Anda di halaman 1dari 76

KOL WIA TRAINING

STANDAR AKREDITASI RS KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


DILENGKAPI DENGAN INSTRUMEN AKREDITASI RS KOMISI
AKREDITRASI RUMAH SAKIT (KARS). TANGGAL 19 – 20 MEI 2022

dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM,


MHKes, FISQua
Standar Akreditasi Rumah Sakit. Edit 7 Mei 2022

STARKES SNARS 1.1.


Bab Std EP Bab Std EP
A-1.Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) 17 71 Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS) 28 127
A-2.Kualifikasi Dan Pendidikan Staf (KPS) 21 81 Kompetensi & Kewenangan Staf (KKS) 26 96
A-3.Manajemen Fasilitas Dan Keselamatan 16 72 Manajemen Fasilitas & Keselamatan 24 105
(MFK) (MFK)
A-4.Peningkatan Mutu Dan Keselamatan 12 44 Peningkatan Mutu & Keselamatan 19 80
Pasien (PMKP) Pasien (PMKP)
A-5.Manajemen Rekam Medis Dan 16 51 Manajemen Informasi & Rekam Medis 21 77
Informasi Kesehatan (MRMIK) (MIRM)
A-6.Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi 19 62 Pencegahan & Pengendalian Infeksi 28 103
(PPI) (PPI)
A-7.Pendidikan Dalam Pelayanan Kes 6 23 Integrasi Pendidikan Kes dlm 6 21
(PPK) Pelayanan RS (IPKP)
(Nico Lumenta, KARS, 2022.)

(Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022; Buku SNARS Edisi 1.1., KARS, 2019)
STARKES SNARS 1.1.
Bab Std EP Bab Std EP
B-1.Akses Dan Kesinambungan 18 67 Akses ke Rumah Sakit & Kontinuitas 23 100
Pelayanan (AKP) Yan (ARK)
B-2.Hak Pasien & Keterlibatan Keluarga 13 39 Hak Pasien & Keluarga (HPK) 27 99
(HPK)
B-3.Pengkajian Pasien (PP) 21 58 Asesmen Pasien (AP) 39 163
B-4.Pelayanan Dan Asuhan Pasien (PAP) 12 43 Pelayanan & Asuhan Pasien (PAP) 21 81
B-5.Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB) 14 38 Pelayanan Anestesi & Bedah (PAB) 20 70
B-6.Pelayanan Kefarmasian Dan 16 61 Pelayanan Kefarmasian & 21 80
Penggunaan Obat (PKPO) Penggunaan Obat (PKPO)
B-7.Komunikasi Dan Edukasi (KE) 7 25 Manajemen Komunikasi & Edukasi 13 49
(MKE)
C.Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 8 24 Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) 10 37
D.Program Nasional (Prognas) 10 37 Program Nasional (Prognas) 12 58
Total 226 796 Total 338 1346

(67%) (59%) (Nico Lumenta, KARS, 2022.)


(Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022; Buku SNARS Edisi 1.1., KARS, 2019)
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care

(AKP, PP, PAP, PAB,


1 Pengkajian Pasien
SKP, PKPO, Prognas) (Skrining, “Periksa Pasien”)

S 1. Informasi dikumpulkan : Pengkajian


PPA : Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan I Awal
O diagnostik / lain, dsb
Pengkajian
2. Analisis informasi : Ulang SOAP
Dokter Menetapkan Diagnosis, Masalah, Risiko A
Perawat A Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Tenaga Gizi :
Bidan Pasien ADIME
Apoteker 3. Rencana Asuhan/Plan of Care : (Assessment, Diagnosis,
Dietisien P Merumuskan rencana dan sasaran terukur
Intervention (+Goals),
Monitoring, Evaluation)
Lain2 Untuk memenuhi Kebutuhan Yan R
Pasien

2 Pemberian Pelayanan M
(AKP, PAP, PAB, Implementasi o
PKPO,
Prognas) Rencana Intervensi, ni
toring

Asesmen Ulang
1 Pengkajian
Pasien (AKP, PP, PAP, PAB,
SKP, PKPO, Prognas)
(“Periksa Pasien”)
 I-A-R

PPA
Profesional Asuhan
Pemberi
Asuhan
Pasien

(PAP 1.1, 1.2, PP GU, 1, 2, 2 Pemberian


AKP 3, 3.1., PAB 3.1, 3.2, 4, Pelayanan/
(AKP, PAP, PAB,
7, Implementasi PKPO, Prognas)
7.3 , PKPO 4, 6, KE 7, TKRS 8) Rencana
Monitoring
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
Asuhan Pasien

3 Integrasi Asuhan Pasien


7 Dimensi PCC
Penerapan STARKES 2022 +
Instrumen Penilaian KARS
TKRS, PMKP, AKP, HPK, PP, PAP,
KE.
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
Patient Centred Care

*Asuhan Pasien Terintegrasi


“The Indonesian model of PCC”
Integrasi:
 Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal
 Integrasi Inter Unit : Vertikal
 Integrasi PPA-Pasien : Horizontal
(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, PAP 1.1, 1.2, KE GU, KE 2, AKP 3, PP GU, TKRS 8, 9)

Dimensi PCC:
1. Patient Engagement & Empowerment.(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, KE GU, KE 2)
2. DPJP sbg Clinical Leader. (AKP 3.1., PAP 1.2.)
3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional.
*CP Terintegrasi, *CPPT, *Kompeten Berkolaborasi.(AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6,
TKRS 8, 9.)
4. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. (AKP 3, AKP 5, PAP 1.1.)
Integrated Discharge Planning.(AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.)
Asuhan gizi terintegrasi.(PP 1.2., PAP 3)
Budaya Keselamatan.(TKRS 13, PMKP 10)
(Nico Lumenta, KARS, 2022)
STARKES SNARS 1.1.

B : 4.Pelayanan Dan Asuhan Pasien (PAP) Pelayanan Dan Asuhan Pasien (PAP)
No Standar EP 11 PAP.3.4 3
1 PAP 1. 2 No Standar Elemen
Penilaian 12 PAP.3.5 3
2 PAP 1.1 5
3 PAP 1.2. 5 1 PAP.1 2 13 PAP.3.6 3
4 PAP 2. 3 2 PAP.2 4 14 PAP.3.7 3
5 PAP 2.1. 4 3 PAP.2.1 5 15 PAP.3.8 4
6 PAP 2.2. 4 3
4 PAP.2.2 4 16 PAP.3.9
7 PAP 2.3. 2
8 PAP 2.4. 4 5 PAP.2.3 4 17 PAP.4 7
9 PAP 2.5 3 6 PAP.2.4 2 18 PAP.5 4
10 PAP 3. 5 7 PAP.3 4 19 PAP.6 5
11 PAP 4. 4 8 PAP.3.1 4 20 PAP.7. 5
12 APK 5. 2
9 PAP.3.2 3 21 PAP .7.1 6
12 Std 43 EP
10 PAP.3.3 3 21 Std 81 EP
Gambaran Umum
Tanggung jawab RS dan staf yg terpenting adalah memberikan asuhan dan pelayanan pasien yg efektif dan aman. Hal ini
membutuhkan komunikasi yg efektif, kolaborasi, dan standardisasi proses utk memastikan bhw rencana, koordinasi, dan
implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan unik pasien dan target.
Asuhan tsb dpt berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif, atau rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah,
pengobatan, terapi suportif, atau kombinasinya, yg berdasar atas pengkajian awal dan pengkajian ulang pasien.
Area asuhan risiko tinggi (termasuk resusitasi, transfusi, transplantasi organ/jaringan) dan asuhan utk risiko
tinggi (Risti) atau kebutuhan populasi khusus yg membutuhkan perhatian tambahan.
Asuhan pasien dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PP1. dengan banyak disiplin dan staf klinis lain. Semua staf yg
terlibat dalam asuhan pasien harus memiliki peran yg jelas, ditentukan oleh kompetensi dan kewenangan, kredensial,
sertifikasi, hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan kebijakan RS, atau uraian tugas
wewenang (UTW). Beberapa asuhan dpt dilakukan oleh pasien/ keluarganya atau pemberi asuhan terlatih (caregiver).
Pelaksanaan asuhan dan pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan oleh semua PPA dapat dibantu oleh staf klinis
lainnya.
Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan dengan beberapa elemen:
a. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinan klinis/ketua tim PPA (clinical leader).
b. PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, dibantu a.l. dengan panduan praktik klinis (PPK),
panduan asuhan PPA lainnya, alur klinis/clinical pathway terintegrasi, algoritma, protokol, prosedur, standing order, dan
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
c. Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager menjaga kesinambungan pelayanan.
d. Keterlibatan serta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan Bersama PPA harus memastikan:
1)Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yg unik berdasar atas pengkajian;
2) Rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien;
3) Respons pasien terhadap asuhan dipantau; dan
4) Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan respons pasien.
Fokus Standar Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP) meliputi:
a. Pemberian pelayanan yg seragam;
b. Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayaann risiko tinggi;
c. Pemberian makanan dan terapi nutrisi;
d. Pengelolaan nyeri; dan
e. Pelayanan menjelang akhir hayat.
a. Pemberian Pelayanan Untuk Semua Pasien

Standar PAP 1. Pelayanan dan asuhan yg seragam dan terintegrasi


diberikan untuk semua pasien sesuai peraturan perUUan.

