CAIRAN SENDI
Erida Manalu
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
2021
1
Pendahuluan (1)
• Cairan sendi:
• Berada dalam kapsul articular, di antara 2 membran sinovial
• Bersifat viscous, kental, yang ditemukan pada sendi yang dapat digerakkan
(diarthroses) atau sendi sinovial
• Merupakan ultrafiltrat dari plasma yang melewati membran sinovial
sehingga cairan sendi disebut juga sebagai cairan synovial
• Filtrasi tidak selektif, kecuali protein dengan BM besar
• Mayoritas zat kimia = plasma
2
Pendahuluan (2)
• Cairan sendi/sinovial bersama dengan tulang rawan sendi halus berfungi untuk:
• Mengurangi friksi saat terjadi pergerakan (sebagai lubrikan/pelumas)
• Memberi nutrisi ke tulang rawan
• Mengurangi tekanan pada sendi saat beraktivitas
• Membran sinovial mempunyai sel disebut sinoviosid
• Ada 2 macam sel sinoviosid yaitu:
Sel sinoviosid fagositik: menghasilkan enzim kolagenase
Sel sinoviosid yang menghasilkan mukopolisakarida yaitu
asam hialuronat dan jumlah kecil protein cairan
yang menyusun viskositas cairan sendi
3
Indikasi Pemeriksaan Cairan Sendi
• Menegakkan diagnosis kelainan sendi:
1. Proses non inflamasi
2. Proses inflamasi
3. Sepsis
4. Proses hemoragik
• Terapi
4
Pengambilan Bahan
• Artrosintesis: aspirasi cairan sendi dengan teknik asepsis
• Persiapan: puasa 4-6 jam agar terjadi keseimbangan
antara plasma dan cairan sendi
• Volume yang diperlukan:
Keterangan Volume
Pemeriksaan makroskopis ± 1 ml
Pemeriksaan mikroskopis:
• Jumlah dan hitung jenis sel, identifikasi 2-6 ml dengan antikoagulan Na heparin
kristal
• Pemeriksaan sitologi ± 5 ml dengan antikoagulan Na heparin
Pemeriksaan kimia 1-3 ml (+ Na fluoride untuk cek glukosa)
Mikrobiologi 3-10 ml dalam tabung steril
5
• Antikoagulan paling baik untuk analisis cairan sendi: Na Heparin atau EDTA
• Litium heparin, garam oksalat, antikoagulan bubuk dan EDTA dapat
menyebabkan artefak kristal
6
Analisis Cairan Sendi
• Makroskopis
• Mikroskopis
• Kimia
• Mikrobiologi
7
Makroskopis
1. Volume
2. Warna dan kejernihan
3. Viskositas
4. Clotting (bekuan): Fibrin clot formation
5. Mucin clot
8
1. Volume
• Jumlah cairan yang terkandung di dalam persendian biasanya kecil
• Sendi lutut biasanya berisi hingga 4 ml cairan
• Meningkat inflamasi
• Biasanya dilaporkan secara bedside
• Beberapa laboratorium melaporkan volume dalam hasil pemeriksaan
makroskopis
9
2. Warna dan Kejernihan (1)
• Normal: tidak berwarna dan jernih
• Beberapa keadaan berdasarkan warna cairan
sinovial:
Kuning dan bening: khas pada efusi non inflamasi
Kuning keruh: proses inflamasi
Warna putih/keruh/milky: mungkin mengandung
kristal
Warna merah, coklat, atau xanthochromic
menunjukkan perdarahan ke dalam sendi (trauma
saat artrosintesis=traumatic tap, kelainan sendi
berupa fraktur, tumor, atau artritis traumatika)
10
2. Warna dan Kejernihan (2)
Cairan sinovial bisa mengandung
badan inklusi yaitu:
• Ochronotic shards adalah puing dari
logam dan plastik prostesis sendi
disebut ground pepper (A)
• Agregast yang disebut rice bodies
terlihat pada Rheumatoid arthritis
(RA) dan hasil degenerasi sinovial
yang kaya akan fibrin (B)
11
3. Viskositas (1)
• Normal: viskositas tinggi (sangat kental) karena mengandung banyak
asam hialuronat terpolimerisasi
• Pemeriksaan viskositas cairan sinovial: string test (falling drop test)
12
3. Viskositas (2)
• Caranya:
Lakukan artrosintesis
Jarum dilepas lalu meneteskan cairan sinovial
melalui semprit (syringe) dan diukur panjang string
yang terbentuk
N: membentuk string 3-6 cm sebelum putus.
