Anda di halaman 1dari 140

BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

HEMATOLOGI
UNTUK KELAS X, XI DAN XII ANALIS KESEHATAN

DI SUSUN OLEH :
Ahmad Ripani, S.Si
Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan

EDISI 3

HANYA DIGUNAKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN UNGGULAN HUSADA


PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN
2011
BUKU PENUNTUN PRAKTIKUM

HEMATOLOGI
UNTUK KELAS X, XI DAN XII ANALIS KESEHATAN

DI SUSUN OLEH :
Ahmad Ripani, S.Si
Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan

EDISI 3

HANYA DIGUNAKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN UNGGULAN HUSADA


PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN
2011

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah diucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya akhirnya
dapat diselesaikan juga buku Modul Praktikum Hematologi ini. Shalawat dan Salam selalu
tercurah pada Sang Pemimpin Besar Umat Manusia Nabi Besar Muhammad SAW beserta
para sahabat beliau hingga akhir nanti.
Buku Modul Praktikum Hematologi ini merupakan disusun diperuntukkan bagi
siswa-siswi kelas X, XI dan XII SMK Unggulan Husada Program Studi Analis Kesehatan
yang belajar hematologi. Buku ini diterbitkan dalam rangka memenuhi kebutuhan intensif
dan kompetensi penuh seorang analis kesehatan bagi siswa-siswi sebagai bahan acuan
pembelajaran. Seperti kita ketahui bahwa hematologi merupakan salah satu inti dalam diri
seorang profesi analis kesehatan, oleh sebab itu perlu penjabaran dalam bentuk belajar
yang lebih fokus dan intensif berupa kelas berbasis laboratorium, suatu teknik
penggabungan teori dan praktek yang dikembangkan di SMK Unggulan Husada
Banjarmasin. Dalam buku ini di bahas tentang dasar hematologi, parameter anemia,
pemeriksaan hematologi khusus, morfologi sel, faal hemostasis, Imunohematologi,
Transfusi darah dan Bank Darah. Dalam tulisan ini penulis menuangkan antara
kemampuan teori penulis yang diambil dari beberapa pustaka, pengalaman belajar
sebagai siswa SMAK, pelatihan khusus bidang Hematologi Transfusi Darah, kuliah DIII
Analis Kesehatan, Kuliah S1 Teknologi Laboratorium Kesehatan serta pengalaman penulis
selama bekerja di laboratorium RSUD. dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin di
Banjarmasin.
Dalam kesempatan ini pula penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala
Sekolah SMK Unggulan Husada Banjarmasin beserta dewan guru yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk bereksplorasi, berpendapat, membahas, studi pustaka hingga
proses editing sehingga buku modul praktikum hematologi ini dapat selesai dan berguna
bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya.
Akhir kata penulis, hanya berharap semoga Buku Modul Praktikum Hematologi ini
bermanfaat bagi kita semua dalam pemanfaatan keilmuan bidang hematologi di
laboratorium kesehatan sehari-hari.

Penulis

Ahmad Ripani, S.Si


Teknologi LabKes

3
PERATURAN LABORATORIUM HEMATOLOGI

1. Setiap Siswa wajib menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti jas
laboratorium, sepatu, masker, sarung tangan karet dan lainnya selama
melakukan praktikum di laboratorium. Apabila tidak menggunakan akan
dikeluarkan dari laboratorium.
2. Setiap siswa wajib mempersiapkan peralatan dan kotak praktek sebelum
memasuki laboratorium.
3. Setiap siswa wajib membaca dan mempelajari materi praktikum yang akan
dilakukan.
4. Sebelum praktikum dilakukan akan diberikan penjelasan oleh guru praktek dan
akan dilakukan responsi berupa pre test dan atau post.
5. Setiap siswa membuat laporan setelah melakukan praktikum dan dikumpul
paling lambat 4 hari setelahnya.
6. Setiap siswa wajib membersihkan dan merawat laboratorium hematologi baik
peralatan, meja, kursi, reagensia dan lantai ruangan.
7. Setiap siswa wajib mengerti dan menerapkan kewaspadaan universal terhadap
bahaya dan kecelakaan selama praktikum di laboratorium. Menganggap
semua bahan spesimen darah adalah infeksius.
8. Setiap siswa yang mengalami kecelakaan di laboratorium wajib lapor dengan
guru pembimbing.
9. Siswa yang tidak mengikuti praktikum satu kali, wajib mengganti di hari lain
dan tidak diperkenankan mengikuti ujian akhir apabila tidak mengikuti
praktikum secara keseluruhan.
10. Tidak diperkenankan makan dan minum di laboratorium. Dilarang keras
merokok dan minuman keras.
11. Sebelum dan sesudah bekerja wajib mencuci tangan dengan sabun dan air
kran mengalir.

4
SILABUS UMUM MATERI PRAKTIKUM HEMATOLOGI

KELAS X KELAS XI
SEMESTER II SEMESTER III
1. Perkenalan Alat dan Reagensia 1. Retikulosit dan Eritrosit (Hapusan)
Laboratorium Hematologi 2. Retikulosit dan Eritrosit II (Direk)
2. Pengambilan darah vena dan kapiler 3. Parameter Anemia (Hemoglobin
3. Hemoglobin Sahli Cyanmet, Eritrosit, Hematokrit, MCV,
4. Hitung leukosit MCH, MCHC, Retikulosit, CI, VI, SI)
5. Hitung eritrosit 4. Osmotik Fragility Dacie
6. Hitung eosinofil 5. Osmotik Fragility Spektrofometer
7. LED (Na.Citrat 3,8%) dan NaCl 0,9% 6. Pembuatan Kurva Standar Hemoglobin
8. Diff. Count (Giemsa) - mengenal sel 7. Parameter Anemia (Hb Cyanmet,
9. Diff. Count (Giemsa) – menghitung sel Eritrosit, Hematokrit, MCV, MCH, MCHC)
10. Hematokrit makro dan mikro 8. Darah Rutin I
11. Pengambilan darah tabung vakum 9. Darah Rutin II
12. Review Praktikum I 10. Review Praktikum I
13. Review Praktikum II 11. Review Praktikum II
14. Review Praktikum III 12. Review Praktikum III
15. Review Praktikum IV 13. Review Praktikum IV

KELAS XI KELAS XII


SEMESTER IV SEMESTER V
1. Rumple Leede dan Trombosit Rees Ecker 1. Morfologi Sel-Sel Eritrosit
2. Parameter Hemostasis (BT, CT, Trombosit 2. Morfologi Sel-Sel Eritrosit II
Amonium Oxalat 1%) 3. Sel-Sel Muda
3. BT, CT dan Rumple Leede 4. Sel-sel Muda
4. Trombosit Fonio dan Rees Ecker 5. Golongan darah ABO dan Reverse Group
5. Protrombine Time dan aPTT (RS) (Slide dan Tabung)
6. Hematology Analyzer (di RS) 6. Rhesus dan Antiglobulin (Slide dan
7. Diff. Count (Pulas Tanding Wright-Giemsa) tabung)
dan Leukosit (Tabung) 7. Cross Match (Slide dan tabung)
8. Darah Rutin 8. Cross Match (Slide dan Tabung)
9. Parameter Anemia 9. Cross Match (Slide dan Tabung)
10. Morfologi Sel-sel Darah 10. Review Praktikum I
11. Review Praktikum I 11. Review Praktikum II
12. Review Praktikum II 12. Praktikum di UTD PMI Banjarmasin
13. Review Praktikum III 13. Praktikum di BDRS RSUD Ulin

KELAS XII
SEMESTER VI TAMBAHAN
1. Darah Rutin (Hemoglobin Cyanmet, Hitung 1. Praktek di Laboratorium Rumah Sakit
leukosit, LED, Diff. Count, Hematokrit) 2. Praktek di BDRS
2. Parameter Anemia (Hemoglobin, Eritrosit, 3. Praktek di UDD PMI
hematokrit, Retikulosit) 4. Kunjungan Ilmiah
3. Hemostasis (Bleeding Time, Clotting Time, 5. Praktek Kerja Industri
Trombosit) 6. Kegiatan Lainnya.
4. Osmotik Fragility
5. Eosinofil dan Diff. Count
6. Diff. Count dan Hapusan Darah
7. Review Praktikum I
8. Review Praktikum II
9. Review Praktikum III
10. Review Praktikum IV
11. Review Praktikum V
12. Ujian Akhir

5
DAFTAR ISI

halaman

SAMPUL .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ......... ...................................................................................... 3
PERATURAN LABORATORIUM HEMATOLOGI ..................................................... 4
SILABUS UMUM PRAKTIKUM HEMATOLOGI ....................................................... 5
DAFTAR ISI ............................................................................................................ 6
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 7
BAB II DARAH DAN KOMPONENNYA ......................................................... 9
BAB III PENGAMBILAN DARAH .................................................................... 12
BAB IV ANTIKOAGULAN ................................................................................ 19
BAB V HEMOGLOBIN ................................................................................... 22
BAB VI HITUNG LEUKOSIT ........................................................................... 25
BAB VII HITUNG ERITROSIT .......................................................................... 30
BAB VIII HITUNG JENIS LEUKOSIT ................................................................ 35
BAB IX LAJU ENDAP DARAH (LED)............................................................... 44
BAB X HITUNG EOSINOFIL .......................................................................... 46
BAB XI HEMATOKRIT ..................................................................................... 49
BAB XII INDEKS ERITROSIT .......................................................................... 51
BAB XIII RETIKULOSIT .................................................................................... 53
BAB XIV FRAGILITAS OSMOTIK ...................................................................... 57
BAB XV HITUNG TROMBOSIT ........................................................................ 61
BAB XVI PARAMETER FAAL HEMOSTASIS .................................................... 70
BAB XVII BLEEDING TIME................................................................................. 72
BAB XVIII CLOTTING TIME................................................................................. 74
BAB XIX APTT ................................................................................................... 76
BAB XX PPT ..................................................................................................... 78
BAB XXI TROMBINE TIME ................................................................................ 79
BAB XXII RECALCIFIKASI TEST ....................................................................... 80
BAB XXIII CLOT RETRACTION, KONSISTENSI & VOLUME CAIRAN BEKUAN 81
BAB XXIV HEMATOLOGY ANALYZER ............................................................... 82
BAB XXV PEWARNAAN SITOKIMIA HEMATOLOGI .......................................... 84
BAB XXVI SEL LUPUS ERITHEMATOSUS ......................................................... 87
BAB XXVII EVALUASI HAPUSAN DARAH ........................................................... 89
BAB XXVIII KELAINAN ERITROSIT....................................................................... 91
BAB XXIX KELAINAN LEUKOSIT ........................................................................ 95
BAB XXX GOLONGAN DARAH ABO .................................................................. 98
BAB XXXI RHESUS ............................................................................................. 101
BAB XXXII PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH STANDAR UDD PMI .............. 103
BAB XXXIII REAKSI SILANG SERASI (CROSSMATCH) ....................................... 113
BAB XXXIV UJI COOMBS ...................................................................................... 119
BAB XXXV VALIDASI REAGENSIA BDRS/UTDRS .............................................. 121
BAB XXXVI PEMELIHARAAN PERALATAN HEMATOLOGI .................................. 125
BAB XXXVII PENUTUP ........................................................................................... 126
LAMPIRAN ............................................................................................................ 127
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 132

6
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. HEMATOLOGI
I.1. 1 Definisi
Hematologi berasal dari kata “Hema atau Hematos atau Heme atau Hemos” yang
berarti darah, “Logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Jadi Hematologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang darah dan komponen sel-sel darah dan komponen plasma yang
terkandung didalamnya. Hematologi yang akan dipelajari meliputi : Hematologi dasar,
Hematologi II (anemia dan hemostasis), Hematologi III (leukemia dan sel-sel muda) dan
Hematologi Transfusi Darah. Umumnya Hematologi transfusi darah telah dipisahkan
menjadi sebuah ilmu tersendiri yaitu Ilmu Transfusi Darah. Sejak dahulu para ilmuan
sudah mempelajari tentang darah, baik memeriksa langsung darah dengan mikroskop,
maupun menambahkan suatu larutan pereaksi tertentu kemudian akan terjadi hasil reaksi
atau memisahkan sel-sel darah. Perkembangan ilmu hematologi sejak dahulu
berkembang pesat, mulai dari teknik manual, konvensional, hematologi sitokimia,
penghitungan sel menggunakan alat canggih, hingga teknik molekuler sel-sel darah.
Hingga saat ini hematologi merupakan bagian ilmu laboratorium klinik yang paling
berperan dalam mengetahui penyakit-penyakit akibat kelainan darah dan merupakan
pemeriksaan penyaring utama pada setiap pasien yang akan menjalani general check up.

I.1.2 Fungsi Pemeriksaan Hematologi


Hematologi dalam laboratorium klinik di rumah sakit mempunyai fungsi dan
peranan sebagai berikut :
1. Sebagai penyaring (screening test) suatu penyakit.
2. Sebagai penunjang diagnosis suatu penyakit.
3. Sebagai pelengkap diagnosis suatu penyakit.
4. Sebagai penegak diagnosis suatu penyakit.
5. Sebagai differensial diagnosis suatu penyakit.
6. Sebagai follow up suatu penyakit.
7. Sebagai prognosis suatu penyakit.
Pemeriksaan penyaring tunggal misalnya hemoglobin, sedangkan penyaring ganda
misal hematology Analyzer. Pemeriksaan hematologi merupakan pintu gerbang pertama
seorang klinisi dalam mendiagnosis suatu penyakit pada seseorang, yang akan dilanjutkan
dengan parameter laboratorium lainnya. Kadang suatu diagnosis baru dapat ditegakkan
apabila telah dilakukan pemeriksaan hematologi, namun juga pemeriksaan hematologi
akan berfungsi sebagai diagnosis banding apabila terdapat keyakinan klinisi bahwa
terdapat kesamaan penyakit yang perlu bantuan pemeriksaan hematologi untuk
membedakannya. Hal lain yang terakhir, bahwa pemeriksaan hematologi dapat digunakan
untuk mengetahui evaluasi hasil pengobatan dan perjalanan penyakit yang diderita oleh
seseorang.

I.1.3 Parameter Hematologi


Secara umum panel parameter pemeriksan hematologi dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :
1. Darah Rutin.
Pemeriksaan meliputi : hemoglobin, hitung eritrosit, hitung leukosit, LED, hitung jenis
leukosit dan beberapa literatur menambahkan hitung trombosit dan hematokrit. Ada
beberapa literatur mengatakan bahwa LED bukan termasuk kelompok darah rutin,
namun pemeriksaan hematologi indikasi.
2. Parameter Anemia.
Pemeriksaan meliputi : hemoglobin, hitung eritrosit, hitung leukosit, hematokrit (PCV),
MCV, MCH, MCHC, hitung retikulosit, kadar besi, TIBC, Osmotik fraglity, gambaran
darah tepi.

7
3. Parameter Leukemia
Pemeriksaan meliputi : hemoglobin, hitung leukosit, hitung jenis leukosit, hitung
eosinofil, pewarnaan peroksidase, pewarnaan PAS, pewarnaan Sudan Black dan
gambaran darah tepi.
4. Faal Hemostasis.
Pemeriksaan meliputi : hitung trombosit, rumple leede, bleeding time, clotting time,
plasma protrombin time, serum protrombin time, aPTT/kPTT, clot retraction test,
trombin time, titer fibrinogen, rekalsifikasi, D-dimer dan lainnya.
5. Hematologi Khusus.
Pemeriksaan khusus dan tidak lazim dikerjakan dalam sehari-hari. Pemeriksaan
meliputi : sel LE, Pulasan Hemosiderin, pemeriksaan sumsum tulang (oleh tenaga
ahli), hitung CD4+ dan lainnya.

I.1.4 Teknik Pemeriksaan Hematologi


Pemeriksaan hematologi dalam perkembangannya dilakukan dengan 3 teknik
pemeriksaan yaitu :
1. Manual
Pemeriksaan hematologi menggunakan peralatan yang manual, sederhana,
konvensional dan pembacaan secara visual atau menggunakan alat bantu.
Contohnya : pemeriksaan hemoglobin cara sahli dan cara tallquist.
2. Semiotomatis
Pemeriksaan hematologi menggunakan peralatan yang manual, peralatan agak
canggih dan teknik pembacaan sudah menggunakan peralatan pengukuran.
Contohnya : pemeriksaan hemoglobin cara cyanmethemoglobin menggunakan
fotometer.
3. Otomatis
Pemeriksan hematologi yang telah menggunakan peralatan otomatis sehingga darah
yang diperiksa langsung dianalisa suatu alat dan hasil telah dapat dibaca setelah
beberapa menit. Contohnya : pemeriksaan menggunakan alat hematology analyzer.

I.1.5 Spesimen Pemeriksaan Hematologi


Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan hematologi umumnya adalah darah
penuh (whole blood), namun juga digunakan hanya komponen sel-sel, plasma atau serum
dan cairan sumsum tulang. Spesimen diperoleh dengan melakukan pengambilan darah
(flebotomi) umumnya pada vena dan kapiler, serta punksi/aspirasi pada cairan sumsum
tulang belakang. Darah yang diperoleh ditampung dan diawetkan menggunakan
antikoagulan agar tidak membeku atau dibiarkan membeku untuk memperoleh serum.
Analis kesehatan hanya diberikan tentang tata cara pemeriksaan spesimen dari darah
vena dan kapiler.

8
BAB II
DARAH DAN KOMPONENNYA

II.1 DARAH
II.1.1 Pengertian
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain karena
berada dalam konsistensi cair, beredar dalam pembuluh darah untuk menjalankan fungsi
transport berbagai bahan didalam tubuh manusia. Darah merupakan jaringan yang unik,
karena merupakan suatu jaringan yang bersentuhan dengan hampir seluruh jaringan
tubuh. Volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar
5 liter, darah terdiri atas sel-sel, pecahan-pecahan sel dan suatu larutan bersifat cair yaitu
plasma. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri atas sel-sel darah.
Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu :
1. Plasma darah, bagian cairan darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit,
protein darah dan sebagian kecil glukosa dan sisa metabolisme protein.
2. Butir-butir darah (blood corpuscles) yang terdiri atas sel darah merah (erythrocyte), sel
darah putih (leukocyte), serta sel pembeku darah (thrombocyte/platelet).
Eritrosit merupakan sel terbanyak dalam darah. Leukosit dan trombosit walaupun
secara fungsional sangat esensial, tapi hanya merupakan sebagian kecil saja dari darah
secara keseluruhan. Komponen utama plasma darah adalah air, elektrolit dan protein.
Protein yang terlarut meliputi : Albumin, globulin (alfa globulin, beta globulin dan gamma
globulin), fibrinogen, protrombin, asam amino dan polipeptida lainnya.
Darah yang beredar dalam sirkulasi tubuh merupakan gambaran kondisi tubuh dan
metabolisme tubuh, misal : meningkatnya jumlah leukosit menandakan adanya radang
atau infeksi, perdarahan yang tidak berhenti menandakan adanya defisiensi faktor
pembekuan darah dan menurunnya kadar hemoglobin menandakan anemia. Dalam darah
dapat di analisis zat-zat terlarut sebagai penanda kelainan tubuh.

II.1.2 Sifat Fisika Darah


Darah normal bersifat sedikit alkali dengan rata-rata pH 7,4 atau berkisar antara
7,35 - 7,45. Berat jenis (BJ) darah berkisar antara 1.045 – 1.075 (air murni BJ = 1.000)
tergantung kandungan dan komposisi protein dalam darah. Jumlah darah total dalam
tubuh bervariasi dari 1/12 sampai 1/14 dari berat badan dengan rata-rata 1/13,5 dari berat
badan. Darah berwarna merah karena kandungan hemoglobin pada setiap sel eritrosit,
namun apabila dibiarkan mengendap maka akan terpisah menjadi dua bagian yaitu :
bagian padata berupa sel yang berwarna merah dibagian bawah dan cairan plasma
bening berwarna kuning.

II.1.3 Fungsi Darah


Darah mempunyai berbagai fungsi di dalam tubuh yaitu :
1. Respirasi, sebagai media transportasi dengan membawa oksigen (O2) dari paru ke
jaringan dan membawa CO2 dari jaringan ke paru.
2. Nutrisi, membawa sari makanan.
3. Ekskresi, mengangkut zat sisa-sisa metabolit menuju ginjal dan paru-paru untuk
dikeluarkan dari tubuh.
4. Pengaturan suhu tubuh melalui distribusi panas.
5. Pemeliharaan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit.
6. Pengaturan asam basa / pH darah.
7. Mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi
8. Mekanisme sistem antibodi dan penolakan jaringan asing.
9. Mekanisme faal hemostasis.
10. Darah mentransfer hormon dan vitamin ke sel untuk mengatur proses metabolisme di
dalam sel.

9
II.2 KOMPONEN DARAH
II.2.1 Plasma dan Serum
Plasma adalah bagian darah yang cair tanpa sel-sel darah yang mengandung
substansi dengan berat molekul kecil dan besar terlarut, warnanya bening kekuning-
kuningan. Hampir 90% dari plasma darah terdiri atas air. Plasma diperoleh dengan
memutar sel darah, plasma diberikan secara intravena untuk mengembalikan volume
darah.
Di luar sistem vaskuler darah dapat tetap cair bila fibrinogen dikeluarkan atau bila
darah dibubuhi antikoagulan yang mencegah pembekuan dengan cara mengikat kalsium
atau menghambat trombin dan mencegah perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Plasma
segar mengandung semua jenis protein yang ada di dalam sirkulasi.
Apabila darah dikeluarkan dari tubuh maka segera terjadi bekuan yang terdiri atas
unsur terbentuk dan cairan kuning jernih yang disebut serum. Serum sebenarnya
merupakan plasma tanpa fibrinogen dan protrombin (protein). Apabila pembekuan dicegah
maka perbandingan antara unsur terbentuk yang sebagian besar merupakan sel-sel darah
merah, dan plasma adalah sekitar 40-50%. Pada laki-laki dewasa perbandingan ini
tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.

Tabel 1. Perbedaan cairan darah plasma dan serum


Ciri Plasma Serum
Warna Agak kuning, jernih Agak kuning, jernih
Kekentalan Lebih kental dari air Lebih kental dari air
Antikoagulan Perlu Tidak perlu
Fibrinogen Masih ada Tidak ada lagi
Protrombin Masih ada Tidak ada lagi
Serat fibrin Tidak ada Ada dalam gumpalan
Pemisahan sel Pemusingan Penggumpalan spontan
Sel terkumpul dalam Endapan (sedimen) Gumpalan
Suspensi kembali sel Dapat Tidak dapat
Trombosit Banyak Sedikit sekali
Antikoagulan Ya Tidak

Dari tabel ini, tampak jelas bahwa plasma tidak dapat dibedakan dengan serum
secara kasat mata saja, selain itu sel-sel yang terpisah dalam proses pembuatan plasma
atau serum berada dalam keadaan yang berbeda. Plasma memisakan sel darah dalam
bentuk endapan sel utuh.
Bagian cairan yang merupakan plasma atau serum mengandung bermacam-
macam zat yang dapat dikategorikan dalam beberapa golongan yaitu :
1. Golongan lemak atau lipid (kolesterol, trigliserida).
2. Golongan karbohidrat (glukosa).
3. Golongan protein (albumin, globulin, fibrinogen).
4. Golongan enzim (amilase, transaminase, LDH, CPK).
5. Golongan hormon (insulin, adrenalin, estrogen).
6. Golongan vitamin (vitamin A, vitamin K, vitamin B).
7. Golongan mineral (zat besi, kalium, Natrium, chlorida).
8. Golongan zat warna (bilirubin).
9. Golongan ampas metabolik (urea, kreatinin, asam urat).
Sedangkan protein plasma merupakan protein yang banyak mengandung albumin,
globulin dan fibrinogen. Protein darah memegang peranan penting dalam hampir semua
proses fisiologis yaitu :
1. Sebagai proses enzimatik
2. Sebagai proses transport dan penyimpanan
3. Sebagai proses pergerakan

10
4. Pencetus dan penghantar impuls pada sel saraf
5. Proses immunologis
6. Fungsi mekanik
7. Mengatur proses pertumbuhan dan diferensiasi.

II.2.2 Eritrosit
Sel darah merah (eritrosit) merupakan salah satu sel yang paling sederhana pada
tubuh, berupa cakram kecil bikonkaf, cekung pada kedua sisinya, sehingga dilihat dari
samping tampak seperti dua buah bulan sabit yang saling bertolak belakang. Bikonkafitas
memungkinkan gerakan oksigen masuk keluar sel secara cepat dengan jarak yang
pendek antara membran dan inti sel. Eritrosit berwarna kuning kemerah-merahan, karena
di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Eritrosit merupakan sel
dengan struktur yang tidak lengkap, sel ini hanya terdiri atas membran dan sitoplasma
tanpa inti sel.
Komponen eritrosit terdiri atas membran eritrosit, sistem enzim, hemoglobin. Sel
darah merah mampunyai fungsi sebagai transpor hemoglobin, yang selanjutnya membawa
oksigen dari paru-paru ke jaringan. Rata-rata panjang hidup eritrosit kira-kira 115 - 120
hari. Dalam keadaan normal, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah, sifat ini
memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan. Apabila sel
darah merah sulit berubah bentuknya, maka sel tersebut tidak dapat bertahan selama
peredarannya dalam sirkulasi. Nilai normal eritrosit laki-laki : 4,6 - 6,2 juta/mm3 dan
perempuan : 4,2 - 5,4 juta/mm3.

II.2.3 Leukosit
Sel darah putih (leukosit) bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar
daripada eritrosit, tetapi jumlah lebih sedikit. Dalam milimeter kubik darah terdapat 6.000 -
10.000 sel. Berperan dalam sistem pertahanan tubuh, lekosit dibentuk sebagian dalam
sumsum tulang (granulosit dan monosit), sebagian dalam limfe (limfosit dan sel plasma).
Fungsi umum leukosit dalam mempertahankan tubuh terhadap penyusupan benda
asing yang selalu dipandang mempunyai kemungkinan untuk mendatangkan bahaya bagi
kelangsungan hidup individu. Fungsi granulosit dan monosit untuk melakukan fagositosis
benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Fungsi limfosit bertanggung jawab dalam
respon imunitas seluler dan respons imunitas humoral.

II.2.1 Trombosit
Trombosit berupa sel keping darah yang berukuran 3 - 4 mikron yang berasal dari
pecahan sitoplasma Megakariosit. Trombosit mempunyai peranan penting dalam
hemostasis yaitu pembentukan dan stabilisasi sumbat trombosit, pembentukan sumbat
trombosit terjadi melalui beberapa tahap yaitu adhesi trombosit, agregasi trombosit dan
reaksi pelepasan. Trombosit berfungsi penting dalam usaha tubuh untuk mempertahankan
keutuhan jaringan bila terjadi luka, sehingga tidak kehilangan darah dan terlindungi dari
penyusupan sel asing. Nilai normal trombosit adalah 150.000 - 450.000 per milimeter
kubik darah.

11
BAB III
PENGAMBILAN DARAH

III.1 PENDAHULUAN
III.1.1 Pengertian
Pengambilan darah di laboratorium sering diasumsikan dengan nama flebotomi.
Flebotomi (bahasa inggris : phlebotomy) berasal dari kata Yunani phleb dan tomia. Phleb
berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti mengiris/memotong (“cutting”). Dahulu
dikenal istilah venasectie (Belanda), venesection atau venisection (Inggris). Jadi tidaklah
tepat karena flebotomi sebenarnya diarahkan pengambilan darah dengan cara vena seksi
(vena section) dan tidak sempit maknanya juga karena mencakup darah vena, kapiler dan
darah arteri. Pengambilan darah umumnya yang diberikan kepada analis kesehatan hanya
untuk memperoleh spesimen darah yang berasal dari vena dan kapiler, namun tidak
masuk dalam kurikulum mata pelajaran khusus yang mandiri, tetapi melekat pada
hematologi. Hal ini memberikan sinyal bahwa pengambilan darah hanya untuk membantu
analis kesehatan untuk memperoleh darah, bukan menjadi suatu keahlian profesional.
Umumnya praktek awal pengambilan darah menggunakan suatu alat peraga phantom
(suatu alat peraga yang dikondisikan mirip dengan vena manusia) dan setiap orang dapat
mencobanya. Pengambilan darah selain bertujuan mengambil darah secara aman, juga
harus memperhatikan etika dalam berkomunikasi dengan pasien, oleh sebab itu perlunya
penjelasan petugas kepada pasien agar pasien merasa tenang saat akan dilakukan
pengambilan darah. Petugas pengambilan darah pun harus menggunakan alat pelindung
diri, agar terlindung dari resiko penularan penyakit infeksi melalui darah.

III.1.2 Pengambilan Darah Kapiler


Cara ini digunakan bila jumlah darah yang digunakan atau dibutuhkan sedikit yaitu
kurang dari 0,5 ml darah. Biasanya digunakan hanya untuk satu atau dua macam
pemeriksaan saja. Misalnya hanya untuk hemoglobin, hapusan darah, eritrosit atau hitung
leukosit. Secara umum tidak ada perbedaan yang bermakna antara darah kapiler dan
darah vena sebagai spesimen pemeriksaan hematologi, asalkan proses pengambilannya
mengikuti ketentuan yang baku dan tidak tercampur cairan jaringan atau alkohol 70%
antiseptik.
Pengambilan darah kapiler diindikasikan pada pada keadaan tertentu, seperti :
neonatus, bayi prematur, luka bakar luas, gemuk, pasien dengan kecenderungan
trombosis dan pasien dengan gangguan darah perifer.

Gambar 1. Pengambilan darah kapiler menggunakan


autoclix pada jari tangan.

III.1.2.1 Alat dan Reagensia


1. Blood lancet atau Autoclix dan sebaiknya disposable pemakaiannya (single use only)
untuk menghindari penularan penyakit dan ketajaman mata lancet tetap baik dan
tajam. Kedua jenis alat ini cukup untuk menembus kulit dengan kedalaman antara 1 –
3 mm.
2. Kapas atau tissue kering
3. Kapas Alkohol 70%

12
III.1.2.2 Lokalisasi
Tempat penusukan bisa dipilih dari ujung jari tangan, cuping telinga, dan untuk bayi
biasanya dari ujung jari kaki atau sisi lateral tumit. Jangan menusuk pada bagian tangan
bayi karena akan tertusuk tembus hingga ke tulang sehingga akan menyebabkan
kerusakan jaringan tulang pada bayi. Dalamnya tusukkan maksimal 2,5 mm, karena bila
melebihi pada bayi akan terkena tulang kalkaneus. Tempat yang dipilih tidak boleh terlihat
adanya gangguan peredaran darah seperti cyanosis (kebiruan) atau pucat.

III.1.2.3 Teknik kerja


1. Tempat yang akan ditusuk harus diberi dengan antiseptik Alkohol 70%, lalu dibiarkan
kering. Dapat juga menggunakan antiseptik Tincture Iodium 1%
2. Kulit setempat ditegangkan dengan memijat antara dua jari
3. Penusukkan dilakukan dengan gerakkan yang cepat dan tepat sehingga terjadi luka
yang dalamnya 3 mm. Pada jari tusuklah dengan arah tegak lurus pada garis – garis
sidik jari kulit dan jangan sejajar. Bila memakai anak daun telinga (cuping telinga),
tusuklah pinggirnya, bukan sisinya. Tusukkan harus cukup dalam supaya darah
mengalir keluar dengan mudah.
4. Tetesan darah pertama harus dihapus dengan kapas atau tissue bersih dan kering
karena ini mungkin tercampur dengan alkohol.
5. Tetesan darah yang keluar selanjutnya dapat digunakan untuk pemeriksaan
hematologi.

III.1.2.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan


 Sebelum dilakukan penusukan harus diperhatikan tempat-tempat yang tidak boleh
diambil yaitu adanya peradangan, bekas luka dermatitis, oedema. Pada penderita
yang pucat atau Cyanosis perlu dipijat-pijat dan digosok-gosok atau direndam dalam
air hangat dulu supaya peredaran darah setempat mejadi lebih baik.
 Penusukan pada ujung jari sebaiknya dilakukan pada sisi karena rasa nyeri
berkurang.
 Jangan menekan atau memeras jari atau cuping telinga untuk mendapatkan darah
yang cukup, darah yang diperas semacam ini bercampur dengan cairan jaringan dan
menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan.
 Pada cuping telinga yang tidak boleh diambil yaitu daerah yang dekat dengan anting,
pada pengambilan darah pada cuping telinga tidak terlalu nyeri,
 Perlu diperhatikan kalau terjadi pendarahan pada cuping ini sukar untuk dihentikan
oleh karena itu bagi penderita tersangka pendarahan tidak boleh dilakukan penusukan
dicuping telinga.

III.1.2.5 Kesulitan
Bila kulit sekitar luka tak kering karena alkohol atau keringat, maka tetesan darah
yang keluar tak dapat mengumpul pada tempat itu, melainkan segera menyebar
disekitarnya, sehingga darah tidak dapat diperoleh secara sempurna.

III.1.3 Pengambilan darah vena


Darah vena diperoleh dengan jalan punksi vena. Jarum yang digunakan untuk
menembus vena itu hendaknya cukup besar, sedangkan ujungnya harus runcing , tajam
dan lurus. Dianjurkan untuk memakai jarum dan semprit yang disposable; semprit
semacam itu biasanya dibuat dari semacam plastik. Baik semprit maupun jarum
hendaknya dibuang setelah dipakai, janganlah disterilkan lagi guna pemakaian berulang.
Semprit yang banyak dipakai untuk pemeriksaan hematologi ialah yang mempunyai
volume 2 dan 5 ml. Dianjurkan pula menggunakan “jarum – jarum steril“. Teknik
pengambilan menggunakan tabung hampa (vacutainer, venoject) yakni jarum yang
diperlengkapi dengan tabung gelas hampa udara; pada waktu melakukan pungsi vena,

13
darah terisap ke dalam tabung itu. Alat ini dapat digunakan 1 kali saja. Memakai jarum –
tabung ini ada keuntungan tambahan karena darah yang diperoleh dalam keadaan tidak
terkontaminasi.

III.1.3.1 Alat dan Reagensia :


1. Jarum dan semprit atau tabung vakum dilengkapi jarum dan holder.
Jarum harus cukup besar, ujungnya runcing, tajam dan lurus dan hendaknya dibuang
setelah dipakai (dispossible).
2. Tourniquet
Bila tidak ada tourniquet dapat digunakan pembalut dari tensimeter atau selang karet
yang lunak (lebar ± 5 cm).
3. Botol penampung darah
Kering dan tertutup, untuk keperluan mikrobiologi harus steril. Volumenya tidak terlalu
besar untuk jumlah darah yang akan ditampung dan diberi label.
4. Kapas bersih beralkohol 70 % sebagai antiseptik
5. Bantalan
Sebagai pengganjal atau penopang tangan (jika diperlukan)

III.1.3.2 Lokalisasi
Vena yang cukup besar dan letaknya superficial (permukaan)
merupakan yang ideal sebagai vena yang akan ditusuk. Pada
orang dewasa dapat menggunakan : vena diffosa cubiti, vena
cephalica, vena cephalica mediana, vena basilica atau vena
basilica mediana. Pada kondisi lain dapat juga menggunakan vena
pada tangan, dimana biasanya perawat memasang infus, namun
harus berhati – hati karena resiko tertusuk tulang sangat besar.
Anak-anak dan bayi bila mengalami kesulitan dapat menggunakan
vena Jugularis Externa (lebar), vena Femoralis (paha) dan atau
vena Sinus sagitalis Superior (kepala), namun harus
berpengalaman dan ahli dalam pengambilan darah.
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena
median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat
dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya.
Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya
berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah
dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan
dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.

III.1.3.3 Teknik Kerja


1. Alat-alat yang diperlukan disiapkan di meja kerja.
2. Keadaan pasien diperiksa, diiusahakan pasien tenang begitu pula petugas pengambil
darah (phlebotomis).
3. Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang tidak
terlihat dibantu dengan palpasi (perabaan).
4. Daerah vena yang akan ditusuk diperhatikan dengan seksama terhadap adanya
peradangan, dermatitis atau bekas luka, karena mempengaruhi hasil pemeriksaan.
5. Tempat penusukan beri antiseptik dengan Alkohol 70 % dan dibiarkan kering
6. Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari lipatan
tangan.
7. Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak.

14
8. Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45o – 60o sampai
ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan berkurangnya tekanan dan
masuknya darah ke ujung plastik jarum.
9. Holder ditarik perlahan-lahan sampai volume darah yang diinginkan apabila
menggunakan syringe. Apabila menggunakan tabung vakum, tabung diambil dan
ditusukkan pada ujung lain dari jarum tadi, maka darah akan masuk dengan
sendirinya.
10. Torniquet dilepas pada lengan.
11. Kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri, lalu jarum ditarik.
12. Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 menit pada tempat tusukan.
Setelah itu direkatkan kapas menggunakan plester.
13. Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan kedalam botol
penampung melalui dinding secara perlahan. Bila menggunakan antikoagulan, segera
perlahan-lahan dicampur. Untuk tabung vakum segera dikocok perlahan untuk
mencampurkan darah dengan zat aditif didalamnya.

III.1.3.4 Hal – hal yang perlu diperhatikan


1. Pastikan petugas telah menggunakan alat pelindung diri (APD) : jas laboratorium,
masker, sarung tangan karet dan penutup kepala.
2. Pasien yang takut harus ditenangkan dengan memberi penjelasan mengenai apa yang
akan dilakukan, maksud beserta tujuannya.
3. Pada pasien anak, perlu di fiksasi tangannya dengan petugas lain agar tidak bergerak
pada saat penusukan.
4. Vena yang kecil terlihat sebagai garis-garis biru biasanya sukar digunakan
5. Untuk vena yang tidak dapat ditentukan karena letaknya yang dalam, usaha coba-
coba dilarang untuk dilakukan
6. Pembendungan yang terlalu lama jangan dilakukan karena dapat mengakibatkan
hemokonsentrasi setempat.
7. Hematoma, yaitu keluarnya darah dibawah kulit dalam jaringan pada kulit disekitar
tusukkan akan terlihat berwarna biru, biasanya akan terasa nyeri, perintahkan pasien
untuk mengompresnya dengan air hangat beberapa menit atau beberapa hari sampai
sakitnya hilang.

III.2 PERALATAN PENGAMBILAN DARAH


III.2.1 Kode Warna Jarum
Jarum yang digunakan untuk pengambilan darah bermacam - macam ukurannya.
Untuk itu perlu diketahui dan dipilih jenis jarum yang akan digunakan serta disesuaikan
dengan volume yang akan diambil dan pasien yang akan diambil darah. Semakin besar
nomor jarum, maka semakin kecil diameter lubang jarum. Kode warna jarum dapat dilihat
pada plastik holder jarum yang akan disambungkan dengan spuit/semprit/syringe atau
tabung vakum.

Gambar 3. Ukuran jarum dengan kode warna pada


plastik holder.

Jarum no. 27 G dengan warna merah jambu berukuran paling kecil, diikuti jarum
No. 25 G warna kuning, jarum no. 24 G berwarna ungu, jarum no. 23 G biru, jarum no. 22

15
berwarna hitam, jarum no. 21 berwarna hijau, jarum no.20 kuning krim, jarum no.18 putih
dan lainnya.
Untuk pemeriksaan hematologi biasanya digunakan jarum no. 21, 22 dan 23 pada
orang dewasa dan anak, sedangkan pada bayi digunakan no.27 dan 25 G.

III.2.2 Ukuran Syringe (Spuit/Semprit)


Syringe yang tersedia dipasaran beragam ukuran mulai 1 ml, 3 ml, 5 ml, 10 ml,
hingga 20 ml. Untuk pemeriksaan hematologi idealnya menggunakan syringe ukuran 1 ml,
3 ml dan 5 ml. Hal ini karena dalam pemeriksaan hematologi tidak terlalu banyak
menggunakan darah untuk pemeriksaan di laboratorium. Syringe ukuran 3 ml sangat
sering digunakan di laboratorium sehari-hari, hal ini selain mudah didapat juga
menggunakan jarum no.23 sehingga cocok dengan hampir semua umur pasien.