Elemen Penilaian PAP 1.


1. RS menetapkan regulasi tentang Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP)
yg meliputi poin a - e dalam gambaran umum.
2. Asuhan yg seragam dan terintegrasi diberikan kepada setiap pasien
meliputi poin a - e dalam maksud dan tujuan.
PAP 1.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. RS menetapkan regulasi tentang R Regulasi tentang pelayanan dan Asuhan Pasien, meliputi: 10 TP
Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP) a)Pemberian pelayanan yang seragam; 5 TS
yg meliputi poin a - e dalam b)Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan 0 TT
gambaran umum. pelayanan risiko tinggi;
c)Pemberian makanan dan terapi nutrisi;
d)Pengelolaan nyeri; dan
e)Pelayanan menjelang akhir hayat.

12
PAP 1.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
2. Asuhan yg seragam dan D 1)Bukti pelaksanaan asuhan seragam diberikan kepada 10 TP
terintegrasi diberikan kepada setiap setiap pasien. 5 TS
pasien meliputi poin a - e dalam 2)Asuhan pasien yang seragam sesuai butir a) – e) di 0 TT
maksud dan tujuan. maksud dan tujuan : a) Akses untuk mendapatkan
asuhan dan pengobatan tidak bergantung pada
kemampuan pasien untuk membayar atau sumber
pembayaran. b) Akses untuk mendapatkan asuhan dan
pengobatan yg diberikan oleh PPA yg kompeten tidak
bergantung pada hari atau jam yaitu 7 (tujuh) hari, 24 (dua
puluh empat) jam. c) Kondisi pasien menentukan
sumber daya yg akan dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhannya. d) Pemberian asuhan yg diberikan
kepada pasien, sama di semua unit pelayanan di RS
misalnya pelayanan anestesi. e) Pasien yg
membutuhkan asuhan keperawatan yg sama akan
menerima tingkat asuhan keperawatan yg sama di semua
unit pelayanan di RS.

W *DPJP, *PPJA, *MPP, *Pasien/keluarga 13


KRITERIA TENAGA I.C.U.
KEPMENKES 1778 THN 2010 TTG PEDOMAN ICU RS

PRIMER SEKUNDER TERTIER


KEPALA Sp An / Dr Sp K.I.C Dr Sp K,I,C
Terlatih I.C.U
TIM MEDIS Dr Sp (konsultan) Dr Sp (pelayanan bila Dr Sp (pelayanan bila
Dr Jaga 24 jam BHD, diperlukan) diperlukan)
BHL Dr Jaga 24 jam Dr Jaga 24 jam
ALS,ACLS, FCCS ALS,ACLS, FCCS
PERAWAT BHD dan BHL 50 % sertifikat I.C.U 75 % sertifikat I.C.U
14
Maksud dan Tujuan PAP 1. Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang sama berhak
mendapat mutu asuhan yang seragam di RS. Untuk melaksanakan prinsip mutu asuhan yg setingkat, pimpinan
harus merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan
pasien. Secara khusus, pelayanan yg diberikan kepada populasi pasien yang sama pada berbagai unit kerja
sesuai dengan regulasi yang ditetapkan RS. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin bahwa RS
menyediakan tingkat mutu asuhan yg sama setiap hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Regulasi tsb
harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga proses pelayanan pasien dapat
diberikan secara kolaboratif.
Asuhan pasien yg seragam tercermin dalam hal-hal berikut:
a) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak bergantung pada kemampuan pasien
untuk membayar atau sumber pembayaran.  tdk ada diskriminasi
b)Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh PPA yang kompeten tidak
bergantung pada hari atau jam yaitu 7 (tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam 3-24-7
c) Kondisi pasien menentukan sumber daya yang akan dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhannya  pemeriksaan/tindakan
d) Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di semua unit pelayanan di rumah
sakit misalnya pelayanan anestesi.  PAB 2 EP a)
e) Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang sama akan menerima tingkat asuhan
keperawatan yang sama di semua unit pelayanan di rumah sakit.
Keseragaman dalam memberikan asuhan pada semua pasien akan menghasilkan penggunaan sumber
daya yang efektif dan memungkinkan dilakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang sama di semua unit
pelyanan di rumah sakit.
Standar PAP 1.1. Proses pelayanan dan asuhan pasien yg terintegrasi serta
terkoordinasi telah dilakukan sesuai instruksi.
Elemen Penilaian PAP 1.1.
1.RS telah melakukan pelayanan dan asuhan yg terintegrasi serta terkoordinasi kepada
setiap pasien.
2.RS telah menetapkan kewenangan pemberian instruksi oleh PPA yg kompeten, tata cara
pemberian instruksi dan pendokumentasiannya.
3.Permintaan pemeriksaan lab dan diagnostik imajing harus disertai indikasi klinis apabila
meminta hasilnya berupa interpretasi.
4.Prosedur dan tindakan telah dilakukan sesuai instruksi dan PPA yg memberikan
instruksi, alasan dilakukan prosedur atau tindakan serta hasilnya telah
didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
5.Pasien yg menjalani tindakan invasif/berisiko di rajal telah dilakukan pengkajian dan
didokumentasikan dalam rekam medis.
PAP 1.1.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. RS telah melakukan D 1)Bukti dalam rekam medis pelaksanaan pelayanan dan asuhan yg 10 TP
pelayanan dan asuhan yg terintegrasi serta terkoordinasi kepada setiap pasien. 5 TS
terintegrasi serta 2)Bukti pelaksanaan Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan 0 TT
terkoordinasi kepada dengan beberapa elemen poin a. – d. di Gambaran Umum :
setiap pasien. a. DPJP sbg pimpinan klinis/ketua tim PPA (clinical leader). b. PPA
bekerja sbg tim intra- dan interdisiplin dengan kolaborasi
interprofessional, dibantu a.l. dgn panduan praktik klinis (PPK),
panduan asuhan PPA lainnya, alur klinis/ clinical pathway
terintegrasi, algoritma, protokol, prosedur, standing order, dan
CPPT. c. Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/ Case Manager menjaga
kesinambungan pelayanan. d. Keterlibatan serta pemberdayaan
pasien dan keluarga dalam asuhan bersama PPA harus
memastikan:
1) Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yg unik
berdasar atas pengkajian; 2) Rencana asuhan diberikan kepada
tiap pasien; 3) Respons pasien terhadap asuhan dipantau; dan
4) Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan respons
pasien. (Lihat juga Std AKP 3 di maksud-tujuan poin a) – f).
W *DPJP, *PPJA, *MPP, *Pasien/keluarga. 18
PAP 1.1.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
2. RS telah menetapkan kewenangan R Rumah sakit menetapkan kewenangan pemberian instruksi 10 TP
pemberian instruksi oleh PPA yg oleh PPA yang kompeten, tata cara pemberian instruksi 5 TS
kompeten, tata cara pemberian dan pendokumentasiannya. 0 TT
instruksi dan pendokumentasiannya.
D Pemberian instruksi dan pendokumentasiannya oleh PPA
yang kompeten dan berwenang di CPPT pada kolom.

W Instruksi oleh *PPA, *DPJP, *PPJA.


3. Permintaan pemeriksaan lab dan D Bukti permintaan pemeriksaan laboratorium dan diagnostik 10 TP
diagnostik imajing harus disertai imajing disertai indikasi klinis bila hasilnya berupa 5 TS
indikasi klinis apabila meminta interpretasi 0 TT
hasilnya berupa interpretasi.
W *DPJP, *Staf unit laboratorium, *Staf unit radiologi.

