Anda di halaman 1dari 14

Kegiatan Belajar 8 : Trematoda hati dan paru

1. Clonorchis sinensis (chinese liver fluke)

Hospes
Cacing Clonorchis sinensis pertama kali ditemukan oleh Mc Connell tahun 1874 di saluran empedu
pada seorang Cina di Kalkuta. Manusia, kucing, anjing, beruang kutub dan babi merupakan hospes
parasit ini. Penyakit yang disebabkannya disebut klonorkiasis. Cacing ini ditemukan di Cina, Jepang,
Korea dan Vietnam. Penyakit yang ditemukan di Indonesia bukan infeksi autokton.

Morfologi dan Siklus Hidup


Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-kadang juga ditemukan di saluran pankreas.
Ukuran cacing dewasa 10 – 25 mm x 3 – 5 mm, bentuknya pipih, lonjong, menyerupai daun.

Clonorchis sinensis dewasa Clonorchis sinensis anterior

Clonorchis sinensis posterior Clonorchis sinensis dewasa


Telur berukuran kira-kira 30 x 16 mikron, bentuknya seperti bola lampu
pijar dan berisi mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu. Telur
dikeluarkan dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keong air (Bulinus,
Semisulcospira).
Dalam keong air, mirasidium berkembang menjadi sporokista, redia lalu
serkaria. Serkaria keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II, yaitu
ikan (Famili CYPRINIDAE). Setelah menembus masuk tubuh ikan serkaria
melepaskan ekornya dan membentuk kista di dalam kulit di bawah sisik. Kista Clonorchis sinensis egg
ini disebut metaserkaria.
Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung mateserkaria yang dimasak kuarang matang.
Ekskistasi terjadi di duodenum. Kemudian larva masuk di duktus koledokus, lalu menuju ke saluran
empedu yang lebih kecil dan menjadi dewasa waktu sebulan. Saluran daur hidup berlangsung selama
tiga bulan.

Gambar 21. Siklus Hidup Clonorchis sinensis


Keterangan : telur yang berisi embrio dalam biliary ducts dan tinja . Telur tertelan keong (IH I) ; lebih
dari 100 species keong dapat menjadi hospes intermediats. Tiap telur menghasilkan mirasidium ,
selanjutnya berkembang dalam beberapa tahap (sporokista , redia , dan serkaria ). Serkaria
keluar dari keong dan dalam waktu yang singkat berenang dalam air, mereka akan kontak dan
mempenetrasi ikan air tawar, yang kemudian membentuk metaserkaria . Infeksi pada manusis jika
makan ikan yang tidak dimasak dengan baik, di asinkan, diasamkan, atap diasapkan . Sesudah
tertelan, metaserkaria berekskistasi di dalam duodenum dan dalam ascend the biliary tract .
Pematangan biasanya selama 1 bulan. Cacing dewasa (berukuran 10 - 25 mm x 3 - 5 mm) berdiam
dalam small dan medium

83
Buku Ajar Helmintologi Medik
Patologi dan Gejala Klinis
Patologi dan gejala klinis terjadi sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa,
parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Selain itu
dapat terjadi perubahan jaringan hati yang berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul
sirosis hati disertai asites dan edema.
Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada jumlah cacing yang terdapat di
saluran empedu dan lamanya infeksi. Gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. Pada stadium ringan tidak
ditemukan gejala. Stadium pogresif ditandai dengan menurunnya napsu makan, perut rasa penuh, diare,
edema dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari
pembesaran hati, ikterus, asites, edema, sirosis hepatis. Kadang-kadang dapat menimbulkan keganasan
dalam hati.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur yang berbentuk khas dalam tinja atau dalam cairan
duodenum.

Epidemiologi
Epidemiologi berhubungan dengan kebiasaan makan ikan yang diolah kurang matang merupakan
faktor penting dalam penyebaran penyakit. Selain itu cara pemeliharaan ikan dan cara pembuangan tinja
di kolam ikan penting dalam penyebaran penyakit.

