Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma mata merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Meskipun
termasuk kasus yang masih dapat dicegah, trauma mata tetapi menjadi salah satu
penyebab mortilitas, morbiditas dan disability. Dalam kenyataannya, trauma
mata menjadi kasus tertinggi penyebab kebutaan unilateral di seluruh dunia
terutama pada anak dan dewasa muda. Dewasa muda terutama laki-laki
merupakan kelompok yang kemungkinan besar mengalami trauma mata. Tetapi,
lebih banyak usaha dan rujukan dilakukan secara klinis atau penanganan bedah
suatu trauma mata dibandingkan dengan usaha pencegahannya sehinggakan
penyebab trauma mata dianggap sebagai suatu kecelakaan diluar kawalan pasien
dan bukan suatu masalah masyarakat.
Walaupun mata mempunyai sistem pelindung yang cukup baik seperti
rongga orbita, kelopak, dan jaringan lemak retrobulbar selain terdapatnya reflex
memejam atau mengedip, mata masih sering mendapat trauma dari sunia luar.
Trauma dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata dan kelopak, saraf mata
dan rongga orbita. Kerusakan mata akan dapat mengakibatkan atau member
penyulit sehingga mengganggu fungsi penglihatan.
Trauma pada mata memerlukan perawatan yang tepat untuk mencegah
terjadinya penyulit yang lebih berat yang akan mengakibatkan kebutaan. Pada
mata dapat terjadi trauma dalam bentuk-bentuk berikut :
1. Trauma tumpul
2. Trauma tembus bola mata
3. Trauma kimia
4. Trauma radiasi

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Trauma mata?
2. Bagaimana epidemiologi Trauma mata?
3. Apasajakah anatomi Trauma mata?
4. Bagaimana etiologi Trauma mata?
5. Bagaimana penatalaksanaan Trauma mata?
6. Apasajakaah komplikasi Trauma mata?
7. Bagaimana prognosis Trauma mata?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi Trauma mata!
2. Untuk memngetahui epidemiologi Trauma mata!
3. Untuk mengetahui anatomi Trauma mata!
4. Untuk mengetahui etiologi Trauma mata!
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan Trauma mata!
6. Untuk mengetahui komplikasi Trauma mata!
7. Untuk mengetahui prognosis Trauma mata!

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Trauma mata


Trauma oftalmik / trauma mata merupakan penyebab utama kehilangan
penglihatan unilateral pada orang muda. Sering terjadi akibat kecelakaan di dan
sekitar rumah, ledakan baterai, tabrakan kendaraan bermotor atau cidera
oalhraga. Trauma mata bersamaan dengan trauma multiple tidak jarang terjadi.
Kedaruratan mata adalah sikap keadaan yang mengancam tajam
penglihatan seseorang berupa penurunan tajam penglihatan sampai terjadinya
kebutaan.
B. Epidemiologi
Benda asing intraokular merupakan penyebab pada 20-40 % cederat embus
mata. Komposisi benda asing yang biasanya didapatkan adalah logam, dan
menurut laporan yang ada kecenderungannya berkisar antara 86 % sampai 96 %.
Pada sebuah penelitian yang dilakukan pada 297 pasien yang terkena benda asing
intraokular, 98 % pasiennya adalah laki-laki, dan 80 % dari kecelakaan yang
terjadi adalah saat menggunakan palu. Menurut United States Eye Injury
Registry (USEIR), frekuensi di Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat
dilokasi kerja dibandingkan dengan di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93
%) dengan umur rata-rata 31 tahun.
C. Anatomi
Lapisan bola mata, Tunicae Bulbi dibungkus oleh 3 jaringan yaitu :
1. Lapisan mata luar, Tunika Fibrosa Bulbi
a. Lapisan tanduk, cornea (sangat melengkung, jernih seperti kaca)
b. Jaringan kulit, sklera (sedikit melengkung, tidak tembus pandang, pada
anak-anak putih kebiruan, pada orang dewasa putih kekuningan).

