MAKALAH PARASITOLOGI
IDENTIFIKASI KELAS MASTIGOFORA (Flagellata)
SPECIES Giardia lamblia
Dosen pembimbing:
Lisa setia,SP
Di susun oleh :
Donny S.
AK.412012
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat-Nyalah saya bisa
menyesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai identifikasi kelas mastigofora (Flagellata) Species
Giardia lambia. Giardia lamblia adalah parasit usus yang menginfeksi manusia. Gardia
lamblia termasuk dalam kelas mastigofora (flagellata) dan penyakit yang disebabkan adalah
giardiasis.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Lisa setia, SP selaku dosen mata
kuliah parasitologi (praktikum) di Akademi Analis Kesehatan Borneo Lestari yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahannya selama proses belajar mengajar berlangsung.
Saya berharap agar makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan,
informasi, serta wawasan mengenai Giardia lamblia.
Kiranya makalah yang saya buat ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar bisa menyempurnakan isi dari
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Atas perhatiannya, saya ucapkan terimakasih.
Penyusun
BAB 1
Pendahuluan
Giardia lamblia
Class : Flagelata
Family : Hexamitidae
Genus : Giardia
Species : Giardia lamblia
Parasit ini di temukan oleh Anatomi Van
Ieuwenhoek (1681), sebagai mikro organisme yang bergerak-gerak didalam tinja, dan
flegellata ini pertama kali dikenal serta dibahas oleh lambl (1859), dan diberi nama
intestinalis. Stiles (1915) memberikan nama baru, Giardia lambia, untuk menghormati
Prof. A. Giard dari paris dan Dr. Lambl dari Prague. Giardia lamblia (identik dengan Lamblia
intestinalis dan Giardia duodenalis) adalah protozoa parasit yang membentuk koloni dan
bereproduksi di usus kecil, menyebabkan giardiasis (infeksi usus kecil). Parasit giardia ini
menambatkan dirinya ke epithelium melalui cakram berperekat diperutnya dan bereproduksi
melalui pembelahan biner. Giardiasis tidak tersebar melalui darah, dan tidak menyebar ke
bagian sistem pencernaan lainnya namun tetap berada di usus kecil. Mereka menyerap nutrisi
dari lumen (dinding dalam) usus kecil dan tidak memerlukan oksigen untuk hidupnya
(anaerob).
Manusia adalah hospen alamiah Giardia lamblia, selanjutnya spesies dan morfologi
yang sama ditemukan pada berbagai hewan, penyakit yang disebabkannya disebut Giardiasis,
Lamblias, dengan distribusi geografik bersifat kosmolit dan lebih sering ditemukan di daerah
beriklim panas dari pada di daerah beriklim dingin, dan parasite ini juga ditemukan di
Indonesia. Dalam silkus hidupnya, G. Lamblia mengalami 2 stadium, yaitu stadium trofozoit
yang dapat hidup bebas di dalam usus halus manusia dan kista stadium infektif yang keluar
ke lingkungan melalui feses manusia. Tertelannya kista dari air minum dan makanan yang
terkontaminasi atau dapat juga melalui kontak individu merupakan awal dari infeksi. Setelah
melewati gaster, kista menuju usus halus. Ekskistasi terjadi di duodenum, setelah itu
multiplikasi terjadi melalui pembelahan biner dengan interval kurang lebih 8 jam. Trofozoit
menempel pada mukosa duodenum dengan menggunakan sucking disc yang dimilikinya.
Enkistasi terjadi saat trofozoit masuk ke usus besar. Stadium trofozoit dan kista dapat
ditemukan pada feses penderita giardiasis. Kedua hal tersebur dapat dijadikan alat untuk
mendiagnosis penyakit giardiasis. Di luar tubuh manusia, G. Lamblia lebih tahan dalam
bentuk kista dan dalam lingkungan lembab dapat bertahan sampai 3 bulan. Giardia lamblia
adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran pencernaan manusia. Protozoa ini
ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek tahun 1681 pada fesesnya sendiri. Nama lain dari
Giardia lamblia adalah Lamblia intestinalis atau Giardia doudenalis. Selain menyerang
saluran pencernaan manusia, protozoa flagellata ini dapat pula menyerang kucing, anjing,
burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.
(page 1)
BAB 2
Tinjauan Pustaka
G.lamblia hidup di rongga usus kecil, yaitu duodenum dan bagian proksimal yeyenum
dan kadang-kadang di saluran dan kandung empedu. Bila kista matang tertelan oleh hospes,
maka akan terjadi ekskistasi di duodenum, kemudian sitoplasma membelah dan flagel
tumbuh dari aksonema sehingga terbentuk 2 trofozoit. Dengan pergerakan flagel yang cepat
trofozoit yang berada di antara villi usus bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Bila berada
pada villi, trofozoit dengan batill isap akan melekatkan diri pada epitel usus. Trofozoit
kemudian berkembangbiak dengan cara belah pasang longitudinal. Bila jumlahnya banyak
sekali maka trofozoit yang melekat pada mukosa dapat menutupi permukaan mukosa usus
halus (Wolfe, 1992; Farthing, 1999; Hawrelak, 2003). Trofozoit yang tidak melekat pada
mukosa usus, akan mengikuti pergerakan peristaltik menuju ke usus bagian distal yaitu usus
besar. Enkistasi terjadi dalam perjalanan ke kolon, bila tinja mulai menjadi padat, sehingga
stadium kista dapat ditemukan dalam tinja yang padat. Cara infeksi dengan menelan kista
matang yang dapat terjadi secara tidak langsung melalui air dan makanan yang
terkontaminasi, atau secara langsung melalui fecal-oral. Giardia lamblia mempunyai bentuk
tropozoit dan kista, dan hidup di duodenum dan di proksimal jejenum. Makan di ambil dari
isi usus, meskipun parasite ini mungkin mendapat makanan dengan mempergunkan batil
isapnya dari sel-sel epitel. Sedangkan cara berkembang biaknya dengan cara pembelahan
mitosis selama terbentuk kista.
