Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRATIKUM PARASITOLOGI I

Identifikasi Clonorchis siensis dan Fasciola hepatica

Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Parasitologi I yang
diberikan okeh dosen : Yati Supriatin, S.Pd,M.Si

Di susun oleh :

Kelas C

Kelompok 4

Sawitri Qurotta A’Yuni 1711E2092

George D.Mali Maukoy 1711E2118

Vivi Hardianty Ruswana 1711E2106

D3 Analis Kesehstsn

SEKOLAH TINGGI ANALIS BAKTI ASIH

Jl.Padasuka Atas No. 233 Bandung 40192, Tel/Fax (022) 7203733

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
Parasitologi I.

Penulinsanlaporan ini merupakan sala satu tugas dan persyaratan untuk


menyelesaikan tugas mata kuliah Parasitologi I dengan materi Clonorchis siensis dan
Fasciola hepatica di Sekolah Tinggi Analis Bakti Asih.

Dalam penulisan laporan ini,kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya para anggota kelompok yang telah membantu dalam menyelesaikan
tugas laporan ini sehingga selesi tepat waktu dan tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing mata kuliah Parasitologi I.

Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri mampu
kepada pembaca umumnya.

Penulis,

Jakarta, 18 Februari 2019


Identifikasi Clonorchis sinensis dan Fasciola hepatica

Hari / tanggal : Selasa, 18 Februari 2019

Tujuan : 1. Mengindentifikasi cacing Trematoda Hati

2. Membedakan morfologi cacing dewasa Clonorchis sinensi


dan Faciola hepatica

3. Identifikasi telur cacing Trematoda Hati

Prinsip : 1. Pada pemebesaran 10 x 40 pada mikroskop,kita dapat

melihat bagian – bagian telur Trematoda Hati.

2. Pada pembesaran 10 X 40 dapat melihat Clonorchis siensis


dan Fasciola hepatica.

3. Proglotid Trematoda hati dapat di lihat mikroskop dengan


pembesaran pertamanya 10 x10 atau 10 x 40 untuk melihat
proglotit nya.

Landarasan Teori :

Trematoda Hati

1. Clonorchis sinensis

a. Hospes dan Nama Penyakit

Manusia, kucing, anjing, beruang kutub dan babi adalah hospes


definitif ,hospes perantara pertama keong air dan hospes perantara ke dua
ikan. Penyakit yang disebabkannya disebut klonorkiasis.

b. Morfologi dan Daur Hidup

Ukuran cacing dewasa 10-25 mm x 3-5 mm, bentuknya pipih, lonjong,


menyerupai daun. Telur berukuran kira – kira 30x16 mikron, bentuknya
seperti bola lampu pijar dan berisi mirasidium, ditemukan dalam saluran
empedu.
Telur Clonorchis sinensis (sumber://www.cdc.gov/)

Telur dikeluarkan dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keong air.
Kemudian mirasidium pada tubuh keong air berkembang menjadi sporokista,
redia lalu serkaria. Serkaria keluar dari keong air dan mencari hospes
perantara II, 19 yaitu ikan. Setelah menembus tubuh ikan, serkaria melepaskan
ekornya dan membentuk kista di dalam kulit di bawah sisik. Kista ini disebut
metaserkaria.

Clonorchis sinensis (Clonorchis_adult_web.jpg)

Infeksi terjadi dengan makan ikan yang mengandung metaserkaria


yang dimasak kurang matang. Ekskistasi terjadi di duodenum. Kemudian larva
masuk ke duktus koledoktus lalu menuju ke saluran empedu yang lebih kecil
dan menjadi dewasa dalam sebulan. Seluruh daur hidup berlangsung selama
tiga bulan.