3
Sklera merupakan jaringan ikat kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinar masuk ke dalam bola mata.
2. Lapisan mata tengah, tunica vasculosa bulbi
Jaringan uvea merupakan jaringan vaskuler. Jaringan sklera dan uvea
dibatasi oleh ruang yang potensial mudah dimasuki oleh darah bila terjadi
perdarahan pada ruda paksa yang disebut perdarahan subrakkoroid.
Jaringan uvea terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar yang
masuk ke dalam boila mata. Otot dilator dipersarafi oleh parasimpatis, sedang
sfingter iris dan otot siliar dipersarafi parasimpatis. Otot siliar yang terletak di
badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik
mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
Lapisan pelangi iris, dengan bukaan bulat sentral, disebut pupil/ Pupilla
Badan siliar, Corpus ciliare, dengan M.ciliare, Proc.ciliaris, Zonula ciliaris
dengan Fibrae Zonulares dan Spatia Zonularia. Lapisan yang kaya akan
pembuluh darah, Choroidea.
3. Lapisan mata dalam (retina) tunica interna bulbi
Lapisan ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membrane
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optic
dan diteruskan ke otak.
a. Bintik buta, Pars caeca retina (dari Margo pupillaris iridis sampai dengan
Ora serrata)
b. Pars iridica retinae (satu lapis, pigmentasi kuat)

4
c. Pars ciliaris retinae (satu lapis, tidak berpigmentasi)
d. Bagian untuk penglihatan, Pars optica retinae (berlapis banyak).
D. Etiologi
Beberapa keadaan yang bisa menyebabkan terjadinya trauma mata antara
lain : kecelakaan penerbangan, kekerasan dalam tindak kejahatan, ledakan,
cedera olahraga, dan juga kecelakaan kendaraan bermotor. Selain itu beberapa
keadaan yang juga bisa menyebabkan cedera mata antara lain :
1. Benda asing yang menempel di bawah kelopak mata atas atau pada
permukaan mata, terutama pada kornea.
2. Trauma tumpul akibat objek yang cukup kecil dan tidak menyebabkan
impaksi pada pinggir orbita (kok, bola squash, sumbat botol sampanye
merupakan beberapa penyebab trauma). Perubahan tekanan mendadak dan
distorsi bola mata dapat menyebabkan kerusakan berat.
3. Trauma tembus dimana struktur okular mengalami kerusakan akibat benda
asing yang menembus lapisan okular dan juga tertahan dalam mata.
Penggunaan sabuk pengaman dalam kendaraan menurunkan insidensi cedera
tembus akibat kecelakaan lalu lintas.
4. Trauma kimia/ luka bakar kimia dan radiasi dimana reaksi resultan jaringan
okular menyebabkan kerusakan.
Masuknya benda asing (logam, debu, kayu, bahan tumbuhan, kaca, dan
bahkan bulu serangga) ke dalam kornea dapat terjadi saat memukulkan logam
atau batu, tertiup ke mata oleh angin dan juga lewat cara-cara lain yang tidak
lazim. Biasanya ukuran benda asing itu kecil, terdapat sisi yang tajam, dan
dengan kecepatan yang tinggi. Hal ini dapat terjadi saat memukulkan logam
ke logam, memahat ataupun mengoperasikan bor logam. Benda kecil dengan
kecepatan tinggi yang masuk ke mata biasanya mengakibatkan kerusakan
minimal dari jaringan sekitar. Seringkali, luka di kornea atau antara kornea
dan slera bias menutup sendiri. Tempat akhir dari benda asing didalam mata
dan juga kerusakan yang ditimbulkan olehnya ditentukan oleh beberapa faktor

5
antara lain ukuran, bentuk dan juga momentum saat terjadi benturan, serta
seberapa dalam penetrasinya di bola mata.
a. Benda Asing
Cedera mata yang paling sering mengenai sklera, kornea dan
konjungtiva disebabkan oleh benda asing. Meskipun kebanyakan bersifat
ringan, tetapi beberapa cedera bisa berakibat serius (misalnya luka tembus
pada kornea atau infeksi akibat sayatan maupun cakaran pada kornea).
Penyebab tersering dari cedera pada permukaan mata adalah lensa
kontak. Lensa yang tidak terpasang dengan benar, lensa yang terpasang
terlalu lama, lensa yang tidak dilepas ketika tidur, lensa yang tidak
dibersihkan dan melepaskan lensa dengan sekuat tenaga bisa menimbulkan
goresan pada permukaan mata.
Setiap cedera pada permukaan mata biasanya menyebabkan nyeri dan
menimbulkan perasaan ada sesuatu di mata. Gejala lainnya adalah
kepekaan terhadap cahaya, mata merah, perdarahan dari pembuluh darah
pada permukaan mata atau pembengkakan mata dan kelopak mata.
Penglihatan bisa menjadi kabur.
Benda asing di mata harus dikeluarkan. Agar benda asing terlihat
lebih jelas dan untuk melihat adanya goresan pada permukaan mata, bisa
diberikan obat tetes mata khusus yang mengandung zat warna fluoresensi.
Kemudian diberikan tetes mata yang mengandung obat bius untuk
mematikan rasa di permukaan mata. Dengan menggunakan alat penerangan
khusus, benda tersebut bisa dibuang oleh dokter. Benda asing seringkali
bisa diambil dengan menggunakan kapas steril yang lembab atau kadang
dengan mengguyur mata dengan air yang steril./ irigasi (hati-hati jangan
sampai menyentuh kornea).
Jika benda asing menyebabkan goresan kecil pada permukaan
kornea, diberikan salep antibiotik selama beberapa hari.
b. Luka bakar

6
Jika terkena panas atau bahan kimia yang kuat, kelopak mata akan
segera menutup sebagai reaksi refleks untuk melindungi mata dari luka
bakar. Karena itu hanya kelopak mata yang mungkin mengalami luka
bakar, meskipun panas yang hebat juga bisa menyebabkan luka bakar pada
mata. Beratnya cedera, hebatnya nyeri dan gambaran kelopak mata
tergantung kepada dalamnya luka bakar.
Luka bakar karena bahan kimia bisa terjadi jika suatu bahan iritatif
masuk ke dalam mata. Bahan iritatif ringanpun bisa menyebabkan nyeri
dan kerusakan pada mata. Karena nyerinya hebat maka penderita
cenderung menutup kelopak matanya sehingga bahan kimia berada lebih
lama di dalam mata.
Untuk mengobati luka bakar pada kelopak mata, daerah yang terkena
dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep antibiotik atau kasa
yang mengandung jeli petroleum. Setelah itu luka dibungkus dengan
verban steril.
Luka bakar karena bahan kimia pada mata segera diatasi denganm
mengucurkan air pada mata yang terkena supaya bahan kimia segera
terbuang dengan bantuan aliran air Setelah itu diberikan obat tetes mata
yang mengandung obat bius dan obat untuk melebarkan pupil. Antibiotik
diberikan dalam bentuk salep. Bisa juga diberikan obat pereda nyeri per-
oral.
Luka bakar yang hebat harus ditangani oleh spesialis mata guna
mempertahankan fungsi penglihatan dan mencegah komplikasi (kerusakan
iris, perforasi mata dan kelainan bentuk kelopak mata). Meskipun telah
dilakukan pengobatan terbaik, luka bakar hebat pada kornea bias
menyebabkan pembentukan jaringan paru, perforasi mata dan kebutaan,
c. Abrasi kornea
Abrasi Kornea adalah keadaan dimana epitel dari kornea terlepas
yangbisa diakibatkan oleh trauma tumpul, trauma tajam dan trauma kimia

7
dan juga benda asing subtarsal. Abrasi kornea bisa berulang dan
menyebabkan rasa sakit yang hebat, dimana abrasi kornea merupakan suatu
kegawatdaruratan pada mata yang biasa menyebabkan ulserasi dan
oedemakornea yang akan menganggu visus
Diagnosis bisa ditunjang dengan uji flourosensi dimana akan terlihat
warna hijau bila terjadi kerusakan pada epitel kornea. Abrasi dapat terjadi
pada berbagai lapisan.
Manifestasi klinis pasien biasanya mengeluh nyeri mendadak
sangat intensif, fotofobia, sensasi benda asing dan air mata berlebihan.
Visus mungkin menurun, bergantung pada tempat lesinya.
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah pemberian antibiotic
topikal dan midriatikum untuk merelaksasi iris, dan anestesi local untuk
mengurangi rasa sakit. Pastikan juga tidak terdapat benda asing yang dapat
menganggu proses penyembuhan. Masa penyembuhan tergantung pada
luasnya kerusakan, dan juga adakah infeksi, benda asing dan mata kering
yang bisa menyebabkan kegagalan terapi. Mata kemudian di tutup dengan
penutup yang membuat pasien merasa lebih nyaman, dan tirah baring
selama 24 jam diindikasikan pada abrasi yang ekstensif. Bila lapisan
bagian bawah kornea tidak terkena, dapat terjadi penyembuhan tanpa parut
biasanya bila terjadi dalam waktu 1-2 hari, sedangkan bila kerusakan sudah
mencapai stroma akan terdapat jaringan parut permanen yang mengganggu
visus
d. Trauma Tumpul Mata
1) Hifema
Hifema adalah adanya darah di dalam kamera okuli anterior atau
bilik mata depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat
terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau
badan siliar dan bercampur dengan humor aqueus yang jernih. Darah
yang terkumpul di bilik mata depan dalam cairan aqueus humor

