Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IMUNOHEMATOLOGI DAN BANK DARAH

(SPO PEMERIKSAAN UJI SARING IMLTD METODE RAPID TEST DAN


ELISA UNTUK HIV)

DOSEN PENGAMPUH :

SUBAKIR SALNUS, S.SI.,M.SI

DISUSUN OLEH :

1. ANISA ANSAR : E.17.02.008 (AKTIF)


2. CINDI AGUS AMITA : E.17.02.017 (AKTIF)
3. DINA APRIANA : E.17.02.018 (AKTIF)
4. DIVHA LESTARI : E.17.02.019 (AKTIF)
5. KIKI FATMASARI : E.17.02.040 (AKTIF)
6. JUSRIADI : E.17.02.038 (AKTIF)

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

TAHUN AKADEMIK 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena atas berkah,
Rahmat, dan Hidayah - Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah
mengenai“(SPO PEMERIKSAAN UJI SARING IMLTD METODE RAPID
TEST DAN ELISA UNTUK HIV)” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karna itu
kami dengan bangga bersedia menerima kritikan dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah kami.

Dan tak lupa pula kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dosen
mata pelajaran “IMUNOHEMATOLOGI DAN BANK DARAH” serta teman-
teman yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Dan harapan
kami apa yang telah kami tulis di makalah ini dapat kita mengerti dan
bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari. Amin.

Bulukumba, 29 Desember 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian HIV Dan Uji Saring IMLTD .............................................. 3
B. SPO Pemeriksaan Uji Saring IMLTD Metode Rapid Test ................... 6
C. SPO Pemeriksaan Uji Saring Metode ELISA ....................................... 9

BAB III
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia
dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas
dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan,
menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi,
pendidikan dan juga krisis kemanusiaan dengan kata lain menyebabkan krisis
multidimensi. Penularan HIV/AIDS terjadi melalui transmisi cairan virus HIV
ke dalam cairan tubuh atau kontak antar darah baik secara transeksual maupun
transfusi komponen darah yang terinfeksi (azas sterilisasi kurang diperhatikan)
(Mandal B.K, 2004; Nasronudin, 2006; Djoerban Z, 2014). Resiko penularan
HIV melalui transfusi darah sebesar 90%. (Widoyono, 2011).
Menurut Dokumen Mukernas PMI Tahun 2014 No.5 tentang laporan
kegiatan pelayanan darah PMI tahun 2013, bahwa hasil data uji saring infeksi
menular lewat transfusi darah (IMLTD) tahun 2013 di UDD PMI di Indonesia
adalah 480 reaktif HIV. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Rapid
Test, ELISA dan Nucleic Acid Amplification Technology (NAAT). Sesuai
Permenkes RI No.83 Tahun 2014 Pasal 2 ayat 1, Unit Transfusi Darah hanya
diselenggarakan oleh Pemerintah atau PMI. Berdasarkan tingkatan dan
kemampuan pelayanan UTD Kabupaten/Kota memiliki kemampuan
melakukan uji saring darah terhadap IMLTD pada darah donor dengan ELISA
dan Rapid Test. Unit Transfusi Darah (UTD) tingkat nasional dalam hal ini
UTD PMI Pusat Jakarta mempunyai tugas sebagai pusat rujukan pelayanan
transfusi darah dalam hal rujukan pemeriksaan, rujukan pengetahuan, rujukan
informasi dan data.
Menurut Afolabi F.A dkk. (2014), pada penelitian HIV individu resiko
tinggi disimpulkan sebagian besar metode skrining Rapid masih memiliki
sensitifitas dan spesifitas di bawah rekomendasi WHO. Menurut Damian P.
Conway dkk. (2015), bahwa gay, bisexual dan homosex akan lebih sering
memakai Rapid HIV Test (RHT) jika itu tersedia karena nyaman,
menyenangkan dan kurang stres. Menurut Nasronudin (2006), Duarsa (2011),
Murtiastutik (2013) dan Jawetz (2014), untuk uji laboratorium serologi HIV
yang dianjurkan adalah ELISA, yang mempunyai sensitifitas 93-98% dengan
spesifitas 98-99%. Berbagai penelitian menemukan bahwa kombinasi metode
ELISA dan atau Rapid Test dapat memberikan hasil yang setara dengan
metode Western blot dengan biaya yang lebih rendah (Nelwan E.J, 2014).
Sesuai Kemenkes RI No. 241/ Menkes/ SK/1V/2006 Reagen Rapid Test HIV
tiga metode menjadi salah satu standar diagnosis HIV/AIDS dan ini sudah
dilaksanakan di RSUP. HAM Medan dan Dinas kesehatan Provinsi Sumatera
Utara.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tes terhadap antibodi
HIV yaitu adanya masa jendela (window period). Masa jendela adalah waktu
sejak tubuh terinfeksi HIV sampai mulai timbul antibodi yang dapat dideteksi
dengan pemeriksaan antibodi yaitu 4-8 minggu hingga 12 minggu setelah
infeksi primer, dimana pemeriksaan antibodi HIV pada masa ini akan
memberikan hasil negatif padahal sudah terinfeksi HIV (Nasronudin, 2006;
Djoerban Z, 2014). Mungrue K dkk. (2013) menyebutkan, Voluntary
Conseling and Testing (VCT) adalah layangan penting bagi pencegahan dan
pengobatan.
B. Tujuan
Mahasiswa Mampu Mengetahui Spo Pemeriksaan Uji Saring IMLTD Metode
Rapid Test Dan Elisa Untuk HIV
C. Manfaat
1. Dapat Mengetahui Spo Pemeriksaan Uji Saring Imltd Metode Rapid Test
2. Dapat Mengetahui Spo Pemeriksaan Uji Saring Imltd Metode Elisa
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV Dan Uji Saring IMLTD


1. Pengertian HIV
Penyakit human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired
immunodeficiency syndrome atau AIDS adalah masalah besar yang
mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Pada saat ini
tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. Penyakit HIV/AIDS
menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan, menyebabkan krisis
kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, krisis pendidikan,
serta krisis kemanusiaan atau krisis multidimensi. Penularan HIV/AIDS
terjadi melalui transmisi cairan HIV ke dalam cairan tubuh atau kontak
antardarah secara transeksual maupun transfusi komponen darah yang
terinfeksi (asas sterilisasi kurang diperhatikan) Risiko penularan HIV
melalui transfusi darah sebesar 90%.
Pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan adanya infeksi HIV
dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu pemeriksaan yang mencari adanya
virus tersebut dalam tubuh penderita seperti biakan virus, deteksi antigen
dan deteksi materi genetik dalam darah penderita; dan pemeriksaan
serologik yang mencari adanya antibodi terhadap berbagai komponen
virion HIV dalam serum penderita. Pemeriksaan yang paling sering dipakai
untuk menentukan adanya infeksi HIV saat ini adalah pemeriksaan
serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap HIV dalam darah
penderita. Berbagai teknik dapat dipakai untuk pemeriksaan ini,
diantaranya rapid test (aglutinasi, imunokromatografi), dan Enzyme
immunoassay (EIA).
Rapid test HIV memegang peranan penting dalam membantu
diagnosis dini secara cepat seseorang yang terinfeksi HIV dan tidak
membutuhkan sarana yang rumit dan mahal. Orang perlu mengetahui status
HIV mereka sendiri dan mitra mereka untuk membuat keputusan yang
sehat tentang perilaku seksual. HIV/ AIDS adalah penyakit yang dikucilkan
masyarakat dan menjadi konflik etika dalam penyampaian atau
pelaporannya (Nasronuddin. 2006). Mungrue K dkk. (2013) menyebutkan,
Voluntary Conseling and Testing (VCT) adalah layangan penting bagi
pencegahan dan pengobatan.
2. Pengertian Uji Saring IMLTD
Tindakan transfusi bukan merupakan tindakan tanpa risiko.
Berbagai risiko dapat terjadi termasuk salah satunya adalah risiko infeksi
melalui transfusi darah, misalnya adalah infeksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis
C, Human T-cell Lymphotropic Virus (HTLV), Sifilis, Dengue, West Nile
Virus (WNV), dan Chagas’ Disease, dan sebagainya.
Uji saring Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD) untuk
menghindari risiko penularan infeksi dari donor kepada pasien merupakan
bagian yang kritis dari proses penjaminan bahwa transfusi dilakukan
dengan cara seaman mungkin. Uji saring darah terhadap infeksi paling
sedikit wajib ditujukan untuk deteksi HIV, Hepatitis B, Hepatitis C dan
Sifilis. Untuk jenis infeksi lain seperti Malaria, dan lainnya tergantung
prevalensi infeksi tersebut di masing-masing daerah.
Deteksi IMLTD dapat dilakukan terhadap antibodi dan atau antigen
seperti metode rapid test, Enzyme Immuno Assay (EIA),
Chemiluminescence Immuno Assay (ChLIA), dan terhadap materi genetik
virus seperti metoda Nucleic Acid Amplification Test (NAT). Jika metode
EIA tidak efisien secara biaya, maka uji saring IMLTD dapat
disentralisasikan ke UTD yang telah mampu melakukannya. Metode rapid
test untuk uji saring darah donor hanya dapat digunakan pada kondisi
infrastruktur yang belum memadai untuk dilakukannya metode lain, dan
tidak dapat disentralisasikan dengan UTD lain karena keadaan geografi
yang tidak memungkinkan. Uji saring IMLTD melengkapi proses seleksi
donor. Sampel uji saring IMLTD harus diambil dan ditangani sesuai
dengan instruksi pabrik, serta divalidasi sebelum digunakan.
SPO Uji saring IMLTD HIV

Pemeriksaan uji saring IMLTD HIV

No.Dokumen No. Revisi Halaman 1

RUMAH SAKIT
UMUM DAERAH
PEMANGKAT

BAB IV
B. SPO Pemeriksaan Uji Saring IMLTD Metode Rapid Test

Rapid test merupakan suatu metode yang hampir sama dengan ELISA.
Namun, terdapat kekurangan dan kelebihan masing-masing dari test tersebut.
Jika menggunakan rapid test saat melakukan uji screening IMLTD (Infeksi
Menular Lewat Transfusi Darah), maka hasil yang didapatkan lebih cepat.
Tetapi, jika dilihat dal validitasnya, ELISA memiliki tingkat validitas yang
lebih tinggi. Pada pemeriksaan HIV, rapid test yang digunakan berupa anti
HIV cassette. Dimana langkah penggunaannya adalah :
1) Temperatur cassette dengan serum/plasma harus disesuaikan terlebih
dahulu dengan suhu ruangan sebelum digunakan.
2) Robek pembungkusnya, lalu ambil cassette
3) Ambil 5 mikro sampel lalu letakkan pada lubang yang terdapat di cassette
tersebut
4) Teteskan 3 tetes buffer pada lubang buffer cassette
5) Hasil dapat dibaca dalam waktu 10-15 menit
6) Di dalam cassette terdapat garis control dan garis test. Jika terdapat dua
garis yaitu ada garis control dan garis test, maka hasilnya adalah positif.
Tetapi, jika hanya ada satu garis yaitu hanya garis control saja, maka
interpretasinya adalah negative
Menurut Afolabi F.A dkk. (2014), pada penelitian HIV individu
resiko tinggi disimpulkan sebagian besar metode skrining Rapid masih
memiliki sensitifitas dan spesifitas di bawah rekomendasi WHO. Menurut
Damian P. Conway dkk. (2015), bahwa gay, bisexual dan homosex akan
lebih sering memakai Rapid HIV Test (RHT) jika itu tersedia karena nyaman,
menyenangkan dan kurang stres. Menurut Nasronudin (2006), Duarsa (2011),
Murtiastutik (2013) dan Jawetz (2014) Sesuai Kemenkes RI No. 241/
Menkes/ SK/1V/2006 Reagen Rapid Test HIV tiga metode menjadi salah satu
standar diagnosis HIV/AIDS dan ini sudah dilaksanakan di RSUP. HAM
Medan dan Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Utara.
SPO Uji Saring IMLTD Metode Rapid HIV

PEMERIKSAAN Anti HIV ( RAPID )


VIKIA HIV 1/2
Biomerieux
No. Dokumen : 25/SOP/Lab-
Sop
NPI/2016
no.revisi
Tgl. Terbit :0 1A pril 2016
1 Halaman : 1 - 3

PUSKESMAS NUSA PENIDA I KEPALA UPT


PUSKESMAS NUSA
PENIDA 1
DR.I KETUT RA

Test ini meliputi deteksi antibody HIV-1, HIV-2 dan Subtype O dalam
darah, serum, plasma oleh protein immunodominant pada virus HIV
yang sudah dilemahkan dalam membran.
PENGERTIAN Prinsip Pemeriksan :
Reaksi antara Antibody HIV-1,HIV-2 dan Subtype O pada serum atau
darah dengan Antigen yang berasal dari protein immonodominant
HIV yang sudah dilemahkan, akan membentuk garis ungu
kemerahan pada membran (region T)

Mendekteksi adanya antibody HIV-1 , HIV-2 dan Subtype O dalam


TUJUAN
serum penderita

SK Kepala Puskesmas Nusa Penida I No. 133 Tahun 2016


Tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur unit
Laboratorium UPT. Puskesmas Nusa Penida I
KEBIJAKAN
SK Kepala Puskesmas Nusa Penida I No. 38 Tahun 2015
Tentang Pelayanan Laboratorium dan Jenis Pemeriksaan
Laboratorium UPT. Puskesmas Nusa Penida I

REFERENSI Brosur Kit reagen HIV 1&2 Antibody Rapid Test Vikia
Biomerieux
C. SPO Pemeriksaan Uji Saring Metode ELISA

ELISA atau singkatan dari Enzyme-linked Immunosorbent Assay


merupakan jenis immunoassay (uji imun) yang telah digunakan secara luas.
ELISA merupakan rapid test atau uji cepat dalam mendeteksi atau
mengkuantifikasi jumlah antibodi atau antigen melawan virus, bakteri, atau
bahan lain. ELISA dinamakan demikian karena memang melibatkan
penggunaan enzim dan immunosorbent.
Metode ELISA untuk mengukur reaksi Antigen (Ag) Antibodi(Ab)
meningkat penggunaannya dalam pendeteksian antigen (dari agen infeksius)
atau antibodi karena metodenya yang sederhana tapi sensitif. Sensitivitasnya
sama dengan radioimmunoassay (RIA) dan hanya membutuhkan kuantitas
mikroliter untuk penggunaan reagen ujinya. Sekarang ELISA telah diterapkan
secara luas dalam deteksi berbagai antibodi dan antigen seperti hormon,
toksin, dan virus.
1. Beberapa keuntungan khususnya:
a) Tes ELISA memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi
b) Hasil kuantitatif ELISA dapat dibaca secara visual
c) Sejumlah tes dapat dilakukan sekaligus : ELISA telah didesain secara
spesifik untuk men-screen (baca cepat, read) sejumlah besar spesimen
sekali waktu, menjadikannya cocok untuk digunakan dalam
pengawasan dan sentralisasi pelayanan transfusi darah
d) Reagen yang digunakan untuk ELISA stabil dan dapat didistribusikan
ke laboratorium distrik lain atau daerah lain tetapi ELISA
membutuhkan teknisi yang terampil serta alat yang mahal untuk
menjalankan tesnya, penggunaannya terbatas hanya untuk kebutuhan
tertentu.
2. Prinsip:
Sebagian besar metode ELISA dikembangkan untuk deteksi
antigen atau antibodi terdiri dari antibodi atau antigen yang cocok dengan
yang dicari, yang kemudian dibentuk dalam fase solid, seperti permukaan
plastik dari plat polivinil atau tube polistirene, di dalamnya sumuran yang
dalam dari microdilution (cairan sejumlah mikro) atau di bagian luar dari
plastik sferis atau bead (mirip seperti kelereng kecil) yang terbuat dari
logam. Sistem tersebut dinamakan Solid Phase Immonusrbent Assay.
3. Substrat spesifik:
a) O-Phenyl-diamine-dihydrochloride untuk peroxidase
b) P Nitrophenyl Phosphate- for Alkaline Phosphatase
yang ditambahkan setelah reaksi antigen-antibodi. Enzim akan
mengkatalisis substrat sehingga akan menunjukkan warna titik akhir reaksi
(senyawa kuning untuk alkaline fosfatase). Intensitas warna memberikan
indikasi jumlah ikatan antibodi atau antigen.
4. Alat dan bahan
a) Mikropipet
b) Inkubator atau penangas air, pada 37°C
c) Alat-cuci atau pomp a vakum
d) Spektrofotometer (alat-baca)
e) Air suling atau air bebas-ion (deionized water)
f) Set uji ELISA (tersedia di pasaran)
g) Sistem fase-solid, reagen, dan kontrol.
5. Metode
Petunjuk pemakaian untuk tiap-tiap set uji harus benar-benar diikuti.
6. Prosedur
a) Teteskan sampel (serum) uji pada sistem fase-solid yan'g dilapisi antigen
dan inkubasi sistem tersebut (suhu dan lamanya sesuai petunjuk yang
diberikan)
b) Isap cairan pada fase-solid perlahan-lahan dan "cuci" untuk
membersihkan ekS,es sampel dan protein-protein lainnya."Pencucian"
ini jangan sampai melepaskan antibodi HIVyang sudah terikat pada
fase-solid sewaktu inkubasi.
c) Tambahkan sejumlah konjugat (IgG anti-human terikat-enzim (biasanya
dari kambing) dan inkubasi lagi sistem tersebut sesuai petunjuk yang
diberikan.
d) Isap lagi cairannya untuk melepaskan konjugat yang tak-terikat dan
"cuci" lagi sistem fase"solid tersebut.
e) Tambahkan sejumlah substrat dan inkubasi lagi sistem tersebut sesuai
petunjuk yang diberikan. Tahap ini merupakan tahap pembentukan
warna sehingga sistem harus terhindar dari paparan cahaya.

f) Ketika inkubasi selesai, tambahkan larutan "penghenti" pada sistem.


Larutan "penghenti" ini akan mengham~at reaksi lanjut antara
eri.zimdan substrat.
g) Baca hasilnya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
tertentu (sesuai petunjuk yang diberikan).
h) Tentukan nilai ambang-batas untuk tiap-tiap uji sesuai petunjuk yang
diberikan.
i) Kalau hasil uji terletak pad a nilai ambang-batastersebut, ulang uji
karena mungkin ada kesalahan teknis. Kalau nasilnya ternyata masih
terletak padanilai ambang-batas, uji sampel terse but dengan metode
western blot.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia
dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas
dari HIV/AIDS. HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan,
menyebabkan krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi,
pendidikan dan juga krisis kemanusiaan dengan kata lain menyebabkan krisis
multidimensi.
Menurut Dokumen Mukernas PMI Tahun 2014 No.5 tentang laporan
kegiatan pelayanan darah PMI tahun 2013, bahwa hasil data uji saring infeksi
menular lewat transfusi darah (IMLTD) tahun 2013 di UDD PMI di Indonesia
adalah 480 reaktif HIV. Metode pemeriksaan yang digunakan adalah Rapid
Test, ELISA dan Nucleic Acid Amplification Technology (NAAT). Sesuai
Permenkes RI No.83 Tahun 2014 Pasal 2 ayat 1, Unit Transfusi Darah hanya
diselenggarakan oleh Pemerintah atau PMI. Berdasarkan tingkatan dan
kemampuan pelayanan UTD Kabupaten/Kota memiliki kemampuan
melakukan uji saring darah terhadap IMLTD pada darah donor dengan ELISA
dan Rapid Test.
B. Saran
Dalam menyelesaikan makalah ini, tentunya penyusun tidak lepas dari
kesalahan-kesalahan dan kekurangan dan penyusun menyadari bahwa makalah
ini, masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya penyusun sangat
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna dalam kesempurnaan
dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2008, Good Laboratory Practice (Pedoman Praktek Laboratorium


Yang benar. Dirjen Bina Pelayanan Medik departemen Kesehatan RI.
Jakarta.
Permenkes RI Nomor 43/Menkes/SK/III/ 2013. Cara Penyelenggaraan
Laboratorium Klinik Yang Baik. Jakarta
Sukorini, U., Nugroho, DK., Rizki, M., Hendriawan, B. 2010. Dasar-Dasar
Kontrol Kualitas Internal, dalam Pemantapan Mutu Internal Laboratorium
Klinik. Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta. Alfa Medika Yogyakarta GLP. WHO.2006

Anda mungkin juga menyukai