Pengobatan dan Pencegahan


Penyakit ini dapat diobati dengan Parazikuantel. Kegiatan pemberantasan lebih ditujukan untuk
mencegah infeksi pada manusia. Misalnya penyuluhan kesehatan agar orang makan ikan yang sudah
dimasak dengan baik serta pemakaian jamban yang tidak mencemari air sungai. Tetapi hal ini agak
lambat diterima oleh masyarakat desa.

84
Buku Ajar Helmintologi Medik
2. Opistorchis felineus (cat liver fluke)

Hospes
Opistorchis felenius ditemukan pada anjing, kucing, anjing hutan dan babi di Eropa Timur dan
Tenggara dan Uni Sovyet bagian asia. Di daerah yang sangat endemik di polandia dan dniper, donetz
dan desna basin, cacing ini juga ditemukan pada manusia. Nama penyakitnya adalah Opisthorchiasis
(Cacing pada hati domba & hati kucing) yaitu peradangan oleh salah satu dari cacing pada hati domba
Opisthorchis felineus atau Opisthorchis viverrini, di dalam atau saluran pipa empedu extra-hepatic. Infeksi
terjadi umumnya di Eropa selatan dan di Siberia. Hospes perantara pertama adalah Keong BULIMUS.
Hospes perantara yang kedua adalah bermacam-macam spesies ikan cyprinoid, terutama ikan “CHUB”
dan “tench” sering terkena infeksi.Telur mengandung seekor mirasidium, tidak menetas sebelum
termakan ikan dan menjadi metasercaria yang infektif. Bila mana dimakan hospes definitif, cacing keluar
dari kista di duodenuim dan sampai ke saluran empedu bagian distal, dan menjadi dewasa dalam waktu
3 sampai 4 minggu.

Morfologi dan Siklus Hidup


Ukuran Opistorchis felenius antara 7-12x1,5-3,0 mm, menyerupai Clonorchis sinensis. Telur
berukuran 298x16 μ menyerupai telur C. Sinensis akan tetapi bentuknya lebih sempit dan mempunyai
uung yang lebih menyempit, penonjolan runcing pada ujungnya dan batas pinggir operkulum kurang
jelas. Tempat hidupnya adalah saluran-saluran empedu bagian distal, kadang-kadang di ductus
pankreatikus. Lama hidupnya di duga beberapa tahun .
Infeksi terjadi jika makan ikan mentah atau yang dimasak kurang baik. Rupa–rupanya kucing
merupakan hospes reservoar yang terpenting di daerah yang sangat endemik. Keong sebagai hospes
perantara mendapatkan infeksi dari tinja yang terdapat di pantai pasir dan yang ikut terbawa arus air.

Gambar 22. Siklus Hidup Opistorchis felenius


85
Buku Ajar Helmintologi Medik
Keterangan: Cacing dewasa mengeluarkan dan mengembangkan telur dalam tinja . Sesudah tertelan
keong (hospes intermediat I) , telur mengeluarkan mirasidium , selanjutnya dalam keong terjadi
tahap perkembangan (sporokista , redia , serkaria ). Serkaria dikeluarkan dari keong dan
mempenetrasi ikan air tawar (hospes intermediat II), mengkista menjadi metaserkaria dalam otot .
Hospes definitif mammalia (kucing, anjing, dan berbagai macam mamalia yang makan ikan termasuk
manusia) terinfeksi karena makan ikan yang dimasak kurang baik yang mengandung metaserkaria.
Sesudah tertelan, metaserkaria keluar dari kista di dalam duodenum dan bagian naik ke atas sampai
akhir dari saluran empedu, dimana mereka menyerang dan berkembang menjadi dewasa, sesudah 3 - 4
minggu menghasilkan telur . Cacing dewasa (O. viverrini: 5 mm - 10 mm x 1 mm - 2 mm; O. felineus: 7
mm - 12 mm x 2 mm - 3 mm) berdiam dalam biliary dan saluran pankreas hospes mammalia, dimana
mereka menyerang mukosa.