19
PAP 1.1.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
4. Prosedur dan tindakan telah D 1) Bukti prosedur dan tindakan yang dilakukan sesuai 10 TP
dilakukan sesuai instruksi dan PPA yg dengan instruksi PPA . 2) Bukti alasan dilakukan 5 TS
memberikan instruksi, alasan prosedur atau tindakan serta hasilnya 0 TT
dilakukan prosedur atau tindakan didokumentasikan di dalam rekam medis pasien.
serta hasilnya telah didokumentasikan (Lihat juga SKP 2 EP 1).
di dalam rekam medis pasien.
W *DPJP, *PPJA.
5. Pasien yg menjalani tindakan D Bukti dalam rekam medis dilakukan pengkajian pada 10 TP
invasif/berisiko di rajal telah dilakukan pasien rawat jalan yang menjalani tindakan 5 TS
pengkajian dan didokumentasikan invasif/berisiko, termasuk pencatatan efek samping dll. 0 TT
dalam rekam medis.
W *DPJP
*Kepala/staf unit pelayanan diagnostik antara lain Unit
Laboratorium, Unit Radiologi

20
Proses Asuhan Pasien Diagram
IAR
Patient Care

(AKP, PP, PAP, PAB,


1 Pengkajian Pasien
SKP, PKPO, Prognas) (Skrining, “Periksa Pasien”)

S 1. Informasi dikumpulkan : Pengkajian


PPA : Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan I Awal
O diagnostik / lain, dsb
Pengkajian
2. Analisis informasi : Ulang SOAP
Dokter Menetapkan Diagnosis, Masalah, Risiko A
Perawat A Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Tenaga Gizi :
Bidan Pasien ADIME
Apoteker 3. Rencana Asuhan/Plan of Care : (Assessment, Diagnosis,
Dietisien P Merumuskan rencana dan sasaran terukur
Intervention (+Goals),
Monitoring, Evaluation)
Lain2 Untuk memenuhi Kebutuhan Yan R
Pasien

2 Pemberian Pelayanan M
(AKP, PAP, PAB, Implementasi o
PKPO,
Prognas) Rencana Intervensi, ni
toring

Asesmen Ulang
Asuhan Pasien : 1 Pengkajian
 Pengkajian – IAR Pasien
 Pemberian Pelayanan (‘Periksa Pasien”)
 Pencapaian Hasil Asuhan Pasien

N
MANAJEME
 IAR

PPA 2 Pemberian
Profesional Asuhan Pelayanan/
Pemberi Implementasi
Asuhan Pasien Rencana
Monitoring
(PAP 1.1, 1.2, PP GU, 1, 2,

T
UNI
AKP 3, 3.1., PAB 3.1, 3.2, 4, 7,
7.3 , PKPO 4, 6, KE 7, TKRS 8)

MPP Hasil
Asuhan (TKRS 9)
Manajer Pelayanan
Pasien
22
Contoh : Instruksi (Perawat) PAP 1.1. EP b)
Maksud dan Tujuan PAP 1.1. Proses pelayanan dan asuhan pasien (PAP) bersifat dinamis dan
melibatkan banyak PPA dan berbagai unit pelayanan. Agar proses PAP menjadi efisien, penggunaan SDM
dan sumber lainnya menjadi efektif, dan hasil akhir kondisi pasien menjadi lebih baik maka diperlukan
integrasi dan koordinasi. Kepala unit pelayanan menggunakan cara untuk melakukan integrasi dan
koordinasi pelayanan serta asuhan lebih baik (misalnya, pemberian asuhan pasein secara tim oleh para
PPA, ronde pasien multidisiplin, formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT), dan manajer
pelayanan pasien/case manager.
Instruksi PPA dibutuhkan dalam pemberian asuhan pasien misalnya instruksi pemeriksaan di lab (termasuk
Patologi Anatomi), pemberian obat, asuhan keperawatan khusus, terapi nurtrisi, dan lain2. Instruksi ini harus
tersedia dan mudah diakses sehingga dapat ditindaklanjuti tepat waktu misalnya dengan menuliskan instruksi
pada formulir catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT) dalam rekam medis atau didokumentasikan
dalam elektronik rekam medik agar staf memahami kapan instruksi harus dilakukan, dan siapa yg akan
melaksanakan instruksi tersebut.
Setiap RS harus mengatur dalam regulasinya:
a) Instruksi seperti apa yg harus tertulis/didokumentasikan (bukan instruksi melalui telepon atau instruksi
lisan saat PPA yang memberi instruksi sedang berada di tempat/RS), antara lain:
(1)Instruksi yang diijinkan melalui telepon terbatas pada situasi darurat dan ketika dokter tidak
berada di tempat/di RS.
(2)Instruksi verbal diijinkan terbatas pada situasi dimana dokter yang memberi instruksi sedang
melakukan tindakan/prosedur steril.
b) Permintaan pemeriksaan lab (termasuk pemeriksaan Patologi Anatomi) dan diagnostik imajing tertentu
harus disertai indikasi klinik
c) Pengecualian dalam kondisi khusus, misalnya di unit darurat dan unit intensif
d) Siapa yg diberi kewenangan memberi instruksi dan perintah catat di dalam berkas rekam
medik/system elektronik rekam medik sesuai regulasi RS.
Prosedur diagnostik dan tindakan klinis, yang dilakukan sesuai instruksi serta hasilnya didokumentasikan di
dalam rekam medis pasien. Contoh prosedur dan tindakan misalnya endoskopi, kateterisasi jantung, terapi
radiasi, pemeriksaan Computerized Tomography (CT), dan tindakan serta prosedur diagnostik invasif dan
non-invasif lainnya. Informasi mengenai siapa yang meminta dilakukannya prosedur atau tindakan, dan
alasan dilakukannya prosedur
atau tindakan tersebut didokumentasikan dalam rekam medik.
Di rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik invasif/berisiko, termasuk pasien yang dirujuk
dari luar, juga harus dilakukan pengkajian serta pencatatannya dalam rekam medis.
Standar PAP 1.2. Rencana asuhan individual setiap pasien dibuat dan
didokumentasikan
Elemen Penilaian PAP 1.2.
1. PPA telah membuat rencana asuhan untuk setiap pasien setelah diterima sebagai
pasien ranap dalam waktu 24 jam berdasarkan hasil pengkajian awal.
2. Rencana asuhan dievaluasi secara berkala, direvisi atau dimutakhirkan serta
didokumentasikan dalam rekam medis oleh setiap PPA.
3. Instruksi berdasarkan rencana asuhan dibuat oleh PPA yg kompeten dan berwenang,
dengan cara yg seragam, dan didokumentasikan di CPPT.
4. Rencana asuhan pasien dibuat dgn membuat sasaran yg terukur dan di
dokumentasikan.
5. DPJP telah melakukan evaluasi/review berkala dan verifikasi harian untuk memantau
Terlaksananya asuhan secara terintegrasi dan membuat notasi sesuai dengan kebutuhan.
PAP 1.2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. PPA telah membuat rencana D Bukti dalam rekam medis PPA membuat rencana asuhan untuk 10 TP
asuhan untuk setiap pasien setelah setiap pasien setelah diterima sebagai pasien ranap dalam 5 TS
diterima sebagai pasien ranap waktu 24 jam berdasarkan hasil pengkajian awal. 0 TT
dalam waktu 24 jam berdasarkan
hasil pengkajian awal. W *PPA.
2. Rencana asuhan dievaluasi D 1)Bukti dalam rekam medis ttg rencana asuhan dievaluasi 10 TP
secara berkala, direvisi atau secara berkala, direvisi atau dimutakhirkan oleh setiap PPA. 5 TS
dimutakhirkan serta 2)Sesuai di maksud - tujuan : DPJP sbg ketua tim PPA 0 TT
didokumentasikan dalam rekam melakukan evaluasi / reviu berkala dan verifikasi harian. Lihat
medis oleh setiap PPA. EP e).