Bentuk tropozoid simetris berukuran 15-20 x 5-15 mikron dan rata-rata 14x7
mikron. Mempunyai 2 inti/nucleus (Nu) dan kariosome (k) letaknya ditengah-tengah, bagian
dorsal bentuknya convex (cembung), bagian ventral bentuknya mendatar dan terdapat 2 buah
alat pengisap (AD = Adhesive Disc;sucking dise), yang berfungsi sebagai alat melekatkan
diri pada dinding mukosa, pada bagian anteriornya terdapat blefaroplas, sitoplasma terdapa
bintik-bintik halus, ujung posterior terdapat parabasal body (MB;Median Bodies).
Mempunyai 4 pasang flagella (fg), yang terdiri dari : 2 psang cros lateral flagel (bagian
anterior), sepasang uncross lateral flagel (tubuh bagian lateral), sepasang uncross flagella
(terletak bagian posterior).
(page 4)
parasit ini mempunyai bentuk trofozoit dan bentuk kista bentuk trofozoit ini bilateral
simetris seperti buah buah jambu monyet dan begian anteriornya membulat dan bagian
posteriornya meruncing.permukaan dorsal cembung(konveks)dan pipih disebelah ventral dan
terdapat batil isap berbentuk seperti cakram yang cekung menempati setengah menempati
anterior badan parasit.Ukuran parasit ini 12-15 mikron dan mempunyai sepasang inti yang
letaknya di bagian anterior,bentuknya oval dengan kromosom di tengah atau butir-butar
kromatin yang tersebar di plasma inti .Trofozoit mempunyai empat pasang flagel yang
berasal dari 4 pasang blefaroplas.sepasang flagel keluar dari 2 blefaroplas anteriol.sepasang
flagel lateral berasal dari 2 blefaroplas lateral di antara dua inti dan kedua aksonema berjalan
ke anteriol.lalu saling menyilang di garis tengah dan garis lengkung dipinggir batil
isap,kemudian masing-masing keluar dari sisi lateral kanan dan kiri .sepasang aksonema
yang agak tebal (disebut aksostil)berasal dari 2 blefaroplas median berjalan ke posterior dan
keduanya keluar dari ujung posterior .dari sepasang blefaroplas yang leteknya di tengah-
tengah dua batil isap ,keluar sepasang aksonema pendek sebagai flagel sentral.dua batang
yang agak melengkung dianggap sebagai benda parabasal ,leteknya melintang di posterior
dari batil isap. Trofozoit berukuran panjang 9-20 m, lebar 5-15 m. Berbentuk oval hingga
ada yang berbentuk buah pear atau bentuk hati. Bentuk trofozoit spesies ini memiliki :
sucking disc pada ujung anteriornya, yaitu area konkaf yang menutupi setengah dari
permukaan ventral. Dua buah nuclei yang terletak simetris bilateral. Nuklei tersebut
mengandung sedikit kromatin perifer namun memiliki kariosom besar yang berada di tengah.
Sebuah axostyle, terdiri dari 2 axonema yang membagi dua tubuhnya. Dua buah median
bodies (parabasal bodies), diduga memiliki peranan dalam proses metabolisme. Empat
flagella yang terletak di lateral, 2 lateral di ventral, dan 2 terletak di kaudal.
(page 5)
Kista yang bentuknya oval berukuran 8-12 mikron,mempunyi dinding tipis
dan kuat .sitoplasmanya berbutir halus dan letaknya jelas terpisah dari dinding kista kista
yang baru terbentuk mempunyai 2 inti ;yang matang mempunyai 4 inti,letaknya pada satu
kutub .waktu kista dibentuk ,trofozoit menarik kembali flagel-flagel kedalam aksonema
,sehingga tampak sebagai 4 pasang benda sabit yaitu sisa dari flag.G.lamblia hidup di rongga
usus kecil,yaitu duodenum dan bagian proksimal yeyenum dan kadang-kadang di saluran
dan kandung empedu dengan pergerakaqn flagel yang cepat trofozoit bergerak dari Satu
tempat ke tempat yang lain dengan batil isap ,melekatkan diri pada epitel usus.trofozoit
berkembang biak dengan belah pasang longitudinal dalam tinja cair biasanya hanya
ditemukan trofozoit.el.enkistasi terjadi dalam perjalanan ke kolon,bila tinja mulai padat.bila
kista matang tertelan oleh hospes maka terjadi eksistasi di duodenum ,kemudian
sitoplasmanya membelah dan flagel tumbuh dari aksonema sehingga terbentuklah 2 trofozoit.