Gejala Klinis
Cacing dewasa dapat menyebabkan terjadinya reaksi peradangan dan proliferasi sel-sel epitel
saluran empedu, dan jika berlanjut dapat menyebabkan fibrosis. Jika terjadi hiperinfeksi, saluran dan
kandung empedu penderita mengalami fibrosis periportal. Beratnya kasus opistorkiasis terkait dengan
jumlah cacing dan lamanya infeksi, jumlah cacing antara 50-60 ekor umumnya gejala masih ringan,
namun jika sampai ratusan ekor dapat menyebabkan gejala sedang berupa; nyeri, hepatomegali,
terjadnya obstruksi lien dan ikterus. Kasus yang berat karena terjadinya invasi pada pankreas dan
menyebabkan gangguan pencernaan. Jika telur berada dalam empedu akan merangsang pembentukan
batu empedu dan menimbulkan gejala kolesistitis dan kolik, napsu makan turun, edema muka dan asites.

Diagnosis
Diagnosis secara laboratorium dengan menemukan adanya telur dalam tinja atau cairan doudenum
penderita. Karena telur Opistorchis felineus mirip dengan Clonorchis sinensis sehingga dibutuhkan
mengetahui riwayat pasien dan mengukur jumlah telur yang ditemukan.

Pengobatan
Obat-obat yang biasanya dapat digunakan di antaranya adalah ; prazikuantel, klorokuin, dan
gentian violet.

Epidemiologi dan Pencegahan


Di daerah hiperendemi kucing merupakan reservoar yang arus diwaspadai. Infeksi dapat dicegah
dengan memasak ikan secara sempurna (matang), mengendalikan defekasi di sungai, dan tidak minum
air mentah dari sungai.

86
Buku Ajar Helmintologi Medik
3. Fasciola hepatica (sheep liver fluke)

Hospes
Sinonim Fasciola hefatica disebut sheep liver fluks dan penyebaran geografisnya diseluruh dunia,
terutama pada daerah-daerah peternakan domba. Hospes cacing ini adalah kambing dan sapi kadang
kadang parasit ini dapat ditemukan pada manusia, dan penyakit yang ditimbulkan disebut fasioliasis. Di
daerah Amerika latin, perancis dan negara-negara sekitar laut Tengah banyak ditemukan kasus
fasciolosis pada manusia
Cacing dewasa F.hepatica berada dalam saluran empedu intrahepatic, di sini cacing dewasa akan
bertelur, dan telur kemudian akan dilepaskan melalui tinja intermediate host (keong), selanjutnya telur
yang berbentuk serkaria enkist akan hinggap pada tumbuh-tumbuhan (sebagai perantara II) seperti
rumput dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Defenitif host dari cacing ini (biri-biri,lembu dan manusia) akan
mengonsumsi tanaman yang tercemari. Kemudian metaserkaria yang masuk dalam tubuh hospest akan
bermigrasi ke usus halus, selanjutnya berkembang menjadi cacing yang belum dewasa, cacing ini akan
menembus usus halus dan berpindah tempat sampai rongga abdominal hati, selanjutnya menembus hati
dan akhirnya berakhir di dalam saluran empedu dan berkembang menjadi cacing. Penyakit yang
disebabkan oleh cacing ini disebut dengan fasciolasis.

