaitu SP-Min
26
6) Pedoman praktik klinis, alur perawatan klinis (clinical care
pathway), dan protokol klinis yang sesuai dengan populasi pasien
dan misi rumah sakit harus:
a) Dipilih dari semua hal yang dapat diberlakukan terhadap jenis
layanan dan pasien rumah sakit yang bersangkutan (jika ada,
pedoman nasional yang bersifat wajib disertakan dalam proses
ini);
b) Dievaluasi kesesuaiannya bagi populasi pasien rumah sakit
c) Jika perlu, disesuaikan, dengan teknologi, obat-obatan dan
sumber daya lainnya yang tersedia di rumah sakit atau dengan
norma profesional yang diakui secara nasional;
d) Dinilai seberapa jauh pedoman tersebut terbukti secara ilmiah;
e) Disetujui atau diterapkan oleh rumah sakit secara formal;
f) Diterapkan dan diukur konsistensi penggunaan dan
efektivitasnya;
g) Didukung oleh staf yang terlatih untuk menerapkan pedoman
atau alur klinis (clinical pathway);
h) Diperbarui secara berkala berdasarkan perubahan-perubahan
yang ada dalam bukti dan evaluasi terhadap proses dan hasilnya
7) Indikator mutu yang sudah ditelaah berdasarkan prioritas, dan
persyaratan standar dijadikan indikator RS yang dimasukkan dalam
program mutu tahunan RS.
8) Menyiapkan draft program mutu untuk disahkan pemberlakuan
program oleh Direktur Utama bulan Desember
9) Melakukan sosialisasi kepada seluruh unit kerja/bidang bagian di
RS tentang perencanaan mutu yang telah ditetapkan
10) Melakukan edukasi kepada semua staf di RS tanggung jawab
dalam monitoring dan pencapaian target
11) Memberikan dukungan dan koordinasi terhadap semua
perencanaan mutu di masing instalasi/bidang/bagian
12) Melaukan pengawasan terhadap pelaksanaan perencanaan mutu di
seluruh areal rumah sakit
27
c. Direktur Utama beserta jajaran Direksi
1) Memimpin rapat dalam perencanaan mutu tahun berikutnya
2) Para Direktur memberikan rekomendasi dan arahan dalam
perencanaan mutu yang diajukan oleh Instalasi dan UPM dalam
perencanaan mutu tahunan
3) Memastikan perencanaan mutu RS sesuai dengan rencana strategis
RS
4) Mengesahkan perencanaan mutu RS
5) Memberikan motivasi dan dukungan kepada staf untuk
melaksanakan perencanaan mutu yang telah ditetapkan
6) Meyediakan sumber daya dan dukungan teknologi yang
dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan mutu dan keselamatan
pasien
7) Melakukan pengawasan terhadap kegiatan perencanaan mutu di
seluruh area di rumah sakit
8) Memberikan rekomendasi dan saran terhadap laporan indikator
mutu dari instalasi/bidang/bagian
d. Dewan Pengawas
1) Menelaah perencanaan mutu yang akan datang yang disampaikan
oleh Direktur Utama
2) Mengagendakan rapat perencanaan mutu dengan Direktur Utama
dan Direksi RS
3) Menyetujui perencanaan mutu RS dan memastikan sumber daya
sumber daya untuk implementasi perencanaan mutu
4) Melakukan monitoring secara terus menerus terhadap progress dan
kinerja perencanaan mutu yang telah ditetapkan
5) Memberikan rekomendasi monitoring pencapaian perencanaan
mutu yang telah ditetapkan
1. Definisi
Beberapa definisi yang harus dipahami dalam hal melaksanakan prioritas masalah
mutu adalah sebagai berikut:
28
a. Pimpinan Rumah Sakit mempertimbangkan penentuan prioritas termasuk
kepatuhan sasaran keselamatan pasien, Fokus terhadap upaya pencapaian
layanan unggulan Rumah Sakit, upaya peningkatkan efisiensi, penuruanan
readmisi, upaya mengatasi permasalahan di unit gawat darurat flow pasien,
yang berdampak terhdap perbaikan luas di rumah sakit misalnya system obat
dan berdampak terhadap efisiensi sumber daya rumah sakit, prioritas terhadap
panduan praktek klinik dan clinical pathway.
b. Identifikasi masalah adalah kegiatan merumuskan atau mengidentifikasi
masalah di unit kerja untuk mengenali masalah akan diselesaikan atau
dijadikan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien oleh rumah sakit
ataupun unit kerja.
c. Penentuan prioritas adalah suatu proses yang dilakukan oleh sekelompok orang
dengan menggunakan metode tertentu untuk menentukan urutan prioritas dari
yang paling penting sampai yang kurang penting.
d. Penentuan prioritas masalah adalah upaya untuk menyusun atau menentukan
permasalahan apa yang akan diselesaikan terlebih dahulu berdasarkan elemen-
elemen penilaian dalam menentukan prioritas.
e. Penetapan prioritas dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Cara
pemilihan prioritas masalah ada banyak macamnya, secara sederhana dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu: scoring techninque (metode penskoran)
dan non scoring techninque (non skoring).
f. Teknik non skoring sering digunakan bila tidak tersedia data dalam
menetapkan prioritas masalah. Metode yang digunakan seperti metode
Delbecq dan metode Delphi.
g. Teknik skoring: pada cara ini pemilihan prioritas dilakukan dng memberikan
score (nilai) untuk berbagai parameter tertentu yang telah ditetapkan.
Parameter yang dimaksud adalah: Prevalensi penyakit (prevalence) atau
besarnya masalah, Kenaikan atau meningkatnya prevalensi (rate of increase),
Keinginan masyarakat untuk menyelesaikan masalah tersebut (degree of
unmeet need), Keuntungan sosial yang diperoleh bila masalah tersebut diatasi
(social benefit), Teknologi yang tersedia dalam mengatasi masalah (technical
feasibility) dan Sumber daya yang tersedia yang dapat dipergunakan untuk
mengatasi masalah (resources availibility)
h. Teknik skoring yang sering digunakan yaitu: Metode Bryant, Technique
Matrix Criteria, dll.
29
2. Ruang Lingkup Penentuan Prioritas
Adapun pelaksanaan penentuan prioritas masalah adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Masalah
Kepala unit sebagai penanggung jawab mutu mengundang kelompok
kerja mutu dan staf mutu yang ada untuk hadir pada diskusi round
table untuk melakukan brainstorming ide ide tentang masalah mutu
yang akan dilakukan pengukuran
Kepala unit sebagai fasilitator mencatat semua ide-ide yang diajukan
oleh peserta brainstorming
Ide ide yang telah dicatat, direview ulang, didiskusikan dan
diklarifikasikan bersama anggota team yang terlibat.
Kepala unit kerja memutuskan penetuan masalah di unit kerjanya
masing masing yang akan dilakukan pengukuran.
b. Prioritas masalah
Kepala unit setelah melakukan identifikasi masalah melakukan
brainstorming penentuan prioritas masalah
Prioritas masalah ditentukan dengan memberikan skoring 1- 5 terhadap
berbagai masalah yang teridentifikasi dengan menggunakan form
penentuan prioritas masalah berdasarkan 10 faktor penimbang
Masalah yang telah teridentifikasi yang memiliki skor tinggi dan
analisis beban kerja yang dipilih
Kepala unit memutuskan masalah yang akan diprioritaskan untuk
dilakukan pengukuran sebagai indicator mutu di unit/bidang/instalasi
c. Keputusan Indikator
Kepala unit kerja merumuskan akar penyebab dari setiap
permasalahan yang telah dipilih dan wajib memilih masalah yang
telah dipersyaratkan pada Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
Kepala unit kerja memilih akar penyebab masalah yang memiliki
skor tinggi untuk dijadikan fokus penyelesaian
Kepala unit kerja memilih akar masalah yang dominan untuk
diangkat menjadi indikator
30
Kepala unit kerja mengumpulkan form penentuan prioritas masalah yang
sudah terisi dan daftar indikator ke Unit Penjaminan Mutu (UPM)
d. Prioritas tingkat Rumah Sakit
UPM melakukan rekapitulasi masalah dan indikator yang
dikumpulkan oleh seluruh unit kerja
UPM memfasilitasi proses penentuan prioritas masalah dan indikator
mutu di tingkat rumah sakit dengan melibatkan Direksi, Manajemen,
Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit, Tim Manajemen Resiko, dan
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan memastikan
Pimpinan Rumah Sakit mempertimbangkan penentuan prioritas
termasuk kepatuhan sasaran keselamatan pasien, indikator areal klinis,
indikator manajemen, indikator Fokus terhadap upaya pencapaian
layanan unggulan Rumah Sakit, upaya peningkatkan efisiensi,
penuruanan readmisi, upaya mengatasi permasalahan di unit gawat
darurat flow pasien, yang berdampak terhdap perbaikan luas di rumah
sakit misalnya system obat dan berdampak terhadap efisiensi sumber
daya rumah sakit
UPM mengusulkan surat keputusan (SK) pemberlakuan Program Mutu
Rumah Sakit (Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien)
yang memuat indikator mutu rumah sakit
31
c) Penulisan tersebut dilakukan secara tertutup
d) Kemudian kertas dari masing-masing orang dikumpulkan dan hasilnya
dituliskan di belakang setiap masalah
e) Nilai peringkat untuk setiap masalah dijumlahkan, jumlah paling kecil
berarti mendapat peringkat tinggi (prioritas tinggi).
2) Metode Delphi
Masalah-masalah di diskusikan oleh sekelompok orang yang mempunyai
keahlian yang sama.Melalui diskusi tersebut akan menghasilkan prioritas
masalah yang disepakati bersama. Pemilihan prioritas masalah dilakukan
melalui pertemuan khusus. Setiap peserta yang sama keahliannya
dimintakan untuk mengemukakan beberapa masalah pokok, masalah yang
paling banyak dikemukakan adalah prioritas masalah yang dicari Adapun
cara melakukan skoring teknik Delphi yaitu:
a) Identifikasi masalah yang henadak /perlu diselesaikan
b) Membuat kuisioner dan menetapkan peserta/para ahli yang dianggap
mengetahui dan menguasai permasalahan
c) Mengirim kuisioner ke para ahli kemudian menerima kembali jawaban
kuisoner yang beriiskan ide dan alternative solusi epenyelesaian
masalah
d) Membentuk tim khusus untuk merangkum seluruh respon yang muncul
dan mengirim kembali hasil rangkuman kepada partisipan
e) Partisipan menelaah ulang hasil rangkuman, menetapkan skala
prioritas / memeringkat alternative solusi yang dianggap terbaik dan
mengembalikan kepada pemimpin kelompok/pembuatan keputusan
b. Metode Skoring
1) Metode Bryant
Prevalence (Besarnya masalah yang dihadapi), Seriousness (Pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh suatu masalah dalam RS dan dilihat dari besarnya
angka kesakitan dan angka kematian, data IKP akibat masalah kesehatan
tersebut). Manageability (Kemampuan untuk mengelola dan berkaitan dengan
sumber daya) dan Community concern (Sikap dan perasaan masyarakat
terhadap masalah kesehatan tersebut)
32
Parameter diletakkan pada baris dan masalah-masalah yang ingin dicari,
prioritasnya diletakkan pada kolom. Kisaran skor yang diberikan adalah satu
sampai lima yang ditulis dari arah kiri ke kanan untuk tiap masalah. Kemudian
dengan penjumlahan dari arah atas ke bawah untuk masing-masing masalah
dihitung nilai skor akhirnya. Masalah dengan nilai tertinggi dapat dijadikan
sebagai prioritas masalah. Tetapi metode ini juga memiliki kelemahan, yaitu
hasil yang didapat dari setiap masalah terlalu berdekatan sehingga sulit untuk
menentukan prioritas masalah yang akan diambil.
33
(7) Kepuasan dokter (physician satisfaction): Apabila topik masalah yang
diangkat merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan kepuasan
dokter
34
2. Meningkatkan Keselamatan Pasien
Menurunkan angka infeksi
a) Survailans kegiatan cuci tangan
b) Pemantauan angka infeksi
c) Pemberian pelatihan dan pendidikan terkait pencegahan dan
pengendalian infeksi
d) Pemantauan sensitifitas dan pola bakteria terhadap penggunaan
antibiotika
3. Memantau Kepatuhan Terhadap Aturan Eksternal
a) JCI Library of Measures
b) Mengidentifikasi kesalahan (error) : Kejadian Nyaris Cedera (KNC)
dan Sentinel Event
D. Kebijakan/Strategi Komunikasi
1. Program PMKP dapat diketahui oleh front line staf dan juga
staf lainnya di RS,
a. Komunikasi Penanggung Jawab Mutu ke staf mutu di tingkat
instalasi
35
1) Unit Penjaminan Mutu menyusun laporan pemantauan data mutu
dan keselamatan pasien setiap tri wulan
2) Unit Penjaminan Mutu menyiapkan rapat mutu dan keselamatan
pasien setiap triwulan
3) Direktur Utama melakukan komunikasi secara tertulis melalui
surat resmi mengundang seluruh penanggung jawab mutu dan PIC
pengumpul data di masingmasing instalasi/bidang/bagian untuk
hadir pada rapat mutu dan keselamatan pasien setiap triwulan
4) Unit Penjaminan mutu mempresentasikan laporan peningkatan
mutu dan keselamatan pasien di tingkat Rumah Sakit kepada
seluruh penanggungjawab mutu dan PIC pengumpul data di
tingkat instalasi/bidang/bagian
5) Unit penjaminan mutu mengkomunikasikan rekomendasi dari
Direktur Utama ke penanggung jawab mutu di masing
instalasi/bidang/bagian melalui edaran rekomendasi rapat mutu
dan keselamatan pasien setiap triwulan
6) Unit Penjaminan Mutu melakukan koordinasi ke masing masing
penanggung jawab instalasi/bidang/bagian untuk melaksanakan
rekomendasi dari Direktur utama
7) Unit Penjaminan Mutu melakukan evaluasi hasil tindak lanjut
rekomendasi Direktur Utama kepada Penanggung Jawab Mutu di
masing masing Instalasi/bidang/Bagian
8) Unit Penjaminan Mutu menyusun laporan hasil tindak lanjut
rekomendasi Direktur Utama terhadap laporan mutu dan
keselamatan pasien
36
3) Direktur Utama meminta rekomendasi tertulis dari Dewan
Pengawas tentang laporan tertulis kegiatan mutu dan keselamatan
pasien setiap triwulan
4) Unit Penjaminan Mutu melakukan koordinasi dengan Penanggung
jawab di masing masing Instalasi/bidang bagian untuk melakukan
tindak lanjut rekomendasi Dewas
5) Unit Penjaminan Mutu menyusun laporan evaluasi dan tindak
lanjut rekomendasi dari Dewan Pengawas
37
internal serta mendapatkan persetujuan dari Direktur Utama. Berikut
langkah-langkah dalam melakukan publikasi secara external rumah
sakit
1) Siapkan data mutu PMKP yang hendak dipublikasikan berupa
grafik tren pencapaian selama 6 bulan sesuai dengan data terpilih
yang layak dipublikasi oleh UPM
2) Laporkan data mutu PMKP yang layak dipublikasikan ke Direktur
Utama oleh UPM
3) Mintakan persetujuan tertulis data yang hendak dipublikasikan
4) Buat surat permohonan publikasi sesuai dengan data yang sudah
mendapatkan persetujuan Direktur Utama oleh UPM kepada Sub
Bagian Humas.
5) Tembuskan surat permohonan publikasi sesuai dengan data yang
sudah mendapatkan persetujuan Direktur Utama ke Instalasi
Teknologi dan Informasi untuk dapat diunggah ke website resmi
RSIA Mutiara Bunda Salatiga
6) Lakukan kordinasi antar sub bagian Humas dan Instalasi Teknologi
dan Informasi untuk proses unggah data di website
7) Lakukan unggah data mutu ke website resmi RSIA Mutiara Bunda
Salatiga oleh Instalasi Teknologi dan Informasi
38
hasil pencapaian indikator mutu dari masing masing Bidang
/bagian/instalasi / unit kerja melalui rapat triwulan kepada seluruh
perwakilan komponen rumah sakit
4) Edarkan hasil capaian indikator dan notulen rapat triwulan mutu ke
seluruh ka Bidang, bagian, instalasi, unit oleh unit penjaminan
mutu
5) Lakukan kordinasi dengan Instalasi Tehnologi informasi untuk
mengungggah dta ke dalam intranet sesuai ketentuan publikasi
data
6) Lakukan publikasi data internal oleh Unit
Kerja/Bagian/Bidang/Instalasi melalui papan informasi sesuai
dengan kelayakan data yang boleh dipublikasi dengan membuatkan
pajangan hasil pencapaian data mutu dengan tampilan grafik yang
dilengkapi dengan definisi operasional indikator, numerator,
denominator, interpretasi data serta tindak lanjut
7) Pastikan data yang dipublikasi di papan informasi RS, dan intranet
RS. Indikator yang dipilih untuk publikasi adalah data bukan data
terkait informasi pasien , KTD dan sentinel event
8) Lakukan koordinasi dengan Sub. Bagian Humas agar data yang
dipublikasikan ke dalam bentuk media dinding (poster) di internal
rumah sakit sepengetahuan sub bagian Humas
9) Laksanakan monitoring dan evaluasi data yang dipublikasikan
secara internal melalui intranet, papan informasi di unit
kerja/bidang/bagian / unit kerja sesuai dan ter-update
39
GKM sebagai penyelenggara dan Gugus Kendali Mutu di lingkup RSIA
Mutiara Bunda Salatiga sebagai peserta. Kegiatan Konvensi Gugus Kendali
Mutu (GKM) bertujuan untuk memperoleh masukan/perbaikan berupa
inovasi-inovasi dalam peningkatan mutu di instalasi/bagian/bidang/unit
sebagai suatu tahapan diseminasi. Keberhasilan yang sudah dicapai
dipertahankan dan ditingkatkan untuk seluruh area rumah sakit. Teknis
pelaksanaan Konvensi GKM dilakukan dengan membagi seluruh peserta
GKM dalam dua kelompok yang sama, yaitu Stream A dan Sream B yang
masing-masing memiliki pemenang sebagai peserta GKM terbaik.
2. SIMARS
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMARS) adalah paket
software SIM Rumah Sakit yang dikembangkan secara profesional dengan
modul yang lengkap sehingga mampu mengcover dan mengintegrasikan
40
seluruh subsistem dan fungsional yang ada dalam sebuah rumah sakit
menjadi suatu sistem terpadu dan real-time
3. SISMADAK
41
G. Confidentiality (Data Rekam Medis Sangat Rahasia, Harus Memiliki
Wewenang dengan Baik) Pengumpulan Data Klinis.
