Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN VIROLOGI

Dosen Pengampu : Dian Nurmansyah, S.ST.,M.Biomed

Nama : Putri Rahmah

NIM: AK122031

Kelompok / Shift : 3/1

Kelas : 5A

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS KESEHATAN DAN SAINS

UNIVERSITAS BORNEO LESTARI BANJARBARU

2021/2022
Judul Praktikum : Pewarnaan Virus Metode Giemsa
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Oktober 2022
Dasar Teori :
Virus adalah parasit intraseluler obligat yang berukuran antara 20-300 nm,

bentuk dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA atau DNA

saja. Partikelnya secara utuh disebut virion yang terdiri dari capsid yang dapat

terbungkus oleh sebuah glikoprotein atau membran lipid, dan virus resisten terhadap

antibiotik. Bentuk virus berbeda-beda ada yang : bulat, batang polihidris, dan seperti

huruf T.

RNA (asam ribonukleat) juga merupakan asam nukleat (polinukleotida yang

terdiri dari unit-unit mononukleotida). Hanya saja berbeda dengan DNA yang unit-

unitpembangunnya dioksinukleotida sehingga disebut untai ganda, RNA

merupakanasam nukleat untai tunggal yang terdiri dari unit-unit pembangun berupa

mononukleotida.

Setiap nukleotida terdiri atas satu gugus fosfat, satu gugus pentosa, dan satu

gugus basa Nitrogen (N). RNA merupakan hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA,

sehingga kedudukan RNA ialah sebagai polimer dan jauh lebih pendek dibanding

DNA. Tidak seperti DNA yangbiasanya dijumpai di dalam inti sel, RNA kebanyakan

berada di dalam sitoplasma, khusunyadi ribosom. Famili-famili yang termasuk virus-

virus RNA adalah : Picornaviridae, Reoviridae, Togaviridae, Arenaviridae,

Coronaviridae, Retroviridae, Bunyaviridae, Orthomyxoviridae, Paramyxoviridae,

Rhabdoviridae. (Suprobowati. 2018)


Alat dan bahan :

Alat : Bahan :

1. Swab nasal steril 1. Giemsa

2. Gelas objek 2. Air

3. Rak pewarnaan 3. Oil emersi

4. Pipet tetes 4. Sampel : Swab nasofaring

5. Mikroskop

Cara kerja swab nasofaring :

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menginstruksikan pasien untuk memposisikan kepala menengadah keatas

sekitar 70°

3. Membuka bungkus dacron Swab lalau masukkan dacron melalui lubang

hidung yang sejajar dengan langit-langit sampai resistensi ditemui.

4. Gosok dan gulung dengan lembut lalu putarlah usap. Biarkan kapas

ditempatnya selama beberapa detik sampai menyerap sekresi

5. Dari swab nasofaring dibuat sediaan preparat

6. Tunggu kering, lakukan pewarnaan giemsa


Cara kerja perwarnaan virus :

1. Sediaan ditetesi dengan giemsa selama 5 menit, bilas dengan air mengalir,

keringkan.

2. Periksa dibawah mikroskop perbesaran 100x

Hasil pengamatan :

Pembahasan :

Pemeriksaan laboratorium virus memerlukan komunikasi yang baik antara

dokter dan tenaga laboratorium medik serta bergantung kepada kualitas spesimen dan

informasi yang diberikan kepada laboratorium.Pilihan metode untuk konfirmasi

laboratorium pada infeksi virus bergantung pada tahapan penyakit. Virus pada

penyakit saluran pernafasan dijumpai dalam sekresi hidung atau faring. Virus dapat

ditemukan dalam cairan tenggorok dan apusan dari dasar ruam vesikuler. Pada infeksi

mata, virus dapat dideteksi dalam apusan atau kerokan konjungtiva dan didalam air

mata. Ensefalitis biasanya didiagnosis lebih cepat melalui perangkat serologi atau
metode amplifikasi asam nukleat. Arbovirus dan herpesvirus biasanya tidak

ditemukan dalam cairan spinal, tetapi jaringan otak dari penderita ensefalitis viral

dapat menunjukan virus penyebabnya. Pada penyakit yang berkaitan dengan

enterovirus seperti penyakit sistem saraf pusat, perikarditis dan miokarditisakut virus

dapat diisolasi dari feses, apusan tenggorok, atau cairan serebrospinal. Akan tetetapi

seperti telah dinyatakan seblumnya metode amplifikasi asam nukleat merupakan

metode yang dianjurkan untuk mendeteksi enterovirus didalam cairan serebrospinal.