III.2.3 Kode Warna Tabung vakum


Tabung vakum merupakan tabung yang telah hampa udara yang diproduksi oleh
perusahaan, sehingga saat pengambilan darah maka akan tersedot sendiri dengan gaya
vakum tabung ini. Tabung vakum rata-rata terbuat dari kaca antipecah atau plastik bening
dengan berbagai ukuran volume yang berisi zat additif didalamnya. Tabung vakum
dibedakan jenisnya berdasarkan warna tutup dan etiketnya, berikut kode warna untuk tiap
tabung vakum :
1. Tutup dan Etiket Merah (Red Top)
Tabung jenis ini telah berisi reagent Clot Activator yang akan mempercepat
pembekuan darah. Umumnya digunakan untuk Kimia darah, Serologi dan Bank
Darah. Waktu pembekuan ideal 60 menit (sesuai standart NCCLS/National Committee
Clinical Laboratory System) tetapi bisa di sentrifuge dibawah 60 menit asalkan sampel
sudah mengental. Sample harus segera di sentrifuge dalam waktu maksimal 2 jam
(dari pengambilan sampel). Di sentrifuge 1300-2000 rpm selama 10 menit.
Penyimpanan sampel : 22°C (dapat digunakan sampai 8 jam), 4°C (dapat digunakan
8-48 jam), -20°C (dapat digunakan diatas 48 jam). Ukuran tersedia 4 ml, 6 ml dan 10
ml.
2. Tutup dan Etiket Ungu muda (Lavender)
Berisi antikoagulan K3EDTA, sehingga darah diperoleh tidak beku. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan Hematologi. Ukuran tersedia 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 6 ml
dan 8 ml.
3. Tutup dan Etiket Ungu (Violet)
Berisi antikoagulan K2EDTA, untuk mencegah pembekuan darah. Umumnya
digunakan untuk pemeriksaan Hematologi. Yang membedakan hanyalah isi dari
antikoagulannya saja dibandingkan dengan K3EDTA lavender.
Dinding tabung bagian dalam dilapisi pengawet sehingga dapat memperpanjang
waktu hidup dan metabolisme Sel darah Merah setelah proses pengambilan darah.
Berisi antikoagulan K2EDTA (Ethylene Tetra Acetic Acid) yang berbentuk Spray dry.
Setelah darah masuk penuh ke tabung ‘segera mungkin’ lakukan homogenisasi
sebanyak 6x untuk menghindari penggumpalan thrombosit karena pada situasi
thrombosit sangat bagus darah cepat sekali menggumpal. Agar mesin dapat
membaca leukositenya disarankan sample darah yang masuk ketabung minimal 75%
dari ml tabung yang dipakai. Ukuran tersedia 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml.
4. Tutup dan Etiket Biru (Blue)
Berisi Trisodium sitrat 3,2% sesuai standart NCCLS dengan rasio sample darah :
citrate = 9 : 1 (rasio yang selalu konstan akurasinya). Didesign khusus untuk tes
koagulasi dan agregasi thrombosit. Dilapisi oleh double cover, yaitu : Poly Propylene
(bagian dalam) agar tidak ada penguapan aditive, terjaga kevakuman. Poly Ethyline
(bagian luar) mampu mengurangi insiden aktivasi platelet. Tersedia ukuran 1,8 ml, 2,7
ml dan 4,5 ml (Full Draw).
5. Tutup dan Etiket Hijau (Green)

16
Berisi Lithium Heparin dengan gel (PGS), baik digunakan sebagai antikoagulan
karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion yang ada dalam darah.
Direkomendasikan untuk pemeriksaan Kimia Darah, Kreatinin dan BUN, elektrolit dan
enzim. Dihomogenisasi 6x dan di sentrifuge pada 1300 - 2000 rpm selama 10 menit
dan kemudian plasma siap untuk dianalisa. Tersedia ukuran 1 ml, 2 ml, 3,5 ml, 5 ml
dan 8 ml.
6. Tutup dan Etiket Abu-abu (Grey)
Berisi Kalium Oxalate berfungsi sebagai antikoagulan dan NaF yang berfungsi
sebagai pengawet sehingga dapat menstabilkan kadar gula darah selama 24 jam
pada suhu ruangan dan selama 48 jam jika disimpan pada suhu 4°C. NaF
menghambat enzim Phosphoenol Pyruvate dan kerja urease (mencegah Glycolysis).
Ukuran tersedia 2 ml, dan 3 ml.
7. Tutup dan Etiket Kuning (Yellow)
Disebut juga SST II/Serum Separator Tube. Berisi Silica sebagai Clot Activator dan
Polymer Gel Innert sebagai pemisah serum sehingga diperoleh kualitas serum yang
bagus dan mengurangi resiko timbulnya fibrin yang bisa menyumbat instrument.
Waktu mendapatkan serum hanya separuh dari Clot Activator/Red Top maka lebih
menghemat waktu dan biaya. SST II / Serum Separator Tube. Sebagai pilihan terbaik
untuk pemeriksaan kimia darah cito. Serum yang diperoleh lebih banyak jika
dibanding dengan Clot Activator/Red Top sehingga efisien dalam pengambilan darah.
Memungkinkan untuk penundaan analisa specimen (diambil malam hari dan
diproses/dianalisa esok hari). Satu tabung berfungsi sebagai penyimpan sekaligus
analisa tube sehingga mengurangi kesalahan identifikasi. Setelah specimen masuk
tabung dihomogenisasi 6x kemudian diamkan 15-30 menit (mengurangi resiko
fibrin).Dicentrifuge pada 4000 rpm selama 10 menit (swing head) atau 15 menit (fixed
angle). Ukuran tersedia 3,5 ml, 5 ml dan 8,5 ml
8. Tutup dan Etiket Hijau muda (Citrus)
Berisi Lithium Heparin sangat banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak
mengganggu analisa beberapa macam ion yang ada dalam darah. Direkomendasikan
untuk pemeriksaan Kimia Darah, Kreatinin dan BUN, elektrolit dan enzim.
9. Tutup dan Etiket Jingga (Orange)
Tabung tidak hampa/vakum, berisi Clot Activator yang berisi gel. Digunakan untuk
laboratorium yang tidak memerlukan tabung vakum untuk mengumpulkan darah.
Dapat digunakan pemeriksaan Kimia darah dan Serologi. Ukuran tabung 5 ml.
10. Tutup dan Etiket Hitam (Black)
Berisi Trisodium sitrat 3,8% untuk pemeriksaan LED/ESR metode Westergren.
Ukuran tabung dengan isi 2,4 ml volume cairan.

III.2.3 Urutan Pengambilan Darah denganTabung Vakum


Untuk mendapatkan spesimen darah yang baik, maka pengambilan darah dengan
tabung vakum dengan urutan sebagai berikut :
1. Pertama menggunakan tabung tutup biru berisi sitrat 3,2% untuk faal hemostasis.
2. Kedua menggunakan tabung tutup kuning berisi SST II Gel clot activator untuk kimia
darah rutin, serologi, bank darah, TDM.
3. Ketiga menggunakan tabung tutup hijau berisi lithium heparin untuk kimia darah rutin,
elektrolit, enzim, urea dan kreatinin.
4. Keempat menggunakan tabung tutup ungu/lavender berisi EDTA untuk hematologi.
5. Kelima menggunakan tabung tutup abu-abu berisi NaF Kalium oxalat untuk
pemeriksaan glukosa (terutama).

17
Gambar 4. tabung vakum berdasarkan warna tutup dan pemakaiannya.

III.2.4 Hal Yang diperhatikan pada Tabung Vakum


Penggunaan tabung vakum sebaiknya belum kadaluarsa (expired date) karena
dapat menyebabkan :
1. Daya isap darah ke dalam tabung berkurang sehingga rasio antikoagulan berkurang
sehingga akan didapatkan darah dengan antikoagulan berlebihan.
2. Aktivitas antikoagulan berkurang, dapat menimbulkan mikrotrombi dan menyumbat
alat pemeriksaan.
3. Antikoagulan dalam tabung dapat menguap sehingga berubah rasio antara jumlah
darah dan antikoagulan, terutama pada natrium sitrat.

Gambar 5. Tabung Vakum dan adapter jarum

18
BAB IV
ANTIKOAGULAN

IV.1 PENGERTIAN
Antikoagulan (anticoagulant) adalah senyawa atau bahan yang digunakan untuk
mencegah pembekuan darah. Agar darah yang akan diperiksa jangan sampai membeku
dapat dipakai bermacam-macam anticoagulant. Tidak semua macam antikoagulan dapat
dipakai karena ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau
leukosit yang akan diperiksa morfologinya. Tiap antikoagulan memiliki kerja yang berbeda
dalam upaya mencegah pembekuan darah. Ada beberapa pemeriksaan darah
menggunakan antikoagulan yang berbeda. Hal ini karena beberapa antikoagulan dapat
berpengaruh terhadap bentuk eritrosit atau leukosit yang akan diperiksa morfologinya dan
hasil pemeriksaan. Pemakaian berlebih antikoagulan dapat mengakibatkan spesimen
darah yang digunakan mengalami perubahan komposisi hingga morfologi sel darah, oleh
sebab itu pemakaian jumlah yang tepat merupakan hal yang tepat dan tidak
mempengaruhi komponen darah.

IV.2 JENIS ANTIKOAGULAN


Antikoagulan yang sering digunakan dalam pemeriksaan hematologi adalah
sebagai berikut :
1. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid)
Yang dipakai disini adalah garam kalium dan natriumnya, tetapi yang sering digunakan
adalah garam kaliumnya (dipotassium EDTA) karena daya larutnya dalam air kira-kira
15 kali lebih besar daripada garam natriumnya. Cara kerjanya dengan garam
kaliumnya (K2EDTA) yaitu dapat mengubah ion Calcium dari darah menjadi bentuk
yang bukan ion membentuk senyawa kompleks yang larut berdasarkan pembentukan
ikatan Chelate senyawa. Namun jenis Na2EDTA (Di-Natrium Ethylene Diamine Tetra
Acetate dihydrate = Na2C10H13O8N2.2H2O) lebih murah dibandingkan K2EDTA ataupun
K3EDTA. Antikoagulan K3EDTA kurang baik dalam penggunaanya karena memiliki pH
lebih alkali sehingga berpengaruh terhadap pH darah. Sebaliknya Na2EDTA juga
kurang baik karena lambat larut sehingga perlu pengocokan beberapa kali.
Na2EDTA dan K2EDTA biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA
biasanya digunakan dalam bentuk cair. Dari ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA
adalah yang paling baik dan dianjurkan oleh ICSH (International Council for
Standardization in Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).
Tabung EDTA tersedia dalam bentuk tabung hampa udara (vacutainer tube) dengan
tutup lavender (purple) atau pink seperti yang diproduksi oleh Becton Dickinson.
Keuntungan :
- Tidak berpengaruh terhadap besar dan bentuknya erithrosit dan leukosit.
- Mencegah thrombosit menggumpal
- Dapat digunakan berbagai macam pemeriksaan hematologi.

Gambar 6. Struktur Na2 EDTA

19
Kerugian :
Lambat larut karena sering digunakan dalam bentuk kering sehingga harus
menggoncang wadah yang berisi darah EDTA selama 1-2 menit.
Cara pembuatan :
1. Ambil botol yang bersih dan kering
2. Pipet EDTA 10% sebanyak 0,020 ml dengan pipet sahli
3. Masukkan kedalam botol dan keringkan.
Dengan jumlah EDTA 10% sebanyak 0,02 ml ini dapat mencegah membekunya darah
sebanyak 2 ml atau 1 mg EDTA dalam 1 ml. Untuk pemeriksaan LED, maka darah
yang telah dicampur dengan antikoagulan EDTA digunakan pengencer NaCl 0,9%
dalam perbandingan 4 bagian darah dan 1 bagian pengencer NaCl 0,9%.

2. Trisodium Citrate
Antikoagulan Natrium Sitrat (Na3C6H5O7.2H2O) sering digunakan dalam bentuk larutan
dengan konsentrasi 3,8% dan 3,2%. Cara kerjanya sebagai bahan yang isotonik
dengan darah dan mencegah pembekuan darah dengan cara mengikat ion Ca++
melalui gugus karboksilat dari senyawa ini membentuk ikatan kompleks khelasi larut.
Sering digunakan beberapa macam pemeriksaan percobaan hemostasis dan LED
metode Westergren. Pemeriksaan LED metode Westergren digunakan perbandingan
1 bagian Natrium Sitrat 3,8% dan 4 bagian darah. Untuk percobaan hemostasis
menggunakan konsentrasi 3,2% dengan perbandingan 1 bagian Natrium Sitrat 3,2% :
9 bagian darah sesuai dengan NICCLS. Janganlah Natrium Sitrat 3,2% digunakan
untuk pemeriksaan LED metode Westergren karena konsentrasi yang lebih rendah
dapat berpengaruh pada besar sel eritrosit. Antikoagulan Natrium Sitrat 3,8% dan
3,2% tidak bisa lagi digunakan bila mengalami kekeruhan.

Gambar 7. Struktur Na3 Sitrat (Trisodium citrate)

Keuntungan :
Antikoagulan ini karena tidak toksis maka sering digunakan dalam unit transfusi darah
dalam bentuk ACD (Acid Citric Dextrose).
Kerugian :
Pemakaiannya terbatas dalam pemeriksaan hematologi.

3. Heparin
Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisacharida yang bekerja dengan cara
menghentikan pembentukan trombin dari prothrombin sehingga menghentikan
pembentukan fibrin dari fibrinogen sehingga cara kerjanya berdaya seperti antitombin
dan antitromboplastin. Heparin merupakan antikoagulan yang normal terdapat dalam
tubuh tetapi dalam di laboratorium jarang dipakai pada pemeriksaan hematologi
karena mahal. Untuk tiap 0,1 – 0,2 mg heparin dapat mencegah pembekuan 1 ml
darah. Sering digunakan dalam penentuan PCV cara mikrokapiler yang bagian
dalamnya dilapisi dengan heparin. Ada tiga macam heparin: ammonium heparin,
lithium heparin dan sodium heparin. Dari ketiga macam heparin tersebut, lithium
heparin paling banyak digunakan sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu
analisa beberapa macam ion elektrolit dalam darah.

20
Heparin banyak digunakan pada analisa kimia darah, enzim, kultur sel, OFT (osmotic
fragility test). Konsentrasi dalam penggunaan adalah : 15I U/mL +/- 2.5IU/mL atau 0.1
– 0.2 mg/ml darah.
Keuntungan :
Hanya digunakan terutama dalam transfusi darah yang menggunakan banyak darah
dan extracorporal circulation.
Kerugian :
- Tidak boleh digunakan dalam pemeriksaan hapusan darah karena dapat terjadinya
dasar biru kehitam-hitaman pada preparat bila dicat dengan wright’s stain.
- Harganya mahal.

4. Double Oxalat
Nama lainnya adalah anticoagulant dari Heller and Paul atau Balanced Oxalate
Mixture. Dipakai dalam bentuk kering agar tidak mengencerkan darah yang diperiksa.
Kalium oxalat menyebabkan erythrosit mengkerut sedangkan amonium oxalat
menyebabkan erytrosit mengembang, campuran keduanya dengan perbandingan 3 : 2
maka terjadi keseimbangan tekanan osmotik eryhtrosit. Setiap 2 mg antikoagulant ini
dapat mencegah pembekuan 1 ml darah.
Keuntungan :
Dapat digunakan dalam berbagai pemeriksaan hematologi
Kerugian :
- Tidak dapat digunakan dalam pemeriksaan hapusan darah karena bahan ini toksis
sehingga dapat menyebabkan perubahan-perubahan morfologi sel leukosit dan
eryhtrosit.
- Tidak boleh digunakan juga pada pemeriksaan osmotik fargility.

5. Natrium Oxalat
Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium membentuk kalsium oxalat.
Penggunaannya 1 bagian oksalat + 9 bagian darah. Biasanya digunakan untuk
pembuatan adsorb plasma dalam pemeriksaan hemostasis Antikoagulan jenis ini
sudah jarang digunakan karena selain tidak luas pemakaian, juga menyebabkan
perubahan morfologi pada sel darah bila terlalu lama dibiarkan. Antikoagulan ini
memiliki kemiripan sifat dengan double oxalate Dalam kondisi darurat dapat digunakan
sebagai antikoagulan.

6. NaF dan Kalium Oxalat


Antikoagulan ini sebenarnya dikhususkan untuk pemeriksaan glukosa darah, namun
masih dapat digunakan untuk pemeriksaan hematologi. Antikoagulan ini biasanya
tersedia dalam tabung vakum yang diproduksi pabrikan. Kalium oksalat berfungsi
sebagai antikoagulan dan NaF berfungsi sebagai antiglikolisis dengan cara
menghambat kerja enzim Phosphoenol pyruvate dan urease sehingga kadar glukosa
darah stabil.

21
BAB V
HEMOGLOBIN

V.1 METODE SAHLI


V.1.1 Prinsip
Hemoglobin darah (OksiHemoglobin) diubah menjadi asam Hematin dengan
pertolongan larutan HCl, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan
standard permanen alat tersebut.

V.1.2 Alat dan Reagensia :


 Hemoglobinometer Sahli : pipet sahli, tabung hemometer sahli, standar warna, batang
pengaduk, karet pengisap
 Kapas atau kertas tissue
 HCl 0,1 N
 Aquadest

V.1.3 Bahan Pemeriksaan :


Darah vena dengan antikoagulan EDTA/heparin
atau darah kapiler.

V.1.4 Cara Kerja :


1. Masukkan HCl 0,1 N kedalam tabung Gambar 8. Hemometer Sahli
hemometer sampai tanda 2 g%.
2. Diisap darah EDTA / darah kapiler dengan pipet sahli sampai tanda 20 cmm.
3. Bagian luar pipet dibersihkan dengan kapas kering (jangan sampai mengisap darah
yang ada dalam pipet).
4. Masukkan ke dalam tabung Hemometer dan darah segera dicampur hati-hati kedalam
larutan HCl tersebut tanpa menimbulkan gelembung udara.
5. Sebelum pipet dikeluarkan, bilas dahulu dengan cara mengisap dan meniup HCl yang
ada dalam tabung beberapa kali. Bagian luar pipet dibilas dengan aquadest.
6. Ditunggu 5-10 menit untuk pembentukan asam Hematin.
7. Asam Hematin ini diencerkan dengan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk
dengan batang pengaduk sampai didapatkan warna yang sama dengan standard.
8. Meniskus cekung dibaca dan dinyatakan dalam g%.

V.1.5 Nilai normal :


 Laki-laki : 12 – 16 g%
 Wanita : 12 – 14 g%

V.1.6 Hal-hal yang peru diperhatikan :


1. Warna standard dari alat Sahli lama-lama akan menjadi pucat karena pengaruh sinar
matahari dan iklim tropik sehingga perlu di kalibrasi dengan Spektrofotometer untuk
diberikan faktor koreksi.
2. Kesalahan – kesalahan yang terjadi disebabkan antara lain :
- Volume pipet sahli tidak selalu tepat.
- Pengambilan darah kurang baik terutama kapiler.
- Pembilasan pipet tidak sempurna.
- Warna standar sudah berubah.
- Konsentrasi HCl tidak stabil dan tidak tepat
- Faktor pembacaan (orangnya).
- Penerangan dalam ruangan.
- Kehilangan cairan dari tabung akibat mencampur dengan bolak-balik.
- Ada gelembung udara saat membaca meniskus.

22
- Memakai peralatan sahli beda merk.
3. Cara sahli bukanlah cara yang teliti, karena menggunakan cara visual, larutan asam
hematin bukan larutan sejati dan alat ini tidak dapat di standardisasi.
4. Dengan metode sahli ini hanya oksihemoglobin yang terukur sedangkan
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin tidak terukur.
5. Satuan g% setara dengan g/dL, sehingga dalam aplikasi dilapangan lebih sering
digunakan satuan g/dL.

V.2 METODE CYANMETHEMOGLOBIN


V.2.1 Prinsip
Hemoglobin darah diubah menjadi Cyanmethemoglobin dalam larutan yang berisi Kalium
Ferricyanida dan Kalium Cyanida (larutan Drabkins). Disini Kalium Ferricyanida
mengoksidasi Hemoglobin menjadi Methemoglobin, kemudian bereaksi dengan Kalium
Cyanida menjadi Cyanmethemoglobin. Warna yang terjadi diukur serapan optiknya
(optical density) secara fotometer dengan panjang gelombang 546 nm menggunakan
standard atau kurva kalibrasi. Dengan cara ini semua jenis hemoglobin dapat diukur
kecuali SulfHb.

V.2.2 Alat dan Regensia :


1. Mikropipet 10 µL atau pipet Sahli 20 cmm
2. Dispenser Hemoglobin 2500 µL atau pipet ukur 5 mL.
3. Spektrofotometer atau fotometer
4. Kuvet
5. Tabung reaksi
6. Kertas Tissue
7. Timer
8. Standard Hb 13,7 g/dL (Biosystems)
9. Larutan Drabkins :
- NaHCO3…………………………….. gram
- KCN………………………………….50 mg
- K3[Fe(CN)6]………………………….200 mg
- Aquadest……………………………1000 ml

V.2.3 Bahan Pemeriksaan :


Darah vena dengan antikoagulan EDTA/heparin atau darah kapiler.

V.2.4 Cara kerja :


1. Pipet darah EDTA / darah kapiler 10 µL dengan mikropipet.
2. Bagian luar mikropipet dibersihkan dengan tissue kering.
3. Darah dimasukkan ke dasar tabung yang berisi larutan 2500 µL Drabkins.
4. Mikropipet dibilas dengan larutan Drabkins beberapa kali.
5. Ditunggu selama 3-5 menit untuk pembentukan Cyanmethemoglobin.
6. Larutan dipindahkan kedalam kuvet dan diukur dengan Fotometer pada panjang
gelombang 546 nm terhadap blanko reagent dan standard.
7. Hasil pembacaan dinyatakan dalam g/dL.

V.2.5 Nilai normal :


- Laki-laki : 12 – 16 gr/dL
- Perempuan : 12 - 14 gr/dL

V.2.6 Hal – Hal yang perlu diperhatikan :

23
1. Larutan ini harus disimpan dalam botol coklat dan tiap bulan harus diganti dengan
larutan yang baru. Larutan ini akan memucat apabila menggunakan botol transparan
dan setelah 1 bulan akan memucat juga.
2. Gunakanlah standard hemoglobin untuk menghitung kadar sampel atau faktor
perhitungan.
3. Penggunaan kurva kalibrasi sangat dianjurkan dan mengkoreksi kesalahan
pengukuran.
4. Larutan Drabkins walaupun mengandung cyanida namun tidak bersifat toksik.
5. Darah harus tercampur rata dengan larutan drabkins, bila perlu menggunakan
pengocok khusus atau parafilm.
6. Cara ini paling dianjurkan untuk pemeriksaan hemoglobin rutin di laboratorium.
7. Penambahan larutan deterjen nonionik akan mempercepat reaksi pembentukan
cyanmethemoglobin.

V.2.7 Cara Pembuatan Kurva Standard Hemoglobin Sederhana


1. Dibuat 7 deret standard Hemoglobin yang telah diketahui konsentrasinya
menggunakan mikropipet variabel 1 – 20 µL. (Misal Hemoglobin Standard = 15,0
g/dL) :
No Standard Pipet Larutan Drabkins Konsentrasi
1 Standard 1 5 µL 2500 µL
2 Standard 2 6 µL 2500 µL
3 Standard 3 7 µL 2500 µL
4 Standard 4 8 µL 2500 µL
5 Standard 5 9 µL 2500 µL
6 Standard 6 10 µL 2500 µL
7 Standard 7 11 µL 2500 µL
8 Standard 8 12 µL 2500 µL
9 Standard 9 13 µL 2500 µL
10 Standard 10 14 µL 2500 µL
2. Diukur Absorben semua standard dan dihitung semua konsentrasi standard,
kemudian hasil pengukuran di plot pada kertas grafik miliblock khusus.
3. Apabila hasil pengerjaan dan pengukuran yang baik maka akan didapatkan grafik
linear lurus pada semua titik-titik plot dengan slope, intercept dan coefisien standard
yang memenuhi kriteria.

V.2.8 Catatan :
Dahulu standard hemoglobin dalam bentuk larutan yang sudah diketahui kadarnya
dalam botol ampul yang harus dipatah terlebih dahulu bagian atas ampul tersebut. Buatlah
pengenceran larutan standar 100%, 75%, 50%, 25% dan 0%, sebagai blanko dengan
larutan Drabkin. Setelah semua tercampur, biarkan 3-5 menit pada suhu kamar lalu baca
serapan (absorbance atau optical density/OD) pada fotometer dengan panjang gelombang
540 nm. Buatlah kurvanya dengan kadar Hb sebagai absis dan serapan sebagai ordinat.
Selanjutnya untuk menetapkan kadar Hb pasien tinggal memplotkan pada kurva kalibrasi.

V.2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Temuan Laboratorium


• Mengambil darah pada tangan atau lengan yang terpasang cairan intra-vena
menyebabkan darah terencerkan
• Memasang turniket terlalu lama (lebih dari 1 menit) menyebabkan hemokonsentrasi
• Tinggal di dataran tinggi menyebabkan peningkatan kadar Hemoglobin
• Penurunan asupan atau kehilangan cairan akan meningkatkan kadar Hemoglobin
akibat hemokonsentrasi, dan kelebihan asupan cairan akan mengurangi kadar
Hemoglobin akibat hemodilusi.

24
BAB VI
HITUNG LEUKOSIT

VI.1 CARA PEMERIKSAAN


VI.1.1 Prinsip
Darah diencerkan dengan suatu larutan zat warna tertentu (Turk) akan membentuk
sel-sel Leukosit, sedangkan sel-sel yang lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung di
bawah mikroskop.

VI.1.2 Alat dan Reagensia


1. Hemocytometer :
- Bilik hitung Improved Neubauer
- Pipet leukosit dari Thoma
- Kaca penutup dan karet pengisap
2. Blue dan Yellow Tips
3. Mikropipet 400 µL dan 20 µL
4. Tabung Reaksi kecil
5. Parafilm
6. Pengocok Vortex Mixer
7. Kertas Saring/Tissue
8. Larutan Turk :
- Asam Asetat Glacial.................15 mL
- Larutan Gentian Violet 1%..........1mL
- Air Suling................................475 mL
Larutan Gentian Violet 1% sebagai pewarna dan tidak memiliki efek terhadap leukosit,
sehingga hanya digunakan untuk membedakan antara larutan Turk dan Hayem
karena sama-sama tidak berwarna agar tidak tertukar.

VI.1.3 Bahan Pemeriksaan


Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau darah kapiler.

VI.1.4 Cara Kerja menggunakan Pipet Thoma :


1. Di isap darah sampai tanda 0,5 tepat dengan pipet leukosit.
2. Di isap larutan Turk tanda 11 tepat.
3. Kocok selama 15-20 detik dengan gerakan angka delapan.
4. Sebelum mengisi kamar hitung pipet leukosit dikocok selama 3 menit
5. Buang cairan kira-kira 3 – 4 tetes
6. Isi kamar hitung dengan menempelkan ujung pipet di tepi kaca penutup biarkan kamar
hitung terisi perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya. (jangan sampai berlebihan
hingga akhirnya cairan melewati garis batas kedua bidang)
7. Biarkan 2 – 3 menit pada tempat yang rata untuk memberi kesempatan kepada
leukosit mengendap.
8. Hitung semua leukosit yang terdapat dalam 4 mm2 atau dalam 4 bidang besar.

VI.1.5 Cara Kerja Pengenceran dalam Tabung :


1. Dimasukkan larutan Turk 400 µL dalam tabung reaksi yang bersih dengan
menggunakan mikropipet.
2. Buang cairannya 20 µL dengan mikropipet.
3. Darah dikocok dahulu lalu diambil 20 µL dengan mikropipet
4. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan Turk dengan memasukkan ujung yellow tips ke dasar tabung.
5. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur.

25
6. Kocok tabung 4 – 5 kali (untuk lebih baiknya menggunakan pengocok khusus vortex
mixer atau tabung ditutup dengan parafilm dan dikocok bolak balik) dan diamkan
selama 2-3 menit.
7. Sebelum mengsisi kamar hitung tabung dikocok beberapa kali.
9. Isi kamar hitung dengan menempelkan ujung mikropipet ditepi kaca penutup biarkan
kamar hitung terisi denga daya kapilaritasnya. (jangan sampai berlebihan hingga
akhirnya cairan melewati garis batas kedua bidang)
8. Biarkan 2 – 3 menit pada tempat yang rata untuk memberi kesempatan kepada
leukosit mengendap.
9. Hitung semua leukosit yang terdapat dalam 4 mm2 atau dalam 4 bidang besar.

VI.1.6 Cara Perhitungan :


- Dalam 4 bidang besar atau 1 mm2 ke I terdapat sel leukosit = 40 sel, bidang ke II = 50
sel, bidang ke III = 30 sel, bidang ke IV = 30 sel, Jumlah seluruhnya adalah 150 sel.
- Pengenceran darah = 10 bagian / 0,5 bagian darah = 20 x
- Tinggi Kaca Penutup = 1/0,1 mm = 10 x

Gambar 8. Posisi dan tinggi kaca penutup

RUMUS : PDP X TKP X KKS X Leu = ……./mm3


KBH

Contoh Perhitungan : 20 X 10 X 150 sel = 7.500 / mm3


4
Jadi jumlah sel leukosit yang di hitung = 7.500 sel / mm3

Keterangan :
PDP = Pengenceran darah dalam pipet Leukosit
TKP = Tinggi Kaca Penutup
KBH = Kotak besar yang dihitung

Untuk mencari faktor perhitungan yang lebih praktis maka dapat digunakan angka
perhitungan sebagai berikut :
Faktor (F) = 20 x 10
4
= 50
Jadi setiap sel yang didapat dalam 4 kotak sedang (KBH) langsung dikalikan dengan
faktor tersebut diatas dan dapat diolah berupa tabel microsoft Excel untuk mempermudah
dalam bekerja di laboratorium.

VI.2.7 Tingkat Pengenceran


Pengenceran tidak selalu mutlak 20x, namun dapat disesuaikan dengan kondisi
darah yang diperiksa. Apabila pasien mengalami leukositosis maka perlu dinaikkan
pengenceran menjadi 50x hingga 100x pengenceran. Apabila kondisi leukemia dengan
jumlah leukosit di atas 50.000 hingga 500.000 sel, maka pipet leukosit diganti dengan
pipet leukosit dan pengenceran dalam pipet mengikuti cara pipet eritrosit dan untuk cara
tabung menggunakan pengenceran cara eritrosit juga.

26
Daftar Pengenceran pipet Leukosit
Darah sampai Cairan pengencer Pengenceran darah
Tanda 0,1 tanda 11 100 kali
Tanda 0,2 tanda 11 50 kali
Tanda 0,4 tanda 11 25 kali
Tanda 0,5 tanda 11 20 kali
Tanda 0,8 tanda 11 12,5 kali
Tanda 1,0 tanda 11 10 kali

Daftar pengeceran Tabung


Volume Cairan pengenceran Pengenceran
5 µL 395 µL 80 kali
10 µL 390 µL 40 kali
20 µL 380 µL 20 kali
40 µL 360 µL 10 kali
50 µL 350 µL 8 kali

VI.2.8 Koreksi Normoblast


Rumus untuk mengkoreksi adanya normoblast (eritrosit berinti) dengan hapusan
darah adalah sebagai berikut :

Jumlah Leukosit = Jumlah normoblast yang ditemukan x Jumlah leukosit/mm3 darah


100 Leukosit diperiksa

VI.2.9 Kesalahan yang sering di jumpai :


1. Tidak sempurna mencampur darah dengan antikoagulan.(tidak dikocok sempurna)
2. Darah kurang atau lebih di isap dengan pipet Thoma.
3. Pipet Thoma masih basah dengan cairan.
4. Terdapat gelembung udara dalam pipet.
5. Cairan Turk turun setelah di pipet dilepas dari karet pengisap dan belum dikocok.
6. Cairan ludah masuk dalam pipet
7. Tidak mengocok pipet leukosit segera setelah mengisap cairan pengencer (larutan
Turk)
8. Kamar hitung, kaca penutup masih kotor
9. Sel-sel tidak merata di dalam pembagian skala (garis-garis bagi) dalam bilik hitung.
10. Salah menghitung sel-sel yang menyinggung garis batas dan jumlah bidang yang
dihitung kurang.
11. Mikropipet yang digunakan tidak di kalibrasi.
12. Jumlah leukosit tidak di koreksi bila mana dalam darah banyak sel-sel darah merah
berinti (Normoblast).

VI.2.11 Konversi Satuan


Seiring dengan perkembangan zaman, maka satuan untuk pemeriksaan leukosit
mengalami perubahan satuan menjadi satuan baru (SI). Konversi satuan tersebut adalah
sebagai berikut :
Satuan lama :
Jumlah leukosit = ............../mm3 darah atau dalam .........../µL
Satuan Baru :
Jumlah leukosit = ............./L
Untuk konversinya :
Jumlah leukosit per Liter (/L) = Jumlah leukosit x 103/mm3 x 1.000.000 atau 106
= ................x 109/L

27
VI.2.9 Nilai normal
Laki-laki / Perempuan 6.000 – 10.000 / mm3 darah

VI.2.10 Aturan Penghitungan


Aturan penghitungan yang digunakan dua cara pada bilik hitung, dianggap masuk
dalam perhitungan apabila menyinggung garis kiri dan garis atas atau cara kedua
menyinggung garis kanan dan garis bawah. Umumnya digunakan menyinggung garis kiri
dan atas supaya lebih seragam.

Atas Bidang I Bidang II

Kiri Arah : ke kiri


ke bawah
ke kanan
ke bawah

Bidang III Bidang IV

VI.2.11 Bilik Hitung


Bilik hitung yang sangat baik digunakan adalah Improved Neubauer untuk hitung
leukosit. Namun untuk hasil terbaik dapat digunakan Improved Neubauer Brightline
produksi American Optical karena lapang pandang lebih jelas. Bilik hitung jenis lain dapat
juga digunakan seperti Thoma, Burker, Turk atau Fuchs Rosenthal.
Sampai saat ini bilik hitung improved neubauer yang paling banyak digunakan di
laboratorium di Indonesia, selain garis bagi yang jelas dan dapat dilakukan penghitungan
sel leukosit, eritrosit dan trombosit. Kotak untuk pengitungan leukosit berada di ujung-
ujung garis bagi yang berukuran 3 x3 mm. garis bagi ini tampak jelas terlihat pada lensa
objektif 10x dan 40x. Untuk menemukan garis bilik hitung ini harus menggunakan
pencahayaan rendah dengan cara menutup rapat difragma dan menurunkan kondensor
mikroskop. Untuk mikroskop cahaya biasa, sebaiknya menggunakan cermin datar dan
tidak menggunakan cermin cekung.

28
Luas Area Bilik Hitung Improved Neubauer

Gambar 9. Bilik Hitung Improved Neubauer

- Luas areal total bilik hitung : 3 x 3 m2 yang terdiri atas kotak leukosit dan eritrosit.
- Area L untuk hitung leukosit dan Area E untuk hitung eritrosit dan trombosit.
- Kotak leukosit 1 bidang besar (KBH) terdiri atas 4 x 4 kotak sedang atau 1 x 1 mm2,
sehingga apabila 4 bidang besar berarti 4 x 4 x 4 atau 16 x 4 bidang besar atau 2 x 2
mm2.
- Setiap kotak sedang dalam 1 bidang besar berukuran 0,25 m x 0,25 m

29
BAB VII
HITUNG ERITROSIT

VII.1 PEMERIKSAAN METODE HEMOCYTOMETER


VII.1.1 Prinsip
Darah diencerkan dengan suatu larutan zat warna tertentu (Hayem/Gower/Toison)
akan membentuk sel-sel erytrosit, sedangkan sel-sel yang lisis dan dihitung selnya dalam
kamar hitung di bawah mikroskop.

VII.1.2 Alat dan Reagensia :


1. Hemocytometer :
Berisi Bilik Hitung Improved Neubauer, Pipet Eritrosit dari Thoma, kaca penutup dan
karet pengisap.
2. Kapas / kertas tissue
3. Parafilm
4. Pengocok Vortex Mixer
5. Mikropipet 1000 µL
6. Mikropipet 10 µL
7. Tabung reaksi
8. Kertas saring
9. Blue dan Yellow Tips
10. Larutan Hayem :
- HgCl2 .................................0,2 gram
- NaCl....................................0,5 gram
- Na2SO4..............................2,50 gram
- Aquadest Add....................100 mL
11. Larutan Gower (Larutan Alternatif) :
- Natrium sulfat....................12.5 gram
- Asam Asetat Glasial..........33.3 mL
- Aquadest...........................200 mL

VII.1.3 Bahan Pemeriksaan :


Darah vena dengan antikoagulan EDTA/heparin atau darah kapiler.

VII.1.4 Cara Kerja menggunakan Pipet Thoma :


1. Diisap darah sampai tanda 0,5 tepat dengan pipet eritrosit
2. Diisap larutan hayem tanda 101 tepat
3. Kocok selama 15 - 20 detik dengan cara memegang kedua ujung pipet dengan jari
telunjuk/tengah dan jempol. Dikocok dengan gerakkan angka delapan.
4. Sebelum mengisi kamar hitung pipet eritrosit dikocok selama 3 menit
5. Buang cairan kira-kira 3 - 4 tetes pada ujung pipet.
6. Isi kamar hitung dengan menempelkan ujung pipet di tepi kaca penutup biarkan kamar
hitung terisi perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya
7. Biarkan 2 - 3 menit pada tempat yang rata untuk memberi kesempatan kepada
eritrosit mengendap.
8. Hitung semua erytrosit yang terdapat dalam 80 kotak kecil. Hasil perhitungan
dinyatakan dalam /mm3 darah.

VII.1.5 Cara Kerja Pengenceran dalam tabung :


1. Dimasukkan larutan Hayem 2000 µL dalam tabung reaksi yang bersih dengan
menggunakan mikropipet.
2. Buang cairannya 10 µL dengan mikropipet
3. Darah dikocok dahulu lalu diambil 10 µL dengan mikropipet

30
4. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan Hayem dengan memasukkan ujung yellow tips ke dasar tabung.
5. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur
6. Kocok tabung 4 - 5 kali dan diamkan selama 2 - 3 menit.
7. Sebelum mengsisi kamar hitung tabung dikocok beberapa kali.
8. Isi kamar hitung dengan menempelkan ujung mikropipet ditepi kaca penutup biarkan
kamar hitung terisi denga daya kapileritetnya
9. Biarkan 2-3 menit pada tempat yang rata untuk memberti kesempatan kepada
ertitrosit mengendap.
10. Hitung semua eritrosit yang terdapat dalam 80 kotak kecil. Hasil perhitungan
dinyatakan dalam /mm3 darah.

VII.1.6 Cara Perhitungan :


- Dalam 80 kotak kecil terdapat jumlah erytrosit : 400 sel
Terdiri atas 5 bidang kotak kecil, yang berarti Bidang kotak kecil I (16 Kotak kecil) :
64 sel, Bidang kotak kecil II : 80 sel, Bidang kotak kecil III : 96 sel, Bidang kotak kecil
IV : 80 dan Bidang kotak kecil V : 80
- Pengenceran darah 100 / 0,5 : 200 kali
- Tinggi kaca penutup 1 / 0,1 : 10 kali
- Dalam 1 mm2 kamar hitung terdapat : 400 kotak kecil

Gambar 10. Posisi dan tinggi kaca penutup

RUMUS : PDP X TKP X KKS X Ery = ……./mm3


KKH
Contoh Perhitungan : 200 X 10 X 400 X 400 sel = 4.000.000 / mm3
80
Jadi jumlah Erytrosit = 4.000.000 sel/mm3 atau 4,0 juta sel / mm3

Keterangan :
PDP = Pengenceran darah dalam pipet Erytrosit
TKP = Tinggi kaca penutup
KKS = Kotak kecil sebenarnya
KKH = Kotak kecil yang dihitung
Ery = Erytrosit yang dihitung jumlahnya

Untuk mencari faktor perhitungan yang lebih praktis maka dapat digunakan angka
perhitungan sebagai berikut :
Faktor (F) = 200 x 10 x 400
80
= 10.000
Jadi setiap sel yang didapat dalam 4 kotak sedang (KBH) langsung dikalikan dengan
faktor tersebut diatas dan dapat diolah berupa tabel microsoft Excel untuk mempermudah
dalam bekerja di laboratorium.

