Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

IMMUNOSEROLOGI

PEMERIKSAAN HbsAg Metode ELISA

Disusun Oleh :

Nama : Monika Pandu Soraya


Nim : G1C016077
Kelompok : HBsAg
Prodi : D4 Analis Kesehatan

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018 / 2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis mengucapkan puji dan syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT
atas rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Makalah ini.
Adapun judul dari Laporan ini “ LAPORAN PRAKTIKUM IMMUNOSEROLOGI
PEMERIKSAAN HbsAg Metode ELISA “. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat
untuk melengkapi tugas imunoserologi di Universitas Muhammadiyah Semarang program studi DIV
Analis Kesehatan..
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai
pihak,karna itu saya berterima kasih kepada pihak yang telah membantu saya sehingga makalah saya ini
dapat selesai tepat waktu. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan semua
pihak yang membacanya. Amin.

Semarang, 22 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................. 4
1.2. TUJUAN ..................................................................................................................... 5
1.2. MANFAAT ................................................................................................................. 5
BAB II........................................................................................................................................ 6
DASAR TEORI ......................................................................................................................... 6
2.1. IMUNOLOGI .............................................................................................................. 6
2.2. HEPATITIS ................................................................................................................. 6
2.3. ETIOLOGI HEPATITIS B ......................................................................................... 6
2.4. SUMBER PENULARAN VIRUS .............................................................................. 7
2.5. CARA PENULARAN................................................................................................. 7
2.6. PENCEGAHAN HEPATITIS B ................................................................................. 7
2.7. ELISA.......................................................................................................................... 8
2.8. TEKNIK ELISA .......................................................................................................... 8
BAB III ...................................................................................................................................... 9
METODE PRAKTIKUM .......................................................................................................... 9
3.1. Tujuan.......................................................................................................................... 9
3.2. Metode......................................................................................................................... 9
3.3. Prinsip Pemeriksaan .................................................................................................... 9
3.4. Alat dan Bahan ............................................................................................................ 9
3.5. Interpretasi hasil pemeriksaan HBsAg: ..................................................................... 11
3.6. Interpretasi Hasil ....................................................................................................... 11
3.7. Perhitungan Cut-off ................................................................................................... 11
BAB III .................................................................................................................................... 13
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyakit peradangan hati akut atau menahun disebabkan oleh virus Hepatitis B
(VHB). Termasuk famili Hepadnavirus ditemukan pada cairan tubuhseperti saliva, ASI,
cairan amnion, keringat, sperma, sekret vagina dan air mata.Penularannya dapat melalui
darah, plasenta, jarum suntik dan kegiatan seksual.(Price dan Wilson. 2012) Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa hepatitis B merupakan penyebab
kematian lebih dari 780.000 kasus tiap tahun di dunia, di Indonesia berkisar antara 3-
17% dari seluruh penduduk. VHB terdiri dari partikel berbentuk tubular dan bulat terdiri
dari HepatitisB Surface Antigen(HBsAg) dinding terluar, Hepatitis B Envelope Antigen
(HBeAg) simpul yang tersusun atas lipid, protein, dan karbohidrat yang mengelilingi
asam nukleat menutupi kapsid, Hepatitis core antigen (HBcAg) sebagai inti atau kapsid
yang berisi partially double stranded DNA dan DNA polymerase (DNA-p). HBsAg
merupakan petanda serologi pertama mendahului munculnya gejala klinis karena
letaknya yang berada dibagian terluar virus sehingga merupakan bagian pertama yang
menempel pada sel host, terdeteksi antara 1 sampai 12 minggu pasca infeksi, hilang
antara 3 sampai 6 bulan pada 2 kasus sembuh sedangkan pada kasus kronis terdeteksi
lebih dari 6 bulan.
Pemeriksaan ini berguna untuk keperluan klinis maupun epidemiologic, skrining
darah di unit transfusi darah, serta evaluasi terapi hepatitis B kronis. (Miyakawa dan
Mayumi, 2007). VHB masuk ke dalam tubuh, poly-human serum albumin receptor
(PAR) yang terdapat pada permukaan HBsAg akan mengikat poly-human serum albumin
(poly HAS) yang dibuat oleh hepatosit, proses selanjutnya masuk ke dalam sitosol,
protein akan dipecah, diikat dan diangkut oleh reticulum endoplasma ke permukaan
hepatosit. Darah membawa dan menterjemahkan ikatah tersebut pada serum sehingga
keberadaan antigen terhadap Hepatitis B dapat terdeteksi (protein hasil terjemahan VHB
dianggap sebagai zat asing atau antigen). (Miyakawa dan Mayumi, 2007) Mendeteksi
VHB perlu dilakukan pemeriksaan HBsAg. Metode pemeriksaannya dapat dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan hanya untuk mendeteksi
adanya antigen, sedangkan metode kuantitatif berguna untuk mengukur titer atau kadar
HBsAg, hal ini dapat digunakan untuk mengetahui perjalan penyakit dan tingkat
keparahannya. Metode pemeriksaannya pun juga ada beberapa jenis, seperti
Immunocromatography, Enzym Link Immunosorbance Assay (ELISA) dan Enzym Link
Flouresence Assay (ELFA). kedua metode tersebut yang lebih banyak dimiliki oleh
instansi kesehatan adalah ELISA. Immunocromatography dapat mendeteksi adanya
antigen HBsAg secara kualitatif dan kondisi positif tiap responden berbeda berdasarkan
respon imun masing-masng individu. ELISA menggunakan prinsip sandwich dimana
HBsAg yang terdapat dalam serum atau plasma diikat oleh antibody anti-HBs yang
dilapiskan pada sumuran well, ditambahkan antibody primer dan antibody sekunder yang
telah dilabel enzim, kemudian diberi substrat pewarna dan stop solution untuk
menghentikan reaksinya. Tiap-tiap tahapan tersebut melaui proses pencucian Sehingga
antigen yang tidak spesifik terhadap HBsAg akan terbuang. Pada ELISA reader warna
yang terbentuk akan difotokopi dan ditransfer pada suatu lempengan magnetik sebagai
penyaji data dalam bentuk absorbansi warna yang berbanding lurus dengan kadar HBsAg
dalam sampel. (Miyakawa dan Mayumi, 2007) untuk pembacaan secara kualitatif jika
absorbansi sampel lebih dari nilai cut off maka sampel tersebut reaktif namun jika
dibawah cut off maka sampel tersebut tidak reaktif.