Diagnosis laboratorium pada umumnya dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu

pemeriksaan langsung terhadap materi klinis secara mikroskopik dan pewarnaan,

Isolasi virus dan tes serologi. Walaupun hasil laboratorium positif tetapi diagnosis

penyakit tetap ditegakkan berdasarkan kombinasi dari gejala klinik, gejala

hematologik dan hasil laboratorium virus.

Kesimpulan : pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan virus dengan giemsa dari

hasil swab nasofaring.


Daftar Pustaka

Almurdi. 2018. Kesesuaian Pemeriksaan Antigen Core Hcv Dengan Rt-Pcr


Untuk Diagnosis Infeksi Virus Hepatitis C. Jurnal Kedokteran
Baiturrahmah, Gol 1 (1): 11-17
Ariyani F, dkk. 2018. Perbedaan Hasil Deteksi Pewarnaan Bakteri Tahan
Asam Dan Rapid Antigen Pada Pasien Diagnosa Tuberkulosis
Paru. Jurnal Mitra Kesehatan Vol 1(2): 111-116
Gunardi D W. 2021. Pemeriksaan Diagnosis Laboratorium COVID-19:
Keterbatasan dan Tantangannya Saat Ini. Jurnal Kedokteran
Meditek, Vol 27(2): 173-182
Suprobowati D O, dan Kurniati I. 2018. Bahan Ajar Teknologi Laboratorium
Medik (TLM). Virologi. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia: Jakarta
Wowor F M, dkk. 2019. Sensitivitas dan Spesifisitas Rapid Diagnostic Test
Malaria sebagai Diagostik Laboratorium Malaria di RSUD
Noongan. Jurnal Kedokteran Klinik (JKK), Vol 3 (2): 27-33
Judul Praktikum : Pemeriksaan HBsAg
Hari/Tanggal : Sabtu, 29 Oktober 2022
Dasar Teori :
Virus Hepatitis B ditemukan pertama kali oleh Blumberg dan kawan kawan

tahun 1965, waktu itu dikenal sebagai Australian Antigen. Individu yang terinfeksi

oleh virus Hepatitis B, dengan menggunakan mikroskop elektron, dapat dilihat

adanya tiga partikel yang berbeda dalam darah penderita, yaitu partikel berbentuk

bulat dengan diameter 20-22 nm, partikel berbentuk batang dengan diameter 20 nm,

panjang 50-250 nm, keduanya tidak mempunyai asam nukleat, diduga hanya lapisan

lipoprotein luar dari HBV, dan ketiga adalah partikel dengan diameter 42 nm yang

mengandung asam nukleat yang merupakan virion lengkap HBV dan disebut partikel

Dane 3,24 Virus hepatitis B (HBV) merupakan anggota famili Hepadnavirus, genus

orthohepadna virus.

Metode dalam menegakkan diagnosis hepatitis B sangat diperlukan untuk

dapat melakukan manajemen terapi dengan tepat. Untuk menentukan keberhasilan

terapi antiviral, sangat diperlukan penentuan genotipe HBV, apakah ada mutasi pada

core promoter dan precore. Identifikasi dini HBV menggunakan metode molekuler

seperti jumlah HBV DNA, genotiping HBV, identifikasi mutant, genotipik dan

fenotipik
Pemeriksaan Hepatitis B surface Antigen (HBsAg) Pemeriksaan HBsAg

bermanfaat untuk menetapkan hepatitis B akut, timbul dalam darah enam minggu

setelah infeksi dan menghilang setelah tiga bulan. Bila persisten lebih dari enam

bulan, maka didefinisikan sebagai pembawa (carier). HbsAg ditemukan pada hepatitis

B akut dini sebelum timbul gejala klinik atau pada akhir masa tunas

Alat dan bahan :

Alat : Bahan :

1. Rapid tes 1. Sampel : serum/whole

2. Mikropipet blood

3. Tip kuning

4. tisue

Cara kerja :

1. Siapkan rapid test yang akan digunakan

2. Dipipet 100 ul darah/serum/plasma

3. Letakkan pada sumuran sampel dirapid tes, diamkan selama 20 menit

4. Baca hasil

Hasil pengamatan :
Hasil : Non reaktif
Interpretasi hasil :
 Positif (+) : terdapat 2 garis
 Negatif (-) : terdapat 1 garis

Pembahasan

Untuk mengetahui adanya virus Hepatitis B dalam tubuh pasien diperlukan

pemeriksaan hbsag. Hbsag merupakan salah satu jenis Antigen yang terdapat

pada bagian pembungkus Dari virus Hepatitis B yang dapat dideteksi pada

Cairan tubuh yang terinfeksi. Pemeriksaan hbsag Dapat dilakukan dengan

berbagai cara, yaitu: Dengan metode RIA (Radio immunoassay), ELISA

(enzymlinkedimmunosorbentassay), RPHA (reversepassivehemagglutination)

dan imuno-cromatografi. Upaya pencegahan Dari berkembangnya virus dan

pengobatan awal Yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian Imunisasi

hepatitis B yang dilakukan 3 kali, Yakni dasar, 1 bulan dan 6 bulan kemudian.