W *PPA.
3. Instruksi berdasarkan rencana D Bukti dalam rekam medis ttg instruksi dibuat oleh PPA yg 10 TP
asuhan dibuat oleh PPA yg kompeten dan berwenang, dengan cara yg seragam, dan 5 TS
kompeten dan berwenang, dengan didokumentasikan di CPPT, di kolom Instruksi sesuai Std PAP 0 TT
cara yg seragam, dan 1.1. EP b).
didokumentasikan di CPPT.
W *PPA.
28
PAP 1.2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
4. Rencana asuhan pasien dibuat D Bukti dalam rekam medis tentang rencana asuhan pasien 10 TP
dgn membuat sasaran yg terukur dengan sasaran sesuai kebutuhan dan kondisi pasien. 5 TS
dan di dokumentasikan. 0 TT
W *PPA
5. DPJP telah melakukan D Bukti dalam rekam medis DPJP telah melakukan
evaluasi/review berkala dan evaluasi/review berkala dan verifikasi harian untuk memantau
verifikasi harian untuk memantau terlaksananya asuhan secara terintegrasi dan membuat notasi
Terlaksananya asuhan secara sesuai dengan kebutuhan. Dan memberi tandatangan di CPPT
terintegrasi dan membuat notasi kolom reviu dan verifikasi.
sesuai dengan kebutuhan.
W *DPJP
*PPJA
*Staf Klinis

29
Profesional Pemberi
Clinical Team
Asuhan PPA Leader
Dalam Starkes 2022.
DPJP

PPJA
PPA
Tugas Mandiri, Apoteker
Tugas Kolaboratif,
Tugas Delegatif

PPA
Kompetensi Profesi &
Kompetensi utk Lainnya
Berkolaborasi Dietisien
Interprofesional
(Nico Lumenta,KARS, 2022)
DPJP
Gambaran kegiatan Clinical Leader, sbg “motor” integrasi
Secara rutin saat visit pasien tiap pagi, DPJP membaca CPPT semua informasi
(24 jam), dari semua PPA, terkait a.l. asesmen, perkembangan pasien,
pelaksanaan pelayanan, juga dari form lain a.l. “Nurse’s note”, Form gizi, dsb.

Melakukan review, interpretasi, sintesis dari rencana dan pelaksanaannya. (Std PAP 1.2)

Menyusun skala prioritas.

Bila diperluka, membuat catatan / notasi pd CPPT utk a.l.


perhatian, koreksi, arahan, instruksi dsb

Atau bila asuhan sudah sesuai dgn rencana & sasaran, cukup
memberi paraf (= verifikasi) pada lembar CPPT, beri paraf pd
pojok kanan bawah lembar CPPT, per 24 jam. (Std PAP 1.2. EP e.)
CPPT : CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN TERINTEGRASI 5
Kolaborasi PPA
3 4 REVIEW &
melalui CPPT VERIFIKASI DPJP
HASIL ASESMEN PASIEN DAN PEMBERIAN PELAYANAN Instruksi PPA (Tulis Nama, beri Paraf,
Profesional Termasuk Pasca Bedah Tgl, Jam)
Tgl, Jam
Pemberi Asuhan (Tulis dengan format SOAP/ADIME, disertai Sasaran. Tulis Nama, beri Paraf (Instruksi ditulis dgn (DPJP harus
pada akhir catatan) rinci dan jelas) membaca/mereview
seluruh Rencana
1 2 Asuhan)
2/2/2015 Perawat S : Nyeri akut lutut kiri sejak 1-2 jam • Monitoring nyeri tiap 30’
Jm 8.00 O : skala nyeri VAS : 7 • Lapor DPJP
TD 165/90, N 115/m, Frek Nafas : 30/m • Kolaborasi pemberian
A : Nyeri akut arthritis gout anti inlamasi & analgesic
P : Mengatasi nyeri dalam 2 jam dgn target VAS <4
Paraf..
*Lapor 2 jam lagi skala
nyeri
*Foto Ro Lutut hari ini bila
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut sejak pagi nyeri mereda/toleransi
Jm 8.30 O : Lutut kiri agak merah, nyeri tekan, skala NRS 7-8, hangat pd palpasi. cukup
A : Gouty Arthritis - flare Genu Sinistra
P : inj steroid xx mg , tab colchicine 2 X 0,6 mg/hari.
Paraf …
Dst….
Paraf
Catatan/Notasi DPJP … … … … … … … … … … DPJP
… … … … … … … … … … … … …+paraf DPJP per akhir 24 jam
Maksud dan Tujuan PAP 1.2. Rencana asuhan merangkum asuhan dan pengobatan/ tindakan yg
akan diberikan kepada seorang pasien. Rencana asuhan memuat satu rangkaian tindakan yang dilakukan
oleh PPA untuk menegakkan atau mendukung diagnosis yg disusun dari hasil pengkajian. Tujuan utama
rencana asuhan adalah memperoleh hasil klinis yg optimal. Proses perencanaan bersifat kolaboratif
menggunakan data yang berasal dari pengkajian awal dan pengkajian ulang yang di buat oleh para PPA
(dokter, perawat, ahli gizi, apoteker, dan lain- lainnya)
Rencana asuhan dibuat setelah melakukan pengkajian awal dalam waktu 24 jam terhitung sejak pasien
diterima sebagai pasien rawat inap. Rencana asuhan yang baik menjelaskan asuhan pasien yang objektif
dan memiliki sasaran yang dapat diukur untuk memudahkan pengkajian ulang serta mengkaji atau merevisi
rencana asuhan. Pasien dan keluarga dapat dilibatkan dalam proses perencanaan asuhan. Rencana asuhan
harus disertai target terukur, misalnya:
a) Detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah menjadi normal atau sesuai dgn rencana yg
ditetapkan;
b) Pasien mampu menyuntik sendiri insulin sebelum pulang dari RS;
c) Pasien mampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan).
Berdasarkan hasil pengkajian ulang, rencana asuhan diperbaharui utk dapat menggambarkan kondisi pasien
terkini. Rencana asuhan pasien harus terkait dgn kebutuhan pasien. Kebutuhan ini mungkin berubah sbg
hasil dari proses penyembuhan klinis atau terdapat informasi baru hasil pengkajian ulang (contoh, hilangnya
kesadaran, hasil laboratorium yang abnormal). Rencana asuhan dan revisinya didokumentasikan dlm rekam
medis pasien sbg rencana asuhan baru.
DPJP sbg ketua tim PPA melakukan evaluasi / reviu berkala dan verifikasi harian untuk memantau terlaksananya
asuhan secara terintegrasi dan membuat notasi sesuai dgn kebutuhan.
Catatan: satu rencana asuhan terintegrasi dengan sasaran2 yg diharapkan oleh PPA lebih baik dp rencana
terpisah oleh masing2 PPA. Rencana asuhan yg baik menjelaskan asuhan individual, objektif, dan sasaran
dapat diukur utk memudahkan pengkajian ulang serta revisi rencana asuhan.
Contoh
1 Rencana Asuhan Terintegrasi
KARS, Nico A. Lumenta Std PAP
35 1.2 di M&T
b. Pelayanan Pasien Risiko Tinggi (Risti)dan Penyediaan
Pelayanan Risiko Tinggi

Standar PAP 2. RS menetapkan pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko


tinggi dan diselenggarakan sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan
sarana prasarana yang dimiliki.
Elemen Penilaian PAP 2.
1. Pimpinan RS telah melaksanakan tanggung jawabnya utk memberikan pelayanan pada pasien berisiko
tinggi dan pelayanan berisiko tinggi meliputi a) - c) dlm maksud dan tujuan.
2. RS telah memberikan pelayanan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi yg telah diidentifikasi
berdasarkan populasi yaitu pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri sesuai dalam maksud dan
tujuan.
3. Pimpinan RS telah mengidentifikasi risiko tambahan yg dapat mempengaruhi pasien dan pelayanan risiko
tinggi.
PAP 2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. Pimpinan RS telah R RS menetapkan pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko 10 TP
melaksanakan tanggung jawabnya tinggi sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan sarana 5 TS
utk memberikan pelayanan pada prasarana yg dimiliki. 0 TT
pasien berisiko tinggi dan
pelayanan berisiko tinggi meliputi D Bukti Pimpinan RS telah melaksanakan tanggung jawabnya
a) - c) dlm maksud dan tujuan. untuk pasien berisiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi
yang meliputi:
a)Identifikasi pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi
sesuai dengan populasi pasiennya meliputi a) s/d n) , disertai
penetapan risiko tambahan yang mungkin berpengaruh pada
pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi
b)Menetapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical
pathway dan rencana perawatan secara kolaboratif
c)Melatih staf untuk menerapkan prosedur, panduan praktik
klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan.

W *DPJP , *PPJA, *Kepala Unit Pelayanan .