42
8. Yang dimaksud pengungkap informasi yaitu pihak-pihak yang mempunyai
kewenangan (oleh karena jabatan, tanggung jawab dan kompetensinya)
dalam melakukan pengungkapan informasi yang bersifat rahasia sesuai
dengan peraturan dan prosedur yang berlaku
9. Yang dimaksud dengan Pengguna Informasi yaitu pihak-pihak yang
menggunakan data dan informasi Rumah Sakit untuk kepentingan
pengobatan (pasien), penelitian, melaksanakan pekerjaan, membayar
klaim, kepentingan hukum, audit, dll baik dari data dari dalam dan luar RS
10. Yang dimaksud dengan yang berhak mengakses data dan informasi yaitu
pihak-pihak yang mempunyai hak akses terhadap informasi tertentu oleh
karena melaksanakan tugas yang diembannya, serta jabatan dan
kewenangannya dalam mengakses informasi tertentu yang diatur dalam
peraturan dan prosedur yang berlaku
11. Semua data dan informasi yang rahasia harus dicantumkan peringatan
‘RAHASIA ’ pada setiap data dan informasi yang dicetak disetiap
halaman pada pojok kanan atas dengan menggunakan jenis huruf kapital
arial 11
12. Semua pengeluaran data dan informasi penting baik melalui surat
menyurat, fax, email, atau secara verbal melalui telpon, harus
didokumentasikan dengan mencatat :
nama dan tanda tangan staf yang memberikan informasi,
informasi yang disampaikan,
nama dan no telp/instansi yang meminta informasi di buku khusus
pengeluaran data dan informasi
13. Semua pengeluaran informasi melalui email atau faximile, harus diberikan
catatan bahwa ‘apabila informasi rahasia ini tidak sampai kepada yang
berhak, rumah sakit tidak bertanggung jawab’
14. Semua rekam medis pasien baik yang masih hidup maupun yang
meninggal adalah rahasia bila dibawa keluar dari RSIA Mutiara Bunda
Salatiga harus dalam keadaan tertutup dan diberi label ‘RAHASIA’
15. Data dan Informasi rahasia yang bisa diakses di komputer harus diproteksi
dengan password. Password komputer tidak dijinkan dibagikan kepada
pihak yang tidak memiliki akses/unauthorised person
16. Semua komputer yang ada di area pasien dan area umum/public screen
saver harus diatur maksimal selama 3 menit yang bertujuan untuk
43
mengurangi peluang orang yang tidak berkepentingan melihat informasi di
komputer yang ditinggalkan
17. Semua percakapan rahasia melalui telepon harus dipastikan bahwa sumber
dan penerima informasinya adalah orang yang memiliki kewenangan
untuk memberikan ataupun menerima informasi. Semua pembicaraan
rahasia yang dilakukan melalui telepon harus didokumentasikan dan
tidak boleh dilakukan di tempat umum
18. Semua percakapan yang berhubungan dengan pasien tidak dijinkan
dilakukan di tempat umum seperti koridor, di lift dan di cafetaria Rumah
Sakit. Semua informasi yang berhubungan dengan pasien adalah rahasia
yang harus dijaga kerahasiaannya dan hanya dilakukan dalam ruangan
khusus dan hanya boleh didengar oleh orang/ tertentu yang telah
berwenang
19. Informasi rahasia yang berupa dokumen tertulis dibagikan kepada pihak
tertentu harus diberi label ‘RAHASIA ’. Jika informasi tersebut sudah
tidak
dipergunakan lagi harus disimpan pada tempat khusus, dijaga
keamanannya oleh yang berwenang sebelum dilakukan proses
pemusnahan sesuai ketentuan.
20. Kerahasiaan dan keamanan data terkait kontribusi rumah sakit terhadap
data external meliputi:
Data benchmark dari RS luar hanya untuk perbandingan data mutu
sebagai bahan belajar.
Data dari RS luar tidak dilakukan publikasi/posting
Data dari RS luar tidak dipublikasikan tanpa seijin RS yang
bersangkutan
Akses pengiriman dan penyimpanan data mutu dari luar RS
bersifat terbatas
Sifat data merupakan katagori data ’RAHASIA ’
21. Kerahasiaan dan keamanan data mutu internal Rumah Sakit meliputi :
Data Indikator mutu RS atau unit kerja yang dipublikasikan untuk
informasi umum hanya seijin Direktur Utama
Publikasi atau posting data di web RS dilakukan dengan satu pintu
44
Publikasi atau posting data mutu di internal RS yang bisa diakses
oleh orang umum dipilih bukan merupakan data terkait informasi
pasien, Keselamatan pasien, wabah, data infeksi dan sentinel event.
22. Data dan informasi yang bersifat rahasia dan sangat rahasia disimpan di
tempat yang aman, terlindung dengan baik (ada kunci pengaman, CCTV
yg bisa memantau pihak-pihak yg mengakses, APAR, dll), tidak mudah
diakses oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hak akses (ruangan
khusus), terjaga dari hal-hal yang bisa merusak secara fisik dari data dan
informasi tersebut (misalnya dari jamur oleh karena kelembaban, rayap
atau tikus, dll), terhindar dari pihak-pihak yang berkepentingan yang bisa
merubah dan atau menghilangkan data dan informasi tertentu (staf yang
mempunyai akses harus sudah disumpah untuk menjaga keamanan dan
kerahasiaan data dan informasi)
45
a. Laksanakan analisis hasil pencapaian indikator mutu prioritas di
tingkat unit /bidang/bagian oleh Penanggung jawab mutu di masing
masing Instalasi/bidang/bagian
b. Laksanakan analisis hasil pencapaian indikator mutu prioritas di
tingkat rumah sakit oleh UPM
c. Laporkan hasil pemantauan data mutu yang wajib di pantau ke atasan
masing masing dan ditembuskan ke Unit Penjaminan Mutu
d. Lakukan pengumpulan data pemantauan seluruh Indikator mutu di
tingkat Rumah Sakit oleh Unit Penjaminan mutu
e. Lakukan analisis data dalam bentuk laporan data pencapaian mutu
tingkat Rumah sakit untuk dilaporkan kepada Direktur Utama dan dari
Direktur utama ke Dewan Pengawas
f. Jadikan Hasil analisis data mutu dan keselamatan pasien untuk
digunakan sebagai dasar oleh pimpinan dalam pengambilan
kebijakan, perencanaan dan pengembangan di rumah sakit
46
pimpinan dalam pengambilan kebijakan, perencanaan dan
pengembangan di rumah sakit
47
Rumah sakit menetapkan panduan dalam melakukan monitoring dan evaluasi
dokumen di rumah sakit seperti SPO, Panduan dan Pedoman dengan tujuan
mewujudkan tertib admnistrasi dan tata laksana instansi pemerintah yang
efektif dan efisien.
Salah satu upaya untuk mencapai visi, misi, tujuan dan penataan di lingkungan
RSIA Mutiara Bunda Salatiga diwujudkan dalam bentuk penyusunan dan
implementasi Standar Prosedur Operasional, Panduan dan Pedoman. Oleh
karena itu pengendalian dokumen tersebut wajib dilakukan oleh pimpinan unit
masing-masing, berikut langkah-langkah mengendalikan dokumen yang
meliputi:
1. Dokumen SPO, panduan dan Pedoman dievaluasi (direview) oleh Unit
Kerja pemohon sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sekali dengan tetap
memperhatikan keberlakuan dan efektivitas dokumen setelah dibahas
dengan bidang/bagian masing-masing.
2. Evaluasi SPO, Panduan dan Pedoman dilakukan oleh masing-masing unit
kerja yang dimonitor oleh kepala bagian/bidang yang memuat:
Judul dan nomor SPO, Panduan dan Pedoman;
Masa berlaku (masih berlaku/expired);
Efektivitas implementasi (efektif/tidak efektif);
Masa laksana (ya/tidak);
Kelengkapan sarana pendukung (ada/tidak);
Cataan hasil penilaian/evaluasi;
Tindakan /langkah-langkah yang harus diambil.
3. Melakukan koordinasi dengan unit penyimpan dokumen master (subbag
Hukum) dan Unit Pengendali Dokumen (Subbag Tata Usaha) jika ada
perubahan/revisi atau adanya pembatalan terhadap dokumen tersebut.
4. Perbaikan /revisi perlu dilakukan bila:
Alur di dokumen sudah tidak sesuai dengan keadaan yang ada;
Adanya perkembangan IPTEK;
Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru;
Adanya perubahan fasilitas.
5. Tidak perlu dilakukan revisi jika terjadi pergantian Direktur
Utama/pimpinan RS sedangkan dokumen tersebut masih
sesuai/dipergunakan.
48
6. Menggunakan formulir perubahan dokumen sebagai bukti jika ada
perubahan/revisi ataupun pembatalan dokumen tersebut
7. Dokumen yang direvisi dilengkapi dengan nomor revisi
8. Cara mereview (merevisi/membatalkan) dokumen, sama cara prosedur
pembuatan dokumen baru/perubahan dokumen.
9. Pemberian stempel “Uncontrolled Document” untuk dokumen master
yang dicopy oleh unit kerja yang memerlukan dokumen tersebut
10. Master dokumen lama yang sudah tidak digunakan lagi maka diberikan
stempel “Obsolete Document”
11. Penarikan dokumen yang akan dihapuskan dan digantikan dengan yang
baru dilakukan oleh subbag tata usaha kemudian dokumen yagn akan
dihapuskan diserahkan ke sub bagian hukum dan humas.
12. Bagian hokum dan humas bertugas memastikan bahwa hanya ada satu
dokumen yang mengatur hal yang sama.
13. Soft copy master dokumen SPO disimpan dalam bentuk PDF.
Penyusunan Program PMKP merupakan salah satu upaya rumah sakit untuk
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dan sebelum kegiatan peningkatan
PMKP dilaksanakan oleh UPM maupun Unit Kerja maka ada keterlibatan dan
persetujuan dari Pemilik Rumah Sakit (Dewas) dan Pimpinan RS terhadap
program PMKP. Berikut ini program PMKP dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Program PMKP Unit Kerja
Unit Kerja menyusun dan membuat program PMKP di unitnya masing-masing
yang berdasarkan permasalah yang diidentifikasi di unit kerjanya. Program
49
PMKP unit kerja disusun berdaarkan sistematika penulisan program dan
disertakan lembar persetujuan yang ditandatangani oleh ketua penanggung
jawab program mutu di unit kerja (kepala Instalasi) disetujui oleh atasan
langsung (direksi) dan diketahui oleh Direktur Utama. Oleh karena itu
pelaporan ke atasan langsung dan dimintakan rekomendasinya sebagai upaya
perbaikan dan tidak lanjutnya.
2. Program PMKP Rumah Sakit
Program PMKP di tingkat rumah sakit merupakan koordinasi dan Integrasi
kegiatan Mutu keselamatan pasien di Rumah Sakit dengan semua unit yang
terkait meliputi: kegiatan Surveilance PPI, Patient Safety dan Manajemen
risiko, SDM, dan bidang pelayanan medis serta Instansi terkait lainnya.
Program PMKP Rumah Sakit difasilitasi oleh UPM dari penyusunan sampai
program siap untuk dilaksanakan dengan persetujuan Pemilik RS yang
diwakili oleh Dewan Pengawas dan ditetapkan oleh Pimpinan RS (Direktur
Utama). Maka dari itu pelaporan yang dilaksanakan setiap tiga bulan
dilaporkan langsung ke direktur dan laporan dari direktur ke dewan pengawas
serta rekomendasinya masing-masing untuk ditindaklanjuti.
50
BAB VI
PENGORGANISASIAN
Disamping itu koordinasi dan fasilitasi juga dilakukan terkait program mutu
penentuan indikator, penyusunan profil indikator, pembuatan kertas kerja,
manajemen data mulai dari pengumpulan data, validasi data, analisa serta
pelaporan sebagai upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Upaya ini
dilakukan dengan berkoordinasi dengan para penanggung jawab atau person in
charge (PIC), Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), dan Tim
Keselamatan Pasien Rumah Sakit (TKPRS).
1. Struktur Organisasi PMKP
51
2. Tugas, Tanggung jawab, dan Kewenangan
52
Secara detail tugas, tanggung jawab dan kewenangan dari masing-masing pihak
adalah sebagai berikut:
1. Dewan Pengawas
a. Dewan Pengawas terdiri dari para professional yang berasal dari luar
rumah sakit. Dewan Pengawas bertanggung jawab dalam memberikan
arahan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program PMKP Rumah
Sakit.
b. Dewan Pengawas menyetujui program PMKP Rumah Sakit
c. Dewan Pengawas menerima laporan secara berkala tentang pelaksanaan
program PMKP Rumah Sakit
d. Dewan Pengawas menindaklanjuti laporan dengan membuat rekomendasi
yang dibutuhkan sesuai dengan laporan pelaksanaan program PMKP
Rumah Sakit yang diberikan.
2. Direktur Utama
a. Direktur Utama berpartisipasi dalam merancang program PMKP melalui
kegiatan rapat evaluasi dan penyusunan program.
b. Direktur Utama menetapkan proses atau mekanisme pengawasan
program PMKP dengan menetapkan struktur mekanisme pengawasan
program
c. Direktur Utama menyetujui program PMKP tingkat rumah sakit dan
program PMKP tingkat instalasi/bidang/bagian/Unit Kerja
d. Direktur Utama menerima laporan secara berkala terkait program PMKP
dari Direktur.
e. Direktur Utama menindaklanjuti laporan dengan membuat rekomendasi
yang dibutuhkan sesuai dengan laporan yang diberikan.
f. Direktur Utama melaporkan pencapaian program PMKP Rumah Sakit ke
Dewan Pengawas secara berkala.
g. Direktur Utama memonitoring dan mengawasi pelaksanaan program
PMKP rumah sakit.
3. Direktur
a. Direktur terdiri dari Direktur Medis dan Keperawatan, Direktur SDM dan
Pendidikan, Direktur Keuangan, dan Direktur Umum dan Operasional
53
b. Direktur menerima laporan secara berkala terkait program PMKP oleh
Penanggung Jawab Mutu.
54
g. Penanggung jawab program mutu di instalasi/bidang/bagian
bertanggungjawab mengkomunikasikan program dan capaian hasil
secara regular melalui rapat mutu instalasi/bidang/bagian dan
penggunaan media informasi
h. Penanggung jawab program mutu di instalasi/bidang/bagian melakukan
upaya perbaikan dengan metode FOCUS PDCA apabila target tidak
tercapai.
i. Penanggung jawab program mutu di instalasi/bidang/bagian memberikan
laporan pencapaian program mutu secara berkala ke Direktur terkait
dengan ditembuskan ke Unit Penjaminan Mutu.
j. Penanggung jawab program mutu di instalasi/bidang/bagian
merencanakan, mengkoordinasikan pelatihan serta melatih stafnya dalam
kontribusinya terhadap program PMKP.
k. Penanggung jawab program mutu di instalasi/bidang/bagian
memfasilitasi, mengkoordinasikan kebutuhan sumberdaya yang
diperlukan dalam melaksanakan program.
l. Penanggung Jawab Program Mutu melakukan edukasi, menyusun
regulasi baru terkait perbaikan yang dipertahankan.
55
f. Ketua pelaksana program mutu mengkoodinir upaya inovasi mutu,
konvensi mutu internal dan eksternal.
56
perbaikan, menjaga mutu pelayanan dan meningkatkan mutu pelayanan
di wilayah kerjanya.
57
k. Unit Penjaminan Mutu merancang, mengkoordinasikan, memfasilitasi
dan atau memberikan pelatihan PMKP sesuai kebutuhan dan sesuai
kontribusi staf dalam program PMKP.
l. Unit Penjaminan Mutu mengkoordinasikan, memfasilitasi upaya
perbaikan mutu dalam konvensi mutu internal dan eksternal, melaporkan
hasilnya dan mengawasi implementasinya.
m. Unit Penjaminan Mutu memfasilitasi upaya perbaikan yang berhasil
dilakukan yang dipertahankan di seluruh rumah sakit dan mengawasi
implementasinya.
TUGAS POKOK :
a. Ikut berpartisipasi di dalam identifikasi masalah, dan menentukan
prioritas indikator mutu di masing masing instalasi
b. Memahami profil indikator mutu yang dipantau termasuk kertas
kerja/worksheet
c. Melaksanakan pengumpulan data mealui SIMARS
d. Ikut Berpartisipasi dalam merancang , melaksanakan upaya perbaikan
mutu secara berkelanjutan melalui siklus FOCUS PDCA
e. Ikut berperan serta secara aktif di dalam upaya inovasi mutu , konvensi
mutu internal dan eksternal
f. Membantu menyusun laporan setiap triwulan termasuk analisis data
mutu dengan membandingkan dari waktu ke waktu, perbandingan
dengan RS luar jika ada dan membandingkan dengan parktek terbaik
g. Mengirim laporan mutu instalasi ke Direktur masing masing dan di
tembuskan ke Unit Penjaminan Mutu
h. Membantu penanggung jawab mutu untuk melakukan publikasi data
mutu internal di masing masing instalasi , data yang dipublikasikan
adalah bukan KTD dan data infeksi
i. Membantu kegiatan edukasi dan sosialisasi semua upaya perbaikan
mutu dan keselamatan pasien yang dilakukan di Rumah Sakit
58
FUNGSI:
2. Champion-Champion
Keterlibatan peserta didik dalam program mutu adalah setiap orang yang
telah terdaftar sebagai peserta didik dalam jenjang pendidikan tertentu
yang sedang menjalankan proses pendiidkan di rumah sakit, terlibat dalam
kegiatan pemantauan indikator mutu yang telah ditetapkan oleh rumah
sakit
59
akreditasi di masing masing SMF dan KPS.
60
5. Pembentukan Champion Mutu Program Pendidikan Dokter Spesialis
(PPDS)
a. Unit Penjaminan Mutu mengirim surat kepada pimpinan SMF dan
KPS penunjukan champion mutu dan keselamatan pasien
b. Unit Penjaminan Mutu menerima usulan daftar nama dokter spesialis
dan PPDS dari tiap tiap SMF dan KPS dan mengajukan ke Direktur
Utama
c. Direktur Utama menetapkan kebijakan tentang struktur
pengorganisasian akreditasi Rumah Sakit yang termasuk di dalamnya
nama nama dokter spesialis dan PPDS yang menjadi champion mutu di
masing masing SMF dan KPS
d. Para Champion mutu memliki tanggung jawab mensosialisaikan
seluruh standar mutu dan keselamatan pasien yang berlaku di Rumah
Sakit kepada peserta didik lain.
e. Para Champion mutu memastikan seluruh peserta diidk lainnya
mengimplementasikan seluruh standar mutu dan keselamatan pasien
yang berlaku di Rumah Sakit
61
permasalahan di lingkungan unit kerja serta dapat mengupayakan perbaikan
dan peningkatan mutu sesuai dengan kondisi yang ada di masing-masing
instalasi/bidang/bagian/unit.
Peran dan tata hubungan kerja dengan UPM yaitu terkait dengan pemantauan
indikator mutu sebagai berikut:
a) Merancang kertas kerja/format pemantauan indikator terkait dengan upaya
inovasi mutu di unit kerjanya.
b) Melaksanakan pemantauan data mutu sesuai dengan kertas kerjanya
c) Merekapitulasi hasil pengumpulan data inovasi mutu di unit kerjanya.
d) Menganalisis dan membuat laporan pelaksanaan inovasi mutu.
e) Melaporkan laporan inovasi/GKM atasan dan ditembuskan Unit
penjaminan Mutu
f) Ikut berpartisipasi dalam konvensi mutu internal maupun internal setiap
tahun
g) Mempertahankan upaya perbaikan yang sudah dicapai secara
berkesinambungan.