31
Gambar 11. Bilik hitung Improved Neubauer Brightline untuk hitung eritrosit menggunakan
cara hayem

VII.1.7 Tingkat Pengenceran


Pengenceran tidak selalu mutlak 200x, namun dapat disesuaikan dengan kondisi
darah yang diperiksa. Apabila pasien mengalami anemia maka perlu diturunkan
pengenceran menjadi 100x pengenceran. Untuk cara tabung lebih fleksibel lagi karena
volume darah dan volume pengencer dapat diatur volume yang diambil.

Daftar pengenceran pipet Erytrosit


Darah sampai Cairan pengencer Pengenceran darah
Tanda 0,1 Tanda 101 1000 kali
Tanda 0,2 Tanda 101 500 kali
Tanda 0,5 Tanda 101 200 kali
Tanda 1,0 Tanda 101 100 kali

Daftar Pengenceran Tabung


Volume Cairan pengencer Pengenceran darah
5 µL 1995 µL 400 kali
10 µL 1990 µL 200 kali
20 µL 1980 µL 100 kali
40 µL 1960 µL 50 kali
50 µL 1950 µL 40 kali

VII.1.8 Nilai normal :


Laki-laki : 4,5 – 6,0 juta / mm3 darah
Perempuan : 4,0 – 5,5 juta / mm3 darah

VII.1.9 Bilik Hitung


Bilik hitung yang sangat baik digunakan adalah Improved Neubauer untuk hitung
leukosit. Namun untuk hasil terbaik dapat digunakan Improved Neubauer Brightline
produksi American Optical karena lapang pandang lebih jelas dengan lapang pandang
gelap dan garis bagi yang berwarna putih.

32
Luas Area Bilik Hitung Improved Neubauer

Bidang Kotak Kecil II


Bidang Kotak Kecil I

Bidang kotak kecil III

Bidang kotak kecil IV

Bidang kotak kecil V

- Luas area kotak eritrosit 1 x 1 m2 atau 400 kotak kecil atau 5 x 5 bidang kotak kecil.
- Setiap 16 kotak kecil atau 1 bidang kotak kecil, tiap 1 bidang kotak kecil nya
berukuran 0,2 mm x 0,2 mm.
- Area untuk penghitungan eritrosit pada pada sudut atas kiri, sudut atas kanan, tengah,
sudut bawah kiri dan sudut bawah kanan.

VII.1.10 Kesalahan yang sering di jumpai : :


1. Tidak sempurna mencampur darah dengan antikoagulan.
2. Darah kurang atau lebih di isap dengan pipet Thoma
3. Pipet Thoma masih basah.
4. Terdapat gelembung udara dalam pipet
5. Cairan ludah masuk dalam pipet

33
6. Tidak mengocok pipet Eritrosit segera setelah mengisap cairan pengencer (larutan
Hayem)
7. Kamar hitung, kaca penutup masih kotor
8. Sel-sel tidak merata di dalam pembagian skala (garis-garis bagi)
9. Salah menghitung sel-sel yang mentinggung garis batas dan jumlah bidang yang
dihitung kurang.

VII.1.11 Aturan Penghitungan


Aturan penghitungan eritrosit yang digunakan sama dengan hitung leukosit
Umumnya digunakan menyinggung garis kiri dan atas supaya lebih seragam.

VII.1.12 Konversi Satuan


Seiring dengan perkembangan zaman, maka satuan untuk pemeriksaan leukosit
mengalami perubahan satuan menjadi satuan baru (SI). Konversi satuan tersebut adalah
sebagai berikut :
Satuan lama :
Jumlah eritrosit = ............../mm3 darah atau dalam .........../µL
Satuan Baru :
Jumlah eritrosit = ............./L
Untuk konversinya :
Jumlah eritrosit per Liter (/L) = Jumlah eritrosit x 106/mm3 x 1.000.000 atau 106
= ...........x 1012/L

34
BAB VIII
HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFF. COUNT)

VIII.1.1 Prinsip
Setetes darah dibentangkan berupa dibuat hapusan darah diatas objek glass lalu
diwarnai secara polikromatik dan diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran
objektif 100 X, dihitung dalam 100 % leukosit dan digolongkan menurut jenisnya.

VIII.1.2 Alat dan reagensia :


1. Gelas objek : Bersih, kering dan bebas dari lemak. Sebaiknya menggunakan yang
baru untuk hasil yang optimal. Sebaiknya juga menggunakan jenis cleared edges
bukan jenis frosted glass.
2. Gelas penghapus : yang rata dan menghilangkan sudut-sudutnya. Gelas penghapus
dapat digunakan objek gelas yang telah digosok sudutnya agar rata atau
menggunakan deck glass (cover gelas) ukuran 22 x 22 mm atau 24 x 24 mm sebagai
gelas penggeser.
3. Mikroskop.
4. Minyak emersi.
5. Cat wright yang terdiri dari :
- Wright stain……………………………….0,1 gr ( digerus )
- Metanol absolut…………………………..60 mL
Simpan dalam botol berwarna coklat dan diberi tutup ditempat gelap sampai 2 – 3
minggu, sebelum dipakai harus disaring terlebih dahulu.
6. Buffer Phosphat : pH 7,0 yang terdiri dari :
- KH2PO4…………………………………….6,66 gr
- Na2HPO4…………………………………...3,20 gr
- Aquadest add……………………………...1000 mL
7. Aquadest / Air suling.
8. Alat Counter Diff. Count.

Gambar 12. Alat counter hitung jenis leukosit

VIII.1.3 Bahan Pemeriksaan :


Darah Vena dengan antikoagulant EDTA atau Darah kapiler

VIII.1.4 Pembuatan Hapusan Darah :


1. Alat – Alat :
a. Gelas Objek.
Ini harus bersih, kering dan tidak berlemak, permukaannya harus rata dan licin,
bila kotor harus dicuci dengan sabun dengan alkohol lalu dikeringkan dengan kain
atau kapas yang kering dan bersih
b. Gelas Penghapus.
Dapat dibuat dari delas objek dengan menghilangkan sudut – sudutnya , tepinya
harus rata dan bersih.
2. Teknik Kerja :

35
1. Setetes darah kapiler atau darah Vena dengan antikoagulan EDTA diletakan
dekat ujung salah satu dari gelas objek.
2. Gelas penghapus dipegang sedemikian rupa sehingga membuat sudut 300
dengan gelas objek dan tetesan darah tadi terletak didalam sudut tersebut.
3. Gelas penghapus ini digeserkan kearah tetesan darah sehingga menyentuhnya
dan darah tadi akan merata antara ujung gelas penghapus dan gelas objek.
4. Dengan cepat gelas penghapus digeserkan kearah yang bertentangan dengan
arah pertama. Dengan semikian darah tadi akan merata diatas gelas objek
sebagai lapisan tipis.
5. Hapusan ini segera dikeringakan dengan menggerak – gerakannya diudara atau
dapat dipakai kipas angin, tetapi jangan ditiup dengan hembusan napas.
6. Tebalnya lapisan darah tergantung dari :
1.1 Besarnya tetesan darah.
1.2 Cepatnya kita menggeserkan gelas penghapus.
1.3 Sudut antara gelas penghapus dan gelas objek.
gerakan yang pelan dan atau sudut yang lebih kecil dari 300 akan
menghasilkan lapisan darah yang tipis dan sebaliknya penggeseran yang
cepat dan atau sudut yang lebih besar dari 300 akan menghasilkan lapisan
darah yang tebal.
7. Leukosit – leukosit tak boleh bergerombol di bagian terakhir dari hapusan, Bila ini
terjadi maka distribusi dari macam – macam lekosit tak refresentatif. Gerakan
yang paling pelan atau gelas penghapus yang kotor dapat menyebabkan
kesalahan ini.
8. Mengeringkan hapusan darah dengan segera penting sekali, karena bila tidak
maka eritrosit – eritrosit akan mengalami kerusakan – kerusakan (crenation) dan
memudahkan terjadinya rouleaux. Leukosit – leukosit akan mengkerut.

Gambar 13. Cara Pembuatan Hapusan Darah

36
VIII.1.5 Penilaian Kualitas Preparat yang Sudah Dibuat
• Lebar x panjang kira-kira 2,5 x 3 cm
• Ada bagian yang tebal dan tipis.
• Terlalu tebal sel-sel eritrosit menutupi satu sama lain sehingga mempersulit penilaian.
• Terlalu tipis sel-sel akan kehilangan bentuk bikonkafitasnya terutama daerah tepi.
• Ekor tidak seperti bendera robek
• Preparat tidak berlubang
• Preparat tidak terputus-putus.

* Contoh preparat yang bagus atau yang layak di baca di bawah ini :

* Contoh preparat yang tidak layak atau tidak bisa di baca :

* Tidak layak karena :


- Preparat berlobang
- Preparat terputus-putus

VIII.1.5 Teknik Pewarnaan Wright :


1. Hapusan yang sudah kering difiksasi dengan meneteskan Wright’s Stain pada lapisan
darah, sehingga ini tertutup seluruhnya, waktu fiksasi 2 menit.
2. Pengecatan dilanjutkan dengan menambahkan (meneteskan larutan buffer yang
sama banyaknya / satu setengah kali banyaknya) pada Wright’s tadi. Buffer
phosphate pH 7,0 dan Wright’s Stain ini segera dicampur dengan jalan meniup – niup
beberapa kali.
3. Diamkan 20 menit untuk memberi kesempatan kepada sel –sel tercat dengan baik.
4. Hapusan dicuci dengan aquadest / air biasa.
5. Keringkan dan periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100x pakai anisol/oli
Imersi.

Pemeriksaan Darah Hapus :


1. Preparat yang sudah kering di evaluasi terlebih dahulu di bawah mikroskop dengan
pembesaran 10x, Untuk melihat keadaan pewarnaan baik / tidak dan untuk melihat
keadaan eritrosit apakah merata atau bertumpuk – tumpuk. Tempat pemeriksaan
yang baik adalah didaerah eritrosit yang merata dan berdampingan yang berwarna
merah jambu.
2. Pemeriksaan dilakukan mulai dari tepi sebelah atas turun kebawah, kemudian
kesamping, keatas, kesamping, kebawah dan seterusnya sampai mencapai jumlah
100 atau 200 sel leukosit, Ini tergantung dari jumlah leukosit dalam 1 mm3

37
Yang perlu diperhatikan :
1. Fiksasi harus cukup lama, bila tidak maka kromatin dan inti akan larut.
2. Sediaan hapusan dikeringkan di udara terbuka atau kipas angin. Sediaan hapusan
tidak dibolehkan mengeringkan dengan cara meniupkan dengan mulut karena
menyebabkan lisis sel darah. Pengeringan menggunakan oven tidak diperkenankan
karena menyebabkan sediaan kering terkelupas. Penggunaan inkubator suhu 37 C
masih dapat diperkenankan, namun hanya 1 menit saja.
3. Pada hapusan yang baik eritrosit-eritrosit warnanya merah orange (red orange) dan
warna leukosit sesuai dengan daya serap masing-masing terhadap zat warna basa,
asam, netral dan afinitasnya.
4. Bila eritrosit-eritrosit biru warnanya, maka ini disebabkan karena buffer yang terlalu
alkalis atau pencucian yang kurang bersih.
5. Bila inti sel-sel warnanya biru dan tak ungu, maka ini disebabkan karena pengecatan
yang kurang
6. Bila pengecatan dilakukan terlalu lama kemudian dicuci, granula-granula tak tampak
lagi.
7. Untuk menghindari pengendapan dari metallic scum pada hapusan, kita tidak boleh
memiringkan gelas objek untuk membuang cat, melainkan cat tersebut harus
dihanyutkan dengan menuangkan aquadest yang cukup banyaknya sedangkan
hapusan tetap horizontal diatas rak.
8. Waktu fiksasi dan pengecatan dapat diubah-ubah tergantung dari kualitas cat yang
digunakan.

Pemeriksaaan kualitas Hapusan darah :


Dilakukan dengan memakai penbesaran kecil dengan lensa objektif 10 x. yang perlu dinilai
adalah :
1. Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit-erithrosit dan leukosit-leukosit jelas
terpisah satu dengan lainnya.
2. Hapusan tidak boleh mengandung endapan cat.
3. Leukosit-leukosit tidak boleh menggerombol pada bagian akhir hapusan
4. Bila hapusan tidak memenuhi syarat-syarat tersebut diatas maka perlu diadakan
pemeriksaan lebih lanjut atau membuat hapusan baru.

Nilai Normal :
Persen Jumlah
- Basopil 0–1% 0 – 50 /mm3 darah
- Eosinopil 1–3% 40 – 300/mm3 darah
- Batang / Stab 2–6% 80 – 600/mm3 darah
- Segmen 50 – 70 % 2000 – 7000/mm3 darah
- Limposit 20 – 40 % 800 – 4000/mm3 darah
- Monosit 2–8% 80 – 800/mm3 darah

VIII.2 PEWARNAAN HAPUSAN DARAH LAIN :


1. Pengecatan Romanowsky :
Pengecatan dengan menggunakan Larutan Romanowsky ini dengan pengenceran 5
kali yaitu 1 Bagian Romanowsky : 4 Bagian Larutan Buffer Phosfat pH 7,2 (1 : 4).

Komposisi Larutan Romanowsky :


- Wright Stain…………………….5,0 gram
- Giemsa Stain……………………..1,0 gram
- Glycerin……………………………90 ml
- Metanol Absulot ………………….2910 ml
Masukan kedalam botol cokelat dan simpan dlm lemari es selama 30 hari (
1 bulan ), Baru boleh dipergunakan.

38
Teknik Kerja :
1. Preparat yang sudah kering difiksasi dengan metanol selama 2 menit.
2. Sisa metanol dibuang
3. Tuang larutan Romanowsky yang telah dibuat dengan perbandingan 1 : 4 tadi.
4. Diamkan selama 15 – 20 menit.
5. Cuci dengan aquadest atau air biasa.
6. Keringkan dan periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 X dengan
memakai oli Imersi / Anisol.

2. Pengecatan Giemsa
Pengecatan dengan menggunakan larutan Giemsa ini dengan perbandingan satu
banding satu yaitu 1 tetes giemsa ditambah 1 tetes buffer phosfat pH 7,2 (1 : 1).
Teknik Kerja :
1. Preparat yang sudah kering difiksasi dengan metanol selama 2 menit.
2. Kelebihan metanol di buang
3. Tuang larutan giemsa yang telah diencerkan dan diamkan selama 15 – 20 menit .
4. Cuci dengan aquadest atau air biasa.
5. Keringkan dan periksa dibawah mikroskop pembesaran 100 kali pakai oli Imersi
atau Anisol.

3. Pengecatan Kiewiet de Jong


Pewarnaan ini hampir sama dengan cara Wrights Stain, hasil pewarnaannya juga baik
dan kualitasnya sama dengan cara Wrights, tetapi cara ini lebih cepat dan singkat
sehingga cocok digunakan pada laboratorium yang memerlukan pemeriksaan cepat.
Campur larutan Kiewiet de Jong A (Methylene Blue) dengan Kiewiet de Jong B (eosin)
dengan perbandingan 1 : 1, campur dan diamkan selama minimal 7 hari, baru dapat
dipakai.
Teknik Kerja :
1. Sediaan yang sudah kering difiksasi dengan meneteskan larutan Kiewiet de Jong
pada pada sediaan secara merata.
2. Diamkan selama 30 – 60 detik agar sediaan terfiksasi.
3. Tambahkan sama banyaknya buffer Phosphat pH 6,4 pada sediaan tadi dan
segera langsung ditiup-tiup untuk tujuan mencampur.
4. Diamkan selama 2 – 3 menit agar sediaan terwarnai.
5. Cuci dengan aquadest dan keringkan.
6. Diperiksa dibawah mikroskop lensa objektif 100 x dengan anisol / imersi.

Gambar 13. Preparat sediaan Hapus Darah

4. Pengecatan Tanding dua Polikromatik


Adakalanya pengecatan/pemulasan dengan teknik Giemsa atau Wright tidak
memuaskan hasilnya karena masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Untuk
menutupi kelemahan ini perlu dilakukan pulasan tanding, sehingga kekurangan keduanya

39
dapat ditutupi, sifat baik keduanya dapat dimunculkan. Caranya Zat warna Wright untuk
fiksasi dan Giemsa encer dengan buffer fosfat sebagai pengganti buffer Wright. Kombinasi
lain yang memungkinkan Kiewit de Jong-Giemsa atau Kiewit de Jong-MayGrunwald-
Giemsa.
1. Sediaan hapus darah yang kering difiksasi dengan meneteskan zat Wright dan
dibiarkan selama 1-2 menit untuk merekatkan sediaan.
2. Ditambahkan sama banyak jumlahnya Giemsa yang telah diencerkan dengan Buffer
fosfat pH 7,2 dan dicampur dengan cara ditiup-tiup.
3. Biarkan sediaan diwarnai selama 15 menit.
4. Dihanyutkan zat warna dengan air dan dicuci hingga bersih dan dikeringkan.

VIII.3 PERHITUNGAN
Perhitungan Persentase (%)
Perhitungan persentase dengan cara menghitung sebanyak 100 leukosit yang ditemui
dalam lapang pandang mikroskop. Setiap leukosit yang ditemukan pada 10 pembagian
dimasukkan ke tiap jenis sel leukosit sebanyak 10, sehingga apabila dijumlahkan maka 10
x 10 menjadi 100 sel leukosit.
No Nama sel I II III IV V VI VII VIII IX X Persentase
1. Basophil
2. Eosinophil
3. Neutrophil Stab
4. N.Segmen
5. Limposit
6. Monosit

Perhitungan Mutlak (mm3 darah)


Penghitungan untuk mencari jumlah mutlak sel. Untuk menghitung ini diperlukan jumlah
leukosit per mm3 darah, lalu dikalikan silang dengan jumlah persen untuk tiap jenis
leukosit dan dibagi 100% akan didapatkan hasil.

Jumlah sel = Jumlah hitung leukosit x % Hasil Diff Count = ………/mm3 darah
100 %
3
No Nama sel % hasil Diff Count Jumlah sel (mm ) Nilai Normal
3 3
1. Basofil ………………% ……………../mm 0 – 50 /mm darah
3 3
2. Eosinofil ………………% ……………../mm 40 – 300/mm darah
3 3
3. Neutrofil stab ………………% ……………../mm 80 – 600/mm darah
3 3
4. Neutrofil segmen ………………% ……………../mm 2000 – 7000/mm darah
3 3
5. Limposit ………………% ……………../mm 800 – 4000/mm darah
3 3
6. Monosit ………………% ……………../mm 80 – 800/mm darah

VIII.4 JENIS LEUKOSIT DARAH TEPI NORMAL

Basofil Eosinofil Netrofil Stab

40
Netrofil Segmen Limfosit Monosit

VIII.5 KARAKTERISTIK LEUKOSIT DARAH TEPI NORMAL


1. Basofil
Sel ini menyerap zat warna basa sehingga dinamakan basofil, sehingga mempunyai
sifat basofilik. Ciri – ciri sebagai berikut :
- Besarnya sel : 8 – 14 mikron
- Inti sel
o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
o Bentuk inti : Tidak jelas karena tertutup oleh granula-granula.
o Warna inti : Kebiru-biruan.
o Kromatin : Kasar
o Membran inti : ada
- Sitoplasma
o Luasnya / lebarnya : Sedang
o Warna sitoplasma : Oxyphil (faint pink)
o Perinuklear Zone : Tidak ada
- Granula : Sedikit atau banyak, kasar tidak sama besar, warna biru
tua atau gelap.
- Granula : Mengandung Mukopolisakarida, Histamin.
- Fungsi : Dalam reaksi Alergi, reaksi Hipersensitifitas, meningkat
dalam infeksi virus tertentu.

2. Eosinofil
Sel ini menyerap zat warna eosin yang bersifat asam sehingga dinamakan eosinofil,
sehingga mempunyai sifat eosinofilik. Ciri – ciri sebagai berikut :
- Besarnya sel : 10 – 15 mikron
- Inti sel
o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
o Bentuk inti : Bersegmen (2 – 3 lobi)
o Warna inti : Kebiru-biruan (agak pucat)
o Kromatin : Kasar
o Membran inti : ada
o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada
- Sitoplasma
Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar/lebih lebar
Warna sitoplasma : Oxyphil / Eosinophil / kemerahan
Perinuklear Zone : Tidak ada
- Granula dalam sitoplasma : Banyak, sama besar , bulat, warna orange
kemerahan kuning-kuning mengkilap (bronze).
- Granula : Mengandung enzim yang menghambat mediator
inflamasi dan histaminasi.
- Fungsi : Berhubungan dengan Inflamasi akibat respon
Imunologik. Eosinophil mampu melakukan fagositosis
tetapi tidak mampu membunuh kuman.

41
3. NEUTROFIL STAB (BATANG)
- Besarnya sel : 10 – 15 mikron
- Inti sel
o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
o Bentuk inti : Bentuk batang.
o Warna inti : Biru keunguan (agak pucat)
o Kromatin : Kasar bergerombol
o Membran inti (nucleoli) : Tidak ada
- Sitoplasma
Luasnya / lebarnya : Relatif lebih lebar
Warna sitoplasma : Oxyphil.
Perinuklear Zone : Tidak ada
- Granula dalam sitoplasma : Biasa oxyphil, namun ada juga basophil atau
Neutrophilic. Tersebar halus homogen.
- Fungsi : Melakukan Fagositosis

4. NEUTROFIL SEGMEN.
- Besarnya sel : 10 – 15 mikron
- Inti sel
o Letaknya dalam sel : Sentral / Eksentrik
o Bentuk inti : Bersegmen (2 – 3 lobi)
o Warna inti : Biru pucat keunguan
o Kromatin : Kasar lebih kompak.
o Butir inti (nucleoli) : tidak ada
- Sitoplasma
o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih lebar
o Warna sitoplasma : Oxyphil (faint pink)
o Perinuklear Zone : Tidak ada
o Granula dalam sitoplasma : Tersebar halus dan berwarna ungu (neutrofilic).
- Fungsi : Melakukan fagositosis.

5. LIMPOSIT.
- Besarnya sel : 10 – 15 mikron , Ada yang besar (limposit besar), ada
yang sedang (limposit sedang), ada yang kecil
(limposit kecil).
- Inti sel
o Letaknya dalam sel : Eksentrik
o Bentuk inti : Oval / bulat dan relatif besar.
o Warna inti : Biru gelap
o Kromatin : Kompak memadat
o Membran inti : Kurang jelas terlihat
o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada
- Sitoplasma
o Luasnya / lebarnya : Relatif sempit
o Warna sitoplasma : Oxyphil
o Perinuklear Zone : Umumnya tidak ada
- Granula dalam sitoplasma : Tidak ada. Kalau ada granula disebut granula
Azurophil.
- Fungsi : Berhubungan aktifitas imunitas seluler dan imunitas
humoral.
6. MONOSIT.
- Besarnya sel : 10 – 22 mikron
- Inti sel
o Letaknya dalam sel : Eksentrik

42
o Bentuk inti : Menyerupai otak (brain like form)
o Warna inti : Kemerah-merahan / keunguan
o Kromatin : Tersusun lebih kasar
o Butir inti (nucleoli) : Tidak ada
- Sitoplasma
o Luasnya / lebarnya : Relatif lebih besar kadang-kadang ada pseudopodia
o Warna sitoplasma : Biru pucat
o Perinuklear Zone : Tidak ada
- Granula dalam sitoplasma : Kadang-kadang ada granula Azurophil
- Fungsi : Melakukan fagositosis.

43
BAB IX
LAJU ENDAP DARAH

IX.1. PENDAHULUAN
Istilah-istilah yang kadang-kadang digunakan untuk LED dalam bahasa asing
adalah :
1. ESR : Erytrocyte Sedimentation Rate (Amerika)
2. BBS : Bloed Bezenking Snelheid (Belanda)
3. BSR : Blood Sedimentation Rate (Inggris)
4. BS : Blood Sedimentation
5. BSE : Blood Sedimentation Erythrocyte
6. KPD : Kecepatan Pengendapan Darah (Indonesia)

IX.2 CARA KERJA


Prinsip : Darah vena dengan anticoagulant tertentu dimasukkan kedalam tabung
tertentu dan dicatat waktu pengendapan dari eritrosit
Tujuan : untuk mengetahui kecepatan pengendapan eritrosit abnormal dalam darah
seseorang dengan waktu tertentu

IX.2.1 Cara Westergreen


Alat dan Reagensia :
a. Tabung / pipet Westergreen
- Panjangnya 300 mm
- Garis tengah dalam 2,5 mm
- Pembagian skala dari 0-200 mm
- Isi pipet 1,0 mL
- Ujung pipet terbuka
b. Rak dari tabung Westergreen
- Untuk menempatkan tabung westergreen harus dalam keadaan vertikal
- Bagian bawah terdapat karet untuk menutup lubang tabung
- Dibagian atas terdapat pegas untuk menekan tabung ke bawah
c. Kertas saring
d. Pengatur waktu
e. Anticogulant Na. Citrat 3,8 %
f. Anticoagulant EDTA bubuk
g. NaCl 0,9 %

Bahan Pemeriksaan :
♦ Darah vena dengan anticoagulant Na.citrat 3,8 % (perbandingan darah : citrat
3,8% adalah 4 : 1)
♦ Darah vena dengan Anticoagulant EDTA bubuk

1. Teknik Kerja langsung dengan anticoagulant Na.Sitrat 3,8%


• Darah vena diambil sebanyak 1,6 mL dan dimasukkan ke dalam tabung yang
telah berisi 0,4 mL Natrium sitrat 3,8%.
• Dicampur perlahan dan dipipet hingga tanda 0 pada skala pipet dengan alat
bantu bola isap, bagian luar pipet dibersihkan dengan kertas saring atau tissue.
• Diletakkan di rak Westergren dengan posisi vertikal dan dihitung jamnya.
• Dibaca tinggi lapisan plasma dari atas hingga pada permukaan atas dari kolom
eritrosit dibaca setelah satu dan dua jam
2. Teknik kerja dengan antikoagulan Na.Citrat 3,8 % Tabung Vakum

44
• Dilakukan pengambilan darah menggunakan jarum dan holder, setelah terlihat
darah memasuki ujung jarum, ditusukkan tabung vakum hitam berisi Natrium
Sitrat 3,8% hingga tanda atau vakumnya habis.
• Darah dengan antikoagulan Na. Citrat 3,8 % tadi diisap dengan tabung
westergreen tepat tanda nol menggunakan alat bantu bola isap, bagian luar pipet
dibersihkan dengan kertas saring atau tissue.
• Di letakkan di rak Westergreen dalam keadaan tabung harus tepat vertikal.
• Dibaca tinggi lapisan plasma dari atas hingga pada permukaan atas dari kolom
eritrosit dibaca setelah satu dan dua jam.

3. Teknik kerja dengan Modifikasi Antikoagulan EDTA


• Dipipet NaCl 0,9 % dengan pipet westergreen sampai tanda 150, masukkan
dalam tabung reaksi,
• Dipipet darah dengan pipet Westergreen tadi sampai tanda 0, dimasukkan dalam
tabung yang berisi NaCl 0,9 % tadi , dicampur.
• Darah dengan antikoagulan EDTA tadi diisap dengan tabung Westergreen tepat
tanda nol, bagian luar pipet dibersihkan dengan kertas saring atau tissue.
• Lubang atas dari pipet ditutup dengan jari lalu ditempatkan dirak Westergreen
dalam keadaan tabung harus tepat vertikal.
• Dibaca tinggi lapisan plasma dari atas hingga pada permukaan atas dari kolom
eritrosit dibaca setelah satu dan dua jam.

IX.2.2 Cara Wintrobe


Teknik Kerja :
1. Darah dengan antikoagulan Na.Citrat 3,8 % dimasukkan pada tabung Wintrobe
sampai garis tanda nol tepat, jagalah jangan sampai terjadi gelembung udara.
2. Biarkan tabung Wintrobe dalam sikap lurus pada satu tempat yang tak banyak
angin selama 1 jam.
3. Bacalah tinggi lapisan plasma dengan milimeter sebagai laju endapan darah.

IX.3 NILAI NORMAL


Cara Westergren :
Laki-laki : 0 – 10 mm/jam
Perempuan : 0 – 15 mm/jam

Cara Wintrobe :
Laki-laki : 0 – 9 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam

IX.4 YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Antikoagulan dan darah harus tercampur dengan baik dan rata.
2. Hindari terjadinya hemolisa
3. Tabung yang dipakai harus bersih dan kering
4. Keadaan tabung harus vertikel atau tegak.
5. Keadaan darah tidak boleh mengandung gelembung udara
6. Penentuan LED sebaiknya dilakukan tidak lebih dari 1 jam sesudah pengambilan
darah.

45
BAB X
HITUNG EOSINOFIL

X.1 PENDAHULUAN
Eosinofil merupakan salah satu dari seri leukosit yang memiliki granula dan
tergolong dalam granulosit. Granula dalam sel ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
eosin sehingga pada pewarnaan mengambil zat warna asam eosin dan berwarna merah
orange. Jumlah normal eosinofil berkisar antara 1-3 sel per 100 leukosit. Mempunyai
sedikit kemampuan phagositosis. Peranan utama dari eosinofil masih belum jelas. Hanya
dikatakan terjadi peningkatan jumlahnya apabila tubuh kemasukkan benda-benda asing,
baik suatu protein asing ataupun parasit yaitu disebut keadaan alergi. Selain terdapat di
sirkulasi juga dapat tinggal di jaringan-jaringan pada keadaan alergi, misalnya di mukosa
usus, jaringan paru-paru.
Sel eosinofil dalam sitoplasmanya terdapat granula-granula yang berisi dan
mempunyai bahan-bahan :
1. Peroksidase (untuk deaminasi oksidatif histamin)
2. Aryl Sulfatase B (yang merusak SRS dari reaksi anafilaktik)
3. Histaminase ( untuk deaminasi oksidatif histamin)
4. Fosfolipase D (yang menginaktifkan platelet anaphylaxis factor)
Sel ini selain berfungsi melindungi tubuh dari benda asing juga berfungsi
mengakhiri reaksi alergi. Sel ini juga banyak dijumpai pada infeksi parasit.

X.2 CARA KERJA


X.2.1 Prinsip
Darah diencerkan dengan suatu larutan zat warna tertentu (Eosin) akan
membentuk sel-sel Leukosit, sedangkan sel-sel yang lisis dan dihitung selnya dalam
kamar hitung di bawah mikroskop.

X.2.2 Alat dan Reagensia


1. Hemocytometer :
- Bilik hitung Improved Neubauer
- Pipet leukosit dari Thoma
- Kaca penutup dan karet pengisap
2. Blue dan Yellow Tips
3. Mikropipet 500 µL dan 50 µL
4. Tabung Reaksi kecil
5. Parafilm
6. Pengocok Vortex Mixer
7. Kertas Saring/Tissue
8. Larutan Eosin :
- Larutan Eosinofil 2%.................5 mL
- Aseton …………………….........1 mL
- Aquadest...............................100 mL

X.2.3 Bahan Pemeriksaan


Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau darah kapiler.

X.2.4 Cara Kerja menggunakan Pipet Thoma :


1. Di isap darah sampai tanda 1 tepat dengan pipet leukosit.
2. Di isap larutan Turk tanda 11 tepat.
3. Kocok selama 1 menit dengan gerakan angka delapan.
4. Sebelum mengisi kamar hitung pipet leukosit dikocok selama 1 menit
5. Buang cairan kira-kira 3 – 4 tetes

46
6. Isi kamar hitung dengan menempelkan ujung pipet di tepi kaca penutup biarkan kamar
hitung terisi perlahan-lahan dengan daya kapilaritasnya. (jangan sampai berlebihan
hingga akhirnya cairan melewati garis batas kedua bidang)
7. Biarkan 2 – 3 menit pada tempat yang rata untuk memberi kesempatan kepada
eosinofil mengendap.
8. Hitung semua eosinofil yang terdapat dalam 4 mm2 atau dalam 4 bidang besar.

X.2.5 Cara Kerja Pengenceran dalam Tabung :


1. Dimasukkan larutan Eosin 500 µL dalam tabung reaksi yang bersih dengan
menggunakan mikropipet.
2. Buang cairannya 50 µL dengan mikropipet.
3. Darah dikocok dahulu lalu diambil 50 µL dengan mikropipet
4. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan eosin dengan memasukkan ujung yellow tips kedasar tabung.
5. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur.
6. Kocok tabung 4 – 5 kali (untuk lebih baiknya menggunakan pengocok khusus vortex
mixer atau tabung ditutup dengan parafilm dan dikocok bolak balik) dan diamkan
selama 2-3 menit.
7. Sebelum mengisi kamar hitung tabung dikocok beberapa kali.
8. Isi kamar hitung dengan menempelkan ujung mikropipet ditepi kaca penutup biarkan
kamar hitung terisi denga daya kapilaritasnya. (jangan sampai berlebihan hingga
akhirnya cairan melewati garis batas kedua bidang)
9. Biarkan 2 – 3 menit pada tempat yang rata untuk memberi kesempatan kepada
eosinofil mengendap.
10. Hitung semua eosinofil yang terdapat dalam 4 mm2 atau dalam 4 bidang besar.

X.2.6 Cara Perhitungan :


- Dalam 4 bidang besar atau 1 mm2 ke I terdapat sel eosinofil = 3 sel, bidang ke II = 3
sel, bidang ke III = 2 sel, bidang ke IV = 4 sel, Jumlah seluruhnya adalah 12 sel.
- Pengenceran darah = 10 bagian / 1 bagian darah = 10 x
- Tinggi Kaca Penutup = 1/0,1 mm = 10 x

RUMUS : PDP X TKP X KKS X Leu = ……./mm3


KBH

Contoh Perhitungan : 10 X 10 X 12 sel = 300 / mm3 darah


4
Jadi jumlah sel eosinofil yang di hitung = 300 sel / mm3 darah

Keterangan :
PDP = Pengenceran darah dalam pipet Leukosit
TKP = Tinggi Kaca Penutup
KBH = Kotak besar yang dihitung

Untuk mencari faktor perhitungan yang lebih praktis maka dapat digunakan angka
perhitungan sebagai berikut :

47
Faktor (F) = 10 x 10
4
= 25
Jadi setiap sel yang didapat dalam 4 kotak sedang (KBH) langsung dikalikan dengan
faktor tersebut diatas dan dapat diolah berupa tabel microsoft Excel untuk mempermudah
dalam bekerja di laboratorium.

X.2.9 Kesalahan yang sering di jumpai :


1. Tidak sempurna mencampur darah dengan antikoagulan.(tidak dikocok sempurna)
2. Darah kurang atau lebih di isap dengan pipet Thoma.
3. Pipet Thoma masih basah dengan cairan.
4. Terdapat gelembung udara dalam pipet.
5. Cairan eosin turun setelah di pipet dilepas dari karet pengisap dan belum dikocok.
6. Cairan ludah masuk dalam pipet
7. Tidak mengocok pipet leukosit segera setelah mengisap cairan pengencer.
8. Kamar hitung, kaca penutup masih kotor
9. Sel-sel tidak merata di dalam pembagian skala (garis-garis bagi) dalam bilik hitung.
10. Salah menghitung sel-sel yang menyinggung garis batas dan jumlah bidang yang
dihitung kurang.
11. Mikropipet yang digunakan tidak di kalibrasi.
12. Salah menghitung sel yang berwarna kuning muda sebagai eosinofil (netrofil),
eosinofil berwarna merah orange.

VI.2.11 Konversi Satuan


Seiring dengan perkembangan zaman, maka satuan untuk pemeriksaan leukosit
mengalami perubahan satuan menjadi satuan baru (SI). Konversi satuan tersebut adalah
sebagai berikut :
Satuan lama :
Jumlah leukosit = ............../mm3 darah atau dalam .........../µL
Satuan Baru :
Jumlah leukosit = ............./L
Untuk konversinya :
Jumlah leukosit per Liter (/L) = Jumlah eosinofil x 103/mm3 x 1.000.000 atau 106
= ................x 109/L

VI.2.9 Nilai normal


Laki-laki / Perempuan : 50 - 300 / mm3 darah

VI.2.10 Aturan Penghitungan


Aturan ini sama dengan yang dilakukan pada hitung leukosit. Namun sangat
disarankan untuk menghitung seluruh kotak leukosit atau seluruh bidang bilik hitung 3 x 3
mm.

VI.2.11 Bilik Hitung


Bilik hitung yang sangat baik digunakan adalah Improved Neubauer untuk hitung
eosinofil. Namun untuk hasil terbaik dapat digunakan Improved Neubauer Brightline
produksi American Optical karena lapang pandang lebih jelas. Bilik hitung jenis lain dapat
juga digunakan seperti Thoma, Burker, Turk atau Fuchs Rosenthal.

48
BAB XI
HEMATOKRIT

XI.1 PENDAHULUAN
Hematokrit (HCT) adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan
memutarnya di dalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen (%).
Hematokrit biasa juga disebut Packed Cell Volume (PCV). Padatnya kolom eritrosit yang
didapat dengan cara memutar darah dengan sentrifuge ditentukan oleh :
- Radius sentrifuge
- Kecepatan sentrifuge
- Lamanya sentrifuge

XI.2 METODE PEMERIKSAAN


Prinsip :
Darah dengan antikoagulan isotonik dalam tabung diputar selama beberapa menit dengan
kecepatan 3000 rpm dan di hitung tinggi lapisan eritrosit terhadap lapisan plasma.

Tujuan :
Untuk menentukan dan mengukur Volume erythrosit yang dipadatkan sehingga derajat
anemia atau polycethaemia seseorang diketahui.

Bahan Pemeriksaan :
Darah vena dengan antikoagulan EDTA atau darah kapiler atau darah heparin
(mikrohematokrit).

Alat dan Reagensia :


1. Spuit dan Neddle 6. Wax
2. Tourniquette 7. Lampu spritus
3. Sentrifuge 8. Tabung Mikrokapiler
4. Sentrifuge Mikrohematokrit 9. Stopwatch
5. Tabung Wintrobe

Teknik Kerja :
b. Cara Makro menurut Wintrobe.
− Isilah tabung Wintrobe dengan darah vena EDTA atau oxalat sampai tanda garis
100 diatas.
− Masukkan tabung itu ke dalam sentrifuge yang cukup besar dan putarlah selama
30 menit pada kecepatan 3000 rpm.
− Baca penetapan itu dengan memperhatikan :
• Warna plasma
• Tebalnya lapisan putih yang tersusun atas leukosit dan thrombosit (Buffy
coat) diatas lapisan Erythrosit.
− Hitung volume erythrosit dan dinyatakan dalam %

c. Cara Mikrohematokrit
− Isilah tabung mikrokapiler khusus dengan darah vena atau darah kapiler
sebanyak 4/5 bagian.
− Salah satu ujungnya ditutup dengan cara membakar atau dengan lilin (wax).
− Masukkan tabung kapiler itu ke dalam sentrifuge mikrohematokrit dengan ujung
yang tertutup diletakkan ke arah luar.
− Putar selama 3-5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm.
− Bacalah nilai hematokrit dengan menggunakan grafik khusus atau alat khusus.

49
Nilai Normal :
- Laki-laki : 40 - 48 %
- Perempuan : 37 – 43 %

Menurut literatur lain nilai normal :


Welly :
Pria : 42 – 50%
Wanita : 40 – 48%

Heplen :
Pria : 40 – 54%
Wanita : 37 – 47%

Perhitungan :
Hematokrit = Tinggi volume eritrosit yang dipadatkan x 100%
Tinggi Volume Total darah

Contoh :
Tinggi kolom volume eritrosit yang dipadatkan = 4,5 mm
Tinggi volume total darah = 10 mm

Hematokrit = 4,5 mm x 100% = 45%


10 mm

Sumber Kesalahan :
1. Kesalahan sampel darah
2. Tidak memakai jumlah antikoagulan yang sesuai dengan jumlah darah yang dipakai.
3. Tabung hematokrit tidak bersih dan kering
4. Tidak cukup waktunya memutar tabung hematokrit
5. Pembacaan yang tidak tepat.
6. Memakai darah wintrobe yang disimpan lebih dari 3 jam.
7. Tidak mencampur darah di dalam botol sewaktu akan mengisi tabung.