Morfologi dan Siklus Hidup


Cacing dewasa Fasciola hepatica panjangnya ± 2,5 cm, batil isap kepala dan batil isap perut
berdekatan, bagian kepala seperti kerucut, dua sekum bercabang, ovarium bercabang-cabang, dua testis
juga bercabang-cabang. Kelenjar vitelaria hampir mengisi seluruh bagian tubuhnya.).
Telur F.hepatica berukuran ± 140 x 80 mikron, overculum kecil, berisi morula (mirip Fasciolopsis buski

Cacing dewasa F. hepatica

Bagian anterior F.hepatica Telur F.hepatica


Fasciolasis yang disebabkan cacing F.hepatica merupakan jenis penyakit yang sering ditemukan di
daerah atau wilayah peternakan, terutama pada peternakan biri-biri dan lembu, hal ini mungkin

87
Buku Ajar Helmintologi Medik
dikarenakan akibat jenis tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang dikonsomsi oleh jenis binatang tersebut,
dimana tanaman yang dikonsumsi merupakan parantara dari penyebaran cacing F.hepatica.

Gambar 23. Siklus Hidup Fasciola hepatica

Keterangan : telur Belum dewasa dalam saluran empedu dan tinja . Telur akan beremberio dalam air
, telur mengeluarkan mirasidium , yang dapat menginvasi keong hospes intermediat , termasuk
beberapa spesies dari genus Lymnae. Dalam tubuh keong parasit berkembang dalam beberapa tahap
(sporokista , redia , dan serkaria ). Serkaria keluar dari keong dan menjadi kista metaserkaria
pada tumbuhan air atau mengapung lainnya. Mammalia terinfeksi karena makan tumbuhan air yang
mengandung metaserkaria. Manusia dapat terinfeksi karena makan tumbuhan air yang mengandung
metaserkaria, khususnya tumbuhan air . Sesudah tertelan, metaserkaria berekskistasi di doudenum
dan bermigrasi ke dinding usus, rongga peritonea, dan parenkim hati serta saluran empedu, dimana
mereka berkembang menjadi dewasa . Dalam tubuh manusia, maturasi dari metaserkaria sampai
menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu berkisar 3 - 4 bulan. Cacing dewasa (Fasciola hepatica:
sampai 30 mm x 13 mm; F. gigantica: sampai 75 mm) berdiam dalam saluran empedu dari hospes
mammalia. Fasciola hepatica menginfeksi berbagai macam spesies binatang, biasanya herbivora.

Patologi dan gejala Klinis


Patologi dan gejala klinis terjadi sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa,
parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penubalan dinding saluran. Selain itu
dpat terjadi perubahan jaringan hati yang berupa radang sel hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul
sirosis hati disertai asites dan edema. Luasnya organ yang mengalami kerusakan bergantung pada
jumlah cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi.
Gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. Pada stadium ringan tidak ditemukan gejala. Stadium
progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut terasa penuh, diare, edema dan pembesaran
hati. Pada stadium lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari pembesaran hati, ikterus,
88
Buku Ajar Helmintologi Medik
asites, edema, sirosis hepatis. Kadang-kadang dapat menimbulkan keganasan dalam hati. Migrasi cacing
dewasa muda ke saluran empedu menimbulkan kerusakan parenkim hati. Saluran empedu mengalami
peradangan, penebalan dan sumbatan, sehingga menimbulkan sirosis periportal. Jadi dapat disimpulkan
bahwa gejala-gejala klinisnya, sebagai berikut :
1. Gejala terutama waktu metaserkaria menembus parenkim hati hingga terjadi nekrosis. Setelah
mencapai saluran empedu terjadi keradangan lokal dan reaksi adenomatous, kemudian terjadi
fibrosis.
2. Bila jumlahnya cacing banyak, meyebabkan pressure antrophi dn obtruksi saluran empedu sehingga
terjadi ikterus. Keadaan ini dapat menyebabkan portal/peroportal sirrhosis.
3. Makanan cacing dewasa : parenchym hepar/hati dan darah (0,2 cc/hari/cacing)
4. Perjalanan cacing imatur melalui hati menyebabkan iritasi mekanik dan toksik disertai dengan :
toksemia, nekrosis, dan fibrosis sekunder
5. Perkembangan dalam sel empedu dapat menyebabkan, antara lain: pembesaran kristiksal empedu,
hiperplasia endotel dan adenomata, dan Infiltrasi radang sekunder – fibrosis
6. Infeksi bakteri sekunder --- abses-abses
7. Alergi ------ Eosinofilia
8. Cacing oktipik ----- paru, mata, otak, dsb. Disertai reaksi yang sama
9. Infeksi pharynx, (Halzoun) oleh cacing dewasa, bila hati biri-biri tau domba setengah matang dimkan,
mengakibatkan iritasi lokal.
Keluhan: sakit kepala, demam dan chill, urtikaria, sakit subternal/kwadran lateral kanan perut
yang menjalar ke punggung dan lengan. Secara fisik terjadi hepatomegali, Ikterus, Diare, anemia,
Eosinopilia.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja, cairan duodenum atau cairan empedu.
Reaksi serologi sangat membantu untuk menegakkan diagnosis.
1. Klinis: Hepatomegali diserai eosinopilia (tidak khas).
2. Diagnosa pasti: dengan menemuknnya telur dalam feses.
3. Serologis: Complemen Fixation test (CFT) dan Intradermal test
4. Differential diagnosa: Hepatitis (terhadap infeksi Fasciola yang belum lanjut) dan
Kholekistitis/kholetiasis (terhadap infeksi Fasciola yang sudah lanjut)