Kadang mencapai >10 cm
13
3. Viskositas (3)
• Gangguan viskositas:
1. Viskositas menurun (tampak seperti tetesan air): inflamasi.
Inflamasi neutrofil meningkat dan menghasilkan enzim hialuronidase
menyebabkan depolimerisasi asam produksi dan sekresi hialuronat dihambat
viskositas rendah
2. Viskositas sangat meningkat (langsung membeku): ada ada fibrinogen
mungkin ada trauma punksi atau kerusakan membran synovial. Dalam keadaan
normal: cairan sendi tidak mengandung fibrinogen
14
4. Clotting (1)
• Tujuan: melihat ada/tidak bekuan dalam cairan sendi
• Normal: cairan sendi tidak mengandung fibrinogen tidak terdapat
bekuan
• Bekuan dalam cairan sendi untuk membuktikan ada/tidak fibrinogen
• Fibrinogen dalam cairan sendi menunjukkan kerusakan membran sinovial
(sehingga fibrinogen bisa masuk ke sinovial) atau adanya traumatic tap
• Menilai bekuan dengan pemeriksaan fibrin clot formation
15
4. Clotting (2)
• Penilaian fibrin clot formation:
• negatif Tidak ada fibrin: normal
• +1 Terdapat benang fibrin, bekuan <25% dari vol. cairan
• +2 Bekuan 25-50% dari vol. cairan
• +3 Bekuan 50-75% dari vol. cairan
• +4 Bekuan >75% dari vol. cairan
• Dilaporkan negatif bila tidak ada bekuan setelah 4 jam
• Bahan pemeriksaan: cairan sendi tanpa antikoagulan
16
5. Mucin clot (1)
• Disebut juga tes Rope
• Tujuan: memperkirakan integritas/kekuatan polimerisasi asam hialuronat pada
cairan sendi mucin
• Pada peradangan, terjadi gangguan produksi asam hialuronat pembentukan
mucin clot buruk atau sangat buruk
17
5. Mucin clot (2)
Mucin clot test = Rope’s test
Prinsip: protein (asam hialuronat) ditambahkan
dengan asam (asam asetat glasial) akan membentuk
presipitat
Cara melakukan:
1. Masukkan air suling 4 ml ke dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 ml cairan sendi
3. Tambahkan 0.14 ml larutan asam asetet 7N
4. Campur dengan batang pengaduk
5. Baca hasil setelah 2 jam
18
Penilaian Mucin clot test
Cara menilai:
• Normal: terbentuk presipitat
• Inflamasi asam hialuronat
tidak terbentuk tidak
terbentuk mucin clot (keruh)
19
Mikroskopis
1. Jumlah sel
2. Hitung jenis sel
3. Kristal
20
1. Jumlah Sel (1)
• Cara menghitung:
Manual kamar hitung Neubauer tanpa pengenceran
Bila cairan sendi keruh encerkan dengan NaCl fisiologis tuang ke
kamar hitung. Jangan menambahkan asam asetet akan membeku
Automated cell counter
Cairan dengan viskositas tinggi menutup apertura dan tinggi palsu
karena adanya debris dan sel jaringan. Presisi lebih baik daripada
manual
21
1. Jumlah Sel (2)
• Normal:
Jumlah leukosit <200/uL
Eritrosit: <2000/uL
• Abnormal:
Leukosit >200/uL: artritis bakterial, artritis gout akut, artritis reumatoid
Leukosit > 100.000/uL: infeksi berat
Eritrosit meningkat: trauma punksi atau suatu efusi
22
2. Hitung Jenis Sel (1)
• Cairan dibuat sediaan basah tanpa pewarnaan satu tetes cairan diteteskan pada glass
slide kemudian ditutup dengan coverslip. Lalu diperiksa dengan mikroskop low power
dan high power.
• Dapat juga diwarnai dengan pewarnaan Wright.
• Yang paling baik dilakukan dengan sitosentrifugasi atau sediaan tipis
• Cairan diinkubasi dengan hialuronidase sebelum pembuatan sediaan
• Dibuat sediaan apus dari sedimen, dipulas dengan Wright.