Gambar Hematokrit mikrokapiler terdiri : lilin, tabung mikro, skala pembacaan

50
BAB XII
INDEKS ERITROSIT

XII.1 PENDAHULUAN
Untuk menghitung indeks eritrosit, maka diperlukan nilai hemoglobin, eritrosit dan
hematokrit pada seseorang yang akan dihitung nilainya. Ada 3 macam index erythrosit
yaitu :
1. Volume Index (V.I) dan MCV
2. Color Index (C.I) dan MCH
3. Saturation Index (S.I) dan MCHC
Ketiga index ini gunanya untuk mengetahui ukuran dan jumlah Hb dalam eryhtrosit rata-
rata. Biasanya dalam alat hematology analyzer telah ada perhitungan nilai ini.

Tujuan :
Untuk mengetahui dan menentukan derajat anemia dan jenis anemia yang terjadi pada
seseorang.

XII.2 INDEKS ERITROSIT


1. Mean Corpuscular Volume (MCV).
Nilai normal : 80 – 94 fL (femtoliter). Satuan lama yang digunakan adalah µ3 (mikron
kubik). Untuk mencari MCV ini harus diketahui nilai hematokrit dan jumlah erythrosit
per mm3 darah. MCV ini menyatakan volume rata-rata dari sebuah erythrosit.
Rumus : MCV = Hematokrit x 10 fL
Erythrosit
Telah ditetapkan nilai rujukan baru dan telah diaplikasikan di alat hematology analyzer
sebagai berikut di bawah ini :
1. Dewasa : 80 - 100 fL (baca femtoliter)
2. Bayi baru lahir : 98 - 122 fL
3. Anak usia 1-3 tahun : 73 - 101 fL
4. Anak usia 4-5 tahun : 72 - 88 fL
5. Anak usia 6-10 tahun : 69 - 93 fL

Isi erythrosit rata-rata digunakan untuk menetapkan apakah anemia itu Makrocytair,
Normocytair atau Mikrocytair.
1. Anemia Makrocytair : MCV lebih dari 94 fL
2. Anemia Normocytair : MCV rata-rata 80 – 94 fL
3. Anemia Mikrocytair : MCV kurang dari 80 fL

Color Index = Hb yang didapat : Erythrosit yang dihitung


Hb normal Eryhtrosit normal
Normal Color Index = 0,9 - 1,1

2. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)


Nilai normal : 28 – 32 pikogram. Untuk mencari MCH ini harus diketahui nilai
hemoglobin dan erythrosit per mm3 darah. MCH ini menyatakan banyaknya
Hemoglobin dalam Erythrosit rata-rata.
Rumus : MCH = Hemoglobin x 10 pg
Erythrosit

Nilai rujukan baru dan telah diaplikasikan di alat hematology analyzer adalah sebagai
berikut :
1. Dewasa : 26 - 34 pg (baca pikogram)
2. Bayi baru lahir : 33 - 41 pg
3. Anak usia 1-5 tahun : 23 - 31 pg

51
4. Anak usia 6-10 tahun : 22 - 34 pg

Volume Index = PCV yang didapat : Erythrosit yang dihitung


PCV normal Eryhtrosit normal
Normal Volume Index = 0,9 - 1,1

Untuk MCH dan Indeks warna gunanya untuk menetapkan apakah anemia itu :
Anemia Hyperkhrom, Anemia Normokhrom atau Anemia Hypokhrom.
1. Anemia Hyperkhrom : MCH lebih dari 32 pg
2. Anemia Normokhrom : MCH rata-rata 28 – 32 pg
3. Anemia Hypokhrom : MCH kurang dari 28 pg

3. Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)


Nilai normal : 32 – 36 %. Untuk mencari MCHC ini harus diketahui nilai Hemoglobin
dan Hematokrit darah. MCHC ini menyatakan banyaknya kadar Hemoglobin yang
didapat dalam erythrosit rata-rata. Dalam aplikasi alat hematology analyzer tidak
menggunakan satuan persentase (%), dan ada juga yang hasilnya masih berupa nilai
desimal karena tidak dikalikan dengan 100%
Rumus : MCHC = Hemoglobin x 100 %
Hematokrit

Nilai rujukan baru dan telah diaplikasikan di alat hematology analyzer adalah sebagai
berikut :
1. Dewasa : 32 - 36 %
2. Bayi baru lahir : 31 - 35 %
3. Anak usia 1.5 - 3 tahun : 26 - 34 %
4. Anak usia 5 - 10 tahun : 32 - 36 %

Saturation Index = Hb yang didapat : Hematokrit yang dihitung


Hb normal Hematokrit normal
Normal Saturation Index = 0,9 - 1,1

52
BAB XIII
HITUNG RETIKULOSIT

XIII.1 PENDAHULUAN
Retikulosit adalah eritrosit yang lebih muda daripada eryhtrosit dewasa, ukuran 8-9
mikron dan didalam sitoplasmanya terdapat sisa-sisa inti yang tersusun secara retikulair,
oleh karena itu disebut retikulosit, retikulum tersebut berupa fragmen-fregmen yang hanya
dapat dilihat dengan memakai pewarnaan khusus yaitu pewarnaan supravital, misalnya
Brilliant Cresyl Blue yang mewarnai retikulum tersebut. Jadi dalam pemeriksaan retikulosit
hendaknya memakai sampel darah segar, dan janganlah terlalu lama membiarkannya
kering pada kaca benda. Kalau akan mempergunakan darah oxalat untuk pemeriksaan
retikulosit harus dillakukan dalam waktu 24 jam. Banyak retikulum tergantung pada umur
retikulosit yaitu makin muda makin banyak, makin tua makin kurang retikulumnya.
Retikulosit mempunyai sedikit retikulum dan mempunyai granula-granula. Lagi pula
densitasnya tergantung pada beberapa faktor yaitu :
- Semakin tinggi kadar zat warna yang dipakai semakin baik retikulum itu nampaknya
yaitu lebih lebar dan kurang pecah-pecahnya.
- Dengan mengeringkan smear darah retikulum menjadi halus.
- Dengan memanaskan dapat merusak retikulum sehingga hanya terlihat bentuk-
bentuk batang atau granula-granula.
- Perubahan pH larutan suatu zat warna kearah sifat asam menyebabkan retikulum
berbentuk granula halus sedangkan kearah sifat alkalis menyebabkan terikulum
berbentuk noktah-noktah.
- Creanated eryhtrosit (keriput) menghambat masuknya zat warna kedalam sel
sehingga tak terlihat apa-apa.
Jumlah retikulosit merupakan cermin bagi aktifitas eryhtrositetik, artinya dapat
menunjukkan baik tidaknya fungsi eryhtropoitik dalam keadaan tertentu. Bila oleh suatu
keadaan patologis (anemia hemolitik) jumlah retikulosit sangat meningkat mencapai 30-
50% maka keadaan ini disebut krisis retikulositosis.
Pada anemia aplastik kadang-kadang tidak ada retikulosit dalam darah perifer.
Sebenarnya banyak retikulosit yang ada dalam darah perifer menunjukkan jumlah eritrosit
yang harus diganti setiap harinya, yang mengalami destruksi secara fisiologis oleh karena
telah mencapai umurnya.

XIII.2 METODE LANGSUNG


Prinsip :
Darah dicat supravital lalu jumlah retikulosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit dan
dinyatakan dalam prosen (%).

Tujuan :
Untuk mengetahui dan menentukan jumlah retikulosit dalam darah seseorang.

Metode :
Cara Langsung (Direct Test)

Alat dan Reagensia :


1. Tabung reaksi kecil
2. Gelas Objek
3. Mikroskop
4. Hemocytometer
5. Mikropipet 10 µL dan mikropipet 1000 µL
6. Pipet tetes
7. Larutan Retikulosit BCB yang terdiri dari :
- Brilliant Cresyl Blue (BCB)

53
jenuh dalam air (0,5%) …………..0,5 mL
- NaCl 0,9 % …………………………5 ml
- Potasium oxalat 2% ……………….2 tetes

Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan Antikoagulan EDTA atau darah kapiler.

Cara Kerja Metode Hemocytometer :


1. Hitung terlebih dahulu jumlah eritrosit menggunakan larutan Hayem.
2. Isap darah EDTA / kapiler dengan pipet eryhtrosit sampai tanda 0,5 tepat.
3. Isap larutan Retikulosit sampai tanda 101 tepat.
4. Kocok selama 3-5 menit membentuk angka 8 atau diatas vortex mixer/vibrator dan
diamkan selama 5-10 menit.
5. Sebelum mengisi kamar hitung pipet dikocok selama 1-2 menit.
6. Di tempelkan ujung pipet pada bilik hitung dan biarkan bilik hitung terisi dengan daya
kapileritasnya.
7. Hitung sel Retikulosit dalam 80 kotak kecil pada lensa objektif 10x / 40 x.
8. Retikulosit tampak berupa sel eritrosit yang memiliki titik / granula berwarna hitam.

Cara Kerja Metode Tabung :


1. Hitung terlebih dahulu jumlah eritrosit menggunakan larutan Hayem.
2. Dimasukkan larutan retikulosit 2000 µL dalam tabung reaksi yang bersih dengan
menggunakan mikropipet.
3. Buang cairannya 10 µL dengan mikropipet
4. Darah dikocok dahulu lalu diambil 10 µL dengan mikropipet
5. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan Hayem dengan memasukkan ujung yellow tips ke dasar tabung.
6. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur
7. Kocok tabung 4 - 5 kali dan diamkan selama 2 - 3 menit.
8. Sebelum mengsisi kamar hitung tabung dikocok beberapa kali.
9. Isi kamar hitung dengan menempelkan ujung mikropipet ditepi kaca penutup biarkan
kamar hitung terisi dengan daya kapileritasnya
10. Biarkan 2-3 menit pada tempat yang rata untuk memberti kesempatan kepada
retikulosit mengendap.
11. Hitung semua retikulosit yang terdapat dalam 80 kotak kecil. Hasil perhitungan
dinyatakan dalam /mm3 darah.

Perhitungan :
Jumlah retikulosit dalam 80 kotak kecil = 2 sel
Jumlah eritrosit dalam 80 kotak kecil 500 sel jadi = 5.000.000 sel/mm3 darah
Pengenceran = 200x
Tinggi kaca penutup 1/0,1 = 10x

Retikulosit = Retikulosit x KKS x PDP x TKP


KKH
= 2 x 400 x 200 x 10 = 20.000 sel/mm3 darah
80

Jumlah Retikulosit = Retikulosit x 100%


Eritrosit
= 20.000 sel/mm3 darah x 100%
5.000.000 sel/mm3 darah
= 0,4%

54
XIII.3 METODE TIDAK LANGSUNG
Alat dan Reagensia :
1. Tabung reaksi
2. Gelas Objek
3. Mikroskop
4. Pipet tetes
5. Imersi / Anisol
6. Brilliant Cresyl Blue (BCB) yang terdiri dari :
- Brilliant Cresyl Blue ………………..1 gr
- NaCl ………………………………..0,85 gr
- Natrium Citrat ……………………...0,40 gr
- Aquadest …………………………...100 ml
7. Inkubator

Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan Antikoagulan EDTA atau darah kapiler.

Cara Kerja
1. Campur 2 atau 3 tetes larutan cat dengan darah EDTA atau kapiler sama banyaknya
dengan larutan cat tersebut.
2. Kocok dan biarkan selama 15 menit di dalam inkubator 37O C
3. Ambil dan kocok dengan baik, lalu dibuat hapusan darah.
4. Keringkan dan ada 2 cara untuk memeriksa yaitu dengan langsung memeriksanya
sebelum dicat dengan pewarna Giemsa / Wright dan pemeriksaan tak langsung dicat
dahulu baru diperiksa.
5. Hapusan diperiksa dengan pembesaran 100 x pakai anisol
6. Hitung jumlah retikulosit dalam 1000 eryhtrosit.

Perhitungan :
Cara perhitungan :

Lapangan pandang Eritrosit Retikulosit


I 40 3
II 130 2
III 150 1
…… ….. ……
Dalam 1000 eritrosit ditemukan 8 sel retikulosit

Jumlah Retikulosit = Retikulosit x 100%


1000 eritrosit
= 8 x 100%
1000
= 0,8%

Gambar 15. Retikulosit

55
XIII.3 METODE LAINNYA
Metode Sediaan Basah
1. Letakkan setetes larutan BCB pada objek gelas biarkan sampai kering atau kondisi
basah.
2. Tambahkan setetes darah kecil ke atas zat warna BCB tadi dan segera dicampur
dengan menggunakan pengaduk atau sudut objek gelas lain.
3. Tutuplah campuran darah tadi dengan kaca penutup dengan sedikit menekan agar
didapatkan lapisan tipis.
4. Biarkan beberapa menit agar zat warna BCB mewarnai dengan sempurna retikulosit
dan letakkan sediaan dalam cawan petri berisi kertas saring/tissue basah.
5. Periksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 100x menggunakan imersi, dihitung
retikulosit dalam 1000 eritrosit.

Metode Sediaan Kering


1. Letakkan 2 tetes larutan BCB di atas objek gelas dan biarkan kering.
2. Letakkan setetes darah dekat tetes larutan BCB tadi yang sudah kering dan campur
perlahan sampai berwarna biru.
3. Segera buat hapusan darah di atas objek gelas dengan campuran tadi. Biarkan
kering.
4. Warnai sediaan dengan cara Wright dan hitunglah jumlah retikulosit tersebut.

Metode Sediaan Basah dan Kering


1. Campurlah dalam sebuah tabung atau pipet leukosit sejumlah darah (5 tetes darah
kapiler atau darah vena) dengan larutan BCB dalam NaCl 0,9%.
2. Biarkan selama 5 menit campuran tadi.
3. Buatlah sediaan basah atau sediaan kering. (seperti diatas)

Catatan :
• Cara yang lebih baik untuk menyatakan retikulosit adalah dengan angka mutlak dari
jumlah eritrosit per mm3 darah yaitu antara 25.000 – 75.000 retikulosit per mm3 darah.
• Sediaan kering atau sediaan basah yang dibuat harus dibuat tipis sekali, agar
retikulosit tidak over lepping (menumpuk) sehingga mudah mengenai retikulosit.
• Untuk memudahkan menghitung retikulosit, maka lapangan pandang penglihatan
pada mikroskop dapat diperkecil dengan meletakkan kepingan logam bundar atau
kertas yang berlubang pada bagian tengahnya pada lensa okuler.
• Pemeriksaan sediaan basah nampak retikulum pada retikulosit disamping juga inti
leukosit dan trombosit berwarna biru. Pemeriksaan sediaan kering yang diwarnai
Wright, retikulum dari retikulosit berwarna biru berupa noktah atau rantai bercak,
sedangkan sel lainnya berwarna seperti biasanya.
• Saringlah larutan sebelum digunakan. Pulasan vital basah sangat baik dalam
laboratorium rutin karena lebih cepat.

XIII.4 NILAI NORMAL/RUJUKAN :


Dewasa : 0.5 - 1.5 %
Bayi baru lahir : 2.5 - 6.5 %
Bayi : 0.5 - 3.5 %
Anak : 0.5 - 2.0 %

56
BAB XIV
FRAGILITAS OSMOTIK

XIV.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan fragilitas osmotik adalah pemeriksaan untuk melihat ketahanan
eritrosit terhadap larutan hipotonik bertalian dengan bentuk eritrosit. Pemeriksaan ini
bermakna pada bermacam-macam kelainan seperti pada : Anemia hemolitik, Hemoglobin
abnormal.

XIV.2 METODE PEMERIKSAAN


Metode pemeriksaan ini ada 2 cara, yaitu cara pembacaan fotoelektrik dan visual.
Untuk hasil yang lebih teliti menggunakan cara fotoelektrik kolorimetri.
1. Fotoelektrik Kolorimetri
Prinsip :
Eritrosit bila dimasukkan ke dalam larutan isotonik atau NaCl 0,85 % air tak dapat
meninggalkan atau tak dapat masuk ke dalam Eritrosit. Tetapi bila dimasukkan kedalam
larutan hipotonik maka air akan masuk kedalam sel eritrosit sehingga akan mengembang
dan pecah (hemolisis), kemudian jumlah hemolisis diukur dengan membaca supernatan
secara Fotoelektrik dengan panjang gelombang 546 nm.

Tujuan :
Untuk mengetahui apakah benar ada penurunan daya osmotik atau tindakan dari eritrosit-
eritrosit yang mengalami hemolisis yang berlebihan.
Alat dan Reagensia :
1. Spuit dan Neddle 9. Pipet ukur 5 ml
2. Tourniquette 10. Sentrifuge
3. Tabung reaksi 11. Waterbath 37°C
4. Pipet Sahli 20 cmm / mikropipet 20 µL
5. Spektrofotometer/fotometer
6. Kuvet
7. NaCl 1%
8. Aquadest

Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan anticoagulant EDTA

Teknik kerja :
1. Sediakan 14 tabung reaksi dan isikan ke dalamnya sebagai berikut :
No. Tab NaCl 1% (ml) Aquadest (ml) Konsentrasi NaCl (%)
1. 10,0 - 1%
2. 8,5 1,5 0,85 %
3. 7,5 2,5 0,75 %
4. 6,5 3,5 0,65 %
5. 6,0 4,0 0,60 %
6. 5,5 4,5 0,55 %
7. 5,0 5,0 0,50 %
8. 4,5 5,5 0,45 %
9. 4,0 6,0 0,40 %
10. 3,5 6,5 0,35 %
11. 3,0 7,0 0,30 %
12. 2,0 8,0 0,20 %
13. 1,0 9,0 0,10 %
14. - 10,0 0%

57
2. Masing-masing tabung tambahkan 20 µL darah, campur.
3. Inkubasi pada Waterbath suhu 37OC selama 30 menit.
4. Masing-masing tabung dicampur lagi dan sentrifuge selama 5 menit pada 2000 rpm.
Dilihat tabung yang menunjukkan tidak hemolisis, mulai hemolisis dan hemolisis
sempurna.
5. Pisahkan supernatan dari endapan dan baca optical density (OD) pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm terhadap supernatant tabung
pertama.
6. Hitung persen (%) hemolisis :
% Hemolisis = OD Supernatant x 100 %
OD Supernatant tab.1
Nilai Normal :
% NaCl % Hemolisis
0,30 97 – 100 %
0,40 50 – 90 %
0,45 5 - 45 %
0,55 0%

2. Dacie
Prinsip :
Eritrosit bila dimasukkan kedalam larutan isotonis NaCl, air tak dapat meninggalkan atau
masuk ke dalam Erythrosit, akan tetapi bila dimasukkan dalam larutan hipotonik maka air
akan masuk kedalam sel sehingga sel akan mengembang dan pecah, diamati secara
visual.

Tujuan :
Untuk mengetahui apakah benar ada penurunan daya osmotik atau tindakan dari eritrosit-
eritrosit yang mengalami hemolisis yang berlebihan.

Alat dan Reagensia :


1. Spuit dan Neddle 9. Pipet ukur 5 ml
2. Tourniquette 10. Sentrifuge
3. Tabung reaksi 11. Waterbath 37O C
4. Pipet tetes
5. NaCl 0,9 %
6. Aquadest
7. Pipet tetes.
8. Kapas alkohol 70 %

Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan antikoagulan EDTA

Teknik kerja :
1. Sediakan 10 tabung reaksi dan isikan ke dalamnya :
No. Tabung NaCl 0,9 % (ml) Aquadest (ml) Konsentrasi
1. 1,2 ml 0,6 ml 0,60 %
2. 1,1 ml 0,7 ml 0,55 %
3. 1,0 ml 0,8 ml 0,50 %
4. 0,9 ml 0,9 ml 0,45 %
5. 0,8 ml 1,0 ml 0,40 %
6. 0,7 ml 1,1 ml 0,35 %
7. 0,6 ml 1,2 ml 0,30 %
8. 0,5 ml 1,3 ml 0,25 %

58
9. 0,4 ml 1,4 ml 0,20 %
10. 0,3 ml 1,5 ml 0,15 %
2. Masing – masing tabung tambahkan 1 tetes darah, campur baik-baik.
3. Biarkan selama 15 – 30 menit.
4. Putar pada sentrifuge pada 2000 rpm selama 5 menit.
5. Periksa hasilnya secara visual dimana terjadi permulaan hemolisis dan hemolisis
sempurna.

Nilai Normal :
- Permulaan Hemolisis konsentrasi NaCl 0,42 ± 0,02 %
- Hemolisis sempurna konsentrasi NaCl 0,32 ± 0,02 %

3. Visual Skrining
Prinsip :
Eritrosit bila dimasukkan kedalam larutan isotonis NaCl, air tak dapat meninggalkan atau
masuk ke dalam Erythrosit, akan tetapi bila dimasukkan dalam larutan hipotonik maka air
akan masuk kedalam sel sehingga sel akan mengembang dan pecah, diamati secara
visual.

Tujuan :
Untuk mengetahui apakah benar ada penurunan daya osmotik atau tindakan dari eritrosit-
eritrosit yang mengalami hemolisis yang berlebihan.

Alat dan Reagensia :


1. Spuit dan Neddle 9. Pipet ukur 5 ml
2. Tourniquette 10. Sentrifuge
3. Tabung reaksi 11. Waterbath 37O C
4. Pipet tetes 12. Darah EDTA sebagai kontrol
5. NaCl 1 %
6. Aquadest
7. Pipet tetes.
8. Kapas alkohol 70 %

Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan antikoagulan EDTA

Teknik kerja :
1. Sediakan 10 tabung reaksi dan isikan ke dalamnya :
No. Tabung NaCl 0,9 % (ml) Aquadest (ml) Konsentrasi
1. 6,4 ml 3,6 ml 0,64 %
2. 6,0 ml 4,0 ml 0,60 %
3. 5,6 ml 4,4 ml 0,56 %
4. 5,2 ml 4,8 ml 0,52 %
5. 4,8 ml 5,2 ml 0,48 %
6. 4,4 ml 5,6 ml 0,44 %
7. 4,0 ml 6,0 ml 0,40 %
8. 3,6 ml 6,4 ml 0,36 %
9. 3,2 ml 6,8 ml 0,32 %
10. 2,8 ml 7,2 ml 0,28 %
2. Diambil larutan pengenceran diatas tiap tabung 2 ml.
3. Pada tiap tabung tersebut tambahkan 1 tetes bahan pemeriksaan (apabila darah dari
pasien anemia 2 tetes).
4. Didiamkan pada suhu kamar selama 2 jam atau lebih sehingga eritrosit mengendap.

59
5. Periksa hasilnya secara visual dimana terjadi permulaan hemolisis dan hemolisis
sempurna.

Nilai Normal :
- Permulaan Hemolisis konsentrasi NaCl 0,42 ± 0,02 %
- Hemolisis sempurna konsentrasi NaCl 0,32 ± 0,02 %

Catatan :
1. Dalam melakukan pemeriksaan fragilitas osmotik perlu dikerjakan pemeriksaan
kontrol darah normal dan pengerjaannya dalam waktu yang sama dengan darah
sampel.
2. Hemolisis permulaan (tidak lengkap) adalah saat mulai terjadi hemolisis eritrosit akibat
penurunan konsentrasi NaCl 0,9% yang ditandai dengan larutan yang berwarna
kuning kemerahan.
3. Hemolisis sempurna (lengkap) adalah saat terjadi hemolisis lengkap eritrosit akibat
penurunan konsentrasi yang lebih rendah NaCl 0,9% yang ditandai dengan larutan
yang berwarna merah.

Gambar hasil pemeriksaan Osmotic Fragility

60
BAB XV
HITUNG TROMBOSIT

XV.1 PENDAHULUAN
Trombosit adalah sel berupa fragmen atau keping darah hasil pecahan sitoplasma
megakariosit di sumsum tulang berukuran 3 - 4 mikron. Umur trombosit 9 -12 hari (rata-
rata 10 hari) dalam darah tepi. Nilai normal trombosit adalah 200.000 - 400.000 per
milimeter kubik darah. Beberapa literatur menuliskan 150.000 – 450.000/mm3 darah.
Trombosit yang rusak akan dihancurkan di dalam limpa. Mekanisme pembentukan
trombosit dengan cara pembentukan pseudopodia dan fragmentasi dari sitoplasma
mengakariosit. Istilah sekarang yang sering digunakan adalah platelet.
Trombosit membantu proses koagulasi dan membentuk sumbatan pada luka
dengan perdarahan, karena itu hitung jumlah trombosit sangat penting. Namun karena
trombosit sangat kecil dan mudah melekat pada permukaan asing misalnya endotel yang
rusak, maka hitung jumlah trombosit perlu memperhatikan hal tersebut.

XV.2 TUJUAN
1. Evaluasi produksi trombosit.
2. Mengetahui efek kemoterapi atau radiasi terhadap produksi trombosit.
3. Diagnosis dan monitor trombositosis atau trombositopenia.
4. Konfirmasi estimasi jumlah dan morfologi trombosit pada sediaan apus apabila
menggunakan penghitungan secara manual atau automatik mengalami flag.

XV.3 METODE PEMERIKSAAN


Prinsip :
Darah diencerkan dengan larutan zat warna tertentu akan membentuk sel-sel trombosit,
sedangkan sel-sel yang lain akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung dibawah
mikroskop.

Tujuan :
Untuk mengetahui dan menentukan jumlah sel trombosit dalam darah seseorang.

Alat dan Reagensia :


1. Hemocytometer : 6. Tourniquete
- Bilik hitung Improved Neubauer 7. Kertas Saring
- Pipet Erytrosit dari Thoma 8. Botol EDTA
- Kaca penutup 9. Mikropipet 10 µL
- Karet pengisap 10. Tabung Reaksi Kecil
2. Kertas tissue 11. Mikroskop
3. Spuit dan Neddle 12. Botol Kecil
4. Yellow Tips dan Blue Tips 13. Mikropipet 1000 µL
5. Larutan Rees Ecker :
- Natrium citrat………………..3,8 gr
- Brillian Cresyl Blue………... 0,2 ml
- Aquadest…………………….100 ml

Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan Antikoagulan EDTA atau darah kapiler.

Rees Ecker
Cara Pipet Thoma :
1. Di isap darah sampai tanda 0,5 tepat dengan pipet eritrosit.
2. Di isap larutan Rees Ecker sampai tanda 101 tepat.

61
3. Pipet dikocok selama 15-30 detik dengan membentuk angka delapan atau diatas
vortex mixer atau vibrator.
4. Sebelum mengisi kamar hitung pipet dikocok selama 3 menit
5. Di buang cairan sebanyak 3-4 tetes, tetesan berikutnya diisikan ke bilik hitung.
6. Dibiarkan selama 5 – 10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah atau tissue untuk memberi kesempatan trombosit mengendap.
7. Hitung semua sel trombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak kecil.
8. Trombosit tampak berwarna biru mengkilat dengan latar eritrosit yang berwarna biru
juga.

Cara Pengenceran Mikropipet dalam Tabung :


1. Dimasukkan larutan Rees Ecker 2000 µL dalam tabung reaksi bersih dengan
menggunakan mikropipet.
2. Buang cairannya 10 µL dengan mikropipet 10 µL.
3. Darah dikocok dahulu, lalu diambil 10 ul dengan mikropipet.
4. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan Rees Ecker dengan memasukkan ujung mikropipet hingga dasar tabung.
5. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur.
6. Kocok tabung 4-5 kali dan diamkan selama 2-3 menit.
7. Biarkan selama 5-10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah untuk memberi kesempatan trombosit mengendap.
8. Hitung semua sel trombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak kecil.
9. Trombosit tampak berwarna biru dengan latar eritrosit yang berwarna biru juga.

Van Herwerden
Reagensia :
Larutan Herwerden :
- Ureum 10 %.......................5,25 mL
- Air garam faal……….……..1,0 mL

Cara Pipet Thoma :


1. Di isap darah sampai tanda 0,5 tepat dengan pipet eritrosit.
2. Di isap larutan Van Herwerden sampai tanda 101 tepat.
3. Pipet dikocok selama 15-30 detik dengan membentuk angka delapan atau diatas
vortex mixer atau vibrator.
4. Sebelum mengisi kamar hitung pipet dikocok selama 3 menit
5. Di buang cairan sebanyak 3-4 tetes, tetesan berikutnya diisikan ke bilik hitung.
6. Dibiarkan selama 5 – 10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah atau tissue untuk memberi kesempatan trombosit mengendap.
7. Hitung semua sel trombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak kecil.
8. Trombosit tampak tidak berwarna dan sel lainnya lisis.

Cara Pengenceran Mikropipet dalam Tabung :


1. Dimasukkan larutan Van Herwerden 2000 µL dalam tabung reaksi bersih dengan
menggunakan mikropipet.
2. Buang cairannya 10 µL dengan mikropipet 10 µL.
3. Darah dikocok dahulu, lalu diambil 10 ul dengan mikropipet.
4. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan Rees Ecker dengan memasukkan ujung mikropipet hingga dasar tabung.
5. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur.
6. Kocok tabung 4-5 kali dan diamkan selama 2-3 menit.
7. Biarkan selama 5-10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah untuk memberi kesempatan trombosit mengendap.
8. Hitung semua sel trombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak kecil.

62
Ammonium Oxalat 1%
Reagensia :
Larutan Ammonium Oxalat 1% :
- Ammonium Oxalat …………….1 gram
- Aquadest …………………….…100 mL

Cara Pipet Thoma :


1. Di isap darah sampai tanda 0,5 tepat dengan pipet eritrosit.
2. Di isap larutan Ammonium Oxalat 1% sampai tanda 101 tepat.
3. Pipet dikocok selama 15-30 detik dengan membentuk angka delapan atau diatas
vortex mixer atau vibrator.
4. Sebelum mengisi kamar hitung pipet dikocok selama 3 menit
5. Di buang cairan sebanyak 3-4 tetes, tetesan berikutnya diisikan ke bilik hitung.
6. Dibiarkan selama 5 – 10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah atau tissue untuk memberi kesempatan trombosit mengendap.
7. Hitung semua sel trombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak kecil.
8. Trombosit tampak tidak berwarna dan sel lainnya lisis.

Cara Pengenceran Mikropipet dalam Tabung :


1. Dimasukkan larutan Ammonium Oxalat 1% 2000 µL dalam tabung reaksi bersih
dengan menggunakan mikropipet.
2. Buang cairannya 10 µL dengan mikropipet 10 µL.
3. Darah dikocok dahulu, lalu diambil 10 ul dengan mikropipet.
4. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan Rees Ecker dengan memasukkan ujung mikropipet hingga dasar tabung.
5. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur.
6. Kocok tabung 4-5 kali dan diamkan selama 2-3 menit.
7. Biarkan selama 5-10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah untuk memberi kesempatan trombosit mengendap.
8. Hitung semua sel trombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak kecil.

Perhitungan :
• Dalam 400 kotak kecil terdapat Trombosit : ……sel
• Pengenceran darah 100 / 0,5 : 200 kali
• Tinggi kaca penutup 1/ 0,1 : 10 kali
• Dalam 1 mm2 kamar hitung terdapat : 400 kotak kecil

RUMUS : PDP X TKP X KKS X Throm = ………../mm3 Trombosit


KKH
Keterangan :
PDP = Pengenceran darah dalam pipet / mikropipet
TKP = Tinggi kaca penutup
KKS = Kotak kecil sebenarnya
KKH = Kotak kecil dihitung

Daftar Pengenceran Pipet Thoma


Darah sampai Cairan pengencer Pengenceran darah
Tanda 0,1 tanda 101 1000 kali
Tanda 0,2 tanda 101 500 kali
Tanda 0,5 tanda 101 200 kali
Tanda 1,0 tanda 101 100 kali

63
Daftar Pengenceran tabung
Volume Cairan pengencer Pengenceran darah
5 µL 1995 µL 400 kali
10 µL 1990 µL 200 kali
20 µL 1980 µL 100 kali
40 µL 1960 µL 50 kali
50 µL 1950 µL 40 kali

Nilai normal : 200.000 – 400.000 / mm3 darah

Plasma Sitrat 3,8%


Prinsip :
Plasma darah diencerkan dengan larutan Natrium citrat 3,8 %, dihitung sel Trombosit
dalam kamar hitung dibawah mikroskop dan volume plasma dikoreksi dengan menghitung
Hematokrit.

Tujuan :
Untuk mengetahui dan menentukan jumlah sel trombosit dalam darah seseorang.

Reagensia :
Larutan Na.Citrat 3,8 % :
- Na. Citrat……………….3,8 gram
- Aquadest……………….100 ml

Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan Anticoagulant EDTA atau darah kapiler.

Cara Pipet Thoma :


1. Darah ditentukan dahulu hematokritnya dengan cara hematokrit cara mikro.
2. Darah vena dengan antikoagulan EDTA dibiarkan mengendap sehingga terpisah
antara sel dan cairan plasmanya. (waktu 10 – 30 menit)
3. Plasma dipipet dengan pipet leukosit sampai tanda 1 tepat
4. Isap larutan Natrium Citrat 3,8 % sampai tanda 11 tepat.
5. Pipet dikocok selama 15-30 detik.
6. Sebelum mengisi kamar hitung pipet dikocok selama 3 menit
7. Buang cairan sebanyak 3-4 tetes, tetesan berikutnya diisikan ke bilik hitung.
8. Biarkan selama 5 – 10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah untuk memberi kesempatan thrombosit mengendap.
9. Hitung semua sel trombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak kecil
dan dikoreksi volume plasma dengan hematokrit.
10. Trombosit tampak bulat-bulat kecil tak berwarna.

Cara Pengenceran Mikropipet dalam Tabung :


1. Darah ditentukan dahulu hematokritnya dengan cara hematokrit cara mikro.
2. Dimasukkan larutan Na.Citrat 3,8 % 400 µL dalam tabung reaksi bersih dengan
menggunakan mikropipet.
3. Buang cairannya 20 µL dengan mikropipet 20 µL.
4. Darah vena dengan antikoagulan EDTA dibiarkan mengendap sehingga terpisah
antara sel dan cairan plasmanya.
5. Dipipetl 20 µL Plasma tadi dengan mikropipet.
6. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan Na.Citrat 3,8 % dengan memasukkan ujung mikropipet hingga dasar tabung.
7. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur.

64
8. Kocok tabung 4-5 kali dan diamkan selama 2-3 menit.
9. Biarkan selama 5-10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah untuk memberi kesempatan trombosit mengendap.
10. Hitung semua sel thrombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak
kecil dan dikoreksi volume plasma dengan hematokrit
11. Trombosit tampak bulat-bulat kecil tak berwarna.

Perhitungan :
• Dalam 400 kotak kecil terdapat Trombosit : ….. sel
• Pengenceran darah 10 / 0,5 : 20 kali
• Tinggi kaca penutup 1/ 0,1 : 10 kali
• Dalam 1 mm2 kamar hitung terdapat : 400 kotak kecil

RUMUS : PDP X TKP X KKS X [100% - % Hct ] x trombo = …….../mm3 trombo


KKH Hct%
Keterangan :
PDP = Pengenceran darah dalam pipet
TKP = Tinggi kaca penutup
KKS = Kotak kecil sebenarnya
KKH = Kotak kecil dihitung

Daftar Pengenceran Pipet Thoma


Darah sampai Cairan pengencer Pengenceran darah
Tanda 0,1 tanda 11 100 kali
Tanda 0,2 tanda 11 50 kali
Tanda 0,5 tanda 11 20 kali
Tanda 1,0 tanda 11 10 kali

Daftar Pengenceran tabung


Darah sampai Cairan pengencer Pengenceran darah
5 ul 395 ul 80 kali
10 ul 390 ul 40 kali
20 ul 380 ul 20 kali
40 ul 360 ul 10 kali
50 ul 350 ul 8 kali

Nilai Normal : 150.000 – 300.000/mm3 darah

Plasma Rees Ecker Modifikasi


Prinsip :
Plasma darah diencerkan dengan larutan Rees Ecker, dihitung sel Trombosit dalam kamar
hitung dibawah mikroskop dan volume plasma dikoreksi dengan menghitung Hematokrit.

Tujuan :
Untuk mengetahui dan menentukan jumlah sel trombosit dalam darah seseorang.

Reagensia :
Larutan Rees Ecker :
- Natrium Citrat………………..3,8 gr
- Brillian Cresyl Blue………... 0,2 ml
- Aquadest…………………….100 ml

Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan Anticoagulant EDTA atau darah kapiler.

65
Cara Pipet Thoma :
1. Darah ditentukan dahulu hematokritnya dengan cara hematokrit cara mikro.
2. Darah vena dengan antikoagulan EDTA dibiarkan mengendap sehingga terpisah
antara sel dan cairan plasmanya. (waktu 10 – 30 menit)
3. Plasma dipipet dengan pipet leukosit sampai tanda 0,5 tepat
4. Isap larutan Rees Ecker sampai tanda 11 tepat.
5. Pipet dikocok selama 15-30 detik.
6. Sebelum mengisi kamar hitung pipet dikocok selama 3 menit
7. Buang cairan sebanyak 3-4 tetes, tetesan berikutnya diisikan ke bilik hitung.
8. Biarkan selama 5 – 10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah untuk memberi kesempatan thrombosit mengendap.
9. Hitung semua sel trombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak kecil
dan dikoreksi volume plasma dengan hematokrit.
10. Trombosit tampak bulat-bulat kecil berwarna biru kehijauan mengkilat.

Cara Pengenceran Mikropipet dalam Tabung :


1. Darah ditentukan dahulu hematokritnya dengan cara hematokrit cara mikro.
2. Dimasukkan larutan Rees Ecker 400 µL dalam tabung reaksi bersih dengan
menggunakan mikropipet.
3. Buang cairannya 20 µL dengan mikropipet 20 µL.
4. Darah vena dengan antikoagulan EDTA dibiarkan mengendap sehingga terpisah
antara sel dan cairan plasmanya.
5. Dipipetl 20 µL Plasma tadi dengan mikropipet.
6. Bagian luar dari yellow tips dibersihkan dengan tissue kering, lalu dicampur dengan
larutan Na.Citrat 3,8 % dengan memasukkan ujung mikropipet hingga dasar tabung.
7. Bilas beberapa kali larutan agar tercampur.
8. Kocok tabung 4-5 kali dan diamkan selama 2-3 menit.
9. Biarkan selama 5-10 menit dalam cawan petri yang telah diberi alas kertas saring
basah untuk memberi kesempatan trombosit mengendap.
10. Hitung semua sel thrombosit yang terdapat didalam 80 kotak kecil atau 400 kotak
kecil dan dikoreksi volume plasma dengan hematokrit
11. Trombosit tampak bulat-bulat kecil berwarna biru kehijauan mengkilat.

Perhitungan :
• Dalam 400 kotak kecil terdapat Trombosit : ….. sel
• Pengenceran darah 10 / 0,5 : 20 kali
• Tinggi kaca penutup 1/ 0,1 : 10 kali
• Dalam 1 mm2 kamar hitung terdapat : 400 kotak kecil

RUMUS : PDP X TKP X KKS X [100% - % Hct ] x trombo = …….../mm3 trombo


KKH Hct%
Keterangan :
PDP = Pengenceran darah dalam pipet
TKP = Tinggi kaca penutup
KKS = Kotak kecil sebenarnya
KKH = Kotak kecil dihitung

Daftar Pengenceran Pipet Thoma


Darah sampai Cairan pengencer Pengenceran darah
Tanda 0,1 tanda 11 100 kali
Tanda 0,2 tanda 11 50 kali
Tanda 0,5 tanda 11 20 kali
Tanda 1,0 tanda 11 10 kali

66
Daftar Pengenceran tabung
Darah sampai Cairan pengencer Pengenceran darah
5 ul 395 ul 80 kali
10 ul 390 ul 40 kali
20 ul 380 ul 20 kali
40 ul 360 ul 10 kali
50 ul 350 ul 8 kali

Nilai Normal : 150.000 – 300.000/mm3 darah

Fonio
Prinsip :
Darah diencerkan dengan larutan MgSO4 14 % akan mencegah sel-sel trombosit
menggumpal, dibuat Hapusan darah, diwarnai dan diperiksa dibawah mikroskop.