37
PAP 2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
2. RS telah memberikan D Bukti dalam rekam medis tentang pelaksanaan pemberian 10 TP
pelayanan pada pasien risiko pelayanan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko tinggi 5 TS
tinggi dan pelayanan risiko pada populasi pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri, 0 TT
tinggi yg telah diidentifikasi meliputi :
berdasarkan populasi yaitu a) Rencana asuhan perawatan pasien; b) Perawatan terintegrasi
pasien anak, pasien dewasa dan mekanisme komunikasi antar PPA secara efektif; c) Pemberian
dan pasien geriatri sesuai informed consent, jika diperlukan; d) Pemantauan/observasi pasien
dalam maksud dan tujuan. selama memberikan pelayanan; e) Kualifikasi atau kompetensi staf
yang memberikan pelayanan; dan f) Ketersediaan dan penggunaan
peralatan medis khusus untuk pemberian pelayanan.

W *DPJP, *PPA lainnya, *Staf klinis


3. Pimpinan RS telah R Regulasi tentang identifikasi risiko tambahan yang dapat 10 TP
mengidentifikasi risiko mempengaruhi pasien dan pelayanan risiko tinggi, sesuai 5 TS
tambahan yg dapat penjelasan di maksud dan tujuan. 0 TT
mempengaruhi pasien dan
pelayanan risiko tinggi.
38
Pasien & Pelayanan Risiko Tinggi
Pasien Risti Pelayanan Risti
1. Pasien emergensi; 1. Pelayanan pasien dgn penyakit menular dan penyakit
2. Pasien koma; yg berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa;
3. Pasien dengan alat 2. Pelayanan pd pasien dengan “immuno-suppressed”;
bantuan hidup; 3. Pelayanan pd pasien yg mendapatkan pelayanan dialisis;
4. Pasien risiko tinggi 4. Pelayanan pd pasien yg direstrain;
lainnya yi pasien dgn 5. Pelayanan pd pasien yg menerima kemoterapi;
penyakit jantung, 6. Pelayanan pasien paliatif;
hipertensi, stroke dan 7. Pelayanan pd pasien yg menerima radioterapi;
diabetes; 8. Pelayanan pada pasien risiko tinggi lainnya (misalnya
5. Pasien dgn risiko terapi hiperbarik dan pelayanan radiologi intervensi);
bunuh diri. 9. Pelayanan pd populasi pasien rentan, pasien lansia (geriatri)
misalnya anak2, dan pasien berisiko tindak kekerasan atau
diterlantarkan mis. pasien dgn gangguan jiwa. PAP 2.1.
Maksud dan Tujuan PAP 2. RS memberikan pelayanan utk pasien dgn berbagai keperluan. Pelayanan pd
pasien berisiko tinggi (Risti) membutuhkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK) clinical pathway dan
rencana perawatan yg akan mendukung PPA memberikan pelayanan kepada pasien secara menyeluruh,
kompeten dan seragam.
Dalam memberikan asuhan pada pasien Risti dan pelayanan beRisti, Pimpinan rumah sakit bertanggung jawab
untuk:
*a) Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggap berisiko tinggi di rumah sakit;
*b) Menetapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan secara
kolaboratif
*c) Melatih staf untuk menerapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana
perawatan rencana perawatan tsb.
Pelayanan pada pasien berisiko tinggi atau pelayanan berisiko tinggi dibuat berdasarkan populasi
yaitu pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri. Hal-hal yg perlu diterapkan dalam pelayanan tersebut
meliputi Prosedur, dokumentasi, kualifikasi staf dan peralatan medis meliputi:
a) Rencana asuhan perawatan pasien;
b) Perawatan terintegrasi dan mekanisme komunikasi antar PPA secara efektif;
c) Pemberian informed consent, jika diperlukan;
d) Pemantauan/observasi pasien selama memberikan pelayanan;
e) Kualifikasi atau kompetensi staf yang memberikan pelayanan; dan
f)Ketersediaan dan penggunaan peralatan medis khusus untuk pemberian pelayanan.
Rumah sakit mengidentifikasi dan memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko
tinggi sesuai kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki meliputi:
a) Pasien emergensi;
b) Pasien koma;
c) Pasien dengan alat bantuan hidup;
d) Pasien risiko tinggi lainnya yaitu pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes;
e) Pasien dengan risiko bunuh diri;
f)Yan pasien dgn penyakit menular dan penyakit yg berpotensi menyebabkan kejadian luar biasa;
g) Pelayanan pada pasien dengan “immuno-suppressed”;
h) Pelayanan pada pasien yang mendapatkan pelayanan dialisis;
i)Pelayanan pada pasien yang direstrain;
j)Pelayanan pada pasien yang menerima kemoterapi;
k)Pelayanan pasien paliatif;
l)Pelayanan pada pasien yg menerima radioterapi;
m)Pelayanan pada pasien risiko tinggi lainnya (misalnya terapi hiperbarik dan pelayanan radiologi intervensi);
n) Pelayanan pada populasi pasien rentan, pasien lanjut usia (geriatri) misalnya anak2, dan pasien berisiko tindak kekerasan
atau diterlantarkan misalnya pasien dengan gangguan jiwa.
RS juga menetapkan jika terdpt risiko tambahan setlh dilakukan tindakan atau rencana asuhan (contoh, kebutuhan mencegah trombosis
vena dalam, luka dekubitus, infeksi terkait penggunaan ventilator pd pasien, cedera neurologis dan pembuluh darah (PD) pd pasien
restrain, infeksi melalui PD pd pasien dialisis, infeksi saluran/slang sentral, dan pasien jatuh. Jika terjadi risiko tambahan tersebut,
dilakukan penanganan dan pencegahan dengan membuat regulasi, memberikan pelatihan dan edukasi kepada staf. Rumah sakit
menggunakan informasi tersebut untuk mengevaluasi pelayanan yang diberikan kepada pasien risiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi
serta mengintegrasikan informasi tersebut dalam pemilihan prioritas perbaikan tingkat rumah sakit pada program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
Standar PAP 2.1. RS memberikan pelayanan geriatri rawat jalan, ranap
akut dan ranap kronis sesuai dengan tingkat jenis pelayanan.
Elemen Penilaian PAP 2.1.
1. RS telah menetapkan regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan geriatri
di RS sesuai dengan kemampuan, sumber daya dan sarana prasarananya.
2. RS telah menetapkan tim terpadu geriatri dan telah menyelenggarakan
pelayanan sesuai tingkat jenis layanan.
3. RS telah melaksanakan proses pemantauan dan evaluasi kegiatan
pelayanan geriatri.
4. Ada pelaporan penyelenggaraan pelayanan geriatri di RS.
PAP 2.1.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. RS telah menetapkan regulasi R Regulasi tentang tingkat jenis pelayanan geriatri yang sesuai 10 TP
tentang penyelenggaraan dengan kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana RS, - -
pelayanan geriatri di RS sesuai mengacu pada poin a) – d) di maksud – tujuan. 0 TT
dengan kemampuan, sumber daya
dan sarana prasarananya.
2. RS telah menetapkan tim terpadu R Regulasi yang meliputi : 10 TP
geriatri dan telah 1) Penetapan Tim Terpadu Geriatri 5 TS
menyelenggarakan pelayanan 2) Pedoman Kerja Tim Terpadu Geriatri 0 TT
sesuai tingkat jenis layanan. 3) Program Kerja Tim Terpadu Geriatri
3. RS telah melaksanakan proses D Bukti pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kegiatan 10 TP
pemantauan dan evaluasi kegiatan pelayanan geriatri. 5 TS
pelayanan geriatri. 0 TT
W *Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri, *Kepala Bidang/ divisi/
bagian, *Kepala Unit Pelayanan.
4. Ada pelaporan penyelenggaraan D Bukti pelaporan kegiatan pelayanan geriatri di rumah sakit 10 TP
pelayanan geriatri di RS. 5 TS
W *Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri 0 TT
*Kepala Unit Pelayanan
44
Standar PAP 2.2. RS melakukan promosi dan edukasi sebagai bagian dari
Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis RS (Hospital
Based Community Geriatric Service).
Elemen Penilaian PAP 2.2.
a)Ada program PKRS terkait Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat
Berbasis RS (Hospital Based Community Geriatric Service).
b)RS telah memberikan edukasi sebagai bagian dari Pelayanan Kesehatan Warga
Lanjut usia di Masyarakat Berbasis RS (Hospital Based Community Geriatric Service).
c)RS telah melaksanakan kegiatan sesuai program dan tersedia leaflet atau alat bantu
kegiatan (brosur, leaflet, dan lain-lainnya).
d)RS telah melakukan evaluasi dan membuat laporan kegiatan pelayanan secara
berkala.
PAP 2.2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. Ada program PKRS terkait R Ada program PKRS terkait Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut 10 TP
Pelayanan Kesehatan Warga Lanjut Usia di Masyarakat Berbasis RS (Hospital Based Community - -
usia di Masyarakat Berbasis RS Geriatric Service). 0 TT
(Hospital Based Community
Geriatric Service).
2. RS telah memberikan edukasi D Bukti laporan pelaksanaan edukasi sebagai bagian dari Warga 10 TP
sebagai bagian dari Pelayanan Lanjut Usia di Masyarakat Berbasis RS (Hospital Based 5 TS
Kesehatan Warga Lanjut usia di Community Geriatric Service). 0 TT
Masyarakat Berbasis RS (Hospital
Based Community Geriatric W *Kepala/staf PKRS
Service). *Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri
*PPA pelayanan geriatri

