1. Fasciolopsis Buski
Fasciolopsis buski adalah salah satu trematoda usus yang bersifat hermaprodit yang dapat menimbulkan
penyakit fasciolopsiasis. Hospes definitif parasit ini adalah manusia, babi, kadang-kadang anjing, hospes
intermedier 1 nya keong air, sedangkan hospes intermedier 2 nya adalah tumbuhan air.
Hospes
Siklus hidup
Telur menetas di air → keluar mirasidium → dimakan hospes perantara 1 (keong air dari genus
Segmentina, Hippeutis, Cyarulus) → dalam tubuh keong berkembang menjadi sporokista → redia →
serkaria dan keluar dari tubuh keong → hidup bebas di air → menempel di hospes perantara 2
(tumbuhan air seperti enceng gondok, teratai) dan berkembang biak menjadi metaserkaria dalam waktu
3 – 4 minggu → manusia terinfeksi jika makan tumbuhan air yang mengandung metaserkaria dalam kista
→ ekskistasi dalam duodenum → melekatkan diri pada mukosa usus halus dan berkembang menjadi
dewasa dalam waktu ± 1 bulan.
Gejala
Analisa Lab
Identifikasi Molekuler dengan PCR Sampel serkaria yang didapatkan dilakukan uji PCR dengan
menggunakan 3 macam primer. Primer pertama (3S-A28) digunakan sebagai kontrol kehadiran DNA
parasit trematoda pada setiap sampel. 16 Primer kedua dan ketiga merupakan primer spesifik F. buski
(3S-FbMRl) dan F. gigantica (3S-FgMRl), primer tersebut didesain dengan mengganti reverse primer dari
primer 3S-A28 dengan reverse primer spesifik masing-masing spesies. Reverse primer tersebut didesain
untuk daerah spesifik sekuens ITS2 dari setiap spesies. 16 Uji PCR sampel dengan primer 3S-A28
menunjukkan hasil positif pada sampel nomor 1,3, 5, 7, 8, 11,12, 14,15, 17 dan 18. Hasil positif ini
menandakan bahwa pada sampel terdapat DNA yang menegaskan sampel merupakan trematoda.
Diketahui sampel tersebut merupakan sampel Echinostome cercariae (serkaria ekor tunggal) dan
Forcocercous cercariae (serkaria ekor bercabang) yang berasal dari keong Lymnaea dan lndoplanorbis,
sehingga dapat dipastikan semua serkaria tersebut berasal dari kelas trematoda, sementara keong
Lymnaea dan lndoplanorbis merupakan hospes perantaranya. Uji PCR sampel dengan primer spesifik F.
buski menunjukkan hasil positif pada sampel nomor 1, 3, 5, 11, 12, 15 dan 17 dengan ukuran panjang
DNA sekitar 300 bp. Sampel tersebut merupakan sampel Echinostome cercariae dari keong Lymnaea dan
lndoplanorbis (kecuali sampel nomor 11 yang terdapat mix antara Echinostome cercariae dan
Forcocercous cercariae dalam 1 keong Lymnaea). Echinostome cercariae merupakan serkaria dari ordo
Echinostomida, demikian juga dalam taksonomi cacing F. buski termasuk dalam ordo Echinostomida 25
sehingga diduga kuat dan dibuktikan dengan hasil uji PCR bahwa serkaria tersebut merupakan bentuk
serkaria dari cacing F. buski. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan serkaria F. buski merupakan
Echinostome cercariae dengan hospes perantaranya adalah keong Lymnaea dan lndoplanorbis. Uji PCR
sampel dengan primer spesifik F. gigantica sebagai primer alternatif ternyata mendapatkan hasil positif
pada sampel dengan nomor 1, 12, 15, 17 dan 18 (ukuran panjang DNA sekitar 600 bp), sementara
sampel nomor 1, 12, 15 dan 17 juga menunjukkan hasil positif dengan primer spesifik F. buski. Hal
tersebut dapat terjadi karena kemungkinan: 1) adanya keong yang sebenarnya mengandung beberapa
jenis serkaria namun dalam pemeriksaan mikroskopis hanya satu jenis serkaria yang teramati oleh
pemeriksa, sementara jenis serkaria lainnya tidak.
Pencegahan fasciolopsiasis dapat dilakukan dengan cara memasak tumbuhan air sebelum dimakan, serta
jangan buang air besar sembarangan terutama di lokasi perairan yang ditumbuhi tumbuhan air.
Fasciolopsiasis dapat diobati dengan Praziquantel secara oral.
2. Echinostoma ilocanum
Echinostoma ilocanum adalah salah satu trematoda usus
yang bersifat hermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit
echinotomiasis.
Hospes
- Lingkaran duri-duri di sekitar oral sucker dapat menimbulkan iritasi dan kerusakan ringan pada mukosa
usus
- Infeksi yang hebat dapat menimbulkan peradangan catarrhal, bahkan membentuk ulkus pada mukosa
usus
- Gejala usus tak nyata, berupa diare dan sakit perut.
Analisa Lab
Penelitian dikerjakan dengan metode deskriptif observasi menggunakan 100 sampel sekum dan rektum
itik Jawa. Pertama pengambilan sampel kemudian pemeriksaan dibawa ke laboratorium helmithologi
veteriner universitas Airlangga. Sampel yang positif organya disimpan dalam pot dengan pemberian
formalin 10 % untuk pembuatan preparat histopatologi dan diperiksa dibawah mikroskop pembesaran
100-400x untuk melihat perubahan yang terjadi.
Analisis data dengan program SPSS 11.5 menggunakan metode korelasi Spearman dan regresi
sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekum itik Jawa yang terinfeksi Echinostoma sp mengalami
degenerasi sel, nekrosis dan adanya hemorrhagi serta jumlah cacing mempengaruhi tingkat kerusakan
sekum.
Pencegahan echinostomiasis dapat dilakukan dengan cara memasak tumbuhan air sebelum dimakan,
serta jangan buang air besar sembarangan terutama di lokasi perairan yang ditumbuhi tumbuhan air.
echinostomiasis dapat diobati dengan Praziquantel yang di berikan secara oral.
3. Heterophyes heterophyes
Hospes
Pirenella conica, keong ke ikan yang hidup, manusia, burung, kucing, anjing, rubah, serigala, pelikan.
Siklus Hidup
Gejala Klinis
Setiap cacing menyebabkan reaksi peradangan ringan di lokasi kontak dengan usus. Pada infeksi berat
yang biasa menyebabkan kerusakan pada mukosa dan menghasilkan sakit usus dan diare mukosa.
Kadang-kadang telur bisa masuk ke sistem pembuluh darah dan getah bening melalui mukosa masuk ke
situs ektopik dalam tubuh. Jantung dapat dipengaruhi oleh reaksi jaringan pada katup dan miokardium
yang menyebabkan gagal jantung. Telur juga bisa masuk ke otak atau sumsum tulang belakang dan
menyebabkan gangguan neurologis dan terkadang fatal. Deposit antigen dan kompleks imun yang
ditinggalkan oleh H. heterophyes di otak dan ginjal tikus membuktikan bahwa ada perubahan pada
jaringan yang terinfeksi ini.
Analisis Lab
Spesimen Heterophyes diperiksa dengan mikroskop untuk telur setelah prosedur sentrifugasi
menggunakan Metode Konsentrasi Formalin / Etil-Asetat. Metode konsentrasi memungkinkan untuk
mendeteksi sejumlah kecil organisme.