1.2. TUJUAN
Untuk mengetahui cara pemeriksaan HBsAg mengunakan ELISA

1.2. MANFAAT
1. Ilmu Pengetahuan

 Menambah pengetahuan yang berkaitan dengan virus Hepatitis B

 Memahami proses terbentuknya HBsAg pada penderita

 Mengetahui diagnosis HBsAg dengan menggunakan metode ELISA

2. Peneliti
Meningkatkan wawasan dan keterampilan peneliti tentang diagnosis HBsAg
dengan menggunakan ELISA sekaligus menerapkan teori yang telah didapat dengan
melakukan penelitian.
BAB II
DASAR TEORI

2.1. IMUNOLOGI
Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imunitas tubuh manusia maupun
hewan, merupakan disiplin ilmu yang dalam perkembangannya berakar dari
pencegahan dan pengobatan penyakit infeksi. Sedangkan Serologi ialah ilmu yang
mempelajari reaksi antigen antibody secara invitro. Pemeriksaan serologik sering
dilakukan sebagai upaya menegakkan diagnosis. Walaupun saat ini pemeriksaan
serologik tidak terbatas pada penyakit infeksi, namun untuk menunjang diagnosis
penyakit infeksi memang hal yang sering dilkukan. memungkinkan dilakukannya
pengamatan secara in vitro terhadap perubahan kompleks antigen-antibodi (Ag-Ab).

2.2. HEPATITIS
Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan hati. Hepatititis dalam bahasa
awam sering disebut dengan istilah lever atau sakit kuning. Padahal definisi lever itu
sendiri sebenarnya berasal dari bahasa belanda yang berarti organ hati,bukan
penyakit hati. Namun banyak asumsi yang berkembang di masyarakat mengartikan
lever adalah penyakit radang hati. sedangkan istilah sakit kuning sebenarnya dapat
menimbulkan kercunan, karena tidak semua penyakit kuning disebabkan oleh radang
hati, teatapi juga karena adanya peradangan pada kantung empedu. (M. Sholikul
Huda) Hepatitis B adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB) dan ditandai dengan suatu peradangan yang terjadi pada organ tubuh seperti
hati (Liver). Penyakit ini banyak dikenal sebagai penyakit kuning, padahal
penguningan (kuku, mata, kulit) hanya salah satu gejala dari penyakit Hepatitis itu
(Misnadiarly, 2007).

2.3. ETIOLOGI HEPATITIS B


Terjadinya Hepatitis B disebabkan oleh VHB yang terbungkus serta mengandung
genoma DNA (Deoxyribonucleic acid) melingkar. Virus ini merusak fungsi liver dan
terus berkembang biak dalam sel-sel hati (Hepatocytes). Akibat fungsi serangan ini
sistem kekebalan tubuh kemudian memberi reaksi dan melawan. Kalau berhasil maka
virus dapat terbasmi habis, tetapi jika gagal virus akan tetap tinggal dan
menyebabkan Hepatitis B kronis (si pasien sendiri menjadi carrier atau pembawa
virus seumur hidupnya). Dalam seluruh proses ini liver mengalami peradangan
(Misnadiarly, 2007).