62
BAB VII
KEGIATAN
2. Rumah sakit dalam hal ini Direktur Medik dan Keperawatan melalui
bidang pelayanan Medis melakukan koordinasi dengan SMF dan Komite
Medik, menentukan paling sedikit 5 area prioritas setipa tahun dengan
fokus penggunaan pedoman klinik dan clinical pathways atau protokol
klinik. RSIA Mutiara Bunda Salatiga melaksanakan pedoman klinik dan
clinical pathways atau protokol klinik di setiap area prioritas yang
ditetapkan. Pedoman praktik klinis, alur perawatan klinis (clinical care
pathway), dan protokol klinis yang sesuai dengan populasi pasien dan misi
rumah sakit harus:
a. Dipilih dari semua hal yang dapat diberlakukan terhadap jenis layanan
dan pasien rumah sakit yang bersangkutan (jika ada, pedoman nasional
yang bersifat wajib disertakan dalam proses ini);
b. Dievaluasi kesesuaiannya bagi populasi pasien rumah sakit
c. Jika perlu, disesuaikan, dengan teknologi, obat-obatan dan sumber daya
lainnya yang tersedia di rumah sakit atau dengan norma profesional
yang diakui secara nasional;
d. Dinilai seberapa jauh pedoman tersebut terbukti secara ilmiah;
e. Disetujui atau diterapkan oleh rumah sakit secara formal;
f. Diterapkan dan diukur konsistensi penggunaan dan efektivitasnya;
g. Didukung oleh staf yang terlatih untuk menerapkan pedoman atau alur
klinis (Clinical Pathway);
63
h. Diperbarui secara berkala berdasarkan perubahan-perubahan yang ada
dalam bukti dan evaluasi terhadap proses dan hasilnya
4. Rumah Sakit dalam hal ini Direktur Pelayanan Medik dan Keperawatan
melalui bidang Pelayanan Medis melakukan monitoring penggunaan
pedoman klinis, Clinical Pathway dan menganalisa secara periodik dalam
upaya mengurangi variasi dalam proses dan hasil.
64
e. Penggunaan antibiotika dan obat lainnya
f. Kesalahan medis dan kejadian nyaris cedera
g. Anestesi dan penggunaan sedasi
h. Penggunaan darah dan produk darah
i. Ketersediaan, isi dan penggunaan catatan medik
j. Pencegahan dan kontrol infeksi, surveilans dan pelaporan
k. Riset klinik
65
3. Indikator Sasaran Keselamatan Pasien Adalah
66
b. Infeksi saluran kemih (ISK) – adalah infeksi saluran kemih simtomatik
yang diakibatkan karena pemasangan kateter urine.
c. Ventilator associated pneumonia (VAP) – adalah pneumonia yang
terjadi pada pasien setelah 48 jam pemasangan ventilator.
d. Hospital aquired pneumonia (HAP) – adalah pneumonia yang terjadi
pada pasien yang diawali dengan prosedur tirah baring dan terjadi
setelah 48 jam pasien dirawat.
e. Infeksi aliran darah primer (IADP) akibat pemasangan Central Vena
Catheter (CVC) - adalah infeksi yang timbul tanpa ada organ atau
jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi, diawali dengan
pemasangan CVC yang terjadi setelah 48 jam pemasangan.
f. Dan lain lain sesuai dengan kebijakan rumah sakit serta standar yang
ditetapkan
2. Risk Manajemen
67
Dengan penekanan pada perubahan budaya kerja dari organisasi dan
manajemen pencegahan. Pencegahan risiko dalam manajemen risiko di
rumah sakit adalah risiko klinis dan non-klinis. Risiko klinis adalah semua
risiko yang dapat dikaitkan langsung dengan pelayanan medis, dan
layanan lain yang dialami pasien di institusi kesehatan. Seperti manajemen
farmasi, masuk dan keluar dari rumah sakit, pengendalian infeksi,
kecukupan jumlah perawat yang melayani, dan sebagainya.
68
disetiap unit pelayanan dan disetiap proses pelayanan risiko perlu
diidentifikasi agar supaya seluruh personil dan manajemen merasa lebih
tenang karena risiko sudah diketahui sebelumnya. Dengan mengetahui
dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja atau kejadian yang tidak
diinginkan pada pasien. Sebagai hasil akhir dari teridentifikasinya risiko
maka pengeluaran biaya akibat terjadinya kecelakaan kerja dan kejadian
yang tidak ddinginkan pada pasien dapat dihindarkan sehingga secara
umum mutu pelayanan menjadi lebih baik.
Tujuan dari Rumah Sakit Kebijakan dan Manajemen Risiko Strategi RSIA
Mutiara Bunda Salatiga adalah:
1. Sebagai pedoman penerapan manajemen risiko yang terintegrasi dengan
tata kelola klinis untuk meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik
di semua tingkat organisasi.
2. Untuk memberikan peran yang jelas, tugas dan tanggung jawab staf
dengan manajemen risiko.
3. Untuk memberikan budaya terbuka di mana orang merasa terpacu untuk
mengambil tanggung jawab untuk meminimalkan risiko.
4. Untuk mengembangkan budaya belajar untuk mendukung perbaikan
keselamatan pelayanan
5. Untuk menyediakan manajemen risiko yang terintegrasi ke dalam
proses bisnis rumah sakit untuk memenuhi persyaratan akreditasi.
Struktur tata kelola dari manajemen risiko meliputi: (1) Peran rumah
sakit dan Tanggung Jawab Manajemen Risiko, (2) Keterlibatan Staf , (3)
Keterlibatan pasien dan keluarga pasien. Pedoman manajemen risiko
untuk RSIA Mutiara Bunda Salatiga dibagi dalam 5 langkah
1. Menegakkan Konteks: (a) Menegakkan Konteks Manajemen Risiko,
(b) Menegakkan ekternal konteks dan (c) Menegakkan internal
konteks.
2. Identifikasi Risiko
a) Termasuk dalam area operasional :
b) Credensialing dan staffing, Klinis, Penilaian kewajiban umum
(General Liability Assessment Topics), Parkir (Penerangan,
Lokasi, Keamanan), Laboratory dan Radiology.
69
c) Area Keuangan meluputi:Manajemen risiko keuangan,
Kemampuan untuk meningkatkan modal, Billing
(reimbursment),
Pencatatan & pengumpulan (Billing dan Collection), Kontrak
administrasi.
d) Area Sumber Daya Manusia meliputi:Ketentuan Pegawai
(Employment practices/ Human resources Topics), Isu
Lingkungan terkait Pegawai:
e) Area Stratejik meliputi: Perencanaan Stratejik dan Misi, Bisniss
venture: Merger, Joint Ventures), Status Kompetisi, Kewajiban
pemasaran (Advertising Liability), Risiko Reputasi, Pelayanan
baru & topik pelayanan, Konstruksi/ renovasi.
f) Area Hukum dan Peraturan meliputi: Statutes, Standar dan
peraturan : regional, state dan impak lokal, Licensure,
Akreditasi, Program Corporate Compliance.
g) Area Teknologi meliputi: Informasi sitem, Peralatan, Teknologi
baru, Pemeliharaan Peralatan.
3. Analisis Risiko: Analisis risiko mengacu pada proses yang sistematis
untuk memahami sifat risiko dan untuk mengurangi tingkat risiko
untuk memisahkan risiko minor diterima dari risiko utama, dan
menyediakan data untuk membantu dalam evaluasi dan pengobatan
mereka. Analisa risiko terdiri dari Risk grading Matrix, Root Cause
Analysis (RCA) and Failure Modes and Effects Analysis (FMEA).
Risk Grading Matrix: "Risiko sebagai fungsi probabilitas dari suatu
peristiwa yang tidak diinginkan, dan tingkat keparahan atau besarnya
dampak dari insiden”.
4. Evaluasi Dan Prioritas Risiko: Evaluasi Risiko Dan Prioritas Adalah
dengan membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama proses
analisis dengan kriteria risiko yang sebelumnya ditetapkan dan
mengembangkan daftar prioritas risiko untuk tindakan lebih lanjut.
Kejadian dengan risiko tinggi akan diidentifikasi untuk prioritas
untuk tindakan lebih lanjut.
5. Kelola Risiko: Perlakuan risiko melibatkan mengidentifikasi berbagai
pilihan untuk mengobati risiko, menilai pilihan mereka, menyiapkan
rencana penanganan risiko dan mengimplementasikannya. Hal ini
70
meliputi: Alternatif pengelolaan risiko, Evaluasi pengelolaan risiko
yang dipilih, Mempersiapkan rencana perawatan / Rencana
Kontinjensi dan Pelaksanaan pengelolaan risiko.
6. Investigasi Dari Adverse Events: RSIA Mutiara Bunda Salatiga
mendefinisikan suatu peristiwa buruk sebagai insiden atau peristiwa
yang mengakibatkan cedera atau kerusakan pada pasien sebagai
akibat dari melakukan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang harus diambil, dan bukan karena pasien dasarnya penyakit atau
kondisi. Cedera dapat disebabkan oleh kesalahan medis atau
kesalahan tidak medis karena tidak dapat dicegah.
3. FMEA
Program Mutu dan keselamatan pasien menetapkan program analisis yang
berdampak terhadap biaya dan efisiensi sekurang kurangnya 1 (satu)
project dalam setahun yang menggambarkan peningkatan efektifitas dari
segi penggunaan sumberdaya rumah sakit.
Tim Manajemen Risiko bertanggunga jawab atas dokumentasi dan
komunikasi yang meliputi: Laporan tahunan, Risk register dan FMEA.
Langkah-langkah FMEA: Langkah 1: Tentukan topik FMEA, Langkah 2:
Membentuk Tim, Langkah 3: Menggambarkan alur proses, Langkah 4:
Melakukan analisis hazard, Langkah 5: Tindakan dan Hasil Tindakan,
Langkah 6: Menindaklanjuti Tindakan yang Diambil.
71
Daftar semua kemungkinan / potensi modus kegagalan untuk langkah
langkah proses diidentifikasi pada Langkah 3. Modus kegagalan
mencakup apa saja yang bisa salah yang akan mencegah langkah
proses dari yang dilakukan. Menggunakan berbagai metode termasuk
memicu pertanyaan, brainstorming, sebab dan akibat diagram untuk
mengidentifikasi mode kegagalan potensial.
Urutkan modus kegagalan. Daftar semua efek potensial /
kemungkinan modus kegagalan. Efek mencakup apa saja yang bisa
terjadi jika kegagalan benar-benar terjadi.
Tentukan keparahan masing-masing efek dengan menggunakan
Severity Peringkat meja.
Menentukan potensi penyebab dari setiap mode kegagalan. Setiap
mode kegagalan mungkin memiliki beberapa penyebab modus
kegagalan. Mendokumentasikan penyebab pada formulir FMEA.
Menentukan probabilitas terjadinya untuk masing-masing penyebab
potensial dengan menggunakan Probability Peringkat meja dan
merekam tersebut pada formulir FMEA.
Menentukan Skor Hazard dengan mengalikan Probability Score oleh
Skor Severity Hazard. Gunakan Hazard Keputusan Matrix untuk
menentukan apakah warna modus kegagalan
Tindakan lebih lanjut. Jika skor 8 atau lebih tinggi, pertimbangan yang
kuat harus diberikan untuk mengembangkan rencana aksi. Catatan
dari tindakan korektif akan dikembangkan, untuk setiap mode
kegagalan, pada formulir FMEA. Jika skor bahaya adalah> 8 dan
keputusan adalah untuk tidak mengembangkan dan rencana aksi,
mendokumentasikan alasan pada formulir FMEA.
72
Cobalah untuk mensimulasikan perubahan proses dianjurkan untuk
menguji mereka sebelum pelaksanaan fasilitas-lebar.
Mengidentifikasi proses dan / atau hasil tindakan yang akan
digunakan untuk menganalisis dan menguji proses didesain ulang.
Mengidentifikasi tunggal, individu yang bertanggung jawab dengan
judul untuk menyelesaikan tindakan yang disarankan.
Menunjukkan apakah manajemen puncak telah setuju dengan tindakan
yang disarankan.
Catat tindakan yang disarankan, tanggung jawab dan target pada
formulir FMEA.
D. Penilaian Kinerja (RS, Unit Kerja, Para Pimpinan RS, Tenaga Profesi,
Staf) Rumah sakit melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penilaian
kinerja rumah sakit, penilaian para pimpinan rumah sakit, penilaian kinerja
individu (dokter, perawat/bidan dan tenaga profesional lain (penunjang) dan
penilaian unit kerja yang dijabarkan sebagai berikut ini:
73
perencanaan dan realisasi dalam RBA dinilai dengan realisasi belanja
anggaran. Adapun 5 komponen penilaian kinerja rumah sakit terdiri dari:
1. Perencanaan kinerja dan anggaran
2. Implementasi
3. Cara pengukuran
4. Pemanfaatan
5. Evaluasi
74
Bunda Salatiga sesuai dengan enam (6) aspek kompetensi umum yang
meliputi:
(1) Perawatan Pasien (Patient Care)
(2) Pengetahuan Medis/Klinis (Medical/Clinical Knowledge)
(3) Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktik (Practice base learning
improvement)
(4) Keterampilan Interpersonal dan Komunikasi (Interpersonal and skill
communication)
(5) Praktek Berbasis Sistem (System Base Practice)
(6) Profesionalisme
Jika kasus yang terjadi di bawah trigger yang ditentukan maka focus
review dilakukan setiap empat bulan, sedangkan jika kasus yang terjadi
tidak melampaui trigger yang ditentukan maka focus review dilakukan
75
satu tahun. Selain dari data Ongoing Professional Practice Evaluation
(OPPE), Focused Professional Practice Evaluation (FPPE) juga
dilakukan berdasarkan adanya:
a) Kejadian Sentinel
b) Keluhan Pelanggan
c) Tingkat Infeksi yang tinggi
d) Jumlah pasien MRS sedikit
e) Tindakan dilakukan terlalu lama dibandingkan dokter lain
f) Memanjangnya lama perawatan
g) Seringnya re-admisi pada kasus yang sama
h) Pemeriksaan penunjang atau pemberian obat yang tidak perlu
i) Kegagalan memberikan pelayanan sesuai dengan Pedoman
Pelayanan Medis
Untuk memelaksanaan penilaian kinerja dokter di RSIA Mutiara Bunda
Salatiga telah dibuat sebuah standar prosedur operasional dengan
formulir penilaian sebagai berikut:
a) Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) melakukan kegiatan di
Instalasi
b) Instalasi melalui petugas ruangan melakukan absensi terhadap
kehadiran DPJP
c) Selain melakukan pencatatan kehadiran, juga melakukan
pencatatan terhadap indikator kinerja dokter yang telah
dilaksanakan.
d) Indikator Kinerja Dokter direkapitulasi dan dilaporkan setiap
bulan kepada Direktur Medik dan Keperawatan sebagai atasan
langsung instalasi
e) Indikator Kinerja Dokter yang dilaporkan kepada Direktur Medik
dan Keperawatan adalah indikator yang tidak memenuhi trigger
f) Indikator Kinerja Dokter dibuat dalam prosentase (%) dan dalam
nilai absolute seperti yang tertulis dalam formulir Penilaian
Kinerja Dokter
g) Prosentase dihitung dengan membagi antara pelaksanaan kegiatan
dengan seluruh kegiatan yang seharusnya dilakukan dan dikali
seratus persen
76
h) Direktur Medik dan Keperawatan mendisposisi laporan Instalasi
kepada Bidang Pelayanan Medis untuk direkapitulasi
i) Bidang Pelayanan Medis akan melakukan rekapitulasi setiap
bulan dan empat bulan sekali menyampaikan trigger kinerja
dokter
kepada ketua SMF/Bagian untuk dilakukan review lebih lanjut
oleh SMF/Bagian
j) SMF/Bagian setelah menerima pemberitahuan DPJP yang
memperoleh trigger dari Direktur Medik dan Keperawatan
melakukan review dan mendiskusikan trigger tersebut dengan
DPJP bersangkutan
k) Setelah melakukan review, SMF/Bagian memberikan laporan
hasil review tersebut kepada Direktur Medik dan Keperawatan.
l) Hasil review SMF/Bagian bisa merekomendasikan antara lain:
tidak perlu tindakan, atau perlu tindakan atau perludilakukan
review terfokus oleh peer review
m) DPJP yang kena trigger penilaian kinerja tersebut diberikan
tindakan lanjut oleh Direktur Medik dan Keperawatan
berdasarkan pertimbangan rekomendasi dari ketua SMF/Bagian
atau dari peer review dapat berupa pencabutan sementara
kewenangan klinis
77
c) Tim Verifikator melakukan verifikasi terhadap nilai tersebut, dan
memasukan kedalam komputer sesuai dengan format dan rumus pembagi yang telah di
tentukan. Bila ditemukan nilai yang tidak sesuai maka tim verifikator akan melakukan
telusur dan koordinasi dengan penanggung jawab ruangan (atasan langsung).
d) Hasil Verifikasi dari Tim verifikator tersebut akan diusulkan ke
Bidang Keperawatan selaku atasan pejabat penilai ditingkat
manajemen.
e) Bidang Keperawatan selaku atasan pejabat penilai melakukan
verfikasi kembali, dan bila ditemukan ketidak sesuaian, akan
ditelaah berdasarkan bukti pada Rekam Medik.
f) Bidang Keperawatan menyerahkan hasil penilaian ke Bagian
Sumber Daya Manusia
78
Unit (ICU), Intensive Coronary Care Unit (ICCU), Luka Bakar,
Rawat Inap, Rawat Jalan, Gawat Darurat, Hemodialisa,
Endoscopi dan Chemotherapi, PICU, NICU, Neonatus,
Kebidanan (Kamar Bersalin, Ruang Nifas, Poliklinik
Kebidanan, Ginekologi), form penilaian ketrampilan terlampir.
6) Profesional
(a) Orientasi pelayanan (ramah, cuci tangan, cepat tanggap, dan
pasien puas): tidak ada komplin dari pasien dan keluarga.
(b) Integritas (taat terhadap aturan rumah sakit): jujur dan
dipercaya dalam setiap tindakannya.
(c) Komitmen (berpedoman pada standard operational procedure
(SOP), clinical pathway, laporan kejadian kasus): tidak ada
insiden (Keselamatan Pasien).
(d) Disiplin (kehadiran) : taat kepada aturan jam kerja dan
menggunakan uniform yang telah ditetapkan
(e) Kerjasama : mampu bekerja dalam tim dan tidak ada komplin
dari tim kerja
79
3) Selain melakukan pencatatan kehadiran, juga melakukan pencatatan
terhadap indikator kinerja tenaga penunjang medis yang telah
dilaksanakan.
4) Indikator Kinerja Dokter direkapitulasi dan dilaporkan setiap emapt
bulan kepada Direktur Medik dan Keperawatan sebagai atasan
langsung Instalasi
5) Indikator Kinerja tenaga penunjang medis yang dilaporkan kepada
Direktur Medik dan Keperawatan adalah indikator yang tidak
memenuhi trigger
6) Indikator Kinerja tenaga penunjang medis dibuat dalam prosentase
(%) dan dalam nilai absolute seperti yang tertulis dalam formulir
Penilaian Kinerja tenaga penunjang medis
7) Prosentase dihitung dengan membagi antara pelaksanaan kegiatan
dengan seluruh kegiatan yang seharusnya dilakukan dan dikali
seratus persen
8) Direktur Medik dan Keperawatan mendisposisi laporan Instalasi
kepada Bidang Penunjang Medis untuk direkapitulasi
9) Bidang Penunjang Medis akan melakukan rekapitulasi setiap bulan
dan empat bulan sekali menyampaikan trigger kinerja penunjang
medis kepada kepala Instalasi untuk dilakukan review lebih lanjut
oleh peer group terkait
10) Kepala Instalasi setelah menerima pemberitahuan tenaga penunjang
medis yang memperoleh trigger dari Direktur Medik dan
Keperawatan melakukan review dan mendiskusikan trigger tersebut
dengan tenaga penunjang medis bersangkutan
11) Setelah melakukan review, Kepala Instalasi memberikan laporan
hasil review tersebut kepada Direktur Medik dan Keperawatan.