(page 6)
Diare,
rasa tidak nyaman pada perut,
buang gas yang berlebihan (kentut yang berbau busuk)
bersendawa dengan bau seperti belerang yang menyebabkan seseorang ingin muak
dan muntah,
steatorrhoea (feses berwarna pucat, berbau busuk, dan licin),
nyeri pada daerah epigastric (antara dada dan perut),
perut sering kembung,
mual,
kurang nafsu makan,
mungkin (tapi jarang) muntah-muntah yang banyak,
kehilangan berat badan,
Pus,
lendir dan darah yang tidak biasa di feses.
(page 9)
Dalam individu yang sehat, tubuh biasanya dapat membatasi infeksi. Sedangkan pada
pasien yang immunocompromised (kekurangan kekebalan tubuh), infeksi dapat berlangsung
lama. Orang yang mengalami infeksi Giardia berulang umumnya adalah mereka yang
memiliki kekurangan IgA, dan dapat mengembangkan penyakit kronis. Kekurangan Lactase
juga dapat mengembangkan suatu infeksi Giardia, namun ini biasanya tidak berlangsung
lebih dari beberapa minggu, dan pemulihan penuh akan terjadi kemudian. Beberapa
penelitian telah menunjukkan bahwa giardiasis harus dianggap sebagai penyebab kekurangan
vitamin B12, ini akibat dari masalah-masalah yang disebabkannya di dalam sistem
penyerapan usus.
Melekatnya Giardia lamblia pada sel epitel usus halus tidak selalu menimbulkan gejala /
asimtomatik dan sebagian besar dari mereka menjadi pembawa (carier). Parasit Giardia
lamblia ini menambatkan dirinya ke epithelium usus halus hospes melalui cakram berperekat
di perutnya dan berreproduksi melalui pembelahan biner. Protozoa tidak merusak sel hospes,
tetapi memakan / menyerap nutrisi dari lumen (dinding dalam) usus kecil dan hidup secara
anaerob (tidak memerlukan oksigen). Karena penyerapan nutrisi oleh protozoa ini, maka
terjadi penghambatan absorpsi lemak dan unsur nutrisi lain oleh tubuh hospes (villous
atrophia), sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan penderita serta menyebabkan
radang usus. Tetapi ada beberapa kasus orang yang peka terhadap infeksi ini dimana sekresi
mukosa menjadi berlebihan sehingga menyebabkan diare, dehidrasi, sakit perut dan
penurunan berat badan. Feses terlihat berlemak tetapi tidak ditemukan darah. Giardiasis
biasanya tidak tersebar melalui darah dan tidak menyebar ke bagian sistem pencernaan
lainnya namun tetap berada di usus kecil. Tetapi dalam kondisi tertentu tropozoit dapat
menginvasi jaringan seperti kandung empedu dan saluran kemih. Jika empedu terserang
protozoa dapat menyebabkan jaundice(penyakit kuning/ekterus) dan sakit perut/colic.
Penyakit ini tidak berakibat fatal, tetapi sangat mengganggu.
(page 10)
2.4 Penularan
Infeksi Giardia dapat terjadi melalui proses menelan yaitu bisa melalui air minum,
makanan, atau oleh rute faecal-oral (bisa melalui tangan yang terkontaminasi maupun melalui
praktek seks yang melibatkan lidah dan anus). Cyst (kista?) Giardia dapat bertahan di air
hangat dalam hitungan minggu sampai bulanan dan karena itu dapat hadir dalam air sumur,
sumber air tergenang seperti kolam alami, dan bahkan sumber air yang terlihat bersih dan
jernih di gunung/pegunungan.
Giardiasis menular melalui oral yaitu dengan proses menelan air minum, makanan
atau oleh rute faecal-oral ( bisa melalui tangan yang terkontaminasi maupun melalui praktek
seks yang melibatkan lidah dan anus). Kista Giardia dapat bertahan di air hangat selama
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Karenanya protozoa ini dapat ditemukan di air
sumur, sumber air tergenang seperti kolam alami dan bahkan sumber air yang terlihat bersih
dan jernih di gunung/pegunungan. Giardia lamblia hidup dalam usus halus manusia, yaitu
bagian doudenum, jejenum dan bagian atas dari ileum, dan kadang-kadang disaluran dan
kandung empedu. Protozoa ini melekatkan dirinya pada permukaan epithel usus. Protozoa
dapat berenang dengan cepat menggunakan flagellanya.
(page 11)
Infeksi dimulai ketika seorang teringesti bentuk kista. Ekskistasi terjadi setelah kista secara
terpajan oleh HCL dan enzym pankreas saat melewati lambung dan usus halus. Ekskistasi
merupakan aktivasi kista berinti empat untuk mengeluarkan parasit motil yang kemudian
membelah menjadi dua tropozoit. Tropozoit motil tersebut menempel di permukaan sel epitel
usus dengan menggunakan batil isap. Setelah melekat pada sel epitel, organisma tsb akan
berkembang dengan cara belah pasang longitudinal.