Pengobatan
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain ; Emetine HCl, Bithionol = Dichlorophenol,
Carbontetrachlorida, dan Okeosin of Aspiridium

Epidemiologi
Penyebaran Fasciola hepatica di luar Indonesia sering terjadi menyerang daerah peternakan biri-
biri, kasus yang pernah terjadi adalah di sebagian Amerika Serikat, seperti Great Britian, Irlandia, Eropa,
Timur Tengah, Afrika, Canada, dan Australia, Austria. Fascioalosis yang terjadi biasanya menyerang

89
Buku Ajar Helmintologi Medik
pada lembu dan biri-biri, biasanya ditandai dengan menurunnya produktivitas dari binatang ternak
tersebut seperti berat badan ternak yang menurun, produksi susu yang rendah, dll. Di beberapa negara
lain penyakit ini ditunjukkan dengan terinfeksinya hati dari konsumen daging ternak tersebut. Ini tidak
hanya merugikan ekonomi para pengusaha ternak dan peternaknya, tetapi juga mengakibatkan
hilangnya suatu sumber protein penting. Infeksi peradangan dari penyakit ini dapat didiagnosa dengan
menemukan telur dalam tinja binatang, namun telur ini sukar dibedakan dengan telur jenis Fasciola buski.
Namun sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sekarang metoda imonologi untuk hasil
diagnosa penyakit Fasciolosis telah tersedia.
Kasus kecacingan F.hepatica di Indonesia sampai saat ini masih sangat jarang ditemukan,
kalaupun ada frekuensi jumlahnya sangat kecil, hal ini disebabkan karena peternakan biri-biri yang ada
di Indonesia tidak terlalu menguntungkan, selain karena faktor lingkungan juga dikarenakan faktor cuaca
yang tidak memungkinkan dalam peternakan ini.

90
Buku Ajar Helmintologi Medik
4. Paragonimus westermani (lung fluke)
Paragonimus westermani adalah kosmopolit pada mamalia, akan tetapi pada manusia terutama
ditemukan di daerah Timur jauh. Daerah endemic utama adalah jepang, Korea Selatan,
Muangthai,Taiwan, Tiongkok dan Filipina.Infeksi pada manusia juga pernah dilaporkan di Asia Selatan
dan Tenggara, Indonesia, kepulaulan pasifik Selatan dan bagian Utara Amerika Selatan.Paragominus di
Afrika mungkin merupakan species lain.Hanya satu kasus autochton dilaporkan pada manusia di
Amerika Utara, meskipun P.kellicotti ditemukan pada mamalia di lebih dari sepuluh negara bagian di
Amerika Serikat.

