Anda di halaman 1dari 12

TREMATODA FASCIOLA

HEPATICA
Kelompok 2

Agung Ibman Fatah ( KHGE 19001 )


Ai Juwita ( KHGE 19002 )
Topik Riyanto ( KHGE 19033 )
Yovan Januar Pratama( KHGE 19038 )
2A Analis Kesehatan
NAMA LAIN DAN HABITAT

• Nama Lain
Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari Trematoda (Platyhelminthes). Cacing hati
mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 - 1,5 cm. Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang
dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut,
juga terdapat alat kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan
membantu saat bergera

• Habitat
Habitat utmayah dihati maka dikenal dengan nama cacing hati. Ada tiga cara larva infektif cacing hati setelah masuk
dedalm tubuh sampar organ hati hewa yang terinfeksi. Pertama ialah ikut bersama aliran darah ,kemudian menembus
kapiler darah, terus ke vena porta dan akhirnya sampai ke hati. Kedua dari lambung (abomasum)menembus mucosa
usus (duodenum).ke saluran empedu dan akhirnya sampai ke parenkhim hati. Ketiga yang umum terjadi adlah setelah
menembus usus menuju peritonium lalu menembus kapsula hati yang akhirnya sampai ke hati . selain itu habitat lain
dari cacing hati ini adalah pada kaki siput namun paling umum adalah terdapat pada hati hewan ruminansua seperti
domba,sapi dan kambing dan juga dapat mengunfeksi kedalam tubuh manusia.
DISTRIBUSI

Penyakit ini terdapat di daerah yang lembab dan basah. Fasciola gigantica tersebar di
daerah tropis dan subtropis di Afrika dan Asia, sedangkan Fasciola hepatica tersebar di
daerah dingin dan dataran tinggi di Afrika, Asia, Australia, Amerika Utara dan Selatan.
MORFOLOGI FASCIOLA HEPATICA

• Berbentuk pipih seperti daun dengan bentuk bahu yang khas, karena
adanya cephalic cone (tonjolan konis), sedangkan bagian posterior
lebih besar
• Ukuran : panjang 20 – 30 mm dan lebar 8 – 13 mm
• Mempunyai 2 buah batil isap (sucker) yaitu oral sucker dan ventral
sucker yang sama besarnya (diameter ± 1 – 1,5 mm)
• Tractus digestivus mulai pharynx dajnoesophagus yang pendek dan
khas, intestinal pecah menjadi dua coecum yang berbentuk seperti
huruf Y yang terbalik dan masing-masing coecum bercabang sampai
ujung posterior
• Testis sebanyak 2 buah dan bercabang-cabang kecil sehingga disebut
Dendritic Ovarium bercabang-cabang terletak dekat testis
• Kelenjar vitelaria bercabang-cabang secara merata fi bagian lateral
dan posterior
• Uterus relatif pendek dan berkelok-kelok
MORFOLOGI TELUR DAN EPIDEMIOLOGI

• Telur besar, berbentuk ocal dan beropeculum


• Ukuran : panjang 130 -150 μm dan lebar 60 – 90 μm
• Dinding satu lapis tipis
• Berwarna kuning kecoklatan

Epidemiologi Fasciola hepatica


Fasciola hepatica mempunyai penyebaran di seluruh dunia (kosmopolit),
terutama di daerah-daerah pertenakan domba, kambing, dan sapi.
HOSPES DAN PENYEBARAN
GEOGRAFIK
Hospes
• Kambing
• Sapi
• Manusia

Penyebaran Geografik
• Amerika Latin
• Prancis
• Negara-negara Sekitar Laut Tengah
SIKLUS HIDUP