2.4. SUMBER PENULARAN VIRUS


VHB mudah ditularkan kepada semua orang. Penularannya dapat melalui darah atau
bahan yang berasal dari darah, cairan semen (sperma), lendir kemaluan wanita
(Sekret Vagina), darah menstruasi. Dalam jumlah kecil HbsAg dapat juga ditemukan
pada Air Susu Ibu (ASI), air liur, air seni, keringat, tinja, cairan amnion dan cairan
lambung (Dalimartha, 2004).
2.5. CARA PENULARAN
Menurut Dalimartha (2004), ada dua macam cara penularan Hepatitis B, yaitu
transmisi vertikal dan transmisi horisontal.
a. Transmisi vertical
Penularan terjadi pada masa persalinan (Perinatal). VHB ditularkan dari ibu
kepada bayinya yang disebut juga penularan Maternal Neonatal. Penularan
cara ini terjadi akibat ibu yang sedang hamil terserang penyakit Hepatitis B
akut atau ibu memang pengidap kronis Hepatitis B.
b. Transmisi horizontal
Transmisi horisontal dalah penularan atau penyebaran VHB dalam
masyarakat. Penularan terjadi akibat kontak erat dengan pengidap Hepatitis B
atau penderita Hepatitis B akut. Misalnya pada orang yang tinggal serumah
atau melakukan hubungan seksual dengan penderita Hepatitis B.

2.6. PENCEGAHAN HEPATITIS B


Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi. Menurut Hadinegoro
(2008), imunisasi terdiri dari :
a. Imunisasi Wajib. Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG (Bacille Calmette
Guerin), Polio, Hepatitis B, DTP (Difteria, Tetanus, Pertusis) dan campak.
b. Imunisasi yang Dianjurkan. Imunisasi yang dianjurkan diberikan kepada bayi/
anak mengingat beban penyakit (burden of disease) namun belum masuk ke
dalam program imunisasi nasional sesuai prioritas. Imunisasi dianjurkan
adalah Hib (Haemophillus Influenza Tipe b), pneumokokus, influenza, MMR
(Measles, Mumps, Rubella), tifoid, Hepatitis A, varisela, rotavirus, dan HPV
(Human Papilloma Virus).
2.7. ELISA
(Enzyme-linked immunosorbent assay) atau 'penetapan kadar imunosorben taut-
enzim' merupakan uji serologis yang umum digunakan di berbagai laboratorium
imunologi. Uji ini memiliki beberapa keunggulan seperti teknik pengerjaan yang
relatif sederhana, ekonomis, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. ELISA
diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall untuk
menganalisis adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan
menggunakan enzim sebagai pelapor (reporter label).
2.8. TEKNIK ELISA
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Peter Perlmann dan Eva Engvall.
Mereka menggunakan teknik ELISA ini dalam bidang imunologi (ELISA
konvensional) untuk menganalisis interaksi antara antigen dan antibodi di dalam
suatu sampel, dimana interaksi tersebut ditandai dengan menggunakan suatu enzim
yang berfungsi sebagai pelapor/ reporter/ signal. (ELISA) adalah suatu teknik
biokimia yang terutama digunakan dalam bidang imunologi untuk mendeteksi
kehadiran antibodi atau antigen dalam suatu sampel. ELISA telah digunakan sebagai
alat diagnostik dalam bidang medis, patologi tumbuhan, dan juga berbagai bidang
industri. Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibodi dengan spesifitas
yang lebih tinggi dibandingkan metode imun lainnya. Berdasarkan uraian diatas
maka penulis akan membahas tentang pemeriksaan HBsAg menggunakan ELISA
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1. Tujuan
Untuk menentukan secara kuantitatif adanya Hepatitis B Surface Antigen
(HBSAg) di dalam serum atau plasma pasien
3.2. Metode
Metode yang digunakan yaitu ELISA ( enzyme-linked immunosorbent assay)
3.3. Prinsip Pemeriksaan
Antibody ganda “sandwich” imunosai yang menggunakan antibodi anti-HBsAg
spesifik: antibodi monklonal HBsAg yang berada di dasar sumur mikrotiter dan antibodi
poliklonal HBsAg ditambahkan dengan Horseradish Peroxidase (HRP) sebagai larutan
konjugat. Selama pemeriksaan, adanya HBsAg dalam spesimen akan bereaksi dengan
antibodi-antibodi tersebut untuk membentuk kompleks imun “antibodi-HBsAg-antibodi-
HRP”. Setelah materi yang tidak terikat tercuci selama pemeriksaan, substrat
ditambahkan untuk menunjukkan hasil tes. Munculnya warna biru di sumur mikrotiter
mengindikasikan HBsAg reaktif. Tidak adanya warna menunjukkan hasil non reaktif di
specimen