Hospes
Hospes definitive manusia dan binatang yang memakan ketam / udang batu, seperti kucing,
kambing, sapi, anjing, babi, tikus, luak, serigala dan lain-lain. Hospes perantara I adalah keong air tawar
beroperkulum dari genus Hua, Semisekospira, Syncera, dan Thiara di Amerika Utara dan mungkin
pomacea di Amerika Selatan. Hospes perantara II adalah ketam air tawar genus Eriocheir, Potamon,
Sesarma, dan Parathalphusa di Timur jauh dan Pseudotphusa di Amerika Selatan; dan udang batu (“cray
fish”) genus Astacus di Timur jauh dan Cambarus di Amerika Utara dan mungkin juga di tempat lain.
Nama penyakit paragonimiasis.

Morfologi dan Siklus Hidup


Paragonimus westermani adalah cacing daun yang berwarna merah coklat dengan ukuran 8 -16
x 4-8 mm, bentuknya bilamana aktif menyerupai sendok dengan ujung satunya berkontraksi dan ujung
lainnya memanjang, kutikulum berduri, 2 batil
isap sama besarnya, yang ventral tepat anterior
dari garis ekuator, testis berlobus tidak teratur;
ovarium berlobus sebelah anterior testis
disebelah kanan berhadapan dengan uterus
yang berkelok-kelok, dan kelenjar vitellaria di
bagian lateral sekali sepanjang seluruh badan
cacing .

Telur yang bujur, berwarna kuning-coklat berdinding tebal besarnya 85


kali 55 u, mempunyai pinggir operkulum yang menebal dan pada waktu
dikeluarkan dari cacing belum berisi embrio.
Cara infeksi; telur yang keluar dari kista paru-paru yang pecah
meninggalkan hospes dengan sputum atau dengan tinja, bilamana tertelan.
Biasanya perkembangannya memakan waktu kira-kira tiga mingggu pada suhu
optimum 27oC. Miracidium yang berenangtidak dapat hidup lebih dari 24 jam,
kecuali bilamana menembus keong yang sesuai dan selanjutnya menjadi sporokista didalamnya. Tingkat
redia yang pertama, di dalam keong, berpindah ke sinus-sinus limpe dekat hati dan menghasilkan rediaa
tingkat dua yang pada waktunya mengeluarkan cercaria yang keluar dari keong kiraa-kira 13 minggu

91
Buku Ajar Helmintologi Medik
sesudah infeksi. Cercaria ini mati dalam 24 sampai 48 jam kecuali bila menembus ketam air tawar atau
udang batu dan menjadi kista metacercaria di sirip, kaki, otot dan viscera, besarnya 250 - 500 μ.
Crustacea mendapat infeksi bilamana makan keong.
Setelah meninggalkan keong, serkaria menginfeksi ketam atau udang (disini serkaria membentuk
kista) sebagai inang perantara kedua.Manusia menjadi terinfeksi karena makan ketam mentah atau yang
tidak matang atau udang yang mengandung metaserkaria.
Setelah tertelan, serkaria meninggalkan usus kecil dan berpindah dari rongga peri toneum melalui
diafragma ke dalam bronkiol, tempat kapsul berserat terbentuk mengelilingi larva. Setelah perkembangan
cacing dewasa kapsul pecah kedalam bronkiol, dengan melepas telur yang dibatukkan dan diludahkan
atu ditelan. Dalam air tawar, telur dilepas menjadi mirasidium, dan infeksi keong yang sesuai memulai
daur hidup lagi.