12) Hasil review Kepala Instalasi bisa merekomendasikan antara lain:
tidak perlu tindakan, atau perlu tindakan atau perludilakukan
review terfokus oleh peer review
13) Tenaga Penunjang Medis yang kena trigger penilaian kinerja
tersebut diberikan tindakan lanjut oleh Direktur Medik dan
Keperawatan berdasarkan pertimbangan rekomendasi dari ketua
Kepala Instalasi atau dari peer review dapat berupa pencabutan
sementara kewenangan klinis
80
d. Penilaian Kinerja Unit Kerja
Di samping penilaian kinerja individu, penilaian juga dilakukan terhadap
kinerja unit. Penilaian terhadap kinerja unit dilaksanakan berdasarkan
penetapan program kerja unit kerja. Program kerja ditetapkan setiap tahun
dan dievaluasi setiap akhir tahun oleh Bagian Perencanaan dan Evaluasi
(PE). Penilaian kinerja unit kerja berdasarkan elemen penilaian pada
dokumen kinerja di unit kerja antara lain: (1) Indikator telah selaras dengan
renstra rumah sakit, (2) Indikator unit kerja telah memenuhi kriteria
indikator yang baik, (3) Target yang ditetapkan dapat dicapai, (4) Informasi
kinerja dapat diandalkan dan (5) Rencana tindak lanjut yang dilakukan
sebagai upaya perbaikan.
81
dapat terlaksana dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan.
Monitoring dapat dilakukan dengan merujuk pada faktor-faktor kelayakan
untuk suatu pelaksanaan pekerjaan, sehingga setiap jenis kegiatan kerjasama
akan memiliki faktor kelayakan yang berbeda-beda. Hasil monitoring
kemudian dijadikan bahan untuk mengevaluasi apakah kegiatan kerjasama
dapat dilanjutkan, diperbaiki atau bahkan dihentikan.
Evaluasi kontrak kerjasama dilakukan oleh tim pengkaji dan evaluasi ikatan
kerjasama yang terdiri dari berbagai pihak internal rumah sakit yang
memiliki otoritas untuk melakukan evaluasi yang disetujui secara bersama.
Adapun tugas tim pengkaji dan evaluasi adalah:
1. Melakukan kajian dan evaluasi terhadap seluruh IKS baik menyangkut
bidang pelayanan, penunjang, SDM dan pendidikan, keuangan, umum
dan operasional
2. Melakukan telaah dan analisis untuk kelangsungan IKS baik dari segi
substnasi maupun keuangan
3. Melakukan koordinasi dengan unit terkait sehubungan dengan
pelaksanaan IKS
4. Memantau pelaksanaan IKS
5. Membuat laporan kegiatan kepada Direktur Umum dan Operasional
F. Diklat PMKP
1. Ruang Lingkup Pendidikan dan Pelatihan PMKP
Adapun ruang lingkup Pelatihan Peningkatan Mutu dan Keselamatan
Pasien adalah sebagai berikut :
82
a) Pelatihan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien bagi pimpinan
adalah pelatihan mutu dan keselamatan pasien yang diberikan kepada Direksi
dan dan semua jajaran pimpinan dan penanggung jawab mutu di masing
masing instalasi baik yang dilakukan di lingkungan Rumah sakit maupun di
luar Rumah sakit. Pelatihan ini dilakukan secara kontinyu minimal satu tahun
sekali dan mengikuti perkembangan dan pengetahuan terkini
83
Adapun prosedur tata laksana Pelatihan Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien
di RSIA Mutiara Bunda Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Pelatihan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Bagi Pimpinan
1) Unit Penjaminan Mutu mengirimkan kerangka acuan pelatihan mutu kepada
Direktur Utama untuk mendapatkan persetujuan penyelenggaraan pelatihan
84
2) Unit Penjaminan Mutu melaksanakan training berkelanjutan di berikan
dalam bentuk sosialisasi/re-edukasi tentang mutu dan keselamatan pasien
baik yang dilaksanakan sewaktu
3) Unit penjaminan Mutu menyiapkan bahan dan modul yang terkait meliputi
Indikator mutu, penetapan prioritas, pengumpulan data , input data indikator,
insiden dan pelaporan keselamatan pasien, investigasi sederhana, analisis
data serta pelaporan
4) Instalasi Pelatihan dan perpustakaan mengorganisasikan pelatihan dan
menyiapkan pelaksanaan post test .
5) Instalasi Pelatihan dan perpustakaan mengeluarkan serifikat pelatihan
85
2) Unit penjaminan mutu memberikan edukasi kepada para Champion mutu
untuk selanjutnya champion mutu mempunyai tanggung jawab
mensosialisaikan seluruh standar mutu dan keselamatan pasien yang berlaku
di Rumah Sakit kepada peserta didik lain melalui rapat/pertemuan dan rapat
mutu triwulan
RSIA Mutiara Bunda Salatiga mengadakan pelatihan bagi pimpinan, staf dan
peserta didik saat orientasi peserta didik sesuai dengan peranan mereka dalam
program peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Pelatihan yang diterima
merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Pelatihan terdiri dari:
a. Bantuan Hidup Dasar minimal setiap 2 tahun
b. Fire Safety setiap tahun
c. Pencegahan dan pengendalian infeksi setiap tahun
d. Patient Safety
e. Pelatihan Peningkatan mutu dan keselamatan pasien serta Upaya perbaikan
mutu dengan focus PDCA setiap tahun
f. Komunikasi Effektif
g. Manajemen data dan informasi
h. Pelatihan Nyeri
i. Pelatihan/ simulasi code blue
j. Pelatihan pasien terminal
k. Dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan pelatihan setiap unit kerja
berdasarkan kualifikasi dan kompetensi staf yang dipersyaratkan untuk
melaksanakan tugas sebagai bagian dari pekerjaan rutin staf.
86
b. Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Kegiatan diklat PMKP ini dilaksanakan setiap tahun oleh Instalasi Pendidikan
dan Pelatihan RSIA Mutiara Bunda Salatiga bekerja sama dengan Unit
Penjaminan Mutu dengan sasaran para pimpinan dan staf PPA (profesi pemberi
asuhan) dengan materi terkait penjelasan PMKP di rumah sakit, cara
penyusunan program PMKP, cara melaksanakan program PMKP dan
memonitoring serta evaluasi program PMKP. pembuatan program mutu
Pemateri/narasumber yang ditunjuk karena mempunyai pengetahuan luas dan
kompetensi dibidangnya yang terkait dengan mutu, narasumber tersebut disertai
dengan CV narasumber dan narasumber tersebut ditetapkan oleh rumah sakit.
Pelatihan dibagi menjadi 2 sesi yaitu sesi pertama bagi pimpinan (Kepala
Bidang/ Bagian, Ka SMF, Kepala Program Studi, Kepala Unit, dan Kepala
Instalasi, Koordinator instalasi) Sedangkan hari kedua bagi Kepala Instalasi,
TIM Implementasi Akreditasi serta penanggung jawab pengumpul data dan
validasi data.
Materi hari pertama (bagi pimpinan) menyoroti tentang bagaimana komitmen
pimpinan dalam mengembangkan dukungan kepemimpinan yang lebih besar
bagi program rumah sakit, maka partisipasi pimpinan rumah sakit terkait dengan
program mutu dan keselamatan pasien mulai dari merencanakan, pelaksanaan
monitoring dan pengawasan serta melaporkan hasilnya kepada dewan pengawas
rumah sakit. Selain itu pimpinan rumah sakit bertanggung jawab dalam
menetapkan prioritas apa yang harus diukur, membuat keputusan berdasarkan
data pengukuran, memberikan bantuan teknologi dan dukungan lainnya untuk
mendukung peningkatan mutu dan keselamatan pasien. Pada hari kedua (bagi
staf) materi pelatihannya lebih banyak terkait dengan apa dan bagaimana mutu
tersebut dirancang, diukur/dipantau dianalisis, dilaporkan dan upaya yang
dilakukan untuk peningkatan dan mempertahankan mutu.
Pada akhir dari pelatihan mutu ini dilakukan post test dan hasil
evaluasi akan dilampirkan dalam laporan pelaksanaan pelatihan oleh
bagian pendidikan dan penelitian. Berikut ini jadwal pelatihan hari
pertama dan hari kedua:
87
Jadwal Pelatihan Mutu bagi Pimpinan dan Staf
Materi pelatihan mutu yang diberikan adalah sebagai berikut:
1. Hari pertama: Materi Pelatihan Bagi Pimpinan
NARASUMBER /
MATERI FASILITATOR
88
Materi 6: Analisis FOCUS PDCA Direktur SDM dan Pendidikan
89
G. Program PMKP di Unit Kerja
1. Program PMKP di unit kerja disusun berdasarkan identifikasi
masalah yang ada di unit kerja dengan mempertimbangan 10
kriteria untuk memprioritaskan masalahnya dan dipilih 2-3
masalah prioritas yang tertuang sebagai indikator yang ada pada
program PMKP unit kerja.
2. Program ini direncanakan, dilaksanakan, dimonitoring dan
dievaluasi secara berkala oleh kepala unit kerja. Hasil kegiatan
tersebut dilaporkan secara berkala kepada atasan langsung dan
ditembuskan ke UPM.
3. Pencatatan dilakukan sesuai dengan profil indikatornya dan data
dikumpulkan lalu dilakukan analisis, jika hasilnya tidak mencapai target
maka dilakukan upaya perbaikan dengan metode FOCUS PDCA dan
dibuatkan laporannya.
4. Unit kerja melaporkan hasil kegiatan dari pelaksanaan program di unit
kerjanya setiap triwulan atau sesuai evaluasi program masing-masing ke
atasan langsung dan ditembuskan ke UPM.
5. Pencatatan dan pelaporan Insiden Keselamatan Pasien dilakukan oleh unit
kerja jika ada kejadian ke Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai
ketentuan pelaporan insiden keselamatan pasien.
6. Penilaian kinerja individu/staf (tenaga profesi dan non profesi) dilakukan
oleh masing-masing pimpinan unit kerja.
7. Penilaian kinerja unit dilakukan oleh Bagian Perencanaan dan Evaluasi
setiap tahun berdasarkan Tapja yang sudah disusun sebelumnya dan
disampaikan pada rapat tapja.
90
hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti keseluruhan data.
2) Data Mutu adalah data pencapaian hasil pemantaun indikator mutu,
yang meliputi indikator RS, indikator unit kerja serta indikator lain
sesuai persyaratan regulasi dan atau akreditasi nasional dan atau
internasional
3) Analisis Data Mutu adalah suatu proses dalam menguraikan
sekumpulan data mutu hasil penelitian/survei untuk menjadi
informasi dan pemahaman arti keseluruhan data sehingga dapat
digunakan untuk mengambil suatu kesimpulan atau keputusan
dalam peningkatkan mutu di Rumah Sakit.
4) Analisi Data Mutu
6) Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan suatu kegiatan yang menggabungkan
hasil analisis dengan pernyataan, kriteria, atau standar tertentu
untuk menemukan makna dari data yang dikumpulkan untuk
menjawab permasalahan yang dihadapi.
b. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup kegiatan analisis data yaitu dimulai dari
langkah-langkah pengumpulan data secara garis besar adalah sebagai
berikut:
91
(1) Penanggung jawab pengumpul data mencatat data kedalam
formulir sensus harian / kertas kerja untuk data indikator mutu, (2)
Data direkapitulasi dan dianalisa dalam bentuk grafik, (3) Interpretasi
data,
(4) Lakukan perbaikan untuk peningkatan mutu, (5) Buat laporan dari
unit ke pimpinan/komite PMKP sesuai SPO di Rumah Sakit.
Ruang lingkup kegiatannya sesuai dengan level area pemantauan
indikator mutu adalah sebagai berikut :
1) Unit Kerja
a) Unit kerja membuat worksheet / kertas kerja berkoordinasi
dengan bidang / bagian / komite yang ada diatasnya dan
berkoodinasi dengan Unit Penjamin Mutu
b) Unit kerja menetukan alat analisis sesuai dengan kebutuhan
c) Unit kerja mengumpulkan data sesuai dengan kebutuhan alat
analisis / worksheet
d) Frekuensi pengumpulan data dilakukan setiap bulan oleh
kepala instalasi / koodinator unit dalam bentuk rekapitulasai
laporan dari beberapa sub unit
e) Analisa data dilakukan setiap bulan oleh ka. Instalasi /
koordinator unit dalam bentuk kalkulasi jumlah numerator,
denominator, pencapaian sesuai formula kemudian
dibandingkan dengan target
f) Pelaporan triwulan dilakukan setiap 3 bulan oleh Ka. Instalasi /
koordinator unit dalam bentuk rekapan jumlah numerator,
denominator, pencapaian sesuai dengan format dari beberapa
sub unit yang harus dilaporkan ke atasan masing-masing serta
laporannya ditembuskan ke Unit Penjamin Mutu dalam berupa
rekapitulasi pencapain target, dalam bentuk grafik garis atau
grafik kontrol yang dibandingkan dengan target, lengkap
dengan interpretasi, serta laporan pelaksanaan program
peningkatan mutu FOCUS – PDCA bila target tidak tercapai.
92
b) Melakukan sosialisasi pencatatan, pengumpulan dan
pengolahan data serta cara menyajikan dalam bentuk grafik
c) Menerima laporan setiap bulan sesuai dengan indikator mutu
masing-masing unit kerja
d) Melakukan validasi internal data indikator mutu
e) Unit Penjamin Mutu melaksanakan analisa periodik tingkat
rumah sakit berdasarkan hasil laporan lanjutan yang diterima
dari masing-masing PIC
f) Membandingkan data indikator mutu dengan standar nasional
g) Melaporkan ke Direksi
3) Direksi
a) Menerima laporan dari unit penjamin mutu
b) Memberi arahan dan rekomendasi
c. Tata Laksana
93
rekapitulasi pencapaian target, dalam bentuk grafik yang
dibandingkan dengan target lengkap dengan interpretasi serta
laporan pelaksanaan program peningkatan mutu FOCUS-PDCA
bila target tidak tercapai.
94
b. Tujuan Validasi Data Mutu
1) Tujuan dari validasi data secara umum adalah tersedianya data dan
informasi mutu yang valid sebagai dasar menajemen rumah sakit
untuk mengambil keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program dan peningkatan kewaspadaan serta
respon terhadap kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.
2) Tujuan Khususnya yaitu:
a. Untuk menyediakan data dan informasi mutu yang valid
sebagai dasar mengambil keputusan manajemen dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program.
b. Monitoring akurasi data yg dikumpulkan
c. Verifikasi bahwa pengambilan data adalah konsisten dan
reproducible
d. Verifikasi ekspektasi tentang volume data yang dikumpulkan.
e. Tanggung jawab mutu pelayanan kesehatan untuk
masyarakat/publik.
f. Mendorong peningkatan dalam proses pengumpulan data.
g. Ukuran yang dapat dipercaya untuk potensial benchmarking
selanjutnya
95
5) Sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan pasien
yang diubah ke bentuk elektronik sehingga sumber data berubah
menjadi data elektronik dan data cetak; atau
6) Subjek pengumpulan data berubah, misalnya perubahan dalam
umur pasien rata-rata, perubahan protokol penelitian, penerapan
practice guideline (pedoman praktik) baru, atau pemakaian
teknologi dan metodologi perawatan baru.
f. Data Valid/Akurat
Hitungan keakuratan dilakukan dengan membandingkan hasil data
orang pertama (First Abstractor) dengan hasil validasi orang
kedua/validator (Second Abstractor) dikalikan dengan 100%. Hasil
perbandingan tersebut dikatakan valid/akurat jika ≥ 90%.
96
g. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup melaksanakan proses validasi internal data
indikator mutu adalah sebagai berikut:
1) Validator
a) Validator adalah orang yang telah memiliki kewenangan
melakukan validasi data. Validator menilai kebutuhan validasi
dengan menentukan indikator yang dipilih dari indikator
rumah sakit yang layak untuk dilaksankan validasi.
b) Validator menentukan jumlah sampel untuk validasi data mutu.
Penggunaan 100% sampel (total sampling) hanya diperlukan
apabila jumlah rekor, kasus, atau data lainnya dengan jumlah
total sumber data original sebesar 1-16 sampel, jika jumlah
sumber data antara 17-160 sampel maka pengambilan sampel
data untuk validasi minimal 16 atau 10% dari sumber sampel
dan jika jumlah sampel besar antara 161-480 pengambilan
sampel validasinya 10%. Jika sumber data > 480 maka jumlah
sampel minimalnya sebanyak 48 sampel data validasi.
c) Hitungan akurasi data dengan metode membandingkan hasil
data orang pertama (First Abstractor) dengan orang kedua
(Second Abstractor). Hasil akurasi data ≥ 90% dikatakan
sebagai data valid/akurat. (Richard. 2012)
d) Validator melakukan pengumpulan ulang dengan mengisi
kerta kerja sesuai dengan cara pengumpulan data yang
dikumpulkan oleh pengumpul data pertama.
e) Validator menghitung keakuratan data dengan metode
membandingkan hasil data orang pertama dengan validator
dengan rumus sebagai berikut:
(1) Metode 1
97
(P2 dikatakan valid: bila nilai P2 berada diantara rentang
jumlah pada P1 – X atau P1 + X)
(3) Metode 3
0.9 x P1 = X%, maka hasil re-abstraksi (P2) dalam rentang (+)
atau (–) 90% dari hasil original, atau hasilnya kurang/lebih dari
90%. (Richard. 2012)
Keterangan:
(P1) : First Abstractor / Pengumpul Data Pertama
(P2) : Second Abstractor / Pengumpul Data Kedua
f) Validator menyimpulkan validitas data dengan laporan validasi.
g) Validator melakukan validasi data internal indikator mutu
sesuai ketentuan validasi.