8
biasanya terlihat dengan mata telanjang. Bila pasien duduk, hifema akan
terlihat mengumpul di bagian bawah bilik mata depan dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Adanya darah yang terdapat
di bilik mata depan dapat menurunkan penglihatan.
Hifema dibagi menjadi beberapa grade menurut Sheppard
berdasarkan tampilan klinisnya:
a) Grade I: darah mengisi kurang dari sepertiga COA (58%)
b) Grade II: darah mengisi sepertiga hingga setengah COA (20%)
c) Grade III: darah mengisi hampir total COA (14%)
d) Grade IV: darah memenuhi seluruh COA (8%)
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat
diakibatkan oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata,
misalnya terjadi robekan-robekan jaringan iris, korpus siliaris dan
koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak pembuluh darah,
sehingga akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan di dalam bola
mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari luar.Timbunan
darah ini karena gaya berat akan berada di bagian terendah.
Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus
karena darah mengganggu media refraksi. Darah yang mengisi
kamera okuli ini secara langsung dapat mengakibatkan tekanan
intraokuler meningkat akibat bertambahnya isi kamera anterior oleh
darah Kenaikan tekanan intraokuler ini disebut glaukoma sekunder.
Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa darah yang
menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor
aqueous yang berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang
lama berada di kamera anterior akan mengakibatkan pewarnaan
darah pada dinding kornea dan kerusakan jaringan kornea.
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata
yang berair. Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat

9
penumpukan darah yang terlihat dengan mata telanjang bila
jumlahnya cukup banyak.Bila pasien duduk, hifema akan terlihat
terkumpul di bagian bawah bilik mata depan. Selain itu, dapat terjadi
peningkatan tekanan intra okular, sebuah keadaan yang harus
diperhatikan untuk menghindari terjadinya glaukoma. Terdapat pula
tanda dan gejala yang relative jarang: penglihatan ganda,
blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat dekat.
Penatalaksanaan hifema tanpa komplikasi glaukoma dengan
merawat pasien dengan tidur di tempat tidur yang ditinggikan 45
derajat pada kepala dan mata ditutup (bukan dibebat tekan). Pada
penderita yang gelisah dapat diberikan obat penenang. Biasanya
hifema akan diserap kembali dan hilang sempurna dalam beberapa
hari (4-7 hari) tergantung dari banyaknya darah. Selama perawatan
harus dimonitor tekanan intra okuler untuk mencegah terjadinya
glaukoma. Obat-obatan untuk mengurangi tekanan intraokuler
golongan penghambat anhidrase karbonat misalnya asetasolamida
dapat diberikan. Prinsip penanganan adalah untuk mencegah
perdarahan ulang dan mencegah tekanan intra okuler yang tinggi.
Pada hifema yang telah disertai dengan glaukoma, maka
penanganannya bertujuan untuk menghentikan perdarahan serta
berusaha secepat mungkin menghilangkan darah yang berada di
kamera anterior. Untuk menghentikan perdarahan dapat diberikan
koagulansia agar darah dapat membeku dengan cepat, dapat pula
dengan memperkuat dinding pembuluh darah. Mencegah perdarahan
sekunder perlu pula dilakukan. Perdarahan sekunder sering terjadi
akibat inflamasi, sehingga pemberian obat anti inflamasi dapat
membantu mencegah perdarahan sekunder.
2) Ruptur Bola Mata