Strasinger SK, Di Lorenzo MS. Urinalysis and body fluids. 5th eds. F.A. Davis Company, Philadelphia. 2008
Gambaran sel cairan sendi non inflamasi
MN
PMN
27
3. Kristal (1)
• Penting: mendeteksi kristal dalam cairan sendi
• Pembentukan kristal terjadi akut, menimbulkan rasa nyeri dan inflamasi
• Pembentukan kristal o.k: kelainan metabolisme, gangguan fungsi ekskresi ginjal
sehingga terjadi peningkatan kimia yang mengalami kristalisasi, degenerasi
tulang rawan dan tulang, injeksi kortikosteroid ke dalam sendi
• Pembentukan kristal dipengaruhi oleh: pH, suhu, daya larut
• Pemeriksaan kristal harus secepat mungkin
28
3. Kristal (2)
• Cara memeriksa:
Letakkan 1 tetes cairan sendi pada kaca objek, tanpa pewarnaan sediaan basah
Tutup dengan kaca penutup
Bisa juga dibuat sediaan dan diwarnai dengan Wright
• Kristal yang perlu diaporkan:
Monosodium urat
Kalsium pirofosfat
Kolesterol
Kalsium oksalat
Hidroksi apatit
KS
• Pada pemeriksaan kristal, sangat perlu informasi klinis pasien
29
30
3. Kristal (4)
Macam-macam Kristal
Jenis kristal Klinis
Kristal monosodium Gout, pasca makan tinggi purin, peminum alkohol, kemoterapi, gangguan
urat fungsi ekskresi ginjal
Kristal pirofosfat Pseudogout, kalsifikasi tulang rawan sendi, artritis degeneratif, pekapuran
tulang rawan sendi, kelainan metaboli seperti DM, hipotiroid, hipertiroid
32
1. Pemeriksaan Glukosa
• Pemeriksaan glukosa cairan sendi harus dibandingkan dengan pemeriksaan glukosa
serum (diambil diwaktu bersamaan)
• Artinya, pemeriksaan kimia cairan sendi harus dilakukan juga dengan pemeriksaan kimia
serum (kirim cairan sendi dan serum)
• Harus sesegera mungkin. Penundaan pemeriksaan dapat menyebabkan kadar glukosa
cairan sendi menjadi rendah palsu
• Jika ditunda, gunakan antikoagulan Na F
• Normal: kadar glukosa plasma lebih tinggi 10 mg/L dibandingkan dengan glukosa cairan
sendi
• Bila glukosa plasma lebih tinggi >25 mg/dl: inflamasi pada cairan sendi
• Bila glukosa plasma lebih tinggi >40 mg/dl: sepsis
33
2. Pemeriksaan Protein total
• Protein total cairan sendi 1/4-1/3 dari kadar protein plasma
• Protein cairan sendi meningkat inflamasi: artritis reumatoid, sinovitis
akibat kristal, artritis septik
34
3. Pemeriksaan Asam Urat
• Kadar asam urat cairan sendi hampir sama dengan kadar asam urat plasma
• Peningkatan kadar asam urat yang disertai klinis gout akan memastikan
adanya Gout.
• Tidak semua pasien Gout memiliki kadar asam urat tinggi di plasma.
35
Pemeriksaan Mikrobiologi
• Rutin: pewarnaan Gram dan kultur
• Penyebab infeksi: bahteri, jamur, virus, MTB
• Bakteri penyebab: Staphylococcus 75%,, Gram negatif 50%, Gonococcus
40%
36
Karakteristik Cairan Sendi Normal
Pemeriksaan makroskospik Nilai rujukan
• Volume total 0.1 – 3.5 ml
• Warna Kuning pucat
• Kejernihan Jernih
• Viskositas Tinggi membentuk string 3-6 cm
• Bekuan spontan Tidak ada
• Kristal Negatif
37
Pemeriksaan kimia Nilai rujukan
• Glukosa Sama dengan plasma
• Asam urat Sama dengan plasma
• Protein total 1-3 g/dl
• Laktat 9-33 mg/dl
• Hialuronat 0.3-0.4 g/dl
38
Klasifikasi Penyakit Cairan Sendi Berdasarkan
Manifestasi
Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
Non Inflamasi Inflamasi Septik Hemoragik
Osteoartritis Artritis reumatoid Bakteri piogenik Trauma
Trauma Artritis psoreatik Mikrobakteria Neuroarthropati
Artritis reumatoid Sindrom Reiter Jamur Keganasan
Gout dan pseudogout Gout dan pseudogout Hemofilia
(dalam keadaan tenang) akut
Osteokondritis Artritis
Demam reumatik Demam rematik
SLE SLE
Neuroarthropi Artritis viral
39
Klasifikasi Cairan Sendi Berdasarkan Hasil
Laboratorium (1)
Pemeriksaan Normal Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
(non inflamasi) (inflamasi) (sepsis) (hemoragik)
40
Klasifikasi Cairan Sendi Berdasarkan Hasil
Laboratorium (2)
Pemeriksaan Normal Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV
(non inflamasi) (inflamasi) (sepsis) (hemoragik)
Jumlah leukosit <200 <3000 2000-50.000 20.000-150.000 <5000
(/uL)
Neutrofil (%) <25 <25 >50 >80 <50
Glukosa Mendekati Mendekati Lebih rendah dari Lebih rendah dari Mendekati
plasma plasma plasma plasma plasma
Perbedaan kadar <10 <10 >25 >25->50 <10
glukosa plasma-
cairan sendi
(mg/dl)
Kultur Negatif Negatif Negatif Positif Negatif
41
43
44
Contoh Kasus
• Warna: kuning
• Kekeruhan: keruh
• Bekuan fibrin: positif
• Tes mucin: + Kesan: sesuai untuk artritis gout
• Jumlah sel: 325 sel/ul
• Hitung jenis: PMN 11%, MN 89%
• Protein: 4.9
• Glukosa: 91
• Asam urat: 11.3
• Rheumatoid factor: <10 (n0rmal)
• Kristal: Ditemukan kristal as. Urat
45
Terimakasih
46