Sebagian tropozoit akan mengalami enkistasi saat menuju kolon. Kondisi yang dapat
menstimulasi proses ini tidak diketahui secara pasti, tetapi secara invitro enkistasi dapat
diinduksi oleh pajanan terhadap empedu dan peningkatan pH setelah enkistasi. Parasit
tersebut akan keluar bersama feses.
Kista resisten terhadap penggunaan kimia ringan seperti barklorin dan pendidihan air serta
tahan dalam air dingin sampai berbulan-bulan. Kista dapat dimusnahkan dengan pembekuan
dan pengeringan.
Pada seorang yang menderita berat, dapat ditemukan 14 milyard parasit dalam fesesnya,
sedangkan pada infeksi sedang ditemukan sekitar 300 juta kista.
Dalam usus halus dimana isi usus berbentuk cairan, parasit ditemukan dalam bentuk
tropozoit, tetapi setelah masuk ke dalam colon parasit akan berubah jadi kista. Pertama-tama
flagella memendek, cytoplasma mengental dan dinding menebal, kemudian kista keluar
melalui feses. Pada awal terbentuknya kista ditemukan dua neukloi, setelah satu jam
kemudian ditemukan 4 nukleoli. Bila kista tertelan hospes maka kista tersebut langsung
masuk ke doudenum, flagella tumbuk dan terbentuk tropozoit kembali.
(page 12)
2.5 Diagnosis
2.6 Pengobatan
Giardiasis dapat diobati dengan metronidazol yang jarang menimbulkan efek samping
.dosis untuk dewasa adalah 3250 mg sehari selama 7 hari,dosis anak disesuaikan dengan
umur. Obat pilihan adalah tinidazol dengan dosis tunggal 2 gram pada orang dewasa atau 30-
35 mg/kg pada anak. Selain itu giardiasis juga dapat diobati dengan metronidazole, kuinakrin,
furazolidon.
Pengobatan infeksi pada manusia secara konvensiaonal yaitu melalui metronidazole,
tinidazole, atau nitazoxanide. Metronidazole walaupun pada saat ini merupakan obat terapi
lini depan, namun bisa menyebabkan mutagenic(mutasi gen) pada bakteri dan menyebabkan
kanker pada tikus putih sehingga harus dihindari selama kehamilan. Salah satu yang paling
umum adalah pengobatan alternatif berberine sulfate (ditemukan pada akar anggur oregon,
goldenseal, yellowroot, dan berbagai tanaman lainnya). Berberine telah memiliki efek
entimicrobial dan antipyretic, Namun harus dihindari pengguanaannya pada wanita hamil
karena dapat merangsang rahim untuk berkontrkasi. Pada dosis tinggi , berberine dapat
menyebabkan bradycardia dan hypotension(tekanan darah rendah).
(page 14)
2.7 Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Mengkonsumsi air minum yang bersih yang telah menjalani pemanasan sampai 50 sehingga
dapat menginaktifkan kista.
2. Pada umumnya G. Lamblia resisten terhadap klorin, sehingga penyaringan sangat diperlukan
untuk menghilangkan kontaminasi oleh protozoa patogen ini.
3. Melindungi tempat persediaan air dari hospes reservoir (berang-berang dan tikus air).
4. Memasyarakatkan kebersihan individu (cuci tangan).
5. Penyediaan makanan yang bersih dan baik.
Pencegahan infeksi parasit ini terutama dengan memperhatikan hygiene perorangan,
keluarga, dan kelompok., dengan menghindari air minum yang terkontaminasi. Sanitasi air
minum untuk mencegah terjadinya epidemi giardiasis dilakukan dengan metode coagulation-
sedimentation-filtration. Klorinasi air minum untuk mengeliminasi kista memerlukan
konsentrasi yang lebih tinggi dan kontak yang lebih lama pada biasanya. Proteksi individu
dapat dilakukan dengan merebus air sampai mendidih minimal 1 menit. Bila air tidak dapat
direbus, dapat diberikan 2-4 tetes kaporit untuk setiap liter air dan tunggu selama 60 menit
sebelum diminum. Bila airnya dingin dibutuhkan waktu semalam untuk membunuh kista
G.intestinalis. Memanaskan makanan atau makanan yang matang dapat mencegah infeksi
kista G.intestinalis.
(page 15)
Pada daerah terbuka dimana jarang ditemukan air di permukaan tanah, memerlukan
penyaringan dengan filter yang memiliki nominal 1-pori ukuran mikrometer. Disarankan
untuk menggunakan yodium atau klorin dioksida pada air yang akan dikonsumsi. Parameter
air seperti suhu, kekeruhan, dan kepekatan juga dapat mempengaruhi efektivitas suatu
perawatan terhadap infeksi.
Penyaringan dengan filter yang memiliki nominal 1-pori ukuran mikromiter pada air
permukaan tanah yang daerah terbuka
Menggunakan Yodium atau klorin dioksida pada air yang dikonsumsi
Parameter air seperti suhu, kekeruhan dan kepekatan juga dapat mempengaruhi efektifitas
suatu perwatan terhadap infeksi
Ingat, bahwa tidak semua orang terlihat bergejala walaupun di dalam tubuhnya terdapat
Giardia. Oleh sebab itu diperlukan kewaspadaan universal dalam prilaku keseharian
khususnya perhatian utama pada anak-anak yang bisa tertular penyakit ini dari makanan-
minuman yang kebersihannya diragukan.
