Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Subclass : Eucestoda
Order : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Spesies : D. latum
Sejarah
1602 : Cacing pita ikan dikenal sebagai spesies yang berbeda oleh Plater di Switzerland
1977 : Bonet dapat membedakan cacing ini dengan T. solium dengan mendeskripsikan
skolexnya
1879 : Pemeriksaan pada penderita yang terinfeksi cacing ini oleh Leidy di Eropa.
1906 : Perkembangan fokus endemik di Amerika utara oleh imigran yang terinfeksi pertama
kali
Macam-Macam Hospes
Hospes Reservoar : Anjing, kucing dan 22 jenis mamalia lainnya, seperti: walrus, singa laut,
babi dan serigala.
Distribusi Geografik
Parasit ini ditemukan di Amerika, kanada, Eropa, daerah danau di Swiss, Rumania,
Turkestan, Israel, Mancuria, Jepang, Afrika, Malagasi dan Siberia.
Morfologi
Cacing Dewasa
} Berwarna gading
} Terdiri dari 3000-4000 prologtid; tiap proogtid terdiri dari alat kelamin jantan dan betina
yang lengkap
Telur
} Mempunyai operkulum
Daur hidup
Telur → dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid gravid di tinja → menetas dalam air →
Larva (koradisium) → dimakan H P pertama, anggota Cepepoda (ex. Cyclops dan
Dioptomus) → larva menjadi proserkoid → cyclops dimakan H P kedua, ikan (ex. Salem) →
proserkoid berubah menjadi larva pleroserkoid (sparganum) → termakan manusia →
sparganum menjadi cacing dewasa di rongga usus halus manusia
Patologi dan Gejala Klinis
Diagnosis
Pengobatan
} Obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai Na-Bikarbonas, dosis 0,5 gr
} Niclosamid (Yomesan), 4 tablet (2gr) dikunyah setelah makan hidangan ringan
Prognosis
Prognosis difilobotriasis baik, walaupun dengan anemia berat, karena setelah cacing
dikeluarkan anemianya akan sembuh.
Epidemiologi
} Penyakit Jarang ditemukan di Indonesia akan tetapi di tempat yang banyak makan ikan
salem mentah atau kurang matang.
} Untuk mencegah terjadinya infeksi ikan harus dimasak sempurna sebelum dihidangkan,
Anjing sebagai H R diberikan obat cacing.
2. Sparganosis
Sejarah
} 1882 : Manson mendapatkan sparganosis jaringan dari penduduk asli yang diautopsi di
Amoy-RRC
} Larva pleroserkoid dari berbagai spesies Diphyllobothrium telah ditemukan pada manusia
dan diketahui sebagai sparganum dan penyakitnya disebut sparganosis
} Diphyllobothrium pada binatang mis. D. mansoni memerlukan anjing, kucing dan binatang
lainnya sebagai hospes definitifnya
} Manusia dapat bertindak sebagai hospes perantara kedua apabila mengandung sparganum
(pleroserkoid)
Daur Hidup
} Sparganum → mengembara di otot dan fasia → larva tidak bisa menjadi dewasa.
H P kedua : Hewan pengerat kecil, ular dan kodok, ditemukan pleroserkoid atau sparganum
Larva dapat ditemukan di seluruh daerah badan, pada mata, kulit, jaringan otot, toraks, perut,
paha, daerah inguinal dan dada bagian dalam. Sparganum dapat menyebar ke seluruh
jaringan.
menyebabkan:
1. Peradangan
Larva yang rusak menyebabkan peradangan lokal yang dapat menyebabkan nekrosis
Menunjukkan sakit lokal, urtikaria raksasa yang timbu secara periodik, edema dan
kemerahan yang disertai dengan menggigil, demam dan hipereosinofilia
Infeksi pada bola mata menyebabkan konjungtivitis disertai dengan bengkak dan lakrimasi
dan ptosis.
Diagnosis
Pengobatan
} Pembedahan
} Pengangkatan larva
Prognosis
Epidemiologi
Parasit ditemukan di Asia Timur dan Asia Tenggara, Jepang, Cina, Afrika, Eropa, Australia,
Amerika utara-Selatan dan Indonesia
Penyebab
Pencegahan
https://www.anses.fr/en/system/files/MIC2012sa0059FiEN.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196812012001122-RITA_SHINTAWATI/RITA-1/CESTODA.pdf
Diphyllobothrium adalah cacing pita datar (kelas Cestoda, Orde Pseudophylidia,
keluarga Diphyllobothriidae) sekitar sepuluh meter panjang yang dapat hidup selama
beberapa
tahun. Hal ini bertanggung jawab untuk infeksi parasit gastrointestinal disebut
diphyllobothriasis.