Tujuanya untuk mengkaji efektivitas pemeriksaan hbsag rapid screening

deteksi dini terhadap Hepatitis B. Prinsip dari pemeriksaan metode ini Adalah

bereaksi nya imunomatografi Yang menggunakan membran berwarna Untuk

mendeteksi hbsag dalam serum, Membran yang dilapisi dengan anti-hbs pada
daerah test (T) dapat bereaksi Secara kapilaritas sehingga membentuk Garis

merah.

Adanya hbsag dalam serum akan Membentuk 2 tanda garis merah pada

Stick yang nampak jelas dalam waktu Kurang lebih 15 menit. Setelah stick

Dimasukkan dalam serum. Prinsip dasar rapid test adalah Pengikatan antigen

oleh antibodi monoklonal yang spesifik. Salah satu jenis rapid Tes yang

banyak digunakan adalah alat diagnostik berupa stik uji untuk Mendeteksi

keberadaan antigen atau pun antibodi dalam sampel berupa darah, Plasma atau

serum.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan hbsag dapat disimpulkan bahwa hasil


yang didapat dari serum pasien adalah negative. Pemeriksaan yang dilakukan dengan
prinsip dari pemeriksaan metode ini adalah bereaksi nya imunomatografi yang
menggunakan membran berwarna untuk mendeteksi hbsag dalam serum, membran
yang dilapisi dengan anti-hbs pada daerah test (t) dapat bereaksi secara kapilaritas
sehingga membentuk garis merah.

Daftar Pustaka

Ismail AM, Puhazhenthi KS, Sivakumar J, Eapen CE, Kannangai R, Abraham P.

Molecular epidemiology and genetic characterization of hepatitis B virus in

the Indian Subcontinent

Hadi S. Gastroenterologi. Edisi ke-2. Bandung: Penerbit Alumni; 2002.hlm.487-516


Tam AT, Hoang LT,Chin D,Rasmussen E,Lopatin U,Hart, et al. Reduction of HBV

replication prolongs the early immunological response to IFNa therapy.

Journal of Hepatology. 2014;60 (I):54-61

Sinaga H, dkk. 2018. Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAG) Dan Anti-
HBs Pada Ibu Hamil Sebagai Skrining Penularan Hepatitis B. Jurnal Riset
Kesehatan, 7 (2): 80 – 84

Judul Praktikum : Pemeriksaan HIV


Hari/Tanggal : Sabtu, 12 november 2022
Dasar Teori :
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired

immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan

lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan

menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia.

Virus ini akan membunuh limfosit T helper (CD4), yang menyebabkan hilangnya

imunitas yang diperantarai sel. Selain limfosit T helper, sel-sel lain yang mempunyai

protein CD4 pada permukaannya seperti makrofag dan monosit juga dapat diinfeksi

oleh virus ini. Maka berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia yang

mengindikasikan berkurangnya sel-sel darah putih yang berperan dalam sistem

pertahanan tubuh manusia, sehingga ini meningkatkan probabilitas seseorang untuk

mendapat infeksi oportunistik.


HIV dapat ditemukan di darah dan cairan tubuh manusia seperti semen dan cairan

vagina. Virus ini tidak dapat hidup lama di luar tubuh, maka untuk transmisi HIV

perlu ada penukaran cairan tubuh dari orang yang telah terinfeksi HIV. Cara menular

virus ini paling banyak adalah melalui kontak seksual, jarum suntik, dan dari ibu ke

anak

1. Hubungan seksual

Secara global, penularan virus HIV paling banyak berlaku melalui heteroseksual.

2. Pengguna narkoba jarum suntik

Pengguna narkoba jarum suntik adalah kelompok risiko tinggi untuk mendapat

HIV. Berkongsi penggunaan jarum suntik secara bergantian adalah cara yang

efisien untuk transmisi virus yang menular melalui darah seperti HIV dan

Hepatitis C. Cara ini akan meningkatkan risiko tiga kali lebih besar daripada

transmisi HIB melalui hubungan seksual.

3. Penularan dari ibu ke anak

4. Wanita hamil yang mempunyai HIV boleh mentransmisi virus ini saat hamil,

partus dan saat menyusui.

5. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.

6. Infeksi di tempat kesehatan

7. Hospital dan klinik harus berhati-hati dalam pencegahan penyebaran infeksi

melalui darah.

Terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain:

1. Bekerja atau berada di sekeliling penderita HIV/AIDS.


2. Dari keringat, ludah, air mata, pakaian, telepon, kursi toilet atau melalui hal-hal

sehari-hari seperti berbagi makanan.

3. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.

Alat dan bahan :

Alat : Bahan :

1. Mikropipet 10 µL 1. Sampel (darah vena, darah


2. Stopwatch kapiler, plasma atau serum)
3. Blood lancet 2. Cassete Test ( SD Bioline
4. Pipet kapiler HIV-1/2 3.0 Rapid Test )
5. Yellow tip atau white tip 3. Dilluent assay

Cara kerja :

1. Alat dan bahan disiapkan

2. Semua komponen pemeriksaan dikondisikan dari suhu ruang dan diletakkan

pada meja yang datar.

3. Prosedur kerja dari test kit dibaca dengan hati – hati dan diperhatikan tanggal

kadaluwarsa test kit yang tertera pada kemasan.


4. Cassette test dikeluarkan dari kemasan dan diperhatikan kelengkapan dari test

kit yang akan digunakan dalam pemeriksaan.

5. Cassette test diletakkan pada meja yang datar, bersih dan kering

6. Untuk sampel plasma atau serum ditambahkan sebanyak 10 µL saampel ke

dalam sumur uji, sedangkan untuk sampel darah vena ditambahkan sebanyak 20

µL sampel.

7. 4 tetes diluents assay ditambahkan ke dalam sumur sampel.

8. Test akan mulai bekerja dengan adanya pergerakan warna ungu sepanjang

membrane uji cassette test.

9. Hasil test dibaca dalam selang waktu 5 – 20 menit. Pembacaan hasil setelah 20

menit dianggap invalid.

Hasil Pengamatan :

Hasil : Non reaktif


Interpretasi hasil :
 Positif (+) : terdapat 2 garis
 Negatif (-) : terdapat 1 garis

Pembahasan :

Umumnya, ada tiga tipe deteksi HIV, yaitu:

1. Tes PCR
Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi berbasis
asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik
HIV di dalam tubuh manusia. Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus
atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT). PCR DNA biasa merupakan
metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus.
Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan dengan metode real-
time PCR yang merupakan metode kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini dapat
mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi. Tes ini
biasanya digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun
jarang digunakan pada individu dewasa karena biaya tes PCR yang mahal dan
tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi bila
dibandingkan tes lainnya.

2. Tes antibodi HIV

Untuk mendeteksi HIV pada orang dewasa, lebih sering digunakan


tes antibodi HIV yang murah dan akurat. Seseorang yang terinfeksi HIV akan
menghasilkan antibodi untuk melawan infeksi tersebut. Tes antibodi HIV akan
mendeteksi antibodi yang terbentuk di darah, saliva (liur), dan urin. Sejak tahun
2002, telah dikembangkan suatu penguji cepat (rapid test) untuk mendeteksi
antibodi HIV dari tetesan darah ataupun sampel liur (saliva) manusia. Sampel dari
tubuh pasien tersebut akan dicampur dengan larutan tertentu. Kemudian, kepingan
alat uji (test strip) dimasukkan dan apabila menunjukkan hasil positif maka akan
muncul dua pita berwarna ungu kemerahan. Tingkat akurasi dari alat uji ini
mencapai 99.6%, namun semua hasil positif harus dikonfirmasi kembali
dengan ELISA. Selain ELISA, tes antibodi HIV lain yang dapat digunakan untuk
pemeriksaan lanjut adalah Western blot.

Kelebihan dari rapid test antibodi HIV ini yaitu :

- Hasil dapat diketahui dengan cepat


- Proses pengerjaan sederhana dan mudah

Kelemahan dari rapid test antibodi HIV ini yaitu :

- Biayanya cukup mahal

3. Tes antigen HIV

Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang
memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam
jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes antibodi dan tes
antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi
yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang digunakan sendiri karena
sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap
HIV terbentuk.

Kesimpulan

Pada praktikum pemeriksaan ini dapat disimpulkan sampel yang diperiksan non
reaktif
Daftar Pustaka

Kemenkes RI. 2014. Estimasi Dan Proyeksi HIV/AIDS Di Indonesia Tahun 2011-
2016. Diunduh dari: www.depkes.go.id

Notoatmodjo S.2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Nuraini T, Indrawati ND, Rahmawati A. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu


Hamil Tentang HIV/AIDS Dan VCT Dengan Sikap Terhadap
Konseling Dan Test HIV/AIDS Secara Sukarela Di Puskesmas Karang
Doro Semarang. Diunduh dari: https://scholar .google.co.id/schol ar
Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV/AIDS Dari Ibu Ke Anak. 2012.
Kemenkes RI. Profil Kesehatan Jawa Tengah 2017. 2018. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah Pratiwi NL dan Basuki H. 2011. Hubungan
Karakteristik Remaja Terkait Risiko Penularan HIV-AI DS Dan Perilaku
Seks Tidak Aman Di Indonesia.
Judul Praktikum : Pemeriksaan antigen dan antibodi Covid-19