3) Direksi
Direksi menerima laporan setiap kegiatan validasi data internal
indikator mutu yang akan dijadiakan bahan rapat untuk perbaikan
dan peningkatan mutu sehingga dapat berdaya guna bagi tenaga
kesehatan dan memberikan kepuasan bagi masyarakat.
h. Tata Laksana
Adapun prosedur tata laksana validasi internal data indikator mutu di
RSIA Mutiara Bunda Salatiga adalah sebagai berikut:
1) Tentukan tim validasi yang merupakan orang kedua diluar
pengumpul data pertama
98
2) Tentukan data yang membutuhkan validasi, validasi dilakukan
ketika:
a) Terdapat suatu ukuran baru diterapkan (khususnya, pengukuran
klinis yang dimaksudkan untuk membantu rumah sakit
mengevaluasi dan meningkatkan proses atau hasil klinis yang
penting)
b) Data akan ditampilkan kepada publik lewat situs web rumah
sakit atau cara lain
c) Terdapat suatu perubahan pada pengukuran yang ada, seperti
jika ada alat pengumpulan data telah diubah atau proses
abstraksi data atau abstractor telah diubah
d) Data yang dihasilkan dari pengukuran sebelumnya berubah
tanpa alasan yang jelas;
e) Sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan
pasien yang diubah ke bentuk elektronik sehingga sumber data
berubah menjadi data elektronik dan data cetak; atau
f) Subjek pengumpulan data berubah, misalnya perubahan dalam
umur pasien rata-rata, perubahan protokol penelitian,
penerapan practice guideline (pedoman praktik) baru, atau
pemakaian teknologi dan metodologi perawatan baru
3) Cek sumber data (data asli) untuk dilakukan validasi
4) Tentukan sumber data untuk dilakukan validasi
5) Tentukan jumlah sampel validasi oleh validator
6) Hitung jumlah sampel oleh validator berdasarkan perhitungan
sebagai berikut jika:
a) Jumlah sumber data sampel 1-16 maka diambil sampel validasi
100% sampel (total sampling) yaitu 16 sampel
b) Jumlah sumber data sampel anatra 17-160 sampel maka sampel
validasi minimal 16 atau 10% dari sumber data
c) Jumlah sampel antara 161-480 maka pengambilan sampel
validasinya 10 %
d) Jumlah sumber data > 480 maka jumlah sampel minimalnya
sebanyak 48 sampel data validasi
7) Buat kertas kerja validasi, kertas kerja validasi sama dengan kertas
kerja pada profil indikator mutu
99
8) Lakukan pengumpulan data validasi oleh validator
9) Hitung hasil validitas dengan menggunakan dengan
membandingkan hasil data orang pertama dengan validator dengan
rumus sebagai berikut :
(P2 dikatakan valid bila nilai P2 ≥ 90% atau nilai P2 berada pada
rentang P1 - x dan atau P1 + x)
Ket : First Abstractor / Pengumpul Data Pertama (P1)
Second Abstractor / Pengumpul Data Kedua (P2)
100
18) Lakukan publikasi terkait data valid dengan ketentuan sebagai
berikut:
a) Data mutu bukan insiden / Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
di rumah sakit
b) Hasil data mutu valid (jika hasil akurasinya ≥ 90 %)
c) Data mutu disetujui oleh Direktur Utama
d) Unggah data dalam webside di satu pintu yaitu Humas
e) Publikasikan data melalui intranet
f) Publikasikan data melalui papan informasi
g) Publikasi data melalui presentasi rapat mutu
i. Dokumen
Profil Indikator Yang Divalidasi
Sesuai dengan indikator yang disetujui untuk
Judul Indikator divalidasi
Jumlah Sampel
Validasi Lihat Initial Sampel Size Validasi
101
tidak
HASIL
%
CAPAIA
N HASIL KET
VALID First (Valid
ORANG ASI =
STAND Abstract
N AR INDIKATO PERTA or jika
O R MA (Second nilai
QPS Abstrac dengan validas
(First tor) i
Abstract Second
or) (%) Abstract ≥ 90%)
or
(%)
1
2
3
4 dst
102
4) Proses analisis komparasi sesuai Standar PMKP 4.2 yaitu, Proses
analisis dilakukan dengan membandingkan secara internal,
membandingkan dengan rumah sakit lain bila tersedia, dan
membandingkan dengan standar keilmuan serta membandingkan
dengan praktek yang baik. Maksud dan tujuannya sebagai berikut:
Sasaran dari analisis data adalah agar dapat dilakukan
perbandingan bagi rumah sakit melalui empat cara:
a) Dengan diri sendiri dalam waktu tertentu, seperti dari bulan ke
bulan atau satu tahun ke tahun berikutnya.
b) Dengan rumah sakit luar yang memiliki performance yang baik
c) Dengan standar, seperti ditetapkan oleh badan akreditasi,
ikatan profesional atau menggunakan ketentuan yang
ditetapkan dalam undang-undang atau peraturan.
d) Dengan database external yang didapatkan dari literature yang
diakui referensinya sebagai acuan praktek yang paling baik
5) Proses benchmarking harus memenuhi prinsip prinsip yang
ditentukan oleh standar Etika benchmarking Internasional (Sower,
Duffy dan Gerald 2008) yaitu :
a) Prinsip legalitas
b) Prinsip pertukaran/exchange
c) Prinsip kerahasiaan/confidentiality
d) Prinsip Penggunaan
e) Prinsip Kontak dengan orang pertama/first party contact
f) Prinsip kontak dengan orang ketiga/third party contact
g) Prinsip penyelesaian/completion
h) Prinsip pemahaman and tindak lanjut/understanding and
action.
103
b. Ruang Lingkup Benchmarking
104
b) Menerima laporan hasil benchmark dalam bentuk analisis
komparasi
c) Memberi rekomendasi terkait laporan
105
4. ROOT CAUSE ANALYSIS (RCA)
a. Langkah Analisis Akar Masalah
Sesuai dengan panduan Joint Commission International, terdapat 4
bagian besar langkah analisis akar masalah. Keempat bagian besar
langkah ini diuraikan lebih lanjut menjadi 21 langkah.
Persiapan analisis
akar masalah
Identifikasi akar
masalah
Penyusunan dan
Implementasi
Actions for
Improvement
106
2) Penentuan Apa yang Terjadi dan Mengapa: Penentuan
Proximate Causes
(4) Menetapkan apa yang terjadi
(5) Mengidentifikasi faktor yang berkontribusi atas terjadinya
masalah
(6) Mengidentifikasi faktor pendukung lain
(7) Mengukur – mengumpulkan dan menganalisis data untuk
menetapkan proximate causes dan underlying causes.
(8) Merencanakan dan melaksanakan perubahan segera yang dapat
dilakukan
3) Identifikasi Akar Masalah
(9) Mengidentifikasi sistem yang terlibat
(10) Merinci daftar akar masalah
(11) Mengkonfirmasi akar-akar masalah dan mempelajari
hubungannya
4) Penyusunan dan Implementasi Actions for Improvement
(12) Mengeksplorasi dan mengidentifikasi strategi pengurangan
risiko
(13) Menyusun langkah perbaikan
(14) Evaluasi langkah perbaikan yang telah disusun
(15) Merancang perbaikan
(16) Memastikan akseptabilitas langkah perbaikan
(17) Melaksanakan langkah perbaikan
(18) Merumuskan cara pengukuran efektivitas langkah perbaikan
(19) Melakukan evaluasi seluruh upaya perbaikan
(20) Mengambil langkah tambahan
(21) Mengkomunikasikan hasil
107
Hasil : Terbentuk Tim RCA
Terdapat rumusan masalah
Tim memahami awal masalah
Form : Peran, kualifikasi dan uraian tugas masing-masing anggota tim
2) Merumuskan masalah
a) Masalah yang akan dianalisis menggunakan RCA adalah kejadian
sentinel atau kejadian yang menyebabkan kematian atau cedera
berat atau kasus yang setelah dilakukan grading memerlukan
analisis RCA.
b) Kejadian yang akan dianalisis berfokus kepada kejadian “salah”
bukan mengapa kejadian tersebut terjadi. Merumuskan kejadian
dengan menggunakan kata tanya: Apa, Siapa, Dimana, Kapan dan
Bagaimana.
c) Kejadian didefinisikan dengan satu-dua kalimat pernyataan yang
sederhana. Misal: operasi dilakukan pada area yang salah.
108
LANGKAH 2: MERUMUSKAN ALUR PERISTIWA YANG TERJADI
Objektif : melakukan pengumpulan datadan pemetaan peristiwa
Hasil : alur peristiwa
Form : daftar bukti-bukti: wawancara, bukti fisik lainnya
1) Melakukan pengumpulan data: kronologis, laporan keselamatan
pasien, wawancara, observasi. Pengumpulan data dicatat dalam bentuk
tertulis, foto-foto, rekaman wawancara, dan rekaman video.
Pengumpulan data akan menghasilkan data berupa pernyataan saksi
dan observasi, bukti fisik dan bukti dokumen.
2) Melakukan wawancara dengan menggunakan pertanyaan terbuka dan
pada akhir wawancara dilakukan konfirmasi terhadap hasil wawancara
tersebut untuk memastikan kesesuaian informasi yang dicatat dengan
yang disampaikan saat wawancara.
3) Melakukan pemetaan urutan kejadian dengan menggunakan satu
kalimat berisi 1 subjek dan 1 predikat. Alur berjalan secara linier yang
dimulai dari kejadian yang paling lampau hingga kejadian yang tidak
diharapkan.
109
d) Titik awal untuk bertanya MENGAPA di dalam mencari akar
masalah (Five Why)
3) Menentukan primary effect dapat dilakukan dengan menggunakan
analisis komparasi yaitu mengidentifikasi gap yang terjadi antara
proses yang telah ditetapkan sebelumnya dengan fakta pelaksanaan
proses yang menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan.
4) Menetapkan primary effect dilakukan berdasarkan kesepakatan
anggota Tim.
110
8) Dalam mengidentifikasi KONDISI, tim tetap berfokus kepada proses
bukan kepada individu.
9) Setelah mengetahui akar masalah, tim mengkaji situasi/proses di
dalam pelayanan rumah sakit berkaitan dengan akar masalah dan
penting untuk dikelola.
10) Pengelolaan tersebut dilakukan dengan mencari barrier atau
penghalang agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
111
g) Pastikan pelatihan dan proses asesmen kompetensi.
h) Memastikan suatu sistem pelaporan non punitive terhadap
kejadian nyaris cedera
i) Mengeliminasi titik-titik risiko.
4) Dilakukan brainstorming bentuk-bentuk penghalang/barrier dan
dibuat skala 1 (paling tidak efektif) hingga 6 (paling efektif).
Menetapkan skala tersebut dilakukan dengan memperhatikan hal-hal
berikut:
a) Kemungkinan keberhasilan untuk mencegah terjadi ulangnya
kejadian
b) Kesesuaian dengan visi dan misi Rumah Sakit
c) Risiko
d) Mampu laksana
e) Kemungkinan barrier tersebut untuk menimbulkan kejadian
tidak diinginkan yang lain
f) Dapat diterima oleh pihak manajemen, dokter dan staf lainnya.
g) Adanya kendala terhadap pelaksanaan barrier tersebut.
h) Waktu implementasi
i) Solusi jangka pendek vs solusi jangka panjang
j) Biaya
k) Kemampuan untuk diukur keberhasilannya
112
a. Plan (Rencana)
(1) Membuat atau mendesain atau mendesain ulang proses atau
memperbaiki proses yang telah ada.
(2) Menetapkan cara untuk uji terhadap proses tersebut
(3) Menetapkan tolok ukur keberhasilan strategi dan tujuan
yang ingin dicapai
(4) Menetapkan cara mengumpulkan data untuk menilai
keberhasilan
(5) Menetapkan tim untuk melakukan pengujian
b. Do (Pelaksanaan)
(1) Melakukan proses yang akan dilakukan pada area kecil
(2) Mengumpulkan data keberhasilan pelaksanaan strategi.
(3) Menetapkan hasil pengujian
(4) Memutuskan apakah perubahan pada proses berhasil atau
tidak
(5) Mengidentifikasi pelajaran yang dapat ditarik dari proses
uji coba
c. Study (Analisis)
(1) Menganalisis hasil dari uji proses
(2) Memutuskan apakah perubahan terhadap proses berhasil
atau tidak
(3) Mengidentifikasi dan menarik pelajaran yang dapat terjadi
d. Act (Implementasi)
(1) Jika uji coba berhasil, implementasi proses harus
dilaksanakan
(2) Jika uji coba tidak berhasil, dilakukan modifikasi dan siklus
uji coba diulang kembali
(3) Identifikasi pelajaran yang dapat ditarik.
3) Teknik uji coba proses dapat juga dilakukan dengan Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA).
Tahap dalam melakukan FMEA adalah sebagai berikut:
113
a. Memilih proses yang berisiko dan membentuk tim
b. Membuat diagram proses tersebut
c. Melakukan “brainstorming” potensi terjadi kegagalan dan
menentukan efek yang dapat terjadi jika proses mengalami
kegagalan.
d. Membuat prioritas terhadap bentuk kegagalan yang mungkin
terjadi dalam proses.
e. Identifikasi akar masalah dari kegagalan yang mungkin terjadi
tersebut.
f. Dilakukan redesain proses.
g. Analisis dan uji proses yang baru tersebut.
h. Proses yang telah diredesain diimplementasi dan tetap
dilakukan pengawasan.
5. MANAJEMEN RISIKO
a. Definisi
1) Tata kelola klinis adalah suatu kerangka kerja yang meliputi
seluruh kerangka kerja organisasi termasuk seluruh staf dapat
memberikan pelayanan kepada pasien dengan kualitas pelayanan
114
klinis yang terukur dan akuntabel. Kerangka kerja ini telah
disetujui sebagai
sistem dan proses untuk kontrol perbaikan kualitas pelayanan yang
berorientasi bagi pasien.
2) Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses yang
berkelanjutan sistematis mengidentifikasi, mengevaluasi dan
mengelola risiko dengan tujuan mengurangi dampak yang
merugikan bagi organisasi dan individu. Dengan penekanan pada
perubahan budaya kerja dari organisasi dan manajemen
pencegahan
3) Risiko klinis adalah semua risiko yang dapat dikaitkan langsung
dengan pelayanan medis, dan layanan lain yang dialami pasien di
institusi kesehatan. Seperti manajemen farmasi, masuk dan keluar
dari rumah sakit, pengendalian infeksi, kecukupan jumlah perawat
yang melayani, dan sebagainya.
4) Risiko non-medis dapat berupa risiko organisasi, serta risiko
keuangan. Risiko organisasi yang secara langsung berkaitan
dengan komunikasi, layanan produk, perlindungan data, sistem
informasi dan semua risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian
tujuan organisasi. Risiko dalam hal keuangan yang pasti dapat
mengganggu kontrol keuangan yang efektif, termasuk sistem yang
harus mampu untuk memberikan catatan akuntansi yang baik.
b. Tujuan
Untuk menjamin keamanan pasien, staf dan masyarakat dan untuk
memberikan kualitas, pelayanan berpusat pada pasien dalam mencapai
hasil yang sangat baik serta dapat mempromosikan penggunaan terbaik
dari sumber daya yang ada, melalui pendekatan terpadu untuk
mengelola risiko dari semua sumber.
115
1. Sebagai pedoman penerapan manajemen risiko yang terintegrasi
dengan tata kelola klinis untuk meningkatkan tata kelola
perusahaan yang baik di semua tingkat organisasi.
2. Untuk memberikan peran yang jelas, tugas dan tanggung jawab
staf dengan manajemen risiko.
3. Untuk memberikan budaya terbuka di mana orang merasa terpacu
untuk mengambil tanggung jawab untuk meminimalkan risiko
4. Untuk mengembangkan budaya belajar untuk mendukung
perbaikan keselamatan pelayanan
5. Untuk menyediakan manajemen risiko yang terintegrasi ke dalam
proses bisnis rumah sakit untuk memenuhi persyaratan akreditasi
c. Ruang Lingkup
Struktur tata kelola dari manajemen risiko meliputi:
1. Peran rumah sakit dan Tanggung Jawab Manajemen Risiko
a. Direktur Utama
Direktur Utama bertanggung jawab secara menyeluruh untuk
implementasi dari manajemen risiko di rumah sakit. Direktur utama
Memastikan bahwa tanggungjawab dan koordinasi dalam hal
manajemen risiko dilaksanakan dengan baik. Dalam hal
pengembangan strategi manajemen risiko ini Direktur Utama
mendelegasikan tanggungjawabnya kepada Para Direktur sesuai
areanya untuk memastikan bahwa proses manajemen risiko telah
dikoordinasikan serta sesuai dengan tujuannya.
b. Direktur Medik dan Keperawatan
Direktur Medik dan Keperawatan memiliki tanggung jawab
keseluruhan untuk memimpin, dan pengiriman, agenda
keselamatan pasien dan untuk memastikan kualitas dan terbaik
hasil klinis mungkin, serta memungkinkan staf medis untuk
mencapai hasil yang lebih baik dan layanan yang aman.
Bertanggung jawab untuk koordinasi antar departemen dalam
pelaksanaan manajemen risiko
Direktur Medis memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk
kebijakan insiden serius dan proses yang terjadi
c. Direktur SDM dan Pendidikan.
116
Direktur Sumber Daya Manusia dan Pendidikan bertanggung jawab
untuk manajemen sumber daya manusia dan pendidikan terkait
dengan keselamatan dan manajemen risiko pendidikan.
Memastikan dan program pembelajaran diidentifikasi, dilaksanakan
dan dievaluasi.
Memastikan laporan insiden yang terkait dengan kesempatan
belajar bagi staf diidentifikasi dan diimplementasikan, Bertanggung
jawab untuk program pelatihan manajemen risiko.
e. Direktur Keuangan
Direktur Keuangan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
perencanaan dan pelaksanaan manajemen risiko
keuanganMemberikan bantuan analisis biaya manfaat Mengelola
biaya dukungan untuk manajemen risiko Memantau pelaksanaan
manajemen risiko keuangan
f. Kepala Bagian/Bidang/Instalasi
1) Bertanggung jawab untuk memastikan sistem manajemen
risiko di tempat untuk mengidentifikasi, menilai dan mengelola
risiko melalui risk register
2) Memastikan sistem yang efektif bekerja untuk pelaporan,
pencatatan dan investigasi terhadap semua efek samping,
seperti insiden serius, insiden, nyaris, keluhan dan klaim.
3) Bertanggung jawab untuk tindakan yang tepat
diimplementasikan di unit mereka untuk mengurangi risiko
4) Memastikan kepatuhan staf mereka dengan prosedur dan
standar diidentifikasi
117
5) Memastikan pendidikan dan pembelajaran di antara staf dengan
manajemen risiko dibagi di unit mereka
6) Untuk memberikan koordinasi lintas departemen dalam proses
manajemen risiko
118
2. Keterlibatan Staf
Rumah Sakit mendorong semua staf di semua tingkatan untuk
terlibat dalam manajemen risiko dan mendorong staf untuk bekerja
dengan budaya yang kuat untuk meningkatkan kekhawatiran
tentang masalah risiko. Rumah Sakit mendorong keterlibatan staf
melalui beberapa mekanisme termasuk:
a. Induksi / program orientasi
b. Strategi dalam manajemen risiko
c. Budaya keselamatan
d. Sistem pelaporan kejadian
119
Figure 1 : Risk Management Process
Menegakkan Konteks
ltasi
Monitoring da
Kons
Identifikasi Risiko
n Review
u
n
a
Analisis Risiko
i d
s
RI S K A S S E S M E N
ni
k
a
Evaluasi Risiko
mu
Ko
Kelola Risiko
RI S K R E G I S T E R
120
(1) MENEGAKKAN KONTEKS
Menegakkan konteks mengacu pada parameter organisasi dan lingkungan
di mana proses manajemen risiko klinis harus dilakukan, tujuan dari
kegiatan risiko dan konsekuensi potensial yang bisa timbul dari pengaruh
internal dan eksternal.
a. Menagakkan Konteks manajemen Risiko
Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup dan parameter aktivitas, atau
bagian dari organisasi dimana proses manajemen risiko sedang
diterapkan, harus ditetapkan terlebih dahulu. Proses ini harus
dilakukan dengan penuh pertimbangan dari kebutuhan untuk
menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Sumber daya yang
diperlukan dan catatan untuk disimpan juga harus ditentukan.
Pengaturan ruang lingkup dan batas-batas aplikasi manajemen risiko
klinis melibatkan:
1) Mendefinisikan organisasi, proses, proyek atau kegiatan dan
menetapkan tujuan dan sasaran;
2) Menentukan sifat dari keputusan yang harus dibuat;Defining the
extent of the project activity or function in terms of time and location;
3) Mengidentifikasi setiap scoping atau framing studi yang dibutuhkan
dan ruang lingkup, tujuan dan sumber daya yang diperlukan; dan
4) Mendefinisikan kedalaman dan luasnya kegiatan manajemen risiko
klinis harus dilakukan, termasuk inklusi dan pengecualian tertentu.