Gambar 24. Siklus Hidup Paragonimus westermani

Keterangan: telur tidak beremberio di dalam sputum, atau tertelan dan dikeluarkan bersama tinja . Di
lingkungan luar, telur berembrio , dan mirasidium ditangkap oleh keong sebagai hospes intermediat I,
dan mempenetrasi melalui jaringan halus/lembut . Mirasidium pergi dan berkembang dalam beberapa
tahap pada keong : sporokista , redia , serkaria , secara darurat di keong. Serkaria menginvasi
hospes intermediat II, sebangsa crustacea seperti crab atau crayfish, dimana mereka menjadi kista
dalam bentuk metaserkaria. Tahap infeksi ini terjadi pada hospes mammalia Manusia terinfeksi
dengan P. westermani karena makan makanan yang terkontaminasi atau tertelan crab atau crayfish yang
mengandung metaserkaria . Metaserkaria keluar dari kista di duodenum , melakukan penetrasi pada
dinding usus masuk ke rongga peritoneal, kemudian dinding abdominalis dan diafragma terus ke paru,
dimana mereka berenkapsulasi dan berkembang menjadi dewasa (7.5 - 12 mm x 4 - 6 mm). cacing
dapat juga beraksi di organ dan jaringan, seperti otak dan otot.

92
Buku Ajar Helmintologi Medik
Diagnosis
Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja, sputum, aspirasi cairan pleura,
maupun dari bahan lesi kulit. Diagnosis klinis sulit dibedakan dengan penyebab paru lainnya. Tes
penunjang dengan imunodiagnostik (uji fiksasi komplemen dan intra kutan),

Pengobatan : dengan memberikan klorokuin pada orang dewasa.

Epidemiologi
Suatu kebiasaan di daerah timur ialah makan Crustacea mentah yaang diasinkan, diberi cuka atau
anggur sebagai “ketam mabuk”; metaserkaria masih hidup di dalamnya selama beberapa jam,
metaserkaria yang terlepas pada waktu mengolah makanan, mungkin mengadakan kontaminasi pada
alat makan dan alat masak. Cairan yang berasal dari udang batu yang ditumbuk, diminum dan dipakai
untuk mengobati penyakit campak di korea, mungkin merupakan sumber infeksi pada anak.
Metaserkaria mati bilamana ketam dibakar sampai dagingnya menjadi putih atau bilamana dimasukkan
kedalan air dengan suhu 550C selama 5 menit.