Hari/Tanggal : Sabtu, 12 november 2022

Dasar Teori :

Corona Virus Disease2019 (penyakit COVID-19) pertama kali merebak di

kota Wuhan di China pada akhir Desember 2019 dan masih berlangsung sampai

dengan saat ini. Awalnya, gejala penyakit COVID-19 ini menyerupai flu dan

dicurigai penyebabnya virus influenza, virus pernapasan lainnya, Pneumoniae

chlamydiadan Mycoplasmapneumoniaenamun terbukti tidak satupun dari

mikroorganisme tersebut ditemukan dalam pemeriksaan laboratorium. Hasil

riset yang dilakukan dari sampel pasien memperlihatkan data sekuensing genom

virus merupakan virus RNA baru yang memiliki hubungan dekat dengan famili

Coronaviridae.Virus ini kemudian ditetapkan sebagai SARS-CoV-2 pada 11


Februari 2020. Temuan lainnya mengungkapkan bahwa virus ini memiliki 89%

kesamaan genomic dengan virus corona pada kelelawar dan mirip virus SARS yang

termasuk dalam subgenus Sarbecovirusdan Betacoronavirus.

Pemeriksaan diagnosis laboratorium COVID-19 yang cepat dan sensitif

masih terus dikembangkan, meskipun saat ini telah tersedia beberapa metode

untuk mendeteksi virus, materi genetik virus dan antibodi namun masing-masing

metode tersebut memiliki keterbatasannya. Metode-metode yang selama ini

dilakukan adalah melalui pendekatan deteksi virus atau materi genetik nya dan

deteksi reaksi imunitas tubuh yaitu antibodi yang ditimbulkan sebagai

respon imun terhadap antigen patogen penyebab. Untuk mendeteksi satu atau lebih

materi genetik virus menggunakan metode Reversed Transcriptase-Polymerase

Chain Reaction(RT-PCR), atau dengan Next Generation Sequencing yang

mengurutkan genom utuh virus. Deteksi antibodi hasil respon imun pasien

dilakukan atas dasar metode reaksi antigen-antibodi seperti Enzyme Linked

Immunosorbent Assay(ELISA). Metode-metode ini masing-masing memiliki

kelebihan dan kekurangannya. Saat ini, World Health Organization (WHO) sudah

menetapkan metode RT-PCR sebagai baku emas untuk mendeteksi materi genetik

SARS-CoV-2 dan metode lainnya terus dikembangkan dan dievaluasi.

Alat dan bahan :

Alat : Bahan :

1. Rapid tes diagnostik antigen 1. Sampel (swab nasofaring


dan whole blood)
covid-19

2. Rapid tes diagnostik antibodi

covid-19
3. Pipet

Cara kerja :

Rapid antigen

1. Lakukan swab nasofaring terlebih dahulu

2. Memasukkan swab ke dalam tabung buffer, sambil menekan tabung buffer.

aduk swab 5 kali.

3. Keluarkan swab dari tabung buffer, tekan tutup atas tabung

4. Teteskan 3 tetes ekstrak spesimen pada rapid test

5. Diamkan 15-30 menit, baca hasil

Rapid antibodi

1. Buka kemasan rapid, ambil alat tes letakkan pada bidang datar

2. Tambahkan 20 ul darah atau 10 ul serum/plasma ke sumuran spesimen

3. Tambhakan 3 tetes diluent buffer, ke dalam sumuran rapid

4. Baca hasil setelah 10-15 menit


Hasil Pengamatan

Hasil : Non reaktif


Interpretasi hasil :
 Positif (+) : terdapat 2 garis
 Negatif (-) : terdapat 1 garis

Pembahasan :