Siklus hidup parasit (Gambar 1) melibatkan sejumlah definitif (2): manusia
(dan lainnya ikan-makan mamalia) dan setidaknya dua host intermediate (3):
crustacea planktonik dan satu atau lebih ikan air tawar. Dalam menguntungkan
kondisi lingkungan, telur (45 x 65 m), setelah dibebaskan di air tawar dengan kotoran host
definitif, menyelesaikan pematangan mereka di 8-12 hari dan kemudian menetas dan
melepaskan embrio bersilia, coracidium tersebut Ini tertelan oleh krustasea mikroskopis
Cyclops genera atau Eudiaptomus dan berubah menjadi larva (disebut procercoids) dalam
tubuh rongga. Ketika ikan karnivora mencerna Crustacea planktonik ini, larva berubah
menjadi tipe kedua larva (disebut plerocercoids), beberapa milimeter panjang. Ini menjadi
encysted di otot atau jeroan ikan. Manusia dan mamalia pemakan ikan lain kemudian menjadi
terkontaminasi setelah menelan daging mentah atau setengah matang dari ikan air tawar ini.
Setelah di usus dari tuan rumah definitif, larva plerocercoid tumbuh oleh beberapa
sentimeter sehari dan telur pertama dilepaskan dengan kotoran, sekitar satu bulan setelah
infestasi. Beberapa spesies parasit ini bersifat patogen bagi manusia, tetapi hanya D. latum
dapat dikontrak dari ikan air tawar yang ditemukan di daratan Perancis. Namun, kasus
infestasi oleh
D. nihonkaiense (spesies Pasifik) telah diamati di kalangan konsumen dari
salmon (Onchorynchus sp.) diimpor dari Pasifik (Kanada).
Pada eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi dengan
kait. Pada bagian skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum (penonjolan/moncong) yang
sering dilengkapi dengan kait.
Pada cotyloda tidak mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi
mempunyai bothria (celah panjang dan sempit serta berotot lemah).
b. Leher
Terdiri dari segmen-segmen (Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal, tiap-
tiap proglotid biasanya mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi.
d. Proglottid
Dibentuk mulai dari leher yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak. Dikenal tiga
macam proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi berkembang
dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ reproduksi mengalami
degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi mengumpul di proglotid
gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada eucestoda proglotid-
proglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas (pembentukannya sama-sama dalam
satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang tidak bersegmen).
Infeksi yang disebabkan oleh D. latum adalah karena konsumsi mentah, buruk dimasak atau
acar ikan air tawar. Gejala yang berhubungan dengan infeksi D. latum mungkin tidak ada
atau minimal dengan eosinofilia. Mungkin ada obstruksi usus sesekali, diare, sakit perut.
Gejala yang paling serius adalah timbulnya anemia pernisiosa. Hal ini disebabkan
kekurangan vitamin B12, yang disebabkan oleh penyerapan berlebihan dari vitamin oleh
cacing dewasa dan penyerapan cobalamins dari usus host (terjadi hanya dalam persentase
kecil orang)
he fish tapeworm is a broad, long worm, often growing to lengths of 3-7 feet at maturity and capable
of attaining 30 feet. It is the longest tapeworm invading humans with as many as 4,000 segments
(proglottids). The main body of the worm is virtually filled with male and female reproductive organs
allowing it to produce an incredible number of eggs, often more than 1,000,000 a day. The adult
attaches to the wall of the intestine with the aid of two sucking grooves located in its head (scolex).
This tapeworm is sometimes called a broad fish tapeworm, because the reproductive segments are
usually broader than they are long. The adult is ivory or grayish-yellow in color and can live in
humans for 20 years. Humans are the final host of this worm, but first it must pass through a tiny
freshwater crustacean, and then to a fish. The larva that infects people, a 'plerocercoid', is frequently
found in the intestines of freshwater and marine fish. It is sometimes found in the flesh of
freshwater fish or in fish that are migrating from salt waters to fresh water for breeding.
You can be infected by eating raw, lightly cooked, under-processed freshwater or certain migratory
species of salmon, perch, pike, pickerel, and turbot. The popularity of eating raw fish dishes, such as
Japanese sushi and sashimi, helps to spread this disease. Cooks who sample their fish dishes before
they are properly cooked put themselves at risk of being infected. Fish tapeworms are found
wherever humans, bears, and other fish-eating mammals defecate in the same lakes and streams
from which this fish are obtained.
Most infected people do not produce any symptoms. During the acute stage of infection, which has
its onset about 10 days after eating raw or insufficiently cooked fish, the symptoms may be similar to
other tapeworm infections. This includes symptoms such as diarrhea, abdominal discomfort and
pain, flatulence, vomiting, nausea, and weakness. Chronic infestations may produce some of the
same symptoms or only vague discomforts including fullness in the upper abdomen, water
retention, loss of weight, and malnutrition. Some people are constantly hungry because the
tapeworms are eating most of the food. There are times when the worm gets so large that it will
cause a colon blockage. In some people a severe anemia may develop, because of this tapeworm's
ability to consume most of its host's vitamin B12. Folate may be reduced as well. With the anemia
that results, neurological symptoms can manifest including numbness, loss of vibration sense, and
even some eye symptoms.
Evidence of Diphyllobothrium spp. has been found in 4,000-10,000 year old human remains on the
western coast of South America. There is no clear point in time when Diphyllobothrium latum and
related species were 'discovered' in humans, but it is clear that diphyllobothriasis has been endemic
in human populations for a very long time.