NIM: AK122031
Kelas : 5A
2021/2022
Judul Praktikum : Pewarnaan Virus Metode Giemsa
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Oktober 2022
Dasar Teori :
Virus adalah parasit intraseluler obligat yang berukuran antara 20-300 nm,
bentuk dan komposisi kimianya bervariasi, tetapi hanya mengandung RNA atau DNA
saja. Partikelnya secara utuh disebut virion yang terdiri dari capsid yang dapat
terbungkus oleh sebuah glikoprotein atau membran lipid, dan virus resisten terhadap
antibiotik. Bentuk virus berbeda-beda ada yang : bulat, batang polihidris, dan seperti
huruf T.
terdiri dari unit-unit mononukleotida). Hanya saja berbeda dengan DNA yang unit-
merupakanasam nukleat untai tunggal yang terdiri dari unit-unit pembangun berupa
mononukleotida.
Setiap nukleotida terdiri atas satu gugus fosfat, satu gugus pentosa, dan satu
gugus basa Nitrogen (N). RNA merupakan hasil transkripsi dari suatu fragmen DNA,
sehingga kedudukan RNA ialah sebagai polimer dan jauh lebih pendek dibanding
DNA. Tidak seperti DNA yangbiasanya dijumpai di dalam inti sel, RNA kebanyakan
Alat : Bahan :
5. Mikroskop
sekitar 70°
4. Gosok dan gulung dengan lembut lalu putarlah usap. Biarkan kapas
1. Sediaan ditetesi dengan giemsa selama 5 menit, bilas dengan air mengalir,
keringkan.
Hasil pengamatan :
Pembahasan :
dokter dan tenaga laboratorium medik serta bergantung kepada kualitas spesimen dan
laboratorium pada infeksi virus bergantung pada tahapan penyakit. Virus pada
penyakit saluran pernafasan dijumpai dalam sekresi hidung atau faring. Virus dapat
ditemukan dalam cairan tenggorok dan apusan dari dasar ruam vesikuler. Pada infeksi
mata, virus dapat dideteksi dalam apusan atau kerokan konjungtiva dan didalam air
mata. Ensefalitis biasanya didiagnosis lebih cepat melalui perangkat serologi atau
metode amplifikasi asam nukleat. Arbovirus dan herpesvirus biasanya tidak
ditemukan dalam cairan spinal, tetapi jaringan otak dari penderita ensefalitis viral
enterovirus seperti penyakit sistem saraf pusat, perikarditis dan miokarditisakut virus
dapat diisolasi dari feses, apusan tenggorok, atau cairan serebrospinal. Akan tetetapi
Isolasi virus dan tes serologi. Walaupun hasil laboratorium positif tetapi diagnosis
Kesimpulan : pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan virus dengan giemsa dari
tahun 1965, waktu itu dikenal sebagai Australian Antigen. Individu yang terinfeksi
adanya tiga partikel yang berbeda dalam darah penderita, yaitu partikel berbentuk
bulat dengan diameter 20-22 nm, partikel berbentuk batang dengan diameter 20 nm,
panjang 50-250 nm, keduanya tidak mempunyai asam nukleat, diduga hanya lapisan
lipoprotein luar dari HBV, dan ketiga adalah partikel dengan diameter 42 nm yang
mengandung asam nukleat yang merupakan virion lengkap HBV dan disebut partikel
Dane 3,24 Virus hepatitis B (HBV) merupakan anggota famili Hepadnavirus, genus
orthohepadna virus.