(page 16)
2.8 Prognosis
Prognosis giardiasis adalah baik bila pengobatannya tepat dan disertai perbaikan
lingkungan dan sanitasi
2.9 Epidemiologi
DAFTAR PUSTAKA
http://bana-deba.blogspot.com/2009/12/giardiasis.html
http://ninajuling.tripod.com/secondpage.htm
Mata kuliah : Parasitologi
Dosen : Sulasmi,SKM,M.Kes
Makalah
Giardia Lamblia
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan keHadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalahini dengan baik
dan tepatpada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Giardia Lamblia.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh Karen aitu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh Karen aitu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapa tmembangun kami.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Giardia lamblia adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran pencernaan
manusia. Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek tahun 1681 pada fesesnya
sendiri. Nama lain dari Giardia lamblia adalah Lamblia intestinalis atau Giardia doudenalis.
Selain menyerang saluran pencernaan manusia, protozoa flagellata ini dapat pula menyerang
kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.
Penyakit yang disebabkan oleh Giardia lamblia dinamakan giardiasis. Penyakit ini
terdapat di negara berkembang yang beriklim panas. Giardiasis lebih sering terjadi pada
anak-anak dibanding dewasa. Hampir 100% anak mengalami infeksi giardia lamblia saat 2
tahun pertama kehidupannya. Infeksi oleh parasit ini kemungkinan terjadi dalam interval
yang sering sehingga sebagian orang melihat Giardia lamblia sebagai flora normal pada
individu yang tinggal di negara berkembang.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah
Parasit ini di temukan oleh Antoni Van leuwenhoek (1681), sebagai mikro organisme
yang bergerak-gerak didalam tinja, dan flagellata ini pertama kali di kenal serta dibahas
oleh lambl (1859), dan diberinama intestinalis. Stiles (1915) memberikan nama
baru, Giardia lambia, untuk menghormati Prof. A. Giard dari Paris dan
Dr. Lambl dari Prague.
Manusia adalah hospes alamiah Giardia lamblia, selanjutnya spesies dan morfologi
yang sama ditemukan pada berbagai hewan, penyakit yang di sebabkannya
disebut Giardiasis, Lamblias, dengandistribusi geografik bersifat kosmolit dan lebih sering di
temukan di daerah beriklim panas dari pada di daerah beriklim dingin, dan parasit ini juga di
temukan di Indonesia.
2. Penyebaran
G.lamblia adalah parasit yang tersebar kosmopolit dan lebih sering ditemukan di
daerah beriklim panas daripada di daerah beriklim dingin. Parasit ini juga ditemukan di
Indonesia.
3. Taksonomi
Kingdom : Protista
Subkingdom : Protozoa
Phylum : Sarcomastigophora
Subphylum : Mastigophora
Class : Zoomastigophora
Order : Diplomonadida
Family : Hexamitidae
Genus : Giardia
Species : lamblia
4. Morfologi
5. Habitat
6. Siklus hidup
Giardiasis adalah infeksi usus halus yang di sebabkan oleh parasit Giardia Lamblia .
Giardiasis terjadi di seluruh dunia dan merupakan penyebab infeksi parasit khusus yang
terjadi di Amerika.
Kebanyakan orang mendapatkan infeksi akibat minum air yang terkontaminasi, tetapi
penularan dari orang ke orang juga dapat terjadi, yaitu melalui kista yang keluar dari tinja.
Penularan langsung terjadi di antara anak-anak atau mitra seksual (terutama pada pria homo
seks).
8. Pencegahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah hospes alamiah Giardia Lamblia, selanjutnya spesies dan morfologi
yang sama di temukan pada berbagai hewan, penyakit yang disebabkannya
disebut Giardiasis, Lamblias.
B. Saran
Setelah mengetahui habitat G.Lamblia kita di tuntut untuk mencegah masuknya
parasite G. Lamblia dalam tubuh dengan cara menjaga sanitasi lingkungan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Reaksi:
0 komentar:
Poskan Komentar
Makalah
Giardia Lamblia
Nia Triani : PO.71.4.221.13.2.035
Serly Anggraeni : PO.71.4.221.13.2.042
Sirma Mangiri : PO.71.4.221.13.2.043
Al Ikhsan Sake : PO.71.4.221.13.2.003
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan keHadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalahini dengan baik
dan tepatpada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Giardia Lamblia.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah
ini. Oleh Karen aitu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini.Oleh Karen aitu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapa tmembangun kami.Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
Giardia lamblia adalah salah satu protozoa penyebab infeksi pada saluran pencernaan
manusia. Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek tahun 1681 pada fesesnya
sendiri. Nama lain dari Giardia lamblia adalah Lamblia intestinalis atau Giardia doudenalis.
Selain menyerang saluran pencernaan manusia, protozoa flagellata ini dapat pula menyerang
kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.