Tujuan :
Untuk mengetahui dan menentukan jumlah sel thrombosit abnormal dalam darah
seseorang.

Alat dan Reagensia :


1. Blood Lancet / Autoklik
2. Objek Glass
3. Kapas
4. Larutan MgSO4 14 %
5. Oil emersi / Anisol
6. Zat warna Wright / Giemsa / Romanowsky
7. Mikroskop

Bahan Pemeriksaan : Darah Kapiler

Teknik kerja :
1. Hitung dulu jumlah Erytrosit per mm3 darah dengan menggunakan bilik hitung.
2. Untuk menghitung Thrombosit, ujung jari dibersihkan dengan alkohol 70 % dan
biarkan kering.
3. Bubuhkan 1 tetes besar MgSO4 14 % pada ujung jari tadi.
4. Melalui tetes MgSO4 14 % ini jari ditusuk dengan Lancet dan darah dibiarkan keluar
sampai yang keluar menjadi kira-kira ¼ jumlah MgSO4 14 % dan dibuat Hapusan
darah.
5. Keringkan dan difiksasi dengan mentanol selama 2 menit.
6. Preparat dicat dengan larutan Wright / Giemsa / Romanowsky selama 20-30 menit.
7. Cuci dengan air suling dan keringkan.
8. Periksa di bawah mikroskop dengan lensa objektif 100 x menggunakan oil emersi /
anisol.
9. Hitung jumlah trombosit yang ditemukan dalam 1000 erytrosit.

RUMUS : Thrombosit = Jumlah Erytrosit per mm3 X jumlah trombosit didapat


1000 erytrosit
= …………..sel / mm3 darah

Nilai normal : Pria dan wanita : 200.000 – 400.000 / mm3 darah.

67
Luas Area Bilik Hitung Improved Neubauer

Bidang Kotak Kecil II


Bidang Kotak Kecil I

Bidang kotak kecil III

Bidang kotak kecil IV

Bidang kotak kecil V

- Luas area kotak eritrosit 1 x 1 m2 atau 400 kotak kecil atau 5 x 5 bidang kotak kecil.
- Setiap 16 kotak kecil atau 1 bidang kotak kecil, tiap 1 bidang kotak kecil nya
berukuran 0,2 mm x 0,2 mm.
- Area untuk penghitungan trombosit pada pada sudut atas kiri, sudut atas kanan,
tengah, sudut bawah kiri dan sudut bawah kanan.

Penghitungan trombosit menggunakan bilik hitung improved neubauer


menggunakan kotak eritrosit dan teknik pengitungan hampir sama dengan eritrosit, kecuali
pada hitung trombosit ini area pengitungan pada semua kotak eritrosit untuk mengurangi
kesalahan penghitungan, namun juga pada 80 kotak kecil sudah memenuhi syarat pada
kondisi normal.

Kesalahan yang sering di jumpai : :


1. Sama halnya seperti pada penghitungan eritrosit dan leukosit.
2. Tidak dapat membedakan antara trombosit dan kotoran zat warna.

Aturan Penghitungan
Aturan penghitungan trombosit yang digunakan sama dengan hitung leukosit
Umumnya digunakan menyinggung garis kiri dan atas supaya lebih seragam.

Konversi Satuan
Seiring dengan perkembangan zaman, maka satuan untuk pemeriksaan trombosit
mengalami perubahan satuan menjadi satuan baru (SI). Konversi satuan tersebut adalah
sebagai berikut :
Satuan lama :
Jumlah trombosit = ............../mm3 darah atau dalam .........../µL
Satuan Baru :
Jumlah trombosit = ............./L

68
Untuk konversinya :
Jumlah trombosit per Liter (/L) = Jumlah trombosit x 106/mm3 x 1.000.000 atau 106
= ...........x 1012/L

XV.4 HAL YANG DIPERHATIKAN


1. Pemeriksaan trombosit cara Rees Ecker tidak diperkenankan menggunakan bilik
hitung Improved Neubauer Brightline karena akan terlihat gelap.
2. Apabila mengalami kekeruhan pada larutan Rees Ecker, maka harus di saring.
3. Larutan Van Herwerden bersifat tidak stabil sehingga dibuat apabila akan digunakan
untuk pemeriksaan.
4. Pemeriksaan menggunakan larutan ammonium oxalat perlu waktu agak lama untuk
menghancurkan seluruh eritrosit (10-15 menit) secara sempurna, bila tidak fragmen
eritrosit akan mengganggu pemeriksaan.
5. Metode Plasma Sitrat 3,8% sangat sensitif untuk mengukur jumlah trombosit dibawah
50.000 hingga 20.000/mm3 darah dibandingkan metode lainnya.
6. Pembentukan plasma harus menunggu darah mengendap dan tidak boleh
disentrifuge, karena akan menyebabkan plasma miskin trombosit.
7. Larutan pengencer Natrium sitrat 3,8% dapat digantikan dengan NaCl 0,9% apabila
tidak ada.
8. Cara Fonio lebih rumit dan memerlukan ketelitian yang lebih baik, namun dapat
langsung melihat morfologi trombosit dibandingkan metode kamar hitung.

69
BAB XVI
PARAMETER FAAL HEMOSTASIS

XVI.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan hemostasis ini dibagi dua golongan yaitu pemeriksaan penyaring dan
pemeriksaan khusus. Pilihan tergantung dari tujuan pemeriksaan hemostasis yang
diinginkan sesuai dengan kondisi dan tindakan yang akan dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penyaring biasanya dilakukan pada pasien yang akan menjalani operasi,
sedang bila sudah ada perdarahan maka permintaan pemeriksaan hemostasis didasarkan
atas diagnosis klinik. Pemeriksaan ini meliputi hitung trombosit, bleeding time, prothrombin
time, partial thromboplastin time, thrombin time, pemeriksaan konsentrasi fibrinogen dan
hasil pecahannya, serta pemeriksaan kadar inhibitor seperti antitrombin III dan alpha-2
antiplasmin.

XVI.2 MANFAAT
1. Untuk melihat fungsi hemostasis secara umum, baik terhadap gangguan tombosit
kongenital maupun akuisita.
2. Untuk persiapan operasi, maka dilakukan pemeriksaan faal hemostasis yang
tergantung dari jenis operasinya. Makin besar operasi yang dilakukan, makin banyak
pemeriksaannya. Untuk operasi besar seperti operasi jantung, paru-paru dan prostat
maka dilakukan pemeriksaan faal hemostasis lengkap. Namun apabila hanya operasi
kecil seperti operasi tonsil atau usus buntu, maka pemeriksaan yang dilakukan
setidaknya : pemeriksaan trombosit, bleeding time, clotting time, retraksi bekuan dan
plasma protrombin time.
3. Untuk diagnosa penyakit-penyakit perdarahan.
Pemeriksaan ini bermanfaat dalam melihat adanya defect (cacat) pada sistem
pembekuan darah normal yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan atau
kelainan pada faktor-faktor pembekuan darah.
4. Untuk pemantauan pengobatan dengan obat-obat antikoagulansia.
Beberapa jenis obat-obat seperti warfarin, koumarine dan antikoagulan lainnya
menyebabkab terjadinya gangguan pada pembekuan darah, oleh sebab itu perlu
dipantau kondisi pembekuan darah.

XVI.3 PEDOMAN UMUM UNTUK PEMERIKSAAN FAAL HEMOSTASIS


1. Waktu pengambilan darah, pembendungan tidak boleh terlalu lama.
2. Clean veni pucnture, yaitu pengambilan darah menggunakan jarum tidak boleh
diungkit-ungkit yang menyebabkan kemasukkan cairan jaringan dan jaringan menjadi
trauma sehingga mengakibatkan aktivasi pembekuan darah.
3. Perfusi darah yang diambil harus baik, karena bila anemia akan terjadi peningkatan
fibrinolitik.
4. Antikoagulan yang digunakan natrium sitrat 3,8% atau 3,2% (tabung vakum) dengan
perbandingan 1 bagian antikoagulan dan 9 bagian darah.
5. Botol penampung harus bebas dari sabun/deterjen.
6. Jarum yang digunakan cukup besar, yaitu nomor 21, 22 atau 23.
7. Temperatur tempat bekerja harus sesuai. Rata-rata pemeriksaan skrining seperti
Bleeding time dan Clotting time dilakukan pada suhu kamar. Pada suhu 37°C terjadi
kenaikan pembekuan darah sebanyak 2x dibandingkan 20°C.
8. Untuk aPTT (kPTT) dan PPT dilakukan pada suhu 37°C dengan waterbath.

XVI.4 PERCOBAAN PEMBENDUNGAN (RUMPELL LEEDE)


Prinsip :
Vena dibendung dengan tekanan tertentu dan lihat adanya petechiae dan ecchymosis
pada permukaan kulit dibagian distal pembendungan.

70
Tujuan :
Untuk mengetahui dan menguji ketahanan kapiler darah seseorang.

Alat :
1. Stetoskop
2. Spimomanometer
3. Stopwatch

Cara Kerja :
1. Pasanglah ikatan Spigmomanometer pada lengan atas dan pompalah sampai
tekanan 100 mmHg (jika tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg, pompalah sampai
tekanan di tengah-tengah nilai sistolik dan diastolik).
2. Pertahankan tekanan itu selama 10 menit. (jika melanjutkan cara Ivy cukup 5 menit).
3. Lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tanda statis darah hilang. Statis darah
hilang bila warna kulit kembali seperti semula.
4. Carilah adanya petechiae yang timbul dengan diameter 5 mm kira-kira 4 cm distal dari
fossa cubiti dan dihitung jumlahnya.

Nilai normal :
Tidak ditemukan Petechiae pada lengan yang dibendung.

71
BAB XVII
BLEEDING TIME

1. Metode Duke
Prinsip :
Pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah kapiler dan jumlah dari faktor-faktor
pembekuan darah sehingga darah yang keluar tidak menyebabkan perpanjangan karena
luka yang dibuat sedemikian rupa kecilnya sehingga perdarahan segera terhenti karena
pengaruh darah dan Trombosit.

Tujuan :
Untuk menilai faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler dan fungsi dari Trombosit
dan faktor dinding kapiler.

Alat dan reagensia :


1. Blood Lancet / Autoklik
2. Timer
3. Kertas saring
4. Kapas
5. Alkohol 70 %
Bahan pemeriksaan : darah kapiler.

Cara Kerja :
1. Cuping telinga dibersihkan dengan kapas beralkohol 70 % dan dibiarkan kering
2. Cuping ditusuk dengan lancet steril sehingga dapat luka yang dalam + 3 mm.
3. Waktu darah keluar stopwatch dijalankan
4. Tetesan darah yang keluar tiap 30 detik diisap dengan kertas saring.
5. Masa perdarahan dicatat mulai waktu keluar darah sampai berhenti keluar.

Nilai normal : 1 – 3 menit

2. Metode Ivy
Prinsip :
Pemeriksaan terhadap fungsi pembuluh darah kapiler dan jumlah dari faktor-faktor
pembekuan darah sehingga darah yang keluar tidak menyebabkan perpanjangan karena
luka yang dibuat sedemikian rupa kecilnya sehingga perdarahan segera terhenti karena
pengaruh darah dan Trombosit.

Tujuan :
Untuk menilai faktor hemostasis yang letaknya ekstravaskuler dan fungsi dari Trombosit
dan faktor dinding kapiler.

Alat dan reagensia :


1. Blood Lancet / Autoklik
2. Timer
3. Kertas saring
4. Kapas
5. Alkohol 70 %
Bahan pemeriksaan : darah kapiler.

Cara Kerja :
1. Spigmomanometer dipasang pada lengan atas dan dipompa sampai tekanan 40
mmHg. Selama percobaan berlangsung tekanan harus tetap/konstan.

72
2. Kira-kira 5 jari dibawah pembendungan, dibersihkan dengan alkohol 70% dan
dibiarkan kering
3. Ditusuk kulit tersebut menggunakan lancet hingga menimbulkan luka dan darah
mengalir. (beberapa modifikasi menggunaan jari untuk ditusuk dengan Blood Lancet /
Autoklik steril hingga didapatkan luka yang dalamnya ± 3 mm).
4. Pada saat terlihat darah keluar, stopwatch dijalankan.
5. Darah yang keluar diisap dengan sepotong kertas saring atau tissue tiap 30 detik.
6. Stopwatch dihentikan setelah darah tidak dapat diisap kertas saring.
7. Hasil dinyatakan dan dibulatkan menjadi per 30 detik.

Nilai Normal : 1-6 menit

Faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :


a. Metode yang digunakan; teknik yang tidak tepat – bila terjadi luka pungsi yang
mungkin lebih dalam daripada yang seharusnya.
b. Bila tetesan darah ditekan paksa pada permukaan kertas dan tidak menunggu tetesan
darah benar-benar terisap dengan sendirinya pada kertas penghisap, hal ini dapat
merusak partikel fibrin sehingga memperlama perdarahan.
c. Obat aspirin dan antikoagulan dapat memperlama perdarahan.

Gambar 16. Teknik kerja Bleeding Time metode Duke dan Ivy

73
BAB XVIII
CLOTTING TIME

1. Cara Tabung kapiler (Duke)


Prinsip :
Darah kapiler dimasukkan kedalam tabung kapiler sampai terjadi pembekuan dengan
terlihatnya benang fibrin pada pematahan terakhir.

Alat dan Reagensia :


1. Tabung kapiler
2. Lancet
3. Stop watch
4. Kikir ampul
5. Kapas
6. Alkohol 70 %

Bahan pemeriksaan : Darah kapiler

Cara Kerja :
1. Dibuat dulu tusukan pada ujung jari atau cuping telinga hingga darah leluasa mengalir
keluar dan stop watch dijalankan.
2. Tetesan darah pertama dihapus dan tetesan berikutnya dimasukkan ke dalam tabung
kapiler sampai penuh.
3. Tiap 30 detik tabung kapiler dipatahkan sepanjang 1 cm.
4. Setelah pematahan terakhir dan terlihat benang fibrin, stop watch dihentikan.

Nilai Normal : 6 menit

2. Cara Objek Glass / kaca arloji


Prinsip :
Darah vena diletakkan pada kaca arloji atau objek glass sambil dipancing sampai terjadi
pembekuan darah dengan terbentuknya benang fibrin pada tetes darah yang kedua
terhitung mulai darah keluar dari spuit.

Alat dan Reagensia :


1. Objek glass
2. Kaca arloji
3. Spuit dan neddle
4. Stop watch
5. Jarum atau Ose
6. Kapas
7. Alkohol 70 %

Cara Kerja :
1. Darah vena diambil dan saat darah masuk kedalam spuit stop watch dijalankan.
2. Jarum dilepaskan dan ditaruh diatas objek glass atau kaca arloji 2 tetes besar darah
kira-kira berdiameter 5 mm secara terpisah.
3. Dengan jarum atau ose tetesan darah pertama dan kedua dipancing tiap 30 detik
sampai terlihat benang fibrin.
4. Masa Pembekuan darah terjadi saat terbentuk benang fibrin pada tetes darah kedua
sejak dari spuit.

Nilai Normal : 2 – 6 menit.

74
3. Cara tabung reaksi (Lee and White)
Prinsip :
Darah vena dimasukkan dalam tabung reaksi dan dimiringkan tabung tiap 30 detik sampai
terjadi pembekuan darah pada tabung ketiga.

Alat dan Reagensia :


1. Objek glass
2. Kaca arloji
3. Spuit dan neddle
4. Stop watch
5. Jarum atau Ose
6. kapas
7. alkohol 70 %

Bahan Pemeriksaan : Darah vena tanpa antikoagulan

Cara kerja :
1. Disediakan dalam rak, 4 tabung berdiameter 7-8 mm
2. Darah vena diambil dan saat darah masuk kedalam spuit stop watch dijalankan.
3. Setelah itu darah dimasukkan kedalam tabung yang dimiringkan pada waktu
memasukkannya.
4. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari dan dimiringkan untuk melihat
pembekuan.
5. Setelah darah tabung pertama beku, periksalah tabung kedua tiap 30 detik .
6. Tindakan sama dilakukan berturut-turut pada tabung ketiga dan keempat. Catat
waktunya.
7. Masa pembekuan dihitung dari rata-rata tabung kedua, ketiga dan keempat.

Nilai Normal : 2 – 6 menit

Catatan :
Hentikan tes apabila > 15 menit darah tidak membeku dan catatan hasilnya.

75
BAB XIX
APTT

Prinsip :
Dengan menambah reagen APTT yang mengandung aktivator plasma dan fosfolipid pada
sampel tes. Fosfolipid berfungsi sebagai pengganti platelet. Campuran diinkubasi selama
3-5 menit pada suhu 37O C di Waterbath untuk aktivasi optimum, kemudian direkalsifikasi
dengan kalsium klorida dan beberapa saat akan terbentuk bekuan berupa benang fibrin.

Tujuan :
Untuk menguji fungsi thrombosit dan faktor VIII dan faktor IX (hemofilia) untuk jalur
intrinsik pembekuan darah.

Alat dan reagensia :


1. Spuit dan Neddle 8. Kaitan logam / Ose
2. Sentrifuge dan tabungnya. 9. Brain Tromboplastine
3. Pipet tetes 10. Larutan CaCl2 0,22 %
4. Tabung reaksi 10 x 200 mm 11. NaCl 0,9 %
5. Waterbath 37° C 12. Natrium Citrate 3,8 %
6. Stop watch
7. Pipet volume 0,5 mL dengan skala 0,02 mL / Mikropipet 100 µL

Bahan pemeriksaan : Darah Vena dengan Anticoagulant Natrium sitrat 3,8 % 1 : 9

Persiapan Sampel :
• Sampel. darah dapat diperoleh melalui vena punksi
• Antikoagulan yang dipakai adalah sodium sitrat 3,2% atau 3,8% dengan perbandingan
9:1 (9 bagian darah:1 bagian Na.Sitrat).
• Sampel darah disentrifus 10-15 menit dengan kecepatan 2000 g
• Penampung tidak boleh terbuat dari bahan yang dapat menginduksi aktivasi kontak
seperti gelas. Sebaliknya dipakai penampung gelas berlapis silikon atau plastik

Cara Kerja :
a. Pembuatan Plasma 1 : 9
1. Dipipet 0,2 mL Na. Citrate 3,8 % dimasukkan ke dalam tabung.
2. Darah yang ada dalam spuit dimasukkan kedalam tabung yang berisi Na.citrate 3,8
% sebanyak 1,8 mL.
3. Dicampur dengan cara membolak-balik tabung.
4. Diputar selama 5 menit pada 1500 rpm dengan sentrifuge.
5. Plasma yang terjadi dipisahkan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.

b. Pemeriksaan APTT
1. Reagent APTT dan larutan CaCl2 0,25 M dimasukkan waterbath 37O C selama 5
menit.
2. Dipipet 0,1 mL plasma dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
3. Ditambah 0,1 mL reagent APTT dan dikocok. Lalu dimasukkan kedalam waterbath
37O C selama 3-5 menit.
4. Ditambah 0,1 mL CaCl2 0,25 M dan stop watch dijalankan.
5. Lalu didiankan dalam waterbath 37O C selama 20-35 detik, kemudian diangkat dan
digoyang.
6. Dipancing dengan Ose sampai terjadi pembekuan pada plasma dengan terbentuk
benang-benang fibrin dan stopwatch dihentikan.

76
Gambar 17. Cara Kerja pemeriksaan aPTT metode Manual

c. Cara Semiotomatik :
1. Siapkan sampel dan kontrol, sebelumnya, hangatkan hemostat CaC12 0,02 ml/l
pada suhu ruang.
2. Masukkan plasma (0,1 ml) ke dalam tabung tes yang sudah terisi stiring bars,
inkubasi selama 1-2 menit pada suhu ruang
3. Tambahkan reagen APTT-EL (0,1 ml), inkubasi 3 menit
4. Tambahkan CaC12 (0,1 ml) pada saat itujuga jalankan stop watch
5. Catat waktu yang dibutuhkan untuk membentuk bekuan (print out)

Nilai Normal : 29 – 37 detik

77
BAB XX
PLASMA PROTHROMBINE TIME (PPT)

Prinsip :
Suatu sediaan Tromboplastin yang kuat (Aceton dehydrated Rabbit Brain) ditambahkan
plasma yang didapat dari darah citrat. Campuran tersebut diinkubasi pada suhu 37O C dan
kemudian direcalcifikasi dengan penambahan larutan CaCl2 dan dicatat waktu pembukan
plasma.

Tujuan : Untuk menguji faktor ekstrinsik jalur pembekuan darah.

Metode : Quick Test

Bahan pemeriksaan : Darah vena dengan anticoagulant natrium citrat 3,8 %.

Alat dan Reagensia :


1. Spuit dan Neddle 8. Kaitan logam / Ose
2. Sentrifuge dan tabungnya. 9. Brain Tromboplastine
3. Pipet tetes 10. Larutan CaCl2 0,22 %
4. Tabung reaksi 10 x 200 mm 11. NaCl 0,9 %
5. Waterbath 37° C 12. Natrium Citrate 3,8 %
6. Stop watch
7. Pipet volume 0,5 mL dengan skala 0,02 mL / Mikropipet 100 µL

Cara Kerja :
B. Pembuatan Plasma
1. Kedalam tabung sentrifuge masukkan 0,5 ml Na. Citrat 3,8 %.
2. Darah vena 4,5 ml masukkan ke dalam tabung yang berisi Na, Citrat tadi dan
campur baik-baik.
3. putar pda sentrifuge selama 20 menit pada 3000 rpm
4. Pisahkan plasma yang terjadi, masukkan kedalam tabung dan kalau plasma tidak
segera diperiksa masukkan kedalam lemari es.

C. Pembuatan Larutan Tromboplastine


1. Masukkan 5 ml larutan NaCl 0,9 % dalam tabung lalu ditambah dengan 1 ampul
Brain Thromboplastine.
2. Larutan siap digunakan untuk pemeriksaan.

D. Pemeriksaan PPT
1. Masukkan tabung reaksi 10 x 200 mm ke dalam waterbath.
2. Masukkan 0,1 mL plasma kedalam tabung tadi dan tunggu sampai plasma
bersuhu 37O C.
3. Tambahkan 0,1 mL Thromboplastine dan campur.
4. Kepada campuran tadi tambahkan larutan CaCl2 0,22 %. Jalankan Stop Watch
tepat pada waktu larutan CaCl2 tercampur dengan plasma.
5. Biarkan selama 10 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin dengan
memancinnya berkali-kali dengan kaitan logam / ose.
6. Hentikan stop watch pada saat terdapat benang fibrin. Lamanya waktu
terbentuknya benang fibrin disebut Masa Protrombin plasma.

Nilai normal: 11- 15 detik.

78
BAB XXI
THROMBIN TIME (TT)

Prinsip :
Plasma ditambah larutan Thrombin akan terjadi bekuan fibrin dan dicatat waktu
pembekuannya.

Tujuan :
Untuk menguji faktor I dan faktor XIII

Alat dan Reagensia :


1. Sentrifuge dan tabungnya.
1. Pipet tetes
2. Clinipette
3. Tabung reaksi 10 x 75 mm
4. Waterbath 37O C
5. Stop watch
6. Kaitan logam / Ose
7. Natrium Citrate 3,8 %
8. NaCl 0,9 %

Bahan Pemeriksaan : darah vena dengan anticoagulant Natrium Citrat 3,8% 1 : 9

Teknik Kerja :
1. 0,2 mL plasma citrat dimasukkan kedalam tabung reaksi
2. Kemudian tambahkan 0,1 mL larutan thrombin, pada saat penambahan stopwatch
dijalankan.
3. Dicatat saat terjadi bekuan awal dan dihentikan stopwatch saat terjadi bekuan
sempurna.
4. Dicatat waktu dan hasilnya
5. Dilakukan juga uji ini terhadap plasma normal.

Nilai Normal :
- Permulaan : 5 – 10 detik
- Sempurna : 60 detik

79
BAB XXII
RECALCIFIKASI TEST

Prinsip :
Penambahan calcium pada plasma akan mengaktifkan Protrombinase dengan merubah
protrombin menjadi Trombin lalu merubah Fibrinogen menjadi Fiibrin.

Tujuan :
Untuk mencari adanya kekurangan faktor-faktor pembekuan darah pada jalur intrinsik
(faktor V, VIII, IX, X, XI, XII, Protrombin dan Fibrinogen) dan faktor Trombosit.
Alat dan Reagensia :
1. Sentrifuge dan tabungnya. 7. Kaitan logam / Ose
2. Pipet tetes 8. Larutan CaCl2 0,025 %
3. Clinipette 9. NaCl 0,9 %
4. Tabung reaksi 10 x 200 mm 10. Natrium Citrate 3,8 %
5. Waterbath 37O C
6. Stop watch
Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan anticoagulant natrium citrat 3,8 % kaya Trombosit dan rendah
Thrombosit.
Cara Kerja :
B. Pembuatan Plasma kaya Trombosit 1 : 9
1. Dipipet 0,2 ml Na. Citrate 3,8 % dimasukkan ke dalam tabung.
2. Darah yang ada dalm spuit dimasukkan kedalam tabung yang berisi Na.citrate 3,8
% sebanyak 1,8 ml.
3. Dicampur dengan cara membolak-balik tabung.
4. Diputar selama 5 menit pada 1500 rpm dengan sentrifuge.
5. Plasma yang terjadi dipisahkan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
C. Pembuatan Plasma Miskin Trombosit 1 : 9
1. Dipipet 0,2 ml Na. Citrate 3,8 % dimasukkan ke dalam tabung.
2. Darah yang ada dalm spuit dimasukkan kedalam tabung yang berisi Na.citrate 3,8
% sebanyak 1,8 ml.
3. Dicampur dengan cara membolak-balik tabung.
4. Diputar selama 20 menit pada 3000 rpm dengan sentrifuge.
5. Plasma yang terjadi dipisahkan dan dimasukkan kedalam tabung reaksi.
D. Pemeriksaan Recalcifikasi
1. Tabung yang berisi larutan CaCl2, larutan NaCl 0,85 % dan Plasma pasien
diinkubasikan dalam waterbath 37O C.
2. Masukkan 0,1 ml plasma dan 0,1 ml NaCl 0,85 % pada tabung reaksi, inkubasi
selama 1 menit pada 37O C.
3. Tambah 0,1 ml CaCl2 0,025 M pada suhu 37O C dan stopwatch dijalankan.
Diinkubasi selama 60-80 detik.
4. Angkat tabung dari Waterbath dan diperiksa adanya bekuan tiap 1-2 detik dengan
memiringkan tabung perlahan-lahan dengan latar hitam.
5. Saat terjadinya bekuan dihentikan stopwatch dan dicatat waktunya.
6. Dianjurkan menggunakan Plasma rendah trombosit
Nilau Normal :
1. Plasma Kaya Trombosit : 80 – 150 detik.
2. Plasma miskin tombosit : 90 - 250 detik

80
BAB XXIII
CLOT RETRACTION, KONSISTENSI DAN VOLUME CAIRAN BEKUAN

Prinsip :
Darah vena dimasukkan dalam tabung sentrifuge bergaris dan dibiarkan beku selama 2
jam, serum yang terjadi diukur dan dinyatakan dalam persen.

Tujuan :
Untuk menguji fungsi trombosit dan mengukur jumlah serum yang tertinggal dalam
bekuan.

Alat :
1. Tabung sentrifuge bergaris
2. Skala / penggaris
3. Lidi
4. Inkubator

Bahan pemeriksaan : Darah vena tanpa anticoagulant

Cara kerja :
1. Ambil kira-kira 5 mL darah dan masukkan kedalam tabung sentrifuge bergaris.
Masukkan puka sebatang lidi kedalam tabung tadi. Catat volume darah.
2. Biarkan pada suhu kamar selama 2-3 jam (atau semalaman dalam lemari es).
3. Lepaskan bekuan darah dengan hati-hati dari dinding tabung, miringkan tabung dan
angkatlah bekuan dari tabung dengan mengangkat lidi.
4. Catat volume serum (bersama sel yang masih tertinggal dalam tabung) yang ada
dalam tabung dan dinyatakan dalam persen terhadap volume darah semula. Dilihat
pula konsistensi bekuan.
5. Untuk menentukan Volume cairan bekuan ditentukan dulu nilai hemtokrit.

Nilai normal :
 Retraksi bekuan : 40-60 % dari jumlah darah.
 Konsistensi bekuan : Kenyal
 Volume cairan bekuan : 0-20 %

81
BAB XXIV
HEMATOLOGY ANALYZER

XXIV.1 PENDAHULUAN
XXIV.1.1 Definisi
Hematology Analyzer adalah alat yang digunakan untuk memeriksa darah lengkap
dengan cara menghitung dan mengukur sel-sel darah secara otomatis berdasarkan variasi
impedansi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang dilewatkan.
Alat ini bekerja berdasarkan prinsip flow cytometer. Flow cytometri adalah metode
pengukuran [= metri] jumlah dan sifat-sifat sel [= cyto] yang dibungkus oleh aliran cairan [=
flow] melalui celah sempit. Ribuan sel dialirkan melalui celah tersebut sedemikian rupa
sehingga sel dapat lewat satu per satu, kemudian dilakukan penghitungan jumlah sel dan
ukurannya. Alat ini juga dapat memberikan informasi intraseluler, termasuk inti sel.

XXIV.1.2 Prinsip
Prinsip impedansi listrik : Berdasarkan pada variasi impedansi yang dihasilkan oleh
sel-sel darah di dalam mikroaperture (celah chamber mikro), yang mana sampel darah
yang diencerkan dengan elektrolit diluent / Sys DIL, akan melalui mikroaperture yang
dipasangi dua elektroda pada dua sisinya (sisi vakum dan konstan) yang pada masing-
masing arus listrik berjalan secara kontinyu, maka akan terjadi peningkatan resistensi
listrik (impedansi) pada kedua elektroda sesuai dengan volume sel (ukuran sel) yang
melewati. Impulse voltage yang dihasilkan oleh amplifier circuit ditingkatkan dan dianalisa
oleh elektronik system, lalu Hemoglobin diukur dengan melisiskan Red Blood Cells (RBC)
dengan Sys LYSE membentuk methemoglobin/cyanmethemoglobin dan diukur secara
spektrofotometri pada panjang gelombang 550 nm pada chamber. Hasil yang didapat
diprintout pada printer berupa nilai dan grafik sel.
Prinsip light scattering adalah metode di mana sel dalam suatu aliran melewati
celah di mana berkas cahaya difokuskan ke situ (sensing area). Apabila cahaya tersebut
mengenai sel, akan dihamburkan, dipantulkan, atau dibiaskan ke semua arah. Beberapa
detektor yang diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan menangkap berkas-berkas sinar
sesudah melewati sel itu. Alat yang memakai prinsip ini lazim disebut flow cytometeri.
Prinsip Kombinasi Impedansi Listrik dan Light Scattering merupakan kombinasi
pemeriksaan selain menggunakan teknik impedansi listrik terhadap sel, juga sel dialiri
sinar yang dilewatkan melalui celah. Teknik kombinasi ini lebih baik dibandingkan kedua
prinsip sebelumnya.

XXIV.1.3 RBC Transducer :


Di dalam transducer ini terjadi proses penghitungan RBC dan PLT.
1. 40 µL akan kembali ditambah oleh Cell Pack dengan perbandingan 1 : 25.000
2. Kemudian satu per satu sel akan dilewatkan melalui celah sempit yang disebut
Aperture.
3. Sel-sel yang berukuran besar akan menimbulkan hambatan listrik yang besar dan
sel-sel berukuran kecil akan menimbulkan hambatan listrik yang kecil. Hambatan-
hambatan ini akan menimbulkan pulsa yang akan dibaca oleh alat. Semakin besar
ukuran sel, pulsa yang ditimbulkan semakin besar.
4. Saat sel satu per satu masuk, inilah terjadi pengelompokan sel. Sel-sel yang
ukurannya masuk ke ukuran RBC akan langsung dianggap sebagai RBC,
sedangkan yang masuk ukuran PLT akan dianggap sebagai PLT.

XXIV.1.4 WBC Transducer :


Dalam transducer ini terjadi proses penghitungan WBC dan DIFF (Lymph, Mixed,
Gra) dan pemisahan HGB ke HGB Flow Cell (HGB Transducer). 6 µl sampel akan kembali

82
ditambah oleh Cell Pack dan Stromatolizer-WH sehingga terjadi perbandingan sampel dan
reagen 1 : 500.

XXIV.1.5 Hasil Background :


Untuk background awal saat start up sebelum pengukuran dalam kondisi kosong
harus memenuhi kriteria :
- WBC ≤ 0,3 x 103 / µl
- RBC ≤ 0,02 x 108 / µl
- HGB ≤0,1g/dl
- PLT ≤ 0,3 x 103 / µl

XXIV.1.6 Parameter
WBC (White Blood Count), RBC (Red Blood Count), HGB (Hemoglobin), PLT (Platelet),
PCT (Plateletkrit), HCT (Hematokrit), MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin), MCV (Mean
Cell Volume), MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration), RDW (Red Cell
Distribution Width), MPV (Mean Platelet Volume), PDW (Platelet Distribution Width),
LYMP (Lymposit %), # LYMP (Lymposit Number), % GRAN (Granulocyte %), # GRAN
(Granulocyte Number), % MON (Monocyte %), # MON (Monocyte Number).

XXIV.2 MAINTENANCE (PERAWATAN)


1. Perawatan Harian : Shutdown dan membersihkan Trap Chamber
(kosongkan jika perlu)
2. Perawatan Mingguan : Membersihkan SRV TRAY
3. Perawatan Bulanan : Membersihkan WASTE CHAMBER dan
(setiap 2500 sampel) Membersihkan TRANSDUCER
4. Perawatan 3 Bulan : Membersihkan SRV (Sample Rotor Valve)
(setiap 7500 sampel)
5. Perawatan Tak Berkala : AUTO RINSE
(jika diperlukan)
Larutan yang digunakan untuk membersihkan alat ini berupa larutan Hipoklorit alkali 5%
atau setara dan larutan proteolitik berisi enzim yang menghancurkan sisa-sisa protein
yang mungkin menyumbat alat dan selang-selangnya. Biasanya sudah tersedia oleh
penyalur alat yang bersangkutan.

83
BAB XXV
PEWARNAAN SITOKIMIA HEMATOLOGI

XXV.1 PENDAHULUAN
Di laboratorium kadang dengan pewarnaan sediaan hapus darah tepi
menggunakan metode Giemsa atau Wright belum memuaskan untuk membedakan seri
leukosit untuk menunjang diagnosis leukemia dan kelainan leukosit, oleh sebab itu
diperlukan pewarnaan sitokimia lainnya. Dalam bahasan kali ini membahas mengenai
pewarnaan (pulasan) peroksidase, Sudan Black, Periodic Acid Schiff (PAS) dan Leukocyte
Alkaline Phosphatase (LAP).

XXV.2 PULASAN PEROKSIDASE


Adakalanya membedakan jenis leukosit menemui kesukaran, teristimewa jika
menghadapi sel muda atau yang abnormal. Dalam keadaan ini boleh digunakan bahwa
granula dalam sel jajaran granulosit dan monosit mengandung peroksidase, sedangkan
sel jajaran limfosit tidak ada. Pulasan peroksidase yang sering digunakan menurut Sato
dan Sekiya.
XXV.1.1 Sato dan Sekiya
Larutan yang diperlukan :
1. Larutan Cupri Sulfat : CuSO4.5H2O 0,5 gram dalam 100 ml aquadest.
2. Larutan benzidine : benzidine basa 0,2 gram digerus dalam cawan porselin dalam 200
ml aqudest. Disaring dan tambahkan 0,25 ml H2O2 3% dan simpan dalam botol coklat.
Tahan selama 6 bulan.
3. Larutan Safranin : safranin 1 gram dalam 100 ml aquadest.
Cara :
1. Letakkan sediaan kering dan difiksasi di atas rak.
2. Genangi sediaan dengan larutan kuprisulfat selama 30 – 60 detik.
3. Buang larutan tadi dan genangi dengan larutan benzidine selama 2 menit.
4. Bilas dan warnai dengan larutan safranin selama 1 menit.
5. Bilas dan keringkan.
Hasil :
Plasma jajaran granulosit berwarna biru sedangkan granula berisi peroksidase akan
berwarna hijau biru. Mielobast dengan hasil negatif. Monosit memiliki granula namun
terlihat kecil-kecil. Limfosit tidak ada dan berwarna merah.

XXV.1.2 Ellias
Larutan yang digunakan :
1. Larutan Chloronaftol. Larutkan 15 mg 4-chloro-1-naftol dalam 2 ml etanol absolut,
simpan suhu 4°C.
2. Buffer Tris. Larutan 19,2 ml larutan Tris-(hidroksimetil) aminometan 0,2 mol/L
dicampur dengan 80,8 ml HCl 0,1 mol/L, kemudian tambahkan air sampai 500 mL. pH
harus 7,4 – 7,6.
3. Larutan H2O2 segar : 0,4 mL H2O2 30% diencerkan dalam 100 mL aquadest.
4. Larutan methylgreen 1% dalam aquadest.
Larutan peroksidase dibuat dengan mencampur 2 mL larutan Chloronaftol dengan 38
mL buffer Tris. Kemudian ditambahkan 1 mL H2O2.
Cara :
1. Sediaan digenangi dengan reagent peroksidase selama 10 menit.
2. Bilas dengan air dan warnai dengan larutan methylgreen selama 2 menit.
3. Bilas dengan air dan keringkan.
Hasil :
Pulasan ini membuat granula yang peroksidase positif (+) berwarna biru tua.

84
XXV.3 PULASAN SUDAN BLACK
Zat warna Sudan Black memberi warna hitam kepada granula dalam leukosit yang
mengandung zat lemak. Antara sudanofilia dan reaksi peroksidase positif terhadap
korelasi positif.
Larutan yang diperlukan :
1. Larutan Sudan Black : 0,5 gram Sudan Black B dicampur dengan 100 mL etanol
absolut. Biarkan selama 2 hari dan saring.
2. Larutan Buffer : Phenol 16 gram, etanol absolut 30 mL, Na2HPO4.12H2O 0,3 gram dan
aquadest 100 mL.
3. Larutan kerja : dicampur 60 mL larutan Sudan Black dan 40 mL Buffer. Saring.
Cara :
1. Sediaan direkatkan dengan uap formalin dalam wadah tertutup selama 10 menit.
2. Genangi sediaan dengan larutan kerja selama 30 menit.
3. Bilas dengan etabol absolut dan bilas dengan air.
4. Bisa juga di warnai dengan safranin 0,1 %.
Hasil :
Granula yang mengandung lipid/lemak akan berwarna hitam.

XXV.4 PULASAN PAS (PERIODIC ACID SCHIFF)


Pulasan ini berguna untuk mengenali sel-sel dalam jajaran limfosit yang
mengandung glikogen. Reaksi yang terjadi adalah oksidasi glikogen oleh asam periodat
(periodic acid) menjadi aldehide, lalu bereaksi dengan reagen schiff menjadi warna merah.
Larutan yang diperlukan :
1. Larutan asam periodat : HIO4. 2H2O 1 gram dalam 100 mL aquadest.
2. Reagent Schiff : Basic Fuchsin 1 gram dimasukkan dalam 400 mL air mendidih,
biarkan dingin sampai 50°C, saring, tambah 1 mL thionylchloride (SOCl2), simpan
tempat gelap 24 jam, tambah 2 gram carbon adsorbens, kocok saring, simpan lemari
es dalam botol gelap.
3. Larutan hematoksilin 2 gram dalam 100 mL aquadest.
Cara :
1. Sediaan hapus direkatkan denga uap formalin dalam cawan petri selama 10 menit.
2. Bilas dengan air selama 15 menit.
3. Genangi sediaan dengan asam periodat selama 30 menit.
4. Bilas dengan aquadest, genangi dengan reagent schiff selama 30 menit.
5. Bilas dengan air, bilas dengan aquadest selama 5 menit.
6. Genangi dengan hematoksilin selama 10 menit.
Hasil :
Granula dalam leukosit yang berisi glikogen menjadi merah.