terapi antiviral, sangat diperlukan penentuan genotipe HBV, apakah ada mutasi pada
core promoter dan precore. Identifikasi dini HBV menggunakan metode molekuler
seperti jumlah HBV DNA, genotiping HBV, identifikasi mutant, genotipik dan
fenotipik
Pemeriksaan Hepatitis B surface Antigen (HBsAg) Pemeriksaan HBsAg
bermanfaat untuk menetapkan hepatitis B akut, timbul dalam darah enam minggu
setelah infeksi dan menghilang setelah tiga bulan. Bila persisten lebih dari enam
bulan, maka didefinisikan sebagai pembawa (carier). HbsAg ditemukan pada hepatitis
B akut dini sebelum timbul gejala klinik atau pada akhir masa tunas
Alat : Bahan :
2. Mikropipet blood
3. Tip kuning
4. tisue
Cara kerja :
4. Baca hasil
Hasil pengamatan :
Hasil : Non reaktif
Interpretasi hasil :
Positif (+) : terdapat 2 garis
Negatif (-) : terdapat 1 garis
Pembahasan
pemeriksaan hbsag. Hbsag merupakan salah satu jenis Antigen yang terdapat
pada bagian pembungkus Dari virus Hepatitis B yang dapat dideteksi pada
hepatitis B yang dilakukan 3 kali, Yakni dasar, 1 bulan dan 6 bulan kemudian.
deteksi dini terhadap Hepatitis B. Prinsip dari pemeriksaan metode ini Adalah
mendeteksi hbsag dalam serum, Membran yang dilapisi dengan anti-hbs pada
daerah test (T) dapat bereaksi Secara kapilaritas sehingga membentuk Garis
merah.
Adanya hbsag dalam serum akan Membentuk 2 tanda garis merah pada
Stick yang nampak jelas dalam waktu Kurang lebih 15 menit. Setelah stick
Dimasukkan dalam serum. Prinsip dasar rapid test adalah Pengikatan antigen
oleh antibodi monoklonal yang spesifik. Salah satu jenis rapid Tes yang
banyak digunakan adalah alat diagnostik berupa stik uji untuk Mendeteksi
keberadaan antigen atau pun antibodi dalam sampel berupa darah, Plasma atau
serum.
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Sinaga H, dkk. 2018. Pemeriksaan Hepatitis B Surface Antigen (HBsAG) Dan Anti-
HBs Pada Ibu Hamil Sebagai Skrining Penularan Hepatitis B. Jurnal Riset
Kesehatan, 7 (2): 80 – 84
lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan
Virus ini akan membunuh limfosit T helper (CD4), yang menyebabkan hilangnya
imunitas yang diperantarai sel. Selain limfosit T helper, sel-sel lain yang mempunyai
protein CD4 pada permukaannya seperti makrofag dan monosit juga dapat diinfeksi
oleh virus ini. Maka berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia yang
vagina. Virus ini tidak dapat hidup lama di luar tubuh, maka untuk transmisi HIV
perlu ada penukaran cairan tubuh dari orang yang telah terinfeksi HIV. Cara menular
virus ini paling banyak adalah melalui kontak seksual, jarum suntik, dan dari ibu ke
anak
1. Hubungan seksual
Secara global, penularan virus HIV paling banyak berlaku melalui heteroseksual.
Pengguna narkoba jarum suntik adalah kelompok risiko tinggi untuk mendapat
HIV. Berkongsi penggunaan jarum suntik secara bergantian adalah cara yang
efisien untuk transmisi virus yang menular melalui darah seperti HIV dan
Hepatitis C. Cara ini akan meningkatkan risiko tiga kali lebih besar daripada
4. Wanita hamil yang mempunyai HIV boleh mentransmisi virus ini saat hamil,
5. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.
melalui darah.
Terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain:
Alat : Bahan :
Cara kerja :
3. Prosedur kerja dari test kit dibaca dengan hati – hati dan diperhatikan tanggal
5. Cassette test diletakkan pada meja yang datar, bersih dan kering
dalam sumur uji, sedangkan untuk sampel darah vena ditambahkan sebanyak 20
µL sampel.
8. Test akan mulai bekerja dengan adanya pergerakan warna ungu sepanjang
9. Hasil test dibaca dalam selang waktu 5 – 20 menit. Pembacaan hasil setelah 20
Hasil Pengamatan :
Pembahasan :
1. Tes PCR
Tes reaksi berantai polimerase (PCR) merupakan teknik deteksi berbasis
asam nukleat (DNA dan RNA) yang dapat mendeteksi keberadaan materi genetik
HIV di dalam tubuh manusia. Tes ini sering pula dikenal sebagai tes beban virus
atau tes amplifikasi asam nukleat (HIV NAAT). PCR DNA biasa merupakan
metode kualitatif yang hanya bisa mendeteksi ada atau tidaknya DNA virus.