Tes Cepat Molekuler (TCM) sama halnya RT-PCR, test TCM juga

direkomendasikan untuk pasien seperti kasus suspek, konfirmasi dan probable dan

orang tanpa gejala (OTG). Berdasarkan uji yang pernah dilakukan oleh Food And

Drug Administration (FDA), sesuai dengan rekomendasi WHO mengingat bahwa uji

Xpert MTB/RIF berfungsi sebagai uji diagnostik utama untuk tuberkulosis (TB) dan

bentuk yang resistan terhadap obat di negara-negara Eropa timur dan tengah salah

satu opsi untuk pengujian COVID-19 mungkin adalah dengan memanfaatkan

kapasitas cadangan mesin GeneXpert yang ada. Keuntungan yang mungkin dari

pendekatan ini adalah bahwa pengujian sepenuhnya otomatis dan memberikan hasil

dalam waktu 45 menit. GeneXpert adalah sistem alat pengetesan molekuler dengan

metode RT-PCR untuk mendeteksi TBC, HIV dan viral hepatitis, (23) Alat ini

dioperasikan menggunakan cartridge. Untuk dapat melakukan pemeriksaan, maka


diperlukan catridge khusus untuk COVID-19, nama cartridge yang digunakan adalah

Xpert Xpress SARS-COV2. Xpert Xpress SARS-COV2 memiliki sifat cepat dan

merupakan jenis RT-PCR yang bertujuan mendeteksi asam nukleat dari virus SARS-

COV2 pada spesimen saluran pernapasan atas (seperti nasofaringeal, orofaringeal,

nasal atau swab turbin, juga sampel pencucian hidung ataupun aspirasi) yang

dikumpulkan melalui individu yang kemungkinan telah terinfeksi virus COVID-19

yang terpapar langsung oleh individu yang sakit, hasil positif menunjukan adanya

virus SARS- COV2 dan sedang terinfeksi sedangkan hasil negatif tidak menutup

kemungkinan terjadinya infeksi, sehingga perlu dilakukan observasi klinis, riwayat

pasien dan informasi epidemiologis.

Daftar Pustaka

Wu F, Zhao S, Yu B, Chen Y-M, Wang W, Song Z-G, et al. A new coronavirus

associated with human respiratory disease in China. Nature.

2020;579(7798):265-9.

Kumar R, Nagpal S, Kaushik S, Mendiratta S. COVID-19 diagnostic approaches:

different roads to the same destination. VirusDisease. 2020:1-9.

Hu B, Guo H, Zhou P, Shi ZL. Characteristics of SARS-COV2 and COVID-19.

Nature review microbiology [Internet]. 2021;19(3):141-54. Tersedia

pada: http://dx.doi.org/10.1038/s41579-020-00459-7

Putri RN. Indonesia dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Ilmiah


Universitas Batanghari Jambi. 2020;20(2):705.

Judul Praktikum : Teknik pengumpulan sampel dari hewan uji

Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Desember 2022

Dasar teori :

Hewan coba banyak digunakan dalam studi eksperimental berbagai cabang

medis dan ilmu pengetahuan dengan pertimbangan hasil penelitian tidak dapat

diaplikasikan langsung pada manusia untuk alasan praktis dan etis. Pemakaian hewan

coba untuk penelitian klinis pada manusia telah memberikan kontribusi besar

terhadap pemahaman tentang berbagai proses fisiologis dan patologis yang

mempengaruhi manusia, namun demikian dalam penggunaan hewan penelitian harus

didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah, etika dan hukum. Rodensia atau hewan

pengerat merupakan hewan coba yang banyak digunakan dalam penelitian, yaitu

mencapai sekitar 69% karena murah dan mudah untuk ditangani, rentang hidup yang

singkat, mudah beradaptasi pada kondisi sekitarnya dan tingkat reproduksi yang cepat
sehingga memungkinkan untuk penelitian proses biologis pada semua tahap siklus

hidup. Tikus dan mencit merupakan hewan rodensia banyak digunakan dalam

penelitian. Tikus sebagai “mouse model” sangat cocok untuk penelitian penyakit pada

manusia dengan adanya kesamaan organisasi DNA dan ekspresi gen dimana 98% gen

manusia memiliki gen yang sebanding dengan gen tikus. Tikus juga memiliki

kesamaan dengan manusia dalam sistem reproduksi, sistem syaraf, penyakit (kanker,

diabetes) dan bahkan kecemasan. Melalui penelitian manipulasi gen tikus dapat

dipakai untuk pengembangan pengobatan penyakit manusia, membantu memahami

fisiologis manusia dan penyebab penyakit.

Alat dan bahan :

Alat : Bahan :

1. Tabung hematokrit 1. Tikus dan mencit

2. Tabung EDTA

3. Spuit 1 cc

4. Pisau bedah

5. Tisue

Cara Kerja :
Cara kerja pengambilan darah pada sinus orbitalis
1. Tabung hematokrit dan tabung non EDTA disiapkan.
2. Tabung hematokrit digoreskan pada bagian sinus orbitalis atau medial canthus

mata yang terletak di bawah bola mata ke arah foramen opticus, dan ujung

yang lain di siapkan tabung non EDTA sebagai tempat penampung darah

3. Tabung hematokrit diputar sampai melukai plexus tersebut, jika Tabung

hematokrit diputar sebanyak 4x maka harus dikembalikan juga sebanyak 4x

4. Darah yang keluar dapat segera ditampung di tabung

Cara kerja pengambilan darah pada intracardial

1. Men anestesi tikus dengan cara meneteskan beberapa tetes eter pada kapas,

lalu meletakkannya dalam suatu wadah, kemudian memasukkan tikus ke

dalam wadah lalu ditutup, dan mengeluarkan tikus ketika sudah kehilangan

kesadaran.