121
ketersediaan dana dan / atau pembatasan ditempatkan pada
penggunaan dana; - Frame waktu dan arah strategis
2) Kekuatan organisasi, kelemahan, peluang dan ancaman.
3) Pemangku kepentingan eksternal dan driver bisnis utama, seperti: -
penyedia dana; dan - kebutuhan pelanggan / pasien.
122
Keuangan, (c) Sumber Daya, (d) Strategik, (e) Hukum dan (f) Teknologi.
Berikut ini adalah detail area:
a. Termasuk dalam area operasional :
1. Credensialing dan staffing
a) Perjanjian awal (initial appointment)
b) Perjanjian ulang (reappointment)
c) Staf afiliasi (Affiliated staff)
2. Klinis
a) Komunikasi pasien (Patient communication)
b) Catatan perawatan pasien (Patient care record)
c) Kerahasiaan ( Confidentiality)
d) Memberitahukan keputusan yang dibuat (Informed decision making)
e) Protokol menelpon (Telephone Protocol)
f) Informasi diagnose (Tracking Diagnostic Information)
g) Skrening dan monitoring perawatan primer (Primary care screening &
monitoring)
h) Supervisi
i) Kepuasan/ komplin pasien
j) Isu – isu yang dicover (Coverage issues)
k) Kontrol infeksi
l) Keamanan obat
m) Respon gawat darurat
n) Edukasi pasien dan staf
5. Laboratory
a) Reagen exposes
123
b) Specimen exposes
6. Radiology
a) Radiation
b) Reagen exposes
124
d. Area Stratejik meliputi:
1. Perencanaan Stratejik dan Misi
2. Bisniss venture: Merger, Joint Ventures)
3. Status Kompetisi
4. Kewajiban pemasaran (Advertising Liability)
5. Risiko Reputasi:
a) Hubungan dgn pasien & masyarakat
b) Hubungan dengan media
c) Pemasaran dan penjualan (marketing & sales)
7. Konstruksi/ renovasi:
a) Ijin
b) Kontrak
c) Pengurangan pelayanan (disruption of services)
d) Hazard (kualitas air, design keselamatan)
e) Approvals
125
4. Pemeliharaan Peralatan
126
Risk = Probability (of the event) X Impact (Consequence)
Level DESKRIPSI
5 Sangat Sering
Level DESKRIPSI
1 Sangat Jarang (>5 thn/x)
2 Jarang (> 2-5 thn/x)
3 Mungkin (1-2 thn/x)
4 Sering (Bebrp x /thn)
5 Sangat Sering
(Tiap mgg /bln)
127
Tabel 2. Skor dampak
1 2 3 4 5
Berkuran
gnya
fung motori
Dapat si k / Cedera
diatasi luas
sensorik
CIDERA dengan Kehilang
an
Tidak ada Set kasus
pertolonga iap uta Kematian
cedera
PASIEN n fungsi ma
yang perma
pertama nent
memperpan
jang
perawatan
PELAYA
NAN/ TERHENTI TERHENT TERHENTI TERHENT TERHENT
OPERAS LEBIH I LEBIH LEBIH I LEBIH I
IO DARI 1 DARI 8 DARI 1 DARI 1 PERMANE
JAM JAM HARI MINGGU N
NAL
KERUGIA KERUGIA KERU KERUGIA
N N LEBIH GIAN N LEBIH
BIAYA / LEBIH LEBIH
KERUGIAN DARI DARI 0,25 DARI
KEUAN KECIL 0,1% % 0,5% DARI 1%
GAN ANGGAR ANGGARA ANGGAR ANGGARA
AN N AN N
MEDI MEDIA
- MEDIA A NASIONA
LOKAL MEDIA NASI L
PUBLIK - LOKAL ONAL LEBIH
ASI RUMOR - WAKTU WAKTU KURANG DARI 3
- LAMA DARI 3
SINGKAT HARI
HARI
DAMPAK DAMPAK DAMPAK
KECIL BERMAKN SERIUS
THD A THD THD
MORIL MO MORIL MENJADI
REPUTA KARYAW RIL KARYAW MASALAH
SI RUMOR AN DAN KARYAW AN DAN BERAT
KEPERCA AN DAN KEPERCA
YAAN KEPERCA YAAN BAGI PR
MASYAR YAAN MASYAR
AKAT MASYARA AKAT
KAT
128
129
Tabel 3. Matrix Assessment
Frekwensi/ Insignifican
t Minor Moderate Major Catastropic
Probability
Likelihood 1 2 3 4 5
Sangat sering
Modera Extre
(Tiap mgg /bln) Moderate te High me Extreme
5
Sering (Bebrp x
/thn) Modera Extre
Moderate te High me Extreme
4
Mungkin (1-2 Modera
thn/x) te Extre
Low High me Extreme
3
Jarang (2-5
thn/x) Moderate
Low Low High Extreme
2
Sangat
jarang(>5
Moderate
thn/x) Low Low high Extreme
1
Tindakan:
Risiko
Risiko rndah, Risiko Tinggi, ekstrim,
Risiko sdg, dilakukan dilakukan RCA
dilakukan dilakukan RCA paling lama 45 paling
investigasi sederhana hr kaji lama 45
investigasi paling dgn detil &perlu hari
sederhana lama 2 mgg. tindakan membutuh
paling Pimpinan klinis segera kan
sebaiknya menilai serta
lama 1 mgg dampak thd membutuhkan tindakan segera,
biaya dan kelola perhatian perhatian
diselesaikan dg risiko sampai ke
Top manajemen
prosedur rutin direktur
130
(4) EVALUASI DAN PRIORITAS RISIKO
Evaluasi risiko dan prioritas adalah dengan membandingkan tingkat
risiko yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko
yang sebelumnya ditetapkan dan mengembangkan daftar prioritas
risiko untuk tindakan lebih lanjut. Kejadian dengan risiko tinggi akan
diidentifikasi untuk prioritas untuk tindakan lebih lanjut .
Keputusan tentang penerimaan risiko dan perlakuan resiko mungkin
didasarkan pada kriteria klinis, operasional, teknis, keuangan,
hukum, sosial, kemanusiaan atau lainnya. Ini sering tergantung pada
kebijakan internal organisasi, tujuan, sasaran dan kepentingan
stakeholders.
Keputusan apakah risiko klinis dapat diterima atau tidak adalah
dengan mempertimbangkan kepentingan risiko klinis, kebijakan,
program, proses atau kegiatan, tingkat kontrol, potensi dampak biaya,
manfaat dan peluang. Konsekuensi potensial dan risiko ditanggung
oleh pemangku kepentingan lainnya juga harus dipertimbangkan.
Alasan mengapa suatu risiko dapat diterima meliputi:
131
Perlakuan resiko melibatkan mengidentifikasi berbagai pilihan untuk
mengobati risiko, menilai pilihan mereka, menyiapkan rencana
penanganan resiko dan mengimplementasikannya. Hal ini meliputi:
a. Alternatif pengelolaan risiko.
(1) Hindari Risiko :
Rumah sakit dapat menghindari risiko dengan memutuskan baik
untuk tidak melanjutkan dengan kegiatan yang mengandung risiko
yang tidak dapat diterima, memilih alternatif kegiatan yang
memiliki lebih sedikit risiko bagi organisasi, atau memilih alternatif
metodologi kurang berisiko atau proses untuk menyelesaikan
kegiatan yang diinginkan
(2) Menurunkan tingkat risiko
Mengurangi tingkat risiko melibatkan pengurangan kemungkinan
dan konsekuensi dari risiko, atau keduanya. Layanan kesehatan
dapat mengurangi kemungkinan risiko klinis melalui peningkatan
kontrol yang ada atau kontrol tambahan
(3) Tranfer Risiko:
Mentransfer risiko klinis mungkin melibatkan berbagi risiko
dengan pihak lain. Sebagai prinsip umum, risiko dapat ditransfer
oleh kontrak, undang-undang, proses administrasi atau asuransi ke
pihak lain yang dapat melaksanakan kontrol yang paling efektif
atas risiko tersebut.
(4) Menerima Risiko :
Menerima risiko dalam organisasi dapat berlangsung dalam situasi
di mana itu adalah baik tidak mungkin atau terlalu mahal untuk
menghindari, mengurangi atau mentransfer risiko ke organisasi
lain.
132
membutuhkan rumah sakit untuk mengevaluasi biaya pelaksanaan
setiap pilihan terhadap manfaat yang dapat diperoleh dari itu.
133
1) Reaksi transfusi yang telah dikonfirmasi dengan pemeriksaan
uji IgE dilakukan di rumah sakit
2) Efek samping obat yang serius
3) Kesalahan pemberian obat yang menyebabkan reaksi
4) Perbedaan diagnosis antara pra operasi dan pasca operasi
5) efek samping atau pola efek samping selama sedang atau dalam
sedasi dan penggunaan anestesi Infeksi yang disebabkan oleh
infeksi perawatan kesehatan terkait
6) Wabah penyakit menular di rumah sakit
7) Insiden pasien jatuh yang menyebabkan cedera (ringan, sedang,
besar).
8) Cedera karena prosedur
9) Cedera akibat penggunaan fasilitas
10) Kesalahan memberikan transfusi darah
f. Manajemen Klaim
Aturan dari klaim manajemen:
1) Pelaporan atas peristiwa berpotensi rugi, keluhan pasien ke manajer
departemen yang terlibat, dan tim manajemen risiko
2) Melakukan penyelidikan awal dan berkelanjutan dan wawancara
3) Kegiatan Mendokumentasikan dan korespondensi yang berkaitan
dengan penyelidikan acara
134
4) Melindungi dan melestarikan pasien informasi kesehatan merekam
dan / atau dokumen lain dan bukti untuk litigasi potensial di masa
depan Organizing, managing and maintaining claim files
5) Membatasi akses untuk mengklaim file ke individu hanya
berwenang di bawah pengawasan langsung dari tim manajemen
risiko
6) Koordinasi kegiatan dengan tim dan memberikan masukan ke
dalam strategi untuk setiap klaim
7) kegiatan pengelolaan Pelaporan klaim pemimpin rumah sakit
8) Menyelesaikan klaim dalam batas yang ditetapkan otoritas
9) Menjaga kerahasiaan dokumen yang dilindungi
10) Meninjau dan menerima layanan hukum yang sesuai
11) Tepat waktu dalam menindaklanjuti panggilan dari pengadilan,
panggilan dan keluhan ke penasehat hukum
135
Tim manajemen risiko memberikan laporan berkala ke rumah sakit
setidaknya setiap tahun. Laporan ini akan merangkum kegiatan,
prestasi, dan isu-isu manajemen risiko yang terjadi sejak laporan
sebelumnya.
2) Risk register
Register risiko adalah dokumen hidup dan akan mencakup risiko
yang teridentifikasi dari semua jenis sumber, termasuk ulasan
strategis, penilaian audit klinik, sesuai dengan standar dan tren
pemantauan dari sistem. register risiko dapat membentuk bagian
dari daftar risiko yang terintegrasi yang menggabungkan risiko
organisasi klinis dan lainnya. Setiap risiko klinis diidentifikasi,
daftar risiko mencatat: Sumber risiko; Area risiko; Kontrol risiko
yang ada; Frekwensi dan dampak; Level risiko; dan Kerentanan
risiko terhadap faktor internal ataupun eksternal.
6. BUDAYA AMAN
a. Definisi
1. Budaya adalah sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan
akal manusia.
2. Budaya sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai, sikap, makna, hierarki, agama, waktu, peranan, hubungan,
ruang, konsep alam semesta, objek objek
materi, dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari
generasi ke generasi melalui usaha individu dalam kelompok.
3. Aman adalah suatu keadaan yang bebas dari ganguan dan
terlindungi dari bahaya yang mengancam.
4. Budaya aman adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka untuk menciptakan rasa aman
dan nyaman dalam lingkungan rumah sakit.
5. Budaya aman adalah kepercayaan, sikap dan nilai sebuah
organisasi kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berdasarkan struktur, praktek, peraturan dan kontrol
keselamatan pasien.
136
6. Budaya aman ini mencakup tiga komponen yaitu budaya kerja,
budaya pelaporan (insiden) dan budaya belajar (Croll, Coburn, &
Pearson, 2012).
7. Budaya keselamatan pasien terfokus pada nilai, kepercayaan, dan
asumsi staf terhadap iklim organisasi (pelayanan kesehatan)
dalam peningkatan program keselamatan pasien (The Health
Foundation, 2013).
137
c. Ruang Lingkup
Pedoman budaya aman ini berlaku bagi semua pegawai RSIA Mutiara
Bunda Salatiga dan termasuk dokter diknas, mitra kerja dan peserta
didik dalam melaksanakan tugas sehari-hari sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi serta kewenangannya.
138
mempengaruhi budaya keselamatan pasien, yaitu nilai
keselamatan, takut dan reaksi negatif, persepsi keselamatan.
Walaupun instrumen yang dikembangkan menggunakan elemen
yang berbeda-beda, namun pada dasarnya elemen-elemen yang
ada pada setiap instrumen tersebut untuk mengukur 4 dimensi
budaya keselamatan kerja, yaitu keterbukaan (informed culture),
keadilan (just culture), pelaporan (report culture), dan
pembelajaran dari masalah (learning culture).
139
3) Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Budaya
Aman Menurut Geller dalam Chooper (2000), tentang Total
Safety Culture, menyebutkan bahwa ada tiga kelompok
faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien,
yaitu sebagai berikut:
a) Faktor Personal
yaitu cenderung dari orang/ manusia yang bekerja dalam
suatu orgaisasi rumah sakit. Faktor personal ini terdiri
dari:
(1) Pengetahuan
(2) Sikap
(3) Motivasi
(4) Kompetensi
(5) Kepribadian
b) Faktor Perilaku Organisasi
yaitu kondisi lingkungan kerja yang diukur dari segi
organisasi pelayanan kesehatan secara umum. Faktor
perilaku organisasi yaitu:
(1) Kepemimpinan
(2) Kewaspadaan Situasi
(3) Komunikasi
(4) Kerja Tim
(5) Stress
(6) Kelelahan
(7) Kepemimpinan Tim
(8) Pengambilan Keputusan
c) Faktor Lingkungan
merupakan pendukung proses pelayanan dalam organisasi
kesehatan, yang terdiri dari :
(1) Perlengkapan
(2) Peralatan
(3) Mesin
(4) Kebersihan
(5) Teknik
(6) Standar prosedur operasional
140
4) Membangun Budaya Aman Di Rumah Sakit
Menciptakan budaya aman yang efektif adalah proses yang
berkelanjutan dan merupakan komitmen besar atas nama Rumah
Sakit, bagaimanapun hasil usaha dalam sikap positif terhadap
keselamatan dan pengurangan kecelakaan dan insiden. Berikut ini
merupakan gambaran kerangka budaya aman menurut Akenedo
2010:
PERILAKU
PENGETAHUAN
EDUKASI /
TRAINING KETRAMPILAN
SIKAP
PEMODELAN BUDAY
A
KEPEMIM (MODELING) (ATTITUDE)
PINAN AMAN
(LEADERS (SAFET
HIP) Y
CULTU
PENGHARGAAN RE)
(REWARDS)
HUKUMAN
(PUNISHMENT)
ISYARAT (CUES) PENGUATAN
KONTRAK (REINFORCEMENT
)
KEBIJAKAN
MANAJEMEN
(POLICY) KESELAMATAN
141
Berikut adalah beberapa tips untuk mulai membangun budaya
aman yang kuat di Rumah Sakit:
a) Tentukan tanggung jawab
Penanggung jawab ada di setiap tingkat dalam organisasi. Ini
harus mencakup kebijakan, tujuan dan rencana untuk budaya
aman.
b) Bagi visi keselamatan
Setiap orang harus berada di perahu yang sama ketika
menetapkan tujuan dan sasaran untuk budaya aman untuk
semua.
c) Menegakkan akuntabilitas
Buat proses untuk merangkul semua orang agar bertanggung
jawab ikut terlibat, terutama manajer dan supervisor. Mereka
adalah pemimpin dalam perubahan ke arah positif.
d) Menyediakan beberapa pilihan
Menyediakan pilihan/solusi yang berbeda bagi karyawan untuk
menangani keluhan mereka. Harus ada garis komando untuk
memastikan supervisor yang bertanggung jawab untuk lebih
responsif.
e) Laporan, laporan, dan melaporkan
Mendidik karyawan tentang pentingnya melaporkan insiden,
mempersiapkan diri untuk meningkatan pelaporan.
f) Budaya Melapor
Rumah Sakit membangun budaya Berani Melapor atas tindakan
yang mengancam keamanan dan keselamatan pasien, keluarga,
staf dan masyarakat / pengunjung melaui sosialisasi, edukasi
dan ronde keselamatan pasien.
g) Membangun kembali sistem investigasi
Sistem investigasi/penyelidikan suatu insiden perlu dievaluasi,
hal ini penting dilakukan untuk memastikan penyelidikan
dilaksanakan secara lebih efektif dalam menemukan akar
penyebab kecelakaan atau insiden.
h) Membangun “Budaya Belajar” dari kejadian dan kesalahan
142
Rumah Sakit mengembangkan proses pembelajaran terhadap
kejadian keselamatan pasien melalui proses analisa akar
masalah sederhana atau proses analisa akar masalah
komprehensif sesuai ketentuan.
i) Membangun kepercayaan
Ketika hal-hal mulai berubah di tempat kerja, penting untuk
menjaga ketenangan dan kepercayaan. Membangun
kepercayaan akan membantu setiap orang bekerja sama untuk
perbaikan.
j) Rayakan keberhasilan
Rumah Sakit merayakan keberhasilan untuk menjaga semua
orang tetap termotivasi dan usaha itu diperbarui sepanjang
proses.
k) Penetapan Program
Rumah sakit menetapkan budaya aman sebagai salah satau
program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
l) Pelaksanana Survey Budaya Aman
Rumah sakit melakukan evaluasi pelaksanaan budaya mana
melalui kegiatan survey budaya aman secara regular.
m) Sistem Pengaduan
Rumah sakit memfasilitasi pengaduan pasien, keluarga pasien,
staf, dan masyarakat melalui Alur Pengaduan, hotline
pengaduan penanganan pengaduan.
n) Budaya tidak menyalahkan
Rumah sakit mengembangkan sistem tidak menyalahkan (no
blame) terhadap laporan dan insiden keselamatan pasien serta
memberikan perlindungan terhadap yang melapor sesuai
ketentuan yang berlaku dan tidak mencatat pada log book.
5) Pedoman Perilaku
a) Komitmen Terhadap Pemangku Kepentingan
(Stakeholders)
Standar Perilaku: kami akan mematuhi tanggung jawab
kepada para pemangku lepentingan (stekeholder)
143
(1) Kami akan mematuhi tugas dan tanggung jawab organisasi
kepada Dewan Pengawas sesuai ketentuaan dalam hospital
bylaws
(2) Kami akan memperlkakukan dan memberikan kesempatan
kerja sama kepada seluruh pegawai dengan adil tanpa
memandang ras, suku, agama, jenis kelamin,
kewarganegaraan , status perkawinan, keyakinan dan politik
(3) Kami akan memelihara hubungan baik dengan menggalang
kerjasama dengan mitra kerja kami
(4) Kami akan menjalankan tata kelola yang baik (good
governance) dengan mematuhi kebijakan dan peraturan dari
pemerintah
(5) Kami akan bertanggung jawab terhadap lingkungan agar
tidak terjadi pencemaran yang merugikan masyarakat sekitar
144
(2) Perilaku Profesional
145
c) Mutu Dan Keselamatan
Standar perilaku: Kami berkomitmen untuk memberikan
pelayanan yang bermutu dan aman untuk pasien dan
keluarga, pengunjung serta masyarakat
(1) Kami akan memberikan pelayanan sesuai sasaran
keselamatan pasien dalam ketepatan identifikasi,
komunikasi efektif, keamanan obat yang perlu diwaspadai,
kepastian dan ketepatan pasien operasi, pengurangan risiko
infeksi dan risiko jatuh
(2) Kami akan berkontribusi aktif dalam program peningkatan
mutu dan keselamatan pasien
(3) Kami berkomitmen bekerja sesuai standar yang ditetapkan.