XXV.5 PULASAN FOSFATASE ALKALIS (LAP)


Adanya enzim ini dalam granula dan sitoplasma sel-sel jajaran granulosit dapat
dipergunakan untuk membedakannya dari leukosit-leukosit lainnya. Hasil pulasan ini
memberikan petunjuk dalam membedakan leukositosis oleh leukemia granulositik kronik
dari leukositosis oleh sebab-sebab lain.
Darah segar sebaiknya digunakan : kapiler, darah vena dengan antikoagulan
heparin atau double oxalat. Darah EDTA tidak boleh digunakan karena mengganggu
pulasan.
Metode Kaplow LAP
Larutan yang diperlukan :
1. Larutan perekat : formalin (40%) 10 mL, metanol absolut 90 mL. simpan dalam lemari
es freezzer. Sebagian larutan diambil dan ditaruh pada suhu 5°C.
2. Larutan stok propanadiol : 2-amino-2-metil-1,3-propanadiol 10,5 gram dalam aquadest
500 mL.

85
3. Larutan kerja Buffer Proponadiol : larutan stock proponadiol 0,2 M 25 mL, larutan HCl
0,1 N 5 mL dan aquadest 100 mL dan pH harus 9,75 dan simpan dalam lemari es.
4. Larutan substrat pH 9,5 – 9,6 : natrium alfa naftil fosfat 35 mg. fast blue RR 35 mg,
larutan kerja proponadiol 35 mL, saring. Larutan ini harus segar dan tidak boleh
ditunda.
5. Larutan hematoksilin menurut Harris.
Cara :
1. Sediaan hapus digenangi dengan larutan perekat bersuhu 5°C selama 30 detik.
2. Bilas dengan air mengalir selama 10 detik.
3. Genangi sediaan dengan larutan substrat selama 15 menit.
4. Bilas dengan air mengalir selama 10 detik.
5. Pulas tanding dengan larutan hematoksilin selama 4 menit.
6. Bilas dengan air mengalir selama 10 detik dan biarkan kering.
Hasil :
Adanya fosfatase alkalis dalam leukosit ditandai dengan warna coklat muda hingga hampir
hitam.
Penilaian :
0 : netrofil tidak berwarna coklat
1 : coklat sangat muda merata, jarang granula.
2 : coklat lebih tua merata, granula sedang jumlahnya.
3 : warna tegas dan granula banyak.
4 : warna tegas dan granula berdekatan dan warna sangat tua.
Skorsing (100 leukosit) :
>100 : LAP tinggi
20 – 70 : LAP normal
<15 : LAP rendah
Interpretasi klinis :
Leukositosis oleh infeksi menghasilkan score LAP tinggi, pada leukemia granulositik kronik
score LAP rendah.

86
BAB XXVI
SEL LUPUS ERITHEMATOSUS

XXVI.1 PENDAHULUAN
Pada lupus eritematosus disseminata atau lupus eritematosus sistemik (SLE),
terdapat autoantibodi (faktor LE) dalam fraksi gamma globulin yang berpengaruh terhadap
lekosit yang telah rusak. Autoantibodi yang mengarah ke fenomena sel LE mengikat histon
pada inti sel. Lekosit itu berubah menjadi massa yang homogen dan bulat yang kemudian
difagosit oleh lekosit polymorfonuclear normal.

Gambar 17. Sel LE

Sel LE ditemukan pertama kali pada tahun 1948 oleh hematologist klinis Amerika,
Malcolm Hargraves dan Robert Morton bersama seorang teknisi laboratorium Helen
Richmond. Mereka telah mengamati dua fenomena yang tidak biasa pada beberapa
sediaan sumsum tulang, yang mereka sebut sebagai “sel tart” dan “sel LE”.
Pengujian ini terutama digunakan untuk mendiagnosis lupus eritematosus sistemik
(SLE). Sekitar 50% sampai 75% dari pasien dengan lupus mempunyai tes positif. Namun,
beberapa pasien dengan rheumatoid arthritis, skleroderma, dan drug-induced lupus
erythematosus juga memiliki tes sel LE positif.

XXVI.2 PROSEDUR
Pemeriksaan sel LE dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : cara Magath
dan Winkle (modifikasi dari Zimmer dan Hargraves), cara Zinkham dan Conley, dan cara
Mudrick.
1. Cara Magath dan Winkle (modifikasi dari Zimmer dan Hargraves)
Kumpulkan darah vena 8-10 ml dan biarkan darah itu membeku dalam tabung kering
dan bersih. Biarkan 2 jam pada suhu kamar atau 30 menit dalam pengeram dengan
suhu 37oC. Pisahkan bekuan dari serum lalu bekuan itu digerus dan disaring melalui
saringan kawat tembaga. Hasil saringan dimasukkan dalam tabung Wintrobe dan
dipusingkan dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Buang serum bagian atas,
ambil lapisan sel paling atas (buffycoat) dengan pipet pastur lalu teteskan di atas
obyek glass dan buat sediaan apus. Warnai sediaan dengan larutan pewarna Giemsa
atau Wright dan cari sel-sel LE di bawah mikroskop.
2. Cara Zinkham dan Conley
Kumpulkan darah vena 8-10 ml, biarkan pada suhu kamar selama 90 menit. Kocok
darah tersebut dengan alat rotator selama 30 menit. Masukkan darah tersebut ke
dalam tabung Wintrobe dan pusingkan selam 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm.
Buat sediaan apus seperti cara di atas.
3. Cara Mudrick
Ambil darah kapiler dan masukkan ke dalam tabung kapiler yang dilapisi heparin
seperti yang dipakai untuk mikrohematokrit. Tutuplah salah satu ujung tabung tersebut
dengan dempul dan pusingkan selama 1 menit dengan centrifuge mikrohematokrit.
Masukkan kawat baja halus ke dalam tabung kapiler dan putar-putarlah kawat itu
untuk mencampur buffycoat dengan plasma dan untuk merusak lekosit-lekosit.

87
Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37°C atau biarkan selama 2 jam pada suhu
kamar. Pusingkan lagi seperti di atas. Kemudian patahkan tabung kapiler dekat
lapisan buffycoat lalu sentuhkan ujung tabung yang dipatahkan itu ke permukaan kaca
obyek dan buatlah sediaan apus. Warnai sediaan dengan Giemsa atau Wright dan
periksa di bawah mikroskop untuk mencari sel-sel LE.

XXVI.3 INTERPRETASI
Sel LE tampak sebagai massa homogen yang difagosit oleh lekosit
polymorphonuclear. Sel LE sering tampak seperti kue tart, sehingga juga disebut sel tart.
Massa homogen yang dikelilingi oleh banyak se lekosit polymorphonuclear dikenal dengan
nama sel rosette; sel ini dianggap sebagai sel LE yang belum sempurna atau sel pre-LE.
Pembentukan sel LE berlaku in vitro saja karena memerlukan adanya sel-sel
lekosit yang rusak. Teknik membuat sediaan sangat berpengaruh terhadap hasil
laboratorium. Adanya sel LE merupakan bukti adanya autoantibodi atau faktor LE. Tidak
menemukan sel LE bukan berarti tidak adanya penyakit SLE pada pasien yang
bersangkutan. Tes sel LE kini jarang dilakukan karena tes yang lebih baik sekarang ada
untuk membantu mendiagnosis lupus.

XXVI.4 NILAI RUJUKAN


Hasil normal : negatif

88
BAB XXVII
EVALUASI HAPUSAN DARAH

XXVII.1 PENDAHULUAN
XXVII.1.1 Pengertian
Evaluasi darah atau disebut juga sebagai pemeriksaan gambaran darah tepi atau
(Blood Smear), dapat dilakukan di counting areal setelah melakukan pemeriksaan hitung
jenis leukosit, mula-mula dengan pembesaran 100 x kemudian dengan pembesaran 1000
x dengan minyak emersi selanjutnya dilihat masing-masing morfologi selnya. Dalam
pembahasan kali ini siswa-siswi hanya diberikan gambaran-gambaran tentang tata cara
evaluasi dan menilai hapusan darah tepi. Namun begitu tidak memiliki kewenangan dalam
mengambil atau mengeluarkan hasil pemeriksaan evaluasi hapusan darah tepi sebagai
hasil pemeriksaan laboratorium. Hal ini tidak memiliki kewenangan untuk melakukan
tindakan ini. Penjelasan di abawah ini hanya untuk menciptakan pemahaman bagi siswa
untuk dasar-dasar dalam mempelajari mendalam ilmu hematologi sebagai modal untuk
menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi nantinya. Adapun pemeriksaan hapusan
darah terdiri atas :
1. Pemeriksaan dengan pembesaran kecil (objektif 10x)
a. Penilaian kwalitas hapusan darah dan penyebaran sel-sel dalam hapusan.
- Mutu pewarnaan apakah pucat, baik atau terlalu tua.
- Lapisan darah harus cukup tipis sehingga eryhtrosit dan leukosit jelas
terpisah satu dengan lainnya.
- Hapusan tidak boleh mengandung cat
- Eryhtrosit, leukosit dan thrombosit harus tercat dengan baik.
- Leukosit tidak boleh menggerombol pada akhir (ujung) hapusan.
b. Penafsiran jumlah leukosit dan eryhtrosit, penaksiran penghitungan differential
leukosit dan pemeriksaan apakah sel-sel ada yang abnormal.
Dilakukan pada daerah area penghitungan dari bagian hapusan tempat eryhtrosit
terletak berdampingan, tidak tertumpuk. Bila didapatkan 20-30 leukosit perlapang
pandang kira-kira sesuai dengan junlah leukosit 5.000 dan 40-50 perlapang
pandang sesuai dengan leukosit 10.000.
2. Pemeriksaan dengan menggunakan minyak imersi
a. Eryhtrosit : Penaksiran jumlahnya dan bagaimana morfologinya
Dillihat adanya eryhtrosit berinti dan dihitung jumlahnya pada 100
leukosit untuk mengkoreksi hitung leukosit cara Turk.
b. Leukosit : Penghitungan Differensial dan dicari kelainan morfologi
Dihitung dalam 100 sel leukosit dan dilihat adanya kelainan
selnya.
c. Thrombosit : Dilihat penyebaran, morfologi dan ukuran selnya.
Hapusan yang baik thrombosit tidak menggerombol pada bagian
akhir hapusan. Bila sukar ditemukan thronbosit berarti jumlahnya
sedikit, bila terlihat banyak berarti terjadi peningkatan jumlah.
Dilhat juga adanya giant cell yang berukuran 6-8 mikron.
d. Sel abnormal: Pemeriksaan morfologi
Kelainan-kelainan dan variasi dari leukosit, erythrosit dan
thrombosit perlu dicatat.

XXVII.2 Tujuan
1. Melihat morfologi dan distribusi sel-sel darah.
2. Melihat adanya parasit seperti malaria dan filaria bila ada.
3. Menunjang pemastian bentuk anemia berdasarkan morfologi
4. Mengecek hasil pemeriksaan darah rutin.

89
5. Memeriksa hitung jenis leukosit dan adanya sel normoblast untuk koreksi jumlah
leukosit.
6. Menunjang dalam jenis dan klasifikasi leukemia.
7. Menilai kelainan jumlah dan morfologi trombosit.

XXVII.3 Penilaian :
1. Erythrosit
- Kesan jumlah sel (meningkat, menurun, normal)
- Adanya sel muda ( + / -)
- Variasi Ukuran (size), Warna (stain), Bentuk (shape) : Anisositosis, Polikromasia
dan Poikilositosis
- Indeks Anemia : Normokromik, Hipokromik dan Heperkromik dan Makrositer,
Mikrositer dan Normositer. Misal : Normokromik Normositer.
- Bentuk (shape), ukuran (size) dan warna (colour) sel yang ditemukan.
- Retikulosit : (meningkat atau normal)
- Sebutkan sel yang ditemukan (bentuk/jenis dan maturitas)
2. Leukosit
- Kesan jumlah sel (meningkat, menurun, normal, sangat meningkat)
- Adanya sel muda ( + / -)
- Persentase hitung jenis
- Morfologi leukosit
- Indeks peningkatan : netrofilia, limpositosis, monositosis, eosinofilia,dll
3. Thrombosit
- Kesan jumlah sel (meningkat, menurun, normal)
- Adanya giant cell (+ / -)
- Penyebaran sel.
- Clumping.

90
BAB XXVIII
KELAINAN ERITROSIT

XXVIII. 1 Variasi besar (size) eritrosit


1. Normosit.
Berdiameter normal 7-8 mikrometer
2. Makrosit.
Dengan diameter lebih dari 8 mikrometer. Bila makrosit diameternya lebih dari 12
mikrometer dan berbentuk oval disebut Megalosit (12-15 mikron). Ini ditemukan pada
anemia defisiensi Vitamin B12 atau defisiensi Asam Folat. Keadaan dimana makrosit
banyak ditemukan dalam darah disebut makrositosis.
3. Mikrosit.
Diameter erythrosit kurang dari 7 mikrometer. Ini ditemukan misalnya pada Anemia
defisiensi besi (Fe). Keadaan dimana banyak ditemukan mikrosit dalam darah disebut
mikrositosis
4. Anisositosis.
Suatu keadaan ditemukan besar eritrosit yang bervariasi sedangkan bentuknya sama,
jadi ditemukan normosit, makrosit dan mikrosit. Ini terjadi pada penyakit Anemia
Hemolitik berat.

XXVIII.2 Variasi warna (color) eritrosit


1. Normokrom.
Warnanya normal dengan konsentrasi hemoglobin yang normal.
2. Hipokrom.
Warna lebih pucat sehingga daerah yang pucat ditengah melebar. Bila terlalu pucat /
terlalu lebar akan membentuk anulosit atau ring eritrosit, hal ini karena konsentrasi
hemoglobin rendah. Ini ditemukan misalnya pada Anemia Defisiensi Fe, Thallasemia,
Hemoglobinophati C atau E.
3. Hiperkrom.
Keadaan dimana warna erytrosit lebih merah dari normal. Misalnya ditemukan pada
sferositosis.
4. Polikromasi.
Keadaan dimana ditemukan erytrosit yang bersifat Asidofilik dan ditemukan juga yang
bersifat basofilik. Ini ditemukan pada retikulositosis, juga ditemukan pada eritropoeisis
yang aktif.
5. Normoblas.
Merupakan Eritrosit yang masih muda dengan masih memiliki inti.

XXVIII.3 Variasi Bentuk (shape) eritrosit


2. ECCYNOCYTE (EKINOSIT) atau BURR CELL atau CREANATED ERYHROCYTE.
Bentuk sel erytrosit seperti duri, ini ditemukan pada azotemia, perdarahan lambung,
erytrosit pada media hipertonik.
3. SPHEROCYT
Suatu erytrosit hiperkrom, bulat gelap dan diameter kurang dari 7 mikrometer. Ini
ditemukan pada Sferositosis herediter, juga ditemukan pada penderita luka bakar,
juga ditemukan pada Anemia Hemolitik Autoimune.
4. LEPTOSIT
Sel Target / Mexican Hat Cell / Bulls Eye Cell (sel sasaran). Ini ditemukan pada
Thallasemia juga pada Hemoglobinopati C atau E, juga ditemukan pada Anemia
Defisiensi Fe, pada kelainan Hati.
5. ACANTOCYTE
Erytrosit dengan duri atau spikula dengan panjang bervariasi, sampai 10 buah. Ini
ditemukan pada Hipoparatiroidisme, Sirosis hepatis, dan Post Spleenektomi.

91
6. ANULOSIT
Bentuk sel Erythrosit ini seperti cincin dengan sentral polar yang besar.
7. OVALOSIT / ELIPTOSIT
Bentuk Erytrosit lebih lonjong dari normal seperti oval atau seperti elips, ditemukan
pada Eliptositosis herediter.
8. DREPANOSIT / SICKLE CELL / SEL SABIT.
Ditemukan pada anemia sel sabit.
9. SCHYSTOCYTE
Merupakan pecahan-pecahan dari sel Eritrosit, ditemukan pada anemia hemolitik,
dan penderita dengan luka bakar yang luas.
10. SEL HELM / HELMET CELL
Bentuk erythrosit yang fragmented seperti tepi baja pada anemia hemolitik.
11. STOMATOSIT / SEL MULUT.
Ditemukan pada Thallasemia dan anemia pada penyakit hati menahun.
12. CIGER CELL
Bentuk sel erythrosit seperti cerutu
13. TEAR DROP CELL
Ditemukan pada anemia megaloblastik.
14. POIKILOSITOSIS.
Keadaan dimana terdapat bermacam-macam bentuk Eritrosit dalam suatu sediaan
apus darah. Misalnya ditemukan pada Hemopoeisis extra medullaris.

XXVIII.4 Benda inklusi pada Eritrosit


1. BASOPHILIC STIPPLING
Merupakan sisa Ribosom yang mengandung RNA. Ini ditemukan pada keracunan
logam berat misal : Keracunan logam Pb, Leukemia, juga pada Thalasemia, pada
anemia akibat penyakit hati.
2. HOWELL JOLLY BODIES
Ini adalah pecahan DNA / kromosom yang dilepaskan saat sel membelah diri. Dalam
keadaan normal benda ini dihancurkan oleh limpa. Contoh pada penderita setelah
Spleenektomi, pada anemia hemolisis, pada Erytropoesis Inefektif dan pada Anemia
Megaloblastik.
3. BADAN / BENDA HEINZ
Yaitu akibat Denaturasi Hemoglobin (Hb). Penyebabnya hipoksia berat, Thallasemia,
Defisiensi enzim G6PD (Glukosa 6- Phoaphate Dehidrogenase), pada penderita Post
Spleenektomi.
4. CINCIN CABOT (CABOT RING)
Bentukan-bentukan didalam sel erythrosit yang berasal dari protein-protien yang
mengalami denaturasi, merupakan sisa membran inti pada Erytropoeisis Inefektif,
dengan Wright Stain berwarna ungu.
5. BENDA PAPPEN HEIMER
Granula Sideroblastik yang ditemukan pada pewarnaan Wright. Granula Sideroblastik
mengandung Fe tetapi tidak mengandung Hb. Granula ini dalam keadaan normal
dijumpai pada sel muda yang membentuk Hb secara aktif. Tetapi setelah terjadi
Inkorporasi granula tersebut hilang. Pada sintesis Hb yang tidak normal granula
sideroblastik dapat menumpuk di sekitar inti di dalam sitoplasma sehingga sel ini
disebut Ringed Sideroblast.
6. ERYTHROCYTE BERINTI (NUCLEATED RED CELLS)
Erytrosit yang mengalami maturasi normal melepaskan intinya sebelum sel itu
meninggalkan sumsum tulang. Bila aktifitas Erytropoeisis intensif, sel-sel yang lebih
muda masuk ke dalam sirkulasi. Selain Retikuosit kadang-kadang dijumpai Erytrosit
berinti dalam darah tepi. Dan adanya Erytrosit berinti ini menandakan aktifitas
Erytropoeitik dalam sumsum tulang yang intensif atau Erytropoeisis Extra Medulla

92
yang kurang mampu mengontrol pelepasan sel tersebut ke dalam darah tepi. Sel yang
berinti tersebut yaitu : Metarubrisit dan Rubrisit.
7. ROULEAUX FORMATION
Susunan Erytrosit seperti tumpukan keping mata uang logam pada keadaan
konsentrasi hemoglobin yang meningkat.
8. PARASIT
Dapat ditemukan Parasit-parasit darah yang mungkin ditemukan srperti : Malaria,
Filaria san lainnya.

XXVIII.5 Kelainan Lainnya


Kelaianan eryhrosit disini akan membahas tentang beberapa kelainan yang terjadi
dan khususnya bermakna pada kelainan pada morfologi eryhthrosit pada evaluasi
hapusan darah.
A. PENINGKATAN RETIKULOSIT
Kehilangan darah akut segera akan merangsang sumsum tulang. Kadar erithropoetin
meningkat dalam waktu 6 jam dan retikulositosis tampak jelas dalam waktu 24 jam,
kemudian mencapai puncaknya pada hari ke 7 sampai 10. Bila cadangan besi normal,
produksi eryhtrosit dapat meningkat 2-3 kali. Retikulositosis berhenti bila eryhtrosit
yang hilang sudah diganti, ini terjadi dalam 30 hari.
B. ANEMIA SIDEROBLASTIK
Pada anemia ini tubuh memiliki jumlah besi yang banyak tapi besi tidak dapat diolah
untuk membentuk hemoglobin. Besi mungkin masuk ke dalam sel yang sedang
maturasi tetapi tertumpuk dalam mitokondria perinuklear normoblast. Granula ini dapat
dilihat pada hapusan sumsum tulang sebagai cincin disekitar inti, selnya disebut ringed
sideroblast.
C. KERACUNAN LOGAM BERAT
Pada orang dewasa pemaparan logam berat khususnya timbal (Pb) dapat
menyebabkan kelaianan morfologi pada eryhtosit. Logam berat menghambat aktivitas
enzim pad awal, pertengahan dan akhir sintesis hem. Pada keracunan Pb dapat timbul
berupa bintik-bintik hitam berupa titik basophil. Yang merupakan sisa Ribosom yang
mengandung RNA.
D. HEMOGLOBINOPATI
Hemoglobinopati terjadi karena kelainan pada sintesis rantai globin, yang mana pada
hemoglobinopati S (sel sabit) karena posisi keenam pada rantai beta hemoglobin
seharusnya glutamat tetapi ditempati oleh valine. Dalam darah tepi ditemukan adanya
sel sabit, dalam sirkulasi sel sabit mengalami perubahan bentuk berkali-kali, yang
akibatnya membran menjadi rusak, sel kurang lentur, kurang tahan terhadap
perubahan fisik dan dapat terjadi hemolisis intravascular dan umur sel ini memendek
dibandingkan normal.
Pada hemoglobinopati C posisi glutamate digantikan oleh lysine. Pada keadaan ini
eryhrosit bersifat lebih kaku dan lebih mudah pecah dibanding sel normal. Pada
sediaan hapusan darah tepi tanpak banyak sel sasaran, mikrosferosit.
E. THALLASEMIA
Thallasemia ditandai oleh penurunan produksi satu atau lebih rantai globin dan semua
rantai menunjukkan struktur yang normal, hal ini untuk membedakan dari
hemoglobinopati. Pada thallasemia alfa hasil pemeriksaan hematologis menunjukkan
kelainan ringan dan nonspesifik. Kelainan ini dijumpai di Thailand dan Yahudi.
Pada Thallasemia beta homozigot kelaianan pada gen kedua rantai beta, terjadi
anemia berat yang berlangsung seumur hidup. Kadar hemoglobin berkisar 2-6 g/dl.
Eryhtrosit berukuran kecil, pucat dan bentuk abnormal, terjadi hemolisis hebat,
retikulositosis dapat 15% atau lebih, dalam darah tepi banyak eryhtrosit berinti,
teridapat Heinz bodies. Pada Thallasemia beta heterozigot eryhtrosit berukuran kecil,
hipokrom, banyak sel sasaran, bintik-bintik basofil, peningkatan ketahanan osmotik,
anemia ringan kadar Hb 10-12 g/dl.

93
F. SFEROSITOSIS HEREDITER
Sferositosis herediter menyebabkan berbagai kelainan fisiologis pada eryhtrosit. Sel
sferosit mempunyai kadar Ca++ intraseluler yang tinggi, sehingga kaku, walaupun lebih
kecil dari eryhrosit normal namun bila melewati limpa mengalami kesulitan karena
tidak lentur dan akan dihancurkan limpa sel ini.
G. ERITROPOEISIS MEGALOBLASTIK
Pada defisiensi vitamin B12 dan asam folat dapat menghambat sintesis DNA tetapi
tidak RNA, akibatnya sel berukuran besar, sitoplasma lebih matang dari inti, kromatin
inti memadat halus dan tersebar. Pada darah tepi ditemukan anemia berat Hb sanpai 3
g/dl, makrositosis, anisositosis, ovalositosis, makroovalositosis, leukosit dan thrombosit
berkurang, hipersegmentasi netrofil lebih dari 5% dan retikulosit rendah.
H. PENGGANTIAN SUMSUM TULANG
Bila sel-sel ganas mengadakan infiltrasi ke dalam sumsum tulang secara ekstensif
terjadi pansitopenia, tetapi eryhrosit lebih dahulu didesak dari seri lain. Pada leukemia,
multipel myeloma, limfoma dan karsinoma prostat dan payudara merupakan
keganasan yang menginfiltrasi. Pada mielofibrosis terjadi kelainan pada sumsum
tulang hempoetik didesak oleh pertumbuhan jaringan ikat. Pada keadaan ini dapat
ditemukan tear drop cell.

94
BAB XXIX
KELAINAN LEUKOSIT

XXIX.1 KELAINAN-KELAINAN LEUKOSIT :


1. PERGESERAN KE KIRI (Shift To The Left)
Peningkatan jumlah leukosit muda dalam darah tepi. Misalnya peningkatan jumlah
netrofil batang > 10 % dalam darah tepi.
2. NETROFILIA
Peningkatan jumlah neutrofil dalam darah tepi lebih dari normal, ini bisa disebabkan :
- Infeksi akut contoh : radang paru, pneumonia, meningitis
- Infeksi lokal yang disertai dengan produksi dan penimbunan nanah
- Intoksikasi, missal pada zat-zat kimia, uremia.
- Selain itu ada juga Netrofilia Fisiologik yang disebabkan oleh olah raga yang
berlebihan, stress, ini disebut juga Pseudonetrofilia.
3. EOSINOFILIA
Peningkatan jumlah eosinofil dalam darah tepi, ditemukan pada :
- Penyakit alergi (Urticaria, Asthma bronchiale).
- Infeksi parasit misal pada : Schistosomiasis, Trichinosis, Cacing tambang)
- Sesudah penyinaran
- Hodgkin’s disease, Poli arthritis nodosa,dll
- Keganasan, penyakit kulit misal Eksim
4. BASOFILIA
Peningkatan jumlah basofil dalam darah, ditemukan pada :
- Infeksi oleh virus (Smallpox, Chickenpox)
- Kadang-kadang sesudah Spleenektomi, Anemia hemolitik kronis
5. MONOSITOSIS
Peningkatan jumlah monosit dalam darah, ditemukan pada :
- Infeksi Basil (TBC, Endocarditis sub akut)
- Infeksi Protozoa (Malaria, dysentri amoeba kronik)
- Hodgkin’s disease, Artritis Rheumatoid
6. LIMPOSITOSIS
Peningkatan jumlah limposit dalam darah, ditemukan pada :
- Infeksi akut (Pertusis, hepatitis, Mononucleusis infeksiosa) dan Infeksi menahun
- Pada infant (bayi dan anak-anak)
- Radang kronis misal Kolitis Ulseratif
- Kelainan metabolic (Hipertiroidisme)
7. NEUTROPENIA
Penurunan jumlah netrofil dalam darah tepi, penyebabnya :
- Penyakit infeksi
- Demam thypoid, Hepatitis, Influenza, campak, malaria, juga tiap jenis infeksi akut.
- Bahan kimia dan fisika misal pada radiasi dan obat, Hiperspleenisme, penyakit hati.
8. LIMFOPENIA
Penurunan jumlah limposit dalam darah tepi, penyebab :
- Kematian kortikosteroid misalnya akibat terapi dengan obat Steroid.
- Penyakit berat misal : Gagal jantung, gagal ginjal, TBC berat.
9. AGRANULOSITOSIS
Menghilangnya granulosit dalam darah tepi secara mendadak pada seseorang yang
sebelumnya normal. Pada agranulositosis yang umum jumlah leukosit rendah dan
limposit matang merupakan satu-satunya jenis leukosit yang ada dalam darah tepi.
Penyebabnya : Penyakit autoimmune, juga obat contoh obat : Antalgin dan
sulfonamide
10. REAKSI LEUKEMOID

95
Leukositosis reaktif yang bukan proses keganasan (benigna) dengan sel-sel leukosit
belum matang dan matang yang memasuki sirkulasi dalam jumlah berlebihan.
Perbedaannya dengan Leukemia Granulositik Kronis adalah :
Reaksi Leukemoid LGK
Jumlah < 50.000 / mm3 > 50.000 / mm3
Basophilia Tidak ditemukan Ditemukan
Skor LAP > 100 < 100
Limpa Tidak teraba Teraba
Kromosom Philadephia Tidak ditemukan Ditemukan
Eritrosit Anemia berat Anemia ringan
Eosinofil Normal Eosinofilia
Leukosit muda banyak matang banyak muda
Bentuk sel Sel khas Atipik
Anemia Sementara Progresif
Trombosit Trombositopenia ringan Trombositopenia berat
Trombositopenia Sementara Progresif
Reaksi Leukemoid ada 2 macam tergantung dari jenis leukosit yang predominan :
A. Reaksi Leukemoid Mieloid
Yang dominan sel-sel seri myeloid, penyebabnya 3 macam :
1. Infeksi berat : Thypus Abdominalis, Pneumonia, Difteri, tuberkulosis miliaris
2. Intoksikasi : Intoksikasi Hg dan Benzol, Eklamsia, Preeklamsia, Toxemia
Gravidarum dan combutio berat (luka bakar).
3. Proses Maligna : Metastasis Karsinoma, penyakit Hodgkin’s dan multipel
myeloma.
B. Reaksi Leukemoid Limfoid
Yang predominan adalah Leukosit limposit Contoh : Pertusis (batuk rejan),
Tuberculosa, Infeksi Mononukleusis, Varicella, syphilis congenita dan infeksius
limfositosis.

XXIX.2 MORFOLOGI YANG TIDAK NORMAL


1. GRANULA TOKSIK
Didalam sitoplasma Neutrofil penderita dengan infeksi yang berat atau demam yang
menyertai kerusakan jaringan sering ditemukan granula besar berwarna gelap ini
disebut Granula Toksik. Granula ini diduga bukan benda inklusi atau benda yang di
fagositosis tetapi granula berisi enzim yang di agregasi secara abnormal.
2. BENDA DOHLE
Neutrofil pada penderita dengan infeksi berat, luka bakar, keganasan atau lisis sel
yang berlebihan bisa ditemukan suatu massa yang besar yang berbentuk bulat dan
berwarna biru pucat ditepi sitoplasma disebut Benda Dohle. Benda inklusi ini dapat
juga dijumpai pada kehamilan. Benda inklusi itu terbentuk karena agregasi Retikulum
Endoplasma.
3. BATANG AUER
Mieloblast, Promielosit dan sel-sel mielomonosit pada leukemia mungkin mengandung
Batang auer. Suatu benda yang berbentuk batang langsing yang berwarna merah
muda atau ungu yang terbentuk dari bahan Lizosom. Batang auer dapat dipakai untuk
membedakan Leukemia granulositik akut dengan Leukemia limpositik akut karena
sel seri limposit tidak pernah selama hidupnya benda itu ada.
4. HIPERSEGMENTASI
Kelainan metabolisme Asam Folat dan Vitamin B12 berpengaruh pada sel terutama
kelainan morfologi. Diantaranya yang paling menyolok adalah Erythrosit Megaloblastik.
Sel lain yang berproliferasi cepat juga mengalami gangguan perkembangan. Sel-sel
seri granulosit cenderung berubah menjadi abnormal khususnya Metamielosit dalam
sumsum tulang yang disebut Metamielosit raksasa / Giant Metamielosit dan netrofil
dalam darah tepi mempunyai inti dengan jumlah lobus lebih dari enam disebut

96
Hypersegmentasi. Sitoplasma sel ini banyak tetapi masih menunjukkan morfologi yang
normal.
5. DRUMSTICK
Sel granulosit yang memiliki segmen kecil pada inti mirip stik drum. Ditemukan pada
sel betina, merupakan agregasi pada kromosom. Kadang-kadang disebut juga Barr
Body.

XXIX.3 KELAINAN HEREDITER :


1. ANOMALI PERGER – HUET
Kelainan bawaan, dimana Netrofil matang mempunyai inti dengan 2 lobus dan
kromatin agak kasar tetapi fungsi sel tetap normal. Seseorang dengan kelainan sel
semacam ini biasanya tetap sehat.
2. SINDROME CHEDIAK – HIGASHI
Kelainan bawaan, dimana terdapat penumpukan Lizosom yang megandung berbagai
enzim Hidrolase, terutama terdapat di netrofil selain ditemukan di sel epitel, sel syaraf
dan Melanosit. Orang dengan sindrom ini akan rentan terhadap penyakit.
3. ANOMALI ALDER REILLY
Kelainan dimana Netrofil mengandung granula berukuran besar dan berisi
Polisakarida.
4. ANOMALI MAY – HEGLIN
Kelainan dimana terdapat massa / benda berwarna biru / biru kemerahan yang mirip
dengan benda Dohle yang terdapat pada sel Leukemia monositik.

97
BAB XXX
GOLONGAN DARAH ABO

XXX.1 PENDAHULUAN
XXX.1.1 Pengertian
Golongan Darah sistem ABO ditemukan oleh seorang ahli Patologi Amerika
kelahiran Austria bernama Karl Landsteiner pada tahun 1900. Antigen utama dalam sistem
ini disebut antigen A dan B dan antibodi utama adalah anti-A dan anti-B. Gen yang
menentukan ada tidaknya aktivitas A atau B terdapat pada kromosom nomor 9. Orang
normal yang berumur diatas 6 bulan selalu mempunyai antibodi yang dapat bereaksi
dengan antigen A atau B apabila antigen bersangkutan tidak terdapat dalam eryhtrositnya
sendiri.
Jika tidak terlihat sugroups maka dikenal empat golongan darah :
- Golongan darah A
Erythrositnya mengandung aglutinogen A dan serumnya mengandung aglutinin anti B
- Golongan darah B
Erythrositnya mengandung aglutinogen B dan serumnya mengandung aglutinin anti A
- Golongan darah O
Erythrositnya tidak mengandung aglutinogen dan serumnya mengandung aglutinin anti
A dan aglutinin anti B.
- Golongan darah AB
Erythrositnya mengandung aglutinogen A dan aglutinogen B sedangkan serumnya
tidak mengandung aglutinin.
Walaupun anti-A dan anti-B bereaksi secara spesifik dan kuat dengan eryhtrosit
yang relevan, rangsangan untuk pembentukan anti-A dan anti-B tidak ditimbulkan oleh
eryhtrosit itu sendiri. Orang-orang dengan golongan darah A hanya membentuk anti-B dan
mereka dengan golongan darah B hanya membentuk anti-A. Orang-orang dengan
golongan darah O mempunyai baik anti-A maupun anti-B, sedangkan yang golongan
darah AB tidak memiliki anti-A dan anti-B.
Anti-A dan anti-B merupakan aglutinin yang kuat dan mudah dinyatakan dengan
pemeriksaan laboratorium. Aglutinin ini dengan cepat menghancurkan eryhtrosit tidak
kompatibel yang masuk dalam sirkulasi melalui aktivitas komplemen.satu-satunya cara
eryhtrosit inkompatibel golongan darah ABO masuk dalam sirkulasi, melalui transfusi
darah yang salah, kecuali pada beberapa kasus dimana eryhtrosit janin masuk dalam
sirkulasi darah ibu pada waktu hamil atau saat melahirkan.
Reaksi transfusi hemolitik pada umumnya disebabkan kesalahan dalam identifikasi
penderita, kesalahan sampel darah penderita atau donor dan kesalahan administrasi.
Penetapan golongan darah menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam darah,
adakalanya disamping itu juga dilakukan penetapan jenis aglutinin yang ada dalam serum
(reverse grouping dan serum grouping). Ada beberapa cara untuk menentukan golongan
darah yaitu dengan cara Objek glass dan cara Tabung.

XXX.2 METODE PEMERIKSAAN


XXX.2.1 Prinsip
Darah diletakkan pada objek glass kemudian ditambahkan antiserum akan
membentuk aglutinasi atau penggumpalan.
Tujuan :
Untuk menentukan golongan darah ABO pada seseorang
Alat dan Reagensia :
1. Objek glass 4. Anti Serum anti B (kuning)
2. Lancet 5. Anti Serum anti AB (bening/merah)
3. Anti Serum anti A (biru)

98
Bahan pemeriksaan :
Darah kapiler atau darah vena dengan atau tanpa anticoagulant

Teknik kerja :
1. Letakkan diatas objek glass satu tetes anti serum anti A, satu tetes anti serum anti B
dan satu tetes anti serum anti AB
2. Pada masing-masing tetesan anti sera tadi ditambah satu tetes darah
3. Dicampur masing-masing dan perhatikan adanya agglutinasi.
4. Aglutinasi terjadi berarti positif dan tidak terjadi aglutinasi negatif
Penafsiran :
Anti A Anti B Anti AB Golongan darah
(-) (-) (-) O
(+) (-) (+) A
(-) (+) (+) B
(+) (+) (+) AB

A. Golongan Darah Tabung


Darah vena dimasukkan dalam tabung kemudian ditambahkan anti serum akan terjadi
aglutinasi atau gumpalan.
Tujuan :
Untuk menentukan golongan darah ABO pada seseorang
Alat dan reagensia :
1. tabung reaksi 5. Serum anti A
2. Rak tabung 6. Serum anti B
3. Pipet tetes 7. NaCl 0,9 %
4. Sentrifuge
Bahan pemeriksaan :
Darah vena dengan atau tanpa anticoagulant

Teknik kerja :
A. Pembuatan suspensi erythrosit 5%
1. Kedalam tabung reaksi berukuran 12 x 75 mm dimasukkan larutan NaCl 0,9 %
sebanyak 5 ml.
2. Tambahkan 5 tetes darah EDTA atau darah oxalat dan campur dengan cara
menggoyangnya.
3. Putar dengan sentrifuge selama 5 menit pada kecepatan 1500 rpm
4. Cairan diatas dibuang dan endapan ditambahkan lagi larutan NaCl 0,9 %
sebanyak 5 ml dan diputar lagi pada sentrifuge.
5. Pekerjaan ini berturut-turut diulangi sampai 3 kali dan pada penambahan NaCl
yang keempat disebut sebagai suspensi eryhtrosit 2 % dan siap untuk digunakan
pada pemeriksaan.

B. Pemeriksaan golongan darah


1. Sediakan tiga buah tabung reaksi (12 x 75 mm) dalam rak tabung, tabung
pertama diisi dengan setetes anti serum anti A, tabung kedua dengan setetes anti
serum anti B dan tabung ketiga dengan anti serum anti AB
2. Pada masing-masing tabung tambahkan satu tetes suspensi eryhtrosit 5 %
kemudian dicampur perlahan.
3. Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit tabung tadi.
4. Goyang tabung dengan hati-hati dan perhatikan adanya aglutinasi secara
makroskopis
5. Tafsiran sama dengan cara objek glass

99
Penafsiran :
Anti A Anti B Anti AB Golongan darah
(-) (-) (-) O
(+) (-) (+) A
(-) (+) (+) B
(+) (+) (+) AB

XXX.3 REVERSE GROUP


Reverse group adalah penentuan golongan darah aglutinin berdasarkan atas
antiserum yang terdapat dalam plasma/serum yang direaksikan dengan sel yang diketahui
golongan darah ABO-nya. Disini yang akan ditentukan jenis aglutinin dalam serum, yang
diperlukan ialah sel-sel yang diketahui golongannya (aglutinogennya). Cara ini hanya baik
dipakai dengan tabung.
Pemeriksaan reverse group ini bermanfaat dalam mengontrol kesalahan dalam
penentuan golongan darah berdasarkan aglutinogen dan juga sebagai dasar dalam
melakukan pemeriksaan reaksi crossmatch (reaksi silang serasi).

XXX.4 METODE PEMERIKSAAN


Prinsip : Serum dimasukkan dalam tabung kemudian ditambahkan eritrosit
yang diketahui golongannya akan terjadi aglutinasi atau gumpalan.
Tujuan : Untuk menentukan jenis aglutinin golongan darah ABO dalam serum
pada seseorang
Alat dan Reagensia :
1. Tabung reaksi dan rak tabung 5. Sel-sel golongan darah A 5%
2. Pipet tetes 6. Sel-sel golongan darah B 5%
3. Sentrifuge
4. NaCl 0,9 %
Bahan pemeriksaan : Serum
Teknik Kerja :
1. Buat suspensi baru dari sel golongan darah A dan sel golongan darah B dengan
konsentrasi 5 %
2. Sediakan 2 buah tabung dan masing-masing diisi satu tetes serum pemeriksaan
3. Pada tabung sebelah kiri isikan golongan sel darah A 5 % satu tetes dan tabung
sebelah kanan diisikan sel golongan darah B 5% satu tetes dan campur masing-
masing.
4. Biarkan tabung tersebut pada suhu kamar selama 5-15 menit.
5. Putar pada sentrifuge 1000 rpm selama 1 menit
6. Goyang tabung dengan hati-hati dan perhatikan ada tidaknya aglutinasi secara
makroskopis.