Sedangkan, untuk deteksi RNA virus dapat dilakukan dengan metode real-
time PCR yang merupakan metode kuantitatif. Deteksi asam nukleat ini dapat
mendeteksi keberadaan HIV pada 11-16 hari sejak awal infeksi terjadi. Tes ini
biasanya digunakan untuk mendeteksi HIV pada bayi yang baru lahir, namun
jarang digunakan pada individu dewasa karena biaya tes PCR yang mahal dan
tingkat kesulitan mengelola dan menafsirkan hasil tes ini lebih tinggi bila
dibandingkan tes lainnya.
Tes antigen dapat mendeteksi antigen (protein P24) pada HIV yang
memicu respon antibodi. Pada tahap awal infeksi HIV, P24 diproduksi dalam
jumlah tinggi dan dapat ditemukan dalam serum darah. Tes antibodi dan tes
antigen digunakan secara berkesinambungan untuk memberikan hasil deteksi
yang lebih akurat dan lebih awal. Tes ini jarang digunakan sendiri karena
sensitivitasnya yang rendah dan hanya bisa bekerja sebelum antibodi terhadap
HIV terbentuk.
Kesimpulan
Pada praktikum pemeriksaan ini dapat disimpulkan sampel yang diperiksan non
reaktif
Daftar Pustaka
Kemenkes RI. 2014. Estimasi Dan Proyeksi HIV/AIDS Di Indonesia Tahun 2011-
2016. Diunduh dari: www.depkes.go.id
Dasar Teori :
kota Wuhan di China pada akhir Desember 2019 dan masih berlangsung sampai
dengan saat ini. Awalnya, gejala penyakit COVID-19 ini menyerupai flu dan
riset yang dilakukan dari sampel pasien memperlihatkan data sekuensing genom
virus merupakan virus RNA baru yang memiliki hubungan dekat dengan famili
kesamaan genomic dengan virus corona pada kelelawar dan mirip virus SARS yang
masih terus dikembangkan, meskipun saat ini telah tersedia beberapa metode
untuk mendeteksi virus, materi genetik virus dan antibodi namun masing-masing
dilakukan adalah melalui pendekatan deteksi virus atau materi genetik nya dan
respon imun terhadap antigen patogen penyebab. Untuk mendeteksi satu atau lebih
mengurutkan genom utuh virus. Deteksi antibodi hasil respon imun pasien
kelebihan dan kekurangannya. Saat ini, World Health Organization (WHO) sudah
menetapkan metode RT-PCR sebagai baku emas untuk mendeteksi materi genetik
Alat : Bahan :
covid-19
3. Pipet
Cara kerja :
Rapid antigen
Rapid antibodi
1. Buka kemasan rapid, ambil alat tes letakkan pada bidang datar
Pembahasan :
Tes Cepat Molekuler (TCM) sama halnya RT-PCR, test TCM juga
direkomendasikan untuk pasien seperti kasus suspek, konfirmasi dan probable dan
orang tanpa gejala (OTG). Berdasarkan uji yang pernah dilakukan oleh Food And
Drug Administration (FDA), sesuai dengan rekomendasi WHO mengingat bahwa uji
Xpert MTB/RIF berfungsi sebagai uji diagnostik utama untuk tuberkulosis (TB) dan
bentuk yang resistan terhadap obat di negara-negara Eropa timur dan tengah salah
kapasitas cadangan mesin GeneXpert yang ada. Keuntungan yang mungkin dari
pendekatan ini adalah bahwa pengujian sepenuhnya otomatis dan memberikan hasil
dalam waktu 45 menit. GeneXpert adalah sistem alat pengetesan molekuler dengan
metode RT-PCR untuk mendeteksi TBC, HIV dan viral hepatitis, (23) Alat ini
Xpert Xpress SARS-COV2. Xpert Xpress SARS-COV2 memiliki sifat cepat dan
merupakan jenis RT-PCR yang bertujuan mendeteksi asam nukleat dari virus SARS-
nasal atau swab turbin, juga sampel pencucian hidung ataupun aspirasi) yang
yang terpapar langsung oleh individu yang sakit, hasil positif menunjukan adanya
virus SARS- COV2 dan sedang terinfeksi sedangkan hasil negatif tidak menutup
Daftar Pustaka
2020;579(7798):265-9.