Penyakit yang disebabkan oleh Giardia lamblia dinamakan giardiasis. Penyakit ini
terdapat di negara berkembang yang beriklim panas. Giardiasis lebih sering terjadi pada
anak-anak dibanding dewasa. Hampir 100% anak mengalami infeksi giardia lamblia saat 2
tahun pertama kehidupannya. Infeksi oleh parasit ini kemungkinan terjadi dalam interval
yang sering sehingga sebagian orang melihat Giardia lamblia sebagai flora normal pada
individu yang tinggal di negara berkembang.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah
Parasit ini di temukan oleh Antoni Van leuwenhoek (1681), sebagai mikro organisme
yang bergerak-gerak didalam tinja, dan flagellata ini pertama kali di kenal serta dibahas
oleh lambl (1859), dan diberinama intestinalis. Stiles (1915) memberikan nama
baru, Giardia lambia, untuk menghormati Prof. A. Giard dari Paris dan
Dr. Lambl dari Prague.
Manusia adalah hospes alamiah Giardia lamblia, selanjutnya spesies dan morfologi
yang sama ditemukan pada berbagai hewan, penyakit yang di sebabkannya
disebut Giardiasis, Lamblias, dengandistribusi geografik bersifat kosmolit dan lebih sering di
temukan di daerah beriklim panas dari pada di daerah beriklim dingin, dan parasit ini juga di
temukan di Indonesia.
2. Penyebaran
G.lamblia adalah parasit yang tersebar kosmopolit dan lebih sering ditemukan di
daerah beriklim panas daripada di daerah beriklim dingin. Parasit ini juga ditemukan di
Indonesia.
3. Taksonomi
Kingdom : Protista
Subkingdom : Protozoa
Phylum : Sarcomastigophora
Subphylum : Mastigophora
Class : Zoomastigophora
Order : Diplomonadida
Family : Hexamitidae
Genus : Giardia
Species : lamblia
4. Morfologi
5. Habitat
6. Siklus hidup
Giardiasis adalah infeksi usus halus yang di sebabkan oleh parasit Giardia Lamblia .
Giardiasis terjadi di seluruh dunia dan merupakan penyebab infeksi parasit khusus yang
terjadi di Amerika.
Kebanyakan orang mendapatkan infeksi akibat minum air yang terkontaminasi, tetapi
penularan dari orang ke orang juga dapat terjadi, yaitu melalui kista yang keluar dari tinja.
Penularan langsung terjadi di antara anak-anak atau mitra seksual (terutama pada pria homo
seks).
8. Pencegahan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah hospes alamiah Giardia Lamblia, selanjutnya spesies dan morfologi
yang sama di temukan pada berbagai hewan, penyakit yang disebabkannya
disebut Giardiasis, Lamblias.
B. Saran
Setelah mengetahui habitat G.Lamblia kita di tuntut untuk mencegah masuknya
parasite G. Lamblia dalam tubuh dengan cara menjaga sanitasi lingkungan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
jam weaker_yas
About
Blogger templates
Blogroll
Amayhean Sigadhis Arrachman
Archives
o Maret (3)
o September (7)
o Oktober (2)
o November (1)
o Januari (2)
o Februari (16)
o April (9)
o Mei (3)
o Juni (14)
o November (2)
o Desember (5)
iyan_yassir 4ever
visit-visit
Diberdayakan oleh Blogger.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hospes, Nama Penyakit dan Habitat
Hospes dari Trichomonas vaginalis adalah manusia. Parasit ini terdapat pada genital wanita
dan pria, terutama ditemukan pada saluran kencing kedua jenis kelamin tersebut. Wanita
frekuensi lebih banyak dijumpai daripada pria, dan penyakit ini bersifat kosmopolit.
Trichomoniasis adalah nama penyakit yang disebabkan oleh parasit Trichomonas vaginalis.
2.3 Morfologi
Morfologi berukuran antara 15 - 20 x 10 mikron, tidak berwarna dan bentuknya
cuboid. Sitoplasmanya bergranula dimana granula tersebut pada umumnya terletak di sekitar
custa dan axostyle (ax;axostyle). Membran bergelombang (umundulating membrane)
berakhir pada pertengahan tubuh, jadi tidak mempunyai flagela bebas (Fg). Sitostoma tidak
nyata (cy;sytostoma), nukleus (nu). Makanannya adalah kuman-kuman, sel-sel vagina, hanya
dapat hidup pada pH diatas 5,5 - 7,5.
2.6 Epidemiologi
Trikomoniasis vagina ditemukan di mana-mana. Penelitian menunjukkan bahwa
parasit ini di temukan pada semua bangsa/ras dan pada semua musim, sukar untuk
menentukan frekuensi penyakit ini di suatu daerah atau negeri, karena kebanyakan penelitian
dilakukan pada golongan tertentu saja seperti golongan wanita hamil (18 25 % di AS) dan
dari klinik ginekologi (30 40 % di eropa timur). Di Indonesia berdasar hasil penelitian di
RSCM Jakarta terdapat 16% kasus dari klinik kebidanan dan 25 % wanita dari klinik
ginekologi (sample sebanyak 1146 orang). Cara pemeriksaan yang berbeda dapat pula
memberikan hasil yang berlainan, pada pria umumnya angka-angka yang ditemukan lebih
kecil, mungkin sekali oleh karena parasit lebih sukar di temukan dan oleh karena infeksi
seringy berlangsung pada gejala pada wanita parasit lebih sering di temukan pada kelompok
usia 20 49 tahun, berkurang pada usia muda dan usia lanjut dan jarang pada anak gadis.
