Disusun Oleh :
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata
kuliah Parasitologi dengan baik tepat pada waktunya. Sholawat serta salam kami haturkan
kepada Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beserta keluarganya,
sahabatnya dan para pengikutnya.
Sekilas tentang isi dari makalah ini yaitu membahas tentang Cacing Fasciola Hepatica
(Cacing Hati). Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan
kami bisa mengaplikasikannya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Parasitologi. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang turut serta
dalam pembuatan makalah ini. Dan saya ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing.
Tanpa kalian, mungkin makalah ini tidak akan selesai tepat pada waktunya.
Selain itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak yang harus
diperbaiki, maka dari itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat kami harapkan
agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Trematoda disebut sebagai cacing hisap karena cacing ini memiliki alat penghisap. Alat
penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior alat hisap (Sucker) ini untuk menempel
pada tubuh inangnya, makanya disebut pula cacing hisap. Pada saat menempel cacing ini
menghisap makanan berupa jaringan atau cairan tubuh inangnya. Dengan demikian maka
trematoda merupakan hewan parasit karena merugikan dengan hidup di tubuh organisme dan
mendapatkan makanan tersedia di tubuh inangnya. Trematoda dewasa pada umumnya hidup
di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, kantong empedu, dan pembuluh darah ruminansia
maupun manusia. Trematoda berlindung di dalam tubuh inangnya dengan melapisi
permukaan tubuhnya dengan kutikula, permukaan tubuhnya tidak memiliki silia. Contohnya
Trematoda adalah cacing hati (Fasciola hepatica).
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Prof Kurniasih, Fasiolosis adalah penyakit yang umumnya dijumpai pada
ternak herbivora yang disebabkan oleh ''Fasciola hepatica'' atau ''Fasciola gigantica''. Spesies
tersebut dapat menular ke manusia dan kurang lebih 2,5 juta manusia di dunia terinfeksi oleh
fasciolosis tersebut (WHO, 1995). Fasciola hepatica berasal dari Eurasia dan menyebar ke
Amerika dan Australia.
Berdasarkan sejarah pemerintah Belanda telah mengimpor sapi dari Inggris dan India
untuk memperbaiki jenis sapi lokal, kedua spesies Fasciola itu mungkin telah terbawa dan
menulari sapi lokal. Kurang lebih 80 persen ternak ruminansia terutama kerbau di Indonesia
terserang fasciolosis sedangkan prevalensi fasciolosis di Indonesia berkisar antara 60-90 . Di
Indonesia Fasciola hepatica pertama kali dilaporkan oleh Van Velzen (1891) dari kerbau,
kemudian Kraneveld (1924) menemukan cacing tersebut pada sapi. Kemudian Fasciola
hepatica ditemukan juga pada hewan domestik dan hewan liar lainnya.
Kingdom : Animalia
Phyulm : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Famili : Fasciolidea
Genus : Fasciola
Spesies : Fasciola hepatica
1. Berbentuk pipih seperti daun dengan bentuk bahu yang khas, karena adanya cephalic
cone (tonjolan konis), sedangkan bagian posterior lebih besar
2. Ukuran : panjang 20 – 30 mm dan lebar 8 – 13 mm
3. Mempunyai 2 buah batil isap (sucker) yaitu oral sucker dan ventral sucker yang sama
besarnya (diameter ± 1 – 1,5 mm) Tractus digestivus mulai pharynx dajnoesophagus
yang pendek dan khas, intestinal pecah menjadi dua coecum yang berbentuk seperti
huruf Y yang terbalik dan masing-masing coecum bercabang sampai ujung posterior
4. Testis sebanyak 2 buah dan bercabang-cabang kecil sehingga disebut Dendritic
5. Ovarium bercabang-cabang terletak dekat testis
6. Kelenjar vitelaria bercabang-cabang secara merata fi bagian lateral dan posterior
7. Uterus relatif pendek dan berkelok-kelok
Ciri umum :
Cacing ini hidup pada habitat air tawar dan tempat-tempat yang lembab dan
basah. Cacing memang memerlukan kondisi lingkungan yang basah, artinya cacing tersebut
bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik bila tempat hidupnya berada pada kondisi
yang basa dan lembab. Pada kondisi lingkungan yang basah atau lembab, perlu juga
diwaspadai kehadiran siput air tawar yang menjadi inang perantara cacing sebelum masuk ke
tubuh ternak. Pada umumnya Fasciola hepatica hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal,
kantong empedu, dan pembuluh darah ruminansia maupun manusia.
Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai tiga macam hospes yaitu:
1. Hospes definitive (fase seksual) : Manusia, kambing, sapi dan biri – biri
2. Hospes perantara I (fase aseksual) : Keong air / siput
3. Hospes perantara II : Tumbuhan air
1. Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi atau
domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas belum berembrio dan belum infektif
selama 8-12 minggu bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah, telur ini akan
menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium akan mati bila
tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-rubigranosa).
2. Di dalam tubuh siput ini, mirasidium tumbuh menjadi sporokista (menetap dalam
tubuh siput selama + 2 minggu).
3. Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini berlangsung
secara partenogenesis.
4. Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva berikutnya
yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria dapat
menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
5. Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk 5-7 minggu. Serkaria
melepaskan ekornya dan menjadi metaserkaria. Metaserkaria membungkus diri
berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air
sekitarnya.
6. Apabila rumput atau tumbuhan air tersebut termakan oleh domba atau manusia, maka
kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran
empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali
dan siklus ini terulang lagi.
Sumber utama penularan fasciolosis pada manusia adalah dari kebiasaan masyarakat yang
gemar mengkonsumsi tanaman/tumbuhan air, seperti selada air dalam keadaan mentah yang
tercemar metaserkaria cacing Fasciola hepatica.
Penularan ditentukan oleh keberadaan siput dari Famili Lymnaeidae, keberadaan hewan
mamalia peka lain di sekitar tempat tinggal penduduk. Penggunaan air yang tercemar
metaserkaria Fasciola hepatica. (BARGUES et al., 1996), misalnya air tersebut diminum
dalam keadaan mentah. (TAIRA et al., 1997) menduga bahwa penularan fasciolosis yang
disebabkan oleh Fasciola hepatica pada manusia dapat pula terjadi akibat kebiasaan sebagian
masyarakat di Eropa yang gemar mengkonsumsi hati mentah. (S. Widjajanti: 2004)
Merupakan cara yang paling umum dan sederhana yang bertujuan untuk menemukan
adanya telur cacing dengan menggunakan uji sedimentasi.
2. Pemeriksaan darah
Dilakukan dengan uji ELISA (enzyme linked Immunosorbent Assay) untuk mengetahui
adanya antibody atau antigen didalam tubuh penderita. Pada infeksi parasite umumnya sel
darah putih yang meningkat tajam adalah eosinofil, walaupun hal ini tidak spesifik dan
seringkali di ikuti dengan peningkatan isotope antibody immunoglobulin (IgE) di serum
darah.Menurut Sampaio Silva et al(1985), tingkat isotope antibody IgE berkorelasi positif
dengan jumlah telur cacing dalam tinja,usia penderita,gejala klinis dan jumlah eosinofil.
Pembuangan air limbah/air kotor secara aman, pengobatan ternak terhadap parasit
tersebut, pencegahan agar tidak ada hewan yang datang ke tempat pembudidayaan
tanaman selada air dan pengontrolan air yang digunakan untuk irigasi pembudidayaan
tersebut.
3. Pengendalian Siput
Kandang harus dijaga agar tetap bersih, dan kandang sebaiknya tidak dekat kolam
atau selokan.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
http://wailineal.blogspot.com/2011/12/fascioliasis-etiologi-fasciola-hepatica.html
http://snd-inf.blogspot.com/2011/04/cacing-hati-fasciola-hepatica.html
http://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2010/10/16/fasciola-hepatica/
https://currikicdn.s3-us-west-2.amazonaws.com/resourcedocs/54d3781e7e57c.pdf
https://medlab.id/fasciola-hepatica/