(4) Kami akan membangun “budaya berani melapor”, kami
akan melaporakan setiap kejadian terkait keselamatan dan
keamanan tanpa takut sanksi
(5) Kami mengembangkan budaya pelaporan keselamatan
pasien internal dan external
(6) Kami membangun budaya no blame culture terhadap staf
yang melapor dan atau terlibat insiden keselamatan pasien
146
a) Kami akan menjaga kerahasiaan informasi medik pasien
sesuai peraturan yang berlaku
f) Benturan Kepentingan
147
Standar perilaku: kami berkomitmen untuk menjalankan
tugas sesuai dengan kedudukan dan wewenang yang
dimiliki tanpa dipngaruhi kepentingan pribadi
148
kelompok dan atau aktivitas politik serta pihak ketiga
lainnya
d) Kami tidak akan memalsukan atau mengubah informasi
pada catatan atau dokumen yang ada
e) Kami dilarang menggunakan teknologi untuk mengirim
pesan menghina, mendiskriminasi atau melecehkan
149
yang berpotensi terjadinya suatu kejadian yang diamati
dalam lingkungan kerja
h) Kami akan mematuhi semua peraturan dan prosedur untuk
membuang limbah medis dan bahan berbahaya.
i) Kami akan segera memberitahu atasan kami jika kami
terluka atau penyakit akibat kerja
j) Kami akan segera melaporkan insiden yang membahayakan
keselamatan pasien kepada TIM Patient Safet
k) Manager Fasilitas bersama Tim K3 RS, IPSMNP , IPSPGS,
IKKL akan melakukan pemeriksaan, inspeksi dan evaluasi
secara berkala terhadap semua sarana termasuk sumber
daya, peralatandan sistim detektif secara fungsional sesuai
kewenangan
150
g) Kami akan menyiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk
menanggapi, atau mengantisipasi, permintaan oleh badan
pemeriksa atau pengadilan yang terkait dengan pembiayaan
pasien
151
Praptice /GCP) dan mematuhi pedoman penelitian klinis di
RSIA Mutiara Bunda Salatiga
d) Kami akan memberikan informasi kepada pasien subyek
penelitian sebelum melakukan enelitian (informed concent)
dan mereka berhak menyetujui atau menolak
e) Kami akan meminta komite etik penelitian kesehatan
(KEPK) untuk melakukan uji /kajian etik (ethical clearence)
pada setiap penilitian klinik yang akan dilakukan di RSIA
Mutiara Bunda Salatiga
6) Penegakan Pedoman Perilaku (Code Of Conduct)
Pedoman bersikap dan bertindak dalam melaksanakan tugas-tugas
di rumah sakit selalu berpedoman pada ketentuan – ketentuan dan
pedoman perilaku yang berlaku, jika ada pelanggaran disiplin baik
secar langsung ataupun tidak langsung akan dapat merugikan
rumah sakit baik dari sisi finansial maupun non finasial, maka dari
itu patut dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggarannya
terhadap tindakan indisipliner.
a) Penanggung Jawab Penegakan Etika dan Perilaku
Direktur SDM dan Pendidikan bertanggung jawab atas
penegakan etika dan perilaku bagi seluruh pegawai RSIA
Mutiara Bunda Salatiga. Untuk menjaga efektivitas pelaksanaan
dibentuk Komite Etik dan Hukum, Komite Medik dan Komite
Keperawatan dengan tujuan terselenggaranya pelayanan
konsultasi dan dilema etik, pelanggaran etik dan sengketa
hukum meliputi anatara lain: interdisiplin ilmu, antar profesi,
antar staf, antara pasien dan rumah sakit serta antar staf dengan
pasien.
Bagian SDM bertanggung jawab dalam mensosialisasikan
dasar-dasar penerapan etika dalam pelaksnaan kerja oleh semua
pegawai di RSIA Mutiara Bunda Salatiga.
Penanggung jawab penegakan etika perilaku profesi medik
dilaksanakan oleh Komite Medik (sub Komite Etika Profesi
Medik), penanggung jawab penegak etika dan perilaku profesi
keperawatan adalah komite keperawatan (sub Komite Etik
152
Profesi Keperawatan) dan profesi lain di bawah tanggung jawab
bagian SDM
153
(3) Pegawai yang melakukan pelanggaran pedoman perilaku ini
dapat dikenakan sanksi moral, administrastif dan atau
disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan
(4) Pegawai yang dikenakan sanksi moral dan tidak bersedia
mengajukan permohonan maaf secara lisan dan atau tertulis
atau membuat pernyataan penyesalan dapat dijatuhi
hukuman disiplin berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
154
BAB VIII
METODE
155
Berikut ini langkah-langkah dalan melakukan upaya peningkatan mutu dan
keselamatan pasien dengan metode FOCUS PDCA:
1. Lakukan identifikasi terkait data dan permasalahan mutu yang tidak mencapai
target di setiap unit kerja oleh kepala Instalasi/bidang/bagian/ unit kerja dan
kelompok kerja mutu yang membutuhkan upaya perbaikan .
2. Lakukan upaya perbaikan terhadap indikator yang belum mencapai target
dengan gap antara target dan pencapaian lebih dari 0.5 % dengan metode
FOCUS PDCA
3. Kepala Instalasi/bidang/bagian/ unit kerja bersama kelompok kerja mutu
melaksanakan langkah langkah perbaikan dengan FOCUS PDCA
4. Tentukan proses permasalahan yang akan diperbaiki (F: FIND ) :
Tentukan proses dan komponen yang terlibat dalam proses tersebut.
Catat keuntungan yang dapat diterima bila dilaksanakan perbaikan pada
proses tersebut.
Pahami bagaimana proses tersebut sesuai dengan ketentuan dan prioritas
Rumah Sakit.
5. Lakukan Pengorganisasian TIM ( O : Organize) yang memahami proses dan
yang berpengetahuan luas dalam proses tersebut melalui :
Tentukan ukuran tim, yang terdiri dari anggota yang mewakili berbagai
komponen yang terlibat dalam organisasi,
Pilih anggota, dan mempersiapkan diri untuk mendokumentasikan rencana
perbaikan.
Tetapkan tim yang memahami proses
Libatkan seluruh karyawan yang terlibat dalam proses (Team member)
Tetapkan penanggung jawab perbaikan (team leader)
6. Lakukan pembelajaran (C : Clarify Current Understanding) terhadap
masalah yang akan diperbaiki melalui : dengan cara :
Uraikan dalam proses terkait teori / kajian literatur untuk memahami
proses yang seharusnya terjadi dan untuk memperjelas pengetahuan terkini
dalam proses, termasuk faktor yang berkontribusi terhadap masalah
berdasarkan pengetahuan terkini (text book, jurnal, best practice,
penelitian, dll )
Perjelas pengetahuan terkini dalam proses.
Pahami proses yang seharusnya terjadi
156
Ulas pengetahuan terkini yang kemudian menghubungkan dengan proses
yang telah terlaksana untuk dapat menganalisa dan membedakan
kesenjangan dalam proses tersebut.
7. Pahami Penyebab masalah (U : Understanding causes of variation) dengan
cara
Uraikan terkait pemahaman penyebab masalah, memahami penyebab
variasi/ kesenjangan/permasalahan, mengukur proses dan mempelajari
penyebab variasi/kesenjangan/permasalahan yang terjadi
Uraikan tentang penyebab mengapa proses tidak berjalan sebagaimana
mestinya
Uraikan tentang apa penyebab variasi
Cari akar masalah dengan menggunakan brainstorming , diagram tulang
ikan dan 5 why
Laksanakan Root Cause Verification melalui interview dan atau observasi
8. Pilih Proses yang menjadi focus perbaikan berdasarkan analisis penyebab
masalah (S : Select the process improvement )dengan cara :
Tentukan proses apa yang terpilih untuk diperbaiki
Buat keputusan pilihan harus berdasarkan data dan dipahami oeh seluruh
anggota tim
Tentukan penyelesaian berdasarkan akar masalah
Pilih proses dengan memikirkan risiko dari setiap alternatif
Pilih proses dengan mempertimbangkan mana yang lebih sederhana dan
mudah dikerjakan
Pastikan pilihan penyelesaian masalah menjadi lebih sederhana, tidak
menjadi lebih ruwet dan sesuai akar masalah
9. Buat Rencana Kerja (P : Planning )
Buat rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang akan diselenggarakan
10. Laksanakan Perencanaan yang sudah dibuat (D : Do) Laksanakan rencana
perbaikan dengan cara :
Laksanakan proses perbaikan, dokumentasi data dan catatatan
kejadian/data yang tidak terduga
Laksanakan supervisi terhadap perbaikan yang sedang dikerjakan
11. Lakukan pengecekan terhadap hasil perbaiakan(C:Check )
157
Pemeriksaan data yang dilakukan secara berkala
Uraikan tentang hasil data sebelum dan sesudah perbaikan
Gunakan grafik (line chart, control chart, dll) untuk membandingkan dan
menganalisa data sebelum dan setelah perbaikan
12. Buat Rancang baru terkait upaya perbaikan yang sudah berhasil dilakukan (A:
Act to maintain the gains)
Buat rancangan baru dari proses yang sudah dilakukan perbaikan
(Kebijakan, Panduan, SPO, Flowchart).
Lakukan Sosialisasi /edukasi terkait kebijakan/panduan/SPO yang telah
dihasilkan
Lakukan monitoring dan evaluasi terhadap kebijakan/panduan/SPO yang
baru
13. Lakukan penetapan regulasi dan atau rancang baru yang sudah di buat
14. Sosialisasaikan ke staf terkait rancang baru
15. Buat laporan kegiatan dan hasil FOCUS PDCA untuk disetorkan ke atasan
langsung masing masing dan ditembuskan ke UPM
16. Pilih hasil upaya perbaikan untuk diikutsertakan dalam konvensi GKM di
rumah sakit setiap tahun
158
BAB IX
PENCATATAN DAN PELAPORAN
A. Pencatatan
Proses pencatatan kegiatan PMKP dilakukan oleh PIC pengumpul data yang ada
di unit kerja dengan teknik pengambilan sampel data misalkan teknik retrospektif
atau concurent yang disesuaikan dengan profil indikator yang dilakukan
pemantauan.
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup melaksanakan proses pemantauan indikator mutu adalah
sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab Mutu di Instalasi/Bidang/Bagian/Unit Kerja
1) Penanggung Jawab Mutu di Bidang/Bagian/Instalasi/Unit bertanggung
jawab terhadap pemantauan indikator area klinis maupun area non
klinis (manajemen).
2) Bertanggung jawab dalam mereview data, menganalisi data hasil
capaian program, melakukan telusur kemajuan data dari ukuran-ukuran
yang direncanakan, membandingkan data secara internal dari bulan ke
bulan serta berdasarkan ketentuan yang sudah ada dan praktek terbaik
terhadap ukuran-ukuran yang direncanakan dalam program PMKP.
3) Bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan program dan capaian
hasil secara regular melalui rapat mutu instalasi/bidang/bagian dan
penggunaan media informasi
4) Bertanggung jawab dalam melakukan upaya perbaikan dengan metode
FOCUS PDCA apabila target tidak tercapai.
5) Penanggung jawab program mutu di instalasi/bidang/bagian
memberikan laporan pencapaian program mutu secara berkala ke
Direktur terkait dengan ditembuskan ke Unit Penjaminan Mutu.
6) Bertanggung jawab dalam memberikan laporan pemantauan selambat-
lambatnya tanggal 5 setiap bulan berikutnya melalui input data secara
online SIMARS.
7) Bertanggung jawab dalam melaporkan hasil pemantauan indikator
secara keseluruhan di unit kerjanya masing-masing ke atasan langsung
159
dan ditembuskan ke Unit Penjaminan Mutu setiap tiga bulan berupa
laporan triwulan dan laporan tahunan.
8) Bertanggung jawab untuk melakukan pemantauan ulang terkait hasil
indikator mutu yang hasil pemantauan tahun sebelumnya tidak
mencapai target.
160
e) Merekapitulasi pemantauan indikator mutu setiap bulan, triwulan
dan tahunan Menginput data hasil capaian indikator sesuai
frekuensi pelaporannya secara online dalam SIMARS.
f) Melaporkan hasil pengukuran trend insiden yang dipantau di unit
kerjanya ke PIC / penanggung jawab terhadap pengukuran tersebut.
g) Melaporkan jika ada insiden keselamatan pasien ke Tim KPRS
h) Melakukan pemantauan ulang terkait hasil indikator mutu yang
hasil pemantauan tahun sebelumnya tidak mencapai target.
161
2) Menganalisis data hasil pemantauan dari unit kerja/ bidang/ bagian/ instalasi
3) Melakukan validasi data/pegumpulan data oleh orang ke dua (second
abstractor) terhadap indikator mutu sesuai dengan ketentuan validasi data.
4) Menyusun laporan hasil pemantauan setiap bulan, triwulan, dan tahunan
5) Melaporkan ke Direksi dan dewan pengawas hasil pemantauan indikator mutu
tingkat Rumah Sakit setiap 3 bulan
2. Tata Laksana
Adapun prosedur tata laksana pemantauan indikator mutu di RSIA Mutiara Bunda
Salatiga adalah sebagai berikut:
a. Kepala Instalasi memastikan jalannya pemantauan dengan pencatatan (inputing)
yang sesuai format untuk setiap indikator mutu yang dipantau di areanya yang
mengandung unsur what, who, when dan how.
What mengandung arti populasi dan sampel yang akan pantau/diukur. Who yang
dimaksud adalah siapa yang akan mengumpulkan data, When mengandung arti
frekuensi data dikumpulkan dan dilaporkan, dan How
mengandung arti bagaimana proses pengumpulan data yang akan dilakukan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan adalah:
162
1) Format Pencatatan adalah instrumen teknis pencatatan indikator mutu yang
dibuat sesuai dengan definisi operasional masing-masing. Format Pencatatan
ini merupakan matrik/ table yang dibuat untuk diisi informasi: demografi
sampel, data sesua dengan definisi numerator, data sesuai dengan definisi
denominator dan data tambahan yang dibutuhkan setiap indikator.
2) Sampel adalah objek/ kondisi atau peristiwa yang akan dicatat sesuai dengan
definisi operasional indikator mutu. Denominator tidak harus semua pupulasi
bisa dilakukan dengan mengambil sampel. Joint Commission dalam
Spath (2009) menetapkan besar sampel sebagai berikut:
a) Untuk populasi <30 dan > 30, jumlah sampel adalah 100 % dari populasi
(total sampel)
b) Untuk populasi 30 -100, jumlah sampel adalah minimal 30
c) Untuk populasi 101-500, jumlah sampel minimal 50
d) Untuk populasi lebih dari 500, jumlah sampel minimal 70
3) Numerator dan Denominator merupakan bagian formula dari definisi
operasional indikator mutu. Numerator (pembilang) adalah nilai / angka yang
akan dibagi oleh Denominator (penyebut). Pembilang merupakan bagian dari
penyebut. Denominator (penyebut) adalah nilai / angka yang digunakan
sebagai faktor pembagi.
b. PIC melakukan pemantauan berdasatkan format pemantauan/worksheet yang ada
pada setiap profil indikator
c. PIC melaksanakan pemantauan indikator berdasarkan frekuensi pemantauan
indikator sebagai berikut:
1) Frekuensi pemantauan indikator mutu dilakukan sesuai profil indikator
2) Hasil pemantauan indikator mutu dilakukan analisis setiap 3 bulan atau sesuai
dengan kebutuhan analisis berdasarkan profil indikator
3) Hasil Pemantauan indikator yang sudah berhasil mencapai target
dipertahankan untuk tetap dipantau dalam 4 periode pemantauan
4) Frekuensi pemantauan indikator yang sudah berhasil mencapai target dan tetap
bertahan baik dalam 4 periode pemantauan, untuk pemantuan selanjutnya bisa
diperjarang atau hanya dilakukan bila ada
kecenderungan pencapaian tidak konsisten atau menurun kembali setidak
tidaknya sesuai dengan jumlah sampel minimal (30 sampel untuk setiap
variable) selama 5 tahun sesuai dengan periode Rencana Strategis (renstra)
rumah sakit.
163
5) Frekuensi pemantauan indikator SPM dilakukan setiap bulan atau setiap 3
bulan atau setiap 6 bulan sesuai dengan profile indikator secara terus menerus
selama indikator SPM masih berlaku.
d. Melakukan pemantauan ulang terkait hasil indikator mutu yang hasil pemantauan
tahun sebelumnya tidak mencapai target.
e. UPM membuat laporan triwulan dari hasil rekapitulasi seluruh laporan kegiatan
mutu dalam 3 bulan, untuk mengevaluasi seluruh pemantauan indikator mutu yang
akan di laporkan kepada Direktur Utama dan Dewan Pengawas.
f. PIC pengumpul data membuat rekapitulasi seluruh laporan kegiatan pemantauan
data indikator mutu unit kerja setiap 3 bulan sekali sesuai profil indikator.
g. Penaggung jawab mutu di setiap bidang / bagian / instalasi dan unit kerja
melakukan koordinasi dengan atasan masing-masing dan UPM untuk
kemungkinan mengangkat kembali indikator yang belum mencapai target untuk
tetap dipantau pada periode berikutnya atau diangkat sebagai pemantauan
indikator di tingkat Rumah sakit.
h. Pelaporan
1. Alur Pelaporan Data Indikator Mutu : Unit Kerja ke Komite PMKP ke
Direktur RS ke Pemilik
a. DEFINISI
Beberapa definisi yang harus dipahami dalam hal melaksanakan proses
pelaporan data mutu adalah sebagai berikut:
1) Laporan adalah bentuk dokumentasi dari kegiatan yang berkelanjutan,
dilaksanakan secara periodik diakhir kegiatan sebagai bahan evaluasi dan
perencanaan kegiatan selanjutnya.
2) Data mutu adalah data pencapaian hasil pemantauan indikator mutu sesuai
dengan standar PMKP 3, data infeksi rumah sakit dan keselamatan pasien.
