FASCIOLA HEPATICA
OLEH :
KELOMPOK 7
AGUS PRASETIYO P27834117094
AYU NUR ENDAH W. P27834117063
ANAK AGUNG LIDYA NIRMALA DEWI P27834117083
DIAN WIDITIYASTUTI P27834117088
ELLY SUSANTI P27834117090
HERLINA RIZKI P. P27834117073
INDRIYA AMELYA I. P27834117074
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trematoda disebut sebagai cacing hisap karena cacing ini memiliki alat
penghisap. Alat penghisap terdapat pada mulut di bagian anterior alat hisap
(sucker) ini untuk menempel pada tubuh inangnya, makanya disebut pula cacing
hisap. Pada saat menempel cacing ini menghisap makanan berupa jaringan atau
dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, kantong empedu, dan pembuluh darah
Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica. Penyakit ini disebabkan oleh trematoda
karena distribusi dari kedua inang definitif cacing sangat luas dan mencakup
mamalia herbivora, termasuk manusia. Siklus hidup dari siput air tawar sebagai
pipih (trematoda) dan umumnya menyerang ruminansia, seperti sapi, kerbau, dan
domba. CHEN dan MOTT (1990) dan ESTEBAN (1998) malaporkan bahwa
sejak 20 tahun terakhir ini, kasus kejadian fasciolosis pada manusia semakin
banyak. Umumnya kasus tersebut terjadi di negara empat musim atau subtropis
prevalensi penyakit ini pada ternak dibeberapa daerah di Indonesia, maka perlu
Indonesia. Ada dugaan bahwa pola makan tertentu pada manusia dapat
2004).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
hepatica.
BAB II
PEMBAHASAN
dijumpai pada ternak herbivora yang disebabkan oleh ''Fasciola hepatica'' atau
''Fasciola gigantica''. Spesies tersebut dapat menular ke manusia dan kurang lebih
2,5 juta manusia di dunia terinfeksi oleh fasciolosis tersebut (WHO, 1995).
Fasciola hepatica berasal dari Eurasia dan menyebar ke Amerika dan Australia.
Inggris dan India untuk memperbaiki jenis sapi lokal, kedua spesies Fasciola itu
mungkin telah terbawa dan menulari sapi lokal. Kurang lebih 80 persen ternak
hepatica pertama kali dilaporkan oleh Van Velzen (1891) dari kerbau, kemudian
hepatica ditemukan juga pada hewan domestik dan hewan liar lainnya.
subtropis seperti Amerika Selatan, Amerika Utara, Eropa, Afrika Selatan, Rusia,
Australia dan lain sebagainya. (S. Widjajanti: 2004). Dalam siklus hidupnya,
cacing Fasciola hepatica memerlukan induk semang utama, yaitu siput Lymnaea
Lymnaea ovula dan siput Planorbis leucostoma dapat terinfeksi Fasciola hepatica
Kingdom : Animalia
Phyulm : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Ordo : Echinostomida
Famili : Fasciolidea
Genus : Fasciola
a) Telur
pada kutub yang mengecil, dinding satu lapis dan berisi sel-sel granula
berkelompok.
b) Cacing dewasa
Ukuran 30 mm x 13 mm
Bersifat hermaprodit
Memiliki batil isap mulut dan batil isap perut, uterus pendek berkelok-kelok.
c) Ciri umum :
epidermis
Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai dua macam inang yaitu: inang
perantara yakni siput air dan inang menetapnya yaitu hewan bertulang
Trematoda bersifat entoparasit, namun ada juga yang secara fertilisasi silang
Cacing ini hidup pada habitat air tawar dan tempat-tempat yang lembab
dan basah. Cacing memang memerlukan kondisi lingkungan yang basah, artinya
cacing tersebut bisa tumbuh dan berkembang biak dengan baik bila tempat
hidupnya berada pada kondisi yang basa dan lembab. Pada kondisi lingkungan
yang basah atau lembab, perlu juga diwaspadai kehadiran siput air tawar yang
menjadi inang perantara cacing sebelum masuk ke tubuh ternak. Pada umumnya
Fasciola hepatica hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal, kantong empedu,
Dalam daur hidup cacing hati ini mempunyai tiga macam hospes yaitu:
* Hospes definitive (fase seksual) : Manusia, kambing, sapi dan biri – biri
a) Cacing dewasa bertelur di dalam saluran empedu dan kantong empedu sapi
atau domba. Kemudian telur keluar ke alam bebas belum berembrio dan belum
infektif selama 8-12 minggu bersama feses domba. Bila mencapai tempat basah,
telur ini akan menetas menjadi larva bersilia yang disebut mirasidium. Mirasidium
akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput air tawar (Lymnea auricularis-
rubigranosa).