46
PAP 2.2.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
3. RS telah melaksanakan kegiatan D 1)Bukti pelaksanaan kegiatan sesuai program 10 TP
sesuai program dan tersedia leaflet 2)Bukti leaflet atau alat bantu kegiatan edukasi memuat materi 5 TS
atau alat bantu kegiatan (brosur, edukasi tentang pelayanan kesehatan warga lanjut usia di 0 TT
leaflet, dan lain-lainnya). masyarakat.

W *Kepala/staf PKRS,
*Ketua/anggota Tim Terpadu Geriatri,
*Pasien/keluarga.
4. RS telah melakukan evaluasi dan D Bukti tentang evaluasi dan laporan meliputi : 10 TP
membuat laporan kegiatan 1)Pencatatan kegiatan dengan indikator antara lain lama rawat 5 TS
pelayanan secara berkala. inap, status fungsional, kualitas hidup, rehospitalisasi dan 0 TT
kepuasan pasien.
2)Bukti pelaporan kegiatan secara berkala kepada pimpinan
RS

W *Pimpinan RS
*Ketua/anggota Tim terpadu Geritari
47
Maksud dan Tujuan PAP 2.1 dan PAP 2.2. Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi
penyakit/gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan secara tepadu dengan pendekatan multi disiplin yg bekerja sama secara
interdisiplin. Dengan meningkatnya sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan maka usia harapan hidup
semakin meningkat, sehingga secara demografi terjadi peningkatan populasi lanjut usia. Sehubungan dengan
itu RS perlu menyelenggarakan pelayanan geriatri sesuai dengan tingkat jenis pelayanan
geriatri:
a) Tingkat sederhana (rawat jalan dan home care)
b) Tingkat lengkap (rawat jalan, rawat inap akut dan
home care)
c) Tingkat sempurna (rawat jalan, rawat inap akut dan home care klinik asuhan siang)
d) Tingkat paripurna (rawat jalan, klinik asuhan siang, rawat inap akut, rawat inap kronis, rawat inap
psychogeriatri, penitipan pasien Respit care dan home care)
Standar PAP 2.3. Rumah sakit menerapkan proses pengenalan perubahan
kondisi pasien yang memburuk.

Elemen Penilaian PAP 2.3.


1. Rumah sakit telah menerapkan proses pengenalan perubahan kondisi
pasien yang memburuk (EWS) dan mendokumentasikannya di dalam
rekam medik pasien.
2. Rumah sakit memiliki bukti PPA dilatih menggunakan EWS.
PAP 2.3.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. Rumah sakit telah menerapkan D Bukti di rekam medis tentang penerapan proses pengenalan 10 TP
proses pengenalan perubahan perubahan kondisi pasien yang memburuk (EWS) 5 TS
kondisi pasien yang memburuk 0 TT
(EWS) dan mendokumentasikannya W *Staf klinis
di dalam rekam medik pasien.
S Peragaan pelaksanaan skoring EWS.
2. Rumah sakit memiliki bukti PPA D Bukti pelaksanaan pelatihan staf klinis tentang EWS berupa : 10 TP
dilatih menggunakan EWS. TOR, Undangan, daftar hadir, materi, laporan, evaluasi, 5 TS
sertifikat. 0 TT

W *Staf klinis
*Staf Diklat

50
Maksud dan Tujuan PAP 2.3. Staf yg tidak bekerja di daerah pelayanan kritis/intensif mungkin
tidak mempunyai pengetahuan dan pelatihan yg cukup untuk melakukan pengkajian, serta mengetahui
pasien yg akan masuk dalam kondisi kritis. Padahal, banyak pasien di luar daerah pelayanan kritis
mengalami keadaan kritis selama di ranap. Seringkali pasien memperlihatkan tanda bahaya dini (contoh,
tanda2 vital yg memburuk dan perubahan kecil status neurologis) sebelum mengalami penurunan
kondisi klinis yg meluas shg mengalami kejadian yg tidak diharapkan.
Ada kriteria fisiologis yg dapat membantu staf untuk mengenali sedini-dininya pasien yg kondisinya
memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami gagal jantung atau gagal paru sebelumnya
memperlihatkan tanda2 fisiologis di luar kisaran normal yg merupakan indikasi keadaan pasien
memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning system (EWS).
Penerapan EWS membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk sedini- dininya dan bila
perlu mencari bantuan staf yg kompeten. Dengan dmk, hasil asuhan akan lebih baik. Pelaksanaan EWS
dapat dilakukan menggunakan sistem skor oleh PPA yg terlatih.
Standar PAP 2.4. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit.

Elemen Penilaian PAP 2.4.


1. Pelayanan resusitasi tersedia dan diberikan selama 24 jam setiap hari di
seluruh area RS.
2. Peralatan medis untuk resusitasi dan obat untuk BHD (bantuan hidup
dasar) dan lanjut terstandar sesuai dengan kebutuhan populasi pasien.
3. Di seluruh area RS, BHD diberikan segera saat dikenali henti jantung-paru
dan BHL (bantuan hidup lanjut) diberikan kurang dari 5 menit.
4. Staf diberi pelatihan pelayanan BHD/BHL sesuai dengan ketentuan RS.
PAP 2.4.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. Pelayanan resusitasi tersedia O Bukti Pelayanan resusitasi tersedia 24 jam di seluruh area 10 TP
dan diberikan selama 24 jam setiap rumah sakit meliputi : 5 TS
hari di seluruh area RS. a)kecepatan pemberian BHD 0 TT
b)tim code blue.

W *Pimpinan rumah sakit , *Staf klinis.

S Peragaan BHD dan aktivasi Code Blue.


2. Peralatan medis untuk resusitasi O Bukti tersedia peralatan yang terstandar untuk resusitasi dan 10 TP
dan obat utk BHD (bantuan hidup obat untuk bantuan hidup dasar dan lanjut sesuai dengan 5 TS
dasar) dan lanjut terstandar sesuai kebutuhan populasi pasien. 0 TT
dgn kebutuhan populasi pasien.
D Daftar tilik/checklist.

W *Staf klinis

53
PAP 2.4.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
3. Di seluruh area RS, BHD D Bila ada, bukti laporan pelaksanaan BHD / BHL, termasuk 10 TP
diberikan segera saat dikenali henti evaluasi terhadap pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau 5 TS
jantung-paru dan BHL (bantuan terhadap simulasi pelatihan resusitasi di rumah sakit. 0 TT
hidup lanjut) diberikan kurang dari
5 menit. W *Tim code Blue, *Staf klinis.