Daur Hidup Clonorchis sinensis (Sumber : CDC, 2012)


c. Patologi dan Gejala Klinis

Sejak larva masuk di saluran empedu sampai menjadi dewasa, parasit


ini dapat menyebabkan iritasi saluran empedu dan penebalan dinding saluran.
Selain itu terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel hat. Pada keadaan
lebih lanjut dapat ditimbulkan sirosis hati disertai asites dan edema.
Luasnya organ yang mengalami ke rusakan bergantung pada jumlah
cacing yang terdapat di saluran empedu dan lamanya infeksi.
Gejala dapat dibagi menjadi 3 stadium. Pada stadium ringan tidak
ditemukan gejala. Stadium progresif ditandai dengan menurunnya napsu
makan, perut rasa penuh, diare, edema dan pembesaran hati. Pada stadium
lanjut di dapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri atas pembesaran hati,
ikterus, asites, edema, sirosis hepatis. Kadang-kadang dapat menimbulkan
keganasan dalam hati.

d. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur yang terbentuk khas


dalam tinja atau dalam cairan duodenum.

e. Pengobatan
Penyakit ini dapat diobati dengan prazikuantel.

f. Epidemiologi

Kebiasaan makan ikan yang diolah kurang matang merupakan faktor


penting dalam penyebaran penyakit. Selain itu, cara pemeliharaan ikan dan
cara pembuangan tinja di kolam ikan penting dalam penyebaran penyakit.
Kegiatan pemberantasan lebih ditunjukkan untuk menjegah infeksi
pada manusia. Mlisalnya penyuluhan kesehatan agar orangmakan ikan yang
sudah dimasak dengan baik serta pemakaian jamban yang tidak mencemari
sungai.

2. Faciola hepatica

a. Hospes dan Nama Penyakit

Hospes cacing ini adalah kambing dan sapi. Kadang-kadang parsit ini
dapat ditemukan pada manusia. Manusia,hewan herbivora adalah hospes
definitif dan sedangkan keong air hospes perantara pertama dan tumbuhan air
hospes perantara kedua.Penyakit yang ditimbulkan disebut fasiolisasi.
b. Morfologi dan Daur Hidup

Cacing dewasa mempunyai bentuk pipih seperti daun, besarnya ±


30x13 mm. Bagian anterior berbentuk seperti kerucut dan pada puncak
kerucut terdapat batil isap mulut yang besarnya ±1 mm, sedangkan pada
bagian dasar kerucu terdapat batil isap perut yang besarnya ±1,6 mm. Saluran
pencernaan bercabang-cabang sampai ke ujung distal sekum. Testis dan
kelenjar vitelin juga bercabang-cabang.

Telur Fasciola hepatica (F_hepatica_egg_wtmt_Hb1 (1).jpg)

Telur cacing ini berukuran 140x90 mikron, dikeluarkan melalui


saluran empedu ke dalam tinja dalam keadaan belum matang. Telur menjadi
matang dalam air selama 9-15 hari dan berisi mirasidium. Telur kemudian
menetas dan mirasidium keluar mencari keong air (Lymnaea spp). Serkaria keluar
dari keong air dan berenang mencari hospes perantara II, yaitu tumbuh-tumbuhan
air dan pada permukaan tumbuhan air membentuk kista berisi metaserkaria.

Fasciola hepatica (Fasciola-hepatica (1).png)

Bila tertelan, metaserkaria menetas dalam usus halus binatang yang


memakan tumbuhan air tersebut, menembus dinding usus dan bermigrasi
dalam ruang peritoneum hingga menembus hati. Larva masuk ke saluran
empedu dan menjadi dewasa.
Daur Hidup Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

c. Patologi dan Gejala Klinis

Migrasi cacing dewasa muda ke saluran empedu menimbulkan


kerusakan parenkim hati. Selama migrasi (feses akut) dapat tidak bergejala
atau menimbulkan gejala seperti demam, nyeri pada bagian kana atas
abdomen, hepatomegali, malaise, urtikaria, eosinofilia. Saluran empedu
mengalami peradangan, penebalan dan sumbatan, sehingga menimbulkan
sirosis peripotal. Sekresi prolin oleh cacing dewasa diduga menjadi penyebab
penebalan dinding saluran empedu. Migrasi cacing dewasa muda dapat terjadi
diluar hati (ektopik) seperti pada mata, kulit, paru, otak. Gejala yang di
timbulkan bergantung pada organ tempat migrasi larva.
Di daeran Timur Tengah kebiasaan memakan hati kambing atau
domba mentah yang dapat menimbulkan penyakit “Halzoun”, yaitu faringitis
dan edema pada mukosa faring posterior.