Tafsiran hasil : Positif (+) terjadi aglutinasi


Tabung A Tabung B Serum yang diperiksa golongan
darah
(+) (+) O
(-) (+) A
(+) (-) B
(-) (-) AB

Catatan :
Suspensi sel darah merah 5 % akan memberikan hasil optimal, jika darah itu mempunyai
nilai hematokrit normal maka suspensi tersebut boleh dibuat dengan mencampur 5 tetes
darah dengan 3 ml larutan garam NaCl 0,9 %.

100
BAB XXXI
RHESUS

XXXI.2 METODE PEMERIKSAAN


a. Cara dengan objek glass
Prinsip : Darah diletakkan pada objek glass kemudian ditambahkan anti-Rh
akan terjadi aglutinasi atau gumpalan.
Tujuan : Untuk menentukan jenis Rhesus pada darah seseorang
Alat dan Reagensia :
1. Objek glass 4. Anti Rhesus
2. Pipet tetes 5. Blood lancet
3. NaCl 0,9 %
Bahan pemeriksaan : darah vena dengan atau tanpa anticoagulant atau darah kapiler
Teknik kerja :
5. Letakkan diatas objek glass satu tetes anti Rhesus
6. Pada tetesan tadi ditambah satu tetes darah
7. Dicampur dan perhatikan adanya agglutinasi.
8. Aglutinasi terjadi berarti positif dan tidak terjadi aglutinasi negatif

Tafsiran hasil : Positif (+) terjadi aglutinasi


Anti Rhesus Tipe Rhesus
(+) Rhesus positif atau Rh (+)
(-) Rhesus negatif atau Rh (-)

Gambar 18. Hasil Aglutinasi cara objek gelas pemeriksaan Rhesus

b. Cara dengan tabung


Prinsip : Darah dimasukkan dalam tabung kemudian ditambahkan anti-Rh
akan terjadi aglutinasi atau gumpalan.
Tujuan : Untuk menentukan jenis Rhesus pada darah seseorang
Alat dan Reagensia :
5. Tabung reaksi dan rak tabung 5. Anti Rhesus
6. Pipet tetes 6. Spuit & jarum
7. Sentrifuge
8. NaCl 0,9 %
Bahan pemeriksaan : darah vena dengan atau tanpa anticoagulant
Teknik kerja :
A. Pembuatan suspensi erythrosit 5%
1. Kedalam tabung reaksi berukuran 12 x 75 mm dimasukkan larutan NaCl 0,9 %
sebanyak 5 ml.

101
2. Tambahkan 5 tetes darah EDTA atau darah oxalat dan campur dengan cara
menggoyangnya.
3. Putar dengan sentrifuge selama 5 menit pada kecepatan 1500 rpm
4. Cairan diatas dibuang dan endapan ditambahkan lagi larutan NaCl 0,9 %
sebanyak 5 ml dan diputar lagi pada sentrifuge.
5. Pekerjaan ini berturut-turut diulangi sampai 3 kali dan pada penambahan NaCl
yang keempat disebut sebagai suspensi eryhtrosit 5 % dan siap untuk
digunakan pada pemeriksaan.
B. Pemeriksaan golongan darah
1. Sediakan sebuah tabung reaksi (12 x 75 mm) dalam rak tabung, tabung diisi
anti Rhesus
2. Di tambahkan satu tetes suspensi eryhtrosit 5 % kemudian dicampur perlahan.
3. Diputar pada 1000 rpm selama 1 menit tabung tadi.
4. Goyang tabung dengan hati-hati dan perhatikan adanya aglutinasi secara
makroskopis
5. Tafsiran sama dengan cara objek glass.

Tafsiran hasil : Positif (+) terjadi aglutinasi


Anti Rhesus Tipe Rhesus
(+) Rhesus positif atau Rh (+)
(-) Rhesus negatif atau Rh (-)

HASIL PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH SLIDE OBJEK GELAS

102
BAB XXXII
PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH STANDAR UDD PMI

XXXII.1 METODE BIOPLATE


Metode bioplate menggunakan plate plastik transparan yang telah berisi lubang-
lubang segi empat sebanyak 10 lubang. Cara ini lebih baik dibandingkan menggunakan
metode slide. Namun suspensi test sel A, B dan O harus menggunakan konsentrasi lebih
tinggi dari cara tabung yaitu 10%.
Prinsip : Darah direaksikan antisera, suspensi test sel dan anti-D akan terjadi
aglutinasi berupa gumpalan.
Tujuan : Untuk menentukan golongan darah sistem ABO, Reverse group dan
Rhesus dalam darah seseorang.
Reagensia :
1. Test sera Anti-A 6. Test Sera Anti-D
2. Test Sera Anti-B 7. Bovin Albumin 6%
3. Test sel A 10 % 8. Saline
4. Test sel B 10 %
5. Test sel O 10 %
Persiapan bahan pemeriksaan :
1. Plasma yang jernih
2. Sel Darah Merah suspensi 10% dalam plasma sendiri
3. Sel Darah Merah suspensi 40% dalam plasma sendiri
Alat :
1. Sentrifuge
2. Plate (Bio plate)
3. Tabung reaksi uk 10x75 mm
4. Pipet plastik 1 ml
Persiapan Reagensia :
1. Biarkan reagensia pada suhu kamar
2. Catat bacth no. ( lot. No) dan tanggal kadaluarsa
Cara Kerja :
1. Siapkan plate beri label
2. Pada sumur no 1 teteskan anti-A sebanyak 1 tetes
3. Pada sumur no 2 teteskan anti-B sebanyak 1 1 tetes
4. pada sumur no 3 teteskan test sel A 10% sebanyak 1 1 tetes
5. Pada sumur no 4 teteskan test sel B 10 % sebanyak 1 1 tetes
6. Pada sumur no 5 teteskan test sel O 10% sebanyak 1 1 tetes
7. Pada sumur no 6 lihat insruksi kerja no 10 & no 12
8. Pada sumur no 7 teteskan anti-D sebanyak 1 1 tetes
9. Pada sumur no 8 teteskan bovin albumin 6% sebanyak 1 tts
10. Pada sumur no 3,4,5,6 masing-masing teteskan 2 1 tetes plasma donor
11. Suspensikan sel darah merah menjadi 10% dalam plasma sendiri, kemudian
12. Pada sumur no 1,2,6, masing-masing teteskan 1 1 tetes suspensi sel
13. Suspensikan sel darah merah menjadi 40% dalam plasma sendiri, kemudian
14. Pada sumur no 7,8 masing-masing teteskan 1 1 tetes suspensi sel 40%
15. Campurkan dengan cara menggoyangkan bioplate kedepan dan kebelakang
hingga tercampur rata ± 2 menit, lalu baca reaksi.

Derajat Aglutinasi hasil :


♦ ++++ (4+) : Gumpalan besar dengan cairan jernih disekitarnya
♦ +++ (3+) : Sebagian sel bergumpal besar dengan cairan jernih disekitarnya
♦ ++ (2+) : Gumpalan agak besar,dengan cairan agak merah disekitarnya
♦ + (1+) : Gumpalan kecil, dengan cairan merah disekitarnya

103
♦ ± (+w) : Gumpalan tidak terlihat jelas harus dengan bantuan mikroskop
♦ Lisis : Suspensi Sel darah berwarna merah jernih
♦ - /o (Negatip) : Tersuspensi/homogen

Interpretasi Hasil :
Nomor Sel Grouping Serum Grouping Gol.Darah
Anti-A Anti-B Sel A Sel B Sel O Auto
Kontrol
1 3+ - - 2+ - - A
2 - 3+ 2+ - - - B
3 - - 2+ 2+ - - O
4 3+ 3+ - - - - AB
5 2+ - + 2+ - - Subgroup A
6 m.f.+ - - 2+ - - Subgroup A3
8 - - + 2+ 2+ - Bukan O
9 - - 2+ 3+ 3+ - Oh
10 m.f.+ - 3+ 3+ - +/- Mix
s
11 + + 2+ 2+ 2+ + ?
12 2+ - - - - - A?
13 - - - - - - O bayi

Keterangan :
No.1 s/d 4 Hasil pemeriksaan lazim dijumpai sesuai dengan hukum Landstainer
No.5 s/d 12 Tampak adanya penyimpangan
No. 5,6 Perlu dilengkapi sel grouping dengan anti-A1
No.8 Perlu dilengkapi pemeriksaan subtance dalam saliva
No.9 Perlu dilengkapi sel grouping dengan anti-H
No.10 Darah penderita post transfusi lain golongan
No.11 Darah penderita yang mengandung Cold Auto Agglutinin golongan
darah belum dapat ditetapkan
No.12.dan 13 Tidak ada regular antibodi, reaksi ini dapat terjadi pada darah bayi,
darah orang hypogammaglobulinanemia, orang yang sangat
lanjut usia

Pada Sistem ABO


1. Bila terjadi agglutinasi pada anti-A dan test sel –B maka golongan darah pasien
adalah A
2. Bila terjadi agglutinasi pada anti- B dan test sel A maka golongan darah pasien adalah
B
3. Bila terjadi agglutinasi pada anti-A dan anti-B, dan tidak terjadi agglutinasi pada test
sel A1, test sel B maka golongan darah pasien adalah AB
4. Bila tidak terjadi agglutinasi pada anti-A, anti-B dan terjagi agglutinasi pada test sel-A,
test sel B maka golongan darah pasien adalah O
5. Test sel O dan Auto kontrol harus negatip
6. Bila terjadi agglutinasi pada test sel O, diduga pasien adalah golongan darah
Bombay ?, atau ada antibodi lain ?, lanjutkan pemeriksaan

Pada Rhesus faktor


1. Bila terjadi agglutinasi pada anti-D maka golongan darah pasien adalah Rhesus
positip (Rh.D+)
2. Bila tidak terjadi agglutinasi pada anti-D maka golongan darah pasien adalah Rhesus
Negatip (Rh. Negatif)

104
Identitas Anti-A Anti-B Test Test Test Auto Anti-D B.A K Peme Dicek
donor sel A sel B sel O ktrl 6% E riksa oleh
10% 10% 10% S

Keterangan :
Beri nama identitas pasien pada kolom 1, kolom 2-9 diberikan tanda hasil positif negatif
sesuai aglutinasi yang terjadi, kolom 10 menyimpulkan golongan darah yang diperiksa dan
kolom 11 dan 12 diparaf oleh petugas.

105
Lembar Checklist Pemeriksaan

Identitas Sel Grouping Serum Grouping Auto Rhesus Jam


donor kontrol
1 tts 1 tts 2 tts. 2 tts. 2 tts. 2 tts. 1 tts 1 tts
sdm sdm Serum Serum Serum serum sdm sdm
10% 10% + + + + 40% 40%
+ + Test sel Test sel Test sel 1 tts. + +
1 tts 1 tts A B O Sdm 1 tts 1tts
Anti-A Anti-B 10% 10% 10% 10% Anti-D B.Alb.
6%

Angkat plate , goyang kedepan dan kebelakang hingga merata seluruh lobang
Goyang-goyang sambil perhatikan reaksi  Baca reaksi tidak lebih 2 menit

Nama pemeriksa : Validasi :


Tanggal Pemeriksaan :
Test Sera :
Test Sera :
Test Sera :
Test Sera :
Test sel A :
Test sel B :
Test sel O :

Dicek oleh :
Penanggung jawab :

XXXII.2 METODE TABUNG


Metode tabung merupakan metode pilihan terbaik dibandingkan metode slide dan
bioplate. Metode ini lebih sensitif dan spesifik, karena dapat mendeteksi golongan darah
dengan tingkat aglutinasi yang lebih lemah.

Reagensia :
1. Test sera Anti-A 6. Test Sera Anti-D
2. Test Sera Anti-B 7. Bovin Albumin 6%
3. Test sel A 5 % 8. Saline
4. Test sel B 5 %
5. Test sel O 5 %

106
Alat :
1. Serosentrifuge
2. Mikroskop
3. Alat penghitung waktu (Timer)
4. Rak tabung
5. Tabung reaksi uk. 12x75mm
6. Pipet plastik 1 ml
7. Labu semprot
8. Object glass
9. Gelas pembilas
10. Wadah limbah

Persiapan Reagensia :
1. Biarkan reagen pada suhu kamar
2. Catat batch no.(lot no.) dan tanggal kadaluarsa

Cara Kerja :
1. Siapkan tabung sebanyak 8 buah pada sebuah rak
• Beri label tabung 1 : -A
• Beri label tabung 2 : -B
• Beri label tabung 3 : EA
• Beri label tabung 4 : EB
• Beri label tabung 5 : EO
• Beri label tabung 6 : AK
• Beri label tabung 7 : –D
• Beri label tabung 8 : B.Alb
2. Isi masing – masing tabung dengan :
• tabung 1 : 1 tetes anti-A
• tabung 2 : 1 tetes anti-B
• tabung 3 : 1 tetes test sel A 5%
• tabung 4 : 1 tetes test sel B 5%
• tabung 5 : 1 tetes test sel O 5%
• tabung 6 : lihat no.3 & no.4
• tabung 7 : 1 tetes anti –D
• tabung 8 : 2 tetes Bovine albumine 6%
3. Teteskan masing-masing 1 (satu) tetes sel darah merah pasien suspensi 5% pada
tabung : 1, 2, 6, 7, 8
4. Teteskan masing-masing 2 tetes serum/plasma pasien pada tabung : 3, 4,5,6
5. Kocok-kocok semua tabung hingga tercampur
6. Putar 3000 rpm selama 15”-20” / inkubasi pada suhu kamar selama 60’

Pembacaan Hasil :
1. Baca reaksi dengan cara mengocok tabung perlahan-lahan
2. Bila pada Sel darah merah pasien terjadi :
• Agglutinasi : ada antigen padasel darah merah
• Tidak terjadi agglutinasi : Tidak ada antigen pada sel darah merah
3. Bila dalam serum/plasma pasien terjadi :
• Agglutinasi : ada antibodi dalam serum / plasma
• Tidak terjadi agglutinasi : tidak ada antibodi dalam serum/plasma

107
Derajat Aglutinasi hasil :
♦ ++++ (4+) : Gumpalan besar dengan cairan jernih disekitarnya
♦ +++ (3+) : Sebagian sel bergumpal besar dengan cairan jernih disekitarnya
♦ ++ (2+) : Gumpalan agak besar,dengan cairan agak merah disekitarnya
♦ + (1+) : Gumpalan kecil, dengan cairan merah disekitarnya
♦ ± (+w) : Gumpalan tidak terlihat jelas harus dengan bantuan mikroskop
♦ Lisis : Suspensi Sel darah berwarna merah jernih
♦ - /o (Negatip) : Tersuspensi/homogen

Interpretasi Hasil :
Nomor Sel Grouping Serum Grouping Gol.Darah
Anti-A Anti-B Sel A Sel B Sel O Auto
Kontrol
1 3+ - - 2+ - - A
2 - 3+ 2+ - - - B
3 - - 2+ 2+ - - O
4 3+ 3+ - - - - AB
5 2+ - + 2+ - - Subgroup A
6 m.f.+ - - 2+ - - Subgroup A3
8 - - + 2+ 2+ - Bukan O
9 - - 2+ 3+ 3+ - Oh
10 m.f.+ - 3+ 3+ - +/- Mix
s
11 + + 2+ 2+ 2+ + ?
12 2+ - - - - - A?
13 - - - - - - O bayi

Keterangan :
No.1 s/d 4 Hasil pemeriksaan lazim dijumpai sesuai dengan hukum Landstainer
No.5 s/d 12 Tampak adanya penyimpangan
No. 5,6 Perlu dilengkapi sel grouping dengan anti-A1
No.8 Perlu dilengkapi pemeriksaan subtance dalam saliva
No.9 Perlu dilengkapi sel grouping dengan anti-H
No.10 Darah penderita post transfusi lain golongan
No.11 Darah penderita yang mengandung Cold Auto Agglutinin golongan
darah belum dapat ditetapkan
No.12.dan 13 Tidak ada regular antibodi, reaksi ini dapat terjadi pada darah bayi,
darah orang hypogammaglobulinanemia, orang yang sangat
lanjut usia

Pada Sistem ABO


7. Bila terjadi agglutinasi pada anti-A dan test sel –B maka golongan darah pasien
adalah A
8. Bila terjadi agglutinasi pada anti- B dan test sel A maka golongan darah pasien adalah
B
9. Bila terjadi agglutinasi pada anti-A dan anti-B, dan tidak terjadi agglutinasi pada test
sel A1, test sel B maka golongan darah pasien adalah AB
10. Bila tidak terjadi agglutinasi pada anti-A, anti-B dan terjagi agglutinasi pada test sel-A,
test sel B maka golongan darah pasien adalah O
11. Test sel O dan Auto kontrol harus negatip
12. Bila terjadi agglutinasi pada test sel O, diduga pasien adalah golongan darah
Bombay ?, atau ada antibodi lain ?, lanjutkan pemeriksaan

108
Pada Rhesus faktor
3. Bila terjadi agglutinasi pada anti-D maka golongan darah pasien adalah Rhesus
positip (Rh.D+)
4. Bila tidak terjadi agglutinasi pada anti-D maka golongan darah pasien adalah Rhesus
Negatip (Rh. Negatif)

Tube Test
Identitas Anti-A Anti-B Test Test Test Auto Anti-D B.A K Peme Dicek
donor sel A sel B sel O ktrl 6% E riksa oleh
10% 10% 10% S

Keterangan :
Beri nama identitas pasien pada kolom 1, kolom 2-9 diberikan tanda hasil positif negatif
sesuai aglutinasi yang terjadi, kolom 10 menyimpulkan golongan darah yang diperiksa dan
kolom 11 dan 12 diparaf oleh petugas.

109
Lembar Checklist Pemeriksaan

Identitas Sel Grouping Serum Grouping Auto Rhesus Jam


donor kontrol
1 tts 1 tts 2 tts. 2 tts. 2 tts. 2 tts. 1 tts 1 tts
sdm sdm Serum Serum Serum serum sdm sdm
5% 5% + + + + 40% 40%
+ + Test sel Test sel Test sel 1 tts. + +
1 tts 1 tts A B O Sdm 1 tts 1tts
Anti-A Anti-B 5% 5% 5% 5% Anti-D B.Alb.
6%

Angkat plate , goyang kedepan dan kebelakang hingga merata seluruh lobang
Goyang-goyang sambil perhatikan reaksi  Baca reaksi tidak lebih 2 menit

Nama pemeriksa : Validasi :


Tanggal Pemeriksaan :
Test Sera :
Test Sera :
Test Sera :
Test Sera :
Test sel A :
Test sel B :
Test sel O :

Dicek oleh :
Penanggung jawab :

110
HASIL REAKSI AGLUTINASI ANTARA SEL ERITROSIT DAN SERUM

Positif ++++ (+4) Positif +++ (+3)

Positif +++ (+3) Positif +++ (+3)

Positif +++ (+3) Positif ++ (+2)

Positif ++ (+2) Positif ++ (+2)

Positif + (+1) / Positif ++ lemah Positif + (+1)

111
Positif + (+1) Negatif (-) / Hemolisis

Negatif (-) / Hemolisis Negatif (-) / Hemolisis

112
BAB XXXIII
REAKSI SILANG SERASI (CROSSMATCH)

XXXII.1 PENDAHULUAN
XXXII.1.1 Pengertian
Reaksi silang perlu dilakukan sebelum melakukan transfusi darah untuk melihat
apakah darah penderita sesuai dengan darah donor. Mayor crossmatch adalah serum
penerima dicampur dengan sel donor dan Minor Crossmatch adalah serum donor
dicampur dengan sel penerima. Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik
mayor maupun minor test tidak bereaksi. Jika berlainan umpamanya donor golongan
darah O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi aglutinasi.
Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi keselamatan
penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga Complete Antibodies
maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan cara tabung saja. Cara dengan
objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan. Reaksi silang yang dilakukan hanya
pada suhu kamar saja tidak dapat mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi
pada suhu 37OC. Lagi pula untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara
Crossmatch dengan high protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi
silang yaitu reaksi silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass.
Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibodi kelas IgM
yang kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen yang relevam
secara nyata, tetapi antibodi yang lemah sulit dideteksi. Banyak antibodi kelas IgG yang
tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibodi itu kuat. Semua pengujian antibodi
termasuk uji silang tahap pertama menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eritrosit.
Sel dan serum kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan
antibodi melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila
pendertita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan.
Uji saring terhadap antibodi penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu
hamil yang kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan Crossmatch di UTD dan BDRS saat ini menggunakan metode gel
dalam cup kecil yang lebih mudah dan praktis, metode ini telah menggantikan metode
tabung yang lebih sulit dan memerlukan banyak peralatan untuk pemeriksaan. Namun
begitu metode tabung yang saat ini telah menggunakan teknik yang lebih ketat yaitu
menggunakan beberapa fase pemeriksaan dan medium pemeriksaan yang lebih banyak,
misal menggunakan bovine albumin, serum coombs dan inkubasi pada suhu 37°C yang
akan menambah sensitivitas pemeriksaan.

XXXII.2 METODE PEMERIKSAAN


XXXII.2.1 Reaksi Silang dalam Tabung
Prinsip : Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch)
dan sel penerima dicampur dengan serum donor dalam bovine
albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis
bila golongan darah tidak cocok.
Tujuan : untuk menentukan cocok tidaknya darah donor dengan darah
penerima untuk persiapan transfusi darah.
Alat dan Reagensia :
1. Tabung reaksi 5. Bovine albumin20%
2. Pipet tetes 6. Mikroskop
3. Sentrifuge 7. NaCl 0,9 %
4. Tabung sentrifuge 8. Serum Coombs

Bahan Pemeriksaan : Serum dan Eryhtrosit 5 %

113
Teknik Kerja :
a. Pembuatan suspensi Eryhtrosit 5 %
1. Kedalam tabung 12 x 75 mm diisi dengan larutan NaCl 0,9 % sebanyak 5 ml.
2. Tambahkan 5 tetes darah EDTA dan campur.
3. Putar pada sentrifuge pada 1500 rpm selama 5 menit.
4. Cairan dibuang dan pada endapan ditambahkan larutan NaCl 0,9 % sebanyak
5 ml. Campur dan putar lagi, ulangi langkah tadi sebanyak 3 kali.
5. Terakhir pada penambahan NaCl 0,9 % yang ke-4 kalinya sebanyak 5 ml
merupakan suspensi eryhtrosit 5 %.

b. Pemeriksaan reaksi silang fase I


1. Sediakan dua buah tabung reaksi kecil dalam rak, yang sebelah kiri untuk
mayor test dan sebelah kanan untuk minor test.
2. Tabung kiri diisi dengan 2 tetes serum penerima dan 2 tetes suspensi erythrosit
donor 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % dan 2 tetes bovine albumin 20%.
3. Tabung kanan diisi dengan 2 tetes serum donor dan 2 tetes suspensi erythrosit
penerima 5 % dalam larutan NaCl 0,9 % 2 tetes bovine albumin 20%.
4. Masing-masing tabung dicampur dan diputar disentrifuge pada 1000 rpm
selama 1 menit.
5. Goyangkan hati-hati dan periksa adanya aglutinasi dan hemolisis.
6. Bila hasil Mayor dan minor negatif, pemeriksaan dilanjutkan ke fase II
7. Bila hasil Mayor dan minor positif, pemeriksaan tidak dilanjutkan (tidak cocok)

c. Crossmatch Fase II
1. Tabung tadi diinkubasi pada suhu 370C selama 15 menit
2. Putar selama 1 menit pada 1000 rpm disentrifuge.
3. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang perlahan-lahan
sama dengan fase I, bila negatif dilanjutkan ke fase III
d. Crossmatch Fase III
1. Sel darah merah dicuci dengan NaCl 0,9% 3-4 kali
2. Tambahkan 2 tetes serum Coombs pada kedua tabung mayor dan Minor test.
3. Putar pada sentrifuge 1000 rpm selama 1 menit.
4. Baca adanya aglutinasi dan hemolisis dengan menggoyang perlahan-lahan
sama dengan fase I secara makroskopis.

Penafsiran :
 Bila aglutinasi dan hemolisis negatif (-) maka darah dapat ditransfusikan
 Bila aglutinasi dan hemolisis positif (+) maka darah tidak dapat ditransfusikan
(tidak cocok)

XXXII.2.2 Reaksi Silang Standar BDRS-UDD


Prinsip : Sel donor dicampur dengan serum penerima (Mayor Crossmatch)
dan sel penerima dicampur dengan serum donor dalam bovine
albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau gumpalan dan hemolisis
bila golongan darah tidak cocok.
Tujuan : untuk menentukan cocok tidaknya darah donor dengan darah
penerima untuk persiapan transfusi darah.
Alat dan Reagensia :
1. Tabung reaksi 5. Bovine albumin20%
2. Pipet tetes 6. Mikroskop
3. Sentrifuge 7. NaCl 0,9 %
4. Tabung sentrifuge 8. Serum Coombs

Bahan Pemeriksaan : Serum dan Eryhtrosit 5 %

114
Teknik Kerja :
1. Memisahkan serum/plasma bebas eritrosit.
a. Darah dalam tabung 1-5 ml disentrifuge 3000 rpm selama 2 menit.
b. Pisahkan serum/plasma dari eritrosit ke tabung lain yang diberi label “serum”.
c. Beri label “serum donor” dan “serum penerima”.
d. Didapatkan = serum/plasma bebas eritrosit

2. Eritrosit Pekat 100%


a. Sisa eritrosit dipipet 8 tetes ke dalam tabung, tambahkan NaCl 0,9% 5 ml
b. Kocok dengan pipet tetes dan sentrifuge 3000 rpm selama 2 menit.
c. Buang cairan dengan pipet tetes sampai habis cairan (pekat).
d. Ulangi pencucian sebanyak 2 kali, buang supernatan hingga cairan pekat (100%)
e. Didapatkan = eritrosit pekat 100%

3. Suspensi eritrosit Pasien 5%


a. Siapkan tabung reaksi dan diberi tanda sesuai sampel
b. Masukkan 1 tetes eritrosit pekat 100% + 19 tetes NaCl 0,9% (perbandingan
1+19), Kocok
c. Didapatkan = eritrosit 5%

4. Pembuatan Test Sel A 5%


a. Disiapkan darah golongan darah A.
b. Dibuang plasma dengan pipet tetes hingga bersih.
c. Di tambahkan NaCl hingga ¾ bagian tabung.
d. Dikocok dengan pipet tetes dan sentrifuge 3000 rpm selama 2 menit.
e. Buang cairan dengan pipet tetes sampai habis cairan (pekat).
f. Ulangi pencucian sebanyak 2 kali, buang supernatan hingga cairan pekat (100%).
g. Diambil sebanyak 5 tetes dipindahkan ke botol dan di tambah 95 tetes larutan
Alserver. Kocok hingga tercampur merata.

5. Pembuatan Test Sel B 5%


a. Disiapkan darah golongan darah B.
b. Dibuang plasma dengan pipet tetes hingga bersih.
c. Di tambahkan NaCl hingga ¾ bagian tabung.
d. Dikocok dengan pipet tetes dan sentrifuge 3000 rpm selama 2 menit.
e. Buang cairan dengan pipet tetes sampai habis cairan (pekat).
f. Ulangi pencucian sebanyak 2 kali, buang supernatan hingga cairan pekat (100%).
g. Diambil sebanyak 5 tetes dipindahkan ke botol dan di tambah 95 tetes larutan
Alserver. Kocok hingga tercampur merata.

6. Pembuatan Test Sel O 5%


a. Disiapkan darah golongan darah A.
b. Dibuang plasma dengan pipet tetes hingga bersih.
c. Di tambahkan NaCl hingga ¾ bagian tabung.
d. Dikocok dengan pipet tetes dan sentrifuge 3000 rpm selama 2 menit.
e. Buang cairan dengan pipet tetes sampai habis cairan (pekat).
f. Ulangi pencucian sebanyak 2 kali, buang supernatan hingga cairan pekat (100%).
g. Diambil sebanyak 5 tetes dipindahkan ke botol dan di tambah 95 tetes larutan
Alserver. Kocok hingga tercampur merata.

7. Pembuatan Reagent Coombs Control Cell (CCC)


a. Disiapkan darah golongan darah O rhesus positif (+).
b. Dibuang plasma hingga menjadi sel darah merah pekat 100%.
c. Diencerkan dengan larutan saline hingga menjadi konsentrasi 50%.

115
d. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 tetes anti-D IgG dan 45 tetes saline (NaCl
0,9%), kocok.
e. Tambahkan 24 tetes sel darah merah golongan O Rhesus positif suspensi 50%,
kocok hingga homogen.
f. Inkubasi selama 30 menit pada suhu 37°C dalam inkubator.
g. Lakukan pencucian dengan menambahkan NaCl hingga ¾ bagian tabung.
h. Dikocok dengan pipet tetes dan sentrifuge 3000 rpm selama 2 menit.
i. Buang cairan dengan pipet tetes sampai habis cairan (pekat).
j. Ulangi pencucian sebanyak 2 kali, buang supernatan hingga cairan pekat (100%).
k. Diambil sebanyak 5 tetes dipindahkan ke botol dan di tambah 95 tetes larutan
Alserver. Kocok hingga tercampur merata.

8. Pemeriksaan Golongan Darah ABO dan Rhesus


a. Lakukan pemeriksaan golongan darah ABO dan Rhesus menggunakan cara
tabung.
b. Baca hasilnya.

9. Reaksi Silang Serasi ( 1 Donor)


a. Phase I (Suhu kamar dan Medium NaCl 0,9%)
- Siapkan 3 tabung reaksi kecil.
- Tabung I (Mayor Test) : 2 tetes serum pasien + 1 tetes sel donor 5%
- Tabung II (Minor Test) : 2 tetes plasma donor + 1 tetes sel pasien 5%
- Tabung III (Kontrol) : 2 tetes serum pasien + 1 tetes sel pasien 5%
- Kocok dan sentrifuge 3000 rpm selama 15 menit.
- Baca hasil hemolisis dan aglutinasi
- Bila positif : tidak cocok dan diganti dengan darah donor lain.
- Bila tidak ada (-), dilanjutkan ke Phase II

b. Phase II (Bovine Albumin 22% dan suhu 37°C)


- Tambahkan 2 tetes Bovine Albumin 22% dan kocok.
- Inkubasi 37°C selama 15 menit dan sentrifuge 3000 rpm 15 detik.
- Baca hasil aglutinasi dan hemolisis.
- Bila hasil positif : ulangi pemeriksaan dengan donor lain
- Bila hasil negatif, lanjut ke Phase III
c. Phase III (AHG)
- Cuci eritrosit dalam tabung 3 kali (atau pakai eritrosit untuk AHG yang sudah
dicuci)
- Tambahkan 1 tetes Coombs serum pada masing-masing tabung.
- Kocok dan sentrifuge 3000 rpm 15 detik.
- Baca hasilnya secara makroskopik dan mikroskopik.
- Hasil : (+) Aglutinasi, tidak cocok
- Hasil : (-), cocok, lanjutkan ke CCC

d. Test Coombs Control Cells (CCC)


- Tambahkan 1 tetes CCC dan kocok
- Sentrifuge 3000 rpm selama 15 detik
- Baca hasil aglutinasi secara makroskopik
- Aglutinasi : Hasil pemeriksaan benar
- Tidak Aglutinasi : Hasil pemeriksaan salah

10. Reaksi Silang Serasi ( lebih dari 1 donor)


a. Phase I (Suhu kamar dan Medium NaCl 0,9%)
- Siapkan tabung 6 buah.
- Tabung I (Mayor I) : 2 tetes serum pasien + 1 tetes sel donor I 5%

116
- Tabung II (Mayor II) : 2 tetes serum pasien + 1 tetes sel donor II 5%
- Tabung III (Mayor III) : 2 tetes serum pasien + 1 tetes sel donor III 5%
- Tabung IV (Minor I) : 2 tetes plasma donor I + 1 tetes sel pasien 5%
- Tabung V (Minor II) : 2 tetes plasma donor II + 1 tetes sel pasien 5%
- Tabung VI (Minor III) : 2 tetes plasma donor III + 1 tetes sel pasien 5%
- Tabung VII (Kontrol) : 2 tetes serum pasien + 1 tetes sel pasien 5%
- Tabung VIII (Pool) : 2 tetes pool plasma donor I, II, III + 1 tetes pool sel
donor I, II, III 5%
- Kocok dan sentrifuge 3000 rpm 15 menit.
- Baca : aglutinasi dan hemolisis

b. Phase II (Bovine Albumin 22% dan suhu 37°C)


- Tambahkan masing-masing 2 tetes Bovine Albumin 22% dan kocok.
- Inkubasi 37°C selama 15 menit dan sentrifuge 3000 rpm 15 detik.
- Baca hasil aglutinasi dan hemolisis.
- Bila hasil positif : ulangi pemeriksaan dengan donor lain
- Bila hasil negatif, lanjut ke Phase III

c. Phase III (AHG = Anti Human Globulin)


- Cuci eritrosit dalam tabung 3 kali (atau pakai eritrosit untuk AHG yang sudah
dicuci)
- Tambahkan 1 tetes Coombs serum pada masing-masing tabung.
- Kocok dan sentrifuge 3000 rpm 15 detik.
- Baca hasilnya secara makroskopik dan mikroskopik.
- Hasil : (+) Aglutinasi, tidak cocok
- Hasil : (-), cocok, lanjutkan ke CCC

d. Test Coombs Control Cells (CCC)


- Tambahkan 1 tetes CCC dan kocok
- Sentrifuge 3000 rpm selama 15 detik
- Baca hasil aglutinasi secara makroskopik
- Aglutinasi : Hasil pemeriksaan benar
- Tidak Aglutinasi : Hasil pemeriksaan salah

Mayor test : sel donor dicampur dengan serum penerima


Mayor test Sel donor Sel donor Sel donor Sel donor
Serum penerima Gol.darah A Gol. Darah B Gol. Darah O Gol. Darah AB
Serum gol. Darah A (-) (+) (-) (+)
Serum gol. Darah B (+) (-) (-) (+)
Serum gol. Darah O (+) (+) (-) (+)
Serum gol. Darah AB (-) (-) (-) (-)

Minor test : sel penerima dicampur dengan serum donor


Minor test Sel penerima Sel penerima Sel penerima Sel penerima
Serum donor Gol.darah A Gol. Darah B Gol. Darah O Gol. Darah AB
Serum gol. Darah A (-) (+) (-) (+)
Serum gol. Darah B (+) (-) (-) (+)
Serum gol. Darah O (+) (+) (-) (+)
Serum gol. Darah AB (-) (-) (-) (-)

117
Pemeriksaan Uji Cocok Serasi
Mayor I Mayor II Mayor III Minor I Minor II Minor III Auto Auto pool Jam
Kontrol
2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts pool
Fase serum Os serum Os serum Os plasma plasma plasma serum Os plasma
donor I donor II donor III donor
I 1 tts sel 1 tts sel 1 tts sel 1 tts sel 1 tts sel 1 tts sel 1 tts sel 1 tts pool
dnI 5% dn.II 5% dn III 5% Os 5% Os 5% Os 5% Os 5% sel dn5%
Kocok—kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm selama 15 – 20 detik  baca reaksi
2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts
Fase B. Alb B. Alb B. Alb B. Alb B. Alb B. Alb B. Alb B. Alb
22% 22% 22% 22% 22% 22% 22% 22%
II Kocok-kocok hingga tercampur rata, inkubasi 37 °C selama 15 menit
Putar 3000 rpm selama 15 – 20 detik  baca reaksi
Cuci dengan saline sebanyak 3 x
2 tts AHG 2 tts AHG 2 tts AHG 2 tts 2 tts 2 tts 2 tts AHG 2 tts AHG
Fase AHG AHG AHG
III Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm selama 15 – 20 detik  baca reaksi
Bila Hasil Negatip  Tambahkan 1tetes CCC, kocok-2 Putar 3000 rpm 15-20 detik  Baca reaksi
Nama pemeriksa : Validasi :
Tanggal :
No. Lot /ED Test Sera A : Test sera : Test sel A :
No. Lot /ED Test Sera B : Test sera : Test sel B :
No. Lot /ED Test Sera D : Test sera : Test sel O :
No. Lot /ED B. Albumin : Test sera : C.C.C :
No.Lot .A.H.G. : A. H. G. :
Dicek oleh : Penanggung jawab :

Pemeriksaan Uji Cocok serasi


Identitas Fase My. I My. II My. Mn I Mn Mn A. Auto. Kesimpulan Pe Di
Pasien III II III K Pool me cek
riksa oleh

II

III

CCC

118
BAB XXXIV
UJI COOMBS

XXXIII.1 PENDAHULUAN
XXXIII.1.1 Pengertian
Molekul imunoglobulin sendiri bersifat antigenik bila dimasukkan kedalam tubuh
spesies lain. Pada tahun 1945, Coombs, Mourant dan Race menyuntikkan serum manusia
kepada kelinci. Antiserum yang dihasilkan ternyata berguna sekali sebagai reagent
laboratorium.
Percobaan Coombs mencari adanya antiglobulin. Jika semacam anti zat yang
melekat pada eritrosit yang mengandung antigen maka anti zat yang spesifik terhadap
antigen itu mungkin menyebabkan aglutinasi. Ada beberapa macam zat anti yang tidak
menyebabkan aglutinasi, biarpun anti zat itu melekat pada eritrosit. Beberapa jenis anti zat
pada konsentrasi tinggi melapisi eritrosit tetapi tidak dapat mengaglutinasikannya dalam
lingkungan saline anti zat itu disebut anti zat penghalang (blocking antibodies) atau anti
zat tak lengkap (incomplete) anti zat semacam itu disebut globulin.
Hewan percobaan yang disuntik dengan human globulin menyusun anti terhadap
globulin tersebut. Jika anti serum tadi (serum Coombs) dicampur dengan eritrosit yang
terlapisi anti zat maka akan terjadi aglutinasi. Sebelum test ini dilakukan eritrosit dicuci
bersih terlebih dahulu. Percobaan Coombs terbagi dua macam yaitu cara langsung dan
tak langsung.
Adanya eryhtrosit yang dilapisi globulin selalu merupakan hal yang abnormal. Bila
reagent antiglobulin polispesifik menyebabkan aglutinasi eritrosit, perlu dilakukan
pengujian dengan reagent monospesifik.
Prosedur pengujian bagi antibodi yang sulit dideteksi dan tidak mampu
menggumpalkan eritrosit dengan cara melewatkan reaksi silang dalam saline, yang mana
serum dan sel diinkubasi selama 15 – 30 menit untuk memberikan kesempatan antibodi
melekat pada permukaan sel. Setelah protein bereaksi dan dicuci selnya, dengan
penambahan serum antiglobulin. Blia serum penderita mengandung antibodi yang
bereaksi dengan eritrosit donor, penambahan serum antiglobulin menyebabkan eritrosit
yang dilapisi antibodi menggumpal. Bila tidak terjadi reaksi aglutinasi berarti tidak
ditemukan globulin yang melekat. Uji saring terhadap antibodi ini penting untuk keperluan
transfusi dan juga untuk menguji wanita hamil terhadap kemungkinan penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir.
Biasanya yang menyebabkan hasil Direct Antiglobulin Test positif pada anemia
hemolitik autoimun, suatu kelainan dimana dalam serum penderita terdapat antibodi yang
bereaksi dengan eritrosit penderita itu sendiri. Autoantibody ini dapat berupa IgG atau IgM.
Hal yang penting bahwa lapisan globulin menyebabkan eritrosit lebih mudah melekat dan
difagositosis oleh makrofag didalam jaringan retikuloendotelial. Proses hemolitik autoimun
biasanya digolongkan dalam reaktif dingin dan reaktif panas, tergantung suhu optimum
bagi antibodi untuk bereaksi dengan baik. Autoantibodi IgM biasanya bekerja pada suhu
jauh dibawah 370C, sering hanya melekat sebentar pada eritrosit sehingga hanya sedikit
IgM yang melekat pada eritrosit. Jenis autoantibodi ini ditemukan apad orang tua setelah
infeksi Mikoplasma. Anemia hemolitik autoimun golongan reaktif panas disebabkan
antibodi kelas IgG yang biasanya tetap melekat pada permukaan eryhtrosit selama
eritrosit itu dalam sirkulasi. Kelainan ini biasanya idiopatik yang dapat terjadi pada semua
umur dan kedua jenis kelamin, juga ditemukan pada keadaan yang menyertai Leukemia,
limfoma dan sarkoma.