3) Laporan mutu rumah sakit adalah rekapitulasi seluruh laporan kegiatan
mutu yang dibuat unit kerja/bidang/bagian/Instalasi dan UPM dalam suatu
periode, untuk mengevaluasi seluruh pemantauan indikator mutu yang
akan dilaporkan kepada Direktur Utama dan Dewan Pengawas. Adapun
jenis laporan mutu sesuai dengan periode adalah:
a) Laporan Bulanan adalah laporan kegiatan mutu yang dibuat
instalasi/bidang/bagian/unit dan UPM untuk mengevaluasi seluruh
164
pemantauan indikator setiap bulannya, dengan ringkasan pencapaian,
penyebab masalah/analisis sederhana dan tindak lanjutnya.
b) Laporan Triwulan adalah laporan kegiatan mutu yang dibuat oleh
instalasi/bidang/bagian dan UPM untuk mengevaluasi seluruh
pemantauan indikator setiap 3 bulan, dengan rangkaian kegiatan, grafik
pencapaian, analisis dari waktu ke waktu, benchmark dengan RS luar
dan analisis berdasarkan jurnal/panduan praktek terkini/evidence based
dan tindak lanjut, laporan validasi data dan laporan FOCUS PDCA.
c) Laporan Pemantauan Standar Pelayanan Minimal 2012 merupakan
laporan indikator mutu sesuai dengan edaran Standar Pelayanan
Minimal 2012 dari Kementerian Kesehatan, periode pelaporan akan
dilaksanakan setiap 6 bulan.
d) Laporan FOCUS PDCA adalah laporan yang dibuat setiap 3 bulan
untuk menyelesaikan masalah mutu yang belum mencapai target, yang
terdiri dari menemukan masalah, mengorganisir tim kerja,
mengklarifikasi teori terbaru tentang permasalahan, memahami
penyebab masalah, memilih proses potensial untuk menyelesaikan
masalah, perencanaan kerja, pelaksanaan kerja, pengawalan kerja dan
perbaikan kerja yang dilakukan terus-menerus dan berkesinambungan.
e) Laporan Tahunan adalah laporan kegiatan mutu yang dibuat oleh
bidang/bagian/instalasi dan UPM untuk mengevaluasi seluruh
pemantauan indikator dan keselamatan pasien selama satu tahun,
dengan rangkaian kegiatan, grafik pencapaian, analisis dari waktu ke
waktu, benchmark dengan RS lain,
membandingkan dengan standar dan analisis berdasarkan
panduan/jurnal terkini (evidence based). Disamping itu ada laporan
kegiatan validasi data dan laporan hasil tindak lanjut upaya perbaikan
dengan metode FOCUS PDCA, serta kegiatan dan project mutu di
unit/instalasi/bidang/bagian yang berupa GKM dan hasil-hasil
perubahan yang telah dicapai dalam bentuk kebijakan/standar prosedur
yang baru yang telah ditetapkan.
b. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup proses pelaporan data mutu adalah sebagai berikut:
1) Laporan Data Mutu Bulanan
165
Ka Instalasi/Bidang/Bagian dan UPM membuat laporan bulanan yang
berisikan rekapitulasi pencapaian indikator mutu pada bulan itu dengan
kelengkapan jumlah numerator, denominator, pencapaian sesuai formula
dan penyebab masalah serta tindak lanjutnya. Capaian data diinput secara
online system terintegrasi melalui SIMARS selambat-lambatnya setiap
tanggal 5 bulan berikutnya.
2) Laporan Data Mutu Triwulan
Ka Instalasi/Bidang/Bagian/Unit dan UPM membuat laporan setiap tiga
bulan yang berisikan rekapitulasi pencapaian indikator mutu per 3 bulan,
data triwulan disajikan dalam bentuk grafik dengan interpretasi seperti
hasil capaian dibandingkan dengan target pencapaian, dan data
dibandingakan dari waktu ke waktu, benchmark dengan RS luar dan
analisis dengan kajian terkini atau best practice. Ka
Instalasi/Bidang/Bagian/Unit melaporkan laporan triwulan ke atasan
langsung dan dimintakan rekomendasi dari atasannya sedangkan UPM
melaporkan laporan triwulan di tingkat rumah sakit ke direktur utama
melalui rapat mutu dan dimintakan rekomendasinya.
3) Laporan FOCUS PDCA
Laporan yang dibuat oleh Bidang/Bagian dan instalasi untuk
merencanakan suatu perbaikan mutu secara komprehensif, berdasarkan
evidence based dan yang dilakukan secara
166
c. TATA LAKSANA
Prosedur tata laksana pelaporan kegiatan mutu di RSIA Mutiara Bunda
Salatiga adalah sebagai berikut:
167
1) Tata Laksana Pembuatan Laporan Bulanan
a) Laporan bulanan dibuat oleh masing masing Unit/
Instalasi/Bidang/Bagian dan UPM yang berisikan rekapitulasi
pencapaian indikator mutu dengan kelengkapan jumlah
numerator, denominator, pencapaian sesuai formula yanag ada
pada SIMARS
b) Laporan bulanan masing masing disetor ke atasan masing
masing dan menembuskan ke UPM.
c) Laporan bulanan diinput oleh Unit Kerja/Bidang/
Bagian/Instalasi melaui system online terintegrasi (SIMARS)
d) Laporan bulanan dibuat selambat lambatnya setiap tgl 5 bulan
berikutnya
e) Atasan masing masing bagian/bidang memberikan saran dan
arahan atas laporan yang telah disusun.
f) Laporan bulanan dijadikan agenda pembahasan rapat rutin
mutu setiap bulan di instalasi/bidang/bagian/unit kerja
168
Hasil kegiatan dalam bentuk rekapitulasi dan grafik (sesuai
data yang ditampilkan: untuk data pencapaian mutu sebaiknya
gunakan, Interpretasi dan analisa data, Pembahasan, Rencana
tindak lanjut, Kesimpulan.
g) Laporan triwulan dibuat dengan melanjutkan data pada
triwulan sebelumnya sehingga dapat dilihat kesinambungan
data secara utuh mulai awal pelaporan
h) Laporan triwulan dibuat setiap 3 bulan selambat-lambatnya
pada setiap tgl 5 bulan berikutnya.
i) Atasan masing masing memberikan saran dan arahan hasil
laporan triwulan yang telah disusun oleh
instalasi/bidang/bagian/unit kerja
j) Direktur utama memberikan rekomendasi terkait laporan
triwulan yang dibuat oleh UPM
k) Dewan pengawas memberikan rekomendasi terkait laporan
triwulan direktur utama.
l) Rekomendasi dari laporan dilakukan tindak lanjut
169
g) Direktur Utama melaporkan laporan tahunan ke Dewan
Pengawas.
h) Direktur Utama dan Dewan pengawas memberikan arahan,
saran dan rekomendasi atas seluruh laporan yang dilaporkan.
i) Pembuatan laporan tahunan dilaporkan pada bulan Januari
tahun berikutnya selambat lambatnya tgl 15
j) Item laporan tahuan minimal berisi: Pendahuluan, Tujuan
Umum dan Khusus, Kegiatan pokok dan Rincian Kegiatan,
Hasil kegiatan dalam bentuk rekapitulasi dan grafik (sesuai data
yang ditampilkan: untuk data pencapaian mutu disajikan dalam
bentuk grafik disertai Interpretasi dan analisis data,
Pembahasan, Rencana tindak lanjut dan Kesimpulan.
k) Laporan tahunan yang dibuat wajib ditanda tangani oleh ka
instalasi/ Bidang/Bagian/Unit Kerja.
l) Laporan tahunan yang dilaporkan ke Dewan Pengawas wajib
ditandatangani oleh Direktur Utama
170
2) Setelah ditindak Ianjuti, segera buat laporan insidennya dengan
mengisi formulir Laporan Insiden pada akhir jam kerja / shift
kepada atasan langsung.
3) (paling lambat 2 x 24 jam); jangan menunda laporan.
4) Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan kepada atasan
Iangsung pelapor. (Atasan langsung disepakati sesuai
keputusan Manajemen: Supervisor/ Kepala Bagian / Instalasi /
departemen / unit, Ketua Komite Medis/ Ketua K.SMF).
5) Atasan Iangsung akan memeriksa laporan dan melakukan
grading resiko terhadap insiden yang dilaporkan.
6) Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisa
yang akan dilakukan.
b. Grading
1) Grade Biru: Investigasi sederhana oleh Atasan Langsung,
waktu maksimal 1 minggu.
2) Grade Hijau: Investigasi sederhana oleh Atasan Langsung,
waktu maksimal 2 minggu.
3) Grade Kuning: Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah
/RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
4) Grade Merah: Investigasi komprehensif/Analisis akar masalah /
RCA oleh Tim KP di RS, waktu maksimal 45 hari.
171
5) Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan kepada
Direksi.
6) Rekomendasi untuk “Perbaikan dan Pembelajaran” diberikan
umpan balik kepada unit kerja terkait.
7) Unit Kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan
kerjanya masing - masing.
8) Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh TKPRS di Rumah Sakit.
172
Tabel I: PENILAIAN DAMPAK KLINIS / KONSEKUENSI / severity
Level DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI
Cedera luas /
4 Major berat
Kehilang permane
an fungsi utama nt (motorik,
sensorik, psikologis, intelektual) / irreversibel,
tidak
berhubungan dengan penyakit yang
mendasarinya
penyakit yang
mendasarinya
Dapat terjadi
2 Jarang dalam 2 – 5 tahun
173
5 Sangat Sering Terjadi dalam minggu / bulan
b) BANDS RISIKO
Band risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna
yaitu: Biru, Hijau, Kuning dan Merah. Warna Bands akan menentukan
Investigasi yang akan dilakukan: (Tabel 3)
1. Bands Biru dan Hijau : Investigasi sederhana
: Investigasi Komprehensif
2. Bands Kuning dan Merah /RCA
Warna Bands: Hasil pertemuan antara nilai dampak yang diurut kebawah
dan nilai probabilitas yang diurut ke samping kanan.
174
Contoh : Pasien jatuh dan tempat tidur dan meninggal, kejadian seperti ini
di RS X terjadi pada 2 tahun yang lalu.
Nilai Dampak : 5 (katastropik) karena pasien meninggal.
Nilai Probabilitas : 3 (mungkin terjadi) karena pernah terjadi 2 th lalu
Skor risiko : 5 x 3 = 15
Warna Bands : merah (ekstrim)
175
TabeI 3: Matrik Grading Risiko
Potencial Concequences
Frekuensi/
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
Likelihood
1 2 3 4 5
Sering terjadi
Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Bebrp x /thn)
4
Mungkin terjadi
Low Moderate High Extreme Extreme
(1-2 thn/x)
Jarang terjadi
Low Low Moderate High Extreme
(2-5 thn/x)
2
176
keselamatan pasien dalam pengembangan Rumah Sakit
adalah sebagai berikut:
1) Data adalah angka atau fakta yang diinterpretasikan
untuk tujuan pengambilan kesimpulan (Spath, 2009)
2) Pemantauan dalam mutu adalah elemen yang
berhubungan dengan semua kegiatan manajemen mutu
(Spath, 2009)
3) Performance/Kinerja diukur untuk mengetahui mutu di
suatu area, upaya peningkatan mutu yang akan
dikembangkan,
mengevaluasi apakah perubahan telah mencapai hasil yang
diharapkan (Spath, 2009)
4) Indikator Mutu Rumah Sakit adalah indikator mutu yang
ditetapkan oleh rumah sakit dengan Surat Keputusan (SK)
pemberlakuan dari Direktur Utama dan selanjutnya dipantau di
seluruh area baik area klinis maupun non klinis (manajemen),
indikator PPI, indicator sasaran keselamatan pasien di tingkat
rumah sakit dan indikator prioritas di Instalasi/bidang/bagian
5) Data Mutu dan keselamatan pasien adalah data yang berupa
angka atau persentase hasil pemantauan kegiatan indikator
mutu dan keselamatan pasien yang telah di tetapkan di seluruh
Rumah Sakit
6) Penggunaan Data PMKP untuk pengembangan rumah sakit
yaitu data mutu dan keselamatan pasien yang digunakan untuk
dasar pengambilan kebijakan dan perencanaan di tingkat rumah
sakit
b. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup penggunaan mutu dan keselamatan pasien
sebagai dasar pengembangan Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1) Data Mutu dan Keselamatan Pasien adalah data pemantauan
mutu dan keselamatan pasien yang telah dilakukan analisis dan
dilaporkan kepada pimpinan Rumah sakit dan Dewan
Pengawas setiap Triwulan
177
2) Perbaikan dengan focus PDCA
Adalah kegiatan perbaikan yang dilakukan terhadap upaya
perbaikan di masing masing Unit/Bidang/Bagian dan terhadap
indikator yang belum mencapai target melalui FOCUS PDCA
yang dilaporkan kepada atasan masing masing
3) Rekomendasi Dirut/Direksi dan Dewas
Adalah kegiatan pemberian rekomendasi dan feedback terkait
kegiatan mutu dan keselamatan pasien yang diberikan oleh
Direkur Utama dan Dewan Pengawas kepada
instalasi/departemen terkait untuk dilakukan tindak lanjut
4) Regulasi yang di tetapkan berdasarkan data
Adalah Kebijakan, panduan dan SPO yang ditetapkan oleh
pimpinan RS berdasarkan data peningkatan mutu dan
keselamatan pasien
c. Tata Laksana
Adapun prosedur tata laksana komunikasi kegiatan mutu dan
keselamatan pasien di RSIA Mutiara Bunda Salatiga adalah sebagai
berikut:
1) Data Mutu dan Keselamatan Pasien
a) Penanggung jawab mutu di masing masing
Instalasi/bidang/bagian dan UPM melaksanakan analisis
hasil pencapaian indikator mutu prioritas di tingkat unit
/bidang/bagian dan melaporkan pemantauan data mutu yang
wajib di pantau ke Unit Penjaminan Mutu setiap bulan
178
indikator yang tidak tercapai yang membutuhkan upaya
perbaikan
b) TKPRS membuat RCA untuk setiap insiden yang masuk
dalam grading merah dan kuning
c) Tim Manajemen resiko membuat daftar resiko serta FMEA
minimal 1 ( satu) dalam setahun
d) PJ Program mutu disetiap instalasi /bidang /bagian /unit
melaporkan hasil FOCUS PDCA setiap rapat mutu triwulan
ke atasan masing masing dan ditembuskan ke Unit
Penjaminan Mutu
e) TKPRS melaporkan hasil RCA ke direktur utama
ditembuskan ke UPM
f) Hasil Upaya perbaikan laporan focus PDCA , RCA , FMEA
dan upaya pengendalian resiko untuk menurunkan tingkat
resiko dijadikan data untuk pengembangan dan perencanaan
Rumah sakit
179
g) UPM melakukan pendampingan terhadap upaya tindak
lanjut perbaikan serta melaksanakan evaluasi .
b. Ruang Lingkup
180
pelayanan penunjang serta Kerjasama administrasi meliputi
kerjasama pendidikan, sewa lahan/bangunan dan tenaga
profesional. Pelaksanaan kegiatan pelayanan di rumah sakit tidak
bisa lepas dari campur tangan pihak ketiga. Kerjasama dengan
pihak ketiga dilakukan untuk saling melengkapi pelayanan yang
ada dan tidak ada atau tidak dimiliki baik oleh pihak rumah sakit
maupun
oleh pihak ketiga. Adapun kerjasama dengan pihak ketiga meliputi
kerjasama:
Penggunaan alat kesehatan / penunjang
Pemberian pelayanan kesehatan
Praktek kerja lapangan bagi peserta didik jenjang diploma dan
sarjana
Penyewaan lahan / tanah / bangunan untuk kegiatan bisnis
Rujukan dengan rumah sakit jejaring
Administrasi dan keuangan
c. Tata Laksana
181
diteruskan/diperpanjang kembali. Namun demikian kegiatan
kerjasama dapat dihentikan oleh salah satu pihak apabila terdapat
penyimpangan-penyimpangan yang tidak dapat diperbaiki.
Pemutusan kerjasama ini dilakukan setelah kedua belah pihak
bernegosiasi dan tidak dapat menemukan kata sepakat.
182
BAB X
MONITORING DAN EVALUASI
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan Pengawasan program mutu dan keselamatan pasien
adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan langsung
Pengawasan langsung merupakan ruang lingkup pengawasan yang
dilakukan secara langsung oleh pemimpin atau pengawas dalam hal ini
adalah Derektur utama, Direksi, UPM, dan SPI dengan mengamati,
meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara on the spot di tempat
pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung dari pelaksana.
Hal ini dilakukan dengan inspeksi. Pengawasan secara langsung ini
dilakukan dengan telusur lapangan rapat koordinasi serta pembinaan on
site.
2. Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporan-laporan
yang diterima dari pelaksana yang dalam hal ini adalah para
penaggungjawab program baik lisan maupun tulisan, mempelajari
pendapat pasien dan pengunjung dan sebagainya tanpa on the spot.
Pengawasan secara tidak langsung dilakukan melalui analisis laporan hasil
pencapaian kegiatan mutu di wilayah kerja, rekomendasi serta tindak
lanjut.
3. Item Pengawasan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam item pengawasan mutu dan
keselamatan pasien adalah sebagai berikut
a. Dokumen regulasi
b. Laporan
c. Tidak lanjut dan upaya perbaikan
d. Program Pencapaian indikator dan atau program
e. Pemahaman staf terkait standar dan kriteria yang harus dipenuhi
diwilayah kerjanya
f. Implementasi berdasarkan persyaratan standar
183
g. Dokumentasi (catatan pendukung implementasi) seperti Catatan
Rekam Medis, laporan, kertas kerja pengumpulan data, posting data,
jadwal rapat, sosialisasi, notulen, sertifikat pelatihan, personal file dan
lain lain yang digunakan untuk membuktikan bahwa imlpementasi
sudah dilakukan sesuai standar
h. Pengawasan terhadap pelaksanaan program koordinasi dan integrasi
yang terdiri dari program integrasi Komite Pencegahan dan
Pengendalian infeksi (Komite PPI), Tim Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (TKPRS), Tim Manajemen Resiko, Bagian Sumber Daya
Manusia (SDM), Bagian Perencanaan dan Evaluasi (PE), Bidang
Pelayanan Medis, serta Tim Evaluasi Kontrak Kerjasama.
4. Mekanisme Pengawasan
Mekanisme pengawasan program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien digambarkan dalam bagan mekanisme pengawasan sebagai berikut:
DEWAN PENGAWAS
SATUAN
PEMERIKSAAN
DIREKTUR UTAMA
INTERNAL
DIREKTUR
184
a. laporan hasil pengawasan
b. alur laporan
c. item laporan pengawasan
Isi laporan Laporan hasil pengawasan adalah terdiri dari :
a. Kondisi
b. Kriteria
c. Akibat
d. Penyebab ketidaksesuaian
e. Rekomendasi.
B.Tatalaksana Pengawasan
185
dengan melakukan pengecekan langsung terhadap pelaksanaan
program PMKP melalui metode uji petik
C. Tatalaksana Pelaporan
186
c. Akibat: harus dijelaskan akibat yang terjadi apabila program PMKP
yang dilakukan tidak sesuai dengan standar .
d. Penyebab ketidaksesuaian : sudah jelas
187
ada dan dilakukan, akibat yang ditimbulkan dari ketidak sesuaian,
penyebab terjadinya ketidaksesuaian.
188
BAB XI
PENUTUP
Mutu dan keselamatan pasien sebenarnya sudah ada (tertanam) dalam kegiatan
pekerjaan sehari-hari dari tenaga kesehatan professional dan tenaga lainnya.
Dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat karena impak dari kesadaran
dan tuntutan akan pentingnya memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu,
oleh karena itu upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien harus terus
menerus dilakukan yang disebut dengan “never ending proses” dan upaya
peningkatan tersebut seyogyanya dididukung oleh para pimpinan rumah sakit dan
seluruh staf serta didukung sumber daya dan dana yang memadai.
Demikian telah disusun program kerja Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, diharapkan program kerja ini dapat dipakai sebagai pedoman kerja
dalam meningkatakan mutu pelayanan di rumah sakit.
Buku Pedoman PMKP akan di review secara berkala, paling lambat 3 tahun sekali
189
DAFTAR PUSTAKA
DITETAPKAN DI : SALATIGA
PADA TANGGAL : AGUSTUS 2018
DIREKTUR UTAMA,
NIP:
190