c) Sporokista akan menjadi larva berikutnya yang disebut Redia. Hal ini
d) Redia akan menuju jaringan tubuh siput dan berkembang menjadi larva
berikutnya yang disebut serkaria yang mempunyai ekor. Dengan ekornya serkaria
dapat menembus jaringan tubuh siput dan keluar berenang dalam air.
e) Di luar tubuh siput, larva dapat menempel pada rumput untuk 5-7 minggu.
membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput
f) Apabila rumput atau tumbuhan air tersebut termakan oleh domba atau
dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing
hepatica pada manusia dapat pula terjadi akibat kebiasaan sebagian masyarakat di
1. Terjadi sejak larva masuk ke saluran empedu sampai menjadi dewasa. Parasit
ini dapat menyebabkan iritasi pada saluran empedu dan penebalan dinding
saluran. Selain itu, dapat terjadi perubahan jaringan hati berupa radang sel
hati. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul sirosis hati disertai asites dan
karena dapat berlangsung dalam beberapa hari dalam 6 minggu atau antara 2-3
3. Gejala klinik yang paling menonjol adalah anemia, selain itu dapat pula terjadi
demam dengan suhu 40-42 derajat, nyeri di bagian perut dan gangguan
pencernaan;
5. Gejala dari penyakit fasioliasis biasanya pada stadium ringan tidak ditemukan
terasa penuh, diare dan pembesaran hati. Pada stadium lanjut didapatkan
sindrom hipertensi portal yang terdiri dari perbesaran hati, kanker hati, ikterus,
komplikasi pada telinga, mata, paru-paru, dinding usus, limpa, pankreas, dan
hati.
1. Pemeriksaan tinja
2. Pemeriksaan darah
untuk mengetahui adanya antibody atau antigen didalam tubuh penderita. Pada
infeksi parasite umumnya sel darah putih yang meningkat tajam adalah
eosinofil, walaupun hal ini tidak spesifik dan seringkali di ikuti dengan
dengan jumlah telur cacing dalam tinja,usia penderita,gejala klinis dan jumlah
eosinofil.
1. Industri
terhadap parasit tersebut, pencegahan agar tidak ada hewan yang datang ke
3. Pengendalian Siput
Kandang harus dijaga agar tetap bersih, dan kandang sebaiknya tidak
K. Pengobatan
faciolicidal pada domba. Albendazol plus closantel yang diberikan secar oral
dapat membunuh Fasciola gigantica, cacing pita dan nematode (100%) (Al-
quddah at all. 1998). Fenbendazol dan clorsulon dengan dosis 25 mg/kg BB dan
dosis 35 mg/kg BB mengurangi infeksi cacing hati dewasa (99,6%) dan cacing
hati muda (Malone at all. I997). Closantel dan Rafoxaniade dengan dosis masing-
Haemonchus spp dan Fasciola spp (Swan 1999). Diamphenethide dengan dosis 10
mg/kg BB juga dapat digunakan untuk pengobatan infeksi Fasciola spp pada
domba.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit ini disebabkan oleh trematoda yang bersifat zoonosis. Pada stadium
lanjut didapatkan sindrom hipertensi portal yang terdiri dari perbesaran hati,
kanker hati, ikterus, asites, terbentuknya batu empedu, dan serosis hepatis.
Cacing ini pada umumnya hidup di dalam hati, usus, paru-paru, ginjal,
B. Saran
air, dan lain sebagainya. Dalam mengkonsumsi air pun harus mengkonsumsi
air yang higenis dan tidak tercemar dengan metaserkia dari cacing Fasciola
hepatica.
Ahmad, RZ. 2005. Beberapa Penyakit Parasitik Dan Mikotik Pada Sapi Perah
Yang Harus Diwaspadai. Balai Besar Penelitian Veteriner : Bogor. Jurnal.
Diakses pada tanggal 2 Mei 2018