S *Peragaan BHD
*Peragaan aktivasi code blue.
4. Staf diberi pelatihan pelayanan D Bukti pelaksanaan pelatihan bagi staf tentang pelayanan 10 TP
BHD/BHL sesuai dengan ketentuan resusitasi berupa : TOR, undangan, daftar hadir, materi, 5 TS
RS. laporan, evaluasi, sertifikaL 0 TT

W *Staf klinis
*Staf RS
*Diklat

54
Maksud dan Tujuan PAP 2.4. Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis pada pasien yg
mengalami kejadian mengancam hidupnya seperti henti jantung atau paru. Pd saat henti jantung atau paru maka
pemberian kompresi pd dada atau bantuan pernapasan akan berdampak pd hidup atau matinya pasien, setidak2nya
menghindari kerusakan jaringan otak. Resusitasi yg berhasil pd pasien dgn henti jantung-paru bergantung pd
intervensi yg kritikal/penting spt kecepatan pemberian BHD, BHL yg akurat (code blue) dan kecepatan melakukan
defibrilasi. Pelayanan spt ini harus tersedia utk semua pasien selama 24 jam setiap hari. Sangat penting utk dapat
memberikan pelayanan intervensi yg kritikal, yaitu tersedia dgn cepat peralatan medis terstandar, obat resusitasi,
dan staf terlatih yg baik untuk resusitasi. BHD harus dilakukan secepatnya saat diketahui ada tanda henti jantung-
paru dan proses pemberian BHL kurang dari 5 (lima) menit. Hal ini termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan
sebenarnya resusitasi atau terhadap simulasi pelatihan resusitasi di RS. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh
area RS termasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis, dan populasi pasien yg dilayani.
Standar PAP 2.5. Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai
dengan panduan klinis serta prosedur yg ditetapkan RS.

Elemen Penilaian PAP 2.5.


1. RS menerapkan penyelenggaraan pelayanan darah.
2. Panduan klinis dan prosedur disusun dan diterapkan untuk pelayanan
darah serta produk darah.
3. Staf yg kompeten bertanggungjawab terhadap pelayanan darah di RS.
PAP 2.5.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. RS menerapkan O Bukti penerapan penyelenggaraan pelayanan darah, sesuai 10 TP
penyelenggaraan pelayanan darah. poin a) – h) di maksud-tujuan. (Lihat juga Std PP 3.9.). 5 TS
W *DPJP, *PPJA, *Staf klinis , *Kepala/staf unit laboratorium/unit 0 TT
BDRS (Bank Darah).
2. Panduan klinis dan prosedur O Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai 10 TP
disusun dan diterapkan untuk regulasi/PPK 5 TS
pelayanan darah serta produk 0 TT
darah. W *PPA, *Kepala/staf unit laboratorium/unit BDRS (Bank Darah)
3. Staf yg kompeten D Bukti Penanggung jawab Pelayanan Darah kompeten dan 10 TP
bertanggungjawab terhadap berwenang. 5 TS
pelayanan darah di RS. 0 TT
O Bukti pelaksanaan pelayanan darah dilakukan oleh staf yang
kompeten dan berwenang (SPK dan RKK)

W *DPJP, *PPJA, *Staf klinis , *Kepala/staf unit laboratorium/unit


BDRS (Bank Darah).
57
Maksud dan Tujuan PAP 2.5. Pelayanan darah dan produk darah harus
diberikan sesuai peraturan perundangan meliputi a.l.:
a)pemberian persetujuan (informed consent); b)permintaan
darah;
c) tes kecocokan;
d) pengadaan darah;
e)penyimpanan darah;
f)identifikasi pasien;
g) distribusi dan pemberian darah; dan
h) pemantauan pasien dan respons terhadap reaksi transfusi.
Staf kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan produk darah serta
melakukan pemantauan dan evaluasi.
c. Pemberian Makanan dan Terapi Nutrisi
Standar PAP 3. RS memberikan makanan untuk pasien rawat inap dan
terapi nutrisi terintegrasi untuk pasien dengan risiko nutrisional.
Elemen Penilaian PAP 3.
1. Berbagai pilihan makanan atau terapi nutrisi yg sesuai untuk kondisi, perawatan, dan
kebutuhan pasien tersedia dan disediakan tepat waktu.
2. Sebelum pasien ranap diberi makanan, terdapat instruksi pemberian makanan dalam
rekam medis pasien yg didasarkan pada status gizi dan kebutuhan pasien.
3. Untuk makanan yang disediakan keluarga, edukasi diberikan mengenai batasan2 diet
pasien dan penyimpanan yang baik untuk mencegah kontaminasi.
4. Memiliki bukti pemberian terapi gizi terintegrasi (rencana, pemberian dan evaluasi)
pada pasien risiko gizi.
5. Pemantauan dan evaluasi terapi gizi dicatat di rekam medis pasien.
PAP 3.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. Berbagai pilihan makanan atau D Bukti tersedia dan disediakan tepat waktu berbagai pilihan 10 TP
terapi nutrisi yg sesuai untuk makanan atau terapi nutrisi yang sesuai untuk kondisi, 5 TS
kondisi, perawatan, dan kebutuhan W perawatan, dan kebutuhan pasien. 0 TT
pasien tersedia dan disediakan *PPA, *Kepala instalasi/unit Gizi, *Pasien/Keluarga.
tepat waktu.
2. Sebelum pasien ranap diberi D Bukti dalam rekam medis tentang instruksi pemberian 10 TP
makanan, terdapat instruksi makanan pasien sesuai dengan status gizi dan kebutuhan 5 TS
pemberian makanan dalam rekam pasien. 0 TT
medis pasien yg didasarkan pada
status gizi dan kebutuhan pasien. W *PPA, *Nutrisionis/dietisien.
3. Untuk makanan yang disediakan D 1)Makanan dari luar rumah sakit dapat diadakan sesuai 10 TP
keluarga, edukasi diberikan ketentuan RS 5 TS
mengenai batasan2 diet pasien dan 2)Bukti pemberian edukasi tentang batasan-batasan diet 0 TT
penyimpanan yang baik untuk pasien dan penyimpanan yang baik untuk mencegah
mencegah kontaminasi. kontaminasi bila makanan disediakan oleh keluarga,
W * Staf klinis, *Nutrisionis/dietisien , *Pasien/keluarga .

60
PAP 3.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
4. Memiliki bukti pemberian terapi D 1)Bukti dalam rekam medis tentang pemberian terapi gizi 10 TP
gizi terintegrasi (rencana, terintegrasi pada pasien risiko gizi mencakup rencana, 5 TS
pemberian dan evaluasi) pada pemberian dan evaluasi terapi gizi 0 TT
pasien risiko gizi. 2)Bukti terapi gizi terintegrasi berupa pendokumentasian IAR
oleh Dietisien direviu-verifikasi oleh DPJP
(Lihat juga Std AKP 3 pada maksud dan tujuan poin e) )

W *PPA,
*Staf klinis,
*Nutrisionis/dietisien.
5. Pemantauan dan evaluasi terapi D Bukti dalam rekam medis tentang hasil evaluasi dan 10 TP
gizi dicatat di rekam medis pasien. monitoring terapi gizi. 5 TS
0 TT
W *PPA
*Staf klinis
*Nutrisionisampai denganietisien
Pasien/keluarga

61
Maksud dan Tujuan PAP 3. Makanan dan terapi nutrisi yg sesuai sangat penting bagi kes pasien dan
penyembuhannya. Pilihan makanan disesuaikan dgn usia, budaya, pilihan, rencana asuhan, diagnosis
pasien termasuk juga a.l. diet khusus seperti rendah kolesterol dan diet DM. Berdasarkan pengkajian
kebutuhan dan rencana asuhan, maka DPJP atau PPA lain yg kompeten memesan makanan dan nutrisi
lainnya utk pasien. Pasien berhak menentukan makanan sesuai dgn nilai yg dianut. Bila memungkinkan
pasien ditawarkan pilihan makanan yg konsisten dgn status gizi. Jika keluarga pasien atau ada orang lain
mau membawa makanan utk pasien, maka mereka diberikan edukasi ttg makanan yg merupakan
kontraindikasi terhadap rencana, kebersihan makanan, dan kebutuhan asuhan pasien, termasuk informasi
terkait interaksi antara obat dan makanan. Makanan yg dibawa oleh keluarga atau orang lain disimpan dgn
benar utk mencegah kontaminasi. Skrining risiko gizi dilakukan pd pengkajian awal. Jika pada saat
skrining ditemukan pasien dgn risiko gizi maka terapi gizi terintegrasi diberikan, dipantau, dan
dievaluasi.
d. Pengelolaan Nyeri

Standar PAP 4. Pasien mendapatkan pengelolaan nyeri yg efektif.