93
Buku Ajar Helmintologi Medik
Rangkuman
Spesies trematoda hati yang penting di antaranya adalah Clonorchis sinensis, Fasciola hepaticao,
dan Opistorchis sinensis. Klonorkiasis disebabkan oleh Clonorchis sinensis. Cacing ini ditemukan di Cina,
Jepang, Korea dan Vietnam. Cacing dewasa Clonorchis sinensis hidup di saluran empedu, kadang-
kadang juga ditemukan di saluran pankreas. Ukuran cacing dewasa 10 – 25 mm x 3 – 5 mm, bentuknya
pipih, lonjong, menyerupai daun. Telur berukuran kira-kira 30 x 16 mikron, bentuknya seperti bola lampu
pijar dan berisi mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu. Telur dikeluarkan dengan tinja. Infeksi
terjadi dengan makan ikan yang mengandung mateserkaria yang dimasak kuarang matang. Ekskistasi
terjadi di duodenum. Kemudian larva masuk di duktus koledokus, lalu menuju ke saluran empedu yang
lebih kecil dan menjadi dewasa waktu sebulan. Saluran daur hidup berlangsung selama tiga bulan.
Patologi dan gejala klinis terjadi sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa, parasit ini
dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding saluran. Epidemiologi
berhubungan dengan kebiasaan makan ikan yang diolah kurang matang merupakan faktor penting dalam
penyebaran penyakit. Selain itu cara pemeliharaan ikan dan cara pembuangan tinja di kolam ikan penting
dalam penyebaran penyakit.
Opistorchis felenius ditemukan pada anjing, kucing, anjing hutan dan babi di Eropa Timur dan
Tenggara dan Uni Sovyet bagian asia. Nama penyakitnya adalah Opisthorchiasis (Cacing pada hati
domba & hati kucing) Ukuran Opistorchis felenius antara 7-12x1,5-3,0 mm, menyerupai Clonorchis
sinensis. Telur berukuran 298x16 μ menyerupai telur C. Sinensis akan tetapi bentuknya lebih sempit dan
mempunyai uung yang lebih menyempit, penonjolan runcing pada ujungnya dan batas pinggir operkulum
kurang jelas. Tempat hidupnya adalah saluran-saluran empedu bagian distal, kadang-kadang di ductus
pankreatikus. Lama hidupnya di duga beberapa tahun . Infeksi terjadi jika makan ikan mentah atau yang
dimasak kurang baik.
Fasciola hefatica penyebaran geografisnya diseluruh dunia, terutama pada daerah-daerah
peternakan domba. Hospes cacing ini adalah kambing dan sapi kadang kadang parasit ini dapat
ditemukan pada manusia, dan penyakit yang ditimbulkan disebut fascioliasis. Cacing dewasa Fasciola
hepatica panjangnya ± 2,5 cm, batil isap kepala dan batil isap perut berdekatan, bagian kepala seperti
kerucut, dua sekum bercabang, ovarium bercabang-cabang, dua testis juga bercabang-cabang. Kelenjar
vitelaria hampir mengisi seluruh bagian tubuhnya.). Telur F.hepatica berukuran ± 140 x 80 mikron,
overculum kecil, berisi morula (mirip Fasciolopsis buski Patologi dan gejala klinis terjadi sejak larva
masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa, parasit ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran
empedu dan penebalan dinding saluran.
Diagnosis cacing hati ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja, cairan duodenum atau
cairan empedu. Pengobatan dengan memberikan parazikuantel, dan pemberantasan lebih ditujukan
untuk mencegah infeksi pada manusia. Misalnya penyuluhan kesehatan agar orang makan ikan,
kambing/biri-biri yang dimasak dengan baik serta pemakaian jamban yang tidak mencemari air sungai.
Pengobatan yang dapat diberikan antara lain ; Emetine HCl, Bithionol = Dichlorophenol,
Carbontetrachlorida, dan Okeosin of Aspiridium
Paragonimus westermani merupakan trematoda paru yang penyebarannya kosmopolit pada mamalia,
dengan dDaerah endemic utama jepang, Korea Selatan, Muangthai,Taiwan, Tiongkok dan Filipina.Infeksi

94
Buku Ajar Helmintologi Medik
pada manusia juga pernah dilaporkan di Asia Selatan dan Tenggara, Indonesia, kepulaulan pasifik
Selatan dan bagian Utara Amerika Selatan.
Hospes definitive manusia dan binatang yang memakan ketam / udang batu, seperti kucing, kambing,
sapi, anjing, babi, tikus, luak, serigala dan lain-lain. Hospes perantara I adalah keong air tawar dan
hospes perantara II ketam air tawar
Paragonimus westermani dewasa berwarna merah coklat dengan ukuran 8 -16 x 4-8 mm,. Bentuk
telur bujur, berwarna kuning-coklat berdinding tebal besarnya 85 kali 55 u, mempunyai pinggir operkulum
Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur dalam tinja, sputum, aspirasi cairan pleura,
maupun dari bahan lesi kulit. Pengobatan dengan memberikan klorokuin pada orang dewasa.

Latihan 8
1. Sebutkan morfologi utama tiap spesies trematoda hati dan paru.
2. Jelaskan sifat tiap spesies trematoda hati dan paru.
3. Jelaskan aspek klinis tiap spesies trematoda hati dan paru.
4. Jelaskan siklus hidup tiap spesies nematoda intetinalis.
5. Jelaskan penyebaran penyakit tiap spesies trematoda hati dan paru.
6. Jelaskan cara diagnosis laboratorium tiap spesies trematoda hati dan paru.
7. Jelaskan cara pengobatan dan pencegahan tiap spesies trematoda hati dan paru
8. Identifikasi dan tunjukkan perbedaan tiap spesies trematoda hati dan paru.

95
Buku Ajar Helmintologi Medik

Anda mungkin juga menyukai