pada: http://dx.doi.org/10.1038/s41579-020-00459-7
Dasar teori :
medis dan ilmu pengetahuan dengan pertimbangan hasil penelitian tidak dapat
diaplikasikan langsung pada manusia untuk alasan praktis dan etis. Pemakaian hewan
coba untuk penelitian klinis pada manusia telah memberikan kontribusi besar
didasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah, etika dan hukum. Rodensia atau hewan
pengerat merupakan hewan coba yang banyak digunakan dalam penelitian, yaitu
mencapai sekitar 69% karena murah dan mudah untuk ditangani, rentang hidup yang
singkat, mudah beradaptasi pada kondisi sekitarnya dan tingkat reproduksi yang cepat
sehingga memungkinkan untuk penelitian proses biologis pada semua tahap siklus
hidup. Tikus dan mencit merupakan hewan rodensia banyak digunakan dalam
penelitian. Tikus sebagai “mouse model” sangat cocok untuk penelitian penyakit pada
manusia dengan adanya kesamaan organisasi DNA dan ekspresi gen dimana 98% gen
manusia memiliki gen yang sebanding dengan gen tikus. Tikus juga memiliki
kesamaan dengan manusia dalam sistem reproduksi, sistem syaraf, penyakit (kanker,
diabetes) dan bahkan kecemasan. Melalui penelitian manipulasi gen tikus dapat
Alat : Bahan :
2. Tabung EDTA
3. Spuit 1 cc
4. Pisau bedah
5. Tisue
Cara Kerja :
Cara kerja pengambilan darah pada sinus orbitalis
1. Tabung hematokrit dan tabung non EDTA disiapkan.
2. Tabung hematokrit digoreskan pada bagian sinus orbitalis atau medial canthus
mata yang terletak di bawah bola mata ke arah foramen opticus, dan ujung
yang lain di siapkan tabung non EDTA sebagai tempat penampung darah
1. Men anestesi tikus dengan cara meneteskan beberapa tetes eter pada kapas,
dalam wadah lalu ditutup, dan mengeluarkan tikus ketika sudah kehilangan
kesadaran.
Hasil Pengamatan :
Pembahasan :
Pengambilan darah pada hewan mengerat harus dilakukan oleh personil yang
terlatih agar meminimalkan terjadinya sakit dan stress. Dalam semua kasus, koleksi
darah tanpa cairan pengganti hanya diperbolehkan 10% dari total volume sirkulasi
darah dari hewan yang sehat selama periode 2 minggu; kecuali dinyatakan dan
disetujui oleh Komite etik. Rata-rata, total volume sirkulasi darah sama dengan 6-8 %
dari berat tubuh hewan atau 6-8 ml darah per 100 gram bobot badan. Jika jumlah
yang lebih besar diperlukan, maka hingga 15 % dari total volume sirkulasi darah
dapat dilakukan dan cairan pengganti harus diberikan pada saat pengambilan darah.
Pengambilan 15 % dari total volume darah harus dijelaskan dalam protokol hewan
dengan metode ini, tikus dibius terlebih dahulu. Lokasi pengambilan darah pada sinus
retro-orbitalis pada tikus atau pleksus dengan menggunakan pipet pasteur. Aplikasi
dapat dilakukan dengan menusukkan pipet pada sudut kemiringan 45 derajat . Metode
ini dapat menghasilkan volume darah dalam jumlah besar, namun dapat
mengakibatkan trauma pada mata. Sampel dapat diperoleh pada kedua mata secara
bergantian.
Kesimpulan :
Mencit dan tikus banyak digunakan sebagai hewan coba karena struktur anatomi nya
yang hampir sama dengan manusia. Tipe pengambilan darah pada mencit/tikus ada
Daftar pustaka
363:1269–1272.