2. Menusukkan jarum suntik langsung ke jantung dan disedot perlahan.

3. Menampung darah yang didapat pada tabung non EDTA

Hasil Pengamatan :
Pembahasan :

Pengambilan darah pada hewan mengerat harus dilakukan oleh personil yang

terlatih agar meminimalkan terjadinya sakit dan stress. Dalam semua kasus, koleksi

darah tanpa cairan pengganti hanya diperbolehkan 10% dari total volume sirkulasi

darah dari hewan yang sehat selama periode 2 minggu; kecuali dinyatakan dan

disetujui oleh Komite etik. Rata-rata, total volume sirkulasi darah sama dengan 6-8 %

dari berat tubuh hewan atau 6-8 ml darah per 100 gram bobot badan. Jika jumlah

yang lebih besar diperlukan, maka hingga 15 % dari total volume sirkulasi darah

dapat dilakukan dan cairan pengganti harus diberikan pada saat pengambilan darah.

Pengambilan 15 % dari total volume darah harus dijelaskan dalam protokol hewan

dan disetujui oleh komisi etik.

Sinus Retro-orbital / Plexus sampel Sebelum melakukan pengambilan darah

dengan metode ini, tikus dibius terlebih dahulu. Lokasi pengambilan darah pada sinus

retro-orbitalis pada tikus atau pleksus dengan menggunakan pipet pasteur. Aplikasi

dapat dilakukan dengan menusukkan pipet pada sudut kemiringan 45 derajat . Metode
ini dapat menghasilkan volume darah dalam jumlah besar, namun dapat

mengakibatkan trauma pada mata. Sampel dapat diperoleh pada kedua mata secara

bergantian.

Kesimpulan :

Mencit dan tikus banyak digunakan sebagai hewan coba karena struktur anatomi nya

yang hampir sama dengan manusia. Tipe pengambilan darah pada mencit/tikus ada

empat yaitu pada mata, ekor, paha dan pada jantung.

Daftar pustaka

Nugroho, R. A. (2018). Mengenal Mencit Sebagai Hewan Laboratorium. Samarinda:


Mulawarman University Press.
AHWLA (Assessing the Health and Welfare of Laboratory Animals). 2016. Tutorial

Animal Handling- Small mammals. Newcastle University.


Calasans-Maia MD, Rossi AM, Dias EP, Santos SR, Ascoli F, Granjeiro JM. 2008.

Stimulatory effect on osseous repair of zinc-substituted

hydroxyapatite.Histological study in rabbit tibia. Key Eng Mater. 361-

363:1269–1272.

Castañeda S, Largo R, Calvo E, Rodríguez-Salvanés F, Marcos ME, Díaz-Curiel M,

et al. 2006. Bone mineral measurements of subchondral and trabecular

bone in healthy and osteoporotic rabbits. Skeletal Radiol.35:34–41.

[PubMed]

Judul Praktium : Isolasi virus pada telur ber embrio

Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Desember 2022

Dasar teori :
Pertumbuhan virus memerlukan hewan percobaan atau media pertumbuhan

yang peka terhadap virus yang akan ditumbuhkan. Hal tersebut disebabkan karena

virus merupakan parasit obligat intraseluler yang hanya dapat memperbanyak diri

dalam sel hidup. Beberapa virus yang secara alami tidak tumbuh pada ayam, tetapi

dapat tumbuh dan memperbanyak diri pada telur ayam berembrio, misalnya virus

distemper anjing dan kucing, virus campak dan virus herpes. Virus pada ayam juga

dapat ditumbuhkan pada telur ayam berembrio antara lain: virus tetelo (Newcastle

disease virus), virus flu burung, virus penyakit Marek, virus bronchitis (Infectious

Bronchitis) walaupun dalam pertumbuhan harus dilakukan pasase terlebih dulu

supaya dapat tumbuh. Diketahui bahwa virus IBR dapat ditumbuhkan pada

membrana korioallantois telur ayam berembrio setelah dilakukan pasase 3-5 kali.