Telur keluar bersama tinja → menetas di air menjadi mirasidium → masuk ke hospes perantara 1 (keong air) →
berkembang menjadi sporokista → redia 1 → redia 2 → serkaria → keluar dari hospes perantara 1 → menempel
pada hospes perantara 2 (tumbuhan air) → berkembang menjadi meteserkaria → jika tumbuhan air yang
mengandung metaserkaria tertelan hospes definitif → akan terjadi ekskistasi di dalam duodenum → menembus
dinding usus → cavum abdominalis → menembus kapsul hepar →parenkim hepar → saluran empedu → menetap
dan berkembang menjadi dewasa dalam waktu ± 12 minggu.
PATOGENESIS
Fasciolosis pada sapi, kerbau, domba, dan kambing dapat berlangsung akut maupun kronis. Kasus akut umumnya terjadi
karena invasi cacing muda berlangsung secara masif dalam waktu singkat dan merusak parenkim hatisehingga fungsi hati
sangat terganggu serta menimbulkan perdarahan pada rongga peritoneum. Meskipun cacing muda hidup dalam parenkim
hati, parasit tersebut juga dapat menghisap darah, seperti cacing dewasa dan menyebabkan anemia pada minggu ke-4 atau
ke-5 fase migrasi cacing muda. Diperkirakan 10 ekor cacing dewasa dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak 2
ml/hari. Fasciolosis kronis berlangsung lambat dan disebabkan oleh aktivitas cacing dewasa di dalam saluran empedu,
baik di dalam hati maupun di luar hati.Fasciolosis menyebabkan cholangitis, obstruksi saluran empedu, kerusakan jaringan
hati disertai fibrosis dan anemia. Anemia terjadi karena cacing dewasa mengisap darah serta kehilangan persediaan zat
besi (Subronto, 2007).
Lesi yang disebabkan oleh infeksi Fasciola sp. pada semua ternak hampir sama bergantung pada tingkat infeksinya.
Kerusakan hati paling banyak terjadi antara minggu ke 12-15 pasca infeksi. Kerusakan jaringan mulai terjadi pada waktu
cacing muda mulai menembus dinding usus tetapi kerusakan yang berat dan peradangan mulai terjadi sewaktu cacing
bermigrasi dalam parenkim hati dan ketika berada dalam saluran empedu dan kantong empedu (Ditjennak, 2012).
Pada pemeriksaan darah akibat fasciolosis akut ditemukan perubahan berupa anemia normokromik, eosinophilia, dan
hipoalbuminemia. Pada penyakit yang berlangsung akut, daur hidup cacing belum sempurna dan telur cacing belum
dihasilkan sehingga dalam pemeriksaan feses tidak terlihat adanya telur Fasciola sp. Pada fasciolosis subakut dan kronis
anemia yang ditemukan bersifat hipokromik, makrositik dan hipoproteinemia. Pada penyakit yang berlangsung subakut
maupun kronis, feses selalu mengandung telur Fasciola sp. Penemuan telur cacing tidak selalu dapat dikaitkan pada
beratnya kerusakan hati (Subronto, 2007)
GEJALA KLINIS

Gejala klinis Fasciolosis dapat bersifat akut dan kronis (Anonim, 2004). Cacing ini dapat menyebabkan
akut, subakut dan kronis Fasciolosis. Pada sapidan kerbau, infeksi Fasciola sp. bersifat kronis akibat dari
infeksi yang berlangsung sedikit demi sedikit. Gejala klinis yang ditimbulkan dapat pula bersifat subakut
yaitu berupa kelemahan, anoreksia, perut kembung dan terasa sakit apabila disentuh (Kusumamiharja,
1992). Gejala akut pada sapi berupa gangguan pencernaan yaitu konstipasi yang jelas dengan tinja yang
kering dan kadang diare, terjadi pengurusan yang cepat, lemah dan anemia. Kematian dapatterjadi pada
kambing dan domba. Gejala kronis Fasciolosis dapat berupa terhambatnya produktivitas dan
pertumbuhan pada hewan muda, keluar darah dari hidung dan anus seperti pada penyakit anthrax,
kelemahan otot, nafsu makan menurun sehingga menyebabkan berat badan berkurang, selaput lendir
pucat, bengkak edema submandibular (bottle jaw), bulu kering, rontok, kebotakan, hewan lemah dan
kurus (Anonim, 2004).
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN

Pencegahan fascioliasis
• Memasak sayuran dengan baik dan masak sebelum dimakan
• Melakukan pengobatan pada penderita (manusia dan hewan)
• Tidak buang air besar sembarangan terutama di lokasi perairan yang ditumbuhi tumbuhan air.
Pengobatan fascioliasis
• Bithionol
• Triclabendazol
• Praziquantel
DIAGNOSIS LABORATORIUM

• Menemukan telur dalam tinja, cairan duodenum atau cairan empedu.


• Reraksi serologis : ELISA.
• Bila infeksi ektopik :
 CT scans
 Ultrasonografi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai