Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Menentukan definisi prostatitis secara global sulit karena masing-
masing sindroma prostatitis mempunyai gejala-gejala sendiri. Salah satu
definisinya adalah diagnosis yang diberikan bagi sekelompok pria yang
mengalami berbagai keluhan pada saluran urogenital bagian bawah dan
perineum (Soepraptie & Astari).
Prostatitis bakteri adalah sebuah penyakit yang di diagnosis secara
klinis serta adanya bukti inflamasi dan infeksi yang terlokalisasi pada
prostat. Menurut waktu gejala, prostatitis baktei dibagi menjadi akut dan
kronis (Seputra et all).

Prostatitis diklasifikasikan menjadi 4 kategori :

1. Kategori 1 : prostatitis bakterial akut


2. Kategori II : prostatitis bakterial kronis
3. Kategori III : prostatitis nonbakterial kronis
4. Kategori IV : prostatitis inflamasi asimtomatik
B. Etiologi
Etiologi prostatitis bakterial akut umumnya disebabkan oleh
organisme gram negatif. Pada prostatitis bakterial kronis, Escherichia coli
merupakan etiologi utamanya. Secara umum, etiologi prostatitis dapat
dibedakan menjadi infeksi, abnormalitas struktural dan penyebab lain
seperti alergi, penyakit autoimun seperti sindrom reiter dan spasme leher
buli atau uretra.
Dengan bertambahnya usia, akan terjadi perubahan keseimbangan
testosteron estrogen karena produksi testosteron menurun dan terjadi
konversi testosteron menjadi esterogen pada jaringan adiposa diperifer.
Karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan, efek
perubahan juga terjadi perlahan-lahan (Nurarif &Kusuma).
C. Patofisiologi
Refluksi urin intraprostatik merupakan dasar patofisiologi utama, baik
dari prostatitis bakteri maupun non bakteri. Refluks urin yang
mengandung bakteri akan menyebabkan terjadinya prostatitis bakterial.
Namun, refluks urin yang steril sekalipun akan menyebabkan terjadinya
iritasi dan inflamasi pada prostat sehingga menyebabkan prostatitis
nonbakteri. Prostatitis kronis diperkirakan disebakan oleh kelainan pada
sumbu hipotaamus hipofisis-adrenal dan gangguan hormon yang
melibatkan hormon adrenokorteks yang dapat berasal dari respons variabel
terhadap stres, peradangan neurogenik, dan sindrom nyeri miofasial. Pada
pemeriksaan mikroskopik, neutrofil atau limfosit dapat terlihat di dalam
kelenjar prostat, di antara sel-sel epitel atau di dalam komponen stroma.
D. Manifestasi Klinik
Prostatitis bakteri akut jarang terjadi dan diagnosanya sukar
ditegakkan. Gejala yang khas adalah adanya keluhan infeksi saluran
urinarius bagian bawah. Dan gejala lainnya yang sering dijumpai berupa
demam, menggigil, malaise,myalgia, nyeri pada punggung bawah, dan
kasus yang paling sering terjadi adanya tanda iritasi dan obstruksi
genitourinari.
Menurut lama gejala, prostatiti bakteri dibagi menjadi akut atau
kronis. Prostatitis kronis didefinisikan sebagai prostatitis bakteri dengan
gejala yang menetap setidaknya 3 bulan. Gejala yang dominan adalah rasa
sakit di beragam lokasi dan adanya LUTS. Prostatitis kronis seringkali
merupakan penyebab infeksi saluran kemih berulang pada pria.
E. Komplikasi
komplikasi yang dapat terjadi pada BPH adalah:
1. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal
2. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi.
3. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya
batu
4. Hematuria
5. Disfungsi seksual [ CITATION NOV17 \l 1057 ].
Sejumlah kecil pendertita prostatitis bakteri akut akan mengalami
komplikasi. Prostatitis bakteri kronis kadang timbul setelah serangan
prostatitis bakteri akut. Abses prostat adalah komplikasi yang jarang
terjadi pada penderita.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Cek Urine
2. Cek Darah
3. USG Abdomen
G. Penatalaksanaan
Prostatitis bakteri akut bisa berkembang menjadi infeksi yang serius.
Pemberian antibiotik golongan baktericidal secara parenteral dosis tinggi
biasanya diperlukan, termasuk pemberian penicillin spektrum luas,
cephalosporin generasi ketiga, atau golongan fluoroquinolone. Semua
antibiotik golongan ini bisa dikombinasikan dengan golongan
aminoglycoside untuk terapi awal. Terapi diperlukan hingga didapatkan
parameter infeksi menjadi normal. Pada kasus yang tidak berat, antibiotik
golongan fluoroquinolone dapat diberikan secara oral selama 10 hari.
Pada prostatitis bakteri kronis, antibiotik golongan flueroquinolone
harus diberikan setidaknya 4 minggu. Dalam kasus resistensi
fluoroquinolone atau reaksi yang negatif, trimethoprim dapat diberikan
secara oral pada periode 4-12 mingggu setelah diagnosis awal. Pasien
harus diperiksa ulang dan antibiotik hanya dilanjutkan jika kultur sebelum
pengobatan positif atau didapatkan hasil yang positif dari terapi yang
diberikan.
H. Pencegahan
Pencegahan dari protatitis masih belum diketahui. Namun, beberapa
faktor yang menyebabkan meningkatnya resiko terkena prostatitis, bisa
dicegah dengan tidak berhubungan seksual sembarangan atau
menggunakan alat proteksi saat melakukan hubungan intim.
Tidak hanya itu, ada juga beberapa anjuran guna meredakan gejala
prostatitis. Antara lain;
1. Mengurangi konsumsi makanan pedas dan asam serta minuman
berkafein atau beralkohol.
2. Banyak konsumsi air putih untuk membantu membuang bakteri dalam
prostat melalui air seni.
3. Hindari aktivitas yang bisa memicu iritasi pada prostat, seperti duduk
dalam waktu lama atau olahraga bersepeda.
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
2. Pemeriksaan head to toe dan mengukur tanda-tanda vital
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut
2. Retensi Urin
3. Resiko Infeksi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
C. Rencana Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut
NIC :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan interpersonal)
e. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
f. Tingkatkan istirahat
g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
h. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil.
2. Retensi Urin
NIC :
a. Monitor intake dan output
b. Monitor penggunaan obat antikolionergik
c. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat ouput urine
3. Resiko Infeksi
NIC :
a. Dorong masukan nutrisi yang cukup
b. Dorong masukkan cairan
c. Dorong istirahat
d. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
e. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
f. Ajarkan cara menghindari infeksi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
NIC :
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
c. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
d. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif & Kusuma, 2015. Asuhan Keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
NANDA. Jogjakarta: MediaAction

Soepraptie & Astri, 2008. Prostatitis Syndrome. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit &
Kelamin. Vol.20 No. 3

Seputra et all, 2015. Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih dan Genetalia Pria.
Surabaya: Ikatan Ahli Urologi Indonesia

Putra, N. A. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Benigna


Prostatic Hypertrophy (Bph) Dengan Nyeri Post Op Transuretal Resection Of The
Prostate (Turp) Di Ruang Mawar 2. 12.

Anda mungkin juga menyukai