Elemen Penilaian PAP 4.
1. RS memiliki proses untuk melakukan skrining, pengkajian, dan tata laksana
nyeri meliputi poin a) - e) pada maksud dan tujuan.
2. Informasi mengenai kemungkinan adanya nyeri dan pilihan tata laksananya
diberikan kepada pasien yg menerima terapi/prosedur/pemeriksaan terencana
yg sudah dapat diprediksi menimbulkan rasa nyeri.
3. Pasien dan keluarga mendapatkan edukasi mengenai pengelolaan nyeri
sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai2 yg dianut.
4. Staf RS mendapatkan pelatihan mengenai cara melakukan edukasi bagi
pengelolaan nyeri.
PAP 4.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. RS memiliki proses untuk R 1) Regulasi tentang proses untuk melakukan skrining, 10 TP
melakukan skrining, pengkajian, pengkajian, dan tata laksana nyeri meliputi : 5 TS
dan tata laksana nyeri meliputi poin a) Identifikasi pasien dengan rasa nyeri pada pengkajian awal 0 TT
a) - e) pada maksud dan tujuan. dan pengkajian ulang.
b) Pemberian informasi kepada pasien bahwa rasa nyeri dapat
merupakan akibat dari terapi, prosedur, atau pemeriksaan.
c) Tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, terlepas dari mana
nyeri berasal
d) Komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga
mengenai pengelolaan nyeri sesuai dengan latar belakang
agama, budaya, nilai-nilai yang dianut.
e) Edukasi kepada seluruh PPA mengenai pengkajian dan
pengelolaan nyeri.
2) Regulasi termasuk Pengkajian awal pada pasien nyeri
hebat/membutuhkan penanganan segera, terdiri dari skrining
(rapid assessment) dan pengkajian lanjutan. Lihat Std PP 1 EP
a) ).
64
PAP 4.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
2. Informasi mengenai D Bukti pelaksanaan tentang pemberian informasi kemungkinan 10 TP
kemungkinan adanya nyeri dan timbulnya nyeri dan pilihan tata laksananya diberikan kepada 5 TS
pilihan tata laksananya diberikan pasien yang menerima terapi/prosedur/pemeriksaan terencana 0 TT
kpd pasien yg menerima terapi/ yang sudah dapat diprediksi menimbulkan rasa nyeri.
prosedur/pemeriksaan terencana W *DPJP, *PPJA, *Staf klinis, *Pasien/keluarga .
yg sudah dpt diprediksi
menimbulkan rasa nyeri.
3. Pasien dan keluarga D Bukti pasien dan keluarga mendapatkan edukasi mengenai 10 TP
mendapatkan edukasi mengenai pengelolaan nyeri sesuai dengan latar belakang agama, 5 TS
pengelolaan nyeri sesuai dgn latar budaya, nilai-nilai yang dianut. Lihat juga Std KE 4 EP b) dan 0 TT
belakang agama, budaya, nilai2 yg Std KE 5, HPK 1.2 EP a) dan b).
dianut. W *DPJP, *PPJA, *Staf klinis, *Pasien/Keluarga.
4. Staf RS mendapatkan pelatihan D Bukti pelaksanaan pelatihan staf mengenai cara melakukan 10 TP
mengenai cara melakukan edukasi edukasi bagi pengelolaan nyeri, berupa : TOR, Undangan, 5 TS
bagi pengelolaan nyeri. daftar hadir, materi, laporan, evaluasi, sertifikat. Lihat juga Std 0 TT
KE 7.
W *PPA, *.taf klinis
65
Maksud dan Tujuan PAP 4. Pasien berhak mendapatkan pengkajian dan pengelolaan
nyeri yg tepat. RS harus memiliki proses untuk melakukan skrining, pengkajian,
dan tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, yg terdiri dari:
a)Identifikasi pasien dengan rasa nyeri pada pengkajian awal dan pengkajian ulang.
b) Memberi informasi kepada pasien bahwa rasa nyeri dapat merupakan akibat dari
terapi, prosedur, atau pemeriksaan.
c) Memberikan tata laksana untuk mengatasi rasa nyeri, terlepas dari mana nyeri berasal,
sesuai dengan regulasi RS.
d) Melakukan komunikasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai
pengelolaan nyeri sesuai dengan latar belakang agama, budaya, nilai2 yg dianut.
e) Memberikan edukasi kpd seluruh PPA mengenai pengkajian dan pengelolaan nyeri.
e. Pelayanan Menjelang Akhir Kehidupan
Standar PAP 5. RS memberikan asuhan pasien menjelang akhir kehidupan
dgn memperhatikan kebutuhan pasien dan keluarga, mengoptimalkan
kenyamanan dan martabat pasien, serta mendokumentasikan dlm rekam medis.
Elemen Penilaian PAP 5.
1. Rumah sakit menerapkan pengkajian pasien menjelang akhir kehidupan
dan dapat dilakukan pengkajian ulang sampai pasien yg memasuki fase
akhir kehidupannya, dgn memperhatikan poin 1) – 9) pada maksud dan
tujuan.
2. Asuhan menjelang akhir kehidupan ditujukan terhadap kebutuhan
psikososial, emosional, kultural dan spiritual pasien dan keluarganya.
PAP 5.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
1. Rumah sakit menerapkan D 1) Bukti dalam rekam medis tentang penerapan pengkajian pasien 10 TP
pengkajian pasien menjelang akhir menjelang akhir kehidupan, didahului skrining. 2) Selanjutnya 5 TS
kehidupan dan dapat dilakukan dilakukan pengkajian awal yg khusus pada fase menjelang akhir 0 TT
pengkajian ulang sampai pasien yg kehidupan. Kemudian akan dilakukan dengan pengkajian ulang).
3)Bukti pengkajian ulang sampai pasien yang memasuki fase akhir
memasuki fase akhir
kehidupannya, meliputi :
kehidupannya, dgn memperhatikan a)Gejala dan respons pasien, termasuk mual, kesulitan bernapas,
poin 1) – 9) pada maksud dan dan nyeri. b) Faktor yang memperparah gejala fisik. c) Orientasi
tujuan. spiritual pasien dan keluarganya, termasuk keterlibatan dalam
kelompok agama tertentu. d) Keprihatinan spiritual pasien dan
keluarganya, seperti putus asa, penderitaan, rasa bersalah. e) Status
psikososial pasien dan keluarganya, seperti kekerabatan, kelayakan
perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi, reaksi pasien
dan keluarganya menghadapi penyakit. f) Kebutuhan bantuan atau
penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya. h) Kebutuhan
alternatif layanan atau tingkat layanan. i) Faktor risiko bagi yang
ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi patologis.
j) Pasien dan keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan
asuhan, termasuk keputusan do not resuscitate/DNR. Lihat juga HPK
2.2.
W *PPA, *Staf klinis, *Pasien/keluarga. 68
PAP 5.
Elemen Penilaian Instrumen Penilaian KARS Skor
2. Asuhan menjelang akhir D Bukti dalam rekam medis asuhan menjelang akhir kehidupan 10 TP
kehidupan ditujukan terhadap ditujukan terhadap kebutuhan biopsiko-sosial, emosional, 5 TS
kebutuhan psikososial, emosional, budaya, dan spiritual pasien dan keluarga. 0 TT
kultural dan spiritual pasien dan
keluarganya. W *PPA
*Staf klinis
*Pasien/keluarga

69
Maksud dan Tujuan PAP 5. Skrining dilakukan untuk menetapkan bahwa kondisi pasien masuk dalam
fase menjelang ajal. Selanjutnya, PPA melakukan pengkajian menjelang akhir kehidupan yg bersifat
individual untuk mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Pengkajian pada pasien menjelang akhir kehidupan harus menilai kondisi pasien seperti:
1)Manajemen gejala dan respons pasien, termasuk mual, kesulitan bernapas, dan nyeri.
2)Faktor yg memperparah gejala fisik.
3) Orientasi spiritual pasien dan keluarganya, termasuk keterlibatan dlmkelompok agama tertentu.
4)Keprihatinan spiritual pasien dan keluarganya, seperti putus asa, penderitaan, rasa bersalah.
5) Status psikososial pasien dan keluarganya, seperti kekerabatan, kelayakan perumahan,
pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi, reaksi pasien dan keluarganya menghadapi penyakit.
6) Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untukpasien dan keluarganya.
7) Kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan.
8) Faktor risiko bagi yg ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi patologis.
9) Pasien dan keluarga dilibatkan dalam pengambilan keputusan asuhan.
KOL WIA TRAINING
AN KESEHATAN R.I DILENGKAPI DENGAN INSTRUMEN AKREDITASI RS KOMISI AKREDITRASI RUMAH SAKIT (KARS). TANGGAL 19 – 20 MEI 2022

“Instrumen Akreditasi KARS Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP

Terima kasih
dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua
Komisi Akreditasi Rumah Sakit

Anda mungkin juga menyukai