2.9 Pencegahan
Untuk pencegahan, karena kelaian, kasus-kasus tanpa gejala pada pria perlu mendapat
pengobatan yang tuntas. Demikian pula suami dari wanita yang menderita trichomoniasis
perlu di beri pengobatan yang sama seperti istrinya sampai parasit tidak di temukan lagi pada
pembiakan kontrol. Dapat juga dilakukan dengan penyuluhan dan pendidikan terhadap pasien
dan masyarakat umumnya tentang infeksi ini serta diagnosis dan penanganan yang tepat pada
pasangan penderita trichomoniasis.
Pemakaian kondom dapat dijadikan salah satu cara mencegah tertularnya pasangan
seksual terhadap infeksi ini.
2.10 Pengobatan
Dasar pengobatan ialah memperbaiki keadaan vagina dengan membersihkan mukosa
vagina dan menggunakan obat-obat per os dan lokal. Pada saat ini metronidazol merupakan
obat yang efektif untuk pengobatan trikomoniasis, baik untuk pria maupun untuk
wanita.dosis per os 2 x 250 mg sehari selama 5-7 hari untuk suami atau istri. Dosis lokal
untuk wanita adalah 500 mg metrodizal dalam bentuk tablet vagina sehari selama 57 hari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trichomonas vaginalis adalah suatu flagellata yang patogenik karena ia menemukan kolpitis
yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
Hospes dari Trichomonas vaginalis adalah manusia.
Parasit ini terdapat pada genital wanita dan pria, terutama ditemukan pada saluran kencing
kedua jenis kelamin.
Terdapat 3 spesies yang sering ditemukan pada manusia yaitu Trichomonas Vaginalis yang
merupakan parasit pada saluran genitourianaria, Trichomonas Tenax ditemukan di rongga
mulut dan Pentatrichomonas Homonis ditrmukan di usus besar.
Trichomonas vaginalis menular melalui hubungan seksual meskipun masih diperdebatkan.
3.2 Saran
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kami mengharapkan kritikan dari teman-teman semua.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Yazhid Blog
:: Assalamualaikum ::
KOMPETENSI
TUGAS KAMPUS
LAPORAN PRAKTIKUM
Yazhid Bashar LD
3 years ago
0 Comments
Facebook Twitter
BAB I
PENDAHULUAN
Organisme ini sekarang telah dikaitkan dengan risiko lebih tinggi penularan HIV, dan
disarankan bahwa parasit ini dapat meningkatkan ibu-ke-bayi penularan HIV. Meningkatnya
penularan ini pada wanita diyakini karena denution dari epitel servikovaginal bersama dengan
akumulasi limfosit CD4 dan makrofag pada tempat infeksi, yang dapat memberikan kolam sel HIV-
rentan atau terinfeksi HIV. Dua puluh lima persen dari mahasiswa di Nigeria diuji positif untuk T
vaginalis dan sampai 20% dari wanita hamil di Amerika Serikat (AS) adalah biakan positif - Data ini
mendukung prevalensi T vaginalis. Karena dampaknya terhadap ketuban pecah dini dan tingkat
kelahiran yang rendah, T vaginalis dianggap menjadi penyebab signifikan morbiditas neonatal di
Amerika Serikat.
1.3 Tujuan
3. Agar dapat menjelaskan struktur sel dan metabolisme dari Tricomonas Vaginalis
BAB II
PEMBAHASAN
Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual (IMS). Hal ini kadang-kadang
disebut sebagai trichomonas atau trichomoniasis, atau disingkat menjadi TV. Trikomoniasis adalah
penyakit yang sangat umum menular seksual (PMS) yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis,
motil sebuah, menyalahi protozoa
Gejala lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria, meskipun kedua
perempuan dan laki-laki mungkin asimtomatik. Peradangan kelamin yang berhubungan dengan
infeksi T. vaginalis memfasilitasi human immunodeficiency virus (HIV) transmisi, dan penyakit ini
juga diakui sebagai penyebab potensial dari hasil kehamilan, infertilitas pria dan wanita, dan atipikal
negara radang panggul.
Domain: Eukarya
Filum : Metamonada
Kelas : Parabasalia
Order : Trichomonadida
Genus : Trichomonas
Spesies: T. vaginalis
nama binomial :
Trichomonas vaginalis.