d. Diagnosis

Diagnosa ditegakkan dengan menemukan telur didalam tinja, cairan


duodenum atau cairan empedu. Reaksi serologi (ELISA) sangan membantu
untuk menegakkan diagnosa. Imunodiagnosis yang lebi sensitif dan spesies-
spesifik telah dikembangkan untuk mendeteksi antigen ekskretori-sekretori
yang dikeluarkan parasit. Ultrasonografi digunakan untuk menegakkan
diagnosa fasioliasis bilier.
e. Pengobatan
Albendazol dan praziquantel merupakan obat pilihan.

f. Epidemiologi
Suweta (1985) berpendapat bahwa faktor - faktor yang berperan di
dalam epidemiologi cacing tersebut adalah :
1.Luasnya wilayah penyebaran telur cacing hati di lapangan oleh pencemaran
ternak peliharaan dan binatang menyusui lainnya.
2.Kondisi lingkungan tempat tersebarnya telur cacing.
3.Penyebaran siput hospes intermedier di lapangan dan situasi/kondisi
lapangan tempat tersebarnya siput.
4.Tingkat perkembangan cacing di dalam tubuh siput dan jumlah serkaria
yang dapat berkembang sampai siap keluar tubuh siput.
5. Jumlah serkaria dan kondisi lapangan tempat tersebarnya serkaria.
6. Cara menggembalakan ternak

Alat dab Bahan :

Alat :

1. Atlas parasitologi medik

2. Mikroskop cahaya atau mikroskop listrik

Bahan :

1. Preparat awetan telur cacing trematoda hati


2. Preparat awetan cacing dewasa clonorchis sinensis dan
fasciola hepatica
3. Preparat awetan proglotid clonorchis sinensis dan fasciola
hepatica

Cara kerja :

1. Amati preparat telur dan morfologi cacing dewasa clonorchis sinensis dan fasciola
hepatica di bawah mikroskop dengan pembesaran lemah lebi dahulu (10x10) lalu
pembesaran (10x40).
2. Gambar dan tulis pengamatan pada kolom yang telah disediakan.
Hasil Pengamatan :

Gambar Gambar

Telur Clonorchis sinensis Cacing dewasa Clonorchis sinensis

Keterangan Gambar : Keterangan Gambar :


1. Dinding tebal 1. Penghisap oral
2. Operkulum 2. Penghisap perut
3. Isi embrio 3. Kelenjar kuning telur
4. Tonjolan 4. Uterus
5. Usus
6. Testis

Gambar Gambar
Telur Fasciola hepatika Cacing dewasa Fasciola hepatica

Keterangan Gambar : Kerangan Gambar :


1. Operkulum 1. Mulut
2. Hialin 2. Saluran pencernaan
3. Granula 3. Saraf
4. Kelenjar telur
5. Indung telur
6. Testis
Redia Trematoda Hati Serkaria Trematoda Hati

Keterangan Gambar : Keterangan Gambar :


1. Usus sekaria 1. Mulut
2. Lubang usus 2. Faring
3. Lubang usus
4. Penghisap ventral

Pembahasan :

Dalam pembahasan materi cacing trematoda hati ini, mampu memahami tentang
clonochis sinensis dan fasciola hepatica yang meninfeksi manusia dan di temukan di saluran
empedu atau kadang-kadang di saluran pankreas.

Kesimpulan :

Cacing trematoda hati yang menginfeksi manusia adalah clonorchis sinensi dan
fasciola hepatica, dapat membedakan telur dan cacing dewasa clonorchis sinensis dan
fasciola hepatica dan bisa memahami morfologi dan siklus hidup dari cacing trematoda hati.
DATAR PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TREMATODA HATI 2.1.1...-USU Repository

Telur Clonorchis sinensis (sumber://www.cdc.gov/)

Clonorchis sinensis (Clonorchis_adult_web.jpg)

Daur Hidup Clonorchis sinensis (Sumber : CDC, 2012)

Telur Fasciola hepatica (F_hepatica_egg_wtmt_Hb1 (1).jpg)

Fasciola hepatica (Fasciola-hepatica (1).png)

Daur Hidup Fasciola hepatica (Sumber : CDC, 2012)

BUKU PARASITOLOGI KEDOKTERAN EDISI KEEMPAT

Anda mungkin juga menyukai