3.4. Alat dan Bahan


3.4.1. Alat dan Bahan
a. Sumuran
b. Mikropipet
c. Incubator
d. Elisa reader
e. Lakban
f. Washing solution
g. Aquadest
h. Reagen control positif
i. Reagen control negatf
j. Colour A dan B
k. Serum pasien
l. HRP Conjugate

3.4.2. Prosedure pemeriksaan


A. Pembuatan Wash Buffer
1. Wash buffer pekat dicampurkan dengan aquadest perbandingan (1:19)
V1.N1= V2.N2
V1.20 = 20.000 x 1
V1 = 20.000/20 = 1000 washing soluition
Kemudian ditambah aquadest sebanyak 19.000
2. Campuran yang sudah jadi dapat disimpan pada suhu ruang dan bertahan
selama seminggu.
B. Procedure pemeriksaan
1. Semua reagen dan specimen dikondisikan pada suhu ruang.
2. Siapkan nomor yang dibutuhkan untuk sumur, yang terdiri dari 1 sumur
blanko, 2 sumur control positip, 3 sumur untuk specimen.

3. Spesimen, control negative, control positif ditambahkan sebanyak 50 sesuai


dengan kolom data (sediakan satu sumur untuk blanko)
4. Kemudian ditambahkan reagen HRP Conjugated ke dalam masing-masing
sumuran sebanyak 50
5. Sumuran di tutupi dengan solasi dan diinkubasi pada incubator dengan suhu
37C ± 1 jam kemudian homogenkan (digoyang) pelan-pelan.
6. Dibuka solasi cover dan buang cairannya.
7. Dimasukkan wash buffer sebanyak 350 kedalam masing-masing sumuran
(termasuk blanko) dan digoyangkan selama 30 detik- 1 menit.
8. Dibuang cairannya dan dipastikan untuk benar-benar bersih dan diulangi
proses washing sampai 5 kali.
9. Ditambahkan reagen color A 50 dan color B 50 (pada tempat gelap)
dimasukkan pada setiap sumuran (termasuk blanko).
10. Plate ditutup solasi dan diinkubasi 37 selama 15menit.
11. Hentikan reaksi dengan penambahan 50µl stopping solotion disetiap sumur
12. Absorbansi setiap sumur dibaca pada λ 450nm.
13. Diamati hasil dan dibaca dengan ELISA reader serta diinterpretasi hasilnya.
3.5. Interpretasi hasil pemeriksaan HBsAg:
1. Sampel 1: Nilai OD 2,349 (lebih dari nilai cut off>0,105) maka hasilnya
POSITIF.
2. Sampel 2 : Nilai OD 0,019 (kurang dari nilai cut off<0,105) maka hasilnya
NEGATIF.
3. Sampel 3: Nilai OD 0,143 (lebih dari nilai cut off>0,105) maka hasilnya
POSITIF .

3.6. Interpretasi Hasil


1. Spesimen dengan absorbansi kurang dari (<) nilai cut-off dinyatakan negative.
2. Specimen dengan nilai absorbansi lebih besar (>) nilai cut-off dinyatakan
positif.
3. Specimen dengan nilai absorbansi sama dengan nilai cut off dinyatakan
Greyzone dan pemeriksaan harus diulang.

3.7. Perhitungan Cut-off


Nilai cut-off :
CO= NC x 2,1
NC : nilai absorbansi rata-rata kontrol negative
(jika NC x 0.05 , maka NC x harus dihitung 0.05)
Cut-off = 0,001 x 0,002 x 0,000 x 2,1
3
= 0,105
3.8. Hasil pemeriksaan
BAB III

PEMBAHASAN

Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk
keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah, serta
digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis. Pemeriksaan ini juga bermanfaat untuk
menetapkan bahwa hepatitis akut yang diderita disebabkan oleh virus B atau superinfeksi
dengan virus lain. HBsAg positif dengan IgM anti HBc dan HBeAg positif menunjukkan
infeksi virus hepatitis B akut. HBsAg positif dengan IgG anti HBc dan HBeAg positif
menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan replikasi aktif. HBsAg positif dengan
IgG anti HBc dan anti-HBe positif menunjukkan infeksi virus hepatitis B kronis dengan
replikasi rendah.

Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam


serum atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili
glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18%
karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut.
Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen secara spesifik dan memulai
reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel mast. Pada manusia dikenal 5
kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas
terdapat tempat ikatan antigen spesifik dan aktivitas biologik berlainan.

Imunoglobulin G (IgG) Adalah reaksi imun yang diproduksi terbanyak sebagai


antibodi utama dalam proses sekunder dan merupakan pertahanan inang yang penting
terhadap bakteri yang terbungkus dan virus. Mampu menyebar dengan mudah ke dalam celah
ekstravaskuler dan mempunyai peranan penting menetralisir toksin kuman, serta melekat
pada kuman sebagai persiapan fagositosis. IgG mempunyai dua tempat pengikatan antigen
yang sama (divalen) dan dikenal 4 subkelas, yaitu IgG1 IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. IgG2
berguna untuk melawan antigen polisakarida dan menjadi pertahanan yang penting bagi
inang untuk melawan bakteri yang terbungkus.
Imunoglobulin M (IgM) adalah Imunoglobulin utama yang pertama dihasilkan dalam
respon imun primer. IgM terdapat pada semua permukaan sel B yang tidak terikat. Struktur
polimer IgM menurut Hilschman adalah lima subunit molekul 4-peptida yang dihubungkan
oleh rantai-J. Pentamer berbobot molekul 900.000 ini secara keseluruhan memiliki sepuluh
tempat pengikatan antigen Fab sehingga bervalensi 10, yang dapat dibuktikan dengan reaksi
Hapten. Polimernya berbentuk bintang, tetapi apabila terikat pada permukaan sel akan
berbentuk kepiting. Disebabkan bervalensi tinggi, maka antibodi ini paling sering bereaksi di
antara semua Imunoglobulin, sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik,
pengikatan komplemen, reaksi antibodi-antigen yang lain dan karena timbulnya cepat setelah
terjadi infeksi dan tetap tinggal dalam darah, maka IgM merupakan daya tahan tubuh yang
penting untuk bakteremia dan virus. Antibodi ini dapat diproduksi oleh janin yang terinfeksi.

Praktikum ini menggunakan tipe ELISA sandwich direct


 Dimana hasil menunjukkan
1. sampel 1 positif
2. sampel 2 negatif
3. sampel 3 negatif
 Sandwich direct membentuk komplek = antibody monoclonal(yg sudah ada di wells)-
HbsAg pada sampel – anzym konjugat.
 Substrat A itu TMB (coloris substrat untk indicator)
 Substrat B itu buffer sitrat untuk pengkondisian suasana untuk reaksi yg maksiaml
 Komplek jika berikatan dg substrat B menghasilkan warna kuning
BAB IV

KESIMPULAN

1. Pemeriksaan HBsAg berguna untuk diagnosa infeksi virus hepatitis B, baik untuk
keperluan klinis maupun epidemiologik, skrining darah di unit-unit transfusi darah,
serta digunakan pada evaluasi terapi hepatitis B kronis
2. Penyakit Hepatitis B adalah merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong
berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang
menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun
3. Tanda dan gejala dari penyakit Hepatitis B ini sangat bervariasi terkadang mirip
dengan Hepatitis A dan mirip flu. Namun pada stadium prodromal sering ditemukan
kemerahan kulit dan nyeri sendi, hilangnya nafsu makan, mual kadang disertai dengan
muntah, lemah, pusing, dan lain-lain.
4. Transmisi penularan dapat melalui, vertikal dan horizontal.
5. Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit
Hepatitis, yakni melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kajianpustaka.com/2015/03/penyakit-hepatitis-b.html
https://pbh-batusangkar.blogspot.com/2011/06/makalah-tentang-hepatitis.html
http://alamipedia.com/pemeriksaan-hepatitis-dengan-elisa-definisi-elisa-hepatitis-imunoglobulin-
praktikum/
https://yazhidbazhar.blogspot.com/2015/09/elisa-enzyme-linked-immunosorbent-assay.html
http://repository.unimus.ac.id/1201/2/BAB%20I.pdf
http://eprints.undip.ac.id/62212/2/BAB_I.pdf
https://pbh-batusangkar.blogspot.com/2011/06/makalah-tentang-hepatitis.html
https://docplayer.info/45366213-Bab-i-pendahuluan-penelitian-ini-dibatasi-pada-pemeriksaan-hbsag-
strip-test-pada-perawat-di-rsi-pku-muhammadiyah-palangka-raya.html

Anda mungkin juga menyukai