Trichomonas vaginalis bervariasi dalam ukuran dan bentuk, dengan rata-rata lama
10m dan lebar 7m. Munculnya protozoa ini diubah oleh kondisi physiochemical. Dalam kultur
murni, bentuknya lebih seragam seperti berbentuk buah pir atau oval. Sebagai parasit, tampaknya
lebih amoeboid ketika melekat pada sel epitel vagina. Ini memiliki lima flagella-empat di antaranya
berada di anterior dan flagela lainnya yang tergabung dalam membran bergelombang. Flagela dan
membran bergelombang berkontribusi terhadap motilitasnya. Dalam kondisi pertumbuhan yang
tidak menguntungkan, trichomonad dapat mengumpulkan dan internalisasi flagela nya. Sitoskeleton
terbuat dari tubulin dan aktin serat. Inti, dikelilingi oleh amplop nuklir berpori, terletak di ujung
anterior. Sebuah hialin tipis, batang-seperti struktur yang disebut axostyle dimulai pada nukleus dan
membagi protozoa longitudinal. Ini menjorok melalui bagian posterior protozoa, berakhir di titik
yang tajam. Axostyle membantu jangkar protozoa ke sel epitel vagina. T. vaginalis ada sebagai
trophozite dan tidak memiliki tahap fibrosis. Struktur menarik trichomonad ini hydrogenosome nya
yang memainkan peranan penting dalam metabolisme.
2.4 Morfologi
T. vaginalis trofozoit berbentuk oval serta flagellated, atau "pir" berbentuk seperti
yang terlihat pada basah-gunung slide. Hal ini sedikit lebih besar dari sel darah putih, berukuran 9 X
7 m. Lima flagela muncul dekat cytostome, empat dari ini segera memperpanjang di luar sel
bersama-sama, sedangkan flagela kelima membungkus mundur sepanjang permukaan organisme.
Fungsionalitas dari flagela kelima tidak diketahui. Selain itu, proyek mencolok axostyle duri-seperti
seberang bundel empat flagela, axostyle dapat digunakan untuk dipasang pada permukaan dan juga
dapat menyebabkan kerusakan jaringan dicatat dalam infeksi trikomoniasis.
Sementara T. vaginalis tidak memiliki bentuk kista, organisme dapat bertahan hingga
24 jam dalam urin, air mani, atau bahkan sampel air. Ini memiliki kemampuan untuk bertahan pada
fomites dengan permukaan lembab selama 1 sampai 2 jam
2.5 Diagnosa
2.6 Patologi
Trikomoniasis lebih sering terjadi pada wanita daripada pria karena pria memiliki
infeksi tanpa gejala. Bagi wanita, gejala yang berbusa, debit tipis hijau-kuning vagina, iritasi
vulvovaginal, nyeri vagina, dan kemerahan dari vagina. Perempuan juga memiliki prevalensi lebih
tinggi dari kanker serviks invasif ketika mereka memiliki trikomoniasis. Selama kehamilan, ada
peningkatan risiko bayi prematur dan berat badan rendah. Pria memiliki uretritis non-gonoccocal
dan prostatitis kronis. Infeksi ini telah ditemukan terkait dengan kanker prostat. Dalam kedua jenis
kelamin, ada kerentanan yang lebih tinggi terhadap HIV dan infertilitas. Pengobatan penyakit ini
pada orang yang terinfeksi HIV dapat menyebabkan penurunan HIV.Infeksi T. Vaginalis, biasanya
ditularkan secara seksual (masa inkubasi 3-28 hari). Tanda dan gejala biasanya muncul dalam waktu
satu bulan datang ke dalam kontak dengan tricomonas. Berikut tanda atau gejala yang terjadi pada
perempuan dan pria.
Perempuan
Nyeri, peradangan dan gatal-gatal di sekitar vagina. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan
ketika berhubungan seks.
Suatu perubahan dalam vagina mungkin ada sedikit atau banyak, dan mungkin tebal atau tipis,
atau berbusa dan kuning. Anda juga mungkin memperhatikan bau aneh yang mungkin tidak
menyenangkan.
Kadang-kadang akan ada rasa sakit di daerah selangkangan, meskipun hal ini jarang terjadi
Pria
Sebuah cairan yang keluar dari penis, yang mungkin tipis dan keputihan.
2.7 Pengobatan
Infeksi diobati dan disembuhkan dengan metronidazole atau tinidazol. Metronidazole
biasanya akan diresepkan untuk jangka waktu 7 hari dan tinidazol sebagai kursus dua hari, yang
tampaknya memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada pilihan dosis tunggal. Obat harus
diresepkan untuk setiap pasangan seksual juga karena mereka mungkin pembawa asimtomatik
2.8 Pencegahan
Menghindari kontak seksual dengan orang yang diketahui terinfeksi dengan STD apapun
Penggunaan kondom laki-laki atau perempuan untuk setiap episode hubungan seksual
Menghindari asupan alkohol yang tinggi, yang dapat meningkatkan risiko hubungan seksual dengan
banyak pasangan dan tanpa menggunakan kondom
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan makalah
selanjutnya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Hirt, R.P., Noel, C.J., Sicheritz-Ponten, T., Tachezy, J., and Fion, P-L. 2007. Trichomonas
vaginalis surface proteins: a view from the genome. Trends in Parasitology, v. 23, p. 540-
547.
Pereira-Neves, A. and Benchimol, M. 2008. Trichomonas vaginalis: In vitro survival in
swimming pool water samples. Experimental Parasitology, v. 118, p. 438-441.
Petrin, D., Delgaty, K., Bhatt, R., and Garber, G. 1998. Clinical and microbiological aspects of
Trichomonas vaginalis. Clinical Microbiology Review, v. 11, p. 300-317.