10
Merupakan kelainan mata yang cukup serius dimana terjadi
hilangnya integritas bola mata. Merupakan kedaruratan medis dan
memerlukan intervensi bedah segera, karena bila situasinya dapat
ditangani dengan segera akan dapat mengembalikan sebagian,, bila tidak
seluruh fungsi penglihatan pasien dapat hilang.
Manifestasi klnis, dapat jelas terlihat bila terdapat benda asing
pada kornea atau struktur anterior lain, atau jelas ada laserasi, tanda lain
pupil mengecil, karena iris tertarik ke tempat cidera dan sering menonjol
keluar kornea atau sclera. Tampak warna hitam pada koroid akibat
robekan sclera.
Penatalaksanaan :
a) Jangan membuat bahaya atau cidera lain, dengan meletakkan
perisai/mangkuk pada mata dan mencegah tangan pasien untuk
menjangkau mata dan jangan melakukan pemeriksaan mata yang
dapat memanipulasi mata, jika memang diperlukan pemeriksaan
gunakan speculum. Berikan analgetik/ sedasi dan jangan mengambil
benda asing yang menusuk mata.
b) Jangan memberi tetes mata, karena dapat berpengaruh kaustik dan
iritatif pada bagian dalam mata.
c) Tutup dan lindungi bola mata dan segera hubungi ahli oftalmologi
Kedaruratan mata dapat terjadi karena dua hal :
(1) Tidak ada hubungannya denga trauma mata, misalnya :
Glaucoma akuta oklusi arteria sentralis retina
(2) Disebabkan trauma Ada 2 macam trauma yang dapat
mempengaruhi mata, yaitu:
(a) Trauma langsung terhadap mata
(b) Trauma tidak langsung, dengan akibat pada mata, misalnya
trauma kepala dengan kebutaan mendadak trauma dada
dengan akibat kelainan pada retina.

11
E. Penatalaksanaan
Empat tujuan utama untuk mengatasi kasus benda asing intraokuluar
adaalah :
1. Memperbaiki penglihatan.
2. Mencegah terjadinya infeksi.
3. Mempertahankan arsitektur mata.
4. Mencegah sekuele jangka panjang.
Mata ditutup untuk menghindari gesekan dengan kelopak mata. Benda
asing yang telah diidentifikasi dan telah diketahui lokasinya harus
dikeluarkan. Antibiotik sistemik dan topikal dapat diberikan sebelum
dilakukan tindakan operasi. Untuk mengeluarkan benda asing, terlebih dahulu
diberikan anestesi topikal kemudian dikeluarkan dengan menggunakan jarum
yang berbentuk kait dibawah penyinaran slit lamp. Penggunaan aplikator
dengan ujung ditutupi kapas sedapat mungkin dihindari, karena dapat merusak
epitel dalam area yang cukup luas, dan bahkan sering benda asingnya belum
dikeluarkan.
Pengeluaran benda asing yang berada di dalam kamera anterior
dilakukan secara parasentesis (bukan tepat di depan celah luka),dengan sudut
90-180º dari lokasi benda asing yang sebenarnya. Viskoelastik biasanya
digunakan untuk menghindari kerusakan iatrogenik dari endotel kornea dan
lensa. Benda asing yang masuk ke lensa tidak selalu menyebabkan katarak.
Kecuali jika ada resiko terjadinya siderosis atau kerusakannya luas. Pada
kasus seperti ini biasanya lensanya diangkat bersama benda asing didalamnya,
atau bisa juga benda asingnya terlebih dahulu dikeluarkan, kemudian lensanya
dan setelah itu intraocular lens (IOL) diimplantasi. Benda asing yang berada
di segmen posterior memerlukan tindakan vitrektomi kecuali bila
kerusakannya minimal. Prosedur yang biasa dilakukan untuk ekstraksi benda
asing besi adalah dengan menggunakan magnet intraokular. Sedangkan untuk
benda asing yang bukan besi biasanya digunakan forsep.

12
a. Pre operative
Penatalaksanaan yang berhubungan dengan pembedahan, diperlukan
pemilihan waktu operasi. Walaupun tidak ada data manapun yang
menuliskan kerugian dari menunda perbaikan dari bola mata lebih dari 36
jam, intervensi idealnya secepat mungkin. Perbaikan dapat memperkecil
banyaknya komplikasi :
1) Nyeri
2) Proliferasi mikroba yang diproyeksikan ke dalam bola mata
3) Perdarahan Subrachoroidal
4) Kontaminasi mikroba
5) Migrasi epithelium luka
6) Inflamasi intraocular
b. Non bedah
Beberapa luka tembus yang sangat minimal secara spontan
menutup/memperkuat sebelum melakukan pemeriksaan ophthalmic,
dengan tidak ada kerusakan intraocular, prolaps, atau menempelnya benda
asing. Kasus ini hanya memerlukan sistemik atau terapi antibiotic topikal
dengan penutup sepanjang observasi.
Jika luka kornea sudah bocor, tetapi sisa kamar membentuk, clinician
dapat mencoba menghentikan kebocoran dengan supresi farmakologi dari
produk yang cair ( topical atau sistemik), penambalan, dan terapeutik
contact lens.
c. Bedah
Penatalaksanaan laserasi tipe corneoscleral dengan prolaps uveal
biasanya memerlukan perawatan. Tujuan pertama dari perbaikan awal yang
berhubungan dengan pembedahan suatu laserasi corneoscleral adalah
memugar kembali integritas bola mata. Tujuan kedua, yang mungkin
terpenuhi ketika perbaikan utama atau selama prosedur yang berikut adalah

13
untuk memugar kembali perbaikan visus melalui keduanya melalui
kerusakan eksternal dan internal pada mata .
Jika prognosis visus dari mata yang terluka adalah sia-sia dan pasien
berisiko menderita sympathetic ophthalmic, Enukleasi harus
dipertimbangkan. Enukleasi primer hanya dapat dilakukan pada luka yang
tidak dapat dilakukan perbaikan dari segi anatomi, Maka dari itu pasien
dianjurkan untuk memilih prosedur lain. Pada kebanyakan kasus,
keuntungan menunda enukleasi untuk beberapa hari jauh lebih berat
dibanding keuntungan enukleasi primer.Penundaan ini (yang mestinya
tidak lebih dari 14 hari meskipun demikian mata yang terluka
menimbulkan sympathetic ophthalmia), mempertimbangkan penilaian
fungsi penglihatan post operasi. Vitreoretina atau konsultasi plastic
optalmik dan stabilisasi kondisi medis pasien. Yang terpenting, menunda
enukleasi yang gagal mengikuti perbaikan dan hilangnya persepsi cahaya
pada saat pasien mengetahuinya dan disertai kerusakan rupa dan untuk
mempertimbangkan enukleasi dalam menentukan non emergensi.
F. Komplikasi
Setelah terjadi ruptur dari bola mata, endoftalmitis dan infeksi struktur
mata lainnya bisa terjadi dalam hitungan jam hingga minggu. Oftalmia
simpatetik adalah penyakit inflamasi yang bisa terjadi pada mata yang tidak
mengalami trauma beberapa bulan setelah trauma. Penyakit ini diduga suatu
suatu respon imun terhadap jaringan uvea yang terpapar dengan trauma. Gejala
seperti nyeri, penurunan visus dan fotofobia bisa berkurang apabila dilakukan
enukleasi pada mata yang mengalami trauma.
G. Prognosis
Prognosisnya mata dapat sembuh dengan baik setelah trauma minor dan
jarang terjadi sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi berulang.
Namun trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan penglihatan
berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. Retensi jangka panjang

14
dari benda asing berupa besi dapat merusak fungsi retina dengan menghasilkan
radikal bebas. Serupa dengan hal itu, trauma kimia pada mata dapat
menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjang dan rasa tidak enak
pada mata.
Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang tidak
dapat diterapi jika terjadi lubang retina pada fovea. Penglihatan juga terganggu
jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka panjang, dapat timbul glaucoma
sekunder pada mata beberapa tahun setelah cedera awal jika jalinan trabekula
mengalami kerusakan. Trauma orbita juga dapat menyebabkan masalah kosmetik
dan okulomotor.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma oftalmik / trauma mata merupakan penyebab utama kehilangan
penglihatan unilateral pada orang muda. Sering terjadi akibat kecelakaan di dan
sekitar rumah, ledakan baterai, tabrakan kendaraan bermotor atau cidera
oalhraga. Trauma mata bersamaan dengan trauma multiple tidak jarang terjadi.
B. Saran
Berhubung karena pembuatan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, penulis sangat membutuhkan masukan dan saran serta kritik yang
membangun dari pembaca. Semua kritik dan saran dari pembaca, kami ucapkan
terima kasih, karena saran dari pembaca sangat bermanfaat untuk pembuat
makalah dengan kegawat daruratan pada Trauma Mata agar lebih baik dan
membantu dalam proses pembelajaran mhasiswa/i.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/makalah-trauma-mata.html
http://nerssyamsi.blogspot.com/2011/12/asuhan-gawat-darurat-pada-mata-
trauma.html

17

Anda mungkin juga menyukai