Gambaran patologi makroskopik yang terlihat pada membran korioallantois berupa

nodul pock dengan ukuran yang bervariasi. Nodul besar berukuran 3-5 mm dan

nodul kecil berukuran 1-2 mm, sedangkan gambaran histopatologi dari nodul pock

membran korioallantois tersebut menunjukkan adanya area nekrosis yang disertai

adanya bentukan badan inklusi intranuklear eosinofilik pada selsel epitel. Sel-sel

epitel mengalami kebengkakan dengan ruang-ruang kosong pada sitoplasma, dan inti

sel mengalami marginasi kromatin pada tepi inti sel. Penelitian ini bertujuan untuk

meneguhkan diagnosis histopatologi dari nodul pock membran korioallantois akibat

infeksi virus IBR pada telur ayam berembrio secara immunohistokimia. Parameter

yang diamati adalah reaksi ikatan antigen-antibodi virus BHV-1 pada membrana

korioallantois. Hasil penelitian ini diharapkan dapat meneguhkan diagnosis IBR,


bahwa telur ayam berembrio dapat digunakan sebagai media pertumbuhan virus IBR

sebagai pengganti sel kultur MDBK.

Alat dan bahan :

Alat : Bahan :

1. Senter 2. Telur ayam ber embrio

2. Spuit

3. Plester

4. inkubator

Cara Kerja :
1. Menggunakan telur embrio ayam dengan umur 10-12 hari

2. Peneropongan dilakukan pada telur digunakan dengan senter

3. Suspensi virus diisolasikan ke dalam ruang alantois dengan cara jarum

dimasukkan ¾ inci dengan sudut 45 derajat dan diinjeksi kan selama 1 menit

4. Lubang ditutup kembali dengan plester

5. Lalu di inkubasi dengan suhu 37 derajat Celcius

6. Setelah hari ke 2 diamati embrio tersebut

Hasil Pengamatan :
Pembahasan :

Virus adalah penyebab infeksi terkecil berdiameter 20-300 nm. Genom virus hanya

mengandung satu macam asam nukleat yaitu RNA/DNA. Asam nukleat virus

terbungkus dalam suatu kulit protein yang dapat dikelilingi oleh selaput yang

mengandung lemak. Seluruh unit infektif disebut virion. Virus hanya bereplikasi

dalam sel hidup. Replikasi nya dapat intranuclear atau intracytoplasmic. Virus tidak

dapat melakukan metabolisme di luar sel hidup, ini merupakan masa transisi dari

virus. Fase transmisi di luar sel ini diselingi oleh fase reproduksi dalam sel, ketika itu

virus terdiri atas gen virus aktif yang dengan menggunakan metabolisme inangnya

menghasilkan genom turunan dan protein virus untuk dirakit menjadi virion baru.

Telur ayam ber embrio telah lama merupakan sistem yang telah digunakan secara

luas untuk isolasi. Embrio dan membran pendukungnya menyediakan keragaman tipe

sel yang dibutuhkan untuk kultur berbagai tipe virus yang berbeda. Membran kulit

telur yang fibrinous terdapat di bawah kerabang. Membran membatasi seluruh


permukaan dalam telur dan membentuk rongga udara pada sisi tumpul telur.

Membran kulit telur bersama dengan cangkang telur membantu mempertahankan

integritas mikrobiologi dari telur, sementara terjadinya difusi gas ke dalam dan keluar

telur. Distribusi gas di dalam telur dibantu dengan pembentukan CAM yang sangat

vaskuler yang berfungsi sebagai organ respirasi embrio. Virus sebagai jasad paling

sederhana ternyata banyak menimbulkan masalah kesehatan. Tidak hanya

menginfeksi manusia, virus juga menyebabkan penyakit pada hewan dan tumbuhan.

Infeksi virus terhadap sel inang yang dimasukinya dapat berefek ringan atau bahkan

tidak berefek sama sekali namun mungkin juga bisa membuat sel inang rusak atau

bahkan mati.

Kesimpulan :

Pada praktikum isolasi virus pada telur ber embrio didapatkan kesimpulan embrio

tidak dapat berkembang akibat di injeksi oleh virus.


Daftar Pustaka :

Abdul, R., Murgia, M.V., Rodriguez, P.A., Lee C.W., Saif, Y.M. 2013. Persistence

and tissue distribution of infectious bursal disease virus in experimentally

infected SPF and commercial broiler chickens. Desember. 2013. Avian

Disease. 57(4):759-66

El-Bagoury,G.F., El-Nahas, E.M., Ayman S. El-Habbaa. 2015. Isolation and

molecular characterization of IBDV from Qualubyia governorate. Egypt,

2015. Benha Veterinary Medical Journal, Vol. 28, No. 2:283‐ 294, conference

issue, 2015

Jayasundara; Walkden-Brown, S.W.; Katz, M. 2016. Pathogenicity, tissue

distribution, shedding and environmental detection of two strains of IBDV

following infection of chickens at 0 and 14 days of age. Avian Pathology.

2016. ISSN: 0307-9457

Anda mungkin juga menyukai