A. Percobaan langsung
Prinsip : Suspensi darah diletakkan dalam tabung kemudian ditambahkan
serum anti (serum Coombs) akan terbentuk aglutinasi atau
penggumpalan.
Tujuan : untuk menentukan adanya antiglobulin dalam darah seseorang.

119
Alat dan Reagensia :
1. Tabung reaksi 6. Mikroskop
2. Sentrifuge 7. Waterbath
3. tabung sentrifuge 8. Serum Coombs
4. Tabung serologi 9. NaCl 0,9%
5. Pipet tetes
Bahan Pemeriksaan : Darah vena
Teknik kerja :
1. Masukkan kedalam tabung sentrifuge 0,5 ml darah
2. Tambahkan NaCl 0,9 % sama banyak dan campur, kemudian disentrifuge.
Pisahkan supernatantnya dan ulangi pekerjaan itu 4 kali berturut-turut.
3. Buat suspensi eryhtrosit setelah pemutarn terakahir dengan konsentrasi 2%.
4. Dalam tabung serologi masukkan 2 tetes serum Coombs dan satu tetes suspensi
eryhtrosit.
5. Campur dan eramkan suhu 370C selama 30-60 menit.
6. Kocok tabung dengan hati-hati untuk melihat adanya aglutinasi kemudian amati
secara mikroskopis.
7. Jika hasilnya negatif putar 1000 rpm selama 1 menitdan periksa adanya aglutinasi
secara makroskopis dan mikroskopis.

Pembacaan :
Terjadinya aglutinasi membuktikan adanya anti zat yang melapisi eryhtrosit.

B. Percobaan Tak Langsung


Prinsip : Suspensi sel darah merah golongan darah O kemudian
ditambahkan serum yang akan diperiksa akan terbentuk aglutinasi.
Tujuan : untuk menentukan adanya antiglobulin dalam darah seseorang.
Alat dan Reagensia :
6. Tabung reaksi 6. Mikroskop
7. Sentrifuge 7. Waterbath
8. tabung sentrifuge 8. Serum Coombs
9. Tabung serologi 9. NaCl 0,9%
10. Pipet tetes
Bahan Pemeriksaan : Serum
Teknik Kerja :
1. Buatlah suspensi eritrosit golongan darah O 2% dalam larutan garam faal.
2. Campur sama banyak dari suspensi tadi dengan serum yang diperiksa.
3. Eramkan pada suhu 370C selama 60 menit.
4. Lanjutkan dengan tindakan yanga sama yang diterangkan pada percobaan
langsung dari nomor 1 s/d 8.

Penafsiran :
Adanya aglutinasi membuktikan bahwa serum yang diperiksa berisi anti zat yang melapisi
eritrosit.

120
BAB XXXV
VALIDASI REAGENSIA BDRS/UTDRS

XXXIV.1 PENDAHULUAN
Validasi merupakan kegiatan untuk memastikan reagensia yang digunakan dalam
kondisi baik dan bereaksi secara normal sesuai dengan yang diinginkan. Kegiatan ini
dilakukan setiap menggunakan kit reagensia yang baru dibuka dan juga suspensi sel yang
baru dibuat dan akan digunakan untuk reaksi silang.
Kegiatan ini seharusnya dilakukan oleh seorang analis kesehatan yang telah senior
dan bekerja di BDRS/UTDRS, namun tidak selalu. Hal ini merupakan kegiatan rutin dalam
BDRS untuk menjaga kualitas pemeriksaan yang akan dilakukan. Dalam melakukan
validasi harus menggunakan kartu validasi yang di checklist untuk tiap tahapan kerja.

Anti – A
1. Disiapkan tabung sebanyak 3 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, II, dan
III
2. Diisi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 1 tetes test sel A 5 %
- tabung II : 1 tetes test sel B 5 %
- tabung III : 1 tetes test sel O 5 %
3. Diteteskan masing-masing 2 tetes anti-A pada tabung I, II dan III
4. Kocok-kocok semua tabung hingga tercampur
5. Di putar 3000 rpm selama 15 detik
6. Di baca hasil reaksi.

Pembacaan Hasil :
Dibaca reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan
- Pada tabung I terjadi Aglutinasi (Positif)
- Pada tabung II tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)
- Pada tabung III tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)

Anti – B
1. Siapkan tabung sebanyak 3 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, II, dan III.
2. Isi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 1 tetes test sel A 5 %
- tabung II : 1 tetes test sel B 5 %
- tabung III : 1 tetes test sel O 5 %
3. Diteteskan masing-masing 2 tetes anti-B pada tabung I, II dan III
4. Kocok-kocok semua tabung hingga tercampur
5. Diputar 3000 rpm selama 15 detik.
6. Di baca hasil reaksi.

Pembacaan Hasil :
Dibaca hasil reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan
- Pada tabung I tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)
- Pada tabung II terjadi Aglutinasi (Positif)
- Pada tabung III tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)

Anti – D (Rhesus)
1. Disiapkan tabung sebanyak 2 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, dan
tabung II
2. Diisi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 1 tetes test sel O 5 % Rhesus Positif
- tabung II : 1 tetes test sel O 5 % Rhesus Negatif

121
3. Diteteskan masing-masing 2 tetes anti-D pada tabung I dan II
4. Kocok-kocok semua tabung hingga tercampur
5. Diputar 3000 rpm selama 15 detik
6. Di baca hasil reaksi.
Pembacaan Hasil
Dibaca hasil reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan
- Pada tabung I terjadi Aglutinasi (Positif)
- Pada tabung II tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)

Test sel A standar


1. Disiapkan tabung sebanyak 2 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, dan
tabung II.
2. Diisi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 2 tetes Anti-A
- tabung II : 2 tetes Anti-B
3. Diteteskan pada masing-masing 1 tetes test sel A Standar 5 % pada tabung I dan II.
4. Dikocok-kocok semua tabung hingga tercampur
5. Diputar 3000 rpm selama 15 detik
6. Di Baca hasil reaksi

Pembacaan Hasil :
Dibaca hasil reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan
- Pada tabung I terjadi Aglutinasi (Positif)
- Pada tabung II tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)

Test sel B standar


1. Disiapkan tabung sebanyak 2 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, dan
tabung II
2. Diisi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 2 tetes Anti-A
- tabung II : 2 tetes Anti-B
3. Diteteskan masing-masing 1 tetes test sel B Standar 5 % pada tabung I dan II
4. Dikocok-kocok semua tabung hingga tercampur
5. Diputar 3000 rpm selama 15 detik
6. Dibaca hasil reaksi

Pembacaan Hasil :
Dibaca hasil reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan
- Pada tabung I tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)
- Pada tabung II terjadi Aglutinasi (Positif)

Test sel O Standar


1. Disiapkan tabung sebanyak 2 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, dan
tabung II
2. Diisi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 2 tetes Anti-A
- tabung II : 2 tetes Anti-B
3. Diteteskan masing-masing 1 tetes test sel O Standar 5 % pada tabung I dan II
4. Dikocok-kocok semua tabung hingga tercampur.
5. Diputar 3000 rpm selama 15 menit
6. Dibaca hasil reaksi.

Pembacaan Hasil :
Dibaca reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan

122
- Pada tabung I tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)
- Pada tabung II tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)

Coomb’s Serum (AHG)


1. Disiapkan tabung sebanyak 4 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, II, III,
dan IV
2. Diisi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 1 tetes test CCC
- tabung II : 1 tetes test sel A 5 %
- tabung III : 1 tetes test sel B 5 %
- tabung IV : 1 tetes test sel O 5 %
3. Dicuci keempat tabung dengan saline sebanyak 3 x
4. Diteteskan masing-masing 2 tetes AHG pada tabung I, II, III, dan IV
5. Dikocok-kocok semua tabung hingga tercampur
6. Diputar 3000 rpm selama 15 detik
7. Dibaca hasil reaksi

Pembacaan Hasil :
Dibaca reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan
- Pada tabung I terjadi Aglutinasi (Positif)
- Pada tabung II tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)
- Pada tabung III tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)
- Pada tabung IV tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)

Bovine Albumin 22 %
1. Disiapkan tabung sebanyak 3 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, II, dan
III
2. Diisi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 1 tetes test sel A 5 %
- tabung II : 1 tetes test sel B 5 %
- tabung III : 1 tetes test sel O 5 %
3. Diteteskan masing-masing 2 tetes Bovine Albumin 22 % pada tabung I, II dan III
4. Dikocok-kocok semua tabung hingga tercampur
5. Diputar 3000 rpm selama 15 detik
6. Dibaca reaksi, bila ketiga tabung negatif, lanjutkan Diinkubasi 37 ° C selama 15 detik
7. Diputar 3000 rpm selama 15 detik
8. Dibaca hasil reaksi.

Pembacaan hasil :
Dibaca hasil reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan
- Pada tabung I tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)
- Pada tabung II tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)
- Pada tabung III tidak terjadi Aglutinasi (Negatif)

Coomb’s Control Cells (CCC)


1. Disiapkan tabung sebanyak 2 buah pada sebuah rak dan diberi label tabung I, dan
tabung II
2. Diisi masing-masing tabung dengan :
- tabung I : 2 tetes Coomb’s Serum (AHG)
- tabung II : 2 tetes saline
3. Diteteskan masing-masing 1 tetes CCC pada tabung I dan II
4. Dikocok-kocok semua tabung hingga tercampur
5. Diputar 3000 rpm selama 15 detik dan dibaca hasil reaksi

123
Pembacaan hasil :
Dibaca hasil reaksi dengan mengocok tabung perlahan-lahan
- Pada tabung I terjadi Agglutinasi (Positif)
- Pada tabung II tidak terjadi Agglutinasi (Negatif)

Catatan :
1. Lembar Kerja validasi reagensia terdapat pada lampiran.
2. Pemeriksaan validasi harus menggunakan lembar validasi dan pengisian checklist
setiap melakukan kegiatan tersebut.
3. Setiap spesimen darah yang digunakan harus berhati-hati dan dianggap infeksius,
oleh sebab itu harus menggunakan alat pelindung diri.
4. Mengawetkan CCC dengan larutan Alserver dan CCC merupakan SDM yang telah
coated dengan antibodi Rhesus IgG (Incomplete antibodi).

124
BAB XXXVI
PEMELIHARAAN PERALATAN HEMATOLOGI

XIV.1 KAMAR HITUNG


Kamar hitung setelah digunakan harus dibersihkan dengan cara mencuci
menggunakan air suling dan digosok perlahan menggunakan tissue halus agar tidak
tergores bidang garis baginya. Kamar hitung yang sering digunakan, terutama apabila
untuk menghitung trombosit menggunakan metode Rees Ecker, akan kotor dan warna biru
agak sulit dibersihkan. Sebaiknya direndam dalam detergen atau dalam larutan natrium
hipoklorit 5% semalam dan dicuci seperti biasa. Sebaiknya menggunakan detergen
khusus untuk laboratorium dan sewaktu pembilasan harus bersih agar tidak tertinggal
bekas detergen atau hipoklorit pada permukaan garis bagi.

XVI.2 PIPET THOMA DAN SAHLI


Untuk membersihkan pipet Thoma dan Sahli sebaiknya diisapkan bergantian ke
dalam pipet air kemudian aseton atau campuran alkohol dan eter sama banyak. Apabila
sulit dibersihkan harus menggunakan larutan Natrium karbonat dan direndam selama 1
malam. Untuk bekuan dasar yg sulit dihilangkan dapat menggunakan larutan natrium
hipoklorit 5% atau larutan yang lebih kuat lagi larutan asam kromat 5% dalam asam sulfat
10%. Setelah itu dicuci kembali dengan air suling dan dikeringkan
Darah yang membeku dapat dibersihkan dengan menggunakan rambut kuda,
kawat baja halus sebelum pipet di cuci untuk mencegah tersumbat. Jagalah jangan
sampai ujung pipet pecah karena kesalahan memasukkan kawat baja halus.

XVI.3 HEMOGLOBINOMETER
Alat pembanding yang terbuat dari plastik dan logam harus dicegah termasuki
cairan dan harus segera dikeringkan. Permukaan standar harus bersih, tidak tercemar
atau berdebu. Tabung pengencer sahli harus dibersihkan dengan air suling dan HCl,
namun dapat juga menggunakan detergen.

XVI.4 TABUNG WESTERGREN DAN WINTROBE


Tabung untuk pemeriksaan LED harus segera dicuci dan dibersihkan setelah
menggunakan. Tabung wintrobe dibersihkan dengan memutarbalikkan hingga mulut
mengarah ke bawah. Ujung pipet dialiri dengan air sehingga bagian dalam terbilas dengan
air dan mempercepat pengeluaran sisa darah.
Tabung westergren setelah digunakan harus segera direndam dalam air suling di
gelas ukur panjang sehingga akan larut sisa darah yang ada dalam tabung. Bila perlu
dicuci menggunakan detergen apabila sangat kotor.

XVI.5. PIPET TETES DAN ALAT GELAS LAINNYA


Pipet tetes dan alat gelas lainnya yang digunakan harus segera dibilas dengan air
suling untuk membersihkan noda bekas pengambilan reagensia atau spesimen. Prinsip
pembersihana alat gelas ini sama halnya seperti pada alat gelas pada umumnya. Khusus
kuvet fotometer harus segera dicuci setelah dipakai dan hanya dibilas dengan air suling,
kemudian dikeringkan langsung, agar tidak tergores.

XVI.6 TOURNIQUETE ATAU STUWING


Alat pembendungan untuk pengambilan darah sebaiknya dibersihkan dengan
alkohol apabila setelah beberapa kali dipakai atau terkontaminasi darah. Untuk hasil yang
lebih bersih sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan sikat dan detergen.

125
BAB XXXVII
PENUTUP

Demikian uraian mengenai Penuntun Praktikum Hematologi Untuk Siswa SMK


Program Studi Analis Kesehatan dalam buku ringkas ini telah selesai dibuat. Pemeriksaan
hematologi saat ini telah memasuki perkembangan otomatis sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan yang lebih cepat dan teliti. Namun semua alat otomatis mengacu pada teknik
sederhana yang konvensional sehingga alat otomatis tidak harus selalu benar dan justeru
perlu dikontrol kembali dengan teknik manual. Walaupun metode manual tergolong sudah
tua dan banyak ditinggalkan, namun di puskesmas terpencil dan kabupaten tetap
merupakan metode terpilih yang murah dan mudah dikerjakan. Keterampilan dan
kecakapan seorang analis kesehatan dalam bekerja secara manual lah yang memberikan
nilai tambah dalam bekerja di laboratorium dibandingkan tenaga lainnya.
Dalam lampiran pada lembar lampiran, digunakan untuk memberikan gambaran
lebih lanjut beberapa parameter pemeriksaan hematologi terutama mengenai sitologi
darah dan kartu validasi reagensia bank darah.
Sebagai ucapan penutup dalam buku penuntun praktikum yang sederhana ini,
maka penulis ucapkan semoga bermanfaat bagi kita semua analis kesehatan yang bekerja
di laboratorium. Semoga di edisi yang akan datang akan disempurnakan dan ditambahkan
lagi pengetahuan yang lebih terbaru dan lebih lengkap bidang hematologi.
phanylabrsas@yahoo.co.id

126
LAMPIRAN

KARTU VALIDASI REAGENSIA BANK DARAH


FORM 1

Anti-A
Identitas 1 tts test sel A 5 % 1 tts test sel B 5 % 1 tts test sel O 5 %
Antisera + + +
2 tetes anti-A 2 tetes anti-A 2 tetes anti-A
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi

Anti - B
Identitas 1 tts test sel A 5 % 1 tts test sel B 5 % 1 tts test sel O 5 %
Antisera + + +
2 tetes anti-B 2 tetes anti-B 2 tetes anti-B
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi

Anti - D
Identitas 1 tetes sel O 5% Rhesus 1 tetes sel O 5 % Rhesus
Antisera Positif Negatif
+ +
2 tetes anti-D 2 tetes anti-D
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi

Nama Pemeriksa : Test Validasi :


Tanggal Pemeriksan :
Anti-A :
Anti-B :
Dicek Oleh :
Disahkan oleh : :

127
KARTU VALIDASI REAGENSIA BANK DARAH
FORM 2

Test Sel A Standar


Identitas 2 tetes Anti - A 2 tetes Anti - B
Antisera + +
1 tetes sel A Standar 5% 1 tetes sel A Standar 5%
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi

Test Sel B Standar


Identitas 2 tetes Anti - A 2 tetes Anti - B
Antisera + +
1 tetes sel B Standar 5% 1 tetes sel B Standar 5%
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi

Test Sel O Standar


Identitas 2 tetes Anti - A 2 tetes Anti - B
Antisera + +
1 tetes sel O Standar 5% 1 tetes sel O Standar 5%
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi

Nama Pemeriksa : Test Validasi :


Tanggal Pemeriksan :
Anti-A :
Anti-B :
Dicek Oleh :
Disahkan oleh : :

128
KARTU VALIDASI REAGENSIA BANK DARAH
FORM 3

Coomb’s Serum (AHG)


Identitas 1 tts CCC 1 tts sel A 5% 1 tts sel B 5% 1 tts sel O 5%
Antisera Cuci 3 x dengan saline
+ + + +
2 tts AHG 2 tts AHG 2 tts AHG 2 tts AHG
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi

Bovine Albumine
Identitas 1 tts test sel A 5 % 1 tts test sel B 5 % 1 tts test sel O 5 %
Antisera + + +
2 tts Bovine Alb 2 tts Bovine Alb 2 tts Bovine Alb
22 % 22 % 22 %
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi → Bila negatip
Inkubsi 37° C selama 15 menit
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca Reaksi

Coomb’s Control Cells


Identitas Antisera 2 tetes AHG 2 tetes saline
+ +
1 tetes CCC 1 tetes CCC
Kocok-kocok hingga tercampur rata
Putar 3000 rpm 15 detik
Baca reaksi

Nama Pemeriksa : Test Validasi :


Tanggal Pemeriksan :
Test Sel standar A :
Test Sel standar B : Dicek Oleh :
Test Sel standar O : Disahkan oleh :
Test Sel standar CCC : No lot/Exp A.H.G :

129
LEMBAR TEST VALIDASI REAGENSIA BANK DARAH
FORM 4

Anti-A
Identitas Tabung Tabung Tabung Tgl. Diperiksa Di cek Oleh
Antisera I II III Pemeriksaan oleh

Disahkan oleh :

Anti-B
Identitas Tabung Tabung Tabung Tgl. Diperiksa Di cek Oleh
Antisera I II III Pemeriksaan oleh

Disahkan oleh :

Anti-D
Identitas Tabung Tabung Tgl. Diperiksa oleh Di cek Oleh
Antisera I II Pemeriksaan

Disahkan oleh :

Test Sel A Standar


Identitas Tabung Tabung Tgl. Diperiksa oleh Di cek Oleh
Antisera I II Pemeriksaan

Disahkan oleh :

Test Sel B Standar


Identitas Tabung Tabung Tgl. Diperiksa oleh Di cek Oleh
Antisera I II Pemeriksaan

Disahkan oleh :

130
LEMBAR TEST VALIDASI REAGENSIA BANK DARAH
FORM 5

Test Sel O Standar


Identitas Tabung Tabung Tgl. Diperiksa oleh Di cek Oleh
Antisera I II Pemeriksaan

Disahkan oleh :

Coombs Serum
Identitas Tabung Tabung Tabung Tabung Tgl. Diperiksa Di cek
Antisera I II III IV Pemeriksaan oleh Oleh

Disahkan oleh :

Bovine Albumin
Identitas Tabung Tabung Tabung Tgl. Diperiksa Di cek
Antisera I II III Pemeriksaan oleh Oleh

Disahkan oleh :

Test Sel O Standar


Identitas Tabung Tabung Tgl. Diperiksa oleh Di cek Oleh
Antisera I II Pemeriksaan

Disahkan oleh :

131
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes, Penuntun Praktikum Hematologi, SMAK Depkes Banjarmasin, Departemen


Kesehatan RI, Tahun 1990
2. Pusdiknakes, Hematologi, Untuk Siswa SMAK kelas I, II, III, Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta 1989
3. Gandasoebrata R, Penuntun Laboratorium Klinik, Bagian Patologi Klinik FKUI/RSCM,
Edisi 11, Penerbit Dian Rakyat, Jakarta, 2001
4. Widmann FK, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, J.Latu dkk, Edisi
9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2000.
5. Kosasih EN, Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium Klinik, Edisi 2, Penerbit
Kharisma, Jakarta, 2008
6. Sacher Ronald, Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Penerbit EGC,
Jakarta 2005.
7. Hardjoeno, dkk, Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik, Bagian dari Standar
Pelayanan Medik, Penerbit Lephas, Universitas Hasanuddin Press, Makassar, 2004.
8. Analis Kesehatan, Diktat Praktikum Hematologi Klinik, Akademi Analis Kesehatan
Depkes Bandung, Budi Martono, 2000
9. Majalah Kedokteran Indonesia, Diagnosis Anemia, volume 45, Nomor 12, tahun 1995,
halaman 714-720.
10. Analis Kesehatan, Buku Hematologi Praktikum II, Politeknik Kesehatan Banjarmasin
Program Studi Analis Kesehatan, Banjarbaru, 2004
11. Analis Kesehatan, Buku Transfusi Darah Praktikum, Politeknik Kesehatan
Banjarmasin Program Studi Analis Kesehatan, Banjarbaru, 2005
12. Mindray, Hematology Analyzer, Manual Instruction, Mindray Suenzhen, Chine, 2000
13. Sysmex, Yukio Takeda, Automated Hematology Analyzer KX 21, Histogram
Handbook, Sysmex Corporation, Japan, 2000
14. Laboratorium kesehatan, Masa Tromboplastin teraktivasi,
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/01/masa-tromboplastin-parsial-teraktivasi.html
15. Laboratorium kesehatan, Fibrinogen, di akses melalui website
http://labkesehatan.blogspot.com/2010/01/fibrinogen.html
16. Supandiman, Iman DSPD.H, Prof.dr, Hematologi Klinik, Edisi Revisi, Penerbit Alumni,
Bandung, 1997.
17. Wirawan, Riadi, Pemantapan Kualitas Uji Hematologik, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta, 2002
18. Digilab, Sistem Rhesus, Digilab diakses pada tanggal 28 April 2010 pada :
digilib.unsri.ac.id/download/RHESUS.pdf
19. Kalbe Farma, Penemuan Para Bombay, Cermin Dunia Kedokteran,
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11PenemuanParaBombay012.pdf/11PenemuanP
araBombay012.html.
20. Golongan O Bombay.ppt, diakses pada : http://www.4shared.com/download/O-
Bombay. diakses terakhir pada : 25 April 2010, jam 20.00 Wita.
21. hh Antigen System, diakses pada Wikipedia : http://www.wikipedia /hh antigen system
- Wikipedia , the free encyclopedia.htm.
22. Bhende YM, Deshpande CK, Bhatia HM, Sanger R, Race RR, Morgan WT, Watkins
WM. (May 1952). "A "new" blood group character related to the ABO system". Lancet.
1 (6714): 903–4. PMID 14918471
23. Departemen Kesehatan, RI, Pedoman Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS),
Dirjen Bina Pelayanan Medik Dasar, Depkes Jakarta, 2009
24. Departemen Kesehatan, RI, Pedoman Pengelolaan Bank Darah Rumah Sakit
(BDRS), Dirjen Bina Pelayanan Medik Dasar, Depkes Jakarta, 2008
25. Sodiycxacun, Pembuatan preparat darah tepi, di akses pada tahun 2010, Agustus, di
http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/04/cara-pembuatan-preparat-darah-tepi.html

132
26. Sodiycxacun, Hemacytometer, di akses pada tahun 2010, Agustus, di
hemocytometer.html
27. Sodiycxacun, Pembuatan preparat darah tepi, di akses pada tahun 2010, Agustus, di
http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/04/cara-pembuatan-preparat-darah-tepi.html
28. Sodiycxacun, Pemeriksaan Hb menurut Sahli, di akses pada tahun 2010, Agustus, di
http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/05/pemeriksaan-hb-menurut-sahli.html
29. Sodiycxacun, Cara Pemeriksaan Golongan Darah, di akses pada tahun 2010,
Agustus, di http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/08/cara-pemeriksaan-golongan-
darah-slide.html
30. Sodiycxacun, Pemeriksaan Hb Metode Cyanmtehemoglobin, di akses pada tahun
2010, Agustus, di http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/07/pemeriksaan-hb-
hemoglobin-metode.html
31. Sodiycxacun, Pemeriksaan Hematokrit, di akses pada tahun 2010, Agustus, di
http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/07/pemeriksaan-hematokrit-ht.html
32. PMI, Unit Transfusi Darah Pusat, Kumpulan Prosedur Kerja Standar Praktikum
Serologi Golongan Darah, Pelatihan Analis BDRS, Palang Merah Indonesia, Jakarta,
Juli, 2011

133
HEMOPOEISIS

134
SEL PENDAHULU SEMUA SERI (STEM CELL) Inti :
Inti : • Bulat, kecil, kromatin kasar , padat dan mengalami
• Inti lonjong dan besar berwarna merah piknotik, inti lebih kecil
dengan materi kromatin halus • Nukleolus tidak ditemukan lagi.
• Nukleoli 1-2 buah biru pucat dan besar Sitoplasma :
Sitoplasma : • Lebih lebar, berwarna merah karena mengandung
• Bersifat Basofilik hemoglobin yang lebih banyak dan juga tampak
warna biru karena ada sisa RNA.
• Warna biru dan relatif lebar
Ukuran sel 45-85 mikron. • Warna merah lebih dominan dibandingkan warna
biru.
Erythroblast Polikromatofilik Dalam sumsum tulang normal 5-10% dari sel berinti.
Hemositoblast (Stem sel / mesenchym) (Rubrisit)

Inti :
SEL SERI ERYTHROSIT : • Bulat, kecil, kromatin kasar memadat.
Inti : • Nukleolus tidak ditemukan lagi.
• Bulat, kromatin terjalin rapat dan halus, agak Sitoplasma :
transparan • Lebih lebar dari seri sebelumnya, berwarna merah
• Nukleolus, 3 – 5 biasanya tertutupi karena mengandung hemoglobin.
Sitoplasma : • Warna merah lebih dominan dibandingkan warna
• Warna biru bunga gandum biru.
• Perinti berupa bintik-bintik setengah lingkaran Eryhtoblast asidofilik Dalam sumsum tulang normal 2-5% dari sel berinti.
• Ukuran sel 18-25 mikron. (Metarubrisit)
• Spesifikasi : berdaun telinga kecil Inti :
Proeritroblast (Rubriblast) Tidak tampak (hilang)
Inti : Sitoplasma :
• Bulat, kromatin tampak kasar, agak transparan • Berwarna merah karena mengandung hemoglobin
• Nukleolus menghilang atau tidak tampak yang lebih banyak, terdapat sisa-sisa RNA dan
Sitoplasma : berbagai fragmen mitokondria dan organel lainnya ,
(eritrosit polikrom).
• Sedikit mengandung hemoglobin, tampak merah
Dalam darah normal ditemukan 0,5-2,5%
walaupun warna biru mendominasi.
Retikulosit
• Ukuran kebih kecil dari rubriblast.
Bentuk :
Normal ditemukan 1-4 % dari seluruh sel berinti.
• Seperti cakram bikonkaf, diameter 7-8 mikron, tebal
Eritroblast Basofilik (Prorubrisit) 1,5-2,5 mikron.
Inti : • Bagian tengah lebih tipis dari bagian tepi.
• Bulat, kromatin kasar dan menebal secara tidak • Dengan Wright tampak berwarna merah karena
teratur, Terdapat piknotik, inti lebih kecil dari mengandung hemoglobin.
pendahulunya. • Umur dalam darah 120 hari
• Nukleolus tidak ditemukan lagi. Erythrosit Dalam darah normal ditemukan 4,5-6,0 juta.
Sitoplasma :
• Relatif lebih lebar, berwarna merah karena
mengandung hemoglobin dan juga tampak warna
biru.
• Warna merah lebih dominan dibandingkan warna
Eritroblast Basofilik (Prorubrisit) biru.
Dalam sumsum tulang normal 10-20 % dari sel berinti.

135
SEL SERI EOSINOPHIL Inti :
• Oval / lonjong atau mendatar pada satu sisinya,
Inti : bentuk kacang, kromatin menebal, tidak
• Bulat, kromatin terjalin rapat, agak transparan homogen.
• Nukleoli : 3 – 5 biasanya tertutupi • Nucleloli biasanya tidak tampak (menghilang)
Sitoplasma : Sitoplasma :
• Biru sedang sampai biru terang • Coklat merah muda keabu-abuan dengan granula
merah orange agak kecoklatan.
• Lebih kecil bila dibandingkan pro eitroblast, juga
lonjong (perinuclear) • Berisi granula bersifat eosinofilik walau terlihat
sedikit basofilik
Metamielosit Eosinofil
Inti :
Mieloblast
• Letaknya sentral / eksentrik, berbentuk batang
Inti :
seperti kacang, berwarna merah keunguan.
• Oval, agak bulat, kromatin berkelompok kasar, • Kromatin kasar
tidak homogen Sitoplasma :
• Nucleloli tidak tampak • Coklat merah muda keabu-abuan
Sitoplasma :
• granula merah orange
• Coklat abu-abu muda lembut / coklat merah
• Berisi granula bersifat eosinofilik.
muda, Granula kasar granula merah orange agak
kecoklatan, menutupi inti sebagian inti.

Eosinofil batang
Inti :
• Biasanya bersegmen ganda 2-3 lobi, berwarna
Promielosit merah keunguan
Inti : • Letak sentrik / eksentrik
• Bulat, oval seringkali melengkung disatu sisi • nucleoli tidak ada, kromatin kasar
• Kromatin cukup padat dan teranyam serabut Sitoplasma :
halus • Warna dasar biru muda, relatif sedang, terlindung
• Nucleoli 2 – 3, biasanya hanya terlihat garis-garis granula.
besarnya saja • Granula banyak sama besar, orange kemerahan
Sitoplasma :
Eosinofil segmen
• Basofil muda bagian-bagian yang lebih terang
terletak didekat lekuk inti (sentrosfer) granulasi
azurik

Mielosit Eosinofil

136
SEL SERI BASOPHIL Inti :
• Bulat, kecil, kromatin kasar , padat dan
Inti : mengalami piknotik, inti lebih kecil
• Bulat, kromatin terjalin rapat, agak transparan • Nukleolus tidak ditemukan lagi.
• Nukleoli : 3 – 5 biasanya tertutupi Sitoplasma :
Sitoplasma : • Lebih lebar, berwarna merah karena mengandung
• Biru sedang sampai biru terang hemoglobin yang lebih banyak dan juga tampak
warna biru karena ada sisa RNA.
• Lebih kecil bila dibandingkan pro eitroblast, juga
lonjong (perinuclear) • Warna merah lebih dominan dibandingkan warna
biru.
Metamielosit Basofil Dalam sumsum tulang normal 5-10% dari sel berinti.
Inti :
Mieloblast • Letaknya sentral / eksentrik, berbentuk batang
Inti : seperti kacang, berwarna merah keunguan.
• Oval, agak bulat, kromatin berkelompok kasar, • Kromatin kasar
tidak homogen Sitoplasma :
• Nucleloli tidak tampak • Coklat merah muda keabu-abuan
Sitoplasma : • granula merah orange
• Coklat abu-abu muda lembut / coklat merah muda • Berisi granula bersifat eosinofilik.
, Granula kasar berwarna hitam / biru gelap,
menutupi inti.
Basophil Batang
Inti :
• Biasanya bersegmen ganda 2-3 lobi, berwarna
merah keunguan
Promielosit • Letak sentrik / eksentrik
Inti : • nucleoli tidak ada, kromatin kasar
• Bulat, oval seringkali melengkung disatu sisi Sitoplasma :
• Kromatin cukup padat dan teranyam serabut • Warna dasar biru muda, relatif sedang, terlindung
halus granula.
• Nucleoli 2 – 3, biasanya hanya terlihat garis-garis • Granula banyak sama besar, orange kemerahan
besarnya saja Basophil segmen
Sitoplasma :
• Basofil muda bagian-bagian yang lebih terang
terletak didekat lekuk inti (sentrosfer) granulasi
azurik

Mielosit Basophil

137
SEL SERI NETROPHIL Inti :
• Oval, panjang, juga mirip bentuk kacang, kromatin
Inti : cukup rapat, tidak homogen
• Bulat, berwarna biru kemerah-merahan kromatin • Nucleloli 1 – 2, biasanya tidak tampak
inti halus dan tidak menggumpal, agak transparan Sitoplasma :
• Nukleoli : satu atau lebih • Coklat merah muda keabu-abuan dengan granula
Sitoplasma : ungu yang halus, sentrosfer yang kecil terang
• Berwarna biru sedang sampai biru muda pada
sekitar inti
• Lebih kecil bila dibandingkan pro eitroblast, juga Metamielosit Neutrofil
lonjong (perinuclear) Inti :
Dalam sumsum tulang normal kurang 1% dari sel
• Berbentuk kacang, kromatin rapat, berbutir kasar
berinti.
Mieloblast dengan gumpalan yang terlihat jelas
Inti : Sitoplasma :
• Bulat, oval seringkali melengkung disatu sisi • Sama seperti mielosit, tetapi tidak ada sentrosfer
• Kromatin cukup padat dan teranyam serabut Ukuran sel 10-15 mikron dan dalam darah ditemukan ±
halus 300/mm3 variasi : 80-600/mm3
• Nucleoli 2 – 3, biasanya hanya terlihat garis-garis
besarnya saja
Sitoplasma : Neutrofil Batang
• Basofil muda bagian-bagian yang lebih terang Inti :
terletak didekat lekuk inti (sentrosfer) granulasi • Letaknya sentral/eksentrik, bersegmen 2-5 lobi,
azurik warna inti biru pucat keunguan, kromatin kasar
dan kompak
Sitoplasma :
Promielosit • Relatif lebih lebar, warna oksifil,
Inti : • Granula halus, kecil-kecil, berwarna merah,
• Oval, agak bulat, kromatin berkelompok kasar, tersebar didalam sitoplasma (neutrofilik).
tidak homogen Ukuran sel 10-15 mikron dan dalam darah ditemukan ±
• Nucleloli tidak tampak 4000/mm3 variasi : 2000-7000/mm3
Neutrofil Segmen
Sitoplasma :
• Coklat abu-abu muda lembut/ coklat merah muda
, Granula halus berwarna ungu kecoklatan
,sentrosfer terdapat dilekuakn inti yang dalam.

Mielosit Neutrofil

138
SEL SERI THROMBOSIT Inti :
• Berukuran besar dengan lobus tidak
Inti : terarur, kromatin kasar,Nukleoli tidak
• Berwarna kemerahan, berukuran besar tampak.
dengan kromatin halus Sitoplasma :
• Nukleoli 1-2 buah berwarna biru • Besar dan banyak, terisi mitokondria, RE
Sitoplasma : kasar, dan aparatus golgi luas.
• Besar dan banyak, dan berwarna biru • Terdapat banyak granula berwarna biru
kemerah-merahan.
• Tidak terdapat granula
• Terjadi invaginasi dari membran plasma
yang membelah-belah seluruh sitoplasma,
membentuk membran dermakasi yang
Megakarioblast berisi granula-granula dan kemudian
Inti: lepas dan membentuk Thrombosit.
• Berukuran besar dengan kromatin halus • Dari satu sel ini dapat menghasilkan 1000-
• Inti terbagi menjadi 2 atau 4 lobus 5000 sel trombosit.
• Inti sangat poliploid mengandung DNA Merupakan sel raksasa dengan diameter 35-
Metamegakariosit
sampai 30 kali dari sel normal. 150 mikron.
Sitoplasma : Setelah sitoplasma habis,sisa inti yang ada
• Berukuran besar, berwarna biru, homogen akan dihancurkan oleh makrofag
dan sangat basofilik. Sel berukuran 3-4 mikron, dikeluarkan dari
• Terdapat granula yang berwarna biru sitoplasma megakariosit dan memasuki darah
kemerah-merahan perifer.
Tampak tonjolan-tonjolan sitoplasma seperti Terdiri dari sitoplasma basofilik yang
gelembung. pucat(hialomer), granulasi azurofil
(granulomer).
Dengan pewarnaan Romanowsky akan
Promegakariosit
berwarna merah pucat.
Inti :
• Berukuran besar dengan lobus tidak
terarur, kromatin kasar,Nukleoli tidak
tampak.
Sitoplasma :
• Besar dan banyak, terisi mitokondria, RE
kasar, dan aparatus golgi luas.
• Terdapat banyak granula berwarna biru
kemerah-merahan.
Merupakan sel raksasa dengan diameter 30-
150 mikron.

Megakariosit

139
SEL SERI LIMFOSIT SEL SERI MONOSIT
Inti :
• Cukup bulat dan melengkung Inti :
• Kromatin berjala kasar, transparan • Bulat, berwarna merah kebiru-biruan kromatin inti
• Nukleoli 1 – 2, dapat dibedakan dengan jelas halus dan tidak menggumpal, agak transparan
berwarna biru terang atau biru pucat. • Memiliki sedikit lekukan pada inti
Sitoplasma : • Nukleoli : 1-2 buah berwarna biru
• Sama seperti mieloblas, tapi disini plasmanya sedikit Sitoplasma :
lebih luas dan lebih rentan. • Berwarna biru sedang sampai biru muda pucat
Limfoblast • Perinuclear lonjong pada sekitar inti
• Bagian yang lebih terang banyak berbintik kecil • Lebih kecil bila dibandingkan pro eitroblast, juga
Inti : Monoblast lonjong (perinuclear)
• Bulat besar dengan satu atau beberapa anak inti. Inti :
• Kromatin tipis rata dan tidak menggumpal tapi lebih • Bulat, berwarna merah kromatin inti tampak
kasar dibandingkan dengan Limfoblast. kasar dan menggumpal, agak transparan
• Nukleoli Nukleoli 1 – 2, dapat dibedakan dengan • Memiliki lekukan pada inti yang jelas
jelas berwarna biru terang atau biru pucat. • Nukleoli : 1-2 buah berwarna biru
• Morfologi hampir sama dengan Limfobalst Sitoplasma :
Sitoplasma : • Berwarna biru sedang sampai biru muda pucat
• Sama seperti mieloblas, tapi disini plasmanya sedikit pada sekitar inti
lebih luas dan lebih rentan. • Sitplasma relatif lebih lebar dari pendahulunya
Prolimfosit
• Perinuclear lonjong
• Bagian yang lebih terang banyak berbintik kecil
Inti : Promonosit
• Bulat atau melengkung, pembagian dalam area-area Inti :
yang kontras lebih sedikit, berpola gumpal-gumpal • Berlekuk dan melengkung (menyerupai otak),
kasar. kromatin cukup rapat (piknotik), berjala kasar,
• Nucleoli 1 – 4, biasanya tak tampak transparan
Sitoplasma : • Letak eksentrik, berwarna merah
• Biasanya lebih kecil dan berbentuk setengah Sitoplasma :
lingkaran warna basofil sedang terang • Basofilik terang biru keabu-abuan granulasi azurik
• Bagian yang lebih terang berbintik berbintik halus, halus
Limfosit seringkali bergranula azurik • Ukuran relatif lebih besar
• Besar sel 10-22 mikron

Monosit

140

Anda mungkin juga menyukai