[PubMed]
Dasar teori :
Pertumbuhan virus memerlukan hewan percobaan atau media pertumbuhan
yang peka terhadap virus yang akan ditumbuhkan. Hal tersebut disebabkan karena
virus merupakan parasit obligat intraseluler yang hanya dapat memperbanyak diri
dalam sel hidup. Beberapa virus yang secara alami tidak tumbuh pada ayam, tetapi
dapat tumbuh dan memperbanyak diri pada telur ayam berembrio, misalnya virus
distemper anjing dan kucing, virus campak dan virus herpes. Virus pada ayam juga
dapat ditumbuhkan pada telur ayam berembrio antara lain: virus tetelo (Newcastle
disease virus), virus flu burung, virus penyakit Marek, virus bronchitis (Infectious
supaya dapat tumbuh. Diketahui bahwa virus IBR dapat ditumbuhkan pada
membrana korioallantois telur ayam berembrio setelah dilakukan pasase 3-5 kali.
nodul pock dengan ukuran yang bervariasi. Nodul besar berukuran 3-5 mm dan
nodul kecil berukuran 1-2 mm, sedangkan gambaran histopatologi dari nodul pock
adanya bentukan badan inklusi intranuklear eosinofilik pada selsel epitel. Sel-sel
epitel mengalami kebengkakan dengan ruang-ruang kosong pada sitoplasma, dan inti
sel mengalami marginasi kromatin pada tepi inti sel. Penelitian ini bertujuan untuk
infeksi virus IBR pada telur ayam berembrio secara immunohistokimia. Parameter
yang diamati adalah reaksi ikatan antigen-antibodi virus BHV-1 pada membrana
Alat : Bahan :
2. Spuit
3. Plester
4. inkubator
Cara Kerja :
1. Menggunakan telur embrio ayam dengan umur 10-12 hari
dimasukkan ¾ inci dengan sudut 45 derajat dan diinjeksi kan selama 1 menit
Hasil Pengamatan :
Pembahasan :
Virus adalah penyebab infeksi terkecil berdiameter 20-300 nm. Genom virus hanya
mengandung satu macam asam nukleat yaitu RNA/DNA. Asam nukleat virus
terbungkus dalam suatu kulit protein yang dapat dikelilingi oleh selaput yang
mengandung lemak. Seluruh unit infektif disebut virion. Virus hanya bereplikasi
dalam sel hidup. Replikasi nya dapat intranuclear atau intracytoplasmic. Virus tidak
dapat melakukan metabolisme di luar sel hidup, ini merupakan masa transisi dari
virus. Fase transmisi di luar sel ini diselingi oleh fase reproduksi dalam sel, ketika itu
virus terdiri atas gen virus aktif yang dengan menggunakan metabolisme inangnya
menghasilkan genom turunan dan protein virus untuk dirakit menjadi virion baru.
Telur ayam ber embrio telah lama merupakan sistem yang telah digunakan secara
luas untuk isolasi. Embrio dan membran pendukungnya menyediakan keragaman tipe
sel yang dibutuhkan untuk kultur berbagai tipe virus yang berbeda. Membran kulit
integritas mikrobiologi dari telur, sementara terjadinya difusi gas ke dalam dan keluar
telur. Distribusi gas di dalam telur dibantu dengan pembentukan CAM yang sangat
vaskuler yang berfungsi sebagai organ respirasi embrio. Virus sebagai jasad paling
menginfeksi manusia, virus juga menyebabkan penyakit pada hewan dan tumbuhan.
Infeksi virus terhadap sel inang yang dimasukinya dapat berefek ringan atau bahkan
tidak berefek sama sekali namun mungkin juga bisa membuat sel inang rusak atau
bahkan mati.
Kesimpulan :
Pada praktikum isolasi virus pada telur ber embrio didapatkan kesimpulan embrio
Abdul, R., Murgia, M.V., Rodriguez, P.A., Lee C.W., Saif, Y.M. 2013. Persistence
Disease. 57(4):759-66
2015. Benha Veterinary Medical Journal, Vol. 28, No. 2:283